2015
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan
Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan serta Teluk Lampung
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan
Sebagian besar wilayah Kota Bandar Lampung berada pada ketinggian antara 0 500 meter dari
permukaan laut, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Kedaton, Tanjung Karang Barat dan Kecamatan
Kemiling berada pada ketinggian antara 500 700 meter dari permukaan laut.
No
1.
Kedaton
2.
Sukarame
1.475
3.
1.064
4.
Panjang
1.415
5.
203
6.
405
7.
380
8.
1.102
9.
425
457
2-1
No
Kecamatan
Luas (Ha)
10.
Rajabasa
11.
Tanjung Senang
1.780
12.
Sukabumi
2.821
13.
Kemiling
2.505
14.
Labuhan Ratu
864
15.
Way Halim
535
16.
Langkapura
736
17.
Enggal
349
18.
Kedamaian
875
19.
20.
Bumi Waras
Jumlah
2015
636
1.142
465
19,722
2-2
2015
2-3
2015
Jumlah penduduk kota pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup banyak dibandingkan tahun
sebelumnya (2011) yang jumlahnya sekitar 895.370 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun jumlah penduduk
kota mengalami pertumbuhan sekitar 1,59 % per tahunnya. Perkembangan jumlah penduduk kota dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2006 2011
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kecamatan
2006
2007
2008
2009
2010
2011
63.379
53.790
54.505
56.506
59.396
59.812
93.590
108.836
110.276
86.468
92.156
92.852
Panjang
62.668
61.794
62.610
59.936
63.504
63.857
77.777
82.331
83.419
83.836
89.324
92.074
63.158
65.458
66.327
59.023
62.663
62.825
75.806
80.067
81.125
68.857
72.385
72.819
55.062
53.062
53.764
60.120
63.747
65.878
Kemiling
55.391
52.499
53.193
67.006
71.471
75.745
Kedaton
89.913
88.620
89.793
82.805
88.314
88.667
Rajabasa
36.086
31.968
32.391
42.324
43.257
45.329
Tanjung Seneng
32.081
28.865
29.247
39.032
41.225
43.826
Sukarame
59.618
53.659
54.369
67.162
70.761
65.843
Sukabumi
54.809
51.184
51.861
60.442
63.598
65.843
819.338
812.133
822.880
833.517
881.801
895.370
Jumlah
Sumber: Bandar Lampung Dalam Angka, 2006 2011 Sensus Penduduk, BPS, 2012
Penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan Sensus Penduduk Nasional 2012 yang dilaksanakan Biro
Pusat Statistik (BPS) berjumlah 1.212.129 jiwa. Sebaran penduduk kota paling banyak berada di
Kecamatan Panjang yang berjumlah 91.080 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Kecamatan Teluk
Betung Barat dengan jumlah 34.031 jiwa.
2-4
2015
Kecamatan
Penduduk
Distribusi
(Jiwa)
(%)
457
72.017
5,94%
Luas (Ha)
Kedaton
Sukarame
1.475
58.284
4,81%
1.064
61.989
5,11%
Panjang
1.415
91.080
7,51%
269
50.292
4,15%
405
67.496
5,57%
402
50.503
4,17%
1.102
34.031
2,81%
425
66.182
5,46%
10
Rajabasa
636
36.032
2,97%
11
Tanjung Senang
1.780
75.430
6,22%
12
Sukabumi
2.821
64.054
5,28%
13
Kemiling
2.505
77.149
6,36%
14
Labuhan Ratu
864
58.284
4,81%
15
Way Halim
535
81.383
6,71%
16
Langkapura
736
42.191
3,48%
17
Enggal
349
41.598
3,43%
18
Kedamaian
875
63.333
5,22%
19
1.142
52.039
4,29%
20
Bumi Waras
465
68.762
5,67%
19.722
1.212.129
100,00%
JUMLAH
Sumber : Perda Nomor 12 Tahun 2012
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Bandar Lampung merupakan perwujudan dan upaya
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kota Bandar Lampung. Masing-masing kebijakan dan
strategi akan dijabarkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kebijakan dan strategi penataan ruang
Kota Bandar Lampung dibagi dalam:
2-5
2015
Pembentukan dan pengembangan kawasan pusat-pusat kegiatan utama kota dengan strategi;
1. Membagi pusat pelayanan kota (primer) pada dua kawasan, yaitu pusat pelayanan kota
Tanjung Karang dan pusat pelayanan kota Teluk Betung;
2. Mengembangkan beberapa Subpusat pelayanan kota untuk pelayanan skala kota dan
kawasan guna mengurangi beban pusat primer;
3. Menetapkan fungsi utama dan pendukung masing-masing pusat pelayanan kota dan Subpusat
pelayanan kota sesuai karakteristik, potensi kawasan dan kecenderungan pengembangan
dimasa mendatang;
4. Mengembangkan pusat kegiatan terpadu pada simpul angkutan umum massal melalui konsep
transit oriented development (TOD) di Kota Bandar Lampung;
5. Mengembangkan kawasan Rajabasa sebagai simpul transportasi regional serta kawasan
Panjang sebagai kawasan pelabuhan utama.
B.
Peningkatan aksesibilitas pusat kawasan perdagangan dan jasa skala internasional dan
regional, dengan strategi;
1.
Melakukan peningkatan fungsi jalan yang mengakses tiap-tiap wilayah menuju Pusat
Pelayanan Kota dan kawasan perdagangan jasa;
2.
Menyediakan transportasi massa yang aman, nyaman dan efisien menuju kawasan
perdagangan jasa yang dapat dijangkau seluruh wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya.
C.
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana kota secara terpadu dan berwawasan
lingkungan, dengan strategi;
1.
2-6
2.
2015
Membangun sistem transportasi massa, yang terstruktur mulai dari pelayanan regional,
metropolitan, antar kabupaten, antar bagian wilayah kota hingga lingkungan;
3.
4.
5.
6.
7.
8.
D.
Meningkatkan peran dan fungsi terminal Rajabasa dan Stasiun Tanjung Karang sebagai
simpul pergerakan regional;
3.
Menggali potensi investasi sektor perdagangan dan jasa pada kawasan strategis kota dan
koridor jalan arteri dan kolektor;
4.
E.
Mengembangkan jasa pariwisata dan ruang terbuka publik di kawasan PPK Teluk Betung.
Mengembangkan hutan lindung, taman kota, jalur hijau jalan dan RTH kota yang lain sebagai
area konservasi eksiting;
2.
3.
Menciptakan area konservasi alternatif di bantaran sungai, daerah milik jalan kereta api, dan
area lain yang memiliki kualitas lingkungan yang rendah;
4.
2-7
2015
2-8
2015
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam
periode waktu tertentu, sehingga indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijaksanaan
pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian,
dan sebaliknya pertumbuhan yang negatif menunjukkan adanya penurunan perekonomian. Untuk melihat
pertumbuhan ekonomi secara riil dapat digambarkan melalui laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.
Pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung secara tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan perekonomian
nasional dan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung
selama lima tahun terakhir (2006-2010) mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi selama
lima tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut, pada tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen, tahun 2007
sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,82 persen, tahun 2009 sebesar 6.01 persen, dan tahun 2010
sebesar 6,33 persen. Secara sektoral seluruh sektor ekonomi kota Bandar Lampung selama kurun waktu 20062010 masih dalam kondisi normal. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2010
pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung banyak disumbangkan dari sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Sektor ini menyumbang laju pertumbuhan terbesar yaitu tumbuh secara signifikan sebesar 12,64
persen, sedangkan sektor ekonomi lainnya tumbuh pada level dibawah 10 persen.
Tabel 2.4 Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Tahun 2006-2010 (Persen)
Lapangan Usaha
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1. Pertanian
9,99
2,95
3,95
2,06
1,92
1,96
-1,79
-1,57
-2,86
1,50
3,19
3,23
3. Industri Pengolahan
15,08
10,47
4,91
7,54
5,22
5,44
-14,30
7,36
2,98
1,46
2,57
2,72
5. Bangunan
1,06
5,69
6,21
1,37
4,63
3,46
0,32
2,85
3,75
1,78
3,95
4,06
3,91
3,40
4,82
6,99
6,67
6,89
16,11
18,34
16,23
11,99
12,64
12,93
9. Jasa-jasa
1,51
1,27
5,70
4,27
3,54
3,62
6,30
6,83
6,93
6,01
6,33
6,53
2-9
2.2
2.2.1
2015
Sampai saat ini, Kota Bandar Lampung belum memiliki sistem jaringan air limbah untuk menampung dan
menyalurkan limbah perkotaan. Cakupan pelayanan yang harus dipenuhi berdasarkan pedoman standar
pelayanan minimal adalah 80 % dari jumlah penduduk Kota Bandar Lampung. Apabila jumlah air rumah tangga
sebesar 80 % dari konsumsi air bersih, maka jumlah air limbah Kota Bandar Lampung hingga tahun 2030
sebesar 259.800.060 ltr/hari. Penampungan air limbah diusulkan menggunakan suatu sistem jaringan air limbah,
selanjutnya air limbah yang terkumpul dialirkan ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang akan
dibangun di Kelurahan Bumi Waras dekat Muara Kunyit.
Didalam program Rencana Induk Air Limbah yang diusulkan berfokus pada cakupan layanan 11,4% dari wilayah
Bandar Lampung, yang pada tahun 2030 akan mencapai sekitar 35% dari populasi terlayani. Rencana Induk ini
10able pada daerah perkotaan yang memiliki penduduk lebih padat, sebagaimana perencanaan yang diusulkan
yaitu sepuluh (10) instalasi pengolahan air limbah, dan dari semua lokasi, kota hanya memiliki lahan untuk IPAL
1 Sukamaju, yang dijadwalkan akan selesai pada akhir 2015 untuk melayani sekitar 45.000 penduduk.
Program lain yang diusulkan lagi yaitu program pengurasan tangki septik untuk meningkatkan kinerja 150.000
tangki septik yang ada di kota. Lumpur tangki septik akan dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Bakung yang akan direhabilitasi di tempat pembuangan akhir sampah. Dan IPAL yang diusulkan adalah
kombinasi instalasi pengolahan limbah lumpur tinja dan semuanya akan dapat menerima truk tangki septik.
Pengelolaan air limbah pada daerah-daerah kumuh akan dilakukan melalui program Sanimas atau SLBM yang
menggunakan sistem MCK ++ dan sistem off-site sanitation komunal.
2.2.2
Pengelolaan Persampahan
Lokasi yang sering terjadi timbunan sampah di Kota Bandar Lampung karena kekurangan armada angkut baik
karena rusak maupun umur armada yang sudah tua (rata-rata truk pengangkut dibuat tahun 1990-an, Studi PAD
1999/2000) serta sulitnya mendapatkan lahan untuk dijadikan tempat pembuangan sementara (meletakkan
container) di beberapa kelurahan dengan kepadatan penduduk dan hunian yang relatif tinggi.
Rencana pengelolaan sampah padat Kota Bandar Lampung yang berisi tentang rencana tindak termasuk
sasaran pencapaian disusun dengan menggunakan 3 (tiga) skenario alternatif, yaitu :
1. Skenario I: Pengelolaan Sampah Tanpa Perlakuan
Pengelolaan sampah tanpa perlakuan adalah pengelolaan sampah secara konvensional atau mengikuti trend
pola pengelolaan sampah selama ini di Bandar Lampung; Artinya tidak ada inovasi untuk melakukan pengelolaan
sampah secara terpadu. Sampah yang dihasilkan dari sumber sampah langsung dikumpulkan, diangkut
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
2-10
2015
kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah. Pada skenario ini, peningkatan pelayanan sampah hanya
dititikberatkan pada kebutuhan sarana dan prasarana sampah (peralatan, alat transportasi, personil dan tempat).
2. Skenario II: Pengelolaan Sampah dengan Perlakuan Pola 3R+P
Pola 3R+P adalah program 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) mengadopsi program pemerintah yang sekarang
sedang dilaksanakan ditambah dengan penekanan pada partisipasi (P) masyarakat. Program 3R tanpa
partisipasi masyarakat tidak akan efektif karena program 3R tidak berlanjut bila pendanaan atau dukungan dari
pemerintah berhenti. Untuk menjaga keberlanjutan program pengelolaan sampah dengan menggunakan 3R+P,
maka prioritas utama dalam skenario adalah pentingnya membangun partisipasi dari masyarakat terutama
perlakuan terhadap sampah di sumber timbulan dengan pemilahan dan pemanfaatan. Dengan demikian,
kebutuhan sarana dan prasarana pengangkutan tidak akan sebesar pada skenario I.
3. Skenario III: Pengelolaan Sampah dengan Perlakuan 3R+P+Incenerasi
Pola 3R+P+Incenerasi adalah program 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yang menekankan partisipasi
masyarakat sebagaimana skenario II ditambah dengan upaya melakukan pemusnahan baik di TPS dalam skala
kecil maupun di TPA dalam skala besar. Prioritas dalam skenario ini selain pentingnya partisipasi masyarakat
dalam segala aspek juga perlunya penyediaan alat pemusnah sampah (incenerator) baik skala kecil di tingkat
TPS dan TPST maupun incenerasi skala besar di TPA Bakung.
Perencanaan untuk pengembangan pengelolaan persampahan masih didominasi oleh Dinas Kebrsihan dan
Pertamanan sebagai institusi pengelola persampahan kota yaitu berkisar 70% dan sisanya 30% dikelola oleh
Dinas PU sebagai perencana dan pelaksana kegiatan fisik terkait dengan seKtor persampahan.
2.2.3
Drainase Perkotaan
Menurut keberadaannya sistem jaringan drainase dapat dibedakan menjadi 2, yaitu drainase alamiah dan
drainase buatan.
Rencana pengelolaan drainase lingkungan Kota Bandar Lampung yang mengacu pada studi Rencana Induk dan
program jangka menengah PLP bidang drainase perkotaan, maka prioritas penanganan drainase lingkungan
dilakukan pada 51 titik genangan, dimana analisa penentuan prioritas didasarkan pada besaran genangan,
frekuensi genangan, dan kerugian akibat genangan.
2-11
2.3
2015
Pemerintah
Kota
Swasta
Masyarakat
Peraturan pengelolaan air limbah yang menyeluruh belum ada di Kota Bandar Lampung. Peraturan yang ada
masih bersifat sanksi dan penerimaan retribusi, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
2-12
2015
Tabel 2.6 Peta Peraturan Air limbah Domestik Kota Bandar Lampung
Ketersediaan
Peraturan
Ada (sebutkan )
Pelaksanaan
Tidak Ada
Efektif
Dilaksanakan
Belum Efektif
Dilaksanakan
Keterangan
Tidak Efektif
Dilaksanakan
Teknologi yang
digunakan
Sumber Data
User Interface
WC Sentor
Jumlah
KK tersambung
Penampungan awal
Tangki Septik
Jumlah
KK tersambung
Pembuangan/Daur Ulang
Saluran/Sungai
Nama Sungai
Dinas PU
2-13
2015
Jumlah
Pddk
RW
Miskin
4669
8181
4991
5590
4776
4086
4897
4774
4140
2797
841
5528
4977
RT
Jamban
Keluarga
6069
6695
9051
12177
13352
12497
10801
10967
22264
3200
6581
6417
1130
Dikelola
RT
22
53
14
9
16
7
5
9
3
1
1
3
7
Jumlah MCK
Dikelola Dikelola
RW
CBO
-
Tahun
MCK
dibangun
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
2006 - 10
Dikelola
Lainnya
-
Jumlah Sanimas
Dikelola Dikelola
RW
CBO
1
1
4
1
-
Dikelola
RT
-
Tahun
Sanimas
dibangun
2009
2008 - 2011
-
Dikelola
Lainnya
-
Sedangkan untuk pengelolaan yang berbasis masyarakat untuk sarana MCK maupun MCK++ dengan total 157
unit, kondisinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.9 Kondisi Sarana MCK
Jumlah Pemakai
Lokasi MCK
Kecamatan
MCK
S
T
K
PDAM
SPT
Jml kmr
Toilet/WC
Jml kmr
mandi
Fas. Cuci
Tangan
Persediaan
Sabun
Ada biaya
pemakaian MCK
RT
RW
Tangki
Septik
Cubluk
22
53
18
5
16
21
5
9
8
1
1
3
7
22
53
18
5
16
20
5
9
8
1
1
3
7
22
53
18
5
16
21
5
9
8
1
1
3
7
22
53
18
5
16
20
5
9
8
1
1
3
7
22
53
18
5
16
21
5
9
8
1
1
3
7
22
53
18
5
16
20
5
9
8
1
1
3
7
=
=
=
Y
T
=
=
SGL
ya
tidak
SPT
SGL
=
=
2-14
2015
Dalam peningkatan keterlibatan masyarakat, maka pemerintah kota melaksanakan program melalui Gema Tapis,
Sanimas, P2KP, PNPM, maupun NUSP. Kegiatan melibatkan peran aktif masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengelolaan. Adapaun kegiatan yang sedang berjalan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat
Kondisi Sarana Saat ini
No
1
Sub Sektor
Air Limbah Domestik
Pelaksana/PJ
Tahun Mulai
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
Bappeda & Dinas PU
Bappeda & Dinas PU
PMK & Dinas PU
PMK & Dinas PU
PMK & Dinas PU
BPMPK & Dinas PU
Bappeda
Bappeda
Bappeda
BPMPK
BPMPK
BPMPK
BPMPK
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
2008
2008
2010
2011
2009
2010
2009
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
Fungsi
Tidak Fungsi
Aspek PMJK
Rusak
PM
JDR
MBR
Keterangan:
PM
= Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kegiatan
Lomba Karya Tulis Tingkat SMP dalam
rangka International Year Sanitation
Tahun
Dinas Pelaksana
2008-2009
Dinas PU
Tujuan Kegiatan
Memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk menyampaikan
pesan mengenai harapan akan
sanitasi yang lebih baik bagi kota
mereka
Khalayak sasaran
Siswa SLTP
Pesan Kunci
Pembelajaran
2-15
2015
Nama Mitra
PT. Cerdas
Bentuk Kerjasama
Kontrak Pengelolaan
Nama Provider
PT. Cerdas
Tahun mulai
operasi
2008
Jenis Kegiatan
Layanan Sedot Tinja
2-16
2015
2005
2006
2007
2008
2009
46.1
45.8
53.7
67.7
70.4
Pemerintah Pusat
346.1
517.9
582.2
645.9
682.8
Pemerintah Provinsi
19.5
31.2
30.1
34.4
40.2
Total
411.7
595.0
666.0
748.0
793.5
Dana Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) untuk belanja modal, operasional dan pemeliharaan (O&P)
tahunan untuk sanitasi berasal dari anggaran tahunan pemerintah kota. Berdasarkan plafon anggaran tahunan,
DKP menyiapkan program dan anggaran tahunan yang dibutuhkan yang kemudian dikonsolidasikan dalam
anggaran kota. DKP menghasilkan pendapatan dari jasa yang diberikan dan mempersiapkan target pendapatan
tahunan yang dimonitor setiap bulanan. Untuk tahun 2010 target pendapatan adalah sebesar Rp 1,64 miliar dari
biaya sampah dan Rp 0,36 miliar untuk tangki septik (total Rp 2,00 miliar), sedang total pengeluaran DKP
dianggarkan untuk tahun 2010 adalah Rp 25,23 miliar. Sementara DKP adalah sebuah badan menghasilkan
pendapatan, tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan yang diterima dan tingkat pengeluaran badan.
Usulan anggaran tahunan badan tidak tergantung pada tingkat pendapatan (untuk tahun 2010, pendapatan
ditargetkan adalah sekitar 8% dari pengeluaran anggaran) yang akan dihasilkan namun berdasarkan alokasi
pemerintah kota / prioritas kepada instansi yang berbeda dari kota. Untuk 2010, modal investasi dianggarkan
2-17
2015
termasuk pembelian truk sampah dan gerobak (gerobak). Total alokasi anggaran DKP hanya sekitar 3% dari total
belanja kota.
Tabel 2.15 Anggaran Pendapatan dan Belanja DKP - 2010
Rp jutaan
Uraian
2010
Pendapatan
2,000
1,642
358
Pembiayaan
25,232
7,084
17,944
Belanja Modal
204
Surplus / (Defisit)
(23,232)
2-18
2015
2. Pada saat ini di kota Bandar Lampung belum tersedia Alat Penyedot Lumpur Tinja yang berukuran kecil
yang mampu mendekati tangki yang terletak ditepi jalan yang sempit.
c. Masalah yang berawal dari jumlah dan kondisi Truk Tinja yang tersedia
1. Pada saat Septik Tank yang ada di Kota Bandar Lampung berjumlah 157.602 buah. Apabila
pengurasan dilakukan rata-rata 2 tahun sekali, maka jumlah tangki yang harus disedot setiap hari tidak
termasuk hari besar dan hari minggu berjumlah 157.602 : 600 = 263 tangki. Karena jumlah Truk Tinja
hanya ada 4 buah, maka setiap truk harus menyedot 263 :4 = 66 tangki /hr /truk . Jumlah ini mustahil
dapat dilakukan oleh sebuah Truk Tinja.
Apabila pengurasan dilakukan rata-rata 3 tahun sekali, maka jumlah tangki yang harus disedot setiap
hari tidak termasuk hari besar dan hari minggu berjumlah 157.602 : 900 = 175 tangki. Karena jumlah
Truk Tinja hanya ada 4 buah, maka setiap truk harus menyedot 175 : 4 = 44 tangki /hr /truk. Jumlah
inipun masih mustahil dapat dilakukan oleh sebuah Truk Tinja dalam satu hari apalagi kalau kondisi
jalan ke IPLT rusak.
2. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya usia Truk Tinja sudah relatif tua sehingga efisiensi
penggunaannya sudah sangat berkurang.
d. Masalah yang berawal dari kondisi prasarana (jalan ) menuju IPLT
1. Pengangkutan Lumpur Tinja ke IPLT mengalami kendala karena, sebagaimana telah dikemukakan,
jalan menuju IPLT dalam keadaan rusak, menanjak dan sukar dilalui ketika musim hujan.
2. Di Bakung selain IPLT, terdapat juga TPA sehingga jalan menuju IPLT tidak hanya dilalui Truk Tinja
saja melainkan juga dilalui oleh Truk Sampah. Ketika musim penghujan atau ketika jalan dalam keadaan
rusak, Truk tidak dapat saling mendahului sehingga harus mengantri. Hal itu memperpanjang waktu
ritasi.
e. Masalah yang berawal dari kondisi IPLT
1. Kinerja IPLT yang ada belum optimal karena kurangnya prawatan terhadap IPLT tersebut. Lumpur yang
telah matang jarang dikuras sehingga lumpur yang dimasukkan tidak terolah dengan semestinya .
2. Sebenarnya IPLT yang ada terdiri dari 4 kompartemen yang seharusnya digunakan secara bergilir
beberapa unit yang hanya 1 ( satu ) unit. Hal ini menyulitkan upaya peratan dan perbaikan sehingga
memperbaikinya menjadi sulit karena tidak ada unit alternative perbaikan tidak ada upaya Bagian dari
IPLT yang rusak tidak diperbaiki.
Masalah Non Teknis
a. Masalah yang bersumber pada komitment pemerintah
Pada waktu yang lalu komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap pembangunan sanitasi
masih rendah. Belakangan ini komitment tersebut semakin hari semakin meningkat . Peningkatan tersebut
2-19
2015
ditandai dengan peningkatan anggaran yang disediakan untuk membangun sistim sanitasi yang pada waktu
lalu lebih rendah dari anggaran yang disediakan untuk pembangunan sistim penyediaan air minum namun
pada saat sekarang telah menjadi sebaliknya. Perubahan paradigma tersebut tidak serta merta memperbaiki
kondisi sanitasi melainkan memerlukan waktu untuk memetik hasilnya.
b. Masalah yang bersumber pada kesadaran masyarakat
1. Sebagian penduduk ada yang langsung mengalirkan air limbah domestiknya dari jamban pribadi atau
jamban bersama ke badan air terdekat (bukan ke Septik-tank karena kurang memahami dampak
negatipnya. Sebagian lagi, bahkan memilih untuk tidak membangun Septik Tank bahkan jamban (tanpa
Septik Tank ) karena mereka sebagian lebih suka pergi ke tepi sungai atau laut atau tanah kosong unuk
membuang hajatnya (melakukan Buang Air Besar Sembarangan / BABS).
2. Kurangnya kemampuan membayar sebagian pemilik tangki yang lalu membiarkan tangkinya meluap.
c. Masalah yang bersumber pada kemampuan masyarakat
Terbatasnya biaya operasi dan pemeliharaan;
d. Masalah yang bersumber dari kurangnya masyarakat yang memanfaatkan lumpur tinja
Belum adanya sistem penyediaan jaringan air limbah.
e. Masalah yang bersumber pada kurangnya minat masyarakat melakukan daur ulang
Sejauh ini daur ulang hanya dilakukan masyarakat terhadap sampah onorganik yang laku dijual. Belum ada
pihak yang memanfaatkan sampah organik dan limbah domestik menjadi bahan yang berguna , misalnya
pupuk organik. Diduga faktor keuntungan secara finansiel dalam melakukan hal itu tidak menjajikan.
Salah satu dampak utama dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya adalah akan terus meningkatnya
tingkat pencemaran terhadap badan air penerima di sekitar sumber polusi. Namun hal itu tidak berhenti sampai
disana karena akan muncul efek berantai yang berupa:
1. Peningkatan angka yang menunjukan Kesehatan masyarakat, terutama mereka, yang menggunakan air
untuk kebutuhan sehari-hari dari sumber alam disekitarnya (bukan dari PDAM ) akan semakin rawan
terhadap penularan penyakit terutama penyakit saluan pencernaan menular yang antara lain berupa
penyakit typhus, colera, disentri, cacing dan lain-lain.
2. Sebagai dampak dari hal yang disebutkan diatas, akan muncul efek berantai sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya berupa :
tingkat mangkir dari pekerjaan yang berati juga produktifitas para pekerja yang terserang penyakit yang
sudah disebutkan diatas.
Peningkatan biaya pengobatan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun yang dikeluarkan oleh
para penderita
2-20
2015
Cacing yang berkembang disaluran pencernaan manusia terutama anak balita , akan merampas asupan
gizi mereka yang sangat mereka perlukan untuk pertumbuhan fisik dan inteligensia
3. Bagi pengelolaan PDAM, peningkatan pencemaran berarti peningkatan biaya pengolahan karena
peningkatan tersebut mengakibatkan meningkatnya Tarif air minum.
2.3.2
Pengelolaan Persampahan
2.3.2.1 Kelembagaan
Pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung tidak dilakukan oleh satu instansi tetapi dilakukan beberapa
SKPD yang terbagi atas :
a) Dinas Kebersihan dan Pertamanan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Jalan Protokol ke
TPA dan pengelolaan sampah di TPA;
b) Dinas Pasar bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Pasar dan mengangkutnya langsung ke
TPA;
c) Dinas Perhubungan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Terminal dan mengangkutnya
langsung ke TPA;
d) Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap pengangkutan sedimen di gorong-gorong dan drainase
Kota;
e) Kecamatan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan oleh
SOKLI;
f)
g) Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) yang dimiliki Kota Bandar Lampung yaitu TPA Bakung yang
terletak di Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat dengan luas wilayah 14 hektar yang dikelola
dibawah UPT TPA Bakung dibawah koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung.
Struktur pengelolaan sampah padat di Kota Bandar Lampung saat ini dijelaskan dalam gambar berikut.
2-21
2015
Gambar 2.3
Gambar 3.4.
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
PENGARAH
PENANGGUNG
JAWAB
KOORDINATOR
DINAS KEBERSIHAN
DAN PERTAMANAN
DINAS PEKERJAAN
UMUM (PU)
Bertanggungjawab pada
sampah di gorong-gorong
dan jalan protokol.
DINAS PASAR
Bertanggungjawab
pada sampah di pasar
1. Walikota
2. Wakil Walikota
Sekretaris Kota
DINAS
PERHUBUNGAN
KECAMATAN
Bertanggungjawab pada
pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA
Bertanggungjawab
pada sampah di
terminal
KELURAHAN
SOKLI
Bertanggungjawab pada
sampah dari
permukiman ke TPS
2-22
2015
Sistem pengangkutan yang dilakukan dari beberapa TPS yang belum memiliki pewadahan khusus ke TPA
adalah Stationary Container System (SCS) dimana wadah sampah yang terisi penuh (kontainer) akan diangkut
dan tempatnya akan langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa dengan sistem container ini.
Sedangkan TPS yang telah memiliki tempat khusus alat pengangkut sampah yang digunakan untuk mengangkut
sampah dari TPS ke TPA adalah Arm Roll Truck kapasitas 6 m3. Dan pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan
setiap 2 kali sehari pagi jam 06.00 - 08.00 dan sore sekitar jam 17.00 18.00. Truk ini mengambil dari sampah
yang ada di TPS atau menunggu berkumpulnya gerobak dan motor sampah yang mengangkut dari permukiman.
Dari jumlah armada truk sampah yang ada di Kota Bandar Lampung saat ini dan dikelola oleh kecamatan, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, dan Dinas Pengelolaan Pasar. Dan jumlah sampah yang terangkut sampai ke TPA
dan prediksi sampah yang terangkut oleh armada truk bila truk dapat mengangkut sampah 2 rit (angkutan) per
hari. Maka dengan asumsi ini maka maksimum sampah yang terangkut dengan armada truk yang ada saat ini
hanya sekitar 2,096,142 m3 per hari atau sebanyak 68% dari total volume sampah yang dihasilkan di Bandar
Lampung sebanyak 3,082,562 m3 per hari.
Tabel 2.16 Total Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kecamatan
Jumlah
Timbulan
Penduduk
Sampah (m3)
(jiwa)
59,812
92,852
63,857
92,074
62,825
72,819
65,878
75,745
88,667
45,329
43,826
73,788
65,843
903,315
149.53
232.13
159.64
230.19
157.06
182.05
164.70
189.36
221.67
113.32
109.57
184.47
164.61
2,258
451.66
225.83
112.91
33.87
3,083
Jumlah
Sampah
Terangkut
(m3)
101.68
157.85
108.56
156.53
106.80
123.79
111.99
128.77
150.73
77.06
74.50
125.44
111.93
1,536
307.13
153.56
76.78
23.03
2,096
2-23
2015
Tabel 2.17 Jumlah Fasilitas Pewadahan Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kecamatan
Teluk Betung Barat
Teluk Betung Selatan
Panjang
Tanjung Karang timur
Teluk Betung Utara
Tanjung Karang Pusat
Tanjung Karang Barat
Kemiling
Kedaton
Rajabasa
Tanjung Seneng
Sukarame
Sukabumi
Dinas Pasar
Disbertam
Jumlah
Gerobak
Sampah
Motor
sampah
Kontainer
Truk
Sampah
TPS
17
49
42
35
28
67
9
8
30
7
3
42
30
30
0
397
16
22
14
22
20
22
12
14
18
9
8
12
12
0
22
223
1
2
3
6
1
0
1
2
2
2
1
0
4
5
0
30
1
2
1
2
1
2
1
1
3
1
1
3
1
6
38
64
4
15
6
7
6
10
2
2
4
8
3
1
13
0
0
81
2-24
2015
Masih terdapat banyak masyarakat yang melakukan penolakan terhadap pembukaan lahan baru yang akan
digunakan untuk penempatan sampah sementara di wilayah lingkungan tempat tinggalnya.
Terjadinya perubahan lingkungan sosial di kawasan TPS dan TPA, serta dampak terhadap kesehatan dan
lingkungan (penurunan harga jual tanah, bau menyengat, keberadaan lalat dan tikus serta pencemaran air
tanah).
2.3.2.4 Partisipasi Dunia Usaha
Di tinjau dari aspek partisipasi dunia usaha dalam konteks pengelolaan sampah padat adalah sebagai berikut:
Masih rendahnya jumlah industri dan pengusaha di Bandar Lampung yang menerapkan konsep teknologi
bersih dan nir limbah (zero waste management) dan sistem teknologi daur ulang.
Masih rendahnya jumlah industri dan pengusaha yang menerapkan konsep kepedulian produk kemasan
ramah lingkungan (biodegradable/recyclable).
Masih rendahnya jumlah industri dan pengusaha yang menerapkan konsep pemanfaatan sampah untuk
menghasilkan produk (sampah sebagai bahan baku) dan penghasil energi.
Peran serta dunia usaha dalam membantu Pemerintah Kota dalam menyediakan sarana dan prasarana
persampahan sudah cukup baik namun kondisi ini harus lebih ditingkatkan dalam skala yang lebih besar
karena potensi perusahaan di Bandar Lampung juga sudah cukup besar.
Belum ada minat dunia usaha untuk memanfaatkan sampah pasar yang secara teknis sebenarnya memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi karena 90% sampah pasar adalah sampah organik yang bisa memberikan nilai
ekonomis jika dimanfaatkan. Pemanfaatan khusus sampah pasar ini juga akan mengurangi beban
pemerintah dalam menyediakan sarana pengangkut sampah ke TPA Bakung.
2-25
2015
No.
Jumlah (Rp)
10,617,770,550.00
Dinas Pasar
1,608,716,750.00
1,848,540,500.00
1,137,142,550.00
1,843,046,500.00
1,643,965,800.00
1,213,943,900.00
1,957,449,100.00
Kedaton
1,652,279,350.00
10
Sukarame
1,245,793,350.00
11
Panjang
1,381,160,600.00
12
Rajabasa
821,940,950.00
13
Tanjung Seneng
817,248,200.00
14
Sukabumi
1,217,891,100.00
15
Kemiling
1,491,368,200.00
Jumlah
30,498,257,400.00
Berdasarkan Standar Departemen Pekerjaan Umum, anggaran biaya pengelolaan sampah harus mendapat
prioritas setara dengan pengelolaan pelayanan publik lainnya berkisar 10 % dari APBD terdiri dari 5 - 7 % untuk
operasional dan 2 -3 % untuk investasi. Sedangkan berdasarkan Standar MDGs anggaran biaya pengelolaan
sampah adalah sebesar 20%. Hal ini berarti biaya pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung masih jauh
dibawah standar yang dikeluarkan oleh Kementerian PU maupun komitmen MDGs Tahun 2015.
Dengan asumsi anggaran biaya pengelolaan sampah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk pengelolaan
sampah di Kota Bandar Lampung adalah sebesar Rp. 30.498.257.400/tahun, sedangkan realisasi retribusi jasa
pelayanan kebersihan pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.431.737.120. Hal ini berarti pendapatan pemerintah Kota
Bandar Lampung dari retribusi jasa pelayanan kebersihan baru mencapai 7,97% dibandingkan biaya yang
dikeluarkan, maka terjadi defisit sebesar Rp.28.066.520.280.
2.3.2.6 Isu Strategis Dan Permasalahan Mendesak
Beberapa isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan kota, dapat diuraikan dalam beberapa
aspek sebagai berikut :
2-26
2015
Kelembagaan pengelola sampah di Bandar Lampung masih dilakukan secara sendiri-sendiri oleh beberapa
dinas serta kecamatan. Kondisi ini juga belum diperkuat dengan model kerja sama antar instansi sehingga
terkesan masih sendiri-sendiri.
Kelembagaan pengelolaan sampah kota Bandar Lampung sudah diperkuat dengan kehadiran UPT
Kebersihan di tingkat Kecamatan yang bernaung di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. UPT inilah
yang diharapkan menjadi simpul kelembagaan pengelolaan sampah secara terpadu dengan juga melibatkan
satker sektoral dan teritorial. Keberadaan UPT ini berlokasi dan beroperasi di tingkat kecamatan hingga
kelurahan. Meski demikian, Pemerintah Kota Bandar Lampung sampai saat ini belum menentukan personil
pengelola sampah dalam UPT tersebut.
Rencana Strategis dan Renja SKPD kota Bandar Lampung (khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan,
Dinas Pasar, BPPLH, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perhubungan) belum memuat pola
pengurangan sampah dan pola penanganan sampah terpadu sebagaimana diamanatkan UU No. 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Permendagri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah. Oleh karena itu, beberapa SKPD yang menangani sampah kota Bandar Lampung perlu menyusun
Renstra dan Renja yang memuat kedua hal tersebut.
Dalam hal membangun kemitraan, Pemerintah Kota Bandar Lampung harus terus menginisiasi model kerja
sama dengan swasta dalam pengelolaan sampah.
2-27
2015
Kelembagaan pengelola sampah Kota Bandar Lampung belum maksimal dalam melakukan inovasi
pengelolaan sampah seperti dilakukan kota lain di Indonesia. Oleh karena itu, kelembagaan pengelola
sampah Kota Bandar Lampung perlu melaksanakan inovasi pengelolaan sampah seperti: (a) Pembangunan
rumah kompos; (b) Pembuatan kompos melalui keranjang Takakura dan tong sampah; (c) Kompos sudah
mendapatkan ISO 9000; (d) Hasil kompos dibeli oleh pemda/swasta, hasil penjualan dikembalikan ke
Pokmas 70% sisanya untuk Pemda; (e) Layanan 24 jam untuk pengambilan sampah; (f) Pemilihan Putri
Kebersihan; dan (g) Lomba Kebersihan bagi lingkungan/RT yang berhasil mengurangi volume sampah dan
masyarakat yang memanfaatkan sampah melalui proses 3R, diberikan hadiah.
Volume sampah padat sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan penduduk, sementara pelayanan
terhadap masyarakat melalui sistem SOKLI yang telah dilakukan pemerintah masih sangat rendah, baik luas
wilayah, jumlah pelanggan maupun jumlah (kuantitas) sampah yang ditangani.
Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah
padat. Sarana prasarana dalam pengelolaan sampah padat belum memadai dikarenakan faktor usia
maupun jumlah yang tidak sebanding dengan pertumbuhan sampah. Dengan kondisi sarana dan prasarana
yang ada berdasarkan studi yang dilakukan maka jumlah kebutuhan sarana dan prasarana berbanding lurus
dengan peningkatan volume sampah namun kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan kemampuan
yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu sangat diperlukan pemambahan
sarana dan prasarana atau pengurangan volume sampah di tingkat komunitas.
Keterbatasan jumlah petugas SOKLI yang dimiliki dalam pengelolaan sampah dibandingkan dengan luas
wilayah kota, termasuk di dalamnya adalah tingkat pendidikan SDM yang rendah dan mempengaruhi dalam
pengelolaan sampah.
2-28
2015
Keterbatasan anggaran dan masih terjadi ketidaktransparanan dalam konsep dan wewenang retribusi
sampah yang ada dalam pengelolaan sampah padat di tingkat pengelola SOKLI.
Masih rendahnya model pelibatan masyarakat yang diupayakan oleh pemerintah pengelolaan sampah padat
selain hanya himbauan untuk membuang sampah pada skema waktu pembuangan pagi dan sore.
Sampah di pesisir belum ditangani secara optimal oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Belum ditetapkannya sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan sampah padat.
Konsep TPS/TPA yang berwawasan lingkungan belum dapat diwujudkan sesuai ketentuan karena sulitnya
mencari lahan TPS/TPA di daerah perkotaan, dan penggunaan teknologi yang belum optimal.
Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah, sedangkan masyarakat hanya berkewajiban
membayar sampah yang dibuang.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah belum optimal. Masyarakat masih
berpikir bahwa sampah adalah barang negatif, tidak memiliki nilai jual sehingga hanya diserahkan kepada
pemulung dan dibuang.
Sampah dianggap merupakan sumber penghasilan bagi kelompok tertentu (pemulung dan pengumpul)
sehingga masyarakat berperilaku membuang saja.
Belum adanya standar harga dalam penjulan sampah sehingga harga hanya ditetapkan antara pemilik
sampah dan pemulung yang pada akhirnya tidak muncul ketertarikan dari masyarakat untuk memilah
sampah.
Sedangkan pada aspek pembiayaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat
di Bandar Lampung adalah :
Anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah kota dalam pengelolaan sampah masih didominasi dana
APBD.
Dengan beban pengelolaan sampah adalah murni kewenangan pemerintah dan kondisi topografi wilayah
yang tidak rata serta lokasi TPA dari wilayah layanan sangat jauh, maka biaya operasional pengelolaan
sampah di Bandar Lampung saat ini masih cukup tinggi. Dengan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia
tidak sebanding dengan sampah yang diproduksi dan usia kendaraan sangat mempengaruhi biaya
operasional.
Biaya pengolahan sampah juga sangat tinggi. Dalam pengolahan daur ulang diperlukan biaya yang tinggi
dibandingkan dengan menggunakan bahan baru sehingga penghasilan dari pengolahan sampah lebih
rendah di bandingkan biaya pengolahan sampah tersebut. Kondisi ini terjadi pada beberapa proyek
2-29
2015
komposting yang dilakukan di beberapa tempat di Bandar Lampung yang tidak bertahan lama disebabkan
tidak terjualnya produk kompos sehingga biaya operasional proses komposting tidak tertutupi.
5. Aspek dampak sampah terhadap lingkungan
Isu strategis pengelolaan sampah di Bandar Lampung berdasarkan kajian analisis kesehatan lingkungan adalah
sebagai berikut :
Kondisi TPS yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. TPS yang ada di kota Bandar
Lampung hampir seluruhnya tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. Tidak terpenuhinya
persyaratan teknis dan kesehatan didominasi antara lain oleh fakta bahwa : (1). TPS tidak bertutup; (2).
Sampah berserakan; dan (3). banyaknya lalat di sekitar TPS.
Kondisi TPA Bakung yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Kondisi TPA Bakung ditinjau dari aspek
teknis dan kesehatan memungkinkan terjadinya resiko-resiko lingkungan dan kesehatan akibat kondisi TPA
yang tidak memenuhi persyaratan, pada sisi lain sampah juga masih dibuang dengan sistem open dumping.
Penurunan kualitas lingkungan dan tingginya tingkat kepadatan lalat. Penurunan kualitas lingkungan baik
kualitas air maupun udara sebagai akibat dari kondisi TPA Bakung yang tidak memenuhi persyaratan.
Penurunan kualitas air berupa tingginya parameter fisika, kimia dan mikrobiologi sebagai akibat dari tidak
bekerjanya IPAL TPA Bakung secara optimal. Sedangkan penurunan kualitas udara akibat dari sistem
pembuangan sampah di TPA Bakung yang belum menerapkan sistem sanitary landfill.
Tingginya tingkat kepadatan lalat baik di TPS maupun di TPA Bakung serta pemukiman penduduk sebagai
akibat dari TPS dan TPA yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. Kondisi ini memungkinkan
lalat berkembang biak dengan baik.
Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat di TPA Bakung. Menurunnya tingkat kesehatan masyrakat
khususnya di TPA Bakung umumnya dialami oleh para pemulung. Penyakit tersebut diakibatkan oleh
pekerjaan dan lingkungan seperti, Rheumatik Artritis (Nyeri Sendi dan Tulang), Dispepsia (Gangguan
Lambung), Hipotensi (Darah Rendah), Hipertensi (Darah Tinggi), ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan atas),
Dermatitis Alergika (Alergi Kulit), Bronchitis Kronis (Radang Pernafasan), Cepalgia (Sakit Kepala) dan
Onserfari Febris (Panas).
2-30
2015
KEPALA DINAS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM,
MONITORING DAN EVALUASI
BIDANG
PERENCANAAN DAN
PENGENDALIAN
BIDANG
BINA MARGA
BIDANG
CIPTA KARYA
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
SUMBER DAYA AIR
SEKSI
SURVEY DAN
PENGUKURAN
SEKSI
JALAN PERKOTAAN
SEKSI
TATA BANGUNAN
SEKSI
KELEMBAGAAN
SEKSI
PEMETAAN
SEKSI
JEMBATAN
PERKOTAAN
SEKSI
TEKNIK
PENYEHATAN
SEKSI
BINA TEKNIK
SEKSI
PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN
SEKSI
SARANA DAN
PRASARANA JALAN
SEKSI
PERUMAHAN
SEKSI
OPERASI DAN
PEMELIHARAAN
UPTD
Namun harus diakui bahwa Pemerintah Kota khususnya Dinas PU belum memiliki kelembagaan dalam bentuk
UPT yang mempunyai tugas dalam pengendalian banjir, mengingat bahwa permasalahan drainase diperlukan
keterpaduan antar seluruh stakeholder, termasuk juga penanganan pengendalian banjir. Kapasitas SDM dan
kelembagaan perlu ditingkatkan dalam hal pengelolaan drainase perkotaan ini.
2.3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Dari kondisi fisik kota, maka wilayah sistem drainase kota Bandar Lampung dibuat sesuai dengan arah aliran
drainase yang ada, dan dibagi atas 4 sistem atau zona drainase, yaitu :
a) Sistem I (Zona Teluk Betung), meliputi: drainase yang ada di wilayah Teluk Betung yang mengalirkan
airnya pada sungai Way Kuala sebagai main drainnya, meliputi : Way kemiling, Way Pemanggilan, Way
Langkapura, Way Kedaton, Way Balau, Way Halim, Way Durian Payung, Way Simpur, Way Awi dan
Cabangnya, Way Panengahan, dan Way Kedamaian;
b) Sistem II (Zona Tanjung Karang), terdiri atas beberapa sungai, yaitu : Way Kuripan (Way Simpang
Kanan, Way Simpang kiri, dan Way Betung), Way Kupang, Way Kunyit dan Way Bakung;
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
2-31
2015
c) Sistem III ( Zona Panjang), meliputi: drainase yang mengalirkan airnya pada sungai-sungai Way Lunik
Kanan, Way Lunik Kiri, Way Pidada, Way Galih Panjang, dan Way Srengsem merupakan zona drainase
daerah datar pada daerah hilirnya sehingga menimbulkan banjir.
d) Sistem IV (Zona Kandis), meliputi: daerah-daerah di wilayah Kedaton dan sebagian Sukarame wilayah
barat, pada zona ini drainase utama akan membuang pada sungai Way Kandis 1 Way Kandis 2 dan
Way Kandis 3.
2.3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK
Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kondisi ini
dibuktikan dengan masih banyaknya sampah di saluran, gorong-gorong dan badan sungai, serta banyaknya
endapan sedimen di saluran. Oleh karena itu perlu secara terus menerus melakukan sosialisasi agar masyarakat
ikut menjaga kelestarian lingkungan khususnya badan sungai, dan memprioritaskan penanganan drainase untuk
kegiatan pemeliharaan saluran secara rutin maupun khusus.
2.3.2.4 Partisipasi Dunia Usaha
Ditinjau dari aspek partisipasi dunia usaha dalam konteks pengelolaan drainase lingkungan masih sangat rendah
baik dalam penyediaan prasarana maupun dari sisi pemeliharaan saluran drainase. Hal ini perlu terus dilakukan
sosialisasi dari pemerintah untuk mengajak pihak swasta terlibat dalam kegiatan pembangunan maupun
pengelolaan drainase lingkungan.
2.3.2.5 Pendanaan dan Pembiayaan
Biaya operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan termasuk biaya gaji petugas kebersihan.
2.3.2.6 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak
Bila dilihat Kondisi topografi kota Bandar Lampung yang berbukit dan mempunyai kemiringan terjal, idealnya
kondisi ini sangat menguntungkan karena sistem pengalirannya dapat mengalir secara alami mengikuti gravitasi
dari saluran ke saluran primer berikutnya. Pada kondisi ideal alami ini, Kota Bandar Lampung terhindar dari banjir
dan genangan.
Namun seiring dengan perkembangan kota yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara langsung,
serta bertambahnya jumlah penduduk, masalah banjir dan genangan merupakan konsekuensi yang harus
dihadapi Kota Bandar Lampung. Adapun penyebab genangan yang umumnya terjadi adalah sebagai berikut :
2-32
2015
a. Terjadi genangan di ruas jalan protokol karena merupakan cekungan terutama di jembatan, di atas sungai
yang memotong jalan. Hal ini disebabkan kapasitas jembatan dan saluran yang lebih kecil dari debit banjir
yang terjadi;
b. Terjadinya perubahan tipe saluran akibat pembangunan ruko-ruko yang tumbuh dengan pesat dimanamana, seperti semula tipe saluran terbuka menjadi saluran tertutup dengan beton dan tidak adanya lubang
inlet atau manhole untuk masuk ke saluran;
c. Terjadinya genangan di area permukiman disebabkan kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir yang
terjadi, atau disebabkan karena gorong-gorong jalan yang tertutup endapan atau sampah, atau belum
adanya saluran drainase;
d. Dijumpai banyak bangunan di bantaran sungai, sehingga mempersempit luas penampang sungai.
Peninggian tanggul kiri dan kanan sungai tidak mengatasi banjir, bahkan menghambat air di kiri dan kanan
sungai yang berupa cekungan/lembah, untuk masuk ke sungai, yang mengakibatkan runtuhnya tanggul,
terutama di sekitar tikungan Sungai Way Awi dan Sungai Way Balau.
Berdasarkan studi review Masterplan Drainase Kota Bandar Lampung dan informasi dari masyarakat dan
pengamatan langsung di lapangan, terdapat 51 lokasi genangan yang menyebar di beberapa wilayah kota,
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.19 Lokasi Banjir/Genangan di Kota Bandar Lampung
Besar Genangan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Panjang
7.50
1.00
48
Frekuensi
(pertahun
)
14
Panjang
1.00
0.50
Teluk Betung
Selatan
2.00
1.00
12
No
Lokasi
Kecamatan
Kampung Baru,
Kmp. Anyar, Kmp
Sukabaru (Kel.
Panjang Utara)
Penyebab
Genangan
Kap. Saluran dan
gorong-gorong
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Pengaruh pasang
air laut;
Meluapnya air
dari Way Pidada
Kap. Saluran dan
gorong-gorong
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Banyaknya
endapan sedimen
di saluran
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Keteranga
n
Sudah
ditangani
Sedang
ditangani
BPBD
2-33
2015
Besar Genangan
No
Lokasi
Kecamatan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Frekuensi
(pertahun
)
Umbul Jengkol
LK I (Way Lunik)
Teluk Betung
Selatan
0.50
0.50
Lingkungan I
(Ketapang)
Teluk Betung
Selatan
1.00
1.70
48
12
Kampung
Karawang
(Garuntang)
Teluk Betung
Selatan
4.00
1.00
24
Teluk Betung
Selatan
1.00
0.50
Teluk Betung
Selatan
1.00
0.50
RT 02/RW02 LK
II (Pecoh Raya)
Teluk Betung
Selatan
1.00
0.50
Penyebab
Genangan
Meluapnya air
dari Way Lunik;
Kap Goronggorong lebih kecil
dari debit banir
ayng terjadi.
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Meluapnya air
dari Way Lunik;
Bangunan siphon
yang berada di
bawah rel KA
tertutup sedimen
dan sampah;
Kap. Saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Sistem drainase
belum tertata
dengan baik dan
masih alami;
Tidak adanya
saluran
pembuang dari
pemukiman
warga;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Kap. Goronggorong di Jl. Yos
Sudarso depan
mesjid lebih kecil
dari debit banjir
yang terjadi;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Saluran tertutup
oleh rumputrumput.
Keteranga
n
Sedang
ditangani
BPBD
2-34
2015
Besar Genangan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Teluk Betung
Selatan
0.75
0.40
Frekuensi
(pertahun
)
6
Teluk Betung
Selatan
1.00
0.50
12
Teluk Betung
Selatan
0.40
0.50
13
Teluk Betung
Selatan
0.80
0.30
14
Jl. RE
Martadinata &
kmp.Palembang
(RT 39 dan 41)
Teluk Betung
Selatan
3.00
1.00
15
15
Perum. Bakung
Teluk Betung
Barat
0.30
0.50
16
Perum. Perwata
Teluk Betung
Barat
0.60
0.30
17
Jl. Pramuka
Perum Kuripan
Permai
Teluk Betung
Barat
2.00
18
Teluk Betung
Utara
1.00
0.50
No
Lokasi
Kecamatan
10
11
Penyebab
Genangan
Keteranga
n
Belum adanya
saluran kiri dan
kanan jalan;
Kap. Saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Meluapnya air
dari Way Kupang.
Kap. saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Pengaruh pasang
air laut;
Banyaknya
sampah di
saluran
Pengaruh pasang
air laut;
Pintu air yang
berada di bagian
outlet saluran
pembuang sudah
rusak
Kap. saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Banyak endapan
sedimen di
saluran.
Kap. saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Tidak adanya
saluran
pembuang dari
pemukiman
warga;
Kap. saluran dan
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Meluapnya dari
Way kateguhan.
Kap. saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi
2-35
2015
Besar Genangan
No
Lokasi
Kecamatan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Frekuensi
(pertahun
)
Penyebab
Genangan
Meluapnya air
dari saluran
Daerah cekungan
Banyaknya
sampah di
saluran
Meluapnya air
dari Way Kunyit
Elevasi tanah
pemukiman lebih
rendah dari muka
air banjir Way
Kunyit
19
Gang Pancor
Mas (Gunung
Mas)
Teluk Betung
Utara
4.00
0.80
10
20
Teluk Betung
Utara
1.00
0.30
Meluapnya air
dari Way Kunyit
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi.
21
Teluk Betung
Utara
0.20
0.50
22
Jl. Batu RT 24
(Gulak Galik)
Teluk Betung
Utara
0.50
0.50
10
23
Teluk Betung
Utara
0.15
0.50
24
Tanjung
Karang Pusat
0.65
0.30
Meluapnya air
dari saluran;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi.
Trace saluran
berada di bawah
bangunan rumah
warga;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi.
Meluapnya air
dari saluran;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi.
Daerah cekungan
Limpasan air dari
saluran drainase;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Elevasi rumah
lebih rendah dari
jalan.
Keteranga
n
2-36
2015
Besar Genangan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Tanjung
Karang Pusat
0.31
0.40
Frekuensi
(pertahun
)
5
Jl. Tulang
Bawang
Tanjung
Karang Pusat
1.10
0.60
12
27
Tanjung
Karang Pusat
0.28
0.50
28
Pasar Semap
Tanjung
Karang Pusat
0.24
0.30
1.50
29
Tanjung
Karang Pusat
1.00
1.00
30
Jl. Sutiyoso
(depan kantor
Lurah kota baru)
Tanjung
Karang Timur
0.87
0.50
10
31
Tanjung
Karang Timur
0.67
0.30
32
Tanjung
Karang Timur
0.20
0.30
No
Lokasi
Kecamatan
25
26
Penyebab
Genangan
Keteranga
n
2-37
2015
Besar Genangan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Tanjung
Karang Timur
0.02
0.30
Frekuensi
(pertahun
)
4
Tanjung
Karang Timur
15
Tanjung
Karang Barat
1.10
0.40
36
Jl. Antasari
(pompa bensin)
Sukabumi
0.16
0.50
10
37
Belakng SD 1
Jagabaya
Sukabumi
3.60
0.60
38
Kedaton
2.57
0.30
39
Jl. Urip
Sumoharjo
Perum. Prasanti,
Griya Sukarame
dan Permata Biru
Sukarame
0.70
12
Sukarame
0.50
10
Jl. Urip
Sumoharjo
Sukarame
0.50
0.50
No
Lokasi
Kecamatan
33
35
34
40
41
Penyebab
Genangan
Keteranga
n
Sdah
ditangani
Meluapnya air
dari kolam retensi
alami
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Saluran yang ada
berada di bawah
bangunan mesjid.
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Daerah
cekungan.
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Daerah
cekungan;
Limpasan air dari
anak sungai Way
Penengahan;
Jl. Gajah levelnya
lebih rendah dari
elevasi muka air
banjir.
Melimpasnya air
anak Way Halim;
Meluapnya air
dari saluran
primer;
Penyempitan
saluran primer
bagian hilir di
jembatan Jl. P.
Sangkep.
Melimpasnya air
dari Way Halim;
Rusaknya dinding
saluran bagian
hilir jembatan;
2-38
2015
Besar Genangan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Sukarame
0.50
0.30
Frekuensi
(pertahun
)
9
Pemukiman
Warga (belakang
kantor PTPN)
Kedaton
1.60
0.60
44
Kedaton
1.25
0.30
45
Gerbang
Gelanggang
Pemuda (Jl. Arif
Rahman Hakim)
Jl. Ki Maja
(depan rukoruko)
Kedaton
0.87
0.40
Kedaton
0.26
1.00
12
47
Raja basa
1.27
0.35
1.50
48
Komp Terminal
Raja Basa
Raja Basa
0.50
0.30
10
49
SDN 2 Rajabasa
Raja basa
2.00
1.00
10
No
Lokasi
Kecamatan
42
Jl. Pembangunan
43
46
Penyebab
Genangan
Keteranga
n
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Banyaknya
endapan sedimen
dan sampah;
Tanggul kiri
sungai jebol;
Rumah-rumah
berada di areal
bantaran sungai;
Hilir jembatan
sungai Kedaton
di bending.
Tidak ada saluran
drainase jalan di
sisi kanan jalan
Sultan Agung;
Kapasitas saluran
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi;
Daerah
cekungan;
Banyaknya
endapan sedimen
di saluran;
Elevasi jalan
lebih rendah dari
elevasi muka air
saluran.
Daerah
cekungan;
Kapasitas
gorong-gorong
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi.
Penyempitan
saluran di bagian
hilir goronggorong;
Kapasitas
gorong-gorong
lebih kecil dari
debit banjir yang
terjadi.
Daerah
cekungan;
kapasitas gorong-
2-39
2015
Besar Genangan
No
Lokasi
Kecamatan
Luas
(Ha)
Tinggi
(m)
Lama
(jam)
Frekuensi
(pertahun
)
Penyebab
Genangan
50
Kel. Rajabasa
RT.01/RW01 (Jl.
Indra
Bangsawan)
Raja basa
0.80
0.30
12
51
Tanjung
Senang
0.30
0.30
Keteranga
n
Sumber : Review Master Plan Drainase Kota Bandar Lampung, Tahun 2011
2-40
2.4
2015
2.4.1
Studi EHRA
Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan
data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA.
Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko
sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan
fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum lainnya meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum PDAM;
jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah
KK miskin; serta bila data tersedia, luas genangan.
Jumlah Pelanggan PDAM
Sistem pelayanan sambungan PDAM Way Rilau dibagi dalam beberapa zone daerah pelayanan, dan jumlah
sambungan PDAM Way Rilau sampai dengan November 2011 adalah 33,872 sambungan, jumlah sambungan
terbanyak ada pada zone 120 dengan rincian sebagaimana terlihat pada table berikut.
Tabel 2.20 Zone Daerah Pelayanan
Pelanggan
No
Zone
Daerah Pelayanan
1.
75
7,148
2.
108
3,289
3.
120
404
Sumur Dalam
4.
145
11,802
Reservoir Palapa
5.
185
5,633
Reservoir Cimeng
6.
231
1,648
Reservoir Kemiling
7.
300
Kemiling
3,948
TOTAL
33,872
Nov 2011
Reservoir Distribusi
Jumlah sambungan diatas bila dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang ada di zona layanan masingmasing maka akan didapat cakupan pelayanan PDAM berkisar 19% terhadap daerah pelayanan yang ada. Hal
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
2-41
2015
Jumlah Jamban
Dari data kesehatan tahun 2011, dapat dilihat 63% jumlah KK memiliki jamban dan yang dikategorikan sehat
jumlah yang memiliki jamban tersebut sebanyak 85% atau sebanyak 103.250 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel
dan gambar di bawah ini.
Tabel 2.21 Jumlah KK yang Memiliki Sarana Dasar
JAMBAN
NO
KECAMATAN
JUMLAH
KK
TEMPAT SAMPAH
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH
MEMILIKI
JUMLAH
KK
SEHAT
JUMLAH
MEMILIKI
JUMLAH
KK
SEHAT
JUMLAH
MEMILIKI
JUMLAH
KK
SEHAT
JUMLAH
5,408
5,408
10,799
10,799
10,839
6,069
6,069
19,661
6,695
6,695
618
581
1,280
1,210
Panjang
14,801
9,051
8,099
7,656
6,899
8,605
7,914
21,071
12,177
10,891
7,345
5,798
11,066
9,628
16,362
13,352
13,352
9,194
9,194
13,310
13,310
14,954
12,497
10,789
8,766
8,766
12,754
10,704
13,331
10,801
9,426
7,028
6,741
9,564
8,365
Kemiling
21,941
10,967
9,623
6,595
5,841
10,564
8,521
Kedaton
23,887
22,264
11,544
22,974
10,452
22,274
9,220
10
Rajabasa
9,320
3,200
3,200
3,200
2,851
3,200
3,145
11
Tanjung Seneng
7,542
6,581
6,197
5,045
5,045
6,135
6,135
12
Sukarame
14,485
6,417
6,348
6,418
6,241
6,417
5,880
13
Sukabumi
3,461
1,130
1,017
1,130
723
1,130
508
JUMLAH
191,655
121,201
103,250
91,377
74,540
117,098
95,339
2-42
2015
Persampahan
Dari hasil studi persampahan yang dilaksanakan oleh Unila, total volume sampah yang dihasilkan dari
permukiman di masing-masing kecamatan adalah sebanyak 2.258 m3 per hari dengan asumsi sampah per
kapita : 2.5 lt/org/hari, sedangkan sampah yang terangkut ke TPA Bakung adalah sebanyak 1.176 m3 per hari,
artinya cakupan pelayanan sampah ke TPA Bakung hanya 52% dari total timbulan sampah yang ada di
permukiman. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
2-43
2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
Sampah
Timbulan
Penduduk
Sampah (m3) Terangkut
(jiwa)
(m3)*
59,812
92,852
63,857
92,074
62,825
72,819
65,878
75,745
88,667
45,329
43,826
73,788
65,843
903,315
149.53
232.13
159.64
230.19
157.06
182.05
164.70
189.36
221.67
113.32
109.57
184.47
164.61
2,258
71.38
111.10
93.74
100.92
77.03
4.19
80.23
83.96
188.27
79.17
82.07
103.35
100.50
1,176
2-44
2015
Drainase Lingkungan
Hampir sebagian besar wilayah kecamatan di kota Bandar Lampung memiliki beberapa lokasi genangan yang
frekuensi kejadiannya lebih atau sama dengan 5 kali kejadian per tahun. Dan hanya satu wilayah yang tidak
terjadi genangan yaitu Kecamatan Kemiling, oleh karena wilayah ini berada di ketinggian 200 300 mdpl dan
berada di daerah hulu sungai dari DAS Way Kuala. Adapun gambaran luasan genangan wilayah kecamatan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.8 Luas Genangan di Wilayah Kota
2-45
2015
2-46
2015
Jika kriteria di atas diterapkan pada sejumlah penduduk kelurahan, hasilnya akan menjadi seperti tabel di bawah
ini.
Tabel 2.23 Jumlah Kelurahan berdasarkan prediksi kepadatan penduduk (2011-2030)
Uraian
Kategori
Jumlah Kelurahan
2011
2015
2020
2025
2030
Rendah
33
25
22
19
15
Sedang
42
45
41
35
33
Tinggi
23
28
35
44
50
98
98
98
98
98
2-47
2015
Gambar 2.10 Kepadatan Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2015
2-48
2015
2-49
Nama Kecamatan
1
2
3
4
5
6
2015
24%
27%
18%
28%
4%
39%
24%
3
16
1
21
2
8
51
7%
11%
2%
46%
9%
35%
18%
32
103
41
28
12
19
235
76%
72%
93%
61%
52%
83%
73%
Nama Kecamatan
1
2
3
4
5
6
D.6 : Mengosongkan
Septik Tank > 5 tahun
atau tidak pernah
27
70
4
18
15
6
140
64%
49%
9%
39%
65%
26%
42%
8
18
4
9
3
8
50
19%
13%
9%
20%
13%
35%
18%
3. Persampahan :
Sebanyak 66% responden mendapat layanan pengelolaan persampahan, artinya terjadi proses pewadahan,
pengumpulan dan pengangkutan. Dan 59 % menyatakan frekuensi pengangkutan memadai dan 51 %
responden menyatakan bahwa pengangkutan sampahnya berjalan tepat waktu, tidak terjadi penumpukan
sampah yang terlalu lama di sumber sampah rumah tangga. Dan dari seluruh responden tidak diperoleh
data mengenai pengolahan sampah setempat seperti composting.
Nama Kecamatan
1
2
3
4
5
6
C.2 : Pengelolaan
Sampah
41
117
43
13
5
16
235
98%
82%
98%
28%
22%
70%
66%
C.5 : Frekuensi
pengangkutan memadai
40
84
43
3
5
17
192
95%
59%
98%
7%
22%
74%
59%
71%
45%
98%
4%
22%
65%
51%
2-50
2015
4. Drainase Lingkungan :
Hanya 2% responden menyatakan banjir atau genangan yang terjadi > 30 cm dan 5% responden
menyatakan kejadiannya lebih dari 2 jam. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa permasalahan genangan
yang terjadi lebih cendrung di saluran utama (main drainage), sebagaimana dilaporkan pada studi
sebelumnya, baik yang disebabkan saluran yang tersumbat sampah, saluran drainase yang mengalami
penyempitan (bottle neck), sehingga air melimpas ke jalan atau permukiman dan luas genangan semakin
besar.
5. PHBS :
Sebagian besar responden (98%) memiliki kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun untuk 5 waktu
penting. Dan sabun tersedia toilet atau kamar mandi. Sedangkan untuk BABS sebagaimana dijelaskan
diatas 13% responden masih membuang air limbah ke tanah atau badan air yang ada.
Berdasarkan hasil scoring diperoleh 4 (empat) klasifikasi yaitu antara lain :
1. Warna Merah tingkat resiko sanitasi sangat tinggi sebanyak 15 Desa
2. Warna Kuning tingga resiko sanitasi tinggi sebanyak 83 Desa
3. Warna Hijau tingkat resiko sanitasi sedang sebanyak 117 Desa dan
4. Warna Biru tingkat resiko sanitasi rendah sebanyak 26 Desa
2-51
2015
Skor
Skor
Skor
berdasarkan
berdasarkan
data
sekunder
berdasarkan
2
4
2
2
3
3
2
4
4
4
4
30.00%
2
2
3
2
2
2
1
1
2
2
2
40.00%
2
2
2
2
2
2
2
4
1
2
1
3
2
2
3
2
1
3
3
3
2
3
3
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
4
4
2
2
4
persepsi
SKPD
Skor
yg
disepakati
Skor
Skor
Kesepakatan
hasil
Pokja
Kabupaten
kunjungan
lapangan
1.99
2.67
2.33
2.00
2.33
2.33
1.67
3.00
2.00
2.67
2.33
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2.00
200
2.00
2.00
2.67
2.00
2.00
2.00
3.00
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2.67
data EHRA
0
pembobotan
1.Tanjungkarang Pusat
Kaliawi
Pasir Gintung
Durian Payung
Gotong Royong
Enggal
Pelita
Palapa
Gunung Sari
Kelapa Tiga
Penengahan
Tanjung Karang
2. Teluk Betung Selatan
Bumi Waras
Gedung Pakuon
Talang
Pesawahan
Teluk Betung
Pecoh Raya
Garuntang
Way Lunik
Ketapang
Kangkung
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
30.00%
2
2-52
Kecamatan
Kelurahan
2015
Skor
Skor
Skor
berdasarkan
berdasarkan
data
sekunder
berdasarkan
persepsi
SKPD
Skor
yg
disepakati
Skor
Skor
Kesepakatan
hasil
Pokja
Kabupaten
kunjungan
lapangan
2.00
data EHRA
0
pembobotan
Sukaraja
3.Teluk Betung Barat
Negeri Olok Gading
Bakung
Kota Karang
Sukamaju
Keteguhan
Perwata
Kuripan
Sukarame II
4.Teluk Betung Utara
Kupang Teba
Gunung Mas
Kupang Raya
Pahoman
Sumur Batu
Pengajaran
Sumur Putri
Batu Putu
Kupang Kota
Gulak - Galik
5.Panjang
Panjang Utara
Srengsem
Panjang Selatan
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
2
3
3
3
4
3
3
2
1
2
3
1
1
2
1
2
4
2
2
1
1
2
1
4
2.33
2.33
2.67
2.00
2.00
2.33
1.67
2.67
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
1
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
1
2
1
3
1
2
1
1
1
2
4
4
4
4
2
3
2.00
2.33
1.67
1.67
2.67
2.67
2.67
3.33
2.00
2.67
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
2
3
2
4
1
2.67
3.00
2.67
3
3
3
3
3
3
2-53
Kecamatan
Kelurahan
2015
Skor
Skor
Skor
berdasarkan
berdasarkan
data
sekunder
berdasarkan
3
3
3
3
2
2
2
4
4
2
2
1
3
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
4
3
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
2
persepsi
SKPD
Skor
yg
disepakati
Skor
Skor
Kesepakatan
hasil
Pokja
Kabupaten
kunjungan
lapangan
3.00
2.33
2.33
2.67
3
2
2
3
3
2
2
3
1
2
4
2
1
1
1
1
2
2
2.00
200
2.67
2.67
2.00
1.67
1.67
2.00
1.67
2.00
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
1
1
2
2
2
2
1.67
2.00
2.00
2.00
2.67
2.00
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2.67
data EHRA
0
pembobotan
Pidada
Way Laga
Way Gubag
Karang Maritim
6.Tanjung Karang Timur
Kebun Jeruk
Sawah Lama
Jaga Baya I
Kedamaian
Sawah Brebes
Kota Baru
Tanjung Gading
Tanjung Raya
Rawa Laut
Campang Raya
7. Tanjung Karang barat
Segala Mider
Gedong Air
Gunung Terang
Susunan Baru
Sukajawa
Sukadanaham
8.Kemiling
Langkapura
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
2-54
Kecamatan
Kelurahan
2015
Skor
Skor
Skor
berdasarkan
berdasarkan
data
sekunder
berdasarkan
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
4
2
2
2
2
3
2
2
1
2
1
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
persepsi
SKPD
Skor
yg
disepakati
Skor
Skor
Kesepakatan
hasil
Pokja
Kabupaten
kunjungan
lapangan
2.00
2.67
2.00
2.00
2.00
2.00
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
1
4
4
1
2
4
1
2.00
1.67
2.67
2.33
1.67
2.00
2.67
2.00
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
1
1
1
3
1.67
1.67
2.00
2.33
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
1
4
1.67
2.00
3.33
2
2
3
2
2
3
data EHRA
0
pembobotan
Sumber Rejo
Beringin Raya
Bukit Kemiling Permai
Sumber Agung
Pinang Jaya
Kedaung
9.Kedaton
Sidodadi
Surabaya
Sukamenanti
Kedaton
Kampung Baru
Labuhan Ratu
Sepang Jaya
Perumnas Way Halim
10.Tanjung Seneng
Tanjung Seneng
Way Kandis
Labuhan Dalam
Perum Way Kandis
11.Sukarame
Wayhalim Permai
Gunung Sulah
Harapan Jaya
Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung
2-55
Kecamatan
Kelurahan
2015
Skor
Skor
Skor
berdasarkan
berdasarkan
data
sekunder
berdasarkan
3
3
3
2
4
4
3
3
3
3
2
1
3
2
2
2
2
2
3
3
4
3
2
2
2
2
persepsi
SKPD
Skor
yg
disepakati
Skor
Skor
Kesepakatan
hasil
Pokja
Kabupaten
kunjungan
lapangan
3.33
3.00
3
3
3
3
2
2
4
2
1
3
2.67
2.33
3.00
2.33
1.67
2.00
3
2
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
4
2
2
2.33
3.00
2.67
2.33
2
3
3
2
2
3
3
2
data EHRA
0
pembobotan
Way Dadi
Sukarame
12.Sukabumi
Jaga Baya II
Jaga Baya III
Tanjung Baru
Kali Balau Kencana
Sukabumi
Sukabumi Indah
13.Raja Basa
Raja Basa
Raja Basa raya
Raja Basa Jaya
Gedung Meneng
2-56
2015
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembobotan area lokasi sanitasi beresiko pada table5.5 diatas
menunjukkan wilayah selatan/daerah pesisir Kota Bandar Lampung (Kec. T. Betung Barat, T. Betung
Selatan, Panjang, T. Karang Timur, T. Karang Pusat dan Sukabumi) memiliki tingkat resiko sedang akan
masalah sanitasi, sedangkan 7 Kecamatan lainnya termasuk dalam resiko rendah akan masalah sanitasi.
Parameter penentuan wilayah area beresiko di titik beratkan pada 7 (tujuh) kriteria yaitu : 1). Kepadatan
Penduduk; 2). Kawasan CBD; 3). Kawasan Kumuh; 4). Luas Daerah Genangan; 5). Data Kesehatan; 6).
Volume Sampah Terangkut; dan 7). Ketersediaan Air Bersih.
2.4.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini
Pengelolaan sanitasi kota Bandar Lampung masih belum berjalan secara maksimal, baik yang terkait
dengan pengaturan atau kebijakan, pemberdayaan kapasitas sumber daya manusia sebagai pengelola
teknis dan administrasi, koordinasi antar lembaga terkait, upaya promosi kesadaran atau kepedulian akan
kesehatan lingkungan yang belum maksimal serta penganggaran bidang sanitasi yang masih terlampau
kecil dibandingkan dengan APBD yang ada.
Pengaturan / Kebijakan :
Kota Bandar Lampung saat ini belum memiliki Perda tentang Pengelolaan Sanitasi yang terpadu dan
menyeluruh yang berpedoman pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah maupun Peraturan
2-57
2015
Kementrian yang berlaku, dimana secara substansi Perda Pengelolaan Sanitasi ini harus memuat hal-hal
sebagai berikut:
1) Rencana strategis dan Rencana kerja yang memuat pola pengelolaan penanganan sanitasi yang
terpadu.
2) Aturan tentang pemanfaatan teknologi pengolahan maupun pengelolaan sanitasi dengan melakukan
uji coba pilot project untuk penerapannya..
3) Ketentuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
4) Aturan kerja sama antara pemerintah kota dengan swasta untuk pengelolaan sanitasi dengan mediasi
Pemerintah Provinsi Lampung.
5) Adanya sanksi yang tegas dan spesifik kepada masing-masing pelanggaran termasuk penetapan
model reward and punishment.
6) Penetapan retribusi dengan memperhitungkan pemulihan biaya sebagaimana yang ada pada
Permendagri.
Kelembagaan dan Kapasitas SDM :
Pengelolaan sanitasi masih berjalan secara sendiri-sendiri tidak terfokus pada satu unit kerja yang
menangani masalah-masalah sanitasi, baik secara teknis maupun administrasi keuangan. Sebaiknya
diserahkan kepada dinas teknis yang membidangi kegiatan sanitasi ini. Selain itu juga kapasitas SDM
yang ada perlu diberikan pemahaman secara teknis mengenai pengelolaan sanitasi serta pengelolaan
administrasi dan keuangan.
Koordinasi Antar Lembaga Terkait :
Permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan sanitasi adalah koordinasi baik secara teknis
maupun non teknis terkait dengan masalah sanitasi perkotaan. Upaya koordinasi diperlukan sebagai
upaya perencanaan dan pengendalian kegiatan agar apa yang direncanakan dapat memperoleh manfaat
yang maksimal. Dalam hal ini keberadaan Pokja AMPL sangat membantu untuk melakukan konsolidasi
seluruh kegiatan sanitasi perkotaan.
Promosi Sanitasi :
Promosi sanitasi adalah kegiatan mempromosikan kesadaran atau kepedulian seluruh stakeholder akan
pentingnya sanitasi dalam kerangka perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sangat penting mulai
dilakukan pada tingkat sekolah TK hingga perguruan tinggi, agar generasi muda punya kepedulian dan
dapat mendorong para orang tua untuk hidup bersih dan sehat serta menjaga kesehatan lingkungannya.
2-58