Anda di halaman 1dari 13

Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

BAB 2 TUJUAN PENATAAN


RUANG

Buku Rencana 2-1


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

2.1 DASAR PERUMUSAN TUJUAN PENATAAN RUANG


Penetapan tujuan penataan ruang harus sejalan dengan peraturan yang ada di atasnya sehingga akan
terjadi keselarasan dalam pengembangan di masa mendatang. Tujuan penataan WP berfungsi sebagai:
1. Acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana struktur ruang, penyusunan
ketentuan pemanfaatan ruang, dan penyusunan peraturan zonasi
2. Untuk menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan dengan RTRW
kabupaten/kota

Berdasarkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan,
Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi RTRW Provinsi, Kabupaten, Kota dan
RDTR, perumusan tujuan penataan WP didasarkan pada 3 hal, yakni: arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota; isu strategis WP, yang antara lain dapat berupa potensi,
masalah, dan urgensi penanganan; dan karakteristik wilayah perencanaan. Sedangkan tujuan
penataannya dirumuskan dengan mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian antar bagian dari
wilayah kabupaten/kota; fungsi dan peran WP; potensi investasi; keunggulan dan daya saing WP; kondisi
sosial dan lingkungan WP; peran dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; dan prinsip-prinsip yang
merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menetapkan tujuan penataan atau tema pengembangan kawasan
perencanaan adalah perlunya memperhatikan arah perkembangan perkotaan di masa yang akan datang.

2.1.1 Arah yang ditetapkan dalam RTRW Kota Bandar Lampung


A. Rencana Struktur Ruang
WP V dalam struktur ruang Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota, yang
berada di Kecamatan Kemiling. Selain Sub Pusat Pelayanan Kota, pada WP V ditetapkan juga pusat
pelayanan lingkungan yang berada di : Langkapura, Tanjug Karang Barat, dan Teluk Betung Selatan.
Lebih jauh, rencana sistem pusat kegiatan di Kota Bandar Lampung sebagaimana ditetapkan dalam
RTRW Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :
• Pusat Pelayanan Kota (PPK)
Pusat pelayanan ekonomi, sosial dan administrasi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Rajabasa
dan Panjang
• Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK)
Pusat pelayanan ekonomi, sosial dan administrasi sub wilayah kota di Kecamatan Tanjung Karang
Timur, Kedaton, Sukarame, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Timur dan Kemiling
• Pusat Lingkungan
Pusat pelayanan ekonomi, sosial dan administrasi lingkungan di Kecamatan Enggal, Kedamaian, Way
Halim, Langkapura, Labuan Ratu, Tanjung Senang, Sukabumi, Bumiwaras, Teluk Betung Utara,
Tanjung Karang Barat dan Teluk Betung Selatan

Buku Rencana 2-2


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

Gambar 2.1 Peta Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Gambar 2.2 Peta Rencana Struktur Ruang

Buku Rencana 2-3


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

B. Rencana Pola Ruang


Rencana Kawasan Peruntukan Lindung
• Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya
• Kawasan Perlindungan Setempat
• Kawasan Konservasi
• Kawasan Lindung Geologi
• Kawasan Rawan Bencana
• Kawasan Cagar Budaya
• Kawasan Ekosistem Mangrove
• Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Rencana Kawasan Peruntukan Budi Daya
• Kawasan Pertanian
• Kawasan Pertambangan dan Energi
• Kawasan Perikanan
• Kawasan Peruntukan Industri
• Kawasan Pariwisata
• Kawasan Permukiman
• Kawasan Pertahanan dan Keamanan
• Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Terkait WP V, sebagian besar pola ruang pada wilayah ini ditetapkan sebagai kawasan pengembangan
dari Kota Bandar Lampung, dimana didalamnya terdapat kawasan permukiman dan kawasan peruntukan
industry dan kawasan lindung sebagaimana digambarkan pada peta di bawah ini.

C. Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis yang ditetapkan di WP V antara lain :
Kawasan Strategis Provinsi:
• KSP Kawasan Perkotaan Bandar Lampung dsk (KSP ekonomi)

Kawasan Strategis Kota


KSK Daya Dukung Lingkungan
• Kawasan Batu Putu (Kec. Kemiling, Kec. Teluk Betung Barat dan Kec. Tanjung Karang Barat)

Buku Rencana 2-4


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang WP V dalam RTRW Kota Bandar Lampung

2.1.2 Kedudukan dan Peran WP V


Kota Bandar Lampung memiliki posisi dan fungsi yang cukup strategis dalam konstelasi wilayah yang
lebih luas, baik dalam lingkup propinsi Lampung maupun dalam lingkup nasional. Dalam lingkup nasional,
sistem perkotaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menempatkan Kota Bandar Lampung

Buku Rencana 2-5


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

sebagai PKN (pusat Kegiatan Nasional). Selain itu, RTRWN juga menempatkan Kota Bandar Lampung
sebagai bagian dari Kawasan Andalan Bandar Lampung – Metro yang memiliki potensi tinggi sebagai
pusat pengembangan perkebunan, pariwisata, industri, pertanian, perikanan, pertambangan, panas
bumi.
Dalam pengembangan sektor pariwisata, PP 50/2011 (RIPPARNAS) menempatkan Bandar Lampung
termasuk kedalam DPN Krakatau – Ujungkulon dan sekitarnya, KSPN Ujungkulon – Tanjunglesung dan
sekitarnya dan KPPN Bandar Lampung dan sekitarnya.
Menindaklanjuti penetapan Bandar Lampung sebagai PKN, RTRW Propinsi Lampung (Perda Prov
Lampung 12/2019) lebih menekankan peran Bandar Lampung sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi,
Pusat Perdagangan dan Jasa, Pusat Distribusi dan Koleksi, Pusat Pendukung Jasa Pariwisata, Pusat
Pendidikan Tinggi.
Terkait perkembangan Kota Bandar lampung yang telah terjadi saat ini, dikaitkan dengan berbagai potensi
pengembangan wilayah yang ada, maka dapat dilihat bahwa Kota Bandar Lampung telah berkembang
dengan cukup pesat sebagai Kawasan Perkotaan yang berperan sebagai pusat pemerintahan dan pusat
perdagangan dan jasa. Beberapa potensi pengembangan seperti potensi pariwisata, potensi pertanian
dan perkebunan dan sebagainya banyak berada diluar Wilayah Kota Bandar Lampung, tetapi kebutuhan
pendukung pengembangan sektor-sektor tersebut banyak berada di Wilayah Kota Bandar Lampung.
Salah satu konsekuensi dari kondisi ini adalah kebutuhan jaringan penghubung dalam bentuk sistem
transportasi yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat
potensi pengembangan yang ada di luar Wilayah Kota Bandar Lampung.
Saat ini sistem transportasi sudah cukup optimal menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan
wilayah-wilayah lainnya. Jalan bebas hambatan (jalan Tol) sudah berperan penting dalam menciptakan
pola pergerakan yang lancar baik untuk pergerakan penumpang/manusia maupun pergerakan barang.
Keterkaitan dengan P. Jawa yang masih mengandalkan penyeberangan di Selat Sunda sudah dapat
ditingkatkandengan adanya jalan tol yang bisa menghubungkan Bakauheni dengan Lampung hanya
dengan waktu tempuh 1 jam saja, kemudian jalan tol tersebut juga sudah dapat memangkas waktu
tempuh Bandar Lampung ke Palembang (Sumatera Selatan) yang semula ditempuh dalam waktu 7 – 8
jam menjadi hanya dalam waktu 4 jam saja. Terkait dengan fungsi Kawasan sebagai pusat Koleksi dan
Distrbusi juga sudah dapat dilayani dengan adanya Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Teluk Betung.
WP V Kota Bandar Lampung yang terdiri atas 3 kecamatan (Kecamatan Kemiling. Kecamatan Langkapura
dan Kecamatan Tanjung Karang Barat) merupakan kawasan yang sudah berkembang pesat terutama
sebagai pusat kegiatan pariwisata dan juga kawasan hunian. perkembangan kawasan inipada dasarnya
memanfaatkan potensi kawasan yang ada, dimana WP 5 ini merupakan kawasan yang memiliki ketinggian
lahan dan kemiringan lahan yang bervariasi sehingga banyak kawasan yang memiliki view indah dan
menarik baik ke arah lembah-lembah yang ada maupun ke arah kota Bandar Lampung. View yang indah
ini banyak dimanfaatkan untuk pengembangan obyek-obyek wisata berupa cafe dan restoran, arena
rekreasi, taman bermain, hotel dan sebagainya. beberapa obyek wisata yng sudah berkembang
diantaranya Puncak Mas, Kampung Vietnam, Lembah Durian dan Tahura dengan penangkaran rusanya.
Selain obyek-obyek wisata tersebut, di WP V telah berkembang pesat pula berbagai type kawasan
perumahan. berkembang pesatnya kawasan perumahan di WP 5 dapat dipahami sebagai limpasan
kebutuhan perumahan yang sudah tidak dapat ditampung lagi di Kawasan Pusat Kota di WP 1. Dalam
RTRW Kota Bandar Lampung dapat dilihat bahwa WP 5 berbatasan dengan WP 1. WP 1 memiliki fungsi
dan peran sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Terkait perkembangan fungsi
non hunian yang cukup pesat di WP 1 maka kebutuhan lahan permukiman yang tidak dapat dihindarkan
ini akan merambah ke kawasan-kawasan sekitarnya termasuk WP V sebagai kawasan yang berbatasan
langsung dengan WP I.
Tanpa pengaturan yang efektif, perkembangan kawasan di WP V berpotensi menimbulkan permasalahan
di masa datang. kondisi ini disebabkan oleh kondisi fisik kawasan di WP V yang masuk kategori kawasan
lindung. di WP V terdapat kawasan Cagar Alam, juga terdapat kawasan yang masuk kategori sebagai

Buku Rencana 2-6


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

kawasan imbuhan air. selain itu di WP V banyak terdapat lahan dengan tingkat kemiringan yang tinggi dan
juga kawasan sempadan sungai yang harus dilindungi. Salah satu fungsi penting di WP 5 yang ditetapkan
dalam Perda no. 4/2021 tentang RTRW Kota Bandar Lampung adalah sebagai lokasi pengembangan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota. Dari kondisi-kondisi tersebut dapat dipahami bahwa ada keterkaitan
yang sangat erat antara perkembangan kawasan di WP V dengan bagian wilayah lainnya di Kota Bandar
Lampung. Pengembangan kawasan pariwisata, pengembangan kawasan perumahan dan juga
pengembangan RTH tidak hanya bermanfaat untuk WP V sendiri tetapi juga penting untuk kebutuhan
seluruh Wilayah Kota Bandar Lampung.
Walaupun sebagai fungsi pendukung, WP V memiliki fungsi dan peran yang penting unruk kawasan-
kawasan lainnya di Wilayah Kota Bandar Lampung. Keterkaitan antar kawasan ini tercipta melalui sistem
jaringan transportasi yang menghubungkan WP V dengan kawasan-kawasan lainnya di luar WP V. Dua
jalan penting menghubungkan WP V dengan WP 1 yaitu Jl Imam Bonjol (Kolektor Primer) dan Jl. Pagar
Alam (Arteri Sekunder). Ke arah utara yang menghubungkan WP V dengan WP 2 adalah Jl Pramuka
(Kolektor Primer). Sementara itu yang menghubungkan WP V ke arah barat ke wilayah Kabupaten
Pesawaran adalah Jl. Ganjaran (Kolektor Primer). Dari jalan-jalan ini berkembang jalan lokal dan jalan
lingkungan menuju pusat-pusat kegiatan seperti pariwisata, perguruan ringgi dan juga perumahan yang
tersebar di berbagai kawasan di WP V.
Antisipasi perkembangan ke depan perlu dilakukian untuk merespon perkembangan kawasan yang akan
terjadi di WP V ini. Perkembangan kegiatan pariwisata dan Perumahan akan berkembang dengan pesat
dengan intensitas yang cukup tinggi. Ini akan terjadi terutama di sekitar jalan-jalan utama di kawasan ini.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa jalan-jalan berfungsi tinggi seperti arteri sekunder dan kolektor primer
melintasi kawasan pusat kota ini sehingga dapat dipastikan bahwa volume pergerakan di jalan-jalan di
WP V ini akan meningkat. Antisipasi yang perlu dilakukan diantaranya adalah mengoptimalkan jalan-jalan
lokal dan jalan lingkungan yang masih bisa dioptimalisasi fungsinya.
Aksesibilitas antar WP diusulkan untuk melalui pengembangan sistem transportasi umum. Dalam hal ini
antisipasi ke depannya diusulkan untuk dapat menciptakan pola angkutan umum penumpang yang
bersifat masal untuk dapat menciptakan pergerakan yang tinggi antar WP khususnya antara WP V dengan
WP 1. Pola angkutan umummassal ini akan meberikan banyak keuntungan diantaranya adalah
aksesibilitas tinggi ke kawasan pusat kota dan juga berkurangnya beban jalan yang menghubungkan WP
V dengan WP 1.
Selanjutnya analisis kedudukan dan peran Wilayah Perencanaan dalam wilayah yang lebih luas
merepresentasikan pola keterkaitan eksternal, ditinjau dari berbagai aspek antara lain : sosial budaya
demografi, ekonomi, sistem prasarana, lingkungan, Pariwisata, Pendanaan dan spesifik kekhasan.
Selanjutnya, analisis kedudukan dan keterkaitan eksternal ini akan di sintesa lebih lanjut untuk dirumuskan
dalam rumusan kebutuhan penguatan peran dan fungsi WP.
• Aspek Sosial-Budaya dan Demografi
- Penduduk WP V secara proporsi menyumbangkan 15% terhadap Kota Bandar Lampung, tidak
setinggi WP lainnya. Hal ini mencerminkan bahwa WP V merupakan wilayah pengembangan dari
Kota Bandar Lampung.
- Secara kultural, masyarakat di WP V umumnya merupakan masyarakat gnerasi penerus dari
masyarakat pendatang yang telah lama masuk ke Kota Bandar Lampung.
- Perkembangan perumahan formal dan fasilitas Pendidikan berupa perguruan tinggi mendorong
transformasi sosial pada WP V dimana banyaknya masyarakat pendatang secara sosio kultural
memberikan peran yang cukup signifikan.
• Aspek Ekonomi
- Investasi pada WP V umumnya berupa pengembangan perumahan formal dan kegiatan komersil
skala sub pelayanan kota
- Fasiltas ekonomi skala sub pelayanan kota telah berkembang dengan pesat pada area-area
perumahan sepanjang koridor jalan kolektor

Buku Rencana 2-7


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

- Adanya kawasan Tahura dengan bentang alam yang cukup indah, mendorong tumbuhnya café-
café dan destinasi wisata kuliner pada WP V
• Aspek Sistem Prasarana Wilayah
- Sistem prasana wilayah pelru diantisipasi akibat berkembangnya penduduk Kota Bandar
Lampung ke wilayah ini. Kualitas pelayanan perlu ditingkatkan, misalnya air bersih, persampahan,
limbah domestic dan jaringan jalan
• Aspek Pertahanan Keamanan
- Fasilitas pertahanan keamanan yang ada di WP V berupa kantor kepolisian dan TNI skala
kecamatan yang melayani penduduk skala kecamatan di WP V
• Aspek Lingkungan Hidup
- WP V merupakan percampuran antara kawasan terbangun dengan kawasan tidak terbangun
yang berada di bagian barat WP. Area tidak terbangun berupa perbukitan pada bagian barat WP,
sebagian telah ditetapkan sebagai Tahura dalam RTRW Kota Bandar Lampung. Kawasan
tersebut perlu dilindungi disamping sebagai fungsinya sebagai kawasan resapan air, juga
memberikan sumbangan terhadap pembantukan ruang terbuka hijau bagi Kota Bandar
Lampung.
- Secara geologi, adanya sesar yang melintas pada WP V perlu dicermati dalam pementukan
struktur dan pola ruang, paling tidak dalam pengaturan intensitas pemanfaatan ruang dan tata
bangunan.
• Aspek Pariwisata
- Keberadaan Tahura dan area perbukitan pada bagian barat WP V mendorong tumbuhnya wisata
kulinter berupa café-café yang menawarkan panorama alam serta destinasi wisata alam.
Beberapa area wisata kulinter dan wisata alam telah berkembang di WP V, misalnya Kampung
Vietnam, Lembah Durian, Taman Wisata Alam dan Edukasi Lembah Pelangi Kedaung dan Tahura
mengindikasikan potensi pengembangan wisata alam dan wisata kuliner di WP V.
• Aspek Pendanaan
- Sumber pendanaan pembangunan di WP V sangat bergantung pada sumber pendanaan dari
APBD Kota. Partisipasi sektor swasta dapat dioptilakan dari sektor property dan pelaku usaha
wisata yang ada di WP V.
• Aspek Spesifik kekhasan kawasan
- WP V merupakan kawasan pengembangan baru yang tumbuh akibat perkembangan perumahan
formal. Potensi penguatan kekhasan kawasan dapat didorong pada spot-spot pengembangan
wisata kuliner yeng mulai berkembang di WP V

2.1.3 Potensi dan Masalah Pengembangan WP V


Rancang bangun perumusan potensi dan permasalahan pengembangan wilayah perencanaan
mencakup beberapa aspek, antara lain:
• Aspek Kewilayahan;
• Aspek Fisik dan Lingkungan;
• Aspek penggunaan lahan dan pertanahan;
• Aspek perumahan dan kawasan permukiman;
• Aspek Struktur Ruang;
• Aspek Sosial Kependudukan dan Kelembagaan, dan
• Aspek Ekonomi.
Sebagai penjelasan lebih lanjut, pada tabel berikut dapat dilihat potensi permasalahan pada ketujuh
aspek sebagaimana disebutkan di atas.

Buku Rencana 2-8


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

Tabel 2.1 Potensi Permasalahan Pengembangan WP V

No Aspek Potensi Permasalahan


1, Kewilayahan
• Sebagai wilayah hinterland dari • Sebagai wilayah yang
pusat kota Bandar Lampung yang berbatasan langsung dengan
saat ini menjadi tumbuh menjadi kabupaten tetangga, terjadi
kawasan pengembangan baru distorsi terhadap pelayanan
yang ditandai dengan pergesaran kepada masyarakat terkait
penduduk yang mulai meningkat kewenangan pemerintah daerah
pada WP V • Kebutuhan untuk perlindungan
• Ketersediaan fasilitas umum dan terhadap kawasan lindung
sosial seiring dengan berupa imbuhan air tanah dan
pertumbuhan kawasan hunian di taman hutan raya yang saat ini
WP V terdesak oleh aktivitas kegiatan
terbangun
2. Fisik dan Lingkungan
• Bentang alam yang cukup indah • Kebutuhan untuk optimilisasi
menjadi area yang banyak pengelolaan dampak lingkungan
diminati untuk pengembangan akibat desakan aktivitas
wisata alam dan wisata kuliner perkotaan
• Keterbatasan ruang terbuka hijau
publik yang belum dapat
memenuhi standar minimal RTH
Publik akibat keterbaqtasan
lahan yang telah banyak dimiliki
oleh masyarakat dan sektor
swasta.
3. Penggunaan Lahan dan Pertanahan
• Nilai tanah yang mulai meningkat • Kepemilikan lahan dan
akibat perkembangan kegiatan permasalahan sertifikat tanah
terbangun
4. Perumahan dan Kawasan Perumukiman
• Demand permukiman yang cukup • Adanya kantong permukiman
tinggi dari wilayah sekitar kumuh, berupa lingkungan
• Dukungan kebijakan spasial hunian padat dengan kualitas
dalam pengembangan kawasan lingkungan dan layanan
permukiman di WP V (RTRW Kota) infrastruktur yang buruk
• Tekanan yang cukup tinggi
terhadap alih fungsi lahan
permukiman akibat permintaan
sektor property
5. Struktur Ruang
• Sistem pusat pelayanan sudah • Kebutuhan untuk penguatan
terbentuk, pusat utama di Kemiling pusat-pusat lingkungan untuk
mendistribusikan pelayanan
pada tingkat lingkungan agar
beban pusat utama dapat
terbagi.
6. Sosial Kependudukan dan Kelembagaan
• Masyarakat perkotaan yang • Arus migrasi masuk yang
modern dengan partisipasi publik cukuop tinggi akibat peluang
yang cukup baik dalam lapangan kerja dan ketersediaan
mendukung program fasilitas pendidikan tinggi berupa
pembangunan pemerintah. perguran tinggi yang banyak
• Bonus Demografi : penduduk usia tersedia.
produktif yang tinggi

Buku Rencana 2-9


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

No Aspek Potensi Permasalahan


• Tatanan sosial masyarakat yang • Kebutuhan untuk melakukan
secara historis cultural memiliki pembinaan terhadap generasi
ikatan yang cukup erat antara muda agar tidak terjerat dalam
masyarakat asli dan masyarakat permasalahan sosial
pendatang memberikan kestabilan • Kebutuhan untuk penguatan
dan kondisi yang kondusif peran Lembaga adat dalam
menekan potensi konflik sosial.
7. Ekonomi
• Bangkitan ekonomi akibat • Tumbuhnya sektor informal
kegiatan perkotaan dan investasi perkotaan yang perlu diimbangi
sektor property yang berpotensi dengan panataan dalam upaya
terhadap peningkatan lapangan menjaga kualitas dan citra kota.
kerja dan peningkatan nilai • Daya beli masyarakat yang
ekonomi kawasan. menurun akibat stabilitas harga
• Bangkitan kegiatan ekonomi pada berdampak pada peningkatan
sektor perdagangan dan jasa angka kemiskinan.
yang memberikan kontribusi yang • Inovasi pengembangan produk
cukup tinggi terhadap ekonomi dan atraksi wisata dalam
kota. mendukung kedudukan Kota
• Meningkatnya aktivitas Bandar Lampung sebagai PKN
perdagangan e-commerce
membrikan multiplier yang cukup
tinggi terhadap serapan tenaga
kerja
Sumber: Hasil Analisis, 2023

2.1.4 Isu Pengembangan WP V


Berdasarkan potensi dan permasalahan sebagai dijelaskan pada bagian di atas dan dengan melengkapi
isu pengembangan berdasarkan hasil diskusi dengan pemangku kepetningan, berikut isu pengembangan
yang terdapat di WP V :
1. Pengelolaan sampah yang belum optimal :
• Meningkatnya volume sampah
• Belum optimalnya tata kelola sampah di Kota Bandar Lampung
• Kurang memadainya sarana dan prasaran pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung
• Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah
• Buruknya sistem open dumping pada TPA yang berdampak pada sanitasi di lingkungan sekitar
TPA
2. Pencemaran Badan Air/Sungai
• Tingginya pencemaran air sungai akibat limbah domestik
• Meningkatnya kasus pencemaran lingkungan sebagai akibat laju pertumbulan penduduk
• Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan
lingkungan
3. Mitigasi Perubahan Iklim
• Belum optimalnya upaya penanganan emisi gas rumah kaca di Kota Bandar Lampung
• Belum tersedianya Rencana Aksi Daerah (RAD) pernurunan emisi gas rumah kaca Kota Bandar
Lampung
4. Banjir
• Belum optimalnya Sistem drainase yang ada di Kota Bandar Lampung untuk memitigasi banji
5. Pengangguran dan Kemiskinan
• Jumlah rumah susun sewa masih belum dapat menyelesaikan permasalahan pertambahan
jumlah penduduk

Buku Rencana 2-10


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

• Tingkat pengangguran terbuka yang masih relatif tinggi di Kota Bandar Lampung
• Laju inflasi di Kota Bandar Lampung cendrung fluktuatif pada beberapa tahun terakhir
• Tidak meratanya distribusi pendapatan masyarakat di Kota Bandar Lampung
• Masih tingginya jumlah penduduk miskin
• Belum optimalnya penyediaan lapangan kerja di Kota Bandar Lampung sehingga terjadi
keterbatasan pada lapangan kerja
• Belum terjadinya keseimbangan antara angka pertumbuhan angkatan kerja dengan angka
pertumbuhan kesempatan kerja di Kota Bandar
• Lampung
• Banyaknya usia produktif yang tidak terserap lapangan pekerjaan
• Meningkatkan angka pengangguran terbuka
• Banyaknya jumlah tenaga kerja yang dirumahkan akibat dampak pandemi covid-19
6. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah
• Rendahnya kontribusi sektor kategori industri pengolahan terhadap nilai PDRB Kota Bandar
Lampung
• Rendahnya kontribusi sektor kategori kategori penyediaan akomodasi dan makan minum serta
kategori sektor jasa terhadap nilai PDRB Kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam upaya pencapaian
keuntungan finansial Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung
• Masih diperlukannya peningkatan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung
• Rendahnya penanaman modal asing di Kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya pengembangan pada potensi ekonomi yang berada di kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam perencanaan
pembangunan ekonomi di Kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya pengelolaan budaya untuk meningkatkan daya tarik wisata dari luar daerah
dan dunia internasional
• Penerapan Megatrend dunia 2045, dan menuju Indonesia EMAS di Bandar Lampung
7. Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat
• Belum optimalnya Kualitas hidup Lanjut usia (lansia) dan kemampuan keluarga dalam merawat
lansia
• Minim ruang aman kekerasan seksual
• Masih adanya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat
• Belum optimalnya kinerja dalam Menciptakan Lingkungan Fisik dan Sosial yang dapat Menjamin
Terpenuhinya hak-hak anak serta kehidupan yang ramah anak
• Meningkatkan penanganan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
• Masih rendahnya angka pembiayaan kesehatan bagi masyarakat , terutama untuk promotof dan
preventif
8. Rendahnya kesetaraan gender
• Rendahnya kesertaan KB Pria
• Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) perlu ditingkatkan
• Rendahnya keikutsertaan perempuan dalam parlemen
• Belum optimalnya peran kelembagaan perlindungan hak perempuan
9. Peningkatan Tata Kelola Kebijakan Daerah
• Belum optimalnya kebijakan, Sinkronisasi Peraturan dan kebijakan daerah yang mendukung
pelaksanaan kewenangan bidang urusan
• komunikasi dan informatika, statistik dan persandian di daerah
• Belum optimalnya pelaksanaan Kebijakan Satu Data
• Kebijakan, Sinkronisasi Peraturan dan kebijakan daerah yang mendukung pelaksanaan
kewenangan bidang urusan komunikasi dan informatika, statistik dan persandian di daerah

Buku Rencana 2-11


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

• Percepatan pembangunan sistem aplikasi kelembagaan dan ketatalaksanaan Pemerintah


Provinsi Lampung melalui penerapan seluruh aplikasi yang telah disiapkan
• Opini penilaian BPK terhadap pengelolaan keuangan yang sudah baik
• Belum optimalnya penegakan supremasi hukum dan peningkatan kesadaran politik
10. Penurunan Minat Budaya Lokal
• Rendahnya tingkat partisipatif anak dalam bidang kesenian khas lampun
11. Peningkatan Infrastruktur Perkotaan
• Ketersediaan RTH yang minim di Kota Bandar Lampung
• Jumlah rumah susun sewa masih belum dapat menyelesaikan permasalahan pertambahan
jumlah penduduk
• Rendahnya ketersediaan angkutan umum yang ramah dan nyaman bagi penumpang
• Rendahnya ketersediaan transportasi ramah lingkungan
• Terbatasnya akses fasilitas sanitasi dan kebersihan bagi kaum disabilitas pada fasilitas sosial dan
fasilitas umum
12. Alif Fungsi Lahan
• Alih fungsi lahan KP2B yang masih rawan di Kota Bandar Lampung

2.2 TEMA PENGEMBANGAN WP V


Tema pengembangan WP dapat dipandang sebagai basic conceptual yang melandasi pengembangan
wilayah perencanaan di masa mendatang, sekaligus juga sebagai “branded” yang diemban oleh wilayah
perencanaan yang kemudian dirumuskan lebih lanjut dalam tujuan penataan ruang. Mencermati potensi,
masalah, peluang dan tantangan serta isu strategis wilayah perencanaan, tema pengembangan wilayah
perencanaan V dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Kawasan perkotaan hijau yang mandiri dan berdaya saing”
. Tema pengembangan tersebut mengandung makna :
• Bahwa pengembangan iWP V sebagai hinterland dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kota
Bandar Lampung mengembangan amanah sebagai pusat hunian, pusat perdagangan dan jasa
skala lokal, pusat perdagangan dan jasa skala lokal dan pemerintahan skala lokal;
• Kawasan perkotaan hijau dimaknai sebagai wujud perlindungan terhadap ekosistem lingkungan
hidup yang menjadi bagian penting dalam pembentukan WP V;
• Mandiri dan berdaya saing dimaknai bahwa pengembangan WP V mampu melayani kebutuhan
masyarkat di WP V dan sekitarnya secara baik dan memberikan manfaat ekonomi melalui
pengelolaan potensi ekonomi secara berdaya saing.

2.3 TUJUAN PENATAAN RUANG WP V


Tujuan penataan wilayah perencanaan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kota Bandar Lampung.
Tujuan penataan WP berfungsi sebagai: (1) acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan
rencana struktur ruang, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
(2) untuk menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan wilayah perencanaan dengan RTRW Kota
Bandar Lampung. Adapun dalam perumusan tujuan penataan WP menggunakan dasar pertimbangan
sebagai berikut.
1. Keseimbangan dan keserasian antarbagian dari WP V yang menjadi pusat pelayanan kota atau
kawasan perkotaan di Kota Bandar Lampung;
2. Fungsi dan peran WP V
3. Potensi investasi;

Buku Rencana 2-12


Penyusunan Matek dan Ranperkada RDTR WP V Kota Bandar Lampung

4. Keunggulan dan daya saing WP V;


5. Kondisi sosial dan lingkungan WP V;
6. Arahan pencapaian dalam RTRW dan RPJMD Kota Bandar Lampung;
7. Isu strategis WP berupa potensi dan masalah serta urgensi penanganan; dan
8. Karakteristik WP V.

Sejalan dengan tema besar yang telah ditetapkan pada sub pokok bahasan sebelumnya, dapat
dirumuskan tujuan penataan ruang yang merupakan pengejawantahan dari tema besar yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pertimbangan arah kebijakan, baik itu kebijakan pembangunan, kebijakan tata
ruang, maupun kebijakan sektoral yang berimplikasi bagi pengembangan WP V serta isu strategis, serta
konsepsi pengembangan dan tema besar pengembangan, dapat ditetapkan tujuan penataan WP V,
yaitu:
“Mewujudkan WP V sebagai pusat pelayanan kota, yang nyaman dan lestari
melalui pengembangan permukiman dan pariwisata yang berkelanjutan dan
berdaya saing”

Tujuan penataan WP V tersebut, memuat kata-kata kunci yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pusat Pelayanan Kota : Representasi pencapaian WP V sebagai SPPK di Kota


Bandar Lampung dan PPK dalam WP V

Nyaman dan lestari : Menekankan pada fungsi RTH yang diemban WP V dan
diarahkan untuk adaptif terhadap resiko bencana alam

Pengembangan Permukiman : Menekankan sektor sektor strategis di WP V yaitu sebagai


dan Pariwisata kawasan pengembangan permukiman dan pengembangan
pariwisata
Berkelanjutan : Menegaskan bahwa pembangunan yang dilakukan harus
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup

Berdaya Saing : Menjelaskan bahwa pengembangan sektor strategis di WP V


harus memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.

Buku Rencana 2-13

Anda mungkin juga menyukai