Anda di halaman 1dari 48

PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN

PENATAAN BANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAPORAN ANTARA

PERENCANAAN PENATAAN BANGUNAN


KSN KAWASAN 5 ULU KOTA
PALEMBANG
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Ilahi atas kesempatan yang diberikan Satker


Pengembangan Kawasan Permukiman Dan Penataan Bangunan Provinsi Sumatera
Selatan untuk berapresiasi dalam kegiatan perencanaan penataan bangunan KSN
kawasan 5 ulu kota Palembang. Pekerjaan ini merupakan suatu kegiatan yang
diharapkan dapat menjadi pedoman dan panduan dalam pengembangan kegiatan
dan pembangunan di kawasan strategis Seberang Ulu I. Laporan Antara ini
merupakan laporan tahap II yang berisikan:
1) Pendahuluan
2) Tinjauan Kebijakan
3) Gambaran Umum Wilayah
4) Pembahasan dan Analisis
5) Rencana Penataan
Tersusunnya Laporan Antara perencanaan penataan bangunan KSN kawasan
5 ulu kota Palembang tidak lepas dari peran serta instansi terkait dilingkungan
pemerintah Kota Palembang

Palembang, Nopember 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................ 4
1.2. TUJUAN ..................................................................................................... 5
1.3. SASARAN .................................................................................................. 5
1.4. DASAR HUKUM ....................................................................................... 6
1.5. RUANG LINGKUP ................................................................................... 7
1.5.1. Lokasi.................................................................................................... 7
1.5.2. Lingkup kegiatan................................................................................... 8
1.6. METODOLOGI........................................................................................... 9
1.7. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ..................................................... 10
1.8. TENAGA AHLI ........................................................................................ 11
1.9. KELUARAN ............................................................................................. 12
1.10. LAPORAN .............................................................................................. 12
BAB 2. TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ....................................... 14
2.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PALEMBANG ........... 14
2.1.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang ............................ 16
2.1.2. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang ....................... 17
2.1.3. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang ........................... 18
2.2. PANDUAN RANCANG KOTA ............................................................... 21
2.2.1 Pengertian ............................................................................................. 22
2.2.2 Tujuan dan Sasaran ............................................................................... 24
2.2.3. Kriteria Dalam Penentuan Batas dan Luasan Kawasan Perencanaan.. 24
BAB 3. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN ......................... 26
3.1, KONDISI FISIK DAN LINGKUNGAN .................................................. 26
3.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif ....................................... 26
3.1.2. Klimatologi ............................................................................................. 26
3.1.3 Fisiografis ................................................................................................ 27
3.1.4 Jenis Tanah .............................................................................................. 28
3.1.5 Hidrologi.................................................................................................. 28

3.2. SARANA / FASILITAS KOTA ............................................................... 29


3.2.1. Sarana Pendidikan............................................................................... 29
3.2.2 Sarana Kesehatan ................................................................................. 30
3.2.3 Sarana Perdagangan ............................................................................. 31
3.2.4 Sarana Olahraga dan Rekreasi ............................................................. 31
BAB 4. PEMBAHASAN DAN ANALISA ........................................................ 33
4.1. KONDISI KAWASAN PERENCANAAN ............................................. 33
4.1.1. Sejarah Kampung 5 Ulu ....................................................................... 33
4.1.2. Kondisi Wilayah ................................................................................. 33
4.2. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN ........................ 37
4.2.1. Visi Dan Misi Pengembangan Kawasan ............................................. 37
4.2.2. Konsep Ruang Terbuka Dan Tata Hijau ............................................. 38
4.2.3. Arahan Pada Kawasan Studi ................................................................ 39
4.3. USULAN KEGIATAN .............................................................................. 41
BAB 5. RENCANA PENATAAN KAWASAN ................................................ 42
5.1. RENCANA PEMBANGUNAN FISIK ..................................................... 42
5.1.1. Promenade .......................................................................................... 43
5.1.2. Jalan Inspeksi ...................................................................................... 44
5.1. RENCANA TAPAK ................................................................................. 45
5.1. RENCANA TAMPILAN FISIK ............................................................... 46

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sebagai sebuah kota yang lama terbentuk di Provinsi Sumatera Selatan,
Palembang awalnya merupakan kota peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Terbentuk
pada tanggal 16 Juni 682 Masehi berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang
ditemukan di Bukit Siguntang.
Secara geografis Kota Palembang yang memiliki luas wilayah 358,55 km2
terletak di tengahtengah jalur Lintas Timur, memiliki potensi serta fungsi
strategis sebagai kota transit. Sebagai kota yang membentang kurang lebih 5.533
meter di sepanjang sungai Musi.

Palembang

mempunyai

potensi

besar

untuk dikembangkan kembali sebagai Kota Tepian Air (Water front City).
Disebut berfungsi strategis sebagai kota transit, Palembang ternyata
menyimpan dan mempunyai aneka wisata alam dan budaya dengan karakteristik
yang berbeda dari aneka wisata alam dan budaya seNusantara.
Dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang tahun
2012-2032 disebutkan tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang adalah :
Tujuan penataan ruang wilayah adalah untuk mewujudkan Palembang
sebagai Kota Tepian Sungai berbasis pariwisata, jasa dan perdagangan berskala
Internasional yang Berbudaya, Aman, Nyaman, Produktif, Hijau, Berwawasan
Lingkungan, dan Berkelanjutan.

Kawasan 5 Ulu di lihat dari foto udara wilayah kelurahan 5 ulu merupakan
sebuah pulau yang diapit oleh 3 buah sungai, di sebelah utara Sungai Musi; di
sebelah Barat Sungai Tuan Putri atau dikenal penduduk bermukim sekarang
bernama sungai Kedukan; Sebelah Timur sungai Kenduruan. Sungai Tuan Putri &
sungai Kenduruan merupakan anak sungai Musi.

Kawasan & koridor Seberang Ulu I sepanjang sungai Musi adalah satu
kesatuan kawasan & koridor strategis karena posisinya sebagai etalase kota dari
arah sungai dimana merupakan Background View dari Kawsan Wisata Benteng
Kuto Besak (BKB).
Oleh

karena

itu

dalam

serta mengimplementasikan
termasuk

termasuk

diatas,

guna

mengakselerasi

visi pembangunan pariwisata kota Palembang,

issue pengembangan

berkelanjutan,

deskripsi

utama

secara

bertahap,

terpadu

dan

maka untuk pedoman aplikasi pembangunan fisik lapangan

pemanfaatan

serta pengendaliannya

perlu disusun : perencanaan

penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu kota Palembang.


1.2. TUJUAN
Tujuan penyusunan Perencanaan Desain Arsitektur Kawasan Strategis
Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan adalah
6) Menyusun konsep dan strategi perancangan pembangunan fisik
kawasankoridor yang berkarakter wilayah tepian air secara terpadu.
7) Merancang dan membuat DED ruang koridor tepi sungai 5 Ulu Sebagai
kawasankoridor strategis wisata dan budaya.
8) Merancang skenario aplikasi pembangunan fisik secara bertahap
9) Merancang kemungkinan skenario pendanaan aplikasi pembangunan
fisik beserta kelembagaannya.
1.3. SASARAN
Sasaran dari Penyusunan Perencanaan Desain Arsitektur Kawasan
Strategis Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan adalah:
1) Tersusunnya

dokumen konsep dan strategi pembangunan

fisik

kawasankoridor yang berkarakter wilayah tepian air secara terpadu,


yang dapat digunakan sebagai pedoman aplikasi pembangunan dan
pengendalian.
2) Tersusunnya

dokumen

DED termasuk

gambar

bestek

beserta

anggaran pembiayaan pembangunan masing Masing cluster di

kawasankoridor 5 Ulu. Untuk keperluan tender (lelang) pelaksanaan


pembangunan fisik.
1.4. DASAR HUKUM
Perencanaan Penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu Kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan didasarkan pada:
1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya;
3) Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
4) Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
5) Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;
6) Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup;
7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
11) Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
12) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
KawasanPerkotaan;

13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang


Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
14) Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan
Lingkungan;
15) SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan;
16) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan
17) Peraturan Daerah Bangunan Gedung Kota PalembangProvinsi Sumatera
Selatan
1.5. RUANG LINGKUP
1.5.1. Lokasi
Lokasi menunjukkan batasan wilayah perencanaan penataan bangunan KSN
kawasan 5 ulu kota palembang

Kawasan perencanaan merupakan kawasan tepi sungai yaitu pada wilayah


Garis Sempadan Sungai Musi, yang berada dalam wilayah administrasi Kelurahan
5 Ulu dan sebagian masuk ke dalam wilayah Kelurahan 7 Ulu.

1.5.2. Lingkup kegiatan


a) Lingkup kegiatan Perencanaan Penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu
Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan tidak terbatas (dapat
dikembangkan dengan inovasi dan teknologi) pada kegiatan-kegiatan
berikut : Melakukan survey rinci kondisi & dimensi eksisting setiap
lantai/bagian/komponen kawasan yang akan direncanakan merupakan
menjadi obyek perencanaan renovasi.
b) Mengidentifikasi, mencatat dan mendokumentasikan setiap bagian /
komponen sarana dan prasarana kawasan yang kondisinya rusak / kusam
dan memerlukan renovasi / rehabilitasi.
c) Membuat gambar denah rinci untuk setiap lantai sarana dan prasarana
eksisting, lengkap dengan dimensi dan catatan bahan komponen
penyusun gedung, dengan merujuk pada hasil survey.
d) Mengumpulkan data dan / atau dokumen rujukan harga bahan, upah dan
sewa peralatan yang berlaku di Kota Palembang.
e) Koordinasi dan konsultasi dengan pengguna jasa dan / atau
pengguna/Pemerintah Kota Palembang untuk menampung saran
masukan dan aspirasi, sebagai bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan teknis.
f) Menyusun konsep lingkup kegiatan Perencanaan Teknis Kawasan 5
Ulu Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatanyang mendapat reverensi
dari Badan Pengawsan Lingkungan (Bapedalda) Kota Palembang.
g) Mengidentifikasi dan menghitung semua item pekerjaan & volume
yang dibutuhkan untuk kegiatan dalam rangka optimasi kegiatan tsb
dengan alokasi dana yang tersedia.
h) Membuat analisa harga satuan untuk setiap item pekerjaan yang ada pada
kegiatan Perencanaan Teknis Kawasan 5 Ulu Kota Palembang.
i) Mengidentifikasi dan menentukan lingkup rinci kegiatan Perencanaan
Penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatanberdasarkan hasil optimalisasi kegiatan RTBL tahun
2011

j) Membuat gambar rencana dan gambar detail secara rinci Perencanaan


Penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan untuk setiap segmen dan/atau bagian /komponen,
dengan mencantumkan ukuran, spesifikasi bahan dan skala yang cukup
jelas sehingga mudah di implementasikan.
k) Mengidentifikasi dengan cermat semua item pekerjaan yang diperlukan
dan menghitung volume dari setiap item pekerjaan, guna menyusun
Engineer Estimate (EE) untuk Rencana Anggaran Biaya (RAB).
l) Menyusun spesifikasi teknis, Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta
jadwal rencana kegiatan pelaksanaan konstruksi, dalam rangka
penyiapan dokumen tender.
m) Membuat laporan-laporan yang menjadi kewajiban konsultan perencana.
1.6. METODOLOGI
Metodologi pelaksanaan kegiatan Perencanaan Penataan bangunan KSN
kawasan 5 Ulu Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dilaksanakan dengan
mekanisme kegiatan sebagai berikut:
1) Survey kondisi
Survey

kondisi

dilakukan

dengan

metode

pengamatan,pengukuran

terinci/detail dengan memakai alat ukur theodolit dan water pass digital,pencatatan
dan pendokumentasian.
2) Identifikasi kebutuhan Perencanaan Penataan bangunan KSN kawasan 5
Ulu Kota Palembang :
Identifikasi kebutuhan Perencanaan Penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu
Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dilakukan dengan metode pengamatan,
Pemetaaan, pengukuran, pencatatan dan pendokumentasian. Penggambaran denah
rincidan identifikasi kebutuhan.
3) Referensi harga material, upah dan peralatan
Dilakukan dengan metode pengumpulan data sekunder (Buku Pedoman
Harga Satuan Kota Palembang, Penyusunan RTBL Kota Palembang 2011 dll.).
4) Optimalisasi dan prioritisasi kebutuhan dengan ketersediaan dana

Komparasi (perbandingan) nilai total estimasi kebutuhan dengan alokasi dana


Pelingkupan (Optimasi dan prioritisasi) kebutuhan Perencanaan Penataan bangunan
KSN kawasan 5 Ulu Kota Palembang.
5) Pembuatan & penyusunan gambar rencana teknis & spesifikasi
Pembuatan gambar rencana teknis rinci, lengkap dengan dimensi/ukuran,
spesifikasi bahan dan skala gambar yang jelas. Penyusunan spesifikasi teknis
pelaksanaan dan jadwal rencana kerja
6) Penghitungan Bill Of Quantity (BOQ)/Estimate Engineer (EE)
a) Identifikasisemua itempekerjaan
b) Estimasidengan cermatvolume setiapitemkegiatan
c) Perhitungan Bill Of Quantity (BQ) / Estimate Engineer(EE)
7) Penyusunan dokumen Leleang
Dilakukan dengan metode pengumpulan dan pemberkasan dokumendokumen: gambar rencana; BOQ; Spesifikasi teknis dan Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) menjadi Dokumen lelang.
1.7. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Perencanaan Penataan bangunan KSN
kawasan 5 Ulu Kota Palembang adalah 75 (tujuh puluh lima) hari kalender.
Terhitung dari Surat Perintah Kerja diterbitkan olah Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK)
Matriks jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan ialah sebagai berikut :
NO

KEGIATAN

1.

Rapat Persiapan

2.

Sosialisasi dan Koordinasi


Awal di tk. Kab/Kota

3.

Laporan Pendahuluan

4.

Pelaksanaan Survey Lokasi


di Lokasi Rencana

5.

Laporan Antara

6.

Laporan Akhir

7.

Penyerahan Produk

10

MINGGU
5
6
7

10

Sesuai dengan waktu pelaksanaan dan rencana kerja, tim penyedia jasa
diwajibkan untuk menyusun matrik pelaksanaan kegiatan secara rinci dengan
mencantumkan seluruh items pekerjaan, keterlibatan para tenaga ahli dan waktu
yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing items pekerjaan, serta
keluaran dari masing-masing kegiatan.
1.8. TENAGA AHLI
Tenaga yang diperlukan untuk pekerjaan ini:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

TenagaAhli
S1 Sipil
S1 Arsitektur
S1 Teknik Lingkungan
S1 Transportasi
S1 Teknik Sipil
S1 Teknik Sipil D3 Teknik Sipil
D3 Teknik Sipil
D3 Teknik Sipil/Arsitektur
D3 Teknik Sipil
SLTA sederajat

Pengalaman
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
3 Tahun

Keterangan
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Estimator
Surveyor Juru Ukur
Autocat dan Tridimex
Estimator
Tenaga Administrasi

Tenagatenaga tersebut harus membuat surat pernyataan tenaga tugas penuh


pada perusahaan,dan melampirkan foto kopi KTP serta Ijasah.
1) Ahli teknik Arsitektur akan bertindak sebagai Ketua Tim (Team Leader)
perencana teknik yang bertanggung jawab terhadap hasil kegiatan kepada
pengguna jasa.
2) Berkoordinasi secara intensif dengan pengguna jasa (owner) dan/atau
pengguna jasa baik PPK maupun Pemerintah Kota Palembang guna
menampung saran masukan untuk bahan pertimbangan perencanaan
teknis.
3) Melaksanakan semua kegiatan yang tercantum dalam butir-butir lingkup
kegiatan layanan jasa konsultansi.
4) Mempunyai inisiatif dan konsep yang jelas untuk ditawarkan kepada
pengguna jasa sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan terkait dengan kegiatan Perencanaan.
5) Selalu berupaya menciptakan produk perencanaan yang secara teknis dan
ekonomis merupakan produk yang optimal.

11

6) Membuat semua laporan-laporan sesuai ketentuan kerangka acuan


kerja dengan sistematika ringkasdan informatif.
1.9. KELUARAN
Keluaran dan/atau produk kegiatan Perencanaan Penataan bangunan KSN
kawasan 5 Ulu Kota Palembang ini adalah:
1) Dokumen gambar rencana teknis rinci (Gambar Siteplan, Denah,
Potongan Memanjang, Melintang per segmen, Gambar Detail tiap
segmen pekerjaan, gambar 3 Dimensi per item pekerjaan dalam bentuk
buku A3 dijilid ekslusif, Softcopy 5 keping CD)
2) Dokumen spesifikasi teknis
3) Dokumen Bill Of Quantity (BOQ) dan / atau Engineer Estimate (EE)
dilengkapi dengan Aktual Chec (perhitngan volume pekerjaan yang akan
di implementasikan)
4) Dokumen RKS (Rencana Kerja Dan Syarat)
1.10. LAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:
1) Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berisi :

Metode pelaksanaan pekerjaan perencanaan (tahapannya)

Jadwal mobilisasi tenaga dan rencana kegiatan

Rangkuman hasil survey kondisi gedung;

Identifikasi kebutuhan Perencanaan Penataan bangunan KSN


kawasan 5 Ulu Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

Rujukan harga material, upah dan peralatan yang digunakan;

2) Laporan Antara
Merupakan dokumen perencana teknis yang berisikan:

Konsep/draft keluaran rencana kegiatan yang akan dilaksanakan;

Konsep/draft rancangan gambar detail (3D, Siteplan, Gambar


Konstruksidsb)

Dokumen pelelangan berupa Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis


yang didalamnya dituangkan
12

ketentuan

umum,

administrasi

pelaksanaan, teknis pelaksana,

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Pelaksanaan Konstruksi

Draft Laporan Akhir diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) rangkap,


termasuk 1 (satu) asli.

Softcopy berisikan produk draft rencana 10 (sepuluh) keping

3) Laporan Akhir

Laporan Akhir berisi rangkuman semua proses & produk kegiatan


yangsudah dilaksanakan oleh konsultan perencana pada kegiatan
Perencanaan Penataan bangunan KSN kawasan 5 Ulu Kota
Palembang. Laporan akhir diserahkan pada akhir kontrak, masingmasing sebanyak 5 (lima) buku laporan.

CD yang berisi Laporan Akhir, Gambar Perspektif/Ilustrasi (3D),


Spesifikasi Teknis dan Bill Quantity dilengkapi dengan Aktual Check,
diserahkan bersamaan dengan laporan akhir.

13

BAB 2. TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

2.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PALEMBANG


Rencana Tata Ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang
dilakukan agar terwujud alokasi ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan keseimbangan
antar wilayah.
Proses perencanaan tata ruang sendiri dapat dijelaskan dengan pendekatan
sistem yang melibatkan input, proses dan output. Input yang digunakan
adalah keadaan fisik seperti kondisi alam dan geografis, sosial budaya seperti
demografi sebaran penduduk, ekonomi seperti lokasi pusat kegiatan perdagangan
yang ada maupun yang potensial dan aspek strategis nasional lainnya.
Keseluruhan input tersebut diproses dengan menganalisis secara integral
baik kondisi saat ini maupun kedepan untuk masing-masing hirarki tata ruang
nasional, provinsi maupun kabupaten/kota sehingga menghasilkan output berupa
Rencana Tata Ruang yang menyeluruh.
Untuk dapat lebih menjabarkan RTRWN ke dalam rencana yang lebih rinci,
saat ini pemerintah telah menyusun konsep Rencana Tata Ruang tujuh pulau utama
seperti pulau Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Slawesi, Maluku, Nusa Tenggara
dan Papua. Rencana tata ruang pulau ini berfungsi antara lain sebagai alat untuk
mensinergikan aspek-aspek

yang

menjadi

kepentingan

Nasional

yang

direncanakan dalam RTRWN dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan


daerah yang tercantum dalam RTRWP maupun RTRW Kabupaten/ Kota.
Dari sisi kebijakan pemerintah, juga terdapat peraturan dibidang penataan ruang
yaitu dengan terbitnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Dengan adanya Undang-undang baru tersebut, maka sudah pasti peraturan-peraturan di
bawahnya berpedoman pada undang-undang ini. Sebagai contoh, dalam UU Penataan
Ruang sebelumnya yaitu UU Nomor 24 Tahun 1992, hanya dimuat 2 (dua) pokok
kandungan utama yakni Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang. Jadi yang
ditekankan adalah lebih kepada aspek planning-nya saja, sedangkan aspek pengendalian
dengan law enforcement tidak dinyatakan secara gamblang. Dalam UU No.26 tahun

14

2007, aspek pengendalian yang didalamnya ada unsur pengawasan/monitoring dan law
enforcement bagi pelanggar tata ruang sudah dinyatakan secara jelas berikut aturan
mainnya.
Sebagaimana telah di paparkan sebelumnya bahwa kebijakan penting yang juga
terkait erat dengan RTRW kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN). Dalam dokumen RTRW Nasional Tahun 2020 sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, yang merupakan Hasil
Penyempurnaan RTRWN yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun
1997, di wilayah Propinsi Sumatera Selatan, Kota Palembang ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), sehingga dengan demikian RTRW Kota Palembang harus
menyelaraskan dimensi ruang dan aktivitas dengan kehendak RTRWN tersebut.
Kebijakan Kota Palembang didasarkan pada pencapaian visi dan misi Kota
Palembang dengan prioritas utama pengembangan Kota Palembang sebagai Kota
internasional yang perlu ditunjang oleh penyediaan infrastruktur, yang seluruhnya perlu
diterjemahkan dalam dimensi ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.
Selain itu, dengan terdapatnya pemekaran wilayah Kota Palembang dari 8 kemudian 14
kecamatan dan terakhir menjadi 16 Kecamatan yang memerlukan penyediaan sarana
dan prasarana serta pelayanan yang lebih merata tiap wilayah.

Gambar 2-1. Peta Administrasi Kota Palembang

15

2.1.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang


Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang
wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Fungsi dari tujuan
ini antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi
penataan ruang, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan
sebagai dasar arahan penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kota.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang dirumuskan dengan
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :
a) Mengacu pada arah pembangunan jangka panjang Kota Palembang.
b) Visi Kota Palembang, yaitu Palembang Kota Internasional, Sejahtera,
Berkualitas, Berbudaya 2013.
c) Isu strategis yang dihadapi dalam pembangunan Kota Palembang.
d) Tujuan penataan secara umum yang telah ditetapkan dalam UU Nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu menciptakan ruang yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
e) Dalam rangka mewujudkan Palembang sebagai Kota Tepian Sungai
dengan konsep Water Front City.
f) Dalam rangka meningkatkan peran Kota Palembang sebagai Pusat
Kegiatan Nasional yang mampu melayani berbagai aktivitas masyarakat
dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional;
g) Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah, baik antara
Seberang Ilir dengan Seberang Ulu maupun pusat kota dengan pinggiran
kota;
h) Mewujudkan kawasan strategis kota yang menunjang pertumbuhan
ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan warisan budaya.

Berdasarkan delapan pertimbangan diatas, maka dapat dirumuskan Tujuan


Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang adalah untuk mewujudkan Palembang
sebagai Kota Tepian Sungai berbasis pariwisata, jasa dan perdagangan berskala
Internasional yang Berbudaya, Aman, Nyaman, Produktif, Hijau, Berwawasan
Lingkungan, dan Berkelanjutan.

16

2.1.2. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang


Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota. Fungsi dari
kebijakan tersebut antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan strategi
penataan ruang wilayah kota, sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur
dan rencana pola ruang wilayah kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi
program utama, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota.
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang yang ditetapkan
dalam rangka pencapaian tujuan seperti disebutkan di atas, terdiri dari :
1) Penataan Kawasan Tepian Sungai Musi dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan penataan ruang Kawasan
Koridor Sungai Musi sebagai salah satu kawasan potensial dan menjadi ikon Kota
Palembang secara berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
2) Pengelolaan kawasan strategis dari aspek ekonomi dan sosial budaya.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan penataan ruang Kawasan
Strategis sesuai dengan aspeknya sehingga dapat mengoptimalkan potensi ekonomi
yang ada, menjaga/melestarikan budaya sebagai ciri khas Kota Palembang dengan
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
3) Pengembangan sistem pusat pelayanan kota secara berhirarki.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendistribusikan pusat-pusat pelayanan
secara berjenjang sesuai dengan skala pelayanannya mulai dari pusat kota hingga
ke lingkungan permukiman sehingga menjadi acuan dalam pembangunan sarana
prasarana perkotaan.
4) Pengembangan sistem prasarana dan sarana kota secara merata di seluruh
wilayah.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah
kota sehingga dapat mengantisipasi berbagai permasalahan kota seperti kemacetan,
kekumuhan, dan lain-lain.
5) Peningkatan kualitas Ruang Terbuka Hijau sebagai paru-paru kota.

17

Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup


di Kota Palembang dalam mewujudkan Palembang sebagai kota yang hijau, biru,
dan bersih (green, blue, and clean).
6) Peningkatan fungsi kota sebagai pusat jasa, perdagangan, dan pariwisata
berskala internasional.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan Palembang sebagai pusat
jasa, perdagangan, dan pariwisata berskala internasional yang didukung oleh
ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan, jaringan informasi
7) Pengembangan kawasan budidaya ke seluruh wilayah kota sesuai dengan
potensinya.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang bagi
kawasan budidaya sebagai wadah aktivitas masyarakat.
2.1.3. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Palembang
Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan
penataan ruang wilayah kota kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kota
antara lain sebagai dasar untuk menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang
wilayah kota serta penetapan kawasan strategis kota, memberikan arahan bagi
penyusunan indikasi program utama RTRW Kota dan sebagai dasar penetapan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
1) Strategi penataan kawasan tepian sungai dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan meliputi :

Mengidentifikasi

dan

menetapkan

Kawasan

Tepian

Sungai

berdasarkan kondisi fisik, potensi-potensi pengembangan yang


dimiliki oleh kawasan sepanjang tepian sungai.

Menata pinggiran Badan Air sungai sebagai ruang terbuka utama


pembentuk Struktur Tata Ruang Kota.

Pengembangan "stripe" (pita) antar node sebagai pembentuk karakter


koridor sungai.

Pengisian kegiatan di dalam Node membentuk rangkaian kegiatan


wisata di koridor sungai.

18

2) Strategi untuk Kebijakan Pengelolaan kawasan strategis dari aspek


ekonomi dan sosial budaya, meliputi :

Mengidentifikasi dan menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan


aspek ekonomi dan sosial budaya.

Meningkatkan daya saing investasi dan peluang usaha pada kawasan


strategis ekonomi.

Meningkatkan keseimbangan ekologis pada kawasan strategis aspek


ekonomi dan sosial budaya

Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak


pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan
strategis.

3) Strategi untuk Kebijakan Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota


Secara Berhirarki, meliputi :

Menetapkan Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat Pelayanan Kota,


dan Pusat Lingkungan.

Strategi

ini

dimaksudkan untuk membagi

pusat

pelayanan

berdasarkan hirarki sehingga pengembangan sarana dan prasarana


perkotaan dapat dibangun secara efisien dan efektif.

Mengembangkan kegiatan yang berfungsi primer di Pusat Pelayanan


Kota sehingga kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan
pelayanan dalam skala kota, regional, nasional dan internasional,
sesuai dengan fungsi Kota Palembang sebagai Pusat Kegiatan
Nasional.
Strategi ini dimaksudkan agar peran Kota Palembang sebagai Pusat
Kegiatan Nasional dapat berjalan sebagaimana mestinya, yaitu
memberikan pelayanan bukan hanya dalam lingkup kota tetapi juga
hingga skala nasional.

Mengembangkan kegiatan ekonomi pada setiap pusat pelayanan


secara merata dan berhierarkhi.

Strategi ini dimaksudkan agar perkembangan kota merata ke seluruh


wilayah secara berhirarki sesuai dengan fungsi dan peran yang
diemban kota Palembang.

19

Menghubungkan pusat pelayanan kota dengan masing-masing sub


pusat pelayanan kota serta antar sub pusat pelayanan kota melalui
jaringan jalan yang berjenjang dengan pola pergerakan merata.

Strategi ini dimaksudkan agar hirarki pelayanan kota dapat berjalan


sesuai dengan peran yang diberikan kepada masing-masing wilayah
kota.

Mengembangkan jaringan pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan


kota, dan pusat pelayanan lingkungan secara berimbang dan saling
terkait menjadi satu kesatuan sistem kota.

Strategi ini dimaksudkan agar sistem pusat pelayanan dapat berjalan


sebagaimana mestinya berdasarkan hirarki yang telah ditetapkan.

4) Strategi untuk kebijakan Pengembangan sistem prasarana dan sarana kota


secara merata di seluruh wilayah, meliputi:

Peningkatan sistem jaringan transportasi yang melayani seluruh


wilayah kota.

Peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian


banjir secara terpadu, berhirarki dan efisien;

Peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan


berkelanjutan;

Pengelolaan sistem persampahan dengan menerapkan sistem re-use,


reduce dan recycle;

Peningkatan kualitas sistem telekomunikasi baik kabel maupun


nirkabel yang dapat menjangkau seluruh wilayah kota;

Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan energi dan kelistrikan


bagi seluruh masyarakat kota;

5) Strategi untuk kebijakan Peningkatan kualitas Ruang Terbuka Hijau


sebagai paru-paru kota, meliputi:

pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat merusak


lingkungan dan kawasan lindung.

mewujudkan RTH paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota;

menyediakan taman-taman lingkungan yang berada di pusat


pelayanan lingkungan perumahan;

20

mewajibkan kepada para pemilik lahan dan/atau investor untuk


menyediakan dan mengembangkan RTH privat; dan

menjalin kemitraan dengan swasta dalam penataan.

6) Strategi untuk kebijakan Peningkatan fungsi kota sebagai pusat jasa,


perdagangan, dan pariwisata berskala internasional, meliputi:

mengembangkan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu


dan efisien dalam meningkatkan pelayanan publik;

mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang nyaman dan


berdaya saing;

meningkatkan kegiatan ekspor berbasis sumber daya lokal;

mengembangkan kawasan pariwisata sesuai dengan potensi,


karakteristik dan jenis wisata unggulan; dan

mengembangkan

konsep

wisata

MICE

(Meeting,

Insentive,

Convention, Exibition);
7) Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi:

mendorong pengembangan perumahan di wilayah baru dengan pola


Kasiba/Lisiba;

mengembangkan perumahan vertikal terutama pada kawasan padat


penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana dan sarana;

menata, merehabilitasi dan meremajakan kawasan permukiman yang


rendah kualitas lingkungannya; dan

mengembangkan

pembangunan

perumahan

bagi

masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR).

membentuk kluster-kluster industri yang berwawasan lingkungan;

mengembangkan kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura,


dan perikanan pada kawasan agropolitan dan minapolitan.

Mengembangkan kegiatan agrowisata dalam kawasan agropolitan


dan minapolitan.

2.2. PANDUAN RANCANG KOTA


Panduan Rancang Kota yang dimaksud adalah Panduan Rancang Kota
Berdasarkan Permen PU No. 6/PRT/M/2007 yang berisi uraian teknis secara terinci

21

tentang ketentuan-ketentuan, persyaratan-persyaratan, standar dimensi, standar


kualitas yang memberikan arahan bagi terselenggaranya serta terbangunnya suatu
kawasan fisik kota tertentu baik bangunan-bangunannya, sarana dan prasarana,
utilitas maupun lingkungan, sehingga sesuai dengan rencana kota yang
digariskan. Panduan Rancang Kota tidak dimaksudkan untuk membuat suatu
ketentuan, arahan ataupun persyaratan yang bersifat kaku (inflexible), tidak pula
bermaksud untuk mengendalikan aspek arsitektur suatu bangunan, kawasan atau
kota, yang dapat membatasi kreatifitas perencana, perancang, maupun pengelola.
Panduan Rancang Kota dimaksudkan untuk mengidentifikasi tujuan serta standarstandar perancangan yang dianggap penting untuk suatu kawasan tertentu.
2.2.1 Pengertian
1) Kawasan
Dalam konteks RTBL kawasan merupakan bagian kota seluas sekitar 5-60
Ha yang memiliki benda alam, bangunan dan prasarananya dan karakter yang
relatif homogen dan dapat ditetapkan batas tepinya.
2) Penataan ruang
Adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
3) Penyelenggaraan penataan ruang
Adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang.
4) Perencanaan kota
Adalah kegiatan penyusunan rencana-rencana kota maupun kegiatan
peninjauan kembali atas rencana kota yang telah ada untuk disesuaikan dengan
kondisi dan situasi kebutuhan pengembangan kota untuk masa tertentu.
5) Rancang Kota/Urban design
Merupakan bagian dari proses perencanaan yang menekankan pada the
physical quality of live environment(Shirvani: 1985). Makna dan tujuan akhir dari
proses ini adalah perlindungan terhadap kepentingan publik atau menciptakan
public domain yang berkualitas bagi kemanusiaan (Gosling, 1984, Siswanto, 1993)
6) Strategi pengembangan

22

Adalah langkah-langkah sistematis penataan bangunan dan lingkungan serta


pengelolaan kawasan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi
pembangunan/penataan kawasan yang telah ditetapkan.
7) Pengendalian pemanfaatan ruang
Adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang
8) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan
lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuanprogram bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan
pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
9) Penataan Bangunan dan Lingkungan:
Adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan,
memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/
kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian
bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan
Melihat rentang kegiatan yang luas tersebut, maka setting lokasi kegiatan
RTBL dapat menjadi sangat beragam meliputi kawasan/lingkungan bagian wilayah
kota, kawasan perkotaan atau pedesaan yang meliputi; kawasan baru yang
berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan yang dilestarikan, kawasan rawan
bencana, atau kawasan yang mencakup item yang telah disebutkan di atas.
Berdasarkan pola penataan bangunan dan lingkungan yang ditetapkan dalam
kawasan prencanaan meliputi:
a) perbaikan

kawasan,

kumuh/nelayan

seperti

(perbaikan

penataan

lingkungan

permukiman

kampung),

perbaikan

desa

pusat

pertumbuhan, perbaikan kawasan, serta pelestarian kawasan;


b) pengembangan

kembali

kawasan,

seperti

peremajaan

kawasan,

pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi


dan rekonstruksi kawasan pascabencana;

23

c) pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman


(Kawasan Siap Bangun/Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri),
pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan,
pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D),
pembangunan kawasan perbatasan, dan pembangunan kawasan
pengendalian ketat (high-control zone);
d) pelestarian/pelindungan

kawasan,

seperti

pengendalian

kawasan

pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian kawasan rawan


bencana.
2.2.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan:
Pengendalikan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan suatu
kawasan perencanaan.Perencanaan penataan bangunan dan lingkungan meliputi
pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan taraf hidup
masyarakat melalui kealitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan
pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, serta peningkatan vitalitas ekonomi
lingkungan.
Sasaran:
Tersusunnya acuan umum desain),seperti : perancangan lingkungan kota,
peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, system sirkulasl &
jalur penghubung, ruang terbuka dan tata hijau, dan seterusnya;
a) Tersusunnya panduan pengembangan rancangan dan detail rencana
rancangan
b) Tersusunnya program pembiayaan
c) Tersusunnya panduan pengendalian pelaksanaan penataan bangunan dan
lingkungan;
d) Tersusunnya program pengelolaan pemanfaatan asset property pasca
pelaksanaan .

2.2.3. Kriteria Dalam Penentuan Batas dan Luasan Kawasan Perencanaan


Penentuan deliniasi kawasan perencanaan dapat berdasarkan pada:
24

a) Administrasi,

berdasarkan

batas

wilayah

kota/desa,

kecamatan,

kelurahan. RW, dan RT


b) Non Adminiatrasi, yang ditentukan secara cultural tradsional. Seperti
desa adat, gampong, dan nagari.
c) Kawasan yang memiliki kesatuan karater tematis, seperti kawasan kota
lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan,
dan kawasan permukiman tradisional.
d) Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran
antara fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya atau keagamaan
serta fungsi khusus misalnya kawasan militer, kawasan bersejarah dll
e) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan
terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

25

BAB 3. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

3.1, KONDISI FISIK DAN LINGKUNGAN


3.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kota Palembang terletak pada posisi antara 2052 - 305 Lintang
Selatan dan 104037 - 104052 Bujur Timur. Ketinggian rata-rata 8 meter dpl.
Tahun 2007 Kota Palembang dibagi menjadi 16 Kecamatan dan 107
Kelurahan. Berdasarkan PP Nomor 23 tahun 1988 luas wilayah Kota
Palembang adalah 400.61 km atau 40.061 Ha.
Secara administrasi Kota Palembang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Banyuasin.

Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin.

Sebelah Barat : Kabupaten Banyuasin

Sebelah Selatan : Kabupaten Ogan Ilir dan Muara Enim.

3.1.2. Klimatologi
Kondisi iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin
lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Sebagian
besar wilayah Kota Palembang berdasarkan data dari stasiun Meteorologi tahun
2012 rata-rata 26,20C sampai dengan 28.400C. Suhu udara maksimum terjadi pada
bulan September yang berkisar 34,600C, sedangkan suhu udara minimum terjadi di
bulan Januari dan Februari yang berkisar 23.400C. suhu minimum kota terjadi pada
bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei.
Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban
udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45%.
Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang
tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara kota.
Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah
tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 - 20 m dpl.

26

Pada tahun 2002 Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang
musiman: 15 %, tanah tergenang terus menerus: 37 % dan jumlah sungai yang
masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai
saluran pembuangan primer.
Tropis lembab nisbi, suhu antara 220-320 celcius, curah hujan 22-428
mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5 meter dan ketinggian tanah rata-rata
12 meter dpl. Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak
pada lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga
dikenal dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat
yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi
air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.
3.1.3 Fisiografis
1) Topografi
Kota Palembang terletak pada posisi belahan Timur Pulau Sumatera yang
merupakan dataran rendah dan berawan, serta terdapat perbedaan karakter topografi
antara seberang ulu dengan seberang ilir. Bagian wilayah seberang ulu pada
umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dan sebagian besar dengan tanah
asli berada di bawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi Dibagian
seberang ilir adanya variasi topografi Dengan demikian aspek topografi pada
prinsipnya tidak ada faktor pembatas untuk pengembangan ruang, baik berupa
kelerengan atau kemiringan yang besar.
2) Geologi
Bentuk dan keadaan wilayah Kota Palembang memiliki jenis tanah lapisan
alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak
mengandung minyak bumi yang juga dikenal dengan lembah Palembang - Jambi.
Tanah relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak di bagian
utara Kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan
terus menerus.
3) Hidrologi
Kota Palembang mempunyai 108 sungai. Terdapat 5 buah sungai yang dapat
dilayari yaitu Sungai Musi sepanjang 15 km, kedalaman 8-12 m dengan lebar

27

berkisar 220-313 m, Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Keramasan, dan


Sungai Terusan yang panjang sungai yang kedalaman serta lebarnya lebih kecil dari
Sungai Musi.
3.1.4 Jenis Tanah
Jenis lapisan tanah yang terdapat di Kota Palembang berupa tanah lempung,
pasir lempung, napal dan napal pasiran. Keadaan stratigrafi wilayah Kota
Palembang terbagi atas 3 bagian, yaitu :
1) Satuan Aluvial dan Rawa, terdapat di Seberang Ulu dan Rawa-Rawa
dibagian Timur dan bagian Barat wilayah Kota Palembang.
2) Satuan Palembang Tengah, mempunyai batuan lempung dan lempung
pasiran yang kedap air, tersebar dibagian Utara yaitu Kenten, Talang
Betutu dan Sungai Ringgit (Kabupaten Banyu Asin). Sedangkan
disebelah Selatan tersebar ke arah Indralaya (Kabupaten Ogal Ilir) dan
Gelumbang (Kabupaten Muara Enim).
3) Satuan Palembang Bawah, tersebar dibagian dalam Kota Palembang
dengan arah memanjang ke Barat daya dan Tenggara merupakan suatu
rangkaian antiklin
3.1.5 Hidrologi
Adanya perbedaan karakter topografi di Kota Palembang (kawasan Seberang
Ulu dengan Seberang Ilir) terkait dengan kondisi hidrologi, berupa keadaan anakanak sungai dalam wilayah. Dibagian wilayah Seberang Ulu terdapat anak-anak
sungai yang relatif besar dengan muara pada Sungai Musi. Anak-anak Sungai Musi
yang relatif besar dan berhulu di Pegunungan Bukit Barisan adalah Sungai Ogan
dan Sungai Komering Sedangkan anak-anak Sungai Musi yang relatif kecil adalah
Sungai Keramasan yang berhulu di Kabupaten Muara Enim.
Selain anak-anak sungai tersebut, terdapat pula anak-anak sungai kecil dan
pendek yang bermuara pada Sungai Musi dan berhulu pada wilayah Kota
Palembang dan kawasan sekitarnya, seperti Sungai Aur dan Sungai Sriguna.
Pada bagian wilayah Seberang Ilir, aliran anak-anak sungai terbagi menjadi
2 (dua) sesuai dengan karakteristik topografi yang ada, berupa adanya punggungan
topografi. Pada bagian Selatan punggungan, terdapat anak-anak sungai yang
28

mengalir pada Sungai Musi dan berhulu pada punggungan topografi. Anak-anak
sungai tersebut meliputi Sungai Lambidaro, Sekanak, Buah, Batang, Selincah dan
sebagainya. Pada bagian utara punggungan terdapat anak-anak sungai yang
mengalir keutara, yang bermuara antara lain ke Sungai Kenten.
3.2. SARANA / FASILITAS KOTA
3.2.1. Sarana Pendidikan
Pada tahun 2010 seharusnya jumlah TK adalah 1.178 unit dengan jumlah
penduduk pendukung sebanyak 1.250 dan kebutuhan lahan seluas 500 m2/unit.
Jumlah ini mungkin akan lebih kecil apabila jumlah penduduk pendukung dihitung
dari jumlah anak usia TK.
Untuk sarana SD, dengan jumlah penduduk pendukung sebanyak 1.600 jiwa,
maka jumlah SD di Kota Palembang seharusnya sebanyak 886 unit, akan tetapi baru
ada sebanyak 447 unit SD, sehingga kekurangan SD sebanyak 439 unit. Kebutuhan
tahun 2010 seharunya 921 unit,tahun 2020 sebanyak 1.121 unit dan pada tahun
2030 sebanyak 1.420 unit dengan kebutuhan lahan seluas 284 Hektar. Tahun 2010
seharurnya jumlah SLTP harusnya sebanyak 317 unit, tahun 2020 sebanyak 388
unit dan pada tahun 2030 sebanyak 473 unit dengan kebutuhan lahan seluas 426
hektar.
Dalam memprediksikan jumlah kebutuhan sarana pendidikan dimasa
mendatang di Kota Palembang digunakan asumsi proporsi jumlah penduduk Kota
Palembang dan demand tingkat pendidikan selain rencana kebutuhan menurut
standar.
Rencana pengembangan sarana pendidikan dilakukan terutama di wilayah
pengembangan perumahan baru dan daerah yang belum terjangkau pelayanannya
dengan skala pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta diikuti oleh
profesional dan jumlah guru di setiap sekolah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.
Distribusi fasilitas pendidikan disesuaikan dengan struktur hirarki pelayanan yang
didasari jenjang pendidikannya. Untuk fasilitas pendidikan yang pelayanan
berskala regional ditempatkan pada kawasan tertentu yang berhubungan dengan
transportasi lalu lintas regional. Untuk fasilitas pendidikan dasar dan menengah
yang pelayanannya berskala kota didistribusikan dibagian wilayah kota/kecamatan,

29

kelurahan hingga lingkungan, khusus untuk fasilitas pendidikan menengah lanjutan


atas diarahkan ke pusat-pusat bagian wilayah kota dan untuk akademi dan
perguruan tinggi pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan.
Sebaran sarana pendidikan menjadi salah satu faktor yang membangkitkan
pergerakan, yaitu dari kawasan permukiman menuju kawasan pendidikan
(sekolah). Seiring dengan semakin meningkatnya permasalahan kemacetan lalu
lintas, maka beberapa kebijakan yang dapat diberlakukan antara lain :
1) Memberlakukan secara konsisten konsep rayonisasi sekolah/pendidikan
mulai jenjang SD hingga SLTA/SMU. Siswa tidak diperkenankan untuk
bersekolah di luar rayon yang telah ditentukan sehingga pergerakan antar
wilayah atau bagian kota menjadi berkurang/minimal.
2) Kualitas sekolah disamakan mutunya (kualitas guru dan sarana
prasarana) sehingga akan menghasilkan anak didik yang berkualitas
tinggi dimanapun lokasi sekolahnya.
3) Peningkatan kualitas guru sebagai program strategis yang dilaksanakan
secara berkelanjutan
3.2.2 Sarana Kesehatan
Pengembangan fasilitas kesehatan kesehatan ini disesuaikan dengan macam
dan jenis pelayanan kesehatan yang ada dengan jenjang pelayanannya masingmasing. Adapun jenjang tingkat pelayanan, Rumah sakit Umum kelas A dengan
skala pelayanan tingkat nasional, Rumah Sakit Umum kelas B skala pelayanan
tingkat propinsi, Rumah Sakit umum kelas C skala pelayanan tingkat kota, Rumah
Sakit Umum kelas D skala pelayanan tingkat kota wilayah kota/kecamatan,
Puskesmas skala pelayanan tingkat kecamatan, Puskesmas Pembantu skala
pelayanan tingkat kelurahan, Poliklinik/Rumah Bersalin /Pos Kesehatan
terpadu/Pos KB, Rumah sakit Khusus lainnya (misal: Rumah sakit Paru, Mata,
Lepra dan lain-lain) penyediaan disesuaikan dengan kabutuhan atas dasar indikasi
penyakit khusus dengan skala pelayan tingkat propinsi/kota.
Pada tahun 2008 jumlah rumah sakit umum sudah mencapai 22 unit yang
seharusnya hanya butuh 12 unit saja dengan penduduk pendukung 120.000 jiwa.
Jumlah rumah sakit umum ini idealnya tidak usah ditambah hanya perlu

30

ditingkatkan statusnya agar menjadi rumah sakit umum yang memounyai pelayanan
yang berkualitas, lengkap dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3.2.3 Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan diperlukan sebagai tempat pelayanan kebutuhan
penduduk akan kebutuhan sehari-hari. Sarana perbelanjaan dapat berupa toko,
warung/kios, pasar lingkungan, pasar, KUD, BANK dan sarana pelayanan lainnya.
Penyediaan sarana perbelanjaan ini diperlukan dalam suatu skala tertentu, dan
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dilayani.
Dalam pengembangan fasilitas perdagangan ini, pengalokasian fasilitas
perdagangan di Kota Palembang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Rencana pengembangan fasilitas perdagangan disesuaikan dengan
rencana jaringan jalan dan didukung oleh utilitas yang baik.
2) Lokasi sebaiknya tidak dekat dengan fasilitas peribadatan dan fasilitas
pendidikan.
3) Lokasi sebaiknya dekat dengan lokasi permukiman dan terjangkau oleh
transportasi umum.
Jumlah penduduk pendukung untuk 1 unit pasar adalah 30.000 jiwa dengan
luas lahan yang dibutuhkan adalah 10.000 m2 per unit pasar, sehingga pada tahun
2010 seharusnya jumlah pasar sebanyak 49 unit. Pada tahun 2020 diperkirakan
kebutuhan pasar sebanyak 60 unit dengan luas lahan 63 hektar dan pada tahun 2030
sebanyak 73 unit dengan luas lahan 76,96 hektar.
3.2.4 Sarana Olahraga dan Rekreasi
Fasilitas hiburan/rekreasi adalah fasilitas yang diperuntukkan bagi
masyarakat kota guna penyegaran dari kegiatan rutin sehari-hari disamping juga
dapat dijadikan sebagai kontak interaksi sosial (fasilitas sosial), juga berfungsi
sebagai tempat mengingatkan kita terhadap lingkungan atau alam, dan nilai-nilai
sejarah budaya. Fasilitas hiburan/rekreasi ini dapat berupa bangunan dan ataupun
kawasan yang bernilai sejarah budaya ataupun berupa alam (pantai, pengembangan
perairan sungai, danau, dan lain-lain). Pada Umumnya bangunan atau kawasan bagi

31

fasilitas hiburan atau rekreasi tidak terdapat pada semua bagian wilayah kota,
sehingga perlu digali potensi yang ada pada masing-masing wilayah kota tersebut.
Jenis fasilitas dapat dibedakan atas fasilitas untuk kegiatan yang berada
didalam ruangan (in door) seperti gedung olah raga, bioskop, gedung kesenian.
Sedangkan fasilitas untuk kegiatan di luar lapangan (out door) seperti lapangan olah
raga dan taman. Sarana rekreasi dan olahraga diperlukan sebagai penyempurna
kebutuhan penduduk yang mempunyai arti penting guna peningkatan pelayanan
kenyamanan penduduk. Penggunaan sarana ini dapat berfungsi ganda, yaitu selain
berupa taman yang dapat dipergunakan sebagai tempat bermain bagi Kota
Palembang, juga dapat digunakan sebagai tempat olah raga. Hal ini sangat penting,
selain manfaatnya sebagai tempat rekreasi/ olahraga juga dapat memberikan
kesegaran pada lingkungan permukiman yang dilayani melalui udara yang segar
dan penetralisasian polusi udara lebih terjamin. Sedangkan penyediaan fasilitas
olah raga hendaknya memperhatikan skala pelayanan sampai tingkat kelurahanlingkungan. Kebutuhan fasilitas dasar tersebut, adalah lapangan olah raga serba
fungsi (sepak bola/voli/bola basket) dan gedung olah raga yang dapat disatukan
dengan gedung kesenian. Penyediaan kebutuhan berdasarkan standar minimal
dengan skala pelayanan kelurahan/lingkungan, bagi fasilitas olah raga dan pusat
komplek fasilitas olah raga dengan skala pelayanan tingkat kota regional. Kawasan
yang diarahkan pengembangannya sebagai kawasan olah raga dan rekreasi adalah
Kawasan Jakabaring Sport City dan Kawasan Kampus.

32

BAB 4. PEMBAHASAN DAN ANALISA

4.1. KONDISI KAWASAN PERENCANAAN


4.1.1. Sejarah Kampung 5 Ulu
Di lihat dari atlas wilayah kelurahan 5 ulu merupakan sebuah pulau yang
diapit oleh 3 buah sungai, di sebelah utara Sungai Musi; di sebelah Barat Sungai
Tuan Putri atau dikenal penduduk bermukim sekarang bernama sungai Kedukan;
Sebelah Timur sungai Kenduruan. Sungai Tuan Putri & sungai Kenduruan
merupakan anak sungai musi.
Posisi tempat yang strategis menjadi pilihan orang-orang pendatang dari
warga Tionghoa menjadi tempat bermukim yang berbentuk rumah rakit di
sepanjang tepi sungai di sungai musi dari mulai wilayah 5 ulu, 7 ulu, 9/10 ulu, 11
ulu dan 12 ulu. Pilihan tempat tinggal di rumah rakit orang2 Tionghoa dikarenakan
di zaman Kolonial mereka tidak gampang mengakses wilayah daratan. Yang dapat
punya akses wilayah daratan pimpinan dari mereka, yang disebut Kapiten atau
Kapten. Peninggalan bangunan rumah sang Kapiten terdapat di wilayah 7 ulu yang
disebut kampong Kapiten.
Kebutuhan untuk membangun rumah dan perahu dijadikan peluang untuk
membuka usaha panglong kayu di kampung 5 ulu oleh warga Tionghoa.
Hidupnya ekonomi di sepanjang sungai membuat para pendatang dari desa
Muara Batun membawa hasil kebun untuk berdagang. Dari berdagang ada
kebutuhan tempat tinggal, dan mereka mendirikan pondok2 dengan cara
menumpang dengan tuan tanah dan penduduk asli palembang di sepanjang muara
sungai Tuan Putri dan sungai kenduruan. Lama kelamaan dari rumah pondok
seadanya, lalu mulai tumbuh rumah2 panggung.
Dinamakan Lorong Keramat karena di tengah Lorong jalan ada terdapat
kuburan yang panjangnya hampir 2 meter. Dulu orang tidak berani melintas jalan
di sekitar kuburan itu karena sering terdengar suara aneh dan angker.
4.1.2. Kondisi Wilayah

33

Secara geografis wilayah 5 Ulu berada Antara 259'53.24" LS dan


10445'32.43" BT dengan luas wilayah perencanaan + 2,5 Ha . sepanjang sekitar
750 meter di tepi sungai Musi.

Kawasan Perencanaan
Gambar 4.1. Letak Kawasan Perencanaan

Kalau di lihat dari kondisi sekarang yang menempati wilayah daratan banyak
terdapat pemukiman orang2 palembang asli, sebagian masih ada rumah yang
berbentuk Limas yang tidak terlalu terawat. Sedangkan wilayah pesisir sungai di
kampong 5 ulu Lorong Keramat & Siliwangi dihuni oleh para pendatang dari daerah
Muara Batun.

34

Gambar 4.2. Kawasan Perencanaan

Kawasan Perencanaan adalah sepanjang Garis Sempadan Sungai yang berada


dalam wilayah administrasi Kelurahan 7 Ulu dan 5 Ulu, Kawasan ini dilewati 2
buah anak sungai, yaitu sungai Kenduruan dan sungai Kedukan.

Kondisi anak sungai yang dangkal dan


kurang berfungsi sebagai aliran air
menuju sungai Musi dan banyaknya
bangunan yang dibangun di wilayah
garis sempadan sungai

Gambar 4.3. Kondisi anak sungai di Kawasan Perencanaan

35

Daerah di sepanjang garis sempadan sungai merupakan daerah pemukiman


yang padat, sehingga menjadikan permukiman berpotensi kumuh. Masyarakat di
dalam kawasan perencanaan juga masih memanfaatkan sungai Musi untuk MCK,
kondisi ini memperburuk kualitas permukiman dalam kawasan.

Gambar 4.4. Kondisi Tepi Sungai Kawasan Perencanaan

36

4.2. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


4.2.1. Visi Dan Misi Pengembangan Kawasan
1)

Visi

Perumusan visi yang tepat dapat menolong dan memacu setiap langkah
dalam memecahkan permasalahan dengan solusi yang tepat dan perumusan misi
dapat memberikan gambaran tolok ukur pemenuhan keberhasilan perumusan solusi
tersebut.
Revitalisasi kawasan sebagai Kawasan Strategis Sosial Budaya yang
berbasis pada lingkungan Sungai dan Ekonomi Perkotaan sebagai elemen
penting peningkatan kualitas hidup kawasan
2) Misi
Pendekatan yang dilakukan dalam mencapai visi perencanaan RTBL adalah
dengan merumuskan misi penataan kawasan yang mengutamakan penghargaan
terhadap kebutuhan pengguna dan menciptakan kawasan yang tertib, indah, aman,
nyaman serta dapat menciptakan image bagi kawasan tersebut.
Misi pengembangan kawasan dirumuskan sebagai berikut:
a) Terwujudnya ruang kota yang fungsional sebagai pusat perdagangan dan
jasa dalam lingkup Kawasan tepian sungai Musi Kecamatan seberang ulu
Kota Palembang,
b) Terwujudnya ruang kota yang adaptif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan wilayah berdasarkan skenario penataan ruang secara
makro.
c) Terbentuknya citra kawasan sebagai water front melalui penegasan
karakter dan peningkatan kualitas kawasan secara fisik dan visual.
d) Terciptanya kenyamanan dan kemudahan pergerakan dan aksesibilitas
dan pengguna ruang lainnya, melalui penegasan artikulasi antara
bangunan dan ruang terbuka (termasuk jalur kendaraan dan pedestrian).
e) Terpeliharanya karakter dan budaya lokal melalui transformasi arsitektur
dalam skala bangunan individu maupun arsitektur perkotaan.

37

f) Terkendalinya kelestarian dan keberlanjutan sistem alam melalui


kebijakan pengendalian kawasan terbangun dan pola pengembangan
ruang terbuka.
g) Terciptanya kawasan permukiman dan fungsi lainnya dalam konteks
mix use yang nyaman, aman, dan mendukung pencitraan kawasan.

Gambar 4.5. Konsep Visi dan Misi Pengembangan Kawasan


4.2.2. Konsep Ruang Terbuka Dan Tata Hijau
Pada awal masa pertumbuhan kota, Taman sebagai Ruang Terbuka Hijau
hanya mempunyai 2 fungsi utama; yakni
1) Memberikan kesempatan untuk berekreasi pada masyarakat, baik
aktif maupun pasif.
2) Memberikan efek visual dan psikologi yang indah dalam totalitas
lingkungan kota tersebut.
Perkembangan kota yang pesat, baik dalam ukuran luas maupun jumlah
penduduk membawa masyarakat kota pada tingkat apresiasi yang lebih tinggi dan
sophisticated pada taman Ruang Terbuka Hijau.

38

Kehadiran / eksistensi Ruang Terbuka Hijau dalam kota sudah


merupakan respon langsung terhadap tuntutan-tuntutan spesifik dari
masyarakat dan kota itu sendiri.
Taman pada Ruang Terbuka Hijau dalam kota dewasa ini
mempunyai beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut:
1) Fungsi Biologis :
Memberikan udara segar dan cahaya yang cukup bagi bangunan- bangunan
sekelilingnya, terutama bagi bangunan-bangunan tinggi di pusat pertokoan.
2) Fungsi Estetis :
Membentuk perspektif dan efek visual yang indah bagi lingkungan perkotaan
yang semakin padat.
3) Fungsi Rekreasi :
Menyediakan fasilitas rekreasi yang seluas-luasnya untuk masyarakat.
4) Fungsi Ekologis :
Memberikan proteksi ekologis untuk mencegah polusi udara dan sebagainya.
5) Fungsi Fisik :
Sebagai jalur batas untuk memisahkan suatu kompleks dalam perkotaan
terhadap kompleks sekelilingnya.
6) Fungsi cadangan / reserve :
Sebagai cadangan untuk kebutuhan-kebutuhan lain dimasa datang.
7) Fungsi Sosial :
Sebagai tempat untuk mempertemukan / menjalin komunikasi antar manusia/
masyarakat kota.
4.2.3. Arahan Pada Kawasan Studi
Arahan ruang terbuka pada kawasan perencanaan secara umum dibagi
dalam dua kelompok utama yaitu intensifikasi Ruang terbuka hijau dan
extensifikasi RTH. Intensifikasi kawasan RTH diarahkan pada segmen 2 - 4
Khususnya area pasar dan sekitarnya dengan mengenalkan desain pedestrian.
Untuk kelompok ekstensifikasi ruang diarahkan dengn desain RTH Koridor
pada kawasan koridor jalan-jalan utama (Jalan Kolektor dan Jalan Arteri) dengan
GSB yang besar merata pada seluruh segmen kawasan perencanaan, termasuk
39

pula pada kawasan sekitar sumur komunal sebagai rth dengan fungsi tambahan
untuk bersosialisasi. Sementara beberapa kawasan potensial pengembangan taman
RTH pada semua segmen perlu ditindak lanjuti dengan mendekati pihak
masyarakat untuk mengembangkan bersama. Untuk lebih jelasnya, arahan tata
hijau RTH dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.6. Rencana Struktur Ruang Kawasan Perencanaan

Gambar 4.7. Rencana Ruang Terbuka

40

4.3. USULAN KEGIATAN


Berdasarkan arahan RTBL di atas maka program kegiatan yang akan
dilaksanakan pada kawasan perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Mengamankan Kawasan Sempadan Sungai Musi dengan membangun
Promenade dan mengamankan sempadan anak sungai Kenduruan dan
sungai Kedukan dengan membangun jalan inspeksi. Kegiatan ini
disamping memiliki fungsi ekologis, biologis juga memiliki dampak
positif terhadap sector pariwisata.
2) Mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat dengan tidak melakukan
kegiatan MCK di sungai Musi, yaitu dengan menyediakan MCK
Komunal dan menyiapkan IPAL Komunal serta menyediakan Tempat
Pembuangan Sementara (TPS).
3) Menyiapkan ruang-ruang terbuka umum sebagai ruang yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, karena kawasan merupakan
kawasan padat penduduk yang tidak memiliki halaman lagi sebagai
tempat bermain atau tempat-tempat berkumpul lainnya.
4) Memperlancar aksesibilitas ke dalam maupun ke luar kawasan, melalui
pembangunan jembatan beton di atas kedua anak sungai.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas sangat sesuai dengan RTRW Kota
Palembang tahun 2012 2032. Sebagaimana tertuang dalam Perda nomor 15 tahun
2012 tentang RTRW Kota Palembang pasal 11, butir o menyebutkan bahwa : Sub
PPK Seberang Ulu II meliputi 7 kelurahan, yaitu Kelurahan 11 Ulu, 12 Ulu, 13 Ulu,
14 Ulu, Tangga Takat, 16 Ulu dan Sentosa dengan fungsi utama sebagai kawasan
perumahan, perdagangan dan jasa; disamping itu perihal yang terkait dengan
kawasan sempadan sungai, kegiatan ini akan merealisasikan Perda pasal 41 yang
menyebutkan bahwa sempadan sungai di kawasan perkotaan adalah 3 meter untuk
sungai bertanggul dan untuk sungai tidak bertanggul sempadan sungai adalah
sebagai berikut:
1) Kedalaman kurang dari 3 meter sempadan sungainya 10 meter.
2) Kedalaman antara 3 hingga 20 meter sempadan sungainya 15 meter
3) Kedalaman lebih dari 20 meter sempadan sungainya minimal 30 meter.

41

BAB 5. RENCANA PENATAAN KAWASAN

5.1. RENCANA PEMBANGUNAN FISIK

Pembangunan Promenade Dari Kampung Kapiten Sampai Perbatasan


5 Ulu Dengan 3-4 Ulu (+ 725 Meter)

Pembangunan Dermaga

Pembangunan Jembatan Sungai Kenduruan

Pembangunan Jembatan Sungai Kedukan

Pembangunan MCK dan Ipal Komunal

Normalisasi Sungai Kenduruan (Lebar 4 M Panjang 1.341 M)

Normalisasi Sungai Kedukan (Lebar 8 M Panjang 884 M)

Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Gambar 5.1. Rencana Kegiatan

42

5.1.1. Promenade
Promenade sebagai ruang Publik harus dapat menampung berbagai aktifitas
warga seperti Kegiatan Refreshing/wisata, Kegiatan Olah Raga Volley Pantai,
Kegiatan Ekonomi temporer seperti Lapak pedagang. Promenade juga berfungsi
sebagai Ruang Penghubung atau Jalur sirkulasi.

Gambar 5.2. Visualisasi Konsep Promenade

43

5.1.2. Jalan Inspeksi


Dua buah anak sungai (Sungai Kenduruan dan Sungai Kedukan) atau saluran
air yang melintas di kawasan rencana akan di dibuat sebagai ruang terbuka publik
yang akan dilengkapi dengan infrastruktur publik untuk melayani kebutuhan
penduduk dalam kawasan rencana, berupa jalan inspeksi dengan lebar 3 meter.

Gambar 5.2. Visualisasi Konsep Jalan Tepi Sungai Kenduruan dan Kedukan

44

5.1. RENCANA TAPAK

LAP.
VOLLEY
JALAN
AKSES

DERMAGA

TAMAN
LAP.
VOLLEY
Gambar 5.3. Rencana Tapak Promenade

45

PARKIR
PLAZA

5.1. RENCANA TAMPILAN FISIK

Gambar 5.4. Rencana Tampak Promenade

46

Gambar 5.5. Rencana Tampak Dermaga dan MCK

47

Anda mungkin juga menyukai