PENDAHULUAN
AHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan ibukota Provinsi Bali, dan
pusat pelayanan wilayah Bali Bagian Selatan memiliki fungsi sebagai kota pusat
pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa wilayah, pusat pelayanan pendidikan tinggi,
pusat permukiman yang memiliki pengaruh langsung yang kuat kepada wilayah
sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2011 tentang Kawasan
Perkotaan Sarbagita, Kota Denpasar merupakan kota inti dari Kawasan Perkotaan
Sarbagita yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Visi Pembangunan Kota Denpasar yang tertuang dalam Perda No. 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar 2005-2025
adalah : ”DENPASAR KOTA BERBUDAYA, DILANDASI TRI HITA KARANA”.
Visi ini selanjutnya telah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar
sebagai matra ruang pembangunan kota Denpasar, dan telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2011 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kota
Denpasar Tahun 2011-2031.
RTRWK Denpasar, yang masih merupakan rencana umum, perlu dioperasionalkan dan
dijabarkan dalam Rencana Rinci Tata Ruang, dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kota.
Berdasarkan arahan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
setiap RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota
yang perlu disusun RDTR-nya. Selanjutnya diarahkan bahwa RDTR harus sudah
ditetapkan paling lama 36 bulan sejak penetapan RTRW Kabupaten/Kota.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di Kota Denpasar merupakan rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah Kota Denpasar yang dilengkapi dengan Peraturan
Zonasi (PZ). RDTR dan PZ Kota Denpasar merupakan rencana yang menetapkan blok
pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang
memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta
lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam
kawasan fungsional tersebut, yang dilengkapi zoning map dan zoning text.
Pasal 8 dan Pasal 14 Perda 27 tahun 2011 tentang RTRWK Denpasar Tahun 2011-
2031,menyatakan bahwa Wilayah Kota Denpasar dalam rangka mewujudkan sistem
pusat pelayanan kota, berdasarkan batasan fungsional dibagi menjadi 5 (lima) Bagian
Wilayah Kota (BWK) terdiri dari BWK Pusat, BWK Utara, BWK Timur, BWK Barat dan
BWK Selatan.
BWK UTARA, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Denpasar Utara, seluas 2.166,02
hektar dari wilayah Kecamatan Denpasar Utara seluas 3.112 ha. Dengan demikian
Kecamatan Denpasar Utara sebagai bagian dari 4 (empat) wilayah kecamatan di Kota
Denpasar, dibagi menjadi 2 BWK yaitu BWK Utara dan sebagian masuk ke BWK Pusat.
Di sisi lain, beberapa permasalahan tata ruang yang dihadapi BWK Utara adalah :
Kemacetan lalu lintas pada jalan-jalan utama kawasan dan jalur ke luar kota,
terutama pada jalur jalan nasional karena bercampurnya arus pergerakan antar
wilayah, pergerakan kota dan pergerakan lokal pada jalan nasional
Tinginya laju pertumbuhan penduduk yang mencapai (4,05%/thn pada perioda tahun
2000-2010)
Pengembangan pusat pemerintahan Kota Denpasar di Kawasan Lumintang yang
telah berjalan membutuhkan kerjasama jangka panjang dengan Pemerintah
Kabupaten Badung dan Pemerintah Provinsi Bali
Terus meningkatnya kebutuhan perluasan permukiman dan pendukungnya
Tingginya potensi alih fungsi lahan pertanian
Kebutuhan pemenuhan fasilitas dan infrastruktur pendukung permukiman
Perlindungan kawasan sawah pertanian berkelanjutan dan pemantapan ekowisata
pertanian
Merupakan pusat pelayanan transportasi umum Kota disertai rencana
pengembangan terminal modern Ubung dan Tegal
Pengaturan lalu lintas angkutan barang
Pengembangan simpang tak sebidang Simpang Ubung
Kebutuhan pengembangan RTHK Publik
Pemenuhan infrastruktur permukiman meliputi peningkatan jaringan pergerakan
eksternal maupun internal kawasan dan perumahan, pemerataan pelayanan jaringan
air minum, penanganan drainase, pengelolaan sampah, pengelolaan limbah dan
lannnya
Banyaknya lahan sewa yang berpotensi menjadi titik kumuh
Perlunya penanganan Kawasan Ubung Kaja dengan konsep LC sesuai arahan
RTRW Kota Denpasar
Potensi dan permasalahan tata ruang diatas pada dasarnya telah tertuang secara umum
dalam Materi Teknis RTRW Kota Denpasar 2011-2031, namun perlu dituangkan dalam
RDTR dan PZ BWK Utara.
Selanjutnya RDTR dan PZ BWK Utara menjadi bagian tak terpisahkan dari RDTR dan PZ
BWK lainnya (RDTR dan PZ BWK Barat, RDTR dan PZ BWK Timur, RDTR dan PZ BWK
Pusat/Tengah, dan RDTR dan PZ BWK Selatan) pada wilayah Kota Denpasar sebagai
penjabaran RTRW Kota Denpasar ke dalam bentuk Rencana yang lebih operasional.
Dasar hukum penyusunan RDTR dan PZ Kota Denpasar sebagai rujukan utama
disusunnya RDTR dan PZ beserta norma, standar, peraturan dan ketentuan
penyusunannya meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3465);
2. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
RTRW Kota Denpasar seperti yang telah diuraikan telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Nomor. 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar
Tahun 2011-2031. Berikut diuraikan tinjauan terhadap RTRW Kota Denpasar, sebagai
dasar penyusunan RDTR dan PZ Kota Denpasar.
Visi Pembangunan Kota Denpasar adalah terciptanya Kota Denpasar yang berwawasan
budaya (Bali) dengan keharmonisan dalam keseimbangan dan berkelanjutan. Untuk
mendukung Visi pembangunan Ruang Kota Denpasar, maka formulasi tujuan dan
sasaran penataan ruang Kota Denpasar diuraikan sebagai berikut :
Penataan ruang Kota Denpasar bertujuan untuk mewujudkan ruang Kota Denpasar yang
produktif, aman, nyaman dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional dalam
sistem perkotaan, berbasis pariwisata dan ekonomi kreatif yang berjati diri budaya Bali
(Pasal 5 Perda 27/2011).
4. Jaringan jalan kolektor primer (jalan nasional), terdiri atas ruas jalan:
a. Simpang Cokroaminoto – Jalan Sutomo;
b. Simpang Pesanggaran – Jalan Diponegoro –Jalan Thamrin – Jalan Wahidin –
Jalan Setiabudi;
c. Jalan Gunung Agung – akses kargo; dan
d. Jalan Iman Bonjol (Denpasar – Tuban).
Berdasarkan fungsi dalam Kawasan Perkotaan, maka kawasan budidaya non perkotaan
tersebut bersama-sama sebagian fungsi kawasan lindung merupakan Ruang Terbuka
baik RTHK maupun Ruang Terbuka Perairan.
Tabel 2.1
Rincian Rencana Pola Ruang Kota Denpasar Tahun 2030
KECAMATAN (Ha) DENPASAR %
NO FUNGSI RUANG
Dps Utara Dps Timur Dps Barat Dps Selatan (Ha) LUAS
I KAWASAN LINDUNG
1 Tahura Ngurah Rai - - - 588,99 588,99 4,61
2 Sempadan Pantai - 16,00 - 152,50 168,50 1,32
3 Sempadan Sungai 46,11 64,21 45,87 52,34 208,53 1,63
4 RTHK Hutan Kota 2,47 9,51 7,13 25,96 45,08 0,35
SUB TOTAL I 48,57 89,72 53,00 819,79 1.011,09 7,91
II KAWASAN BUDIDAYA
1 Permukiman 1.872,10 850,19 1.456,12 1.726,29 5.904,69 46,21
2 Perdagangan dan Jasa 355,68 208,90 525,86 615,88 1.706,32 13,35
3 Perkantoran Pemerintahan 40,85 92,02 19,38 17,82 170,07 1,33
4 Kawasan Efektif Pariwisata - 47,16 - 683,70 730,86 5,72
5 Perindustrian dan Pergudangan - - - 32,50 32,50 0,25
6 Fasilitas Pendidikan 18,28 20,26 15,42 23,61 77,57 0,61
7 Fasilitas Kesehatan 8,03 3,30 28,30 10,20 49,83 0,39
8 Pertahanan dan Keamanan 2,65 7,30 4,70 29,82 44,47 0,35
9 Fasilitas Peribadatan 11,10 17,90 9,90 12,19 51,09 0,40
10 Fas.Rekreasi dan Olah Raga 54,05 66,45 40,26 112,71 273,47 2,14
11 Kaw. Bddy T. Pangan (sawah) 473,72 610,28 24,28 455,24 1.563,52 12,24
12 Kuburan dan Setra 3,80 6,40 11,00 14,20 35,40 0,28
13 TPA Suwung - - - 10,00 10,00 0,08
14 IPAL Suwung - - - 19,57 19,57 0,15
15 Estuary Dam - - - 33,03 33,03 0,26
16 Jaringan Jalan 218,61 234,12 222,26 328,87 1.003,86 7,86
17 Pelabuhan - - - 52,00 52,00 0,41
18 Terminal 4,55 - 2,52 1,58 8,66 0,07
SUB TOTAL II 3.063,42 2.164,28 2.360,00 4.179,21 11.766,91 92,09
Sesuai arahan UUPR 26/2007, RTRW Kota Denpasar juga diengkapi Penetapan
Kawasan strategis Kota. Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kota baik dari
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Kriteria penetapan Kawasan Strategis Kota terdiri dari :
a. kawasan yang memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian Kota atau Wilayah
yang lebih luas;
b. kawasan yang memiliki nilai historis dan budaya yang perlu dilestarikan dan menjadi
jati diri kota;
c. kawasan yang memiliki tingkat pelayanan sosial dan publik yang tinggi; dan
d. kawasan yang memiliki fungsi perlindungan keragaman sumber daya hayati dan
perlindungan terhadap bencana.
Kawasan strategis Kota atau kawasan lainya dapat menjadi bagian dari kawasan strategis
nasional atau kawasan strategis provinsi dan bagi kawasan-kawasan tersebut penataan
ruangnya memerlukan koordinasi dengan Pemerintah atau Pemerintah Provinsi atau
Pemerintah Kabupaten yang berbatasan
Sistematika Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara Tahun 2017-2037, disusun sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan
RDTR dan PZ, tinjauan terhadap RTRW Kota Denpasar, serta tujuan
penyusunan RDTR dan PZ.