Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KOTA DEPOK

DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Jl. Margonda Raya No. 54 Kota Depok
LAPORAN AKHIR 2019

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Kota Depok merupakan kawasan strategis yang berbatasan langsung dengan ibukota
Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta. Hal tersebut menjadi faktor utama penyebab
meningkatnya migrasi penduduk, para pekerja dan pencari kerja di ibukota ke daerah ini
untuk bermukim. Pada tahun 1999, tercatat jumlah penduduk kurang dari 1 juta jiwa dan
pada tahun 2005 meningkat hingga 1.374.522 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk
mencapai 1.736.565 jiwa meliputi 51% laki-laki dan 49% perempuan, dengan kepadatan
10.101 jiwa/km2. Pada tahun 2017 jumlah penduduk di kota depok meningkat drastis seiring
dengan dibangunnya berbagai hotel dan apartemen, Tingkat kepadatan penduduk Kota
Depok tergolong tinggi dan tidak tersebar merata. Di zaman sekarang ini, Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Pendidikan tidak lagi
menjadi pelengkap, tetapi telah menjadi salah satu hak mendasar yang harus diterima oleh
setiap manusia. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan manusia, maka akan semakin besar
pula kualitas Pendidikan yang diharapkan.

Tersedianya sarana pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu permintaan


mendesak yang harus dipenuhi saat ini, khususnya di Kota Depok. Ukuran kualitas dari
suatu sarana pendidikan dapat diukur dari kurikulum pengajaran yang diterapkan,
kemampuan fasilitator/ tenaga pengajar yang ada, dan fasilitas fisik penunjang yang tersedia.

Berdasarkan data kesejahteraan penduduk Kota Depok tahun 2006, terlihat bahwa
jumlah kepala keluarga (KK) yang memiliki tingkat kesejahteraan menengah ke atas
mencapai 72 % dari total penduduk. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa sebagaian besar
penduduk Kota Depok berada pada level kesejahteraan menengah keatas.

Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan ketersediaan sarana pendidikan yang
baik di Kota Depok. Saat ini terdapat 3 Taman Kanak-Kanak Negeri di Kota Depok, namun
tidak banyak yang memiliki bangunan Pendidikan dengan kualitas seperti yang diharapkan
masyarakat.

1 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka kami melakukan analisis dalam
hal Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN yang terletak di
wilayah kota Depok untuk menambah fasilitas sarana dan prasarana Pendidikan untuk
kemajuan kualitas Pendidikan di kota Depok khususnya di kecamatan Sawangan, Limo dan
Cilodong.

I.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

Maksud :

 Menentukan jenis bangunan yang paling efisien dengan memperhatikan kesesuaian


kondisi sosial dan ekonomi.
 Membuat standar perencanaan dan perhitungan desain bangunan ditinjau dari aspek
teknis dan operasional Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan
Lingkungan TKN di Kota Depok.

Tujuan :

 Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mengoptimalkan lahan yang tersedia, di mana
hasil gambar desain perencanaan ini akan menjadi pedoman pelaksanaan konstruksi
Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN di kota
Depok.

Sasaran :

 Sasaran Paket Pekerjaan Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan


Lingkungan TKN kota Depok adalah tercapainya pelaksanaan konstruksi sesuai
dengan dokumen perencanaan.

I.3. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan meliputi :

a. Lingkup pekerjaan adalah pada lahan yang berlokasi di TK Negeri 1 Kecamatan


Sawangan, TK Negeri 2 Kecamatan Limo dan PAUD Kecamatan Cilodong Kota

2 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

Depok, untuk mengkaji dan menganalisa kondisi bangunan TKN dengan menambah
ruangan kelas dan ruang penunjang lainnya.
b. Mendesain layout bangunan dengan memperhitungkan kebutuhan pengguna serta
merencanakan aspek arsitektural bangunan dengan mempertimbangkan kontekstual
lingkungan sekitarnya.
c. Merencanakan desain struktur dan konstruksi bangunan sesuai dengan kapasitas
daya dukung tanah dan perhitungan beban yang sesuai.
d. Menyusun perencanaan detil (arsitektural, struktural, mekanikal/elektrikal) untuk
dijadikan standar acuan pelaksanaan konstruksi.

Berdasarkan Kajian Studi Kelayakan Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan


Penataan Lingkungan TKN, yang dapat menjadi batasan di dalam perencanaan adalah
sebagai berikut :

 Pada lokasi di TK Negeri 1 Sawangan tersedia lahan seluas + 3000 m2 direncanakan


bangunan 1 lantai dengan pembagian terdapat 5 (lima) ruang kelas, 1 (satu) ruang
perpustakaan, 1 Mushola, 1 ruang Komputer, 1 Ruang Guru, 1 Ruang Kepala
Sekolah, 1 Ruang TU dan Dapur.
 Kebutuhan luasan tiap ruang kelasnya minimal 56 m2, ruang perpustakaan minimal
35 m2, dan 2 kamar mandi minimal 3 m2.
 Pada lokasi di TK Negeri 2 Limo pekerjaan utama hanya pada bagian penutup atap
gedung dan penggantian lantai keramik dengan Homogenius Tile (HT) pada lantai 1
dan 2.
 Pada lokasi di PAUD Ciodong pekerjaan utama pada bagian belakang gedung dibuat
2 (dua) lantai untuk mencukupi ruang belajar dan penggantian lantai keramik dengan
Homogenius Tile (HT) pada lantai 1 dan 2.

3 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

Rincian lingkup pekerjaan meliputi :

I.4. SISTEM PELAPORAN

Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :

a. Laporan Pendahuluan, berisi :


1) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
2) Mobilisasi Tenaga Ahli, Tenaga Pendukung dan peralatan lainnya sesuai dengan
kebutuhan;
3) Hasil peninjauan lapangan awal;
4) Jadual kegiatan penyedia jasa yang dituangkan dalam bentuk kurva-S.
b. Laporan Akhir, berisi :
1) Pengembangan analisa desain yang lebih detil baik dari aspek arsitektur, struktur,
dan utilitas dengan gambar-gambar teknis lengkap;
2) Pengembangan rencana perhitungan anggaran biaya (RAB);
3) Draft rencana kerja dan syarat.
c. Laporan Pendukung, berisi :

Hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah diolah dan dianalisa datanya, masing-
masing laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku, yaitu :

1) Laporan Bill of Quantity / BOQ (RAB) berikut Analisa Harga Satuan;


2) Laporan Rencana Kerja dan Syarat / RKS;
d. Dokumentasi, berisi :

Dokumentasi Pelaksanaan di Lapangan, berisi foto-foto kegiatan, diserahkan


sebanyak 5 (lima) buku

e. Gambar Detail Desain, berisi :


1) Fotocopy A3 : 5 (lima) buku.
2) File Laporan (CD-R) : 5 (lima) CD.

Seluruh laporan hasil kegiatan disalin ke dalam soft copy dalam bentuk CD-R
(Compact Disk) dan merupakan dokumen yang harus diserahkan kepada pengguna
jasa.

4 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

I.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan Akhir dari pekerjaan Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan


Lingkungan TKN terdiri dari beberapa bab, masing-masing bab akan membahas materi
sesuai dengan bagiannya. Secara singkat bab dan penjelasan dari Laporan adalah sebagai
berikut :

BAB I. Pendahuluan

Bab ini akan dibahas latar belakang pekerjaan, yang membahas sebab-sebab
pekerjaan ini perlu dibuat dan dikerjakan, maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan yang akan
membahas maksud, tujuan dan sasaran yang akan dicapai setelah pekerjaan ini berakhir
sesuai dengan kerangka acuan kerja yang telah dibuat, ruang lingkup pekerjaan yang
membahas jenis-jenis kegiatan pekerjaan yang secara garis besar merupakan kegiatan untuk
mencapai maksud dan tujuan yang dimaksud dan sistematika pembahasan laporan antara
yang merupakan urutan-urutan bab dalam laporan antar berikut sedikit pembahasannya.

BAB II. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan

Di dalam bab ini dikemukakan gambaran umum lokasi Kota Depok di mana Gedung
TKN ini berada, dengan pembahasan lebih rinci mengenai tapak perencanaan gedung
tersebut.

BAB III. Analisis dan Kajian Perencanaan

Bab ini akan dibahas analisis dan kajian literatur yang menjadi acuan untuk
digunakan dalam proses perencanaan.

BAB IV. Konsep Perencanaan dan Perancangan

Merupakan bagian yang menjabarkan konsep, ide, dan gagasan di dalam


melaksanakan Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN.

5 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

BAB II

GAMBARAN LOKASI PERENCANAAN

II.1. GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK

II.1.1. Batas Administratif dan Geografis

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang
Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek.

Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah
– perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan
laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di
Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.

Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir
45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan
menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total
luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah perumahan dan
perkampungan tersebut, akan akan menyebabkan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan meningkat dan diperlukan penambahan jumlah bangunan pendidikan khususnya
TK Negeri dengan menambah ruang kelas dan ruang penunjang lainnya.

Lokasi TK Negeri yaitu kecamatan Sawangan, kecamatan Limo dan kecamatan


Cilodong Kota Depok merupakan wilayah yang padat penduduknya seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan perumahan di wilayah tersebut maka di rencanakan untuk
menambah bangunan pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan.

II.1.2. Iklim

Iklim di Depok adalah tropis. Depok adalah kota dengan curah hujan yang signifikan.
Bahkan di bulan terkering terdapat banyak hujan. Menurut Köppen dan Geiger, iklim ini
diklasifikasikan sebagai Af. Suhu rata-rata tahunan di Depok adalah 21.7 °C. Tentang 4144
mm presipitasi yang jatuh setiap tahunnya.

6 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

II.2. GAMBARAN UMUM TAPAK LOKASI TK NEGERI

II.2.1. Tinjauan Lokasi

Lokasi Perencanaan pembangunan terletak di TK Negeri 1 kecamatan Sawangan,


TK Negeri 2 kecamatan Limo dan PAUD Negeri kecamatan Cilodong, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat. Gambaran mengenai tapak TK Negeri di Depok terhadap kontekstual
lingkungan di sekitarnya dapat dipaparkan sebagai berikut :

Gambar 1. Tinjauan Tapak Rencana TK Negeri 1 Sawangan dan Sekitarnya

7 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

Gambar 2. Tinjauan Tapak Rencana TK Negeri 2 Limo dan Sekitarnya

Gambar 3. Tinjauan Tapak Rencana PAUD Negeri Cilodong dan Sekitarnya

8 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

TKN terletak pada kawasan pusat kota yang cukup strategis, baik ditinjau dari fungsi
peruntukan bangunan, maupun dari jalur transportasi dan sirkulasi kota. Dengan kondisi
lahan yang cukup padat intensitas bangunannya, maka perencanaan dan pengembangan
TKN perlu mempertimbangkan rencana perkembangan wilayah kota yang diproyeksikan
pada kawasan yang dimaksud, dengan mempertimbangkan aspek efisiensi, ekonomi, dan
sosial.

Tapak berada di kawasan dengan potensi pengembangan yang strategis karena


merupakan kawasan pusat kota dengan adanya fungsi-fungsi yang cukup penting dan
dominan di sekitarnya. Selain itu juga terletak pada jalur sirkulasi utama kota yang dilalui
baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang cukup padat.

II.2.2. Tinjauan Utilitas Tapak

Keberadaan tapak di kawasan pusat kota dengan fungsi-fungsi pemerintahan,


pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, menjadikan aspek utilitas dapat dipenuhi bagi
kepentingan penggunaan dan pemanfaatan TKN untuk ke depannya. Tapak ini telah dilalui
jalur distribusi air bersih, jaringan listrik dan telekomunikasi, serta drainase kota.

II.3. GAMBARAN UMUM BANGUNAN TKN

II.3.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu pusat pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Kota Depok merupakan
salah satu kota tujuan urbanisasi dari wilayah-wilayah sekitarnya. Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, Kota Depok membutuhkan dukungan prasarana, sarana, dan utilitas
pendidikan yang memadai. Namun demikian akibat keterbatasan lahan maka Kota Depok
belum mampu memenuhi kebutuhan pendidikan penduduk secara memadai terutama bagi
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Untuk mengatasi kekurangan lahan untuk bangunan pendidikan di Kota Depok,


perlu dilakukan upaya penyediaan bangunan pendidikan layak bagi masyarakat di wilayah
kota Depok, yang tentunya memerlukan dukungan bantuan penyediaannya oleh Pemerintah
Kota. Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah perencanaan pembangunan/Rehabilitasi
dan Penataan Lingkungan TKN. Penyediaan bangunan TKN yang berkualitas dapat menjadi

9 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

solusi meningkatkan kualitas dalam rangka penataan lingkungan pendidikan melalui


kegiatan peningkatan dan pemerataan pembangunan bangunan pendidikan TKN.

10 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

BAB III
ANALISIS DAN KAJIAN PERENCANAAN

III.1. ANALISIS PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN

Peruntukan dan intensitas bangunan harus memperhatikan kriteria umum dan kriteria
khusus bangunan yang disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu :

III.1.1. Kriteria Umum


1. Menjamin bangunan didirikan pada lokasi yang sesuai dengan peruntukannya
berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan pada kawasan yang
bersangkutan.
2. Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai KDB dan KLB yang sesuai dengan
ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan pada kawasan yang
bersangkutan.
3. Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai GSB dan jarak bebas bangunan
yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan bagi penghuni dan lingkungannya.

III.1.2. Kriteria Khusus


1. Pekerjaan ini hendaknya dapat direncanakan secara menyeluruh dalam satu kesatuan
pemikiran/konsep, sehingga dapat mencapai keselarasan rona antara fungsi-fungsi
ruang yang lain. Dalam perencanaan bangunan juga setidaknya harus sudah
dipikirkan bagaimana mengatasi kendala pada Pekerjaan perencanaan
pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN kota Depok yang
mempunyai karakteristik khusus, yaitu dari segi administrasi, serta kewenangan.
2. Desain bentuk dalam perencanaannya hendaknya fungsional, efisien dan menarik
akan tetapi tidak berkelebihan.
3. Kreativitas desain hendaknya tidak terlampau ditekankan pada kemewahan gaya
dan material, tetapi lebih ditekankan pada faktor kemampuan mengadakan sublimasi
antara fungsi teknis dan fungsi pendidikan.
4. Penghematan menjadi hal yang penting dipandang dari segi investasi, operasional
dan pemeliharaan sepanjang usianya.
5. Penggunaan material/bahan bangunan semaksimal mungkin menggunakan produk
dalam negeri.

11 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.2. ANALISIS PERENCANAAN ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN


III.2.1. Kriteria Umum
1. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan :
a. Menjamin terwujudnya bangunan pendidikan yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan, sehingga seimbang, serasi,
dan selaras dengan lingkungannya (fisik dan sosial).
b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan dan
keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
c. Menjamin bangunan dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar :
a. Menjamin tersedianya akses yang layak dan aman selama masa pelaksanaan
konstruksi fisik.
b. Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai akses yang layak, aman,
dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya.
c. Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka
saat evakuasi pada keadaan darurat.

III.2.2. Kriteria Khusus


1. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi pada
kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan.
2. Pekerjaan dinding memakai hebel dengan ukuran tebal 10 cm.
3. Atap menggunakan tipe atap bitumen bergelombang (tipe satu genteng) dengan ukuran
lebar 40 cm, panjang 106 cm, dan tebal 3 mm.
4. Railling tangga dan selasar harus mempertimbangkan faktor keamanan dengan
memperhatikan estetika sehingga tidak menimbulkan kesan masif/kaku dengan tinggi
dari lantai 1,2 m.
5. Penutup lantai baik pada ruang-ruang, tangga, dan selasar menggunakan homogenous
tile dengan ukuran sesuai desain perencana.
6. Penutup dinding KM/WC menggunakan homogenous tile dengan ukuran sesuai desain
perencana.

12 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

7. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang dalam, hal ini berkaitan dengan
mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan kotor menembus plat
lantai.
8. Material kusen pintu menggunakan kusen plat baja dan jendela menggunakan bahan
alumunium, sehingga perencana harus memperhitungkan desain pemasangan kusen
terhadap dinding. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, dan khusus untuk
kusen yang dipengaruhi oleh kondisi hujan harus ditambahkan detail mengenai
penggunaan sealant dengan posisi tinggi kusen jendela 1,2 m dari lantai.
9. Plafond menggunakan penutup dari PVC warna putih doff dengan tebal 8 mm.
10. Sekat / partisi rangka kayu oven, cover multipleks dilapisi HPL.

III.2.3. Kriteria Desain


1. Untuk mendapatkan konsep desain arsitektur, beberapa data eksisting yang disurvey
adalah lokasi, batas tapak, aspek legal (kepastian hukum), aspek sosial ekonomi. Dari
data eksisting tersebut diidentifikasi masalahnya dan dicari penyelesaian tentang
masalah lokasi, masalah bentuk tapak, masalah topografi dan kondisi fisik tanah.
2. Berdasarkan data eksisting, identifikasi masalah dan solusi, kriteria umum dan kriteria
khusus perencanaan arsitektur, serta kriteria desain, dapat dijadikan pertimbangan untuk
penyusunan konsep desain arsitektur berupa :
a. Konsep Rencana Tapak;
b. Konsep Massa Bangunan;
c. Konsep Tata Ruang Makro;
d. Konsep Estetika Tampak Bangunan.

III.2.4. Kebutuhan dan Program Ruang


Dengan memperhatikan persyaratan teknis tentang kebutuhan dan program ruang,
maka analisis untuk pekerjaan ini adalah :
1. Pengkajian dan penataan fungsi yang ada di TKN kota Depok, yaitu :
- Ruang Kelas,
- Ruang perpustakaan,
- KM/WC,
- Musholla.

13 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.2.5. Pencahayaan Ruang dalam Bangunan


Kajian analisis tentang pencahayaan ruang dalam bangunan, baik secara
pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan, penentuan besar iluminasi dan beban
pencahayaan buatan dalam bangunan adalah :
1. Pencahayaan alami ruang dalam bangunan melalui ruang selasar atau menghadap ke
sisi luar agar pencahayaan alami lebih baik.
2. Penentuan besarnya iluminasi dan beban pencahayaan buatan dalam banguan tidak
melebihi nilai maksimum, mengikuti ketentuan SNI – 2396 tentang Tata Cara
Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan.
3. Perencanaan buatan pada bangunan menggunakan lampu fluorescent (TL) dan lampu
pijar (SL).

III.2.6. Pengkondisian Udara dalam Bangunan


Berdasarkan persyaratan teknis tentang ventilasi dan pengkondisian udara dalam
bangunan maka analisis tentang ventilasi alami, ventilasi dari ruangan yang berseberangan,
dan sistem pengkondisian udara adalah :
1. Ventilasi alami terdiri dari bukaan permanen agar udara mengalir (cross ventilation)
dan jumlah bukaan tidak kurang dari 5% luas lantai ruangan yang dibutuhkan untuk
ventilasi.
2. Ventilasi dari ruangan yang bersebelahan mempunyai luas ventilasi tidak kurang dari
10% dari luas lantai ruangan, dengan jarak tidak lebih dari 3,6 m di atas lantai.
3. Pengkondisian udara memperhatikan upaya konservasi energi, seperti dinyatakan
dalam SK SNI tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Konservasi Energi pada
Bangunan Gedung.

III.3. ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN


Persyaratan struktur bangunan gedung meliputi persyaratan struktur bangunan
gedung, pembebanan pada bangunan gedung, struktur atas bangunan gedung, struktur
bawah bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung.

14 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.3.1. Struktur Bangunan Gedung


1. Setiap bangunan gedung, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan agar
kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi
persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan
konstruksinya.
2. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi
sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul
akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan serangga perusak.
3. Dalam perencanaan struktur bangunan gedung terhadap pengaruh gempa, semua
unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari sub struktur maupun struktur
gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona
gempanya.
4. Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan gedung
menyelamatkan diri.
5. Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur bangunan gedung seperti
halnya penambahan struktur dan/atau penggantian struktur, harus
mempertimbangkan persyaratan keselamatan struktur sesuai dengan pedoman dan
standar teknis yang berlaku.

III.3.2. Pembebanan pada Bangunan Gedung


1. Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur terhadap beban-
beban yang mungkin bekerja selama umur kelayanan struktur, termasuk beban tetap,
beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.
2. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus mengikuti:
- SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan
gedung, atau edisi terbaru; dan

15 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

- SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung,
atau edisi terbaru.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

III.3.3. Struktur Atas Bangunan Gedung


1. Konstruksi Beton
Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti :
- SNI 03-1734-1989 : Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding bertulang
untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
- SNI 03-2847-1992 : Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung,
atau edisi terbaru;
- SNI 03-3430-1994 : Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan blok beton
berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
- SNI 03-3976-1995 atau edisi terbaru : Tata cara pengadukan pengecoran beton;
- SNI 03-2834-2000 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal, atau edisi
terbaru; dan
- SNI 03-3449-2002 : Tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan dengan
agregat ringan, atau edisi terbaru.
Tata cara pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan yang meliputi struktur, bahan, keawetan,
kualitas, pencampuran, pengecoran, pencetakan, sampai pada tahap pelindungan dan
pelaksanaan.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan bahan secara lengkap tercantum dalam
SNI 03-3449-2002 meliputi proses pengujian, pemilihan bahan (semen, agregat, air, baja
tulangan, dan bahan tambahan), sampai pada tahap penyimpanan. Adapun prinsip dasar yang
harus diperhatikan dalam membangun gedung dengan ketinggian maksimal 2 lantai adalah
sebagai berikut :

16 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

a. Pemilihan dan Penggunaan Bahan

Air
Air berfungsi sebagai pencampur bahan-bahan beton. Air yang telah bercampur
dengan semen akan mengalami persenyawaan yang berfungsi sebagai perekat antar
senyawa. Berikut ini adalah persyaratan yang harus diperhatikan dalam pemilihan
penggunaan air pada campuran beton menurut SNI 03-3449-2002 :
- Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
- Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
- Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi :
1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai
kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji
yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,
terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode
uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus
dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).

Baja
Persyaratan baja tulangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Baja
tulangan harus bebas dari lipatan, retakan, karat, sisik, serpihan, dan lapisan-lapisan
yang dapat mengurangi daya lekat.
- Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform
(BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70%

17 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5% diameter
nominalnya.
- Tulangan dengan Ø ≤ 12mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan
dengan Ø > 16mm memakai BJTD (deform) bentuk ulir.
- Kualitas dan diameter nominal baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang prinsipnya nilai kuat-
leleh dan berat per meter panjang bahan tulangan yang dimaksud.
- Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus
ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut yang ditentukan dengan rumus :

d = 4,9029 √B atau d = 12,47 √G


d = diameter nominal (mm)
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (Kg/mm)

- Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut
:

Diameter Tulangan Baja Toleransi Berat yang

Ø < 10 mm ± 7 % 10 mm <Diijinkan
Ø < 16 mm ± 6

16 mm < Ø < 28 mm ± 5 % %
Ø > 28 mm ± 4 %
Ø < 10 mm ± 7 % 10 mm < Ø < 16 mm ± 6

16 mm < Ø < 28 mm ± 5 % %
Ø > 28 mm ± 4 %

b. Pekerjaan Kolom
Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari penyetelan tulangan
sampai pada tahap pengecoran dan finishing. Pada tahap penyetelan tulangan,
tulangan yang akan dipasang disesuaikan dengan jenis tulangan berdasarkan RKS
dan gambar kerja yang ada, baik itu jenis, dimensi dan jumlah tulangannya. Hal yang
diperhatikan dalam proses penulangan kolom antara lain :

18 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

- Pembuatan begel diperhitungkan selimut beton (beton decking) 2,5 cm.


Pemasangan begel harus siku dengan tulangan pokok, diikat bendrat dengan
kuat. Jarak tulangan begel yang diikat dengan tulangan kolom, 10 cm pada
bagian tumpuan sepanjang ¼L, dan sisanya jarak begel 15 cm.
- Penempatan kait begel selang-seling, tidak boleh satu sisi/segaris.
- Tulangan pokok jumlah, posisi, dan diameternya sesuai dengan gambar.
Kedudukan tulangan harus vertikal, sambungannya tidak boleh satu tempat
(diselang-seling). Tulangan pokok satu dengan lainnya harus berjarak minimal
sama dengan diameternya. Pada ujung tulangan harus diberi kait 90°. Setiap
pemasangan besi kolom harus diakhiri dengan pemasangan beton tahu sebelum
di bekisting. Tulangan harus terselimuti beton secara simetris dengan tebal 3 cm.

c. Pekerjaan Balok
Pekerjaan balok dilakukan apabila pekerjaan penulangan kolom sudah
selesai dilakukan, yaitu dimulai dari tahap penyetelan tulangan sampai pada tahap
pengecoran dan perawatan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
penulangan balok adalah sebagai berikut :

- Pada pembuatan begel; memperhitungkan selimut beton decking 2,5 cm.


Pemasangan begel siku-siku terhadap tulangan pokok/vertikal diikat dengan
bendrat pada tulangan pokok. Jarak tulangan begel yang dekat tumpuan 10 cm
sejauh ¼ L, yang ditengah berjarak 15 cm. Penempatan kawat begel selang-
seling tidak boleh satu sisi.

- Tulangan pokok; diameter, jumlah, dan posisi sesuai dengan gambar.


Sambungan tidak boleh satu tempat, kedudukannya harus lurus horisontal. Jarak
tulangan pokok baris kesatu dengan kedua dibuat sebesar diameternya. Antar
tulangan tidak boleh bersinggungan, harus diberi jarak minimum=diameter
tulangannya. Pada ujungnya harus diberi kait 45°-90°. Setiap pemasangan
tulangan segera diberi tahu beton.

19 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

Gambar Contoh Detail Penulangan Balok

d. Pekerjaan Pelat Lantai


Pekerjaan pelat lantai melalui beberapa tahapan yaitu :
- Pengurugan pasir;
- Urugan berupa berupa pasir dan batu dengan ketebalan 10 cm;
- Pembuatan lantai kerja;
- Bahan pembuatan lantai kerja berupa semen, pasir, dan kerikil dengan
perbandingan 1 : 3 : 5. Pembuatan lantai kerja dilakukan selama 3 hari;
- Screed;
- Pemasangan bekisting;
- Penulangan.
Penulangan lantai ada 2 cara, yaitu secara manual dan dengan menggunakan BRC
M8 berukuran 510 cm x 210 m. Sebelum dipasang BRC terlebih dahulu
dibersihkan dari karat. Pada pemasangannya BRC bertumpu pada beton decking
setebal 7 cm. Beton decking tebuat dari campuran semen dan pasir dengan
perbandingan 1 : 3, berfungsi untuk mengatur ketebalan pengecoran. Antara
BRC satu dengan lainnya diikat dengan bindraat dan saling overlap 1 kotak.
Penulangan pada pelat lantai dilakukan dengan dua arah, karena 10/4=25<4
berdasarkan persyaratan ly/lx<lx. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pekerjaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :

20 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

 Diameter tulangan polos 10 mm, jarak antar tulangan 20 cm as ke as. Selimut


beton decking 1,5 cm dipasang 5 buah tiap m².
 Jarak sisi luar atas tulangan tumpuan dengan telasaran papan triplek sebesar 10,5
cm (jarak tulangan atas dan bawah 9 cm).
 Setiap persilangan tulangan pokok diikat dengan tulangan balok dengan kawat
bendrat.
 Tulangan pelat tidak boleh diikat dengan tulangan balok.
 Pada daerah tumpuan diberi kursi/kuda-kuda setiap jarak 50 cm.
 Sebelum pengecoran semua sparing pipa listrik (lampu, AC, stop kontak, akses
untuk LCD), stek penggantung plafon, air bersih, air kotor, harus sudah terpasang
semua.
 Pemasangan shear connector.
 Pengecoran.
 Perawatan.

Gambar Contoh Detail Penulangan Pelat Lantai

21 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.3.4. Struktur Bawah Bangunan Gedung

1. Pondasi Langsung
- Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung tanah yang
cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang
melampaui batas.
- Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori mekanika
tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter tanah yang
ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi
tipikal dengan parameter tanah yang lain.
- Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan spesifikasi
teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang memiliki sertifikasi
sesuai.
- Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton bertulang.

Gambar Contoh Pondasi Langsung

22 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.3.5. Keandalan Struktur Bangunan Gedung


1. Keselamatan Struktur
- Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan
pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam
Pedoman/Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
- Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai
rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung, sehingga bangunan
gedung selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
- Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara berkala sesuai
klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki
sertifikasi sesuai.

2. Persyaratan Bahan
- Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan
keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna bangunan,
serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.
- Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai dengan
standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud.
- Bahan bangunan pre-fabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hubungan
yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan,
serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

III.4. ANALISIS PERENCANAAN MEKANIKAL-ELEKTRIKAL


III.4.1. Persyaratan Umum

1. Persyaratan Instalasi Listrik dan Penangkal Petir


- Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.

23 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

- Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari


bahaya akibat petir.

2. Persyaratan Instalasi Plumbing


- Menjamin terpasangnya instalasi plumbing secara aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
- Menjamin terpenuhinya pemakaian air bersih yang aman dan cukup.
- Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan secara baik.

3. Persyaratan Sanitasi dalam Bangunan


- Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
- Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan, dan memberikan kenyamanan
bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
- Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan gas secara baik.

III.4.2. Sistem Perencanaan Mekanikal-Elektrikal

1. Sistem Kelistrikan
a. Sistem sambungan listrik PLN tegangan rendah 220/380 volt.
b. Penempatan meter KWH PLN ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan.
c. Pemasangan :
- Panel, dipasang pada dinding tembok bangunan dengan sistem outbow.
- Saklar dan stop kontak, dipasang pada dinding tembok bangunan dengan sistem
outbow.
- Kabel, dipasang dengan sistem outbow dalam condouit.
- Armateur penerangan, dipasang sesuai dengan Gambar Denah Titik Lampu.

24 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.4.3. Sanitasi dalam Bangunan

1. Sistem Penyediaan Air Bersih


a. Sumber air bersih :
Alternatif I : diperoleh dari PDAM.
Alternatif II : diperoleh dari sumur dalam.
(Dipilih dari yang paling efisien dan efektif).
b. Distribusi dari roof tank ke masing-masing keluaran menggunakan pipa distribusi
sesuai perhitungan kebutuhan perencanaan.
c. Elevasi roof tank harus di cek terhadap elevasi lantai paling atas untuk perhitungan
tekanan air.

2. Sistem Pembuangan Air Bekas dan Air Kotor


a. Air kotor dari WC dibuang ke septic tank, tidak dipergunakan STP.
b. Sparing pipa air bekas dan air kotor harus memperhitungkan terhadap kemungkinan
terjadinya kebocoran dan kebutuhan pemeliharaan :
- Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruangan.
- Penggunaan clean out pada instalasi air bekas dan kotor untuk pemeliharaan
terhadap kemungkinan tersumbat.
c. Batasan desain :
- Yang termasuk kriteria air kotor adalah buangan air dari WC dan urinal,
sedangkan air bekas adalah buangan dari washtafel, kitchen sink, dan floor drain.
- Seluruh air kotor dan air bekas dialirkan secara gravitasi ke sewage treatment plan.
- Pemipaan air kotor dan air bekas dipisahkan.
- Volume limbah buangan air kotor dan air bekas (Q) diasumsikan 90% dari total
kebutuhan air bersih per hari.
d. Spesifikasi peralatan dan bahan :
- Pipa, menggunakan pipa PVC type D untuk saluran vertikal dan horisontal di
atas permukaan tanah, pipa PVC type AW untuk saluran di bawah permukaan
tanah.
- Plumbing fitting, menggunakan bahan yang sama dengan bahan pipanya.

25 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

- Septic tank, menggunakan tipe konvensional, dengan unit pengolahan terdiri


dari bak pengendapan, filtration tank, chlorination tank dan rembesan.
- Pipa vent ditempatkan pada area yang tidak terganggu, menggunakan bahan
galvanized iron pipe yang di cor beton setempat pada bagian dasarnya.

3. Sistem Buangan Air Hujan


a. Volume air hujan dihitung berdasarkan debit air hujan (disesuaikan dengan intensitas
rencana).
b. Harus diperhatikan letak floor drain sehingga tidak menimbulkan genangan air
terutama di daerah selasar dan ruang terbuka lainnya.
c. Dimensi roof drain dan talang dihitung berdasarkan volume air hujan dan jumlah titik
talang vertikal sesuai dengan persyaratan dari perencana.
d. Sistem disesuaikan dengan desain dari perencana.
e. Bila mungkin dibuat sumur resapan yang volumenya (M) = 4% dari luas atap.
f. Spesifikasi peralatan dan bahan :
- Pipa, menggunakan pipa PVC type D untuk saluran tegak dan di atas permukaan
tanah, pipa PVC type AW untuk saluran di bawah permukaan tanah.
- Plumbing fitting, menggunakan bahan yang sama dengan bahan pipanya.
- Sumur resapan, menggunakan tipe konvensional.

4. Ketentuan Teknis Instalasi Plumbing


a. Instalasi pipa air bersih untuk bangunan
- Pipa; jenis pipa yang digunakan untuk instalasi air bersih adalah Pipa PVC kelas
AW.
b. Instalasi pipa air kotor untuk bangunan
- Pipa, menggunakan jenis pipa PVC kelas AW, dengan kemampuan tekanan
kerja sebesar 8 kg/cm2.
- Sambungan-sambungan pipa, seperti clean out, reducer, tee Y, elbow, harus
berupa buatan pabrik dan bahannya sama dengan pipanya.
- Standar kualitas pipa-pipa dan sambungan-sambungan adalah eks lokal.

26 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.5. ANALISIS PERENCANAAN UTILITAS BANGUNAN


III.5.1. Sistem Penghawaan

1. Setiap bangunan gedung harus dapat menjadi contoh yang memperlihatkan kinerja
ventilasi alami beserta ventilasi mekanik/buatan yang menyesuaikan dengan iklim
setempat.
2. Bangunan harus memiliki bukaan permanen dan/atau kisi-kisi yang dapat dibuka dan
ditutup untuk kepentingan ventilasi alami yang dapat dikendalikan.
3. Sistem ventilasi silang yang memadai, dan/atau jarak lantai ke langit-langit yang cukup
tinggi digunakan terutama pada ruangan pameran indoor, hall, tangga, dan toilet.
4. Penggunaan sistem penghawaan alami merupakan salah satu upaya konservasi energi
dengan mengurangi beban energi yang digunakan untuk menyalakan ventilasi buatan
(AC) pada kondisi sehari-hari apabila memungkinkan. Ruang pameran indoor, ruang
kerja dan ruang rapat, harus dapat digunakan dengan penghawaan alami maupun buatan.
5. Bangunan gedung harus dapat memberikan contoh perancangan sistem penghawaan
yang sehat pada ruang-ruang toilet, terutama toilet publik.
6. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi mekanis
yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.
7. Ruang-ruang yang harus menggunakaan pengkondisian udara buatan adalah
perpustakaan, e-library, ruang server & IT, dan audio visual.
8. Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti :
- SNI 03-6390-2000 : Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung;
- SNI 03-6572-2001 : Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
- Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
ventilasi;
- Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
ventilasi mekanis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

27 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.5.2. Sistem Pencahayaan


1. Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat
sesuai dengan fungsinya.
2. Bangunan gedung sebagai bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan
yang memadai untuk pencahayaan alami.
3. Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan
fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung.
4. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam pada bangunan gedung dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan penempatannya
tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
5. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang
pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan
mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
6. Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat,
harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
7. Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam bangunan
maupun di luar bangunan gedung.
8. Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:
- SNI 03-6197-2000 : Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
- SNI 03-2396-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
- SNI 03-6575-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

28 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

III.5.3. Sistem Sanitasi


1. Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung
- Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
sumber air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya.
- Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air
lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
- Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus memenuhi
debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
- Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian rupa agar
menjamin kualitas air.
- Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan
gedung.
- Persyaratan plambing dalam bangunan gedung harus mengikuti :
1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Air Minum dan Permenkes 907/2002, sedangkan
instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman Plambing;
2) SNI 03-6481-2000 : Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru.
3) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

2. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/Kotor


- Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
- Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk pemilihan
sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.
- Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai
dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
- Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti :
1) SNI 03-6481-2000 : Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2398-2002 : Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem resapan,
atau edisi terbaru;

29 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

3) SNI 03-6379-2000 : Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau edisi


terbaru;
4) Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem pembuangan
air limbah dan air kotor pada bangunan gedung mengikuti standar baku serta
ketentuan teknis yang berlaku;
5) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

3. Persyaratan Penyaluran Air Hujan


- Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
- Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem
penyaluran air hujan.
- Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan
dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase
lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
- Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima,
maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh
instansi yang berwenang.
- Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan
penyumbatan pada saluran.
- Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti :
1) SNI 03-4681-2000 : Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2453-2002 : Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan, atau edisi terbaru;
3) SNI 03-2459-2002 : Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan, atau edisi terbaru;
4) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;
5) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

30 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

BAB IV
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

IV.1. KONSEP ARSITEKTUR


IV.1.1. Konsep Umum
1. Penampilan bangunan gedung selaras terhadap lingkungan, sedemikian rupa sehingga
mengesankan adanya kesatuan bentuk.
2. Menghormati keberadaan lingkungan dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada,
sehingga baik bangunan lama maupun bangunan baru tidak asing satu sama lainnya.
3. Keseluruhan bangunan yang ada mempunyai keterkaitan kegiatan yang kuat dan saling
menunjang, sehingga pada masing-masing bangunan terjadi penyatuan kegiatan.
4. Pemanfaatan lahan secara optimal, dengan senantiasa mempertimbangkan
peraturan- peraturan bangunan dan kaidah-kaidah perencanaan yang benar.
5. Hubungan antar unit/ruang merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan/mengikat.
6. Hubungan antar bangunan diikat oleh ruang luar antara lain sirkulasi, taman, dan
pedestrian, sehingga dapat diasumsikan sebagai pengikat antar massa bangunan.

IV.1.2. Asas Perencanaan


1. Persyaratan fungsional pekerjaan bangunan gedung ini dapat menampung kegiatan
sesuai dengan fungsinya.
2. Persyaratan teknologis :
- Persyaratan teknis penggunaan material harus dapat menahan beban, mempunyai
sifat absorbsi suara yang cukup, sehingga diperoleh kenyamanan suara bagi setiap
pengguna bangunan.
- Ketahanan terhadap keausan, baik karena faktor fleksibilitas suhu dalam ruang
maupun pengaruh suhu dari luar ruang.
- Keselamatan pemakai atau penghuni pada waktu terjadi bencana, baik karena faktor
alam, ulah manusia ataupun pencemaran kesehatan.

31 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

IV.1.3. Kriteria Perencanaan

1. Pekerjaan perencanaan bangunan gedung hendaknya dapat direncanakan secara


menyeluruh dalam satu kesatuan pemikiran/konsep, sehingga dapat mencapai
keselarasan rona antara fungsi-fungsi ruang yang lain. Dan dalam penggunaan bangunan
setidaknya harus sudah dipikirkan dalam rangka mengatasi kendala geografis, baik
lokasi pembangunan, aturan administrasi kewilayahan, dan bagaimana kondisi eksisting
pada lahan tersebut.
2. Bentuk dalam perencanaan dibuat fungsional, efisien dan menarik akan tetapi
tidak berkelebihan.
3. Kreativitas desain tidak terlampau ditekankan pada kemewahan gaya dan material,
tetapi akan lebih ditekankan pada faktor kemampuan mengadakan sublimasi antara
fungsi teknis dan fungsi sosial ruang.
4. Penghematan menjadi hal yang penting dipandang dari segi investasi, operasional dan
pemeliharaan sepanjang usianya.
5. Penggunaan material/bahan bangunan semaksimal mungkin menggunakan produk
dalam negeri.

IV.2. PERANCANGAN TAPAK


IV.2.1. Konsep Tapak

1. Komposisi bentuk tata guna lahan adalah dengan bentuk dasar segi empat
untuk
2. mewujudkan karakter formal dari TKN Kota Depok.
3. Melihat kondisi site, posisi site terhadap jalan lingkungan dan bangunan eksisting,
maka orientasi bangunan baru menyesuaikan terhadap kondisi site yang ada sehingga
dapat menghasilkan komposisi massa yang kompak sesuai dengan karakternya.

Optimalisasi pemanfaatan lahan dan tata ruang :


1. Penempatan posisi bangunan terhadap area kawasan.
2. Pengelolaan secara optimal pola sirkulasi dan lansekap, pemenuhan terhadap sarana
yang dibutuhkan.

32 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

IV.2.2. Konsep Blok Plan Bangunan

Secara makro, orientasi bangunan pendidikan pada TK Negeri ini yaitu :


1. Orientasi terhadap site.
Melihat kondisi site, posisi site terhadap jalan lingkungan, maka orientasi bangunan
baru menyesuaikan terhadap bangunan eksisting sehingga dapat menghasilkan
komposisi massa yang kompak sesuai dengan karakternya.

Optimalisasi penataan massa bangunan :


1. Penataan blok bangunan pada tapak menggunakan pola yang fleksibel dengan
tetap memberikan ruang-ruang terbuka hijau sebagai fasilitas umum yang bersifat
rekreatif.
2. Orientasi massa bangunan ke arah utara-selatan dengan memperhatikan faktor
iklim makro.
3. Dengan luasnya site dan tuntutan fungsi yang berbeda, maka masih dimungkinkan untuk
perencanaan massa jamak (compound) dengan usulan blok massa.

IV.3. PERANCANGAN BANGUNAN


IV.3.1. Konsep Arsitektur

Dalam merancang bangunan, ruang maupun tempat, perencana membutuhkan


panduan (guidance) untuk memulainya. Bangunan, ruang, ataupun tempat adalah wadah
yang menampung aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Maka setiap aktivitas memiliki
persyaratan atau kebutuhan yang beragam dan berbeda satu sama lainnya. Dengan menyusun
program ruang, hasil rancangan dapat memenuhi segala kebutuhan pengguna, sehingga
aktivitas dapat dilakukan dengan lancar dan sesuai harapan pengguna.
Dalam menyusun program ruang, hal yang pertama harus dilakukan adalah
mengidentifikasi kegiatan yang akan dilakukan dalam wadah yang akan dirancang,
kemudian menganalisis masing-masing kegiatan tersebut. Setelah itu akan muncul
kebutuhan-kebutuhan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut, dalam bentuk jenis-jenis ruang.
Setelah itu dilakukan analisa terhadap ruang-ruang yang muncul, untuk diorganisir dalam
sebuah bangunan ataupun kompleks bangunan yang akan dirancang. Selanjutnya setiap jenis

33 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

ruang diidentifikasi persyaratannya, bentuknya, kapasitasnya, perabotnya, hingga dapat


dihitung berapa luas yang dibutuhkan.
Ruang-ruang yang telah diprogramkan juga dikelompokkan berdasarkan kesamaan
zoningnya. Pengelompokan zoning dapat dilihat berdasarkan jenis pengunjung (publik, semi
publik, privat) maupun berdasarkan jenis kebisingan yang ditimbulkan maupun yang
mempengaruhi ruang-ruang (disebut sebagai zoning kebisingan).

1. Zona berdasarkan jenis pengguna


Hal yang dapat disimpulkan dari pembagian zona ini adalah ruang-ruang yang berada
dalam zona yang sama diletakkan dalam posisi yang saling berdekatan. Area yang
termasuk dalam zona privat sebaiknya tidak dapat langsung diakses oleh publik,
sehingga diantara keduanya dapat diberikan ruang-ruang yang bersifat semi publik.
Pembagian zona ini dapat dilakukan pula secara horizontal ataupun secara vertikal. Kata
kuncinya adalah semakin jauh dari area entrance, maka sifat ruang semakin privat. Maka
apabila bangunan menyebar secara horizontal, semakin ke dalam dan semakin menjauh
dari entrance (tempat masuk), sifat ruang semakin privat. Sedangkan apabila bangunan
berbentuk vertikal ke atas, di mana tempat masuk berada di lantai bawah, maka semakin
ke atas sifat ruang semakin privat. Sebaliknya pada bangunan yang berbentuk vertikal
ke bawah (biasanya pada tapak yang berkontur tajam ke arah bawah), entrance berada
di lantai atas, maka semakin ke bawah, sifat ruang semakin privat.

2. Zona kebisingan
Berdasarkan sifat aktifitas yang diwadahinya, ruang-ruang dapat diidentifikasi
intensitas kebisingannya. Misalnya pada ruang-ruang yang mewadahi aktivitas
pribadi/privat dibutuhkan ruang-ruang yang tenang, jauh dari kebisingan, sedangkan
ruang-ruang umum/publik tidak memerlukan ketenangan, bahkan juga merupakan
sumber kebisingan. Dengan demikian, ruang yang membutuhkan ketenangan
sebaiknya tidak berdekatan dengan ruang yang menimbulkan kebisingan, bahkan
mungkin diberi buffer (mediator) berupa ruang-ruang yang aktivitasnya memiliki
tingkat kebisingan sedang.
Pada umumnya ruang-ruang yang termasuk dalam zona publik identik dengan ruang-
ruang yang tingkat kebisingannya tinggi, karena berkaitan dengan jumlah pengguna
yang beragam dan dalam jumlah banyak. Akan tetapi hal ini tidak selalu terjadi pada
semua kasus.

34 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang yang mengacu pada ketentuan serta standar
perencanaan ruang guna memenuhi kebutuhan dalam beraktivitas dan memberikan
kenyamanan pada penggunanya direncanakan dalam suatu perhitungan kebutuhan luas
ruang secara detail. Luas ruang yang dihitung memperhatikan jumlah pengguna ruang
dengan furniture pelengkapnya serta alat-alat penunjang lain yang diperlukan.

Kebutuhan ruangan untuk perencanaan bangunan di TK Negeri adalah sebagai berikut


:
- Ruang Kelas
- Ruang Perpustakaan
- Musholla
- KM/WC

a. Perencanaan Teknis Tanah


Sebagai referensi dan menentukan semua peil ketinggian (level) bangunan pekerjaan
teknis tanah disesuaikan dengan gambar perencanaan dan pelaksanaan teknis tanah, yaitu :

1. Persiapan pematangan tanah yaitu pengukuran dan pematokan, pembersihan dan


penebangan pohon, pembuangan tanah dan sampah.
2. Pengupasan lapisan tanah atas.
3. Pemadatan tanah setelah stripping.
4. Penggalian pondasi dan pengurugan tanah, pemadatan, sarana drainase, dan
pembuangan material hasil galian.

b. Perencanaan Struktur Bangunan


Perencanaan struktur bangunan mempunyai kriteria umum perencanaan dan
kriteria khusus perencanaan, yaitu :
I. Kriteria Umum Perencanaan Struktur
1. Persyaratan Struktur Bangunan :
a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat perilaku alam dan manusia;
b. Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan;

35 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang


disebabkan oleh perilaku struktur;
d. Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan
oleh kegagalan struktur.

2. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran :


Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa sehingga
mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga : cukup waktu bagi
penghuni melakukan evakuasi secara aman; cukup waktu bagi pasukan pemadam
kebakaran memasuki lokasi untuk memadamkan api; dan dapat menghindari
kerusakan pada properti lainnya.

IV.3.3. Konsep Mekanikal-Elektrikal

I. Perencanaan Umum Mekanikal-Elektrikal


a. Instalasi listrik dan penangkal petir
 Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari
bahaya akibat petir.
b. Instalasi plumbing
 Menjamin terpasangnya instalasi plumbing secara aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin terpenuhinya pemakaian air bersih yang aman dan cukup.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan plumbing secara baik.
c. Sanitasi dalam bangunan
 Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi
penghuni bangunan dan lingkungan.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan gas secara baik.

36 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

II. Perencanaan Sistem Mekanikal-Elektrikal


a. Sistem Kelistrikan
 Sistem sambungan listrik PLN tegangan rendah 220/380 volt.
 Penempatan meter KWH PLN ditempatkan secara sentral pada rencana bangunan
di ruang panel/ruang meter untuk ruangan khusus dan juga di setiap unit hunian.
 Sistem Grouping Electrical (Panel).
 Pemasangan :
- Panel, dipasang pada dinding tembok bangunan dengan sistem outbow.
- Saklar dan Stop Kontak, dipasang pada dinding tembok bangunan dengan
sistem outbow.
- Kabel, dipasang dengan sistem outbow dalam condouit.
- Armateur Penerangan, dipasang sesuai dengan Gambar Denah Titik Lampu.

IV.4. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan TKN, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Metode Pelaksanaan Jelas dan Sistematik
2. Kwalitas bahan yang digunakan sesuai dengan standar yang ditentukan.
3. Kwantitas fisik bangunan sesuai dengan yang ditentukan
4. Salah satu pedoman pelaksanaan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS).
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan TKN, ada beberapa item pekerjaan yang
dilaksanakan, antara lain:

1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Struktur Bawah
3. Pekerjaan Struktur Atas
4. Pekerjaan Arsitektur

37 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


LAPORAN AKHIR 2019

BAB V PENUTUP

Pekerjaan perencanaan pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN


ini pada pelaksanaan-nya mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Keberhasilan perencanaan pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan
TKN ditunjang oleh teknis dilapangan, kerjasama merupakan hal yang mutlak dijalin antara
Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.

38 Perencanaan Pembangunan/Rehabilitasi dan Penataan Lingkungan TKN

Anda mungkin juga menyukai