KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang sangat luas kepada kita
semua. Atas pertolongan dan kekuasaan-Nya yang begitu sempurna, penulis dapat
menyelesaikan tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak ini. Shalawat serta salam juga
penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari zaman Jahilliyah menuju zaman yang penuh cahaya bagi umat yang bertaqwa
kepada-Nya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan tugas laporan kasus ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk perbaikan penyajian laporan
kasus ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi khalayak.
Jakarta, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
I. LAPORAN KASUS.....................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................
2.1 Kejang Demam
14
2.1.1 Definisi 14
2.1.2 Klasifikasi
14
2.1.3. Etiologi 15
2.1.4. Faktor Risiko
15
2.1.5. Patofisiologi
16
21
21
22
22
2.1.10 Penatalaksanaan
23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
: An. Ak
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/tanggal lahi
Umur
: 1 tahun, 7 bulan
Nama ayah
: Tn. H
Umur
: 31 tahun
Pekerjaan ayah
: Karyawan
Pendidikan
: SMA
Nama ibu
: Ny. N
Umur
: 37 tahun
Pekerjaan ibu
: IRT
Pendidikan
: SMA
Alamat
Masuk RS/Pukul
II. ANAMNESA (Alloanamnesa dengan ibu pasien pada Rabu, 14 November 2014-09.05
WIB)
Keluhan Utama
Kejang 3x sejak 1 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
Satu hari SMRS pasien demam disertai batuk dan pilek. Demam tinggi terus-menerus, dan
kejang muncul berulang sampai 3x, awalnya kaki dan tangan kaku kemudian klojotan
disertai bibir pucat dan mata mendelik ke atas. Kejang terjadi 5 menit kemudian berhenti
sendiri. Setelah kejang pasien menangis dan sadar dirumah. Saat kejang anak hanya
didiamkan. Keluhan kejang ini di dahului oleh demam, saat diukur dirumah suhu pasien
38,7C. Demam terus-menerus sejak 1 hari, keluhan ini disertai batuk berdahak sulit
dikeluarkan, batuk sejak 1 hari. Terdapat pilek, tampak lemas dan lesuh, sesak napas
disangkal, mencret disangkal, BAK dan BAB normal. Pasien diberi Paracetamol syrup
sementara. Nafsu makan menurun disangkal. Di keluarga pasien ada yang menderita kejang
demam.
Usia 13 bulan pernah kejang disertai demam selama 5 menit yang terjadi berulang (2x),
Kakak pasien ada riwayat kejang demam, tetapi kakak pasien sudah meninggal di
karenakan sakit kejang demam pada usia 1tahun.
Kesan: Riwayat tumbuh kembang terhambat. Pada Saat usia 1,7 tahun pasien hanya
bisa duduk tanpa berpengan tangan dan sudah bisa mengangkat kepala ketika tengkurap
atau aktivitas lainnya, dan pasien tidak bisa berdiri tanpa berpegangan. Pada pasien
tentang bicara hanya bisa memanggil mamama dan papapapa, hanya bisa dua kata.
Motorik halus pada pasien ini memegang dengan ibu jari dan tangan, mencorat-coret
dan meraih mainan. Untuk personal sosial pada pasien dag-dag dengan tangan,
tersenyum spontan, meraih mainan nya, bertepuk tangan dan bermain dengan orang.
Riwayat Makanan
ASI eksklusif diberikan hingga usia 1 bulan. Setelah itu anak mendapat susu formula
lactogen sampai usia 6 bulan, tetapi karena ada alergi yang menimbulkan kemerahan pada
lengan dan kaki pasien, maka ibu pasien menggantinya dengan susu formula bebelac.
makanan tambahan berupa 1 mangkuk kecil bubur beras merah 1x sehari ditambahn susu
formula 4-5 botol.
Kesan: kualitas kurang baik, kuantitas tidak seimbang.
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
Kesan: Imunisasi tidak lengkap
Jumlah
1x
2x
4x
3x
1x
Usia
0 bln dengan skar 4 mm
2 bln/ 4 bln/
0bln/ 2 bln/ 4 bln/ 6 bln
0bln/ 1bln/ 6bln
9bln
Anamnesis Sistem:
SSP
Mata
: mata merah (-), mata berair (-), nyeri pada mata (-)
THT
Kardiovaskular
: berdebar-debar (-)
Respirasi
Gastrointestinal
: BAB normal
Urogenital
Endokrin
Muskuloskeletal
: Composmentis
Tanda vital
1. Suhu
: 380 C (aksila)
2. Nadi
3. Nafas
Status Gizi
1. Tinggi badan : 79 cm
2. Berat badan : 10 kg
3. Lingkar kepala: 42,5 cm (Mikrocephal)
4. Lingkar lengan atas: 11.0 cm (Normal- Frisancho)
BB/U = 10/11,4 kg x 100%
= 87,7 % (Gizi Baik- WHO 2006)
TB/U = 79/81 cm x 100%
= 97,5 % (Normal- WHO 2006)
BB/TB = 10/11 kg x 100%
= 91 % (Gizi Baik- WHO 2006)
Kesimpulan status gizi : Gizi Baik berdasarkan data antropometrik.
Pemeriksaan Khusus
Kulit
: Mikrocephal
2. UUB
: sudah menutup
3. Rambut
4. Mata
5. Hidung
6. Mulut
: Mukosa bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil bengkak (-)
7. Gigi
8. Faring
9. Telinga
10. Leher
Dada
1. Inspeksi
2. Palpasi
4. Palpasi
: Nyeri tekan (-) seluruh lapang abdomen. Nyeri lepas (-). Hepar dan
: hangat
2. Otot
3. Tulang
4. Sendi
V. RESUME
Anak perempuan 1 tahun 7 bulan kejang 3x sejak 1 hari SMRS. Kejang (+) 5 menit
tonik-klonik, berhenti sendiri, setelah kejang sadar (+). batuk berdahak (+) sejak 1 hari
SMRS. Pilek (+) sejak 1 hari SMRS. Tampak lemah dan lesuh.
Dari pemeriksaan fisik: kesadaran komposmentis, suhu 38OC (aksila), HR= 110x/menit,
RR= 35x/ menit, meningeal sign (-).
Dari pemeriksaan lab: haemoglobin 9,4mg/dl, Trombosit 557.000/uL dan hematokrit
29%.
Tumbuh kembang terhambat (berdasarkan Danver Development screening test),
imunisasi dasar kurang lengkap.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Kejang demam kompleks
Anemia suspect defisiensi zat besi
Global Delayed Development
Imunisasi tidak lengkap
V. RENCANA PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan darah rutin :Hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit (H2TL).
2. Pemeriksaan elektrolit
3. Pemeriksaan hapusan darah perifer (anemia mikrositik: MCH dan MCV)
10
Slide darah pada anemia normositik didapatkan MCV normal antara 80-100 fL.
Keadaan ini menyebabkan Anemia pada penyakit ginjal kronik. Sindrom anemia
kardiorenal : anemia, gagal jantung, dan penyakit ginjal kronik.
VI. TERAPI
1. Cefatoxime 500mg 3x sehari selama 5 hari
2. Paracetamol syrup 10-15 mg/kgBB/x = 100-150 mg/x
3. Diazepam oral 0,3 mg/kgB setiap 8 jam (= 4,5 mg)
Imunisasi tidak lengkap, tetap dilanjutkan dengan diberikan vaksin DTwP atau DTaP
atau kombinasi dengan vaksin lain. Vaksin yang seharusnya dapat sesuai umur pasien
yaitu DPT, Polio, Hib, Influenza, MMR, dan Varizela.
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa kejang demam dapat terjadi berulang hingga usia
6 tahun sehingga ibu harus sedia termometer, obat penurun panas, dan obat anti kejang
di rumah serta dibawa jika bepergian.
- Jika kejang terjadi di rumah:
Pakaian ketat dibuka
Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah cairan masuk ke jalan napas
Menjaga jalan napas agar oksigenasi cukup
Jangan menahan kejang dengan paksaan.
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: bonam
Quo ad Fungtionam
: dubia at malam
Quo ad Sanactionam
: bonam
2. Ispa
P : - Kotrimoksazol 240 mg 2x1
- Pertimbangkan citarasa, bentuk dan rupa, waktu serta cara penyajian makanan anak.
Berikan makanan kesukaan anak.
- Observasi tanda-tanda kejang
17 November 2014 (09:40 WIB)
S : Kejang (-), demam (+), batuk berdahak (+), pilek (+). Pagi ini mau makan 3 sdm
bubur yang disediakan RS, minum susu banyak (tidak dihitung jumlah botol), BAK 5
jam yang lalu, muntah (-)
O: Kesadaran= composmentis, KU= sakit sedang, Suhu= 37,90C (aksila), RR=32x/menit,
HR= 110x/menit. Faring hiperemis (+), auskultasi vesikular di seluruh lapang paru.
turgor kulit kembali cepat, akral hangat, RCT < 2 detik, lemas (+).
A: 1. Riwayat kejang demam kompleks
2. Ispa
P : - Kotrimoksazol 240 mg 2x1
- Paracetamol 100-150 mg
- Observsi demam, jika suhu >38.50C berikan diazepam syrup oral 4,5 mg
18 November 2014 (08:30 WIB)
S : Kejang (-), demam (-), batuk kering (-). Belum BAB. Mau makan porsi yang
disediakan RS, minum susu banyak (tidak dihitung jumlah botol), BAK 30 menit yang
lalu, muntah (-).
O: Kesadaran= composmentis, KU= sakit sedang, Suhu= 36,50C (aksila), RR=29x/menit,
HR= 110x/menit. Auskultasi vesikular di seluruh lapang paru. Air mata (+), mata
cekung (-), mukosa mulut kering(-), konjungtiva anemis(-), turgor kulit kembali cepat,
akral hangat, RCT < 2 detik, lemas (-).
A: 1. Riwayat kejang demam kompleks
2. Ispa ( Perbaikan )
P : - Kotrimoksazol 2x1
- Pertimbangkan citarasa, bentuk dan rupa, waktu serta cara penyajian makanan
anak. Berikan makanan kesukaan anak.
13
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kejang Demam
2.1.1 Definisi (1)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk kejang demam.
Bila anak yang berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsy yang kebetulan
terjadi bersama demam.
2.1.2 Klasifikasi (1)
1. Kejang demam sederhana ( Simple Febrile Seizure )
2. Kejang demam kompleks ( Complex Febrile Seizure )
* Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum tonik dan atau
klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu
kurang dari 24 jam.
* Kejang Demam Kompleks
14
(2)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kromosom 19p dan 8q13 21 telah
dipetakan sebagai kromosom yang berhubungan dengan terjadinya kejang demam. Di negara
Amerika, antara 2 % - 5 % anak anak menderita kejang demam pada usia 5 tahun. Satu
pertiga dari pasien ini akan mengalami rekurensi. Di Eropa barat diperoleh data statistik yang
serupa dengan di Amerika, sedangkan insiden di negara lain cukup bervariasi, yaitu India 5
10 %, Jepang 8,8 %, Guam 14 %, Hong Kong 0,35 %, dan Cina 0,5 1,5 %. (3)
2.1.3 Etiologi
Hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti penyebab terjadinya kejang
demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah,
infeksi saluran cerna dan saluran kemih. (3)
2.1.4. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan kejang demam adalah (3)
1. Riwayat keluarga, dalam keluarga ada yang menderita kejang demam
2. Suhu tubuh yang tinggi
3. Terjadi hambatan dalam perkembangan anak
4. Anak pernah mengalami kejang demam pada usia > 28 hari ( kejang yang
membutuhkan perawatan perinatal ) Dengan adanya minimal 2 faktor resiko diatas
dapat meningkatkan probabilitas terjadinya kejang demam. Probabilitas kejang
15
demam yang akan terjadi pertama kali adalah 30 % Ibu yang mengkonsumsi alkohol
dan merokok saat masa kehamilan akan memiliki resiko 2 kali lebih tinggi dari yang
tidak
Satu pertiga dari jumlah anak anak yang pernah memiilki riwayat kejang demam akan
dapat menderita kejang demam berulang. Yang masih menjadi dilema adalah karena tidak ada
data yang mendukung teori bahwa peningkatan suhu dapat menyebabkan kejang demam. (3)
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko yang dapat
menyebabkan kejang demam berulang adalah (1)
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 15 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80%, sedangkan bila tidak terdapat
faktor tersebut hanya 10 - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang paling besar
adalah tahun pertama. (1)
Berdasarkan penelitian terhadap 55 pasien, 29 pasien anak laki laki (53 %) dan 26
pasien anak perempuan (47 %), diperoleh bahwa 8 pasien mengalami kejang berulang
kembali sebanyak satu kali. Suhu yang terukur antara 38 38,5 C (7 dari 25 pasien, 28%),
riwayat epilepsi dalam keluarga (2 dari 2 pasien, 100%) berhubungan dengan rekurensi
terjadinya kejang demam kompleks. (3)
2.1.5 Patofisiologi (3)
Sel dikelilingi oleh suatu membran sel yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui ion Natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat
pada permukaan sel.
16
Gambar 1. (1). Pada fase istirahat, Ion Na+ ada di ekstra sel dan Ion K+ ada di intra sel.
Membran sel bagian dalam bersifat lebih negatif daripada ekstra sel, (2). Pada fase
depolarisasi, pintu ion chanel jadi terbuka, Ion Na+ masuk ke intra sel, tapi membran sel
bagian dalam masih tetap negatif. (3). Karena Ion Na+ masuk terus menerus membran sel
bagian dalam menjadi lebih positif, dan potensial membran sudah melewati ambang maka
terjadilah potensial aksi. (4). Setelah potensial aksi mencapai ambang batas, maka Ion Na+
keluar ke ekstra sel potensial membran kembali ke posisi semula. (5). Setelah itu terjadilah
hiperpolarisasi, dimana Ion K+ ikut keluar ke ekstra sel, setelah itu kemnbali ke posisi
istirahat.
Melalui gambar 1, dapat dijelaskan bahwa kejang dapat terjadi jika pompa Ion
Natrium Kalium terus terjadi dan melampaui ambang batas atas potensial aksi.
17
18
Neurotransmitter
dalam jumlah besar
Sel tetangga
K+
Na+
KEJANG
Postsinaps
Gambar 3. Post sinaps : terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel
tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.
19
Kejang demam terjadi pada anak berusia muda, saat ambang batas terjadinya kejang
masih rendah. Saat ini pula anak anak mudah sekali mengalami infeksi seperti infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, sindroma virus, dan menyebabkan respon berupa
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Pada penelitian dengan menggunakan binatang
percobaan ditemukan bahwa pirogen endogen, salah satunya yaitu interleukin 1 dapat
meningkatkan aktivitas neuron, dan dapat menghubungkan antara demam dengan terjadinya
kejang. Penelitian sebelumnya yang juga mendukung adalah bahwa cytokin yang teraktivasi
dapat menyebabkan terjadinya kejang demam.
2.1.6 Manifestasi Klinik (4)
Kejang demam sederhana berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara cepat
mencapai 39 C. Kejangnya bersifat umum, tonik klonik dan berlangsung sekitar 10 menit,
kemudian diikuti periode postictal berupa perubahan kesadaran.
Didiagnosa sebagai kejang demam kompleks jika lamanya kejang lebih dari 15 menit,
kejangnya berulang di hari yang sama, atau timbulnya aktivitas kejang fokal.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Anak yang menderita kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan rutin berupa elektrolit serum, glucosa darah, calsium, foto retgen tulang, dan
pencitraan otak dapat membantu menegakkan diagnosis. Peningkatan leukosit sampai diatas
20.000/L dapat berhubungan dengan terjadinya bacteriemia. Pemeriksaan darah lengkap dan
kultur darah adalah pemeriksaan yang tepat untuk membantu diagnosa. Diagnosis meningitis
harus disingkirkan, karena pasien dengan meningitis purulenta (meningitis bacterial) juga
dapat ditemukan demam dan kejang. Tanda dari meningitis adalah fontanel yang menonjol,
kaku kuduk, stupor, dan iritabilitas. Tanda dari meningitis ini selalu dapat tidak ditemukan,
terutama pada anak yang berusia kurang dari 18 bulan. (1)
Pemeriksaan EEG (Elektroencephalografy) yang dilakukan diantara dua serangan
kejang tidak ditemukan kelainan, terutama jika diperiksa pada hari ke 8 ke 10 setelah
kejang. (1)
Setelah demam reda dan kejangnya teratasi, perlu dipertimbangkan apakah dilakukan
lumbal pungsi atau tidak untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis purulenta.
Semakin muda usia pasien semakin penting lumbal pungsi, karena tidak banyak yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa meningitis. Lumbal pungsi sebaiknya
dilakukan pada anak yang berusia lebih muda dari 2 tahun, masa penyembuhannya lama, dan
20
(1)
2.1.9 Komplikasi
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam dan kematian sampai saat ini
belum pernah dilaporkan. (1)
Tiga sampai enam persen anak anak yang mengalami kejang demam akan
mengalami epilepsi. Kejang demam kompleks dan kelainan struktural otak berkaitan dengan
peningkatan resiko terjadinya epilepsi. (5)
21
22
*Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
resiko berulangnya kejang, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam
pada suhu > 38,5 C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabakan ataksia, iritabel dan sedasi yang
cukup berat pada 25 39 % kasus.
Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam.
Pemberian obat rumatan (1)
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
resiko berulang kejang.
Dengan meningkatnya pengetahuan tentang kejang demam `benign` dan efek samping
penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terus menerus diberikan dalam
jangka pendek, kecuali pada kasus yang sangat selektif. Pemakaian fenobarbital setiap hari
dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 50 %). Obat pilihan saat
ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidennya kecil.
Dosis asam valproat 15 40 mg/kg/hari dalam 2 3 dosis, fenobarbital 3 4
mg/kg/hari dalam 1 2 dosis.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismail Sofyan, Taslim S Soetomenggolo, Bistok Saing, dkk. Konsensus Penanganan
Kejang Demam. Indonesia: Badan Penerbit IDAI; 2005. P. 1-23
2. Baumann
Robert.
Febrile
Seizures.
http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview
Diakses
dari:
14, 2014.
3. Tenjani
Noorudin
R.
Pediatrics,
Febrile
Seizures.
Diakses
dari:
25