PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita
utama di berbagai media. Sebagaimana diketahui, masyarakat modern
menjadikan alat transportasi sebagai kebutuhan primer. Dengan mobilitas
yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah
satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan
fraktur. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas. Insiden fraktur di USA diperkirakan menimpa
satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya.3
Di Indonesia, menurut data kepolisian RI tahun 2012, terjadi 109.038
kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia. Salah satu insiden
kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur
ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Fraktur adalah suatu kondisi terputusnya kontinuitas dari jaringan tulang yang
diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung maupun patologis.
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat
faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi.2
Metode penatalaksanaan fraktur ditentukan
setelah
diketahui
fraktur
biasanya
segera
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Regio Cruris
Regio cruris atau tungkai bawah terletak diantara lutut dan
pergelangan kaki yang terdiri dari 2 tulang yaitu tulang tibia dan fibula.
2.1.1 Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah.
Tulang tibia terletak di sisi medial, memiliki tiga bagian yang terdiri epiphysis
proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis terdiri dari
dua bulatan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Di
sebelah atasnya terdapat dataran sendi untuk persendian femur dan tibia
yang disebut facies articularis superior. Pada bagian tepi atas epiphysis
proximalis bentuknya melingkar disebut margo infra glenoidalis. Tepi lateral
dari margo infra glenoidalis terdapat dataran sendi yang disebut facies
articularis fibularis untuk persendian dengan fibula. 5
Diaphysis pada penampang melintang merupakan segitiga dengan
basis menghadap ke belakang dan apex menghadap ke depan. Memiliki tiga
tepi yaitu margo anterior, margo medialis dan crista interossea di sebelah
lateral. Sehingga terdapat dataran yaitu facies medialis, facies posterior dan
facies lateralis. Margo anterior di bagian proximal menonjol disebut
tuberositas tibia. Pada sisi depan tulang hanya
articularis inferior dan incisura fibularis. Bagian distal berbentuk agak pipih
untuk berartikulasi dengan tulang tarsal. 5
Anterior compartment
Lateral compartment
2.1.3.3
Posterior compartment
2.1.3.4
10
11
12
13
14
2.2
sisi
medial
talus,
sustentaculum
tali,
ligamentum
15
Persyarafan
Nervus peroneus profundus dan nervus tibialis mensyarafi sendi ini.
Pergerakan dan Otot-Otot yang Menggerakkannya 5
Dorsofleksi dan plantarfleksi. Gerakan inversi dan eversi terjadi pada
articulatio tarsalia dan tidak pada articulatio talocruralis. Dorsofleksi
dilakukan oleh M. Tibialis anterior, M. Ekstensor hallucis longus, M.
Extensor digitorum longus, dan M. Peroneus tertius. Gerakan ini
dihambat oleh tegangnya tendo calcaneus, serabut-serabut posterior
ligamentum collateral medialis, dan ligamentum calcaneofibularis.
Plantarfleksi
dilakukan oleh M. Gastrocnemius, M. Soles, M.
Plantaris, M. Peroneus longus, M. Peroneus brevis, M. Tibialis posterior,
M. Flexor digitorum longus dan M. Flexor hallucis longus. Gerakan ini
dihambat oleh tegangnya otot-otot yang berlawanan, serabut-serabut
anterior ligamentum collateralis medialis, dan ligamentum talofibularis
anterior.
Batas-Batas Penting
Ke Anterior : Musculus tibialis anterior, musculus ekstensor hallucis
longus, arteri dan vena tibialis anterior, nervus peroneus profundus,
muskulus ekstensor digitorum longus, dan muskulus peroneus tertius.
Ke posterior : Tendo calcaneus dan plantaris.
Ke posterolateral (di belakang malleolus lateralis) : musculus
peroneus longus dan brevis.
Ke posteromedial (di belakang malleolus medialis) : musculus tibialis
posterior, muskulus flexor digitorum longus, arteri dan venan tibialis
posterior, nervus tibialis dan muskulus fleksor hallucis longus. 5
2.3
Fraktur
16
2.3.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun
parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering
diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat,
mengenai pembuluh darah, otot dan persyarafan. 8
Fraktur cruris adalah Istilah terhadap patah tulang tibia dan fibula yang
biasanya terjadi di daerah proksimal, diafisis atau persendian pergelangan
kaki. Karena hanya ditutupi jaringan subkutan maka tibia sering mengalami
fraktur dan lebih sering terjadi open fracture dari pada tulang panjang lain 6
2.3.2 Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan.Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat
patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak.Bila
terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di
tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak
jauh.
3. Fraktur patologik
17
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau
oblik pendek, biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung,
salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan
menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor
adalah penyebab yang paling lazim.,10,11
2.3.3 Patofisiologi
Fraktur terjadi akibat adanya trauma mekanik
maupun low energy. High energy injury misalnya kecelakaan lalulintas, jatuh
dari ketinggan, dan pukulan langsung.Low energy injuri misalnya cedera
olahraga, terpelintir, jatuh saat berdiridan kebanyakan disebabkan karena
keadaan patologi pada tulang.7
Tekanan memutar menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang
tulang di level yang berbeda. Tekanan menekuk mengasilkan tranversal dan
oblique fraktur dan biasanya pada level yang sama. Cedera tidak langsung
biasanya dengan kekuatan rendah akan menimbulkan fraktur spiral atau
oblique yang pecahannya mungkin bisa menembus kulit dari dalam. Cedera
langsung akan menembus dan merobek kulit diatas fraktur, biasanya karena
kecelakaan sepeda motor 6
Fraktur tibia biasanya terjadi pada .batas 1/3 tengah dengan 1/3
distal.Sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 tengah dan 1/3 proksimal.
Sehingga frakur tidak pada level yangsama. Fraktur tibia sering menimbulkan
fraktur terbuka karena pada bagian depan sedikit di tutupi otot 8.
2.3.4 Klasifikasi
18
Klasifikasi klinis
a. fraktur tertutup
disebut juga closed fracture. Tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan lingkungan luar.
b. fraktur terbuka
disebut juga compound fracture. Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from
without (dari luar). Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo, Merkow
dan Templeman (1990):
Grade I
Grade II
-
Grade III
-
Kontaminasi hebat
19
didapatkan bersamaan
dengan
dislokasi
sendi,
maka
kondilus
Tipe III : Depresi pada permukaan artikular dengan kondilus intak
Tipe IV : Fraktur kondilus tibia medial
Tipe V: Fraktur kondilus medial dan lateral
Tipe VI : Kombinasi fraktur kondilar dan subkondilar
20
2. Fraktur tibia-fibula
21
22
menggerakkan
pergerakan,
anggota
krepitasi. Trauma
bisa
gerak,
terjadi
deformitas,
karena
kelainan
kecelakaan
23
C. Pemeriksaan Penunjang
Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya
fraktur.Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk
menentukan
keadaan,
lokasi
serta
eksistensi
fraktur.Untuk
Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan
sekurang-kurangnya
harus
dilakukan
sudut
pandang
(AP
&
Lateral/Oblique).
Dua sendi
24
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau
angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain
juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di
bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.
Dua tungkai
Dua cedera
Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,
sebagai akibatresorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian
dapat memudahkan diagnosis.
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu
dinyatakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena
dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur
itu sendiri.Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu
penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan fraktur transversal lebihlambat
dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.Kadang-kadang fraktur atau
keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin
berguna untuk lesi spinal atau fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin
merupakan satu-satunya cara yang dapat membantu, sesungguhnya potret
transeksional sangat penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada
tempat yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis
fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain. 10,11
2.3.6 Management
25
A. Konservatif7
Berupa reduksi fraktur dengan manipulasi tertutup dengan
pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler diatas lulut untuk
imobilisasi. Untuk dapat dilakukan close reduksi syarat posisi
harus acceptable yaitu :
Tidak ada rotasi.
Angulasi 5 0 .
Terdapat kontak 50 %
Bila syarat acceptable tidak ada, maka dilakukan reposisi
melalui operasi.Konserfatif meliputi close reduksi, cast bracing,
cast imobilisasi dan traksi.
B. Operatif
Indikasi operatif berupa:
Fraktur terbuka
Gagal dengan terapi konserfatif
Posisi tidak acceptable (Fraktur tidak stabil meliputi
fraktur segmental, oblique, fragmented)
Adanya non union
Metode terapi konserfatif adalah :
Pemasangan plate dan screw
Intramedullary nail
Pemasangan screw semata
Pemasangan eksternal fiksasi
Manajemen Fraktur tibia-fibula
A. FrakturTertutup:
Sebagian fraktur dengan sedikit kerusakan jaringan lunak dapat
diterapi dengan mengunakkan non operatif.Kalau fraktur tidak
bergeser atau sedikit bergeser, gips panjang dari paha atas sampai
leher metatarsal dipasang dengan posisi lutut sedikit fleksi dan
26
27
28
29
lain yang
30
31
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250
unit tetanus imunoglobulin (manusia).8
2.3.7 Komplikasi
A. Komplikasi dini:
1. Cedera vaskular
Fraktur 1/3 proksimal tibia dapat merusak arteri poplitea.Keadaan
ini merupakan kedaruratan tingkat pertama, memerlukan eksplorasi
dan perbaikan.6
2. Kompartmen syndrome
Fraktur tibia baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup
seringmenyebabkan kompartmen sindrom pada tungkai bawah.
Kombinasi dari edema jaringan dan perdarahan menyebabkan
pembengkakan otot pada kompartmen dan mendasari adanya
ischemic.Gejalanya meliputi meningkatnya rasa nyeri, mati rasa,
pucat, gangguan kekuatan otot dan nadi tidak dapat diraba
lagi.Diagnosis dapat dipastikan dengan pengukuran tekanan
kompartmen.6
Setalah diagnosis ditegakkan lepas semua bebat dan gips dengan
cara dibelah kemudian dilakukan elevasi dan ekstensi dan fleksi jarijari. Tunggu 15 menit apabila tanda masih ada maka ukur tekanan
intra kompartment. Bila tekanan > 30 mmHg maka selanjutnya
dilakukan decompresi dengan cara faciotomi. Yang paling aman
adalah
dilakukan
insisi
anterolateral
dan
posteromedial.
32
B. Komplikasi lanjut:
1. Mal union
Pemendekan sedikit ( 1,5 cm) tidak membawa akibat, tetapi
rotasi
dan
angulasi
menimbulkan
cacat
karena
lutut
dan
3. Non union
Dapat terjadi setelah terjadi hilangnya fragmen tulang atau akibat
infeksi. Apabila non union terjadi maka pasien haris memakai bebat
permanen atau harus di operasi.non union hipertrofik dapat di terapi
dengan pemasangan paku intramedulla atau pemasangan plat
kompresi. Selain itu memerlukan juga pencangkokan tukang. 6
4. Kekakuan sendi
Sering diakibatkan oleh omobilisasi jangka panjang. Keterbatasan
pergerakan kaki dan telapak kaki dapat menetap 6-12 bulan setelah
gips di lepas. Keadaan ini dapat di cegah dengan penggantian
fungsional brace setelah 4-6 minggu. 6
5. Osteoporosis
Osteoporosis fragmen distal sering terjadi.pembebanan aksial
pada tibia harus dilakukan secepat mungkin. Setelah fiksasi luar
yang lama perawatan khusus harus dilakukan untuk mencegah
stress fraktur. 6
6. Oligodistrofi/ suddeck atrofi
Pada fraktur 1/3 distal,oligo distrofi sering terjadi. Dan harus sering
dilakukan pelatihan sepanjang terapi. 6
2.3.8 Prognosis
Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan
terbukanya barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk
terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah
tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden
periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi.
34
diperlukan
terapi
latihan
untuk
mengembalikan
aktivitas
35
36
Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai
dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komunitif disertai dengan
robekan diastasis.
2.4.2 Klasifikasi
Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasi menurut patogenesis terjadinya
pergeseran dari fraktur yang merupakan pedoman penting untuk tindakan
pengobatan atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih
sederhana, menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang
yang penting dalam stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan atas
lokalisasi fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular.
Klasifikasi terdiri atas :
Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selain
fraktur juga perlu dilakukan tindakan pada ligamen.
37
38
duduk paralel
Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal (4 mm)
Pada foto oblik tidak nampak adanya distasis tibiofibula
Tindakan operasi terdiri atas
39
2.4.6 Komplikasi
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan
pembuluh darah yang segera, sehinggga harus dilakukan reposisi
secepatnya.
2. Malunion
Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang
tidak akurat yang akan menimbulkan osteoartritis.
3. Osteoartritis
4. Algodistrofi
Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri, terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat terjadi
5.
1. Darke, Ricard L et al, 2007, Grayss Anatomy for Student, Elsevier Inc:
New York
2. Depkes RI, 2005. Insiden Fraktur. Depkes RI, Jakarta
3. Fadliyah, N, 2014, Penatalaksanaan Fisoterapi pada Post Fraktur 1/3
Distal Fibula Sinistra, Naskah Publikasi, Program Studi Diploma III
Fisoterapi,
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah:
Surakarta
4. Frank, H Netter, 2006, Atlas of Human Anatomy 4 th edition, Elsevier: New
York
40
5. Moore, Keith L and Agur, Anne M.R, 2007, Essential Clinical Anatomy, 3rd
edition, Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia
6. Nayagam, Selvadurai. 2010. Injuries of the Knee and Leg. In Applys
System Of Orthopaedic and Fractures 9th edition. Hodder Arnold : London
7. Petrisor, Brad A. 2010. Tibia And Fibula Fractures. In Rockwood And
Greens Fractures In Adults 7th Edition volume two. Lippincott Williams And
Wilkins : Philadelphia
8. Rasjad, C, 2007. Trauma. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT.
Yarsif Watampone : Jakarta.
9. Rifal, M. 2011. Fraktur Femur. Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas
Hasanuddin
Makassar.
Aviable
In
URL
http://www.scribd.com/doc/69920506/Fraktur-Femur
10. Apley, Graham, Solomon Louis. Buku ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Appley Edisi ketujuh. Jakarta : Widya Medika ; 2004.
11. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif
Watampone; 2007
12. http://www.orthopaedicsone.com
41