BAB I
PENDAHULUAN
Kota Depok merupakan kawasan strategis yang berbatasan langsung dengan ibukota
Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta. Hal tersebut menjadi faktor utama penyebab
meningkatnya migrasi penduduk, para pekerja dan pencari kerja di ibukota ke daerah ini
untuk bermukim. Pada tahun 1999, tercatat jumlah penduduk kurang dari 1 juta jiwa dan
pada tahun 2005 meningkat hingga 1.374.522 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk
mencapai 1.736.565 jiwa meliputi 51% laki-laki dan 49% perempuan, dengan kepadatan
10.101 jiwa/km2. Pada tahun 2017 jumlah penduduk di kota depok meningkat drastis seiring
dengan dibangunnya berbagai hotel dan apartemen, Tingkat kepadatan penduduk Kota
Depok tergolong tinggi dan tidak tersebar merata. Di zaman sekarang ini, Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Pendidikan tidak lagi
menjadi pelengkap, tetapi telah menjadi salah satu hak mendasar yang harus diterima oleh
setiap manusia. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan manusia, maka akan semakin besar
pula kualitas Pendidikan yang diharapkan.
Berdasarkan data kesejahteraan penduduk Kota Depok tahun 2006, terlihat bahwa
jumlah kepala keluarga (KK) yang memiliki tingkat kesejahteraan menengah ke atas
mencapai 72 % dari total penduduk. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa sebagaian besar
penduduk Kota Depok berada pada level kesejahteraan menengah keatas.
Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan ketersediaan sarana pendidikan yang
baik di Kota Depok. Saat ini terdapat 3 Taman Kanak-Kanak Negeri di Kota Depok, namun
tidak banyak yang memiliki bangunan Pendidikan dengan kualitas seperti yang diharapkan
masyarakat.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka kami melakukan analisis dalam
hal Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN yang terletak di
wilayah kota Depok untuk menambah fasilitas sarana dan prasarana Pendidikan untuk
kemajuan kualitas Pendidikan di kota Depok khususnya di kecamatan Sawangan, Limo dan
Cilodong.
Maksud :
Tujuan :
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mengoptimalkan lahan yang tersedia, di mana
hasil gambar desain perencanaan ini akan menjadi pedoman pelaksanaan konstruksi
Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN di kota
Depok.
Sasaran :
Depok, untuk mengkaji dan menganalisa kondisi bangunan TKN dengan menambah
ruangan kelas dan ruang penunjang lainnya.
b. Mendesain layout bangunan dengan memperhitungkan kebutuhan pengguna serta
merencanakan aspek arsitektural bangunan dengan mempertimbangkan kontekstual
lingkungan sekitarnya.
c. Merencanakan desain struktur dan konstruksi bangunan sesuai dengan kapasitas
daya dukung tanah dan perhitungan beban yang sesuai.
d. Menyusun perencanaan detil (arsitektural, struktural, mekanikal/elektrikal) untuk
dijadikan standar acuan pelaksanaan konstruksi.
Hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah diolah dan dianalisa datanya, masing-
masing laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku, yaitu :
Seluruh laporan hasil kegiatan disalin ke dalam soft copy dalam bentuk CD-R
(Compact Disk) dan merupakan dokumen yang harus diserahkan kepada pengguna
jasa.
BAB I. Pendahuluan
Bab ini akan dibahas latar belakang pekerjaan, yang membahas sebab-sebab
pekerjaan ini perlu dibuat dan dikerjakan, maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan yang akan
membahas maksud, tujuan dan sasaran yang akan dicapai setelah pekerjaan ini berakhir
sesuai dengan kerangka acuan kerja yang telah dibuat, ruang lingkup pekerjaan yang
membahas jenis-jenis kegiatan pekerjaan yang secara garis besar merupakan kegiatan untuk
mencapai maksud dan tujuan yang dimaksud dan sistematika pembahasan laporan antara
yang merupakan urutan-urutan bab dalam laporan antar berikut sedikit pembahasannya.
Di dalam bab ini dikemukakan gambaran umum lokasi Kota Depok di mana Gedung
TKN ini berada, dengan pembahasan lebih rinci mengenai tapak perencanaan gedung
tersebut.
Bab ini akan dibahas analisis dan kajian literatur yang menjadi acuan untuk
digunakan dalam proses perencanaan.
BAB II
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang
Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah
– perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan
laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di
Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir
45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan
menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total
luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah perumahan dan
perkampungan tersebut, akan akan menyebabkan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan meningkat dan diperlukan penambahan jumlah bangunan pendidikan khususnya
TK Negeri dengan menambah ruang kelas dan ruang penunjang lainnya.
II.1.2. Iklim
Iklim di Depok adalah tropis. Depok adalah kota dengan curah hujan yang signifikan.
Bahkan di bulan terkering terdapat banyak hujan. Menurut Köppen dan Geiger, iklim ini
diklasifikasikan sebagai Af. Suhu rata-rata tahunan di Depok adalah 21.7 °C. Tentang 4144
mm presipitasi yang jatuh setiap tahunnya.
TKN terletak pada kawasan pusat kota yang cukup strategis, baik ditinjau dari fungsi
peruntukan bangunan, maupun dari jalur transportasi dan sirkulasi kota. Dengan kondisi
lahan yang cukup padat intensitas bangunannya, maka perencanaan dan pengembangan
TKN perlu mempertimbangkan rencana perkembangan wilayah kota yang diproyeksikan
pada kawasan yang dimaksud, dengan mempertimbangkan aspek efisiensi, ekonomi, dan
sosial.
Sebagai salah satu pusat pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Kota Depok merupakan
salah satu kota tujuan urbanisasi dari wilayah-wilayah sekitarnya. Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, Kota Depok membutuhkan dukungan prasarana, sarana, dan utilitas
pendidikan yang memadai. Namun demikian akibat keterbatasan lahan maka Kota Depok
belum mampu memenuhi kebutuhan pendidikan penduduk secara memadai terutama bagi
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
BAB III
ANALISIS DAN KAJIAN PERENCANAAN
Peruntukan dan intensitas bangunan harus memperhatikan kriteria umum dan kriteria
khusus bangunan yang disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu :
7. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang dalam, hal ini berkaitan dengan
mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan kotor menembus plat
lantai.
8. Material kusen pintu menggunakan kusen plat baja dan jendela menggunakan bahan
alumunium, sehingga perencana harus memperhitungkan desain pemasangan kusen
terhadap dinding. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, dan khusus untuk
kusen yang dipengaruhi oleh kondisi hujan harus ditambahkan detail mengenai
penggunaan sealant dengan posisi tinggi kusen jendela 1,2 m dari lantai.
9. Plafond menggunakan penutup dari PVC warna putih doff dengan tebal 8 mm.
10. Sekat / partisi rangka kayu oven, cover multipleks dilapisi HPL.
- SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung,
atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Air
Air berfungsi sebagai pencampur bahan-bahan beton. Air yang telah bercampur
dengan semen akan mengalami persenyawaan yang berfungsi sebagai perekat antar
senyawa. Berikut ini adalah persyaratan yang harus diperhatikan dalam pemilihan
penggunaan air pada campuran beton menurut SNI 03-3449-2002 :
- Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
- Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
- Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi :
1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai
kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji
yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,
terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode
uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus
dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).
Baja
Persyaratan baja tulangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Baja
tulangan harus bebas dari lipatan, retakan, karat, sisik, serpihan, dan lapisan-lapisan
yang dapat mengurangi daya lekat.
- Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform
(BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70%
diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5% diameter
nominalnya.
- Tulangan dengan Ø ≤ 12mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan
dengan Ø > 16mm memakai BJTD (deform) bentuk ulir.
- Kualitas dan diameter nominal baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang prinsipnya nilai kuat-
leleh dan berat per meter panjang bahan tulangan yang dimaksud.
- Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus
ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut yang ditentukan dengan rumus :
- Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut
:
Ø < 10 mm ± 7 % 10 mm <Diijinkan
Ø < 16 mm ± 6
16 mm < Ø < 28 mm ± 5 % %
Ø > 28 mm ± 4 %
Ø < 10 mm ± 7 % 10 mm < Ø < 16 mm ± 6
16 mm < Ø < 28 mm ± 5 % %
Ø > 28 mm ± 4 %
b. Pekerjaan Kolom
Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari penyetelan tulangan
sampai pada tahap pengecoran dan finishing. Pada tahap penyetelan tulangan,
tulangan yang akan dipasang disesuaikan dengan jenis tulangan berdasarkan RKS
dan gambar kerja yang ada, baik itu jenis, dimensi dan jumlah tulangannya. Hal yang
diperhatikan dalam proses penulangan kolom antara lain :
c. Pekerjaan Balok
Pekerjaan balok dilakukan apabila pekerjaan penulangan kolom sudah
selesai dilakukan, yaitu dimulai dari tahap penyetelan tulangan sampai pada tahap
pengecoran dan perawatan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
penulangan balok adalah sebagai berikut :
1. Pondasi Langsung
- Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung tanah yang
cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang
melampaui batas.
- Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori mekanika
tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter tanah yang
ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi
tipikal dengan parameter tanah yang lain.
- Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan spesifikasi
teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang memiliki sertifikasi
sesuai.
- Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton bertulang.
2. Persyaratan Bahan
- Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan
keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna bangunan,
serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.
- Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai dengan
standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud.
- Bahan bangunan pre-fabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hubungan
yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan,
serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
1. Sistem Kelistrikan
a. Sistem sambungan listrik PLN tegangan rendah 220/380 volt.
b. Penempatan meter KWH PLN ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan.
c. Pemasangan :
- Panel, dipasang pada dinding tembok bangunan dengan sistem outbow.
- Saklar dan stop kontak, dipasang pada dinding tembok bangunan dengan sistem
outbow.
- Kabel, dipasang dengan sistem outbow dalam condouit.
- Armateur penerangan, dipasang sesuai dengan Gambar Denah Titik Lampu.
1. Setiap bangunan gedung harus dapat menjadi contoh yang memperlihatkan kinerja
ventilasi alami beserta ventilasi mekanik/buatan yang menyesuaikan dengan iklim
setempat.
2. Bangunan harus memiliki bukaan permanen dan/atau kisi-kisi yang dapat dibuka dan
ditutup untuk kepentingan ventilasi alami yang dapat dikendalikan.
3. Sistem ventilasi silang yang memadai, dan/atau jarak lantai ke langit-langit yang cukup
tinggi digunakan terutama pada ruangan pameran indoor, hall, tangga, dan toilet.
4. Penggunaan sistem penghawaan alami merupakan salah satu upaya konservasi energi
dengan mengurangi beban energi yang digunakan untuk menyalakan ventilasi buatan
(AC) pada kondisi sehari-hari apabila memungkinkan. Ruang pameran indoor, ruang
kerja dan ruang rapat, harus dapat digunakan dengan penghawaan alami maupun buatan.
5. Bangunan gedung harus dapat memberikan contoh perancangan sistem penghawaan
yang sehat pada ruang-ruang toilet, terutama toilet publik.
6. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi mekanis
yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.
7. Ruang-ruang yang harus menggunakaan pengkondisian udara buatan adalah
perpustakaan, e-library, ruang server & IT, dan audio visual.
8. Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti :
- SNI 03-6390-2000 : Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung;
- SNI 03-6572-2001 : Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
- Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
ventilasi;
- Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
ventilasi mekanis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
BAB IV
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
1. Komposisi bentuk tata guna lahan adalah dengan bentuk dasar segi empat
untuk
2. mewujudkan karakter formal dari TKN Kota Depok.
3. Melihat kondisi site, posisi site terhadap jalan lingkungan dan bangunan eksisting,
maka orientasi bangunan baru menyesuaikan terhadap kondisi site yang ada sehingga
dapat menghasilkan komposisi massa yang kompak sesuai dengan karakternya.
2. Zona kebisingan
Berdasarkan sifat aktifitas yang diwadahinya, ruang-ruang dapat diidentifikasi
intensitas kebisingannya. Misalnya pada ruang-ruang yang mewadahi aktivitas
pribadi/privat dibutuhkan ruang-ruang yang tenang, jauh dari kebisingan, sedangkan
ruang-ruang umum/publik tidak memerlukan ketenangan, bahkan juga merupakan
sumber kebisingan. Dengan demikian, ruang yang membutuhkan ketenangan
sebaiknya tidak berdekatan dengan ruang yang menimbulkan kebisingan, bahkan
mungkin diberi buffer (mediator) berupa ruang-ruang yang aktivitasnya memiliki
tingkat kebisingan sedang.
Pada umumnya ruang-ruang yang termasuk dalam zona publik identik dengan ruang-
ruang yang tingkat kebisingannya tinggi, karena berkaitan dengan jumlah pengguna
yang beragam dan dalam jumlah banyak. Akan tetapi hal ini tidak selalu terjadi pada
semua kasus.
Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang yang mengacu pada ketentuan serta standar
perencanaan ruang guna memenuhi kebutuhan dalam beraktivitas dan memberikan
kenyamanan pada penggunanya direncanakan dalam suatu perhitungan kebutuhan luas
ruang secara detail. Luas ruang yang dihitung memperhatikan jumlah pengguna ruang
dengan furniture pelengkapnya serta alat-alat penunjang lain yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan TKN, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Metode Pelaksanaan Jelas dan Sistematik
2. Kwalitas bahan yang digunakan sesuai dengan standar yang ditentukan.
3. Kwantitas fisik bangunan sesuai dengan yang ditentukan
4. Salah satu pedoman pelaksanaan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS).
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan TKN, ada beberapa item pekerjaan yang
dilaksanakan, antara lain:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Struktur Bawah
3. Pekerjaan Struktur Atas
4. Pekerjaan Arsitektur
BAB V PENUTUP