Berdasarkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan,
Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi RTRW Provinsi, Kabupaten, Kota dan
RDTR, perumusan tujuan penataan WP didasarkan pada 3 hal, yakni: arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota; isu strategis WP, yang antara lain dapat berupa potensi,
masalah, dan urgensi penanganan; dan karakteristik wilayah perencanaan. Sedangkan tujuan
penataannya dirumuskan dengan mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian antar bagian dari
wilayah kabupaten/kota; fungsi dan peran WP; potensi investasi; keunggulan dan daya saing WP; kondisi
sosial dan lingkungan WP; peran dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; dan prinsip-prinsip yang
merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menetapkan tujuan penataan atau tema pengembangan kawasan
perencanaan adalah perlunya memperhatikan arah perkembangan perkotaan di masa yang akan datang.
Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang WP V dalam RTRW Kota Bandar Lampung
sebagai PKN (pusat Kegiatan Nasional). Selain itu, RTRWN juga menempatkan Kota Bandar Lampung
sebagai bagian dari Kawasan Andalan Bandar Lampung – Metro yang memiliki potensi tinggi sebagai
pusat pengembangan perkebunan, pariwisata, industri, pertanian, perikanan, pertambangan, panas
bumi.
Dalam pengembangan sektor pariwisata, PP 50/2011 (RIPPARNAS) menempatkan Bandar Lampung
termasuk kedalam DPN Krakatau – Ujungkulon dan sekitarnya, KSPN Ujungkulon – Tanjunglesung dan
sekitarnya dan KPPN Bandar Lampung dan sekitarnya.
Menindaklanjuti penetapan Bandar Lampung sebagai PKN, RTRW Propinsi Lampung (Perda Prov
Lampung 12/2019) lebih menekankan peran Bandar Lampung sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi,
Pusat Perdagangan dan Jasa, Pusat Distribusi dan Koleksi, Pusat Pendukung Jasa Pariwisata, Pusat
Pendidikan Tinggi.
Terkait perkembangan Kota Bandar lampung yang telah terjadi saat ini, dikaitkan dengan berbagai potensi
pengembangan wilayah yang ada, maka dapat dilihat bahwa Kota Bandar Lampung telah berkembang
dengan cukup pesat sebagai Kawasan Perkotaan yang berperan sebagai pusat pemerintahan dan pusat
perdagangan dan jasa. Beberapa potensi pengembangan seperti potensi pariwisata, potensi pertanian
dan perkebunan dan sebagainya banyak berada diluar Wilayah Kota Bandar Lampung, tetapi kebutuhan
pendukung pengembangan sektor-sektor tersebut banyak berada di Wilayah Kota Bandar Lampung.
Salah satu konsekuensi dari kondisi ini adalah kebutuhan jaringan penghubung dalam bentuk sistem
transportasi yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat
potensi pengembangan yang ada di luar Wilayah Kota Bandar Lampung.
Saat ini sistem transportasi sudah cukup optimal menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan
wilayah-wilayah lainnya. Jalan bebas hambatan (jalan Tol) sudah berperan penting dalam menciptakan
pola pergerakan yang lancar baik untuk pergerakan penumpang/manusia maupun pergerakan barang.
Keterkaitan dengan P. Jawa yang masih mengandalkan penyeberangan di Selat Sunda sudah dapat
ditingkatkandengan adanya jalan tol yang bisa menghubungkan Bakauheni dengan Lampung hanya
dengan waktu tempuh 1 jam saja, kemudian jalan tol tersebut juga sudah dapat memangkas waktu
tempuh Bandar Lampung ke Palembang (Sumatera Selatan) yang semula ditempuh dalam waktu 7 – 8
jam menjadi hanya dalam waktu 4 jam saja. Terkait dengan fungsi Kawasan sebagai pusat Koleksi dan
Distrbusi juga sudah dapat dilayani dengan adanya Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Teluk Betung.
WP V Kota Bandar Lampung yang terdiri atas 3 kecamatan (Kecamatan Kemiling. Kecamatan Langkapura
dan Kecamatan Tanjung Karang Barat) merupakan kawasan yang sudah berkembang pesat terutama
sebagai pusat kegiatan pariwisata dan juga kawasan hunian. perkembangan kawasan inipada dasarnya
memanfaatkan potensi kawasan yang ada, dimana WP 5 ini merupakan kawasan yang memiliki ketinggian
lahan dan kemiringan lahan yang bervariasi sehingga banyak kawasan yang memiliki view indah dan
menarik baik ke arah lembah-lembah yang ada maupun ke arah kota Bandar Lampung. View yang indah
ini banyak dimanfaatkan untuk pengembangan obyek-obyek wisata berupa cafe dan restoran, arena
rekreasi, taman bermain, hotel dan sebagainya. beberapa obyek wisata yng sudah berkembang
diantaranya Puncak Mas, Kampung Vietnam, Lembah Durian dan Tahura dengan penangkaran rusanya.
Selain obyek-obyek wisata tersebut, di WP V telah berkembang pesat pula berbagai type kawasan
perumahan. berkembang pesatnya kawasan perumahan di WP 5 dapat dipahami sebagai limpasan
kebutuhan perumahan yang sudah tidak dapat ditampung lagi di Kawasan Pusat Kota di WP 1. Dalam
RTRW Kota Bandar Lampung dapat dilihat bahwa WP 5 berbatasan dengan WP 1. WP 1 memiliki fungsi
dan peran sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Terkait perkembangan fungsi
non hunian yang cukup pesat di WP 1 maka kebutuhan lahan permukiman yang tidak dapat dihindarkan
ini akan merambah ke kawasan-kawasan sekitarnya termasuk WP V sebagai kawasan yang berbatasan
langsung dengan WP I.
Tanpa pengaturan yang efektif, perkembangan kawasan di WP V berpotensi menimbulkan permasalahan
di masa datang. kondisi ini disebabkan oleh kondisi fisik kawasan di WP V yang masuk kategori kawasan
lindung. di WP V terdapat kawasan Cagar Alam, juga terdapat kawasan yang masuk kategori sebagai
kawasan imbuhan air. selain itu di WP V banyak terdapat lahan dengan tingkat kemiringan yang tinggi dan
juga kawasan sempadan sungai yang harus dilindungi. Salah satu fungsi penting di WP 5 yang ditetapkan
dalam Perda no. 4/2021 tentang RTRW Kota Bandar Lampung adalah sebagai lokasi pengembangan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota. Dari kondisi-kondisi tersebut dapat dipahami bahwa ada keterkaitan
yang sangat erat antara perkembangan kawasan di WP V dengan bagian wilayah lainnya di Kota Bandar
Lampung. Pengembangan kawasan pariwisata, pengembangan kawasan perumahan dan juga
pengembangan RTH tidak hanya bermanfaat untuk WP V sendiri tetapi juga penting untuk kebutuhan
seluruh Wilayah Kota Bandar Lampung.
Walaupun sebagai fungsi pendukung, WP V memiliki fungsi dan peran yang penting unruk kawasan-
kawasan lainnya di Wilayah Kota Bandar Lampung. Keterkaitan antar kawasan ini tercipta melalui sistem
jaringan transportasi yang menghubungkan WP V dengan kawasan-kawasan lainnya di luar WP V. Dua
jalan penting menghubungkan WP V dengan WP 1 yaitu Jl Imam Bonjol (Kolektor Primer) dan Jl. Pagar
Alam (Arteri Sekunder). Ke arah utara yang menghubungkan WP V dengan WP 2 adalah Jl Pramuka
(Kolektor Primer). Sementara itu yang menghubungkan WP V ke arah barat ke wilayah Kabupaten
Pesawaran adalah Jl. Ganjaran (Kolektor Primer). Dari jalan-jalan ini berkembang jalan lokal dan jalan
lingkungan menuju pusat-pusat kegiatan seperti pariwisata, perguruan ringgi dan juga perumahan yang
tersebar di berbagai kawasan di WP V.
Antisipasi perkembangan ke depan perlu dilakukian untuk merespon perkembangan kawasan yang akan
terjadi di WP V ini. Perkembangan kegiatan pariwisata dan Perumahan akan berkembang dengan pesat
dengan intensitas yang cukup tinggi. Ini akan terjadi terutama di sekitar jalan-jalan utama di kawasan ini.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa jalan-jalan berfungsi tinggi seperti arteri sekunder dan kolektor primer
melintasi kawasan pusat kota ini sehingga dapat dipastikan bahwa volume pergerakan di jalan-jalan di
WP V ini akan meningkat. Antisipasi yang perlu dilakukan diantaranya adalah mengoptimalkan jalan-jalan
lokal dan jalan lingkungan yang masih bisa dioptimalisasi fungsinya.
Aksesibilitas antar WP diusulkan untuk melalui pengembangan sistem transportasi umum. Dalam hal ini
antisipasi ke depannya diusulkan untuk dapat menciptakan pola angkutan umum penumpang yang
bersifat masal untuk dapat menciptakan pergerakan yang tinggi antar WP khususnya antara WP V dengan
WP 1. Pola angkutan umummassal ini akan meberikan banyak keuntungan diantaranya adalah
aksesibilitas tinggi ke kawasan pusat kota dan juga berkurangnya beban jalan yang menghubungkan WP
V dengan WP 1.
Selanjutnya analisis kedudukan dan peran Wilayah Perencanaan dalam wilayah yang lebih luas
merepresentasikan pola keterkaitan eksternal, ditinjau dari berbagai aspek antara lain : sosial budaya
demografi, ekonomi, sistem prasarana, lingkungan, Pariwisata, Pendanaan dan spesifik kekhasan.
Selanjutnya, analisis kedudukan dan keterkaitan eksternal ini akan di sintesa lebih lanjut untuk dirumuskan
dalam rumusan kebutuhan penguatan peran dan fungsi WP.
• Aspek Sosial-Budaya dan Demografi
- Penduduk WP V secara proporsi menyumbangkan 15% terhadap Kota Bandar Lampung, tidak
setinggi WP lainnya. Hal ini mencerminkan bahwa WP V merupakan wilayah pengembangan dari
Kota Bandar Lampung.
- Secara kultural, masyarakat di WP V umumnya merupakan masyarakat gnerasi penerus dari
masyarakat pendatang yang telah lama masuk ke Kota Bandar Lampung.
- Perkembangan perumahan formal dan fasilitas Pendidikan berupa perguruan tinggi mendorong
transformasi sosial pada WP V dimana banyaknya masyarakat pendatang secara sosio kultural
memberikan peran yang cukup signifikan.
• Aspek Ekonomi
- Investasi pada WP V umumnya berupa pengembangan perumahan formal dan kegiatan komersil
skala sub pelayanan kota
- Fasiltas ekonomi skala sub pelayanan kota telah berkembang dengan pesat pada area-area
perumahan sepanjang koridor jalan kolektor
- Adanya kawasan Tahura dengan bentang alam yang cukup indah, mendorong tumbuhnya café-
café dan destinasi wisata kuliner pada WP V
• Aspek Sistem Prasarana Wilayah
- Sistem prasana wilayah pelru diantisipasi akibat berkembangnya penduduk Kota Bandar
Lampung ke wilayah ini. Kualitas pelayanan perlu ditingkatkan, misalnya air bersih, persampahan,
limbah domestic dan jaringan jalan
• Aspek Pertahanan Keamanan
- Fasilitas pertahanan keamanan yang ada di WP V berupa kantor kepolisian dan TNI skala
kecamatan yang melayani penduduk skala kecamatan di WP V
• Aspek Lingkungan Hidup
- WP V merupakan percampuran antara kawasan terbangun dengan kawasan tidak terbangun
yang berada di bagian barat WP. Area tidak terbangun berupa perbukitan pada bagian barat WP,
sebagian telah ditetapkan sebagai Tahura dalam RTRW Kota Bandar Lampung. Kawasan
tersebut perlu dilindungi disamping sebagai fungsinya sebagai kawasan resapan air, juga
memberikan sumbangan terhadap pembantukan ruang terbuka hijau bagi Kota Bandar
Lampung.
- Secara geologi, adanya sesar yang melintas pada WP V perlu dicermati dalam pementukan
struktur dan pola ruang, paling tidak dalam pengaturan intensitas pemanfaatan ruang dan tata
bangunan.
• Aspek Pariwisata
- Keberadaan Tahura dan area perbukitan pada bagian barat WP V mendorong tumbuhnya wisata
kulinter berupa café-café yang menawarkan panorama alam serta destinasi wisata alam.
Beberapa area wisata kulinter dan wisata alam telah berkembang di WP V, misalnya Kampung
Vietnam, Lembah Durian, Taman Wisata Alam dan Edukasi Lembah Pelangi Kedaung dan Tahura
mengindikasikan potensi pengembangan wisata alam dan wisata kuliner di WP V.
• Aspek Pendanaan
- Sumber pendanaan pembangunan di WP V sangat bergantung pada sumber pendanaan dari
APBD Kota. Partisipasi sektor swasta dapat dioptilakan dari sektor property dan pelaku usaha
wisata yang ada di WP V.
• Aspek Spesifik kekhasan kawasan
- WP V merupakan kawasan pengembangan baru yang tumbuh akibat perkembangan perumahan
formal. Potensi penguatan kekhasan kawasan dapat didorong pada spot-spot pengembangan
wisata kuliner yeng mulai berkembang di WP V
• Tingkat pengangguran terbuka yang masih relatif tinggi di Kota Bandar Lampung
• Laju inflasi di Kota Bandar Lampung cendrung fluktuatif pada beberapa tahun terakhir
• Tidak meratanya distribusi pendapatan masyarakat di Kota Bandar Lampung
• Masih tingginya jumlah penduduk miskin
• Belum optimalnya penyediaan lapangan kerja di Kota Bandar Lampung sehingga terjadi
keterbatasan pada lapangan kerja
• Belum terjadinya keseimbangan antara angka pertumbuhan angkatan kerja dengan angka
pertumbuhan kesempatan kerja di Kota Bandar
• Lampung
• Banyaknya usia produktif yang tidak terserap lapangan pekerjaan
• Meningkatkan angka pengangguran terbuka
• Banyaknya jumlah tenaga kerja yang dirumahkan akibat dampak pandemi covid-19
6. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah
• Rendahnya kontribusi sektor kategori industri pengolahan terhadap nilai PDRB Kota Bandar
Lampung
• Rendahnya kontribusi sektor kategori kategori penyediaan akomodasi dan makan minum serta
kategori sektor jasa terhadap nilai PDRB Kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam upaya pencapaian
keuntungan finansial Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung
• Masih diperlukannya peningkatan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung
• Rendahnya penanaman modal asing di Kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya pengembangan pada potensi ekonomi yang berada di kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam perencanaan
pembangunan ekonomi di Kota Bandar Lampung
• Belum optimalnya pengelolaan budaya untuk meningkatkan daya tarik wisata dari luar daerah
dan dunia internasional
• Penerapan Megatrend dunia 2045, dan menuju Indonesia EMAS di Bandar Lampung
7. Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat
• Belum optimalnya Kualitas hidup Lanjut usia (lansia) dan kemampuan keluarga dalam merawat
lansia
• Minim ruang aman kekerasan seksual
• Masih adanya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat
• Belum optimalnya kinerja dalam Menciptakan Lingkungan Fisik dan Sosial yang dapat Menjamin
Terpenuhinya hak-hak anak serta kehidupan yang ramah anak
• Meningkatkan penanganan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
• Masih rendahnya angka pembiayaan kesehatan bagi masyarakat , terutama untuk promotof dan
preventif
8. Rendahnya kesetaraan gender
• Rendahnya kesertaan KB Pria
• Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) perlu ditingkatkan
• Rendahnya keikutsertaan perempuan dalam parlemen
• Belum optimalnya peran kelembagaan perlindungan hak perempuan
9. Peningkatan Tata Kelola Kebijakan Daerah
• Belum optimalnya kebijakan, Sinkronisasi Peraturan dan kebijakan daerah yang mendukung
pelaksanaan kewenangan bidang urusan
• komunikasi dan informatika, statistik dan persandian di daerah
• Belum optimalnya pelaksanaan Kebijakan Satu Data
• Kebijakan, Sinkronisasi Peraturan dan kebijakan daerah yang mendukung pelaksanaan
kewenangan bidang urusan komunikasi dan informatika, statistik dan persandian di daerah
Sejalan dengan tema besar yang telah ditetapkan pada sub pokok bahasan sebelumnya, dapat
dirumuskan tujuan penataan ruang yang merupakan pengejawantahan dari tema besar yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pertimbangan arah kebijakan, baik itu kebijakan pembangunan, kebijakan tata
ruang, maupun kebijakan sektoral yang berimplikasi bagi pengembangan WP V serta isu strategis, serta
konsepsi pengembangan dan tema besar pengembangan, dapat ditetapkan tujuan penataan WP V,
yaitu:
“Mewujudkan WP V sebagai pusat pelayanan kota, yang nyaman dan lestari
melalui pengembangan permukiman dan pariwisata yang berkelanjutan dan
berdaya saing”
Tujuan penataan WP V tersebut, memuat kata-kata kunci yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nyaman dan lestari : Menekankan pada fungsi RTH yang diemban WP V dan
diarahkan untuk adaptif terhadap resiko bencana alam