Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
AHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan ibukota Provinsi Bali, dan
pusat pelayanan wilayah Bali Bagian Selatan memiliki fungsi sebagai kota pusat
pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa wilayah, pusat pelayanan pendidikan tinggi,
pusat permukiman yang memiliki pengaruh langsung yang kuat kepada wilayah
sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2011 tentang Kawasan
Perkotaan Sarbagita, Kota Denpasar merupakan kota inti dari Kawasan Perkotaan
Sarbagita yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Visi Pembangunan Kota Denpasar yang tertuang dalam Perda No. 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar 2005-2025
adalah : ”DENPASAR KOTA BERBUDAYA, DILANDASI TRI HITA KARANA”.
Visi ini selanjutnya telah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar
sebagai matra ruang pembangunan kota Denpasar, dan telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2011 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kota
Denpasar Tahun 2011-2031.

RTRWK Denpasar, yang masih merupakan rencana umum, perlu dioperasionalkan dan
dijabarkan dalam Rencana Rinci Tata Ruang, dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kota.
Berdasarkan arahan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
setiap RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota
yang perlu disusun RDTR-nya. Selanjutnya diarahkan bahwa RDTR harus sudah
ditetapkan paling lama 36 bulan sejak penetapan RTRW Kabupaten/Kota.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di Kota Denpasar merupakan rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah Kota Denpasar yang dilengkapi dengan Peraturan
Zonasi (PZ). RDTR dan PZ Kota Denpasar merupakan rencana yang menetapkan blok
pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang
memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta
lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam
kawasan fungsional tersebut, yang dilengkapi zoning map dan zoning text.
Pasal 8 dan Pasal 14 Perda 27 tahun 2011 tentang RTRWK Denpasar Tahun 2011-
2031,menyatakan bahwa Wilayah Kota Denpasar dalam rangka mewujudkan sistem
pusat pelayanan kota, berdasarkan batasan fungsional dibagi menjadi 5 (lima) Bagian
Wilayah Kota (BWK) terdiri dari BWK Pusat, BWK Utara, BWK Timur, BWK Barat dan
BWK Selatan.
BWK UTARA, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Denpasar Utara, seluas 2.166,02
hektar dari wilayah Kecamatan Denpasar Utara seluas 3.112 ha. Dengan demikian
Kecamatan Denpasar Utara sebagai bagian dari 4 (empat) wilayah kecamatan di Kota
Denpasar, dibagi menjadi 2 BWK yaitu BWK Utara dan sebagian masuk ke BWK Pusat.

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-1


BWK Utara menjadi bagian dari satu kesatuan wilayah administrasi Kecamatan Denpasar
Utara, dan pembagian wilayahnya tidak berdasarkan unit administrasi tetapi berdasarkan
kawasan fungsional, maka bahasan BWK Utara akan banyak terintegrasi dengan wilayah
Kecamatan Denpasar Utara.
Kecamatan Denpasar Utara merupakan pintu gerbang Kota Denpasar dari arah darat,
terutama dengan keberadaan terminal Ubung. Terminal Ubung sejak lama telah menjadi
pusat pelayanan transportasi antar provinsi, antar kabupaten/Kota dan angkutan kota.
Fungsi baru yang diperankan Kecamatan Denpasar Utara adalah pusat pelayanan publik
di Kawasan Niti Praja Lumintang, dan pusat pengembangan Ubung Kaja. Kecamatan
Denpasar utara berbatasan pangsung dengan Kawasan Perkotaan Mangupura (Ibukota
Kabupaten Badung) sehingga perkembangan alamai yang terjadi sangat pesat dan telah
terjadi penyatuan karakter perkotaan. Fungsi pelayanan sosial budaya, transportasi,
perdagangan dan jasa, pelayanan publik, dan pertanian menjadi salah satu tema
pengembangan kawasan selain fungsi permukiman.
Jumlah penduduk Kecamatan Denpasar Utara tahun 2000 (SP 2000) adalah 125.344
jiwa, dan telah meningkat menjadi 176.073 jiwa tahun 2010 (SP 2010), sehingga pada
kurun waktu tersebt terjadi laju pertumbuhan penduduk mencapai 4,05%/tahun.
Bila dilihat berdasarkan fungsi yang dimiliki, maka Wilayah Kecamatan Denpasar Utara
dalam kepentingan nasional, Provinsi Bali dan Kota Denpasar mempunyai peran dan
fungsi berfungsi makro meliputi :
 Kepentingan nasional :
 Menjadi bagian pendukung Kawasan Perkotaan Inti Kawasan Perkotaan
Sarbagita sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang dikembangkan
dengan sistem metropolitan;
 Dilintasi jaringan jalan nasional yang berfungsi jalan arteri primer yaitu Jalan
Cokroaminoto, Jalan Gatot Subroto, Jalan Mahendradatta dan jalan Imam Bonjol
 Kepentingan provinsi Bali dengan adanya beberapa Kawasan Strategis Provinsi Bali
dalam wilayah Kecamatan mencakup :
 Kawasan Sepanjang Jalan Nasional (Cokroaminoto, Jalan Gatot Subroto, Jalan
Mahendradatta dan jalan Imam Bonjol)
 Adanya Terminal Ubung sebagai terminal Type B
 Kepentingan Kota Denpasar dalam wilayah Kecamatan mencakup :
 Penetapan Pusat Pelayanan Publik di Kawasan Lumintang sekaligus sebagai
Kawasan Strategis Kota
 Pengembangan Kawasan Ubung Kaja sebagai Kawasan Stragegis Kota untuk
pelayanan publik, perdagangan dan jasa serta RTH
 Sebagian wilayah merupakan Kawasan Pusat Kota, dan telah ditetapkan dalam
RTRW Kota Denpasar sebagai BWK Tengah yang terintegrasi dengan sebagian
wilayah Kecamatan Denpasar Utara dan sebagian wilayah Kecamatan denpasar
Barat menjadi Kawasan Pusat Pelayanan Kota dan pendukung utama tema Kota
sebagai Kota yang berwwasan budaya.
 Adanya Pasar Anyar Ubung Kaja
 Adanya beberapa bangunan cagar budaya
 Adanya Terminal Ubung sebagai terminal Type B (Perda 27/2011)
 Adanya RSUD Wangaya, sebagai RS Pemerintah yang memiliki pelayanan
wilayah Kota Denpasar dan sekitarnya.
 Adanya GOR Ngurah Rai sebagai pusat aktivitas olah raga wilayah dengan skala
Provinsi dan Kota Denpasar.
 Sebagai Kawasan Industri dan pergudangan skala Kota di Kawasan Ubung dan
Ubung Kaja.

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-2


 Pendayagunaan lahan pertanian sebagai bagian dari RTHK

Di sisi lain, beberapa permasalahan tata ruang yang dihadapi BWK Utara adalah :
 Kemacetan lalu lintas pada jalan-jalan utama kawasan dan jalur ke luar kota,
terutama pada jalur jalan nasional karena bercampurnya arus pergerakan antar
wilayah, pergerakan kota dan pergerakan lokal pada jalan nasional
 Tinginya laju pertumbuhan penduduk yang mencapai (4,05%/thn pada perioda tahun
2000-2010)
 Pengembangan pusat pemerintahan Kota Denpasar di Kawasan Lumintang yang
telah berjalan membutuhkan kerjasama jangka panjang dengan Pemerintah
Kabupaten Badung dan Pemerintah Provinsi Bali
 Terus meningkatnya kebutuhan perluasan permukiman dan pendukungnya
 Tingginya potensi alih fungsi lahan pertanian
 Kebutuhan pemenuhan fasilitas dan infrastruktur pendukung permukiman
 Perlindungan kawasan sawah pertanian berkelanjutan dan pemantapan ekowisata
pertanian
 Merupakan pusat pelayanan transportasi umum Kota disertai rencana
pengembangan terminal modern Ubung dan Tegal
 Pengaturan lalu lintas angkutan barang
 Pengembangan simpang tak sebidang Simpang Ubung
 Kebutuhan pengembangan RTHK Publik
 Pemenuhan infrastruktur permukiman meliputi peningkatan jaringan pergerakan
eksternal maupun internal kawasan dan perumahan, pemerataan pelayanan jaringan
air minum, penanganan drainase, pengelolaan sampah, pengelolaan limbah dan
lannnya
 Banyaknya lahan sewa yang berpotensi menjadi titik kumuh
 Perlunya penanganan Kawasan Ubung Kaja dengan konsep LC sesuai arahan
RTRW Kota Denpasar
Potensi dan permasalahan tata ruang diatas pada dasarnya telah tertuang secara umum
dalam Materi Teknis RTRW Kota Denpasar 2011-2031, namun perlu dituangkan dalam
RDTR dan PZ BWK Utara.
Selanjutnya RDTR dan PZ BWK Utara menjadi bagian tak terpisahkan dari RDTR dan PZ
BWK lainnya (RDTR dan PZ BWK Barat, RDTR dan PZ BWK Timur, RDTR dan PZ BWK
Pusat/Tengah, dan RDTR dan PZ BWK Selatan) pada wilayah Kota Denpasar sebagai
penjabaran RTRW Kota Denpasar ke dalam bentuk Rencana yang lebih operasional.

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RDTR DAN PZ

Dasar hukum penyusunan RDTR dan PZ Kota Denpasar sebagai rujukan utama
disusunnya RDTR dan PZ beserta norma, standar, peraturan dan ketentuan
penyusunannya meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3465);
2. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-3


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5234)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
9. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan;
10. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009
Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 15);
11. Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Eenpasar (Lembaran Daerah Kota
Denpasar Tahun 2009 Nomor 1);
12. Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Denpasar
Tahun 2011 Nomor 27, Tambahan Lembaran Daerah Kota Denpasar Nomor 27);
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;

1.3 TINJAUAN TERHADAP RTRW KOTA DENPASAR

RTRW Kota Denpasar seperti yang telah diuraikan telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Nomor. 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar
Tahun 2011-2031. Berikut diuraikan tinjauan terhadap RTRW Kota Denpasar, sebagai
dasar penyusunan RDTR dan PZ Kota Denpasar.

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-4


1.3.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Denpasar

Visi Pembangunan Kota Denpasar adalah terciptanya Kota Denpasar yang berwawasan
budaya (Bali) dengan keharmonisan dalam keseimbangan dan berkelanjutan. Untuk
mendukung Visi pembangunan Ruang Kota Denpasar, maka formulasi tujuan dan
sasaran penataan ruang Kota Denpasar diuraikan sebagai berikut :
Penataan ruang Kota Denpasar bertujuan untuk mewujudkan ruang Kota Denpasar yang
produktif, aman, nyaman dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional dalam
sistem perkotaan, berbasis pariwisata dan ekonomi kreatif yang berjati diri budaya Bali
(Pasal 5 Perda 27/2011).

1.3.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

1. Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri atas:


a. pemantapan fungsi dan peran kota sebagai ibukota provinsi Bali dan kawasan
perkotaan inti dari Pusat Kegiatan Nasional, Kawasan Strategis Nasional, dan
Kawasan Perkotaan Sarbagita;
b. pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur perkotaan terpadu lintas wilayah
dalam sistem Kawasan Perkotaan Sarbagita, wilayah provinsi Bali dan nasional;
c. pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan kota secara merata dan
berhierarkhi;
d. peningkatan aksesbilitas yang dapat mengarahkan peningkatan fungsi dengan
keterkaitan antar pusat kegiatan dan sistem transportasi kota;
e. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana yang
dapat mendorong perkembangan kegiatan dan perbaikan lingkungan
permukiman kota; dan
f. Pengembangan kota kreatif berbasis pariwisata berjati diri budaya Bali.

Penjabaran salah satu kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan kota


secara merata dan berhierarkhi, dilaksanakan dengan strategi :
a. membagi wilayah kota menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK), terdiri atas
BWK Tengah, BWK Utara, BWK Timur, BWK Selatan, dan BWK Barat;
b. menetapkan hirarki pusat-pusat pelayanan kota yang terdiri atas pusat pelayanan
kota, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan; dan
c. memantapkan BWK Tengah sebagai pusat pelayanan kota.

2. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, terdiri atas:


a. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup;
c. pemulihan dan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup;
d. pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana; dan
e. perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai
historis dan spiritual.

3. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, terdiri atas:


a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan;
b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya perkotaan sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungannya;
c. pengembangan kawasan budidaya kreatif dan unggulan;
d. Pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan; dan
e. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-5


4. Kebijakan pengembangan kawasan strategis, terdiri atas:
a. pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis nasional dan
kawasan strategis provinsi dalam wilayah kota;
b. pengembangan kawasan strategis kota berdasarkan sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi kota dan wilayah, sosial budaya kota; dan kepentingan
pelestarian lingkungan hidup

1.3.3. Rencana Struktur Ruang

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota terdiri atas:


1. Sistem Pusat Pelayanan Kota :
a. sistem dan fungsi perwilayahan pengembangan kota;
b. sistem pusat-pusat pelayanan kota
2. Sistem Jaringan Prasarana kota.
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya

A. Sistem dan Fungsi Perwilayahan Pengembangan Kota


Sistem perwilayahan pengembangan diarahkan pada pembentukan Bagian Wilayah Kota
(BWK) beserta Pusat Kegiatannya. Pembentukan BWK ditujukan untuk memantapkan
jangkauan wilayah pelayanan suatu fasilitas pada suatu kawasan. Kota Denpasar dibagi
menjadi empat BWK utama sesuai wilayah kecamatan (Utara, Timur, Barat dan Selatan)
yang semuanya akan terintegrasi sangat kuat dengan Kawasan Pusat Kota.
Menyadari fungsi pusat Kota sangat kuat sebagai pengikat (fakta lapangan dan sejarah)
dan pusat orientasi, serta memperhatikan prinsip Puser dalam tatanan tata ruang budaya
Bali, maka dimunculkan satu BWK Tengah yang wilayahnya identik dengan Kawasan
Pusat Kota. BWK Tengah akan terdiri dari pecahan wilayah administrasi tiga wilayah
Kecamatan (Denpasar Utara, Denpasar Selatan dan Denpasar Barat) yang berada pada
Kawasan Tengah Kota.
Dengan demikian Kota Denpasar dibagi menjadi lima Bagian Wilayah Kota (BWK) dan
Pusat Kegiatannya, yang sebarannya dapat dilihat pada Gambar III.2 , terdiri dari :
1. BWK Tengah terdiri atas 5 (lima) Sub BWK;
2. BWK Utara terdiri atas dari 3 (tiga) Sub BWK;
3. BWK Timur terdiri atas 3 (tiga) Sub BWK;
4. BWK Selatan terdiri atas 5 (lima) Sub BWK; dan
5. BWK Barat terdiri atas 3 (tiga) Sub BWK.
Rencana Struktur Ruang, Rencana Sistem Perwilayahan pengembangan kota beserta
pusat-pusat kegiatannya di Kota Denpasar dapat dilihat Gambar I.1. dan gambar I.2

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-6


Gambar I.1
Rencana Struktur Ruang Kota Denpasar

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-7


Gambar I.2
Rencana Sistem Perwilayahan Pengembangan Kota

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-8


B. Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota
Sistem pusat-pusat pelayanan kota,
1. Pusat pelayanan kota, terdiri atas:
a. pusat-pusat pelayanan sosial ekonomi dan pemerintahan skala wilayah :
1. kawasan sekitar Niti Mandala sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala
wilayah;
2. kawasan sekitar Sanglah sebagai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan tinggi
dan pelayanan kesehatan skala wilayah;
3. kawasan sekitar terminal Ubung sebagai pusat transportasi penumpang
antar wilayah Type B;
4. kawasan Pelabuhan Benoa sebagai pusat transportasi laut antar wilayah
dan internasional;
5. kawasan perdagangan dan jasa skala wilayah di sepanjang Jalan Ngurah
Rai, Jalan Gatot Subroto dan Jalan Mahendradata; dan
6. kawasan pariwisata Sanur sebagai kawasan khusus pariwisata.
b. pusat-pusat pelayanan sosial ekonomi dan pemerintahan skala kota tersebar di
BWK tengah terdiri atas:
1. kawasan cathus patha agung Kota Denpasar dan sekitar jalan Gajah Mada
sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, sosial, budaya,
pemerintahan dan kawasan heritage ;
2. kawasan Niti Praja Lumintang sebagai kawasan pemerintahan;
3. kawasan sekitar koridor Jalan Teuku Umar, Jalan Dewi Sartika, jalan
Diponegoro, Jalan Setiabudi, Jalan Cokoraminoto, Jalan Surapati, Jalan
Hayam Wuruk, Jalan WR Supratman, Jalan Gunung Agung dan Jalan
Tantular;
4. kawasan Ubung sebagai pusat kegiatan perdagangan dan terminal kargo;
dan
5. kawasan Kreneng dan Jalan Kamboja sebagai pusat kegiatan perdagangan
dan jasa, pendidikan dan olah raga.
2. Sub Pusat Pelayanan Kota, sebagai pusat-pusat pelayanan sosial ekonomi dan
pemerintahan skala kecamatan atau BWK, terdiri atas:
a. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Utara dikembangkan di Kawasan Ubung
Kaja;
b. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Timur dikembangkan di Kawasan di sekitar
Jalan WR Supratman, Kelurahan Kesiman Kertalangu sebagai;
c. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Selatan dikembangkan Kawasan di sekitar
Jalan Diponegoro, Kelurahan Sesetan; dan
d. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Barat dikembangkan di Kawasan sekitar
Jalan Gunung Agung dan Jalan Mahendradata, Desa Tegal Kertha.
3. Pusat Lingkungan sebagai pendukung Sub Pusat Pelayanan Kota di tiap Sub BWK di
seluruh wilayah kota

B. Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Kegiatan Sosial Ekonomi


Selanjutnya Sistem Pelayanan Perkotaan dikembangkan berdasarkan Hirarki Struktur
Pelayanan Pusat-pusat Kegiatan Sosial Ekonomi yang terdiri dari fasilitas perdagangan
dan jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan, baik yang
mempunyai pelayanan skala wilayah kota maupun regional. Rencana struktur ruang
Kota Denpasar dapat dilihat pada Gambar III.2 dan sebaran Kawasan Pusat Pusat-
Pusat Kegiatan Sosial Ekonomi di Kota Denpasar adalah :

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-9


(1) Struktur Pelayanan Fasilitas Perdagangan dan jasa :
a. Fasilitas perdagangan dan jasa skala wilayah diarahkan pada jalur jalan antar
wilayah atau pada jalan dengan lebar di atas 15 meter dan melayani wilayah
Kota Denpasar dan Kawasan Metropolitan Sarbagita dengan fungsi zona
komersial sentra, pasar grosir modern dan tradisional;
b. Fasilitas perdagangan skala kota diarahkan pada jalan-jalan arteri sekunder atau
pada jalur utama kota dengan lebar jalan minimal 12 meter yang melayani
wilayah Kota Denpasar dengan fungsi zona komersial sentra, pasar umum
modern dan tradisional, perdagangan grosir dan eceran;
c. Fasilitas perdagangan skala kecamatan/ kawasan diarahkan pada jalan-jalan
kolektor sekunder atau pada jalur penghubung dalam kawasan dengan lebar
jalan minimal 10 meter yang melayani wilayah kecamatan/ wilayah
pengembangan dengan fungsi pasar modern dan tradisional dan kelompok
perdagangan eceran;
d. Fasilitas perdagangan skala desa/kelurahan atau desa pekraman diarahkan di
pusat-pusat desa yang dapat berupa pasar umum, pasar desa dan kelompok
pertokoan; dan
e. Fasilitas perdagangan skala lingkungan adalah kelompok petokoan lokal,
warung, mini market dan lainnya.

(2) Struktur Pelayanan Fasilitas Pemerintahan :


a. Fasilitas perkantoran pemerintahan pusat diarahkan di Kawasan Niti Mandala;
b. Fasilitas perkantoran pemerintahan negara sahabat / kantor konsulat tetap pada
lokasi yang telah ada dan pembangunan baru diarahkan di Kawasan Niti
Mandala;
c. Fasilitas perkantoran Pemerintah Provinsi Bali tetap pada lokasi yang telah ada
dan pembangunan baru diarahkan di Kawasan Niti Mandala;
d. Fasilitas perkantoran Pemerintah Kota Denpasar sebagian diarahkan terpusat di
Kawasan Lumintang, mempertahankan Kantor Walikota dan Sekretariat Daerah
di Kawasan Catur Muka, dan perkantoran lainnya diarahkan menyebar;
e. Fasilitas perkantoran pemerintah skala kecamatan untuk Kecamatan Denpasar
Barat tetap di Jalan Gunung Agung, untuk Kecamatan Denpasar Selatan tetap di
Jalan Raya Sesetan, sedangkan untuk Kecamatan Denpasar Utara
direncanakan di Desa Peguyangan (jalan Suradipa) dan untuk perkantoran
Kecamatan Denpasar Selatan direncanakan di Jalan WR Supratman sekitar eks
Pabrik Balitex; dan
f. Fasilitas pemerintahan skala desa/kelurahan adalah tetap mempertahankan
yang telah ada yaitu di pusat-pusat desa/kelurahan.

(3) Struktur Pelayanan Fasilitas Kesehatan :


a. Fasilitas kesehatan skala wilayah/provinsi dan pelayanan internasional adalah
Rumah Sakit Umum Sanglah;
b. Fasilitas kesehatan skala Kota adalah Rumah Sakit Umum Pemerintah, Militer
dan Swasta yang tersebar di dalam Kota;
c. Fasilitas Kesehatan skala kecamatan/Kawasan adalah sebaran Puskesmas,
Puskesmas Pembantu dan sebaran Klinik Kesehatan Swasta;dan
d. Fasilitas Kesehatan skala lingkungan.

(4) Struktur Pelayanan Fasilitas Pendidikan:


a. Fasilitas pendidikan tinggi melayani skala wilayah, provinsi atau nasional berupa
sebaran Universitas/Sekolah Tinggi/Akademi dan lainnya diarahkan pada lokasi
yang gampang mudah dijangkau dan minimal pada jalur jalan kolektor sekunder;

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-10


b. Membatasi pengembangan kegiatan pendidikan tinggi baru pada Kawasan Pusat
Kota atau pada kawasan yang memiliki tingkat kepadatan pergerakan lalu lintas
atau kemacetan tinggi;
c. Fasilitas pendidikan skala Kota/Kecamatan/Kawasan berupa sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Kejuruan baik negeri
maupun swasta diarahkan merata dan menjangkau seluruh wilayah kota dan
kawasan sekitarnya;
d. Fasilitas pendidikan skala desa/kelurahan dan lingkungan berupa Sekolah Dasar
dan Taman Kanak-Kanak di arahkan merata di pusat-pusat permukiman;dan
e. Lokasi sekolah-sekolah favorit yang berpotensi menarik pergerakan lalu lintas
berada minimal pada jalan kolektor sekunder.

C. Rencana Sistem Jaringan Transportasi


Rencana sistem jaringan transportasi yang akan membentuk struktur ruang Kota
Denpasar adalah jaringan–jaringan jalan utama dan fasilitas penunjang transportasi yaitu
: jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan arteri sekunder,
jaringan jalan kolektor sekunder, terminal penumpang, terminal kargo, Pelabuhan Benoa.
Jalan-jalan utama pembentuk struktur ruang Kota Denpasar dalam lingkup makro (lintas
wilayah) dan di dalam wilayah Kota Denpasar dapat dilihat pada Gambar I.4.

C1. Sistem Jaringan Jalan, terdiri atas :


1. Rencana pengembangan jalan baru dalam kota, terdiri atas ruas jalan:
a. Serangan – Tohpati;
b. Kuta – Denpasar – Tohpati;
c. Jalan Pantai Matahari Terbit – Pantai Padang Galak – Jalan Sekar;
d. Jalan Akasia – simpang Padang Galak;
e. Jalan Tukad Badung – Jalan I Gusti Ngurah Ngurah Rai;
f. Jalan Badak Agung – Jalan Hayam Wuruk;
g. Jalan Mahendradata – Jalan Sunset (Western Ring Road Tahap III); dan
h. Jalan Cokroaminoto – Jalan Ahmad Yani.

2. Jaringan jalan bebas hambatan di wilayah Kota Denpasar, terdiri atas:


a. Jalan Serangan – Tanjung Benoa (Wilayah Kabupaten Badung); dan
b. Kuta – Jalan I Gusti Ngurah Rai – Tohpati

3. Jaringan jalan arteri primer (jalan nasional), terdiri atas:


a. Jalan Gatot Subroto Barat – Simpang Cokroaminoto – Jalan Gatot Subroto –
Simpang Tohpati – Jalan Prof. Ida Bagus Mantra;
b. Simpang Tohpati – Simpang Pesanggaran – By Pass I Gusti Ngurah Rai;
c. Simpang Tohpati – Batubulan;
d. Simpang Pesanggaran – Gerbang Pelabuhan Benoa; dan
e. Jalan Mahendradata – Simpang Jalan Sunset.

4. Jaringan jalan kolektor primer (jalan nasional), terdiri atas ruas jalan:
a. Simpang Cokroaminoto – Jalan Sutomo;
b. Simpang Pesanggaran – Jalan Diponegoro –Jalan Thamrin – Jalan Wahidin –
Jalan Setiabudi;
c. Jalan Gunung Agung – akses kargo; dan
d. Jalan Iman Bonjol (Denpasar – Tuban).

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-11


5. Jaringan jalan kolektor primer (jalan provinsi) terdiri atas ruas jalan:
a. Jalan Gajah Mada-Simpang Catur Muka – Jalan Surapati – Jalan Hayam Wuruk–
Simpang Renon – Simpang Renon – Jalan Hang Tuah – Pantai Sanur (Denpasar
– Sanur);
b. Simpang Niti Mandala – Jalan Dewi Sartika-Teuku Umar-Simpang Imam Bonjol
(Sp Niti Mandala-Sp Imam Bonjol);
c. Simpang Teuku Umar – Batu Belig;
d. Simpang Catur Muka – Jalan Veteran – Jalan Pattimura – Jalan WR Supratman
– Simpang Tohpati (Denpasar – Sp Tohpati);
e. Jalan Ahmad Yani.
f. Jalan-jalan utama di Kawasan Niti Mandala (Jalan Raya Puputan, Jalan Tantular,
Jalan Cok Agung Tresna, Jalan. DI Panjaitan, Jalan Basuki Rahmat, Jalan
Juanda, Jalan M. Yamin, Jalan Cut Nya Dien, Jalan Kusumaatmaja, Jalan DR
Muwardi dan Jalan S. Parman);
g. Jalan Gunung Agung – Jalan Gunung Sanghyang;
h. Jalan Udayana – Jalan Hasanudin;
i. Jalan Diponegoro; dan
j. Jalan Kapten Agung, Jalan Kapten Regug, Jalan Sugianyar, Jalan Beliton.
6. Jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas
ruas jalan: Jalan Sulawesi, Jalan Melati, Jalan PB Sudirman, Jalan Nangka, Jalan
Suli, Jalan Kamboja, Jalan Batanghari, Jalan Barito, Jalan Nusa Kambangan, Jalan
Komodo, Jalan Buton, Jalan Pulau Kawe, Jalan P. Belitung, Jalan Trengguli, Jalan
Terenggana dan Jalan Gunung Rinjani.
7. Jaringan jalan sistem sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri
atas ruas jalan:
a. Jalan lokal sekunder, terdiri atas ruas-ruas jalan yang menghubungkan pusat-
pusat pelayanan kota dengan kawasan perumahan; dan
b. Jalan lingkungan sekunder, terdiri atas seluruh ruas jalan yang menghubungkan
antar persil dalam wilayah kota.

C2. Jaringan Angkutan Penumpang Dan Barang, terdiri atas :


1. Sistem jaringan angkutan orang antar kota dan dalam kota, terdiri atas:
a. pengembangan sistem terpadu angkutan orang massal antar kota, Kawasan
Perkotaan Sarbagita;
b. mengembangkan rute-rute trayek angkutan orang, terdiri atas trayek utama,
trayek cabang dan trayek ranting;
c. pengembangan angkutan orang massal bus besar pada trayek utama; dan moda
bus menengah pada trayek cabang dan kendaraan sejenis mikrolet pada jalan-
jalan lokal sekunder yang melayani trayek ranting.
2. Sistem pelayanan terminal penumpang secara terpadu dan berhierarki, terdiri atas:
a. Terminal Type B, khusus melayani angkutan orang di Kawasan Perkotaan
Sarbagita dan dalam wilayah Kota Denpasar terdiri atas:
1. Terminal Ubung;
2. Terminal Wangaya; dan
3. Terminal Tegal.
b. Terminal Type C (transfer antar mode) terdiri atas:
1. Terminal Gunung Agung;
2. Terminal Kreneng;
3. Pengembangan terminal di Kawasan Ubung Kaja;
4. Pengembangan terminal di Kawasan Sanglah;

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-12


5. Pengembangan terminal di Kawasan Sanur;
6. Pengembangan terminal di Kawasan Pemecutan Kelod atau Padang
Sambian Kelod; dan
7. Pengembangan terminal di Kawasan Simpang Benoa.
3. Terminal angkutan barang, atas:
a. pemantapan terminal angkutan barang di Desa Ubung Kaja, dan
b. pemanfaatan terminal peti kemas Benoa sebagai terminal angkutan barang.

C3. Jaringan Transportasi Laut, terdiri atas :


1. Pelabuhan Benoa sebagai Pelabuhan laut utama sebagai jaringan transportasi laut
untuk pelayanan kapal penumpang, pariwisata, angkutan barang, peti kemas, ekspor-
impor, dan pelabuhan pendaratan ikan, dikembangkan dan diperluas melalui
reklamasi seluas 143 Ha, dengan penambahan kelengkapan dermaga, fasilitas
pelabuhan perikanan, pelabuhan umum, pelabuhan pariwisata beserta marina,
pelabuhan barang dan peti kemas secara terbatas, yang dilengkapi fasilitas
penunjang kepariwisataan, perdagangan, jasa dan ekspedisi, kawasan energi dan
industri laiinnya.
2. Pelabuhan Sanur sebagai pelabuhan laut pengumpul
3. Terminal laut khusus, terdiri atas:
a. pengembangan pelabuhan wisata dan marina yang dikembangkan di Pelabuhan
Benoa, perairan utara Pulau Serangan, dan laguna Pulau Serangan; dan
b. Penataan lokasi penambatan kapal wisata berukuran kecil dikembangkan di
perairan pantai Sindhu, pantai Semawang dan pantai utara Serangan.

C4. Jaringan Transportasi Lainnya, terdiri atas :


1. pengembangan parkir terpusat di Kawasan Pusat Kota terdiri atas kawasan parkir di
sekitar jalan Gajah Mada, sekitar Jalan Thamrin, sekitar Jalan Hasanudin, sekitar
Jalan Gunung Agung, sekitar jalan Kamboja dan sekitar Kawasan Sanglah; dan
2. pengembangan parkir terpusat di Kawasan Efektif Pariwisata Sanur terdiri atas
kawasan parkir di Pantai Padang Galak. Pantai Matahari Terbit, Pantai Sanur, Pantai
Semawang, Pantai Mertasari, Kawasan Suwung dan Pulau Serangan.
3. Pengembangan jaringan perkeretaapian di Kawasan Perkotaan Sarbagita, setelah
melalui kajian.

D. Rencana Sistem Jaringan Energi


Sistem jaringan energi terdiri atas:
1. Pembangkit tenaga listrik, yang terdapat di wilayah kota merupakan bagian dari
sistem pelayanan kelistrikan provinsi Bali, terdiri atas PLTD, PLTG dan PLTGU
Pesanggaran; dan PLT Biomasa di TPA Suwung.
2. Jaringan transmisi tenaga listrik meliputi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
melalui Gardu Induk Sanur, Gardu Induk Padang Sambian, Gardu Induk Imam
Bonjol, dan Gardu Induk Pesanggaran.
3. Sistem jaringan pipa minyak dan gas, terdiri atas:
a. sistem jaringan pipa minyak dari pelabuhan Benoa ke depo minyak di
Pesanggaran;
b. sistem jaringan LNG (liquid natural gas) dari pelabuhan Benoa ke PLTG
Pesanggaran;
c. pengembangan interkoneksi jaringan energi pipa gas antar Pulau Jawa-Bali; dan

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-13


d. pengembangan jaringan perpipaan gas perkotaan.

E. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:
1. Pengembangan jaringan terestrial sistem kabel, terdiri atas :
a. Peningkatan kapasitas terpasang dan distribusi STO Sanur, STO Kaliasem. STO
Ubung, STO Tohpati, dan STO Monang-Maning;
b. pengembangan jaringan baru untuk seluruh wilayah kota
c. pengembangan jaringan kabel telepon bawah tanah terpadu dengan jaringan
infrastruktur lainnya pada kawasan strategis kota.
2. Pengembangan jaringan terestrial sistem nirkabel, melalui penataan lokasi menara
telekomunikasi dan Base Transceiven Station (BTS) terpadu

F. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:
1. Sistem sungai di wilayah kota dengan sungai utama Tukad Ayung, Tukad Mati,
Tukad Badung, Tukad Buaji, dan Tukad Ngenjung.
2. Sistem jaringan air baku, terdiri atas:
a. pemantapan kerjasama terpadu pengadaan air baku antar wilayah melalui
Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Sarbagitaku (Denpasar, Badung,
Gianyar, Tabanan dan Klungkung);
b. pemantapan air permukaan meliputi pengembangan kolam penampung
(retarding basin) dan waduk muara; dan
c. pengaturan pemanfaatan air tanah pada wilayah kota.
3. Sistem jaringan irigasi, terdiri atas:
a. pelayanan irigasi melayani 10 Daerah Irigasi (DI) yaitu: DI Kedewatan seluas 830
Ha, DI Mambal seluas 631 Ha, DI Peraupan seluas 25 Ha, DI Oongan seluas
781 Ha, DI Lange seluas 96 Ha, DI Dadas seluas 9 Ha, DI Umeduwi seluas 41
Ha, DI Mertagangga seluas 21 Ha, DI Batannyuh seluas 274 Ha, dan DI Tukad
Badung seluas 341 Ha yang saling terintegrasi dengan Daerah Irigasi di wilayah
Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar; dan
b. pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektivitas pengelolaan air pada
sistem prasarana irigasi untuk memelihara ketersediaan air.
4. Sistem pengendalian banjir, melalui:
a. normalisasi aliran sungai-sungai utama terdiri atas Tukad Ayung, Tukad Badung,
Tukad Mati, Tukad Buaji, dan Tukad Ngenjung beserta anak-anak sungainya
yang sekaligus berfungsi sebagai drainase regional dan drainase mayor kota;
b. pengembangan kolam konservasi (retarding basin) untuk menampung dan
menghambat kecepatan aliran air hujan di aliran Tukad Mati;
c. pengembangan sodetan dari Tukad Mati ke Tukad Badung;
d. pengembangan saluran penampung (long storage) di Jalan By Pas Ngurah Rai
dan Jalan terusan Mahendradatta; dan
e. Pengembangan kotak jaringan bawah tanah (box culvert) terintegrasi dengan
jaringan utilitas laiinnya di kawasan strategis kota.
5. Sistem pengamanan pantai, , terdiri atas:
a. pengembangan teknik pengamanan pantai melalui pengembangan groin atau
krib, pembuatan bangunan pemecah gelombang sejajar pantai (offshore
breakwaters); perkuatan tebing pantai pembangunan tembok laut (seawall) atau
revetment; dan pemenambahan suplai sedimen ke pantai (sand nourishment) di
pantai Sanur, Padanggalak, Mertasari dan Serangan; dan

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-14


b. pemeliharaan struktur fisik pengamanan pantai yang telah dibangun di sepanjang
Pantai Padanggalak, Pantai Sanur, Mertasari dan Pantai Serangan.

G. Rencana Sistem Jaringan Air Minum Kota


Sistem jaringan air minum kota,
1. Peningkatan pelayanan Instalasi IPA Ayung 1,IPA Ayung 2, IPA Ayung 3, IPA
Waribang 1 dan IPA Waribang 2 yang dikelola PDAM Kota Denpasar;
2. penyediaan air baku Estuary Dam Tahap I seluas 35 Ha, dan pengembangan waduk
muara (Estuary Dam) Tahap II seluas 105 Ha Pemogan; dan
3. pengembangan kerjasama sistem penyediaan air minum (SPAM) Sarbagitaku,
melalui integrasi IPA yang telah ada dengan pengembangan IPA baru terdiri atas IPA
Ayung di Blusung dan Kesiman, IPA Penet di Tabanan dan IPA Petanu di Gianyar.
4. Pemerataan jaringan distribusi ke pelanggan

H. Rencana Sistem Jaringan Air Limbah Kota


Sistem pengelolaan air limbah kota, terdiri atas:
1. Pengembangan sistem pembuangan air limbah perpipaan terpusat (off site), melalui
pendayagunaan dan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung
Denpasar Selatan melayani sebagian Kawasan Pusat Kota Denpasar, sebagian
kawasan Denpasar Selatan dan Kawasan Sanur, serta sebagian Kawasan Kuta
(wilayah Kabupaten Badung) pada tahap I dan perluasan pada kawasan lainnya pada
Tahap II, dan Tahap III.
2. Pada kawasan-kawasan yang tidak terlayani jaringan air limbah perpipaan terpusat
skala kota, dikembangkan jaringan air limbah komunal setempat (on-site) dalam
bentuk program sanitasi masyarakat (sanimas) dan bentuk lainnya yang dapat
dikelola masyarakat atau kerjasama dengan pihak lain.

H. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah


Sistem pengelolan dampah, terdiri atas :
1. pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga meliputi pembatasan timbulan sampah (reduce), pendauran ulang
sampah (recycle); pemanfaatan kembali sampah (reuse); perubahan pola pikir
(reimagine); dan perubahan disain pengelolaan (redesign);
2. sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah makan/restoran dan sampah
hotel dikumpulkan oleh penghuninya atau petugas sampah, setelah melalui tahapan
pengurangan sampah, kemudian diangkut ke transfer depo atau ke TPS;
3. sampah di transfer depo dan TPS diangkut dengan truck sampah ke tempat
pemrosesan akhir (TPA) di IPST Suwung seluas 10 Ha di Kecamatan Denpasar
Selatan.; dan
4. pengelolaan sampah dikelola oleh dinas terkait, desa pakraman, masyarakat atau
swasta.

I. Rencana Sistem Drainase Kota


Sistem drainase kota, terdiri atas:
1. Pengembangan master plan sistem pengendalian banjir berdasarkan kerjasama
antar daerah;
2. saluran drainase primer sebagai saluran pembuangan utama terdiri atas:
a. sistem saluran pembuangan Tukad Badung;
b. sistem saluran pembuangan Tukad Ayung;
c. sistem saluran pembuangan Tukad Mati;

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-15


d. sistem saluran pembuangan Niti Mandala – Suwung; dan
e. sistem saluran pembuangan Pemogan.
3. Sistem jaringan drainase sekunder, berupa saluran pembuangan air hujan
terintegrasi dari lingkungan perumahan sampai saluran drainase makro (saluran
primer) dilengkapi bangunan pengontrol genangan, pembuatan konstruksi baru
(turap/senderan irigasi), rehabilitasi/perkuatan saluran alam, operasi dan
pemeliharaan.
4. Sistem jaringan drainase tersier, meliputi parit, saluran-saluran di tepi jalan utama
dan saluran-saluran kecil pada kawasan perumahan.
5. Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase, dilakukan dengan cara:
a. Normalisasi aliran sungai-sungai utama;
b. Perbaikan dimensi penampang bangunan-bangunan pelengkap seperti:
jembatan dan gorong-gorong;
c. Kawasan permukiman baru wajib menyiapkan sistem drainase dan sumur
resapan;
d. Penerapan persyaratan KDH dan pembuatan sumur resapan;
e. Menyediakan jalan inspeksi sebagai ruang gerak pengelolaan saluran; dan
f. Pengembangan retarding basin (kolam penampung) Tukad Mati, long storage
(wadah penyimpan) pada sistem saluran pembuangan Niti Mandala – Suwung
dan Pemogan sesuai masterplan drainase kota.

J. Rencana Penyediaan Sarana Pejalan Kaki dan Pergerakan lainnya


Penyediaan sarana pejalan kaki dan pergerakan lainnya, dalam bentuk:
a. ruang pejalan kaki di sisi jalan berupa trotoar, di sisi saluran air berupa jalan inspeksi;
b. ruang pejalan kaki di sisi pantai sepanjang Pantai Desa Kesiman Kertalangu, Pantai
Desa Kesiman Petilan, Pantai Padanggalak, Pantai Sanur dan Serangan;
c. ruang pejalan kaki dalam bentuk plasa di kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
perkantoran, kawasan pendidikan dan kawasan lainnya;
d. ruang kawasan pedestrian khusus dikembangkan di Jalan Gajah Mada, jalan
Sugianyar, Jalan Kamboja, Jalan Sudirman, Kawasan Niti Mandala, Kawasan Niti
Praja Lumintang, Kawasan sekitar Sanglah, Kawasan Pengembangan Ubung Kaja,
dan Kawasan Pengembangan Margaya;
e. ruang pejalan kaki di RTH, kawasan permukiman, kawasan tempat suci, kawasan
suci, kawasan rekreasi; dan di bawah tanah.
f. penyediaan jalur-jalur kegiatan prosesi keagamaan dan budaya;
g. penyediaan jalur sepeda; dan
h. penyediaan jalur-jalur untuk penyandang cacat dan kaum disabel lainnya.

J. Sistem Penanggulangan Bencana


Sistem Penanggulangan Bencana, dalam bentuk:
1. pembentukan 4 Wilayah Manajemen Penanggulangan Bencana sekaligus Wilayah
Manajemen Penanggulangan Kebakaran (WMK) tersebar di tiap Wilayah Kecamatan
dengan pelayanan Penanganan Gawat Darurat Terpadu (safe community); dan
2. Pos Induk Penanggulangan Bencana terintegrasi dengan Pusat Pengendali Operasi
Penanggulangan Bencana (Crisis centre) di Jalan Imam Bonjol sebagai Pos
Komando penanganan gawat darurat terpadu.
3. Lokasi penyebaran Pos Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yang diintegrasikan
dengan Pos Sektor dan Pos Kebakaran (safe community) terdiri atas:
a. Pos Sektor Kecamatan Denpasar Utara di Tonja, Kecamatan Denpasar Timur di
Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Selatan di desa Sidakarya dan

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-16


Jalan Juanda Kawasan Niti Mandala dan Kecamatan Denpasar Barat di Jalan
Imam Bonjol; dan
b. Pos Kebakaran (safe community) Kecamatan Denpasar Utara di terminal Ubung,
Kecamatan Denpasar Timur di Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar
Selatan di Pelabuhan Benoa dan Kecamatan Denpasar Barat di Jalan
Mahendradata.
4. Jalur evakuasi bencana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. jalur-jalur jalan yang digunakan terdiri atas: Jalan Ngurah Rai, Jalan Hang Tuah,
Jalan Raya Puputan, Jalan Teuku Umar, Jalan Gatot Subroto, Jalan
Mahendradatta, Jalan Raya Sesetan, Jalan Diponegoro, Jalan Nias, Jalan Imam
Bonjol, Jalan WR Supratman; dan
b. jalur-jalur jalan atau gang pada kawasan permukiman.

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-17


Gambar I.3
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-18


Gambar I.4
Sistem Jaringan Jalan Utama Kota Denpasar

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-19


Gambar I.5
Rencana Sistem Jaringan Tenaga Listrik dam Jaringan Telekomunikasi

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-20


Gambar I.6
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air dam Sistem Jaringan Air Minum

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-21


Gambar I.7
Rencana Sistem Jaringan Persampahan dam Sistem Jaringan Air Limbah

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-22


1.3.4. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kota Denpasar dibagi menjadi :


a. kawasan lindung seluas 1.011,09 hektar atau 791% dari luas wilayah kota;
b. kawasan budidaya seluas 11.766,91 hektar atau 92,09 % dari luas wilayah kota;

Kawasan Lindung, terdiri dari :


1. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
2. kawasan perlindungan setempat, terdiri dari ;
a. kawasan suci;
b. kawasan tempat suci;
c. kawasan sempadan pantai;
d. kawasan sempadan sungai;
e. kawasan sempadan jurang;
f. kawasan sekitar waduk; dan
g. kawasan sekitar mata air.
3. kawasan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
a. Kawasan pantai berhutan bakau;
b. kawasan taman hutan raya;
c. kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
4. kawasan rawan bencana; dan
a. kawasan rawan banjir;
b. kawasan rawan tsunami;
c. kawasan rawan abrasi pantai; dan
d. kawasan rawan intrusi air laut.
5. ruang terbuka hijau.

Kawasan Budidaya terdiri dari :.


1. kawasan peruntukan perumahan dan permukiman;
2. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
3. kawasan peruntukan perkantoran;
4. kawasan peruntukan pariwisata;
5. kawasan peruntukan industri dan pergudangan;
6. kawasan ruang evakuasi bencana;
7. kawasan peruntukan kegiatan sektor informal;
8. kawasan ruang terbuka non hijau; dan
9. kawasan peruntukan lainnya:
a. kawasan peruntukan fasilitas pendidikan;
b. kawasan peruntukan fasilitas kesehatan;
c. kawasan peruntukan fasilitas rekreasi, taman dan olah raga;
d. kawasan peruntukan fasilitas peribadatan;
e. kawasan peruntukan pertanian;
f. kawasan peruntukan perikanan;
g. kawasan peruntukan kegiatan pertanahan dan keamanan;
h. kawasan pesisir dan laut; dan
i. kawasan peruntukan setra dan makam;

Berdasarkan fungsi dalam Kawasan Perkotaan, maka kawasan budidaya non perkotaan
tersebut bersama-sama sebagian fungsi kawasan lindung merupakan Ruang Terbuka
baik RTHK maupun Ruang Terbuka Perairan.

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-23


Rencana pola ruang kawasan pesisir dan laut sebagian telah menjadi bagian dari pola
ruang kawasan lindung, kawasan budidaya perkotaan maupun RTHK, dan sisanya adalah
pengaturan ruang untuk kawasan di perairan dan laut. Rencana Pola Ruang Kota
Denpasar dapat dilihat pada Gambar I.8. dan Tabel 2.1.
Rincian hirarki zona ini selanjutnya dipakai sebagai dasar dalam penetapan peruntukan
dalam RDTR Kawasan sekaligus sebagai zoning map untuk Peraturan Zonasi.

Tabel 2.1
Rincian Rencana Pola Ruang Kota Denpasar Tahun 2030
KECAMATAN (Ha) DENPASAR %
NO FUNGSI RUANG
Dps Utara Dps Timur Dps Barat Dps Selatan (Ha) LUAS

I KAWASAN LINDUNG
1 Tahura Ngurah Rai - - - 588,99 588,99 4,61
2 Sempadan Pantai - 16,00 - 152,50 168,50 1,32
3 Sempadan Sungai 46,11 64,21 45,87 52,34 208,53 1,63
4 RTHK Hutan Kota 2,47 9,51 7,13 25,96 45,08 0,35
SUB TOTAL I 48,57 89,72 53,00 819,79 1.011,09 7,91

II KAWASAN BUDIDAYA
1 Permukiman 1.872,10 850,19 1.456,12 1.726,29 5.904,69 46,21
2 Perdagangan dan Jasa 355,68 208,90 525,86 615,88 1.706,32 13,35
3 Perkantoran Pemerintahan 40,85 92,02 19,38 17,82 170,07 1,33
4 Kawasan Efektif Pariwisata - 47,16 - 683,70 730,86 5,72
5 Perindustrian dan Pergudangan - - - 32,50 32,50 0,25
6 Fasilitas Pendidikan 18,28 20,26 15,42 23,61 77,57 0,61
7 Fasilitas Kesehatan 8,03 3,30 28,30 10,20 49,83 0,39
8 Pertahanan dan Keamanan 2,65 7,30 4,70 29,82 44,47 0,35
9 Fasilitas Peribadatan 11,10 17,90 9,90 12,19 51,09 0,40
10 Fas.Rekreasi dan Olah Raga 54,05 66,45 40,26 112,71 273,47 2,14
11 Kaw. Bddy T. Pangan (sawah) 473,72 610,28 24,28 455,24 1.563,52 12,24
12 Kuburan dan Setra 3,80 6,40 11,00 14,20 35,40 0,28
13 TPA Suwung - - - 10,00 10,00 0,08
14 IPAL Suwung - - - 19,57 19,57 0,15
15 Estuary Dam - - - 33,03 33,03 0,26
16 Jaringan Jalan 218,61 234,12 222,26 328,87 1.003,86 7,86
17 Pelabuhan - - - 52,00 52,00 0,41
18 Terminal 4,55 - 2,52 1,58 8,66 0,07
SUB TOTAL II 3.063,42 2.164,28 2.360,00 4.179,21 11.766,91 92,09

III TOTAL I + II 3.112,00 2.254,00 2.413,00 4.999,00 12.778,00 100,00

IV RUANG TERBUKA (%) 6,29 7,88 2,77 14,30 31,23


V RUANG TERBANGUN (%) 93,71 92,12 97,23 85,70 68,77
Sumber : Materi Teknis RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-24


Gambar I.8
Rencana Pola Ruang Kota Denpasar 2011-2031

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-25


1.3.5. Penetapan Kawasan Strategis Kota

Sesuai arahan UUPR 26/2007, RTRW Kota Denpasar juga diengkapi Penetapan
Kawasan strategis Kota. Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kota baik dari
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Kriteria penetapan Kawasan Strategis Kota terdiri dari :
a. kawasan yang memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian Kota atau Wilayah
yang lebih luas;
b. kawasan yang memiliki nilai historis dan budaya yang perlu dilestarikan dan menjadi
jati diri kota;
c. kawasan yang memiliki tingkat pelayanan sosial dan publik yang tinggi; dan
d. kawasan yang memiliki fungsi perlindungan keragaman sumber daya hayati dan
perlindungan terhadap bencana.

Kawasan Strategis Kota Denpasar terdiri dari :


1. Kawasan Kota ;
2. Kawasan Pariwisata Sanur ;
3. Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Bali;
4. Kawasan Taman Budaya (Art Centre);
5. Kawasan Ubung Kaja ;
6. Kawasan Tahura Ngurah Rai ;
7. Kawasan Pulau Serangan ;
8. Kawasan Pelabuhan Benoa ;
9. Kawasan Sanglah ;
10. Kawasan Pusat Perkantoran Pemerintahan Kota;dan
11. Kawasan Pengembangan LC Margaya

Kawasan strategis Kota atau kawasan lainya dapat menjadi bagian dari kawasan strategis
nasional atau kawasan strategis provinsi dan bagi kawasan-kawasan tersebut penataan
ruangnya memerlukan koordinasi dengan Pemerintah atau Pemerintah Provinsi atau
Pemerintah Kabupaten yang berbatasan

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-26


Gambar I.9
Penetapan Kawasan Strategis Kota

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-27


1.4. SISTIMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara Tahun 2017-2037, disusun sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan
RDTR dan PZ, tinjauan terhadap RTRW Kota Denpasar, serta tujuan
penyusunan RDTR dan PZ.

BAB II KETENTUAN UMUM


Bagian ini menguraikan pengertian tentang istilah, kedudukan RDTR dan PZ,
fungsi dan manfaat RDTR dan PZ, kriteria dan lingkup wilayah perencanaan,
serta masa berlaku RDTR dan PZ

BAB III TUJUAN PENATAAN RUANG BWK UTARA


Bagian ini menetapkan tujuan penataan ruang wilayah BWK Utara sebagai
pengisian dari tujuan penataan ruang Kota Denpasar

BAB IV RENCANA POLA RUANG


Bagian ini menguraikan blok peruntukan kawasan yang dibagi dalam zona
dan subzona. Rencana pola ruang selanjutnya menjadi Peta Zonasi dalam
Peraturan Zonasi

BAB V RENCANA JARINGAN PRASARANA


Bagian ini menguraikan tentang dukungan jaringan prasarana untuk
mewujudkan atau melayani berkembangnya aktivitas dalam rencana pola
ruang

BAB VI PENETAPAN SUB BWK YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA


Bagian ini menguraikan tentang sub kawasan atau Blok yang memililki nilai
strategis dan prioritas untuk ditetapkan agar perwujudannya bisa dilakukan
lebih cepat

BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG


bagian ini memuat ketentuan program perwujudan pola ruang, jaringan
prasarana, serta Sub BWK yang diprioritaskan penanganannya untuk
mewujudkan tujuan pemanfaatan ruang

BAB VIII PERATURAN ZONASI KAWASAN


Menguraikan ketentuan dan pengaturan zona meliputi pengaturan kegiatan
dan penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata
bangunan, sarana dan prasarana minimal serta ketentuan lain yang
dibutuhkan

Buku Rencana RDTR dan PZ BWK Utara I-28

Anda mungkin juga menyukai