DAFTAR ISI
PENJELASAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
( SPESIFIKASI TEKNIS )
Halaman
Pasal 1. Spesifikasi Teknis..............................................................................................................................2
Pasal 2. Lingkup Pekerjaan..............................................................................................................................2
Pasal 3. Penjelasan Gambar-gambar................................................................................................................2
Pasal 4. Situasi/Penempatan Bangunan...........................................................................................................3
Pasal 5. Mobilisasi...........................................................................................................................................3
Pasal 6. Pekerjaan Persiapan ...........................................................................................................................4
Pasal 7. Material dan Penyimpanan.................................................................................................................5
Pasal 8. Pekerjaan Galian Tanah.....................................................................................................................6
Pasal 9. Urugan / Timbunan Tanah.................................................................................................................8
Pasal 10. Pekerjaan Beton..................................................................................................................................9
Pasal 11. Baja Tulangan Untuk Beton..............................................................................................................20
Pasal 12. Adukan Semen..................................................................................................................................22
Pasal 13. Pasangan Batu Dengan Adukan........................................................................................................23
Pasal 14. Pekerjaan Pondasi.............................................................................................................................25
Pasal 15. Pekerjaan Pasangan Bata...................................................................................................................25
Pasal 16. Pekerjaan Plesteran...........................................................................................................................28
Pasal 17. Pekerjaan Kontruksi Baja Ringan.....................................................................................................29
Pasal 18. Pekerjaan Penutup Atap....................................................................................................................33
Pasal 19. Pekerjaan Plafond..............................................................................................................................34
Pasal 20. Pekerjaan Lantai................................................................................................................................34
Pasal 21. Pekerjaan Kusen pintu, jendela.........................................................................................................35
Pasal 22. Pekerjaan Cat dan Laburan...............................................................................................................37
Pasal 23. Pekerjaan Instalasi Listrik dan Armatur............................................................................................38
Pasal 24. Pekerjaan Sanitary dan Fixture.........................................................................................................39
Pasal 25. Penyerahan Pekerjaan.......................................................................................................................40
Pasal 1
SPESIFIKASI TEKNIS
1.1 Selain mengacu pada ketentuan-ketentuan tentang persyaratan umum dalam pembangunan,
juga harus mengacu pada persyaratan teknis dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.2 Secara umum persyaratan teknis mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri PU Nomor.
441/KPTS/1998 tentang persyaratan teknis bangunan gedung, Keputusan Menteri PU Nomor.
468/KPTS/1998 tentang persyaratan teknis aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan dan
Keputusan Menteri PU Nomor. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap
bahaya kebakaran bangunan gedung dan lingkungan.
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 3
PENJELASAN GAMBAR-GAMBAR
3.1 Untuk dapat memahami serta menghayati secara sempurna seluruh pekerjaan ini, kontraktor
diwajibkan untuk mempelajari secara teliti, baik gambar maupun syarat-syarat pada Dokumen
Pengadaan (Pelelangan) ini untuk meyakinkan diri bahwa benar-benar tidak terdapat lagi
ketidakjelasan perbedaan ukuran-ukuran, perbedaan antar gambar-gambar serta kejanggalan atau
kekeliruan lainnya.
Apabila terdapat ketidakcocokan, perbedaan atau kejanggalan antar gambar-gambar yang satu
dengan lainnya, maupun antar gambar-gambar dengan Dokumen Pengadaan (Pelelangan), maka
kontraktor diwajibkan melaporkan hal-hal tersebut secepatnya kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan penjelasan dan penyelesaiannya.
3.2 Mengingat setiap kesalahan maupun kelalaian dan ketidaktelitian dalam melaksanakan satu bagian
pekerjaan akan mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka ketelitian pelaksanaan mutlak serta
mendapat perhatian pertama. Kelalaian terhadap ketentuan ini dapat mengakibatkan dibongkarnya
suatu hasil pekerjaan oleh Konsultan Pengawas, yang mengakibatkan suatu kerugian bagi
kontraktor.
3.3 Yang dimaksud dengan pekerjaan dalam uraian ini adalah segala hal yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan dan mengikuti gambar-gambar perencanaan serta penjelasan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini termasuk didalamnya
pengadaan bahan-bahan, pengerahan tenaga kerja, peralatan yang diperlukan serta sarana lainnya,
sehingga maksud dan tujuan terwujud sesuai dengan rencana.
Pasal 4
SITUASI / PENEMPATAN BANGUNAN
4.1 Penempatan gedung disesuaikan dengan Block Plan/Gambar Situasi yang ada (menurut petunjuk
pengawas lapangan/pihak user/pihak proyek).
4.2 Kontraktor harus mengadakan penelitian yang seksama terutama mengenai kondisi tanah/lahan yang
ada, sehingga dalam estimasi perhitungan volume tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang
mengakibatkan harga penawaran menjadi rendah.
4.3 Kelalaian dan ketidaktelitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim.
4.4 Pekerjaan pemasangan bowplank harus mendapatkan persetujuan pengawas atau dari pihak direksi.
4.5 Membongkar bangunan lama yang telah ditentukan dan ditunjuk oleh Direksi Proyek/Konsultan
Pengawas.
4.6 Mengumpulkan dan mengangkut bekas bongkaran2 itu dengan kendaraan truk ukuran sedang keluar
komplek Proyek kecuali ditentukan lain kemudian oleh Direksi Proyek.
Pasal 5
MOBILISASI
5.1 Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk Kontrak ini akan tergantung pada jenis dan
volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana ditentukan dibagian-bagian lain dari
Dokumen Kontrak, dan secara umum akan sesuai dengan hal-hal sebagai berikut:
5.1.1 Persyaratan Mobilisasi
Mobilisasi dari semua pekerja yang diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan kontrak.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi asalnya ketempat yang
digunakan sesuai ketentuan Kontrak.
Penyediaan dan pemeliharaan Base Camp Kontraktor, termasuk bila perlu kantor-kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel-bengkel, gudang-gudang, dan sebagainya.
5.1.2 Persyaratan Demobilisasi
Pekerja demobilisasi dari daerah kerja (site) yang dilaksanakan oleh Pihak Kontraktor pada
akhir Kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh instansi-instansi, peralatan
konstruksi, dan Pihak Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan
penyempurnaan pada daerah kerja (site), sehingga kondisinya sama dengan keadaan
sebelum Pekerjaan dimulai.
Pasal 6
PEKERJAAN PERSIAPAN
6.1 Kontraktor harus membuat dan memasang identitas proyek yang isinya sesuai dengan petunjuk
direksi dilapangan.
6.2 Laporan Harian, Mingguan dan Pemotretan.
Kontraktor diwajibkan membuat dan menyampaikan laporan dalam rangkap empat.
6.3.1 Laporan Harian
Adalah laporan yang diisi hari demi hari kerja yang memuat perincian tentang :
Kapasitas / banyaknya tenaga kerja
Pemasukan bahan bangunan
Kegiatan pelaksanaan pada hari ini
Catatan kejadian lainnya (curah hujan dan lain-lain)
Catatan maupun peringatan dari Pengawas
6.3.2 Laporan Mingguan
Adalah laporan berkala mingguan yang berisikan garis-garis besar dari apa saja yang telah
dicamtupengawasan dalam laporan harian, misal jumlah atau persentasi pekerjaan yang telah
dikerjakan maupun rencana kerja minggu berikutnya.
Laporan Mingguan dibuat oleh Kontraktor dengan persetujuan Pengawas. Laporan berkala bulanan
dibuat oleh Pengawas yang ditujukan untuk Pemberi Tugas.
Untuk melengkapi laporan maupun dokumentasi secara visual, maka Kontraktor harus
mengadakan pemotretan bagian-bagian pekerjaan / bangunan yang sedang dalam pelaksanaan.
Kuantitas dan arah pemotretan serat berapa set foto tersebut harus dicetak (minimal 5 set)
ditentukan kemudian berdasarkan kebutuhan maupun tahapan pada angsuran pembayaran. Foto /
gambar harus dicetak di atas kertas bromida mengkilap dan berwarna ukuran 3 R.
6.3 Rencana Kerja
a. Kontraktor harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan dengan Network Planning /
Barchart paling lambat 7 (tujuh) hari setelah SPK (Surat Perintah Kerja), untuk mendapat
persetujuan Pengawas dan Pengguna Anggaran.
b. Rencana Kerja yang telah disetujui Pengawas harus dipasang di Kantor Lapangan dan menjadi
rencana kerja yang resmi dan mengikat yang akan dipakai oleh Pengawas sebagai dasar untuk
menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterlambatan prestasi pekerjaan
Kontraktor.
6.4 Gudang Bahan, Perancah & Direksi Keet.
a. Pada pokoknya Kontraktor harus mengusahakan agar semua bahan bangunan, peralatan dan
perlengkapan lainnya yang telah berada di lapangan disimpan dan terlindung dari kerusakan
dan kehilangan, karena hal tersebut akan menjadi resiko Kontraktor sendiri.
b. Steigers (perancah) untuk keperluan pelaksanaan harus cukup kuat dan aman agar tidak
sampai terjadi kecelakaan dalam pelaksanaan.
c. Kantor Direksi Lapangan beserta perlengkapannya disewakan oleh Kontraktor dalam keadaan
baik, digunakan sampai dengan selesainya pembangunan, sebelum Serah Terima Pertama
Pekerjaan sudah harus diangkut keluar lokasi pekerjaan oleh Kontraktror. Seluruh biaya
perawatan dan operasionalnya menjadi tanggungan Kontraktor.
d. Kantor Direksi Lapangan dibuat dengan syarat :
Kantor Direksi 9 m2
Pasal 7
MATERIAL DAN PENYIMPANAN
Pasal 8
PEKERJAAN GALIAN TANAH
8.1 Umum
8.1.1 Uraian
8.1.5.2 Daerah dimana telah tergali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus diurug
kembali dengan timbunan pilihan seperti yang diperintahkan Konsultan
Pengawas.
8.1.6 Utilitas di Bawah Tanah
8.1.6.1 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi yang ada
tentang adanya serta lokasi dari utilitas bawah tanah
8.1.6.2 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjaga setiap saluran yang masih
berfungsi dari pipa, kabel atau jalur lainnya atau struktur yang dijumpai dan
memperbaiki setiap kerusakan yang timbul oleh operasinya.
8.1.7 Penggunaan dan Pembuangan Material Galian
8.1.7.1 Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan
proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau urugan kembali.
8.1.7.2 Matenal galian yang mengandung tanah organis tinggi, peat, sejumlah besar akar
atau benda tetumbuhan lain dan tanah yang kompresif yang menurut pendapat
Konsultan Pengawas akan menyulitkan pemadatan dari material pelapisan atau
yang mengakibatkan terjadi kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki,
harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam
pekerjaan permanen.
8.2 Prosedur Penggalian
8.2.1 Prosedur Umum
8.2.1.1 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas dan harus
mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, pondasi, batu bata, batu beton, tembok.
8.2.1.2 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
8.2.1.3 Dimana material yang terbuka dalam keadaan lepas atau tanah gambut atau
material lainnya yang tak memenuhi dalam pendapat Konsultan Pengawas, maka
material tersebut harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang dan
diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan
Konsultan Pengawas
Pasal 9
URUGAN / TIMBUNAN TANAH
9.1 Umum
9.1.1 Uraian
10.1.1.1 Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan.
Pasal 10
PEKERJAAN BETON
10.1 Umum
10.1.1 Uraian
10.1.1.1 Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan
seluruh struktur beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai
dengan persyaratan dan sesuai dengan garis elevasi, ketinggian, dan dimensi
yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh
Konsultan Pengawas.
10.1.1.2 Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan
beton akan di tempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang
harus dibongkar, galian pondasi, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi,
pengadaan penutup beton, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling
struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
10.1.1.3 Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam kontrak haruslah menggunakan mutu beton K.225 untuk
pekerjaan Struktur utama dan K.175 untuk pekerjaan kolom praktis dan balok
lintel.
10.1.1.4 Syarat dari PBI tahun 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini.
Mutu dari material yang dikirim dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil
akhir harus dimonitor dan dikendalikan seperti yang disyaratkan.
10.3.1 Toleransi
Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca yang
kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang dinaikkan yang ditutup dengan lapis
selubung plastik.
10.3.4 Kondisi tempat kerja
Kontraktor harus menjaga temperatur dari seluruh material, khususnya agregat kasar,
pada tingkat yang serendah mungkin dan harus menjaga temperatur dari beton di bawah
30°C sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, kontraktor tidak boleh melakukan
pengecoran bila :
10.1.6.1 Tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam
10.1.6.2 Diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Konsultan Pengawas, selama
periode hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
10.3.5 Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan :
10.1.7.1 Perbaikan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan atau yang memiliki hasil akhir permukaan yang tidak
memuaskan, atau yang tidak memenuhi kebutuhan syarat campuran yang
dipersyaratkan, meliputi :
Perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa pekerjaan;
Tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari hasil pengujian
ternyata gagal;
10.2.1.1 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah tipe semen portland
yang memenuhi AASHTO M 85, campuran yang mengandung gelembung
udara tidak boleh digunakan.
10.2.1.2 Terkecuali diijinkan oleli Konsultan Pengawas, hanya satu produk merk yang
dapat digunakan di dalam proyek.
10.3.7 Air
Air yang digunakan dalam campuran dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari benda yang mengganggu seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organis. Air akan diuji sesuai dengan dan harus memenuhi kriteria dari AASHTO T
26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
10.3.8 Syarat-syarat gradasi agregat
10.2.3.1 Gradasi kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang diberikan dalam
Tabel tetapi material yang tidak memenuhi syarat-syarat gradasi tersebut
tidak perlu ditolak bila kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian
bahwa beton tersebut memenuhi sifat campuran yang dibutuhkan.
10.2.3.2 Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih dari 3/4 dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara
tulangan baja dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya.
10.2.3.3 Sifat agregat
Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari pengayakan
dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
Proporsi material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metoda
yang disyaratkan dalam PBl
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan dengan
membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Konsultan
10.3.3.1 Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan Slump yang dibutuhkan
10.3.3.2 Beton yang tidak memenuhi persyaratan "slump" umumnya tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Konsultan Pengawas dalam
beberapa hal menyetujui penggunannya secara terbatas dari sedikit jumlah
beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah
dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa sehingga beton
dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau menahan udara atau
buih air dan sedemikian rupa sehingga pada pembongkaran akan
menghasilkan permukaan yang merata, halus dan padat.
10.3.3.3 Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah nilai yang
disyaratkan, kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan dan sampai telah
diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton memenuhi
persyaratan secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28
hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan harus
diperbaiki
10.3.3.4 Konsultan Pengawas dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran berdasarkan hasil test kuat tekan 3 hari, dalam
keadaan demikian, kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton
yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian 7
hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut
Konsultan Pengawas akan menelaah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari,
dan segera memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang
dipandang perlu.
10.3.3.5 Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan
pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, terkecuali kontraktor dan
Konsultan Pengawas keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.
berdasarkan pengujian kuat tekan yang telah menghasilkan kuat tekan yang
memadai.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambahkan
air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk
meningkatkan sifat mudah dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
10.3.4.2 Penyesuaian kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas.
10.3.4.3 Penyesuaian untuk material baru
Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material yang
disyaratkan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas dan
tidak boleh ada material baru yang boleh digunakan sampai Konsultan
Pengawas menerima material tersebut secara tertulis dan menetapkan
proporsi baru yang didasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru
yang dilakukan oleh Kontraktor.
10.3.4.4 Pengukuran Agregat
10.3.4.4.1 Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kantongan, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan
satu atau kebulatan dari jumlah kantung semen.
10.3.4.4.2 Agregat harus diukur secara terpisah beratnya. Ukuran masing-
masing takaran tidak boleh melebihi seluruh penakaran,
agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh
kering permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan
agregat dengan air.
10.3.4.5 Pencampuran
10.3.4.5.1 Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara
mekanikal dari tipe dan ukuran yang disetujui dan yang akan
menjamin distribusi yang rnerata dari material.
10.3.4.5.2 Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup
dan peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air
yang digunakan secara teliti dalam masing-masing penakaran.
10.3.4.5.3 Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan
semen yang telah ditakar, dan selanjutnya pencampuran
dimulai sebelum air ditambahkan.
10.3.4.5.4 Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai
dimasukkan ke dalam campuran material kering. Seluruh air
10.4 Pengecoran
10.4.1 Penyiapan tempat kerja
10.4.1.1 Kontraktor harus membongkar, struktur yang ada yang akan diganti dengan
pekerjaan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru
10.4.1.2 Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam Gambar, dan harus
membersihkan dan menggaru tempat yang cukup disekeliling dari pekerjaan
beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan juga perlu untuk menjamin
bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
10.4.1.3 Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh di cor di atas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau dalam air.
10.4.1.4 Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran) harus
sudah di tempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu
pengecoran.
10.4.2 Cetakan
10.4.2.1 Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Konsultan Pengawas, harus dibentuk
dengan galian, dan sisi serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai
ukuran yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
10.4.2.2 Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap
terhadap aduk dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
10.4.2.3 Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal
yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak. Cetakan
harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
10.4.2.4 Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.
10.4.3 Pelaksanaan pengecoran
10.4.3.1 Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari 24 jam.
Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan, kelas
dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan seperti
yang direncanakan. Kontraktor tidak boieh melaksanakan pengecoran beton
tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas untuk memulai.
10.4.3.2 Tidak bertentangan dengan pengeluaran atau persetujuan untuk memulai,
tidak ada beton yang boleh dicor bila Konsultan Pengawas atau wakilnya
tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
10.4.3.3 Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau disebelah
dalamnya dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan membekas.
10.4.3.4 Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir
dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas berdasarkan atas pengamatan sifat-sifat
mengerasnya semen yang digunakan.
10.4.3.5 Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
10.4.3.6 Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan)
partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan
sedekat mungkin ke tempat pengecoran
10.4.3.7 Bila dicor ke dalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan
yang rapat, beton harus dicor dalam lapis-lapis horizontal yang tidak lebih
dari 15 cm tebalnya.
10.4.3.8 Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton
yang telah berada di tempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
beton segar.
10.4.3.9 Air tidak diperbolehkan dialirkan ke atas atau dinaikkan kepermukaan
pekerjaan beton dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pengecoran.
10.4.4 Sambungan Konstruksi
10.4.4.1 Jadwal pembetonan harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara lengkap dan
Konsultan Pengawas harus menyetujui lokasi dari sambungan konstruksi
pada jadwal tersebut, atau harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
10.4.4.2 Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian sehingga membuat struktur tetap monolit.
10.4.4.3 Kontraktor harus menyediakan tambahan buruh dan material sebagaimana
diperlukan untuk membuat tambahan sambungan konstruksi dalam hal
penghentian pekerjaan yang tidak direncanakan dari pekerjaan yang
disebabkan oleh hujan atau macetnya pengadaan beton atau penghentian oleh
Konsultan Pengawas
10.4.5 Konsolidasi
10.4.5.1 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam
atau dari luar yang telah disetujui. Bila diperlukan, dan apabila disetujui oleh
Konsultan Pengawas, penggetaran harus ditambah dengan penusukan batang
penusuk dengan tangan dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan
yang tepat dan memadai. Penggetar tak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton dari satu titik ke titik lain dalam cetakan.
10.4.5.2 Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan diantara dan disekitar besi tulangan benar-benar diisi
tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan
gelembung udara terisi.
10.4.5.3 Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan segregasi (pemisahan) dari
agregat.
10.4.5.4 Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan
tegak ke dalam beton basah supaya tembus kedasar beton yang baru dicor,
dan menghasilkan kepadatan pada seluruh ke dalaman seksi itu. Alat
penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar harus tidak berada
lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak boleh digunakan untuk menggeser
campuran beton kelokasi lain dan tidak boleh menyentuh tulangan beton.
10.5 Pekerjaan Akhir
10.5.1 Pembongkaran kerangka cetakan
10.5.1.1 Cetakan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
langsung dan struktur yang serupa lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, atau
lengkung, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 60% dari kekuatan rancangan dari beton telah dicapai.
10.5.2 Permukaan pengerjaan akhir biasa
10.5.2.1 Terkecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran cetakan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
digunakan untuk memegang cetakan di tempat, dan cetakan yang melewati
struktur beton, harus dibuang atau dipotong ke sebelah dalam paling sedikit
2.5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan dan ketidak rataan beton lainnya
yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
10.5.2.2 Direksi Teknik harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
cetakan dan dapat memerintahkan penambalan ketidak sempurnaan kecil
yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lainnya dari pekerjaan
beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan
dengan aduk.
10.5.3 Permukaan (Pekerjaan akhir khusus)
Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya atau seperti yang
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas
10.5.3.1 Permukaan yang tidak horizontal yang tampak telah ditambal atau yang kasar
harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit
adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
dalam takaran yang digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus
dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan, ketidak rataan, tonjolan
menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan permukaan yang merata telah
diperoleh.
10.5.4 Perawatan
10.5.4.1 Sejak permulaan segera setelah pengecoran. Beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis.
Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban yang minimal dan
dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu perioda waktu yang
disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan
betonnya.
10.5.4.2 Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti
memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk perioda
paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton
harus cukup diberati atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan
terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan tersebut
harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan beton.
Pasal 11
BAJA TULANGAN UNTUK BETON
11.1 Umum
11.1.1 Uraian
Pekerjaan itu harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
spesifikasi dan Gambar, serta Buku Pegangan Standart praktis untuk detail struktur beton
bertulang, Institut Beton Amerika Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir, dan
juga kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold drawn steel wire) untuk
tulangan beton.
11.1.2 Standar rujukan
A.C.I 315 Buku pegangan standar praktis untuk detail struktur beton
bertulang, Institut Beton Amerika
AASHTO M31-77 Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir
11.1.3 Toleransi
11.1.3.1 Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti yang disyaratkan dalam ACI
315.
11.1.3.2 Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar dari baja tulangan sesuai dengan gambar
11.1.4 Penyimpanan dan Penanganan
11.1.4.1 Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi label,
dan ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran, panjang batang
dan informasi lainnya
11.1.4.2 Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian
untuk mencegah pengotoran, korosi, atau kerusakan.
11.1.5 Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari pekerjaan yang tak memuaskan
11.1.5.1 Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan :
Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315
Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukan pada gambar atau gambar
kerja akhir
Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau
oleh sebab lain.
11.1.5.2 Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan. Barang yang telah
dibengkokan tidak boleh dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas. Pembengkokan kembali dari batang harus
dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Konsultan
Pengawas. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan kembali
lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada
pekerjaan. Kekeliruan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan
kembali, atau bila pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Konsultan
Pengawas, harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan batang yang
baru yang dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang disyaratkan.
11.1.5.3 Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan
pambengkokan tulangan, dan harus menyediakan stok yang cukup dari batang
lurus di tempat, untuk pembengkokan yang dibutuhkan dan untuk
memperbaiki kekeliruan atau penggantian.
11.1.6 Penggantian ukuran tulang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan
oleh Konsultan Pengawas.
11.2 Material
11.2.1 Baja tulangan
Baja tulangan harus baja polos atau berulir mutu U-24.
11.2.2 Pengikat untuk tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja
11.3.2.5 Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang
menumpang haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan
kait pada ujungnya.
11.3.2.6 Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam
gambar atau secara khusus diijinkan oleh Konsultan Pengawas secara tertulis.
Bila Direksi menyetujui pengelasan dan penyambung, maka sambungan
dalam hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus penuh. Pendinginan
benda las dengan air tidak diijinkan.
11.3.2.7 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton
sehingga tidak akan tampak dari luar.
Pasal 12
ADUKAN SEMEN
12.1 Umum
12.1.1 Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan dan pemasangan adukan untuk penggunaan
dalam beberapa pekerjaan dan sebagai pekerjaan akhir permukaan pada pasangan batu
atau struktur lain sesuai dengan spesifikasi ini.
12.1.1.1 Standar rujukan
AASHTO M 45 – 70 Agregat untuk adukan pasangan
AASHTO M 85 – 75 Semen portland
ASTM C476 Adukan dan Bahan pengisi untuk penguatan
pasangan
12.2 Material Campuran
12.2.1 Material
12.2.1.1 Semen harus memenuhi persyaratan dalam AASHTO M 85
12.2.1.2 Agregat halus harus memenuhi persyaratan dalam AASHTO M 45
12.2.2 Campuran
12.2.2.1 Adukan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus terdiri dari semen dan
pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang telah ditentugan dalam
Gambar kerja. Adukan yang disiapkan harus memiliki kuat tekan yang
memenuhi persyaratan yang diperlukan.
12.2.2.2 Adukan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28
hari.
12.3 Pencampuran dan pemasangan
12.3.1 Pencampuran
12.3.1.1 Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kolak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, hingga campuran telah
berwarna merata, baru setelah itu air dimasukan dan pencampuran
dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian
sehingga menghasilkan aduk dengan konsistensi (kekentalan) yang
diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70% dari berat semen yang digunakan
12.3.1.2 Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan
langsung. Jika perlu adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30
menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu
tersebut, tidak diperbolehkan.
12.3.1.3 Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus
dibuang.
12.3.2 Pemasangan
12.3.2.1 Permukaan yang akan menerima adukan harus dibersihkan dari oli atau
lempung dan kotoran lainnya dan secara menyeluruh telah dibasahi sebelum
adukan dipasang. Air yang menggenang pada permukaan harus dikeringkan
sebelum penempatan adukan.
12.3.2.2 Bila digunakan sebagai lapis permukaan, adukan harus dipasang pada
permukaan bersih yang lembab dengan jumlah yang cukup untuk
menghasilkan tebal minimum 1.5 cm dan harus dibentuk menjadi permukaan
yang halus dan rata.
Pasal 13
PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN
13.1 Umum
13.1.1 Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukkan pada gambar.
Pekerjaan harus meliputi pengadaan seluruh material, galian, penyiapan pondasi dan
seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi
ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
13.1.2 Pasangan batu ini digunakan untuk konstruksi pondasi batu kali.
13.2 Material
13.2.1 Batu
13.2.1.1 Batu harus bersih, keras, tanpa alur atau retak dan harus dari macam yang
diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah.
13.2.1.2 Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat di tempatkan saling
megunci bila dipasang bersama.
13.2.2 Adukan
Adukan harus merupakan campuran antara semen dengan pasir
Pasal 14
PEKERJAAN PONDASI
Pekerjaan pondasi ini meliputi pekerjaan pondasi footplat dan batu kali.
14.1 Pekerjaan pondasi batu kali yang dimaksud adalah meliputi :
Pekerjaan pondasi batu kali untuk KM/WC adukan 1 : 5
14.2 Pekerjaan pondasi foot plat yang dimaksud adalah meliputi :
Footplat untuk kolom utama dan footplat untuk kolom selasar.
Beton K -225 adalah beton yang dipakai untuk semua footplat.
14.3 Pada muka pondasi dan kolom-kolom beton bertulang harus dipasang stek-stek tulang yang
besarnya sama dengan diameter tulangan kolom tersebut, stek-stek tersebut harus ditanam dalam
pondasi minimal 30 cm.
14.4 Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, kontraktor harus menyesuaikan
kedalamannya sesuai dengan gambar kerja.
14.5 Pelaksanaan pemasangan pondasi footplat harus dibuat sesuai dengan ukuran yang tertera pada
gambar dan dipasang profile melintang dari kaso/bambu antara sudut-sudutnya agar dapat
menghasilkan jalur-jalur yang betul-betul lurus dan siku.
14.6 Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
Pasal 15
PEKERJAAN PASANGAN BATA
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40
cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas kusen harus
dibuat balok latei 10/10. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah
vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk
4. Perawatan dan Perlindungan.
Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 hari setelah
didirikan.
Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu – waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan
dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi celah.
Pasal 16
PEKERJAAN PLESTERAN
16.1 Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh, agar adukan dapat
melekat dengan baik.
16.2 Untuk pekerjaan plesteran dinding bata hebel dipergunakan adukan 1 pc : 5 ps, sedangkan untuk
plesteran dinding trasraam 1 pc : 2 ps.
16.3 Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 2 ps, setelah dipermukaan beton yang akan diplester
dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
16.4 Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya rata, tegak
lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan permukaannya dengan digosok
sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaanya
pemborong harus menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
16.5 Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
PASAL 17
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA RINGAN
1. Umum.
1.1 Pasal ini mengatur pelaksanaan pekerjaan baja berikut segala peralatan pendukung yang
dibutuhkan seperti tercantum dalam gambar struktur dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari spesifikasi lainnya.
1.2 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman untuk pekerjaan ini
dan harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS. Kontraktor harus mempunyai tenaga ahli
yang berpengalaman sehingga dapat mengatasi seluruh masalah lapangan dengan cepat dan
benar.
1.3 Kontraktor harus melampirkan struktur organisasi dan membuat surat pernyataan yang
menjamin bahwa personil yang diajukan akan berada di lokasi proyek selama pekerjaan
berlangsung.
1.4 Kontraktor harus melampirkan metode pelaksanaan serta alat-alat yang akan digunakan
dalam proyek ini dengan memperhatikan urutan dan kecepatan pekerjaan.
1.5 Kontraktor wajib menyediakan peralatan tersebut di lokasi pekerjaan tepat pada waktunya
sehingga tidak menghambat pekerjaan lainnya.
2. Lingkup Pekerjaan
2.1. Tenaga kerja, material dan peralatan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan konstruksi baja termasuk penyediaan tenaga kerja,
pengadaan bahan-bahan baik bahan dasar maupun bahan penyambung, peralatan baja dan alat-
alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan aman.
2.2. Pengukuran lapangan.
Pekerjaan pengukuran yang mencakup kondisi lapangan yang ada, seperti hasil pekerjaan beton
yang sudah dilaksanakan, maupun segala penyimpangan yang terjadi, sehingga dalam gambar
kerja diperlukan penyesuaian.
2.3. Tenaga ahli.
Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman di lokasi pekerjaan, sehingga
dapat menyelesaikan segala masalah yang timbul di lapangan secara cepat dan benar.
2.4. Gambar kerja/ shop drawings.
Kontraktor harus membuat gambar kerja secara ditail, sebelum pekerjaan dimulai, termasuk
penyesuaian dengan kondisi lapangan sampai mendapatkan persetujuan dari Konsultan
PENGAWAS.
2.5. Gambar terlaksana/ As built drawings.
Setelah pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor wajib membuat gambar terlaksana sesuai dengan
struktur yang dilaksanakan, dan diserahkan kepada Pemberi Tugas sesuai dengan kontrak.
3. Persyaratan material rangka atap
1. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties) :
a. Baja mutu tinggi G550
b. Tegangan leleh minimum (Minimum Yield Strength) 550 MPa
c. Modulus elastisitas 21 x 105 MPa
d. Modulus geser 8 x 104 MPa
2. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating)
Lapisan pelindung seng dan aluminium tangguh ex. sample PT. BlueScope Steel Indonesia dengan
komposisi sebagai berikut :
a. 55% Aluminium (Al)
b. 43,5 % Seng (Zinc)
c. 1,5 % Silicon (Si)
c. Permukaan ring balok beton sudah rata dan elevasi sesuai desain.
d. Dalam proses ereksi rangka atap harus diperhatikan support sementara untuk menjaga stabilitas
rangka atap setelah dipasang. Support sementara ini tidak boleh dilepas sebelum rangka kuda-kuda
dinyatakan cukup kuat oleh tenaga ahli dari pabrik.
e. Jarak antar kuda-kuda adalah ± 1,2 m.
f. Jika diperlukan pemotongan material maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
- Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang sesuai, alat
potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
- Alat potong harus dalam kondisi baik.
- Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
- Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
7. Persyaratan Tenaga Pemasang
Komponen baja ringan harus dikerjakan oleh tenaga pemasang yang terlatih serta mampu memahami
gambar kerja dan sudah mendapatkan pengakuan dari pabrik.
8. Uji material
8.1 Contoh Material.
Kontraktor wajib menyediakan contoh material (baja, baut dan lain lain) untuk diuji pada
laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Segala biaya pengujian harus
termasuk di dalam penawaran yang diajukan.
9. Syarat-syarat Pelaksanaan
9.1 Gambar kerja/ shop drawing.
Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan
dan menyerahkan gambar kerja untuk diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas. Bilamana
disetujui, Kontraktor dapat mulai pekerjaan fabrikasinya. Pemeriksaan dan persetujuan
Konsultan Pengawas atas gambar kerja tersebut hanya menyangkut segi kekuatan struktur
saja seperti :
1. Ukuran/dimensi profil, ketebalan plat-plat, ukuran/jumlah baut/las, tebal pengelasan.
Ketepatan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi dari elemen-elemen
konstruksi baja yang berhubungan dengan pengangkutan menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Dengan kata lain walaupun semua gambar kerja telah disetujui Konsultan
Pengawas, tidaklah berarti mengurangi atau membebaskan Kontraktor dari tanggung
jawab ketidak tepatan serta kemudahan dalam erection elemen-elemen konstruksi baja.
2. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
3. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan untuk
keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.
10. Anti Lendut
Secara umum konstruksi baja harus difabrikasi dengan memperhatikan anti lendut khususnya untuk
kuda-kuda dan kantilever. Besarnya anti lendut adalah minimum sama dengan besarnya lendutan
akibat beban mati. Besarnya anti lendut tersebut dapat dilihat pada gambar atau jika tidak disebutkan
secara khusus besarnya adalah sebesar 1/350 kali bentang.
Pasal 18
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
18.1 Perkerjaan penutup yang dimaksud adalah pemasangan atap genteng bitumen ex. sample
onduvilla / setara ukuran 40x106 t=3mm warna pabrik dan nok genteng bitumen warna dan
pemasangan dilakukan dengan kemiringan atap sesuai dengan gambar.
Dalam pemasangannya harus diperhatikan benar-benar dan dipasang sedemikian rupa agar jangan
sampai terlihat bergelombang dan alurnya tidak lurus, yang mengakibatkan kelihatan tidak
estetika.
18.2 Bahan penutup atap yang digunakan harus dalam kondisi baru dan tidak rusak permukaannya atau
cacat-cacat lainnya.
18.3 Kontraktor harus memberikan contoh bahan, brosur serta data teknis kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
18.4 Penyimpanan semua bahan atap harus memperhatikan cara-cara sedemikian rupa sehingga bahan
atap terhindar dari lecet, retak, tertekuk selama penyimpanan.
18.5 Kontraktor harus menyerahkan shop drawing kepada Pengawas untuk persetujuan tertulis bagi
pemasangan.
18.6 Sebelum pemasangan penutup atap semua pekerjaan yang mendahuluinya telah disetujui oleh
Pengawas, diantaranya rangka atap, pekerjaan gording dan lain-lain.
18.7 Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas
Pasal 19
PEKERJAAN PLAFOND
19.1 Untuk pekerjaan plafond yang dimaksud adalah pekerjaan pemasangan rangka plafond, plafond
PVC Ex. Sample Shunda Plafond / setara.
19.2 Material rangka plafond yang digunakan adalah rangka hollow 40x40 dan 20x40 dengan ketebalan
1,2 mm.
19.3 Pemasangan rangka plafond harus rata sehingga tidak menimbulkan permukaan plafond menjadi
bergelombang dan mengganggu estetika.
19.4 Material plafond yang digunakan adalah PVC tebal 8 mm tipe warna white doff atau sesuai
permintaan Owner dan dalam kondisi baik. Bila diperlukan kontraktor diminta menyerahkan
contoh material atau brosur dan spesifikasi teknis plafond PVC yang akan dipergunakan.
Pasal 20
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI
17.1 Bahan-bahan
Untuk lantai semua ruangan dan teras dipergunakan jenis homogeneous tile ukuran 60x60 cm
warna Ex. sample GRANITO, GARUDA, atau INDOGRESS tipe Polish, untuk lantai KM/WC
dipergunakan homogenous tile ukuran 60x60 cm tipe unpolish/anti slip warna ex. sample
GRANITO, GARUDA, atau INDOGRESS dan dinding KM/WC dipergunakan ukuran 30 x 60 cm
warna tipe unpolish. Warna dan Motif sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
17.2 Cara pelaksanaan
Sebelum pemasangan lantai keramik di lantai dasar dimulai, kontraktor wajib memeriksa lapisan
dasarnya terutama pemadatan tanah serta pembuatan lantai beton tumbuk 1 : 3 : 5 tebal 5 cm.
Untuk semua pasangan lantai menggunakan adukan 1 pc : 4 ps kecuali untuk ruang dan dinding
KM/WC menggunakan adukan 1 pc : 3 ps.
Pada saat penyerahan pertama pekerjaan semua permukaan lantai dalam keadaan bersih dari
kotoran yang menempel pada muka lantai.
17.3 Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas
Pasal 21
PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA
5. Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar
termasuk bentuk dan ukurannya.
6. Kusen Alumunium eksterior memiliki ketahanan terhadap air/kebocoran air, tidak terlihat
kebocoran signifikan (air masuk ke dalam interior bangunan).
18.3 Accessories.
1. Sekrup dari galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat alat penggantung
yang dihubungkan dengan Alumunium harus ditutup caulking dan sealant.
2. Sealant yang dipergunakan adalah semutu Dow Corning atau setara.
3. Angkur-angkur untuk rangka / kusen Alumunium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan
lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak dapat bergerak / bergeser.
18.4 Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum memulai pelaksanaan kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan kondisi di
lapangan, terutama ukuran dan peil lubang bukaan dinding. Kontraktor diwajibkan membuat
contoh jadi (mock up) untuk semua detail sambungan yang berhubungan dengan sistem
konstruksi bahan lain dan dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Perencana.
2. Proses fabrikasi harus sudah berjalan dan siap lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan dimulai.
Proses ini harus didahului dengan pembuatan shop drawing atas petunjuk Perencana, meliputi
gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk, ukuran. Kontraktor juga diwajibkan untuk
membuat perhitungan-perhitungan yang mendasari sistem dan dimensi terpasang, sehingga
memenuhi persyaratan yang diminta/ berlaku. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
kehandalan pekerjaan ini.
3. Semua frame / kusen baik untuk jendela, pintu dan dinding partisi, dikerjakan secara fabrikasi
dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan
harus cocok.
5. Angkur-angkur untuk rangka / kusen Alumunium terbuat dari steel plate setebal 2 - 3 mm dan
ditempatkan pada interval 600 mm.
6. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat, sedemikian rupa
sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air. Celah antara kaca dan sistem kusen
Alumunium harus ditutup oleh sealant.
7. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant jenis Ultra
Violet supaya kedap air dan suara.
18.5 Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
Berkaitan dengan dinding partisi termasuk didalamnya alat bantu, tenaga, bahan-bahan
dan perlengkapan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan tersebut sebagaimana
ditunjukan dalam gambar dan spesifikasi teknis.
18.6.2 PERSYARATAN BAHAN
a) Rangka :
Rangka dari kayu kamper oven ukuran 3/12 cm, Rangka r e l horizontal atas dan
bawah dari metal runner berbahan steel galvanized, berupa profil kanal C (C-
Channal).
b) Tinggi maksimal pintu partisi adalah 2,6 m dengan penggantung bagian atas diberi
balok penggantung ukuran 15/30.
c) Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, Perencana dan
Pemberi Tugas.
18.6.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari
bentuk, pola lay-out / penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail
sesuai gambar. Juga terlebih dahulu harus memeriksa untuk dikoordinasikan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan partisi.
b. multiplek yang dipasang adalah multiplek yang telah dipilih dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal
atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Sebelum pemasangan metal runner, dibuat tanda/marking terlebih dahulu di atas
bidang lantai sesuai gambar rencana dan diajukan untuk diperiksa terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas dan Perencana.
d. Modul pintu antar pintu partisi adalah setiap berjarak per as = 50 cm.
e. Rangka besi hollow dan metal runner harus siku, tegak, kaku dan kuat, kecuali
bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
f. Setelah panel pintu terpasang, bidang permukaan partisi harus rata, lurus dan siku,
dan antara unit-unit pintu tidak terlihat HPL bergelombang dan sambungan. Kecuali
bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring atau
melengkung sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
Untuk menguji kesikuan/kerataan bidang partisi, dilakukan dengan menggunakan waterpas khusus, dan
diperiksa bersama-sama Konsultan Pengawas.
Pasal 22
PEKERJAAN PENGECATAN
19.1 Bahan-bahan
19.1.1 Cat dinding dan kolom yang digunakan adalah ex. sample Jotun, vinilex / catylac.
19.1.2 Cat plafond yang digunakan adalah ex. sample Jotun, vinilex / catylac.
19.1.3 Cat besi yang digunakan adalah ex. sample Avian / Nippon paint.
Permukaan yang akan dicat terlebih dahulu harus dibersihkan dan digosok dengan
ampelas dinding atau kain yang basah kemudian dinding diplamur dengan menggunakan
plamur tembok yang berkualitas baik dan setelah kering baru digosok dan diampleas
halus sehingga permukaan menjadi licin dan rata, kemudian baru dilabur dengan cat
dinding, paling sedikit 2 kali dengan rool yang lebarnya minimal 25 cm. Begitupun untuk
mengecat kolom-kolom beton dan asbes, digunakan dengan cara tersebut di atas.
19.2.2 Permukaan kayu yang akan dicat terlebih dahulu harus dibersihkan dari kotoran-kotoran
yang melekat pada kayu, kusen pintu/jendela/bouventlight, lisplank dan sebagainya. Pada
bagian kayu yang berlubang harus diberi dempul kayu dan setelah kering baru diamplas
hingga rata dan halus, selanjutnya dicat dasar dan dicat 2 kali.
19.3 Pelaksanaan pekerjaan pengecatan selain dengan cara tersebut di atas, harus sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
19.4 Warna cat untuk dinding, plafond, kusen pintu/jendela, daun pintu/jendela maupun papan lisplang
harus dikonsultasikan dengan Pemimpin Pelaksana.
19.5 Kontraktor harus memberikan contoh cat, brosur serta data teknis kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
19.6 Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
Pasal 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN ARMATURE
Komponen panel induk dan pembagi terbuat dari besi plat tebal 2 mm dengan finishing
dicat anti bakar, dan komponen yang dipakai adalah type Motor Circuit Bracker (MCB)
dipasang didepan yang mana menghubungkan arus dari Gardu induk kesemua box
pemisah arus. Sistem distribusi kabel disesuaikan dengan gambar perencanaan.
Saklar engkel atau double dan stop kontak semutu merk broco. Kabel-kabel instalasi
didalam ruangan dipakai jenis kabel NYM 3 x 2,5 mm untuk stop kontak, saklar,
sedangkan NYM 3 x 2,5 mm untuk titik lampu. Kabel yang digunakan kualitas ex. sample
Supreme / Kabelindo.
Pemasangan titik lampu, saklar dan stop kontak ex. Sample brocco, panasonic, atau
clipsal
Tinggi saklar dan stop kontak ditentukan 1,50 m dari permukaan lantai setempat. Tiap-
tiap stop kontak harus diberi penghantar tanah.
Pemasangan titik lampu/armatur dari jenis lampu yang telah ditentukan dan dipasang
sesuai dengan jumlah yang tertera dalam gambar.
Sistem pentanahan atau grounding terdiri dari kawat BC 16 mm, kawat tersebut
dimasukkan kedalam pipa besi galvanis diameter 1” atau sesuai dengan petunjuk PLN
setempat dengan kedalaman 3 m atau sampai tercapai sistem pentanahan.
Kontraktor harus memberikan contoh cat, brosur serta data teknis kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
Sebelum seluruh pekerjaan listrik diserahkan harus diadakan uji coba terlebih dahulu dan
disaksikan oleh Konsultan Pengawas atas uji coba tersebut.
PASAL 24
PEKERJAAN SANITARY FIXTURE
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu untuk melaksanakan
pekerjaan ini sehingga didapat hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pemasangan alat-alat sanitary pada ruang-
ruang yang tercantum dalam Gambar Kerja.
2. Persyaratan Bahan
a Pemasangan sanitary adalah lengkap dengan accessories seperti standard pabrik sampai dapat
berfungsi dengan sempurna.
b. Closet jongkok dengan kran flushing : ex. Sample TOTO, WASSER atau AMERICAN
STANDARD
c. Floor drain, Type : stainless steel
d. Kran, Type : sesuai gambar kerja
e. Wash Sink, Type : sesuai gambar kerja
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati, rapi dan tidak ada percikan kotoran,
seperti adukan semen pada alat-alat tersebut.
b. Apabila fixture tersebut dilengkapi dengan peralatan pelindung terhadap tekanan
balik/pelepas vacuum atmosfir, maka pekerjaan tersebut harus dilakukan.
c. Apabila fixtures tersebut dilengkapi dengan plastik pelindung oleh pabrik, maka
pelindung tersebut baru boleh dibuka pada saat penyerahan pekerjaan dilakukan.
d. Penyedia Jasa harus melengkapi fixtures tersebut dengan leher angsa hanya jika fixtures
tersebut belum memiliki leher angsa built in.
e. Seal-seal untuk mengatasi kebocoran, klos-klos penguat dudukan termasuk untuk
kesempurnaan dan berfungsinya peralatan ini.
Pasal 25
PENYERAHAN PEKERJAAN
22.1 Kontraktor harus menyelesaikan semua bagian pekerjaan yang tertera dalam kontrak, Gambar-
gambar dan Syarat-syarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ataupun perubahan yang terdapat
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), sehingga pekerjaan dapat diterima dengan
baik oleh Konsultan Pengawas dan Pihak Pemimpin Proyek.
22.2 Pada saat pekerjaan akan diserah-terimakan untuk pertama kalinya (Provisional Hand Over - PHO),
Kontraktor harus menyerahkan :
Gambar-gambar yang sebenarnya (As Built Drawings) yang telah disetujui.
Gambar instalasi listrik yang sebenarnya.
Foto-foto pelaksanaan pekerjaan.
22.3 Bersama-sama dengan Konsultan Pengawas, kontraktor harus meneliti, mencatat dan menyetujui,
bagian-bagian pekerjaan yang belum sempurna, untuk dibuatkan daftar (Check List) pekerjaan-
pekerjaan yang akan diperbaiki dalam masa pemeliharaan.