Anda di halaman 1dari 8

2. A.

Fisiologi organ reproduksi wanita


Fungsi esensial sistem reproduksi wanita mencakup yang berikut:
1. Membentuk ovum (oogenesis)
2. Menerima sperma
3. Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi, atau konsepsi atau
pembuahan)
4. Memelihara janin yang sedang tumbuh sampai janin dapat bertahan hidup di dunia
luar (gestai, atau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ pertukaran
antara ibu dan janinnya.
5. Melahirkan bayi (persalinan, partus)
6. Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan susu (laktasi)
Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita dipersiapkan untuk fertilisasi dan
implantasi ovum yang dibebaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika pembuajan terjadi maka
siklus terhenti sementara sistem pada wanita tersebut beradaptsai untuk memelihara dan
melindungi makhluk hidup yang baru terbentuk tersebut sampai ia berkembang menjadi
individu yang mampu hidup di luar lingkungan ibu. Selain itu, wanita melanjutkan fungsi
reproduksinya setelah melahrkan dengan menghasilkan susu (laktasi) untuk memberi makan
bayi. Karena itu, sistem reproduksi wanita ditandai oleh siklus kompleks yang terputus oleh
perubahan yang lebih kompleks lagi seandainya terjadi kehamilan
Ovarium, sebagai organ reproduksi primer wanita, melakukan fungsi ganda
menghasilkan ovum (oogenesis) dan mengeluarkan hormon seks wanita, estrogen dan
progesteron. Estrogen pada wanita mengatur banyak fungsi serupa dengan yang dilakukan ole
testosteron pada pria, misalnya pemtangan dan pemeliharaan keseluruhan sistem reproduksi
wanita dan membentuk karakteristik seks skunder wanita atau karakteristik fisik yang
menaruk secara seksual bagi pria, dan traspor sperma dari vagina ke tempat pembuahan
uterina. Selain itu, estrogen juga ikut berperan dalam perkembangan payudara dalam
antisipasi menyusui. Progesteron, penting dalam mempersiapkan lingkungan yang sesuai
untuk memelihara janin serta berperan dalam kampuan payudara menghasilkan susu
Oogenesis , sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi diovarium janin,
oogonia membelah secara mitosisuntuk menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia pada
bulan kelima gestasi, saat proliferasi mitotik terhenti.
Pembentukan oosit primer dan folikel primer, Oogonia atau oosit primer mengandung
jumlah diploid 46 kromosom replikasi, yang dikumpulkan ke dalam pasangan-pasangan
homolog tetapi tidak memisah. Oosit primer tetap berada dalam keadaan meiotic arrest ini
selama bertahun-tahun sampai sel ini dipersiapkan untuk ovulasi.
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa. Bersama,
satu oosit dan sel-sel granulosa disekitarnya membentuk folikel primer. Oosit yang tidak
membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan melalui proses apoptosis. Saat lahir
hanya sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masing-masing mengandung satu oosit primer
yang mampu menghasilkan satu ovum. Pandangan tradisional menyatakan bahwa tidak ada

oosit atau folikel baru yang muncul setelah lahir, folikel yang sudah ada di ovarium saat lahir
berfungsi sebagai reservoar yang menjadi asal bagi semua ovum sepanjang masa subur
wanita yang bersangkutan. Namun, para peneliti baru-baru ini menemukan, bahwa oosit dan
folikel baru dapat diproduksi setelah lahir dari sel punca ovarium, yang sebelumnya tidak
diketahui mampu menghasilkan sel germinativum primordial atau oogonia. Meskipun pada
manusia mungkin terdapat sel punca penghasil ovum namun cadangan folikel tersebut sacara
bertahap menyusut akibat proses-proses yang menghabiskan folikel berisi oosit.
Reservoar foikel primer tersebut perlahan menghasilkan folikel yang sedang
berkembang secara terus-menerus. Sekali terbentu, folikel ditakdirkan mengalami satu dari
setiap dua nasib: mencapai kematangan dan berovulasi, atau berdegenerasi untuk membentuk
jaringan parut, suatu prises yang dikenal sebagai atresia.
Pembentukan oosit sekunder dan folikel sekunder, dari sebagian folikel dan oosit primer
ini mulai berkembang menjadi folikel sekunder (antrum) secara siklis. Pembentukan folikel
sekunder ditandai olh pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi serta diferensiasi lapisanlapisan sel sekitar. Oosit membesar sekitar seribu kali lipat.
Silklus ovarium terdiri dari fase folikular dan luteal. dalam keadaan normal siklus ini
hanya terinterupsi jika terjadi kehamilan dan akhirnya berakhir pada menopause. Siklus
overium rerata berlangsung 28 hari, tetapi hal ini bervariasi di antara wanita dan di antara
siklus pada wanita menghasilkan telur matang yang siap untuk berovulasi pada pertengahan
siklus. Korpus luteum mengambil alih selama paruh terakhir siklus untuk mempersiapkan
saluran reproduksi wanita untuk kehamilan jika terjadi pembuahan telur yang dibebaskan
tersebut.
Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang.
Setiap saat selama siklus, sebaian dari folikel-folikel primer mulai berkembang. Namun,
hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular, saat lingkungan hormonal tepat
untuk mendorong pematangannya, yang berlanjut melewati tahap-tahap awal perkembangan.
Folikel lain, karena tidak mendapat bantuan hormon, mengalami atreisa. Selama
pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer
untuk digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang
mengelilingi oosit dalam perisapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium. Yaitu,
proliferasi sel granlosa dan pembentukan zona pelusida proliferasi sel teka; sekresi
estrogen pembentukan antrum pembentukan folikel matang ovulasi.
Proiferasi sel granulosa dan pembentukan zona pelusida, pertama satu lapusan sel
granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk beberapa lapusan yang
mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan kuli kental mirip gel yang
membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulosa yang membungkus oosit dan
memisahkannya dari sel granulosa sekitar. Membran penyekat ini dikenal sebagai zona
pelusida.

Proliferasi sel teka; sekresi estrogen pada saat yang sama ketika oosis sedang membesar
dan sel-sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak
dengan sel granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk suatu lapisan luar sel teka.
Sel teka dan sel granulosa, yang secara kolektif dinamai sel folikel, berfungsi sebagai satu
kesatuan untuk mengeluarkan estrogen.
Pembentukan atrum lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya
pembesaran dan pengembangan kemampuang sekresi sel-sel folikel, mengubah folikel primer
menjadi folikel skunder, atau folikel antrum yang mampu mengeluarkan estrogen. Sewaktu
sel folikel mulai mengeluarkan estrogen, sebagian dari hormon ini disekresikan ke dalam
darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Namun, sebagian dari estrogen ini terkumpul di
cairan antrum yang kaya hormon.
Pembentukan folikel matang salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang
lain, berkembang menjadi folikel matang dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya
pembentukan folikel
Ovulasi folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi.
Pecahnya folikel ditandai oleh pelepasan enzim-enzim dari sel folikel untuk mencerna
jaringan ikat di dinding folikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut melemah sehingga
semakin menonjol hingga ke tahap di mana dinding tersebut tidak lagi mampu menahan isi
folikel yang cepat membesar. Setelah pecahnya folikel dan mengeluarkan Ovum (oosit
sekunder) yang masih dikelilingi oleh zona pelusida yang lekat dan sel-sel granulosa, tersapu
keluar dari folikel ke dalam rongga abdomen oleh cairang antrum yang bocor. Ovum yang
dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba uterina, tempat fertilisasi dapat terjadi.
Fase luteal ditandai oleh keberadaan korpus luteum.
Folikel yang pecah yang tertingga di ovarium setelah mengeluarkan ovum segera mengalami
perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mula mula kolaps kel
dalam ruang antrum yang kosong dan telah tersu sebagian bekuan darah.
Pembentukan korpus luteum; sekresi estrogen dan progesteron sel-sel folikel lama ini
segera mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk korpus luteum. Sel-sel
luteal ini membesar dan berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon
steroid. Banyaknya simpanan kolesterol, molekul luteum menyebabkan jaringan ini tampak
kekuningan sehingga dinamai demikian.
Korpus luteum mengeluarkan banyak progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darh.
Sekresi estrogen pada fase folikular diikuti oleh sekresi progesteron pada fase luteal penting
untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi obum yang dibuahi. Korpus luteum berfungsi
penuh dalam empat hari setelelah ovulasi, tetapi struktur ini terus membesar selama empat
sampai lima hari berikutnya
Degenerasi korpus luteum jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi
implantasi maka korpus luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah

pembentukannya. Sel-sel luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan


jaringan ikat segera masuk untuk membentuk massa jaringan fibrosa yang dikenal sebagai
korpus albikans. Fase lutel kini telah usai, dan sati siklus ovarium telah selesai. Suatu
gelombang baru pembentukan folikel, yang dimulai ketika degenerasi korpus luteum selesai,
menandai dimulainya fase folikel baru.
Korpus luteum kehamilan jika pembuahan dan implantasi terjadi maka korpus luteum terus
tumbuh serta meingkatka produksi progesteron dan estrogennya. Struktur ovarium ini, yang
sekarang dinamai korpus luteum kehamilan, menetap sampai kehamilan berakhir. Struktur ini
menghasilkan hormon-hormon yang esensial untuk mempertahankan kehamilan sampai
plasenta yang kemudian terbentuk mengambil alih fungsi penting ini.
Peran interaksi hormon pada siklus ovarium
Efek FSH dan LH pada ovarium bergantung pada stadium siklus ovarium. Dalam
pembentukan antrum perkembangan folikel dan sekresi estrogen, Estrogen, FSH dan LH
semuanya dibutuhkan. Baik FSH maupun estrogen merangsang proliferasi sel-sel granulosa.
FSH dan LH diperlukan untuk sintesis dan sekresi estrogen oleh folikel, tetapi kedua hormon
ini bekerja pada sel yang berbea dan ada tahap yang berbda dalam jalur pembentukan
estrogen. Baik sel granulosa maupun sel teka ikut serta dalam produksi estrogen. Sel teka
yang mengubah kolesterol menjadi androgen tetapi tidak dapat mengubahnya menjadi
estrogen, baru pada sel granulosa mempunyai enzim aromataze sehingga dapat dengan
mudah mengubah androgen menjadi estrogen tetapi sel ini tidak dapat pemproduksi
androgen. LH bekerja pada sel teka untuk merangsang produksi androgen, sementara FSH
bekerja pada sel granulosa untuk meningkatkan konversi androgen teka menjadi estrogen.
Seiring dengan bertumbuhnya folikel, lebih banyak estrogen diproduksi karena sel folikel
penghasil estrogen bertambah. Sebagian estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang disedang
tumbuh dikeluarkan ke dalam darah dan merupakan penyebab terus meningkatnya kadar
estrogen plasma selama fase folikular. Estrogen sisanya tetap berada di dalam folikel ikut
membentuk cairan antrum dan merangsang proliferasi lebih lanjut sel granulosa.
Perubahan siklik uterus disebabkan oleh perubahan hormon siklus ovarium.
Fluktuasi kadar sestrogen dan progesteron selama siklus ovarium menimbulan perubahan
mencolok di uterus, menghasilkan siklus haid, atau siklus uterus. Karena mencerminkan
perubahan hormon selama siklus ovarium, meskipun bahkan pada orang normal dapat terjadi
variasi yang cukup berkmakna dari rerata ini. Manifestasi nyata perubahan siklik di uterus
adalah perdarahan haid sekali dalam tiap siklus haid (yaitu sekali sebulan).
Pengaruh estrogen dan progesteron pada uterus uterus dari dua lapisan utama;
miometrium, lapsan otot polos luar; dan endometrium, lapusan dalam yang mengandung
banyak pembuluh darah dan kelenjar. Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan
endometrium. Hormon ini juga menginduks sintesis reseptor progesteron pertumbuhan
miometrium dan endometrium. Hormon ini juga menginduksi sintesis reseptor progesteron di
endomentrium. Karena itu, progesteron dapat berefek pada endometrium hanya setelah
endometrium dipersiapkan oleh estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium untuk

mengubahnya menjadi lapisan yang ramah dan menunjang pertumbuhan ovum yang dibuahi.
Dibawah pengaruh progesteron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan edematosa
akibat akumulasi elektrolit dan air, memfasilitasi implantasi ovum yang dibuahi. Progesteron
menyiapkan endomtrium lebih lanjut untuk menampung janin dengan mendorong kelenjar
endometrium mengeluaran dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar serta merangsang
pertumbuhan besar-besaran pembuluh darah endomterium. Progesteron juga mengurangi
kontraktilitas uterus agar tercipta lingkungan yang tenang untuk implantasi dan pertumbuhan
janin.
Siklus haid terdiri dari : fase haid, fase proliferatif, dan fase sekretorik, atau
progestasional
Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa
endometrium dari vagina. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi kadar progesteron dan
estrogen turun tajam maka lapisan uterus kehilangan hormon-hormon penunjangnya.
Turunnya hormon ovarium juga merangsang pembebasan suatu prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium. Sehingga endometrium
tidak aktif lagi (mengalami kematian). Perdarahan yang terjadi karena kerusakan pembuluh
darah ini membilas endometrium yang mati kedalam lumen uterus. Prostaglandin uterus juga
merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium uterus. Kontraksi ini membantu
mengeluarkan darah dan sisa endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai
darah haid. Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi
korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase folkular ovarium. Turunnya sekresi
hormon menyebabkan pengaruh inhibitorik dari hipotalamus dan hipofisis anterior sehingga
sekresi FSH dan LG meningkat dan fase folikular baru dapat dimulai.
B. Fisiologi kehamilan
Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitif tubulustubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah sprematognium yang ada tidak mengalami
perubahan sampai pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel sepermatogonium tersebut dalam
pengaruh sel-sel interstisial Leydig mulai aktif megadakan mitosis, dan terjadilah proses
sepermatogenesis yang sangat kompleks. Setiap spermatogonium membelah dua dan
menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua
spermatosit sekunder; kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua
spermatid yang masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas
untuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa. Pertumbuhan embrional
oogonium yang kelak mejadi ovum terjadi di genital ridge janin, dan di dalam janin jumlah
oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan,
bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat
pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar
oogonium mengalami perubahan-perubahan ada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari
oogonium ke arah korteks ovarium sehingga pada waktu dilahirkan korteks ovarium terisi
dengan folikel ovarium primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah
berpasangan, DNA-nya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan

selanjutnya terhenti sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan.
Sel yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit primer.
Fertilisasi
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria
infundibulum tuba ke arah ostium tuba abdominlais, dan disalurkan terus ke arah medial.
Jumlah spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus.
Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya
beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana spermatozoa dapat memasuki
ovum yang terlah siap dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan
(kapasitas) untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat
melepaskan hialuronidase. Fertilisasi adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yag biasanya
berlasngsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Untuk mencapai ovum
spermatozoa harus melewati korona radiata dan zona pelusida yaitu dua lapisan yang
menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Pada saat spermatozoa menemus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. granula
korteks di dalam ovum berfusi dengan membran plasma sel, sehingga enzim di dalam
garnula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan
glikoprotein di zona pelusida berkaitan dengan satusama lain membentuk suatu materi yang
keras dan tidak dapat ditembuh oleh spertozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari
satu sperma. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya yang
tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya
berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal).
Masuknya spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam
metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Sesudah
adanfase kemudian timbul telofase, dan benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina.
Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga
telah mengandung jumlah kromosom yang haploid
Dalam beberapa jam setelah terjadi pembuahan, mulailah pembelahan zigot. Hal ini
dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan
enzim. Segera setalah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan
lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi
berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga
volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona
pelusida tetap uruh, atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama.
Nidasi
Selanjutnya oada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista,
suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa
inner cell. Massa inner cell ini berkambang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang

menjadi plasenta. Dengan demikian, balstokista diselubungi oleh suatu simpai trofoblas.
Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi,
produksi hormon kehamilan, proteksi imnutias bagi janin, peningkatan alidar darah maternal
ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Seja trofoblas terbentuk, produksi hormon Human
chrionic gonadotropin (HCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium
akan menerima dalam proses implantasi embrio.
Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis palsenta. Setelah nidasi embrio ke
dalam endometriu, plasenta dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18
minggu setelah fertilisasi. Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu bagian dalam
disebut sitotrofoblas dan bagian luar disebut sinsisiotrofoblas. Endometrium atau sel desidua
dimana terjadi nidjasi menjadi pucat dan besar disebut reaksi desidua. Bagian dasar trofoblas
akan menebal yang disebut korion frondosum dan berkembang mejadi plasenta. Plasenta
merupakan organ yang berfungsi respirasi, nutrisi, ekskresi, dan produksi hormon.
Pertukaran gas yang terpenting adalah transfer oksigen dan karbondioksida.
Selaput dan cairan amnion, merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat.
Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang
asalnya ektoderm. Jaringan ini berhubungan dengn lapisan interstisial mengandung kolagen I,
III, dan IV. Lapisan amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer cairan dan
metabolik.
Biokimia reproduksi
Steroidogenesis di Testis
Androgen testis disintesis di jaringan interstisium oleh sel Leydig. Prekursor langsung
steroid-steroid gonad, seperti steroid adrenal adalah kolesterol. Tahap penentu kecepatan,
seperti di adrenal adalah adalah penyaluran kolesterol ke membran dalam mitokondria oleh
protein pengangkut StAR. Jika telah berada di lokasi yang tepat, kolesterol diproses oleh
enzim pemutus rantai samping P450scc. Perubahan kolesterol menjadi pregnenolon di
adrenal, ovarium, dan testis identik satu sama lain. Namun, di dua jaringan terakhir, reaksi
tersebut dipicu oleh LH dan bukan oleh ACTH.
Perubahan pregnenolon menjadi testosteron memerlukan kerja lima aktivitas enzim yang
terkandung dalam tiga protein:
1. 3-hidroksisteroid dehidrogenase (3-OHSD) dan 5,4-isomerase
2. 17-hidroksilase dan 17,20-liase
3. 17-hidroksisteroid dehidrogenase (17-OHSD)
Sekuens ini yang dinamai jalur progesteron (atau 4), diperlihatkan di sisi kanan Gambar
41-5. Pregnenolon juga dapat diubah menjadi testosteron oleh jalur dehidroepiandrosteron

(atau 5), yang diperlihatkan di sisi kiri Gambar 41-5. Rute 5 tampaknya paling sering
dilalui di testis manusia.
Pada testis tikus, lima aktivitas enzim ini terletak di fraksi mikrosom, dan terdapat keterkaitan
fungsional erat antara aktivitas 3-OHSD dan 5,4-isomerase dan antara 17-hidroksilase dan
17,20-liase. Pasangan-pasangan enzim ini, yang keduanya terkandung dalam satu protein,
diperlihatkan di sekuens reaksi umum pada Gambar 41-5.

Steroidogenesis di Ovarium
Estrogen adalah suatu famili hormon yang disintesis di berbagai jaringan. 17-Estradiol
adalah estrogen primer yang berasal dari ovarium. Di sebagian spesies, estron, yang disintesis
di banyak jaringan, berjumlah lebih banyak. Pada kehamilan, estriol diproduksi relatif lebih
banyak, dan senyawa ini berasal dari plasenta. Jalur umum dan lokalisasi subselular enzimenzim yang berperan dalam tahap awal sintesis estradiol sama dengan jalur lokalisasi enzim
yang terlibat dalam biosintesis androgen. Beberapa hal yang khas untuk ovarium
diperlihatkan pada Gambar 41-7.
Estrogen dibentuk oleh aromatisasi androgen dalam suatu proses kompleks yang melibatkan
tiga tahap hidroksilasi yang masing-masing memerlukan O2 dan NADPH. Komleks enzim
aromatase diperkirakan termasuk suatu P450 monooksigenase. Estradiol dibentuk jika
substrat kompleks enzim ini adalah testosteron, sedangkan estron terbentuk dari aromatisasi
androstenedion.
Sumber berbagai steroid ovarium sulit diungkapkan, tetapi diketahui terjadi erpindahan
substrat antara dua tipe sel. Sel teka adalah sumber androstenedion dan testosteron. Keduanya
diubah oleh enzim aromatase di sel granulosa masing-masing menjadi estron dan estradiol.
Progesteron, suatu prekursor bagi semua hormon steroid, diproduksi dan disekresikan oleh
korpus luteum sebagai produk-akhir dari hormon karena selkorpus luteum tidak mengandung
enzim yang dapat mengubah progesteron menjadi hormon steroid lain (Gambar 41-8).
Cukup banyak estrogen yang dihasilkan melalui aromatisasi androgen di jaringan perifer.
Pada pria, aromatisasi prefier testosteron menjadi estradiol (E2) membentuk 80% produksi
estradiol. Pada wanita, androgen adrenal adalah substrat yang penting karena hampir 50% E2
yang diproduksi selama kehamilan berasal dari aromatisasi androgen. Perubahan
androstenedion menjadi estron adalah sumber utama estrogen pada wanita pascamenopause.
Aktivitas aromatase terdapat di sel adiposa dan juga di hati, kulit, dan jaringan lain.
Peningkatan aktivitas enzim ini dapat berperan menyebabkan estrogenisasi yang menandai
penyakit-penyakit, seperti sirosis hepati, hipertiroidisme, penuaan, dan obesitas. Inhibitor
aromatase memberi harapan sebagai obat bagi kanker payudara dan mungkin keganasan
saluran reproduksi wanita lainnya.

Anda mungkin juga menyukai