Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia termasuk negara sedang berkembang, permasalahan yang ada di negara
berkembang lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari
pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan
prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Diantara banyak permasalahan itu
adalah

permasalahan

transportasi

yang

mencerminkan

suatu

kota.

Permasalahan

transportasi banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai


transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan
jalan dengan kepadatan penduduk. Kemacetan menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta,
Surabaya, Bandung, Medan, Denpasar dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia dan merupakan kota terbesar di Asia Tenggara.
Jakarta terdiri dari bermacam-macam suku etnik, budaya, bahasa dan agama. Meraka
datang ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Luas Jakarta banyak
berkembang dari sekitar 180 km2 pada tahun 1960 dan 661,52 km2 pada tahun 2000.
Sekarang Jakarta dengan kota lain sekitar Jakarta Tanggerang, Bekasi, depok dan Bogor
menjadi kota megapolitan yang dikenal Jabodetabek. Jabodetabek merupakan suatu region
besar metropolitan yang mempunyai jumlah penduduk 10.187.595 jiwa pada tahun 2012
(Disdukcapil DKI Jakarta).
Pesatnya pertambahan jumlah penduduk DKI Jakarta semakin meningkatkan masalah
mobilitas perkotaan. Tingginya jumlah penduduk berimplikasi terhadap pemanfaatan sumber
daya kota yang terbatas. Ketidak seimbanagn antara infrastruktur publik yang tersedia
dengan jumlah penduduk yang membutuhkannya menyebabkan kurangnya pelayanan kota
termasuk di sektor transportasi. Kondisi ini menyebabkan tingginya jumlah kendaraan
pribadi yang tidak seimbang dengan ketersediaan ruas jalan, sehingga permasalahan
kemacetan lalu lintas semakin di perparah.
Jakarta merupakan pusat bisnis dan pusat pemerintahan. Sudah banyak teori yang
diterapkan untuk mengatasi permasalahan transportasi, namun tetap saja tidak memberikan

LAPORAN AKHIR

solusi yang efektif. Bahkan, sampai ada gagasan memindahkan Ibu Kota Jakarta ke tempat
lain. Hal ini sebagai akibat pembangunan di Indonesia yang terpusat di Jakarta atau di Pulau
Jawa saja. Beberapa hal yang sulit dicari jalan keluar dalam mengatasi permasalahan
transportasi di Jakarta, antara lain, pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi, rendahnya
disiplin pengguna jalan, buruknya perencanaan dan penataan kota, kondisi sarana
kendaraan umum yang buruk, keamanan dan kenyamanan di jalanan (pengamen, penjaja,
pengemis, dan lain-lain).
Penerapan sistem retribusi pengendalian lalu-lintas di DKI Jakarta merupakan suatu langkah
yang harus dikendalikan dengan baik, untuk bisa mengatasi semua permasalahan yang
timbul dalam proses penetapan kebijakan, perencanaan dan pembangunan yang
membutuhkan sosialisasi yang mulai dari pemerintah pusat, masyarakat dan pemerintah
daerah itu sendiri. Berbagai permasalahan harus segera dipecahkan dan perlu sosialisasi
yang benar-benar bisa merubah cara berpikir dan untuk itu perlu dilaksanakan oleh semua
pihak dan intinya memahami perubahan karakter masyarakat.
Setelah banjir yang melanda pada pertengahan Januari hingga awal Februari 2014 mulai
surut, maka terlihat banyaknya kerusakan jalan di ibukota Jakarta. Jalanan rusak dan
berlubang sehingga mengganggu aktivitas para pengendara, karena selain dapat
membahayakan juga seringkali menyebabkan kemacetan. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan
Umum DKI Jakarta, ada 9.833 titik jalan rusak atau seluas 166.397 meter persegi. Melihat
keadaan ini, Dinas PU DKI Jakarta terus bekerja secepat mungkin untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Hingga 6 Maret 2014 data dari Dinas PU menunjukkan sudah 70 persen
jalan rusak yang diperbaiki, yaitu sebanyak 9.663 titik dengan luas 161.420 meter persegi.
Sedangkan yang belum diperbaiki tinggal 170 titik dengan luas 4.977 meter persegi.
Kota Jakarta Barat sebagai salah satu wilayah Kotamadya di DKI Jakarta memiliki sistem
Pusat Kegiatan Penunjang yang kegiatannya membentuk struktur ruang ditetapkan pada
lokasi Pasar Asem Reges, S. Parman, Pasar Grogol, Pasar Tj. Duren, Pasar Cengkareng dan
Kalideres. Pusat Kegiatan Penunjang ini berupa pelayanan yang berfungsi khusus,
ditetapkan terutama pada lokasi Kantor Walikota, Pasar Bunga Tanaman Hias Rawa Belong,
Pasar Induk Bahan Pangan Rawa Buaya, Rumah Sakit Harapan Kita, Sumber Waras dan
Husada. Dengan demikian berdasarkan kebijakan tersebut aksesbilitas di Jakarta Barat
memiliki tingkat pergerakan sangat tinggi sampai ke pusat-pusat permukiman dan
perumahan penduduk. Besarnya pergerakan tersebut menyebabkan beberapa ruas jalan
dari dan menuju pusat kegiatan mengalami kerusakan badan jalan sehingga memerlukan
perbaikan dan peningkatan jalan.
Salah satu Jalan lingkungan di wilayah Kotamadya Jakarta Barat ini terletak di jalur jalan
menuju pusat kegiatan perindustrian dan pergudangan di Kapuk Polgar. Pada jalur ini yang

LAPORAN AKHIR

memerlukan peningkatan jalan berupa jalan beton adalah Jl. Kapuk Polgar, Jl. Kapuk RPH
Lanjutan, Jl. Masjid Almunawaroh, Jl. Tanggul Irigasi dan Jl. Mawar. Dengan demikian Suku
Dinas Pekerjaan Umum Jalan Kota Administratif Jakarta Barat memberi kesempatan kepada
dunia usaha pengadaan barang dan jasa untuk berpartisipasi kepada dunia usaha
pengadaan barang dan jasa untuk berpartisipasi melaksanakan Kegiatan Perencanaan
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Kota
Administrasi Jakarta

Barat dengan membuat perhitungan dan analisis komprehensif

mencakup aspek teknis, biaya, dan jadual pelaksanaan yang dituangkan dalam bentuk
gambar kerja, spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya dan tahapan kerja.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dilaksanakan pekerjaan Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) ini adalah
sebagai berikut (Detail Engineering Design) ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design/DED) pada lokasi jalan di
wilayah Administrasi Jakarta Barat
2. Menyiapkan dokumen kegiatan berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, rencana
anggaran biaya dan tahapan kerja
3. Memberikan

bantuan

teknis

perencanaan

lainnya

yang

dibutuhkan

dalam

perencanaan kegiatan tersebut di atas


Sedangkan tujuan dari Perencanaan Teknis (Design Engineering Design) ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan hasil perhitungan konstruksi rencana anggaran biaya yang efektif,
efisien dan ekonomis sesuai dengan kebutuhan dan dana yang tersedia
2. Melanjutkan program pembangunan jalan yang berkesinambungan
3. Tersedianya Dokumen Perencanaan Teknis Jalan (DED).

1.3 SASARAN
Dalam menyiapkan Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) ini harus mencapai
sasaran-sasaran sebagai berikut:
1. Menciptakan

kelancaran

berkendaraan,

keamanan,

kenyamanan

dan

ramah

lingkungan bagi para pengemudi di sepanjang jalan tanpa terjadi konflik engan arus
lalu-lintas

LAPORAN AKHIR

2. Menyediakan ruang sebagai prasarana transportasi yang mempunyai peranan


penting bagi masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari, seperti kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya
3. Penggunaan bahan untuk desain konstruksi dari material yang memenuhi
persyaratan untuk konstruksi jalan
4. Metode pelaksanaan konstruksi harus memperhatikan kepentingan keselamatan dan
kelancaran lalu lintas umum yang sudah ada

1.3 LOKASI KEGIATAN


Kegiatan Perencanaan Teknis ini terdapat pada beberapa lokasi jalan di wilayah Kota
Administratif Jakarta Barat sebagai berikut: Peningkatan Jl. Kapuk Polgar, Jl. Kapuk RPH
Lanjutan, Jl. Masjid Almunawaroh, Jl. Tanggul Irigasi dan Jl. Mawar.

Gambar
Jl. Kapuk Polgar, Jl. Kapuk RPH Lanjutan, Jl. Masjid Almunawaroh, Jl. Tanggul Irigasi dan Jl. Mawar.

1.4 LINGKUP KEGIATAN


Tahapan-tahapan kegiatan yang tercakup dalma pekerjaan perencanan teknis ini antara lain
adalah:

LAPORAN AKHIR

1. Tahapan konsepsi Perencanaan/Perancangan Teknis, meliputi antara lain:


Melakukan survey lapangan dengan mengadakan pengukuran horizontal (jarak
datar)
2. Tahap Perencanaan/Perancangan Teknis (engineering design) meliputi antara lain:
a. Survey dengan mengukur kondisi jalan yang akan dilaksanakan
b. Perhitungan geometrik jalan
c. Perhitungan konstruksi badan jalan. Beserta gambar-gambarnya
3. Tahap pembuatan dokumen pelaksanaan meliputi antara lain:
a. Membuat uraian detail mengenai perencanaan jalan, rencana struktur
b. Membuat dokumen persyaratan administrasi
c. Membuat dokumen persyaratan umum
d. Membuat dokumen spesifikasi teknis
e. Membuat dokumen spesifikasi khusus
f.

Membuat gambar detail pelaksanaan

g. Membuat rincian volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya.

LAPORAN AKHIR

2.1

STANDAR PERENCANAAN
Dalam hal melaksanakan perencanan, daftar referensi seperti tersebut
dibawah ini diterapkan dan dipakai sebagai dasar Referensi yang dimaksud
adalah:

Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 42/KPTS/Db/2007


tentang Perencanaan Lebar Badan Jalan dan Jalur Lalu Lintas untuk Jalan
Arteri, Kolektor & Lokal.

Surat Dirjen Bina Marga Nomor. UM-0103-Db/591 Tahun 2007 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
untuk Lebar Badan Jalan.

Tata Cara Pelaksanaan Survey Lalu Lintas, No. 017/T/BNKT/1990.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia.

Standar

Perencanaan

Geometrik

Untuk

Jalan

Antar

Kota,

No.

038/T/BM/1997.

Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan-DPU-Direktorat


Jenderal Bina Marga-Januari 1988

Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota-Desember 1990Subdin Perencanaan Teknis Jalan-Bipran-Bina Marga

Metode Pengujian Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat Benkelman


Beam, SK SNI 03-2416-1991-DPU.
6

LAPORAN AKHIR

Metode Pengujian Perkerasan Menggunakan Alat DCP, SNI 03-1743-1989

Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen, SKBI-2.3.26.1987 [UDC 625.73(02)]

Petunjuk

Perencanaan

Perkerasan

Kaku

(Rigid

Pavement),

SKBI-

2.3.28.1988 UDC 625.84 (026)

Tata Cara Perencanaan Hidrologi Dan Hidrolika Untuk Bangunan Di


Sungai, SNI 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987.

Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, SK SNI - 03-34241994.

Standar Box Culvert - BIPRAN 1992.

Gambar Standar Perencanaan Teknis Jalan (SUBDIT PSP 2007).

Pedoman Pemasangan Rambu Dan Marka Jalan Perkotaan UndangUndang Lalu Lintas No.14 Tahun 1992

Petunjuk Perencanaan Marka Jalan, No. 012/T/BNKT/1990.

Panduan Analisis Harga Satuan No. 028/T/BM/1995 - Direktorat Jenderal


Bina Marga.

2.2

Petunjuk/Tata Cara/Standar lainnya yang berhubungan.

KRITERIA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Perencanaan jalan direncanakan terutama berdasarkan pada 'Standar
Perencanaan

Geometris

Jalan

Luar

Kota

No.

038/T/BM/1997'

yang

dikeluarkan oleh Bina Marga, dengan kecepatan 60-80 km/jam. Standar


Geometris yang dimaksud meliputi standar penentuan parameter-parameter
alinemen horisontal, vertikal maupun melintang jalan yang akan dipakai
dalam perencanaan teknis. Berikut adalah tabel kriteria perencanaan untuk
jalan luar kota, sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR

A. KECEPATAN RENCANA
Fungsi

Datar
70 120
60 90
40 70

Arteri
Kolektor
Lokal

Kecepatan Rencana, Vr (km/jam)


Bukit
Pegunungan
60 80
40 70
50 60
30 - 50
30 50
20 30

Untuk kondisi medan yang sulit, Vr suatu segmen jalan boleh diturunkan maks. 20 km/jam

B. DIMENSI MELINTANG JALAN


1. Penentuan Lebar Jalur Dan Bahu Jalan
ARTERI
VLHR
(smp/hr)
< 3.000
3.000
10.000
10.000
25.000
> 25.000
(*)
(**)

IDEAL
Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

KOLEKTOR
IDEAL
MINIMUM

MINIMUM
Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

IDEAL

LOKAL
MINIMUM

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

6,0

1,5

4,5

1,0

6,0

1,5

4,5

1,0

6,0

1,0

4,5

1,0

7,0

2,0

6,0

1,5

7,0

1,5

6,0

1,5

7,0

1,5

6,0

1,0

7,0

2,0

7,0

2,0

7,0

2,0

(**)

(**)

2nx3,5
2nx3,5
2nx3,5
2,5
2,5
2,5
(**)
(**)
(*)
(*)
(*)
Keterangan:
= Tidak ditentukan
= 2 jalur terbagi, masing-masing nx3,5 (m); dimana n=jumlah lajur per jalur
= Mengacu pada persyaratan ideal

2. Lebar Lajur Jalan Ideal


Fungsi
Arteri
Kolektor
Lokal

Kelas
I
II, IIIA
IIIA, IIIB
IIIC

Lebar Lajur Ideal (m)


3,75
3,50
3,00
3,00

3. Kemiringan Melintang

Jalan
Bahu

Kemiringan (%)
23
4-5
35

Keterangan
Perkerasan Aspal/Beton
Perkerasan Kerikil

4. Penentuan Lebar Jalur dan bahu Jalan (Minimum dan ideal)


Sesuai dengan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan serta Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina
Marga No. 42/KPTS/Db/2007 tentang Perencanaan Lebar Badan Jalan dan
Jalur Lalu Lintas untuk Jalan Arteri, Kolektor & Lokal, maka ditentukan:

LAPORAN AKHIR

Tabel 0-1
Lebar Badan Jalan
LEBAR BADAN JALAN MINIMUM (Meter)
UU N0. 38 THN 2004 PP NO. 34 THN 2006

FUNGSI JALAN
ARTERI

11

KOLEKTOR

LOKAL

7.5

Tabel 0-2.
Lebar Jalur Lalu Lintas
LEBAR BADAN JALAN MINIMUM (Meter)
PP NO. 34 THN 2006
2 [2 X 3.5]
2 X 3.5
2 X 2.75

KELAS JALAN
JALAN RAYA
JALAN SEDANG
JALANKECIL

Tabel 0-3.
Perencanaan Lebar Bahu dan Jalur Lalu Lintas
BADAN JALAN MINIMUM
(Meter)
FUNGSI JALAN
BAHU KIRI

JALUR LALU
LINTAS (DUA
ARAH)

BAHU KANAN

JALAN RAYA

2.0

7.0

2.0

JALAN SEDANG

1.5

6.0

1.5

JALANKECIL

1.0

5.5

1.0

Merujuk kepada Surat Dirjen Bina Marga Nomor. UM-0103-Db/591 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
untuk Lebar Badan Jalan, jika karena sesuatu hal (keterbatasan dana, luas tanah)
berikut patokan yang bisa digunakan selama masa transisi:

FUNGSI
JALAN

ARTERI

PERENCANAAN BADAN JALAN


(Meter)
SESUAI PERATURAN
MASA TRANSISI
PERUNDANGAN
JALUR
JALUR
LALU
LALU
BAHU
BAHU
BAHU
BAHU
LINTAS
LINTAS
KIRI
KANAN
KIRI
KANAN
(DUA
(DUA
ARAH)
ARAH)
2.5
6.0
2.5
2.0
7.0
2.0
2.0
6.0
2.0

KET

Penentuan Lebar Jalur


pada masa transisi
dilakukan
dengan

LAPORAN AKHIR
KOLEKTOR

1.5

6.0

1.5

LOKAL

1.0

5.5

1.0

2.0

5.0

2.0

2.5

4.5

2.5

1.5

4.5

1.5

2.0

3.5

3.0

pertimbangan jumlah
LHR,
Tata
Cara
Perencanaan
Geometrik Jalan Antar
Kota. Sept. 97

C. ALINAMEN HORIZONTAL
1. Panjang Bagian Lurus
Fungsi

Datar
3000
2000

Arteri
Kolektor

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)


Bukit
Pegunungan
2500
2000
1750
1500

Ditetapkan berdasar waktu tempuh kendaraan tidak lebih dari 2,5 menit

2. Jari-Jari Minimum
Vr (km/jam)
Rmin Yang diijinkan (m)
Rmin
Tanpa
lengkung
peralihan
Rmin Tanpa Superelevasi
(m)
Panjang Lengkung (m)

120
600
2500

100
370
1500

80
210
900

70
160
700

60
110
500

5000

2000

1250

900

700

200

170

140

120

100

50
80
350

40
50
250

30
30
130

20
15
60

80

70

50

40

3. Panjang Lengkung Peralihan(Ls) & Panjang Pencapaian Super


Elevasi(Le)
Vr
(km/jam)
40
50
60
70
80
90
100
110
120

2
Ls
(m)
10
15
15
20
30
30
35
40
40

Superelevasi, e (%)
6
Le
Ls
Le
Ls
(m)
(m)
(m)
(m)
25
15
25
25
30
20
30
30
35
25
40
35
40
30
45
40
60
45
70
65
70
50
80
70
80
55
90
80
85
60
100
90
90
70
110
95

4
Le
(m)
20
25
30
35
55
60
65
75
80

Ls
(m)
15
20
20
25
40
40
45
50
55

8
Le
(m)
30
40
50
55
90
100
110
120
135

10
Ls
(m)
35
40
50
60
90
100
110
-

Le
(m)
40
50
60
70
120
130
145
-

4. Tikungan Gabungan
- Gabungan searah, harus dilengkapi tangen/clothoid minimum 20 meter.
Apabila R1/R2 > 2/3, gabungan searah harus dihindarkan
- Gabungan balik, harus dilengkapi tangen/clothoid minimum 20 meter.

D. ALINEMEN VERTIKAL
10

LAPORAN AKHIR

1. Kelandaian Maksimum yang Diijinkan


Vr (km/jam)
Kelandaian Maks
(%)

120
3

110
3

100
4

80
5

70
6

60
8

50
9

40
10

20
10

2. Panjang Kritis
V awal tanjakan
(Km/jam)
80
70
60

2.3

4
630
475
320

5
460
335
210

Kelandaian (%)
6
7
8
360
270
230
260
195
170
160
120
110

9
230
160
90

10
200
140
80

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN TEKNIS JALAN

Berikut diuraikan metodologi dan rencana pelaksanaan pekerjaan teknis jalan, terdiri
dari beberapa tahap kegiatan yaitu:
1. Tahap persiapan, yang terdiri dari pekerjaan persiapan peralatan survey dan
mobilisasi.
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan,
survey inventarisasi jalan dan jembatan, survey topografi, survey lalu lintas,
survey hidrologi serta survey kondisi jalan, penyelidikan tanah dan bahan
(geoteknik & perkerasan).
3. Tahap pekerjaan kantor, terdiri dari penyusunan dan pengolahan data
lapangan, pekerjaan penggambaran topografi, analisis laboratorium tanah,
analisis

hidrologi,

perencanaan

teknis,

perhitungan

volume

pekerjaan,

perhitungan biaya, pembuatan dokumen tender dan pelaporan.


4. Tahap diskusi dan presentasi, adalah tahapan koordinasi dan presentasi
progres/hasil kerja

serta diskusi atas permasalahan yang ada untuk mencari

solusi sesuai dengan arahan yang diminta oleh Pemberi Tugas.


Masing-masing tahapan pekerjaan tersebut diuraikan rinci di bawah ini.
a. Persiapan Peralatan Survey dan Mobilisasi
Sejak konsultan mendapatkan SPMK, kegiatan yang dilakukan adalah penyiapan
personil lapangan dan peralatan Survey. Peralatan Survey akan dikalibrasi
dahulu sebelum dimobilisasi. Tujuan dari kalibrasi tersebut adalah untuk
11

LAPORAN AKHIR

mendapatkan data survey yang akurat. Apabila semua peralatan dan personil
yang terlibat sudah siap maka sesuai jadwal dan rencana kerja, maka peralatan
dan personil tersebut akan dimobilisasikan.
Sebelum memulai pekerjaan, konsultan akan mengadakan konsultasi terlebih
dahulu dengan Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Kota
Administrasi Jakarta Barat yaitu untuk mengadakan konfirmasi mengenai
volume pekerjaan dan ruas-ruas jalan yang akan ditangani.
Konsultan akan berusaha untuk mendapatkan informasi umum mengenai kondisi
ruas jalan yang akan disurvey, sehingga dapat mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaan survey di setiap ruas jalan yang akan
direncanakan.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan, survey
inventarisasi kondisi dan geometrik jalan, survey inventarisasi kondisi jembatan,
survey topografi, survey lalu lintas, survey lokasi sumber material, survey upah,
material dan harga satuan, survey penyelidikan tanah/geoteknik serta survey
hidrologi. Uraian masing-masing pekerjaan akan diberikan pada bagian berikut
ini.
1. Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan adalah survey yang dilakukan pada awal pekerjaan di
lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai
bahan penting bahan kajian teknis untuk bahan pekerjaan selanjutnya.
Survey ini diharapkan dapat memberikan saran dan bahan pertimbangan
terhadap survey detil lanjutan.
Lingkup pekerjaan Survey Pendahuluan adalah sebagai berikut:
1) Studi Literatur
Pada tahapan ini dikumpulkan data pendukung perencanaan termasuk
laporan studi-studi terdahulu, laporan lingkungan dan laporan-laporan
lainnya yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi/mempengaruhi
jalan yang direncanakan.
2) Koordinasi dengan Instansi terkait
12

LAPORAN AKHIR

Tim Survey melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait


di daerah sehubungan dengan dilaksanakannya survey pendahuluan.
3) Diskusi Perencanaan di Lapangan
Tim Survey melaksanakan survey dan membuat usulan perencanaan/
penanganan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing dan kalau perlu melengkapinya dengan fotofoto penting yang kemudian akan difinalkan di kantor sebagai bahan
penyusunan laporan.
4) Recon Inventarisasi & Kondisi Jalan dan Jembatan
Tim survey jalan akan melakukan inventarisasi dan survey kondisi jalan
dan jembatan termasuk gorong-gorong, untuk memperoleh data awal
tentang kondisi ruas jalan yang direncanakan. Informasi ini akan
menjadi masukan bagi rencana penanganan, rencana survey lapangan
(lingkup dan jadwal survey lapangan), penetapan lokasi survey lalu
lintas, penetapan kriteria desain dan lain-lain.
5) Recon Survey Topografi
Tim Topografi akan melakukan:
a) Penentuan titik awal dan akhir pengukuran
b) Pemasangan Patok dan BM
c) Pengamatan kondisi topografi
d) Mencatat daerah-daerah yang perlu pengukuran khusus dan
perluasan pengukuran topografi
e) Membuat rencana kerja survey topografi.
6) Recon Survey Tanah/Geoteknik
Tim Geoteknik akan melakukan:
a) Pengamatan secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik dan sifat tanah dan batuan.
b) Inventarisasi sumber material di sekitar lokasi pekerjaan serta
Pengamatan perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang
lokasi pekerjaan.
13

LAPORAN AKHIR

c) Memberikan rekomendasi kepada Highway Engineer berkaitan


dengan kondisi material dan tanah pada lokasi jalan yang
direncanakan.
d) Pemotretan kondisi penting seperti lokasi rawan longsor, pergerakan
tanah, dll.
e) Mencatat lokasi dilakukan DCP maupun Test Pit.
f)

Membuat rencana kerja survey detil geoteknik.

7) Survey Pendahuluan Upah, Harga Satuan dan Peralatan.


Tim melakukan pengumpulan data upah, harga satuan dan data
peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan fisik.
2. Survey Inventarisasi & Kondisi Jalan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum
mengenai kondisi perkerasan dan geometrik jalan.
Untuk

pemeriksaan

jalan,

akan

dilakukan

dengan

metoda

yang

disederhanakan, yaitu cukup mencatat kondisi rata-rata setiap 50 meter


atau lebih, dalam hal ini terutama pada setiap adanya perubahan kondisi
jalan yang ada.
Data yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1)

Lebar perkerasan yang ada dalam meter.

2)

Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, WC, AC-BC, AC Base,
Nacas, Lasbutag, Penetrasi Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement dsb.

3)

Nilai RCI dari kondisi perkerasan jalan (Road Condition Index), yang
dapat diperoleh dari survey NAASRA Roughness Meter atau ditentukan
secara visual.

4)

Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu, kereb, kondisi drainase
samping, jarak pagar/bangunan penduduk/tebing pinggir perkerasan.

5)

Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan
lokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.

6)

Data yang diperoleh dicatat dalam formulir.


14

LAPORAN AKHIR

7)

Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan minimal 1


(satu) buah foto per kilometer.

8)

Foto ditempel pada formulir dengan mencantumkan hal-hal yang


diperoleh seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto,
tanggal pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang nomor
STA.

3. Survey Inventarisasi & Kondisi Jembatan


Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dan dicatat dalam formulir adalah sebagai
berikut:
1) Nama, lokasi dan kondisi jembatan.
2) Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, ruang bebas dan jenis
lantai.
3) Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan.
4) Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
5) Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang
diambil dari arah memanjang dan melintang. Foto ditempel pada format
yang standar.
4. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai
bahan-bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi pada ruas-ruas jalan yang dikerjakan.
Informasi yang akan diperoleh dan dicatat dalam formulir adalah sebagai
berikut:
1) Jenis bahan untuk perkerasan yang ada, misalnya pasir, kerikil, tanah
timbunan, batu.
2) Lokasi quary setiap jenis perkerasan berikut perkiraan jumlah yang ada.
3) Perkiraan Harga Satuan tiap jenis bahan perkerasan.
15

LAPORAN AKHIR

4) Perkiraan jarak pengangkutan bahan dari quary ke base camp.


5) Peta lokasi quary berikut keterangan lokasinya (Km/Sta).
6) Data yang diperoleh dicatat dalam formulir.
5. Survey Lalu Lintas
Tujuan survey lalu lintas adalah untuk mengetahui volume lalu lintas untuk
menentukan lebar jalan ideal dan volume lalu lintas harian sebagai dasar
untuk perhitungan dan perencanaan perkerasan.
Survey lalu lintas meliputi kegiatan perhitungan jumlah setiap jenis
kendaraan yang melewati satu ruas tertentu dalam satu satuan waktu
sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan jalan.
Survey volume kendaraan disesuaikan dengan kebutuhannya, dilakukan
untuk lokasi:
1) Ruas jalan
2) Simpang jalan
Standar pengambilan dan perhitungan mengacu kepada Tata Cara
Pelaksanaan Survey Lalu Lintas, No. 017/T/BNKT/1990 dan buku Manual
Kapasitas Jalan Indonesia.
Seluruh jenis kendaraan yang lewat baik dari arah depan maupun belakang
dicatat. Setiap lajur minimal dijaga oleh 2 (dua) orang, satu orang satu alat
counter menggunakan formulir survey yang telah ditentukan.
1) Pos Perhitungan Lalu Lintas
Pos-pos perhitungan lalu lintas terbagi dalam beberapa tipe pos:
a) Pos Kelas A: yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada
ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang tinggi dengan LHR
10.000 Kendaraan.
b) Pos Kelas B: yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada
ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang sedang dengan
karakteristik nilai LHR = (5.000 < LHR < 10.000 Kendaraan).

16

LAPORAN AKHIR

c) Pos Kelas C: yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada
ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang rendah dengan LHR
5.000 Kendaraan.
2) Periode Perhitungan Lalu Lintas
Pos Kelas A
Pelaksanaan perhitungan lalu lintas dilakukan selama periode 40 jam
selama 2 hari, mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir
pada pukul 22.00 pada hari kedua
Pos Kelas B
Pelaksanaan perhitungan sama seperti pada pos kelas A.
Pos Kelas C
Pelaksanaan perhitungan dilakukan selama periode 16 jam mulai
pukul 06.00 pagi dan berakhir pukul 22.00 pada hari yang sama yang
ditetapkan untuk pelaksanaan perhitungan.
3) Pemilihan Lokasi Pos Perhitungan Lalu lintas
Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari ruas
jalan, tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik (komuter) yang tidak
mewakili ruas tersebut.
Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua
arah, sehingga memungkinkan pencatatan kendaraan dengan mudah
dan jelas. Lokasi pos tidak dapat ditempatkan di persilangan jalan.
4) Pengelompokan Kendaraan
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 8
kelompok

mencakup

kendaraan

bermotor

dan

kendaraan

tidak

bermotor.

Golongan/
Kelompok
1
2

Jenis Kendaraan
Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang dan
kendaraan motor roda 3
Sedan, Jeep dan station wagon
17

LAPORAN AKHIR

Golongan/
Kelompok
3
4
5a
5b
6
7a
7b
7b
8

Jenis Kendaraan
Opelet, Pick-up opelet, Suburban, Combi, Minibus
Pick-up, Micro Truck dan mobil hantaran atau Pick up
box
Bus Kecil
Bus Besar
Truk 2 sumbu
Truk 3 sumbu
Truk gandengan
Truk semi trailer
Kendaraan tidak bermotor, sepeda, becak,
andong/dokar, gerobak sapi

Pengenalan ciri kendaraan:


1) Sepeda Kumbang: sepeda yang ditempeli mesin 75cc max.
2) Kendaraan bermotor roda 3 antara lain: bemo dan bajaj
3) Kecuali combi, umumnya sebagai kendaraan penumpang mum
maximal 12 tempat duduk seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-up
yang diberi penaung kanvas/pelat dengan rute dalam kota dan
sekitarnya atau angkutan pedesaan.
4) Umumnya sebagai kendaraan barang maximal beban sumbu
belakang 3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda
tunggal (STRT)
5) Bus kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 16 s/d 26 buah, seperti kopaja, metromini, elf
dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan
panjang kendaraan maksimal 9m dengan sebutan bus .
6) Bus besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 30 s/d 50 buah, seperti bus malam, bus kota,
bus antar kota yang berukuran 12 m dan STRG.
7) Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban
sumbu belakang antara 5-10 Ton (MST 5,8,10 dan STRG).
8) Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan tiga sumbu
yag letaknya STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda)

18

LAPORAN AKHIR

9) Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no 6 dan 7 yang diberi


gandengan bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga.
Disebut juga full trailer truck.
10) Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yan
terdiri dari kepala truk dengan smbu 2-3 sumbu yang dihubungkan
secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda belakang
yang mempunyai 2 atau 3sumbu pula.

6. Survey Topografi
Pengukuran

topografi

dilakukan

sepanjang

ruas

jalan

yang

akan

direncanakan termasuk pengukuran-pengukuran khusus seperti di daerah


persilangan dengan jalan yang ada, dengan sungai dan lain sebagainya.
Pekerjaan pengukuran topografi terdiri dari:
a) Pemasangan Patok Kayu dan BM
Kegiatan yang dilakukan pada pemasangan patok kayu dan BM adalah
sebagai berikut:
A. Pemasangan Patok Kayu

Digunakan sebagai patok pengukuran, dengan ukuran tinggi 60 cm


5 cm.

Dipasang pada setiap jarak 50 100 meter.

Diberi nomor urut.

Ditanam sedalam 45 cm sehingga yang muncul dipermukaan 15


cm.

B. Pemasangan Patok Beton (BM)

BM digunakan sebagai titik pengikat tetap terbuat dari beton


ukuran 15 x 15 x 75 cm atau patok paralon 6 x 75 cm.

Diletakkan pada tempat yang aman dan mudah diterlihat, dipasang


tiap interval 1000 m (1 km).

BM kecil ukuran 10 x10 x75 cm atau patok paralon beton 4 x 75


cm dipasang setiap rencana jembatan sebanyak 2 buah.
19

LAPORAN AKHIR

Pemberian nama BM berdasarkan nomor urut I, II dan III dan


seterusnya.

Ditanam sedalam 55 cm hingga yang nampak dipermukaan tanah


20 cm.

Patok beton diberi tulangan 1/2 x 70 cm, muncul 1 cm diatas


permukaan patok.

Titik awal dan titik akhir rencana relokasi jalan serta per 5 KM
dipasang patok beton masing-masing 2 buah sebagai pengikatan.

b) Pengukuran Poligon
Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran poligon adalah sebagai
berikut:

Alat yang digunakan Total Station/Theodolith T2 atau sejenisnya dan


perhitungan perataannya menggunakan metode Bowditch.

Pengukuran poligon diikatkan pada titik-titik tetap yang diketahui


koordinatnya. Bila titik tetap tidak ada di sekitar lokasi maka
pengukuran dan perhitungan poligon dapat menggunakan koordinat
lokal yang dimulai dari awal proyek.

Pengukuran azimuth astronomi menggunakan theodolit dengan


ketelitian 1 detik dari 2 seri pembacaan.

Jarak diukur dengan pita ukur dalam satu arah, dikontrol dengan
pembacaan ke muka dan ke belakang dari jarak optis

Kontrol azimuth dilakukan pada setiap 5 Km dengan pengamatan


matahari.

Ketelitian yang disyaratkan:


Kesalahan penutup sudut < 2 n; dimana n = banyaknya titik
poligon
Kesalahan jarak linier = 1 : 10.000.

c) Pengukuran Waterpass

20

LAPORAN AKHIR

Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran waterpas

adalah sebagai

berikut:

Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan doubel stand atau 2 kali


berdiri alat.

Alat yang digunakan adalah Wild Nak 2/ Zeiss NI2 atau alat sipat
datar otomatik lainnya yang sejenis.

Pengukuran beda tinggi, titik ikatnya diambil sama dengan yang


digunakan pada pengukuran poligon (BM) yang sudah diketahui
ketinggiannya.

Kesalahan penutup yang disyaratkan 6D mm; dimana D = jarak


dalam Km.

d) Pengukuran Cross section


Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran cross section adalah sebagai
berikut:

Pengukuran dilakukan dengan alat To atau yang sejenisnya.

Dilakukan setiap jarak interval 50 meter pada bagian lurus dan relatif
datar, 25 meter pada bagian berbelok/berbukit-bukit.

Lebar koridor pengukuran adalah 25 meter sebelah kanan dan kiri


sumbu jalan pada bagian jalan yang lurus, 25 meter ke arah sisi luar
dan 50 meter ke arah sisi dalam pada jalan yang menikung.

Untuk daerah pegunungan dan diperlukan relokasi jalan untuk


perbaikan geometrik, koridor pengukuran perlu diperlebar sehingga
diperoleh gambaran medan sekitarnya.

e) Pengukuran Situasi Sungai/Jembatan


Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran situasi sungai untuk rencana
jembatan baru (perbaikan jembatan) adalah sebagai berikut:

Pengukuran situasi sungai meliputi daerah sejauh 50 m ke hilir dan


50 m ke hulu sampai 25 m dari masing-masing tepinya. Untuk
bentang sungai >10 m tidak perlu disituasi, tetapi dibuat
pengukuran melintangnya saja pada rencana as jalan/jembatan.

21

LAPORAN AKHIR

Pengukuran melintang sungai pada setiap 25 m sampai daerah 25 m


dari masing-masing tepinya.

Pada setiap tepi sungai/saluran, dipasang patok beton ukuran 75 x


10 cm pada jarak 7.5 m sebelah kiri dan kanan rencana as jalan.

Gambar detil sungai meliputi keadaan topografi dasar, tebing dan


tepi sungai serta daerah sekitarnya.

Ketinggian muka air banjir, muka air normal dan muka air terendah
harus diketahui dan dicatat.

Jembatan dan gorong-gorong yang ada harus dibuat sketsa dan


dimensinya, dicantumkan juga keterangan mengenai material yang
digunakan.

f) Dokumentasi Foto Survey Topografi


Foto lapangan diperlukan untuk memberikan gambaran kondisi medan
di sekitar rencana jalan, seperti: batas dan jenis kebun, rawa, ladang,
alang-alang, hutan, perkampungan desa, bukit, sungai dan lain-lain.
Kegiatan dokumentasi yang perlu dilakukan pada pada trase jalan
sebagai berikut:

Di titik awal dan titik akhir rencana trase jalan.

Di setiap patok beton dan patok jembatan/sungai pada saat


perintisan/penetapan arah trase jalan rencana. Nomor, patok dan
situasi di sekitarnya terlihat jelas.

Di setiap lokasi jembatan/sungai dilakukan 4 kali foto yang diambil


dari arah survey (kemuka) dan arah kebelakang, dari arah hulu dan
arah hilir sungai mengarah ke jembatan atau rencana jembatan.

Daerah longsoran atau spot yang memerlukan perhatian khusus.

Mendokumentasi lokasi sumber material (quary)

Daerah tikungan tajam pada bagian trase jalan yang sudah ada
badan jalannya.

g) Penggambaran

22

LAPORAN AKHIR

Perhitungan dan penggambaran peta topografi berdasarkan atas


hitungan

terhadap

koordinat

titik-titik

kontrol/Benchmark

bukan

dengan cara geometrik di atas kertas.


Gambar peta topografi dibuat menggunakan program CAD dimana
koordinat detil dan titik-titik lainnya ditentukan secara numerik melalui
proses koreksi dan perataan. Gambar dibuat pada skala 1 : 1000
dengan garis kontur setiap interval 1 meter dan indeks kontur setiap 5
meter. Semua titik-titik kontol harus dicantumkan dalam gambar.
7. Survey Penyelidikan Tanah dan Material (Geoteknik)
Penyelidikan ini adalah salah satu bagian terpenting dari perencanaan
konstruksi jalan sebab tanah merupakan pondasi pendukung dari semua
bangunan sipil, karena kestabilan dan keamanan bangunan tergantung pada
kestabilan tanahnya.
Tujuan dari pekerjaan penyelidikan tanah ini adalah untuk mendapatkan
identifikasi kondisi lapisan tanah secara lengkap yang diperlukan bagi
perencanaan teknik ini. Pada perencanaan jalan, informasi kondisi tanah
diperlukan agar dapat ditentukan jenis penanganan tanah yang sesuai, tebal
agregat/material jalan, dll.
Pada pekerjaan perencanaan jembatan, informasi dari penyelidikan tanah
diantaranya diperlukan untuk menentukan jenis & kapasitas pondasi yang
aman, ekonomis dan sesuai bagi jembatan
Penyelidikan tanah untuk konstruksi jalan di dalam proyek ini dilakukan
berdasarkan survey langsung di lapangan maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Jenis pekerjaan ini meliputi:

Dynamic Cone Penetrometer (DCP) test.

Pengambilan contoh tanah dan penentuan CBR laboratorium.

Pengukuran Benkelman Beam.

Pelaksanaan jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pengukuran Benkelman Beam

23

LAPORAN AKHIR

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai


lendutan balik dari konstruksi perkerasan jalan yang masih beraspal.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:

Truk yang dipakai harus dibebani sehingga tercapai beban gandar


belakang sebesar 8,2 ton dengan tekanan angin ban sebesar 80 psi.

Pengukuran

beban

gandar

belakang

harus

dilakukan

dengan

menggunakan jembatan timbang atau dengan alat lain yang telah


terbukti dapat dipakai untuk pengukuran beban gandar dan hasil
pengukuran beban gandar harus dicatat dengan jelas pada formulir
pemeriksaan Benkelman Beam.

Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan


setiap 200 m sepanjang ruas jalan beraspal yang telah ditetapkan
secara berselang seling pada jalan yang direncanakan.

Selama pemeriksaan, konsultan akan mencatat hal-hal khusus yang


dijumpai seperti kondisi drainase, nama daerah yang dilalui, cuaca,
waktu, peninggian permukaan jalan dan sebagainya.

Lokasi awal dan akhir pemeriksaan akan dicatat dengan jelas (patok
Km, Sta).

Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan


Bengkelman Beam.

b) Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


Pelaksanaan pemeriksaan nilai CBR (California Bearing Ratio) untuk
menentukan daya dukung tanah dasar pada suatu ruas jalan dilakukan
mengunakan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer) portabel dengan
cara mengukur besarnya nilai CBR lapangan secara menerus setiap
interval kedalaman tertentu. Pengujian ini akan memberikan data
kekuatan tanah hingga kedalaman 100 cm di bawah permukaan tanah
yang ada.
Pengujian dilakukan dengan menjatuhkan palu DCP seberat 8 kg dengan
tinggi jatuh 508 mm di atas landasan penumbuk, sehingga konus ( 20
24

LAPORAN AKHIR

mm sudut konus 300) beserta batang utama masuk ke dalam lapisan


tanah, kemudian dicatat jumlah tubukan dan jarak masuk batang utama.
Selanjutnya setiap masuknya konus yang tercatat (dalam cm) diubah ke
dalam nilai CBR ekivalennya dengan menggunakan rumus yang telah
ditentukan. Distribusi CBR ekivalen ini kemudian digambarkan pada satu
grafik ukuran yang ada pada formulir dan nilai akhir CBR untuk lokasi ini
diperoleh dengan membandingkan distribusi yang tercatat dengan
distribusi CBR minimum yang dibutuhkan.
Pengujian DCP di lapangan dilakukan pada daerah bukan aspal atau
bukan rigid pavement, pada bagian lapisan material berbutir atau pada
lapisan-lapisan tanah timbunan/galian.
Permukaan/material semacam ini biasanya terdapat pada posisi:
- Bahu jalan keras yang tidak di aspal
- Bahu jalan lunak dari tanah
- Tanah asli, top subgrade atau permukaan hasil galian pada jalan baru
atau bagian pelebaran jalan.
Pengujian DCP dilakukan sepanjang jalan dengan interval tipikal 200 m
berselang-seling kiri-kanan jalan.
Ketentuan pelaksanaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) sebagai
berikut:

Untuk bagian jalan dimana tidak bisa dilaksanakan Benkleman Beam,


nilai CBR sub grade harus ditentukan/ditaksir.

Pemeriksaan skala DCP pada jarak 200 m sepanjang jalan pada


sumbu jalan (tidak pada bahu jalan). Material perkerasan yang ada
pada titik pemeriksaan DCP harus digali sebelum pemeriksaan
dilakukan dan catatan yang dibuat memperlihatkan ketebalan dan
kondisi struktur dan material perkerasan yang ada.

Pemeriksaan DCP pada kedalaman 80 cm di bawah permukaan sub


grade.

Tata cara pelaksanaan pemeriksaan DCP berikut gambar kerja untuk


pembuatan DCP yang murah pada bengkel kerja setempat.
25

LAPORAN AKHIR

Pencatatan setiap titik pemeriksaan DCP dan dimasukkan formulir.

Semua lobang galian untuk pemeriksaan DCP akan ditutup dan


dipadatkan secara merata oleh tim survey segera setelah percobaan
DCP dilaksanakan.

c) Pengambilan contoh tanah dan penentuan CBR laboratorium


Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan laboratorium.
Pengambilan contoh tanah dikerjakan dengan cara contoh tanah
terganggu (Disturbed sample) dengan jumlah yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Umumnya pada lapisan tanah yang berbeda harus dilakukan
pengambilan contoh tanah.
Dalam hal ini dilakukan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Pada daerah yang lapisan tanahnya sama, sekurang-kurangnya
sejauh jarak 5 Km harus diambil 1 buah contoh tanah untuk jalan
baru dan maksimum 5 Km untuk Peningkatan atau Pemeliharaan
Jalan.
2. Pada tempat-tempat dimana terjadi perubahan lapisan tanah, baik
kedudukan maupun macamnya harus diambil contoh tanah.
Ketentuan pelaksanaan pengambilan contoh tanah dan penentuan CBR
laboratorium adalah sebagai berikut:

Contoh tanah harus cukup besar jumlahnya untuk memungkinkan


pemeriksaan penentuan kadar air optimum dan dapat disiapkan
minimal 5 sample CBR. Sampel tanah tidak kurang dari 50 kg.

CBR laboratorium rendaman harus dilaksanakan pada contoh sub


grade yang diambil pada jarak 5 km atau lebih rapat pada ruas jalan
yang akan direncanakan.

Pemeriksaan CBR harus sesuai dengan AASHTO T.193 modifikasi.

Tiap lubang penggalian untuk contoh CBR akan ditutup dan


dipadatkan secara merata setelah diambil contoh tanahnya.

Kadar air optimum dapat di perkirakan secara visual oleh teknisi


tanah yang berpengalaman selain dengan menggunakan percobaan
AASHTO T.99
26

LAPORAN AKHIR

Tiga buah sampel akan disiapkan pada perhitungan kadar air


optimum dengan menggunakan penumbuk seberat 2.5 kg dengan
20, 56 dan 65 pukulan dan 2 buah sampel berikutnya yang akan
disiapkan

dengan

menggunakan

56

pukulan.

Yang

pertama

menggunakan 3% diatas perkiraan kadar air optimum dan yang lain


menggunakan 3% dibawah kadar air optimum.

Hasil

percobaan

digambar

pada

formulir

HR.23.

Tiga

titik

pemeriksaan yang didapat dengan menggunakan 56 pukulan harus


dipakai untuk menetapkan nilai kadar air optimum yang lebih tepat.
Disamping itu nilai CBR dari ke 5 sampel harus digunakan untuk
menaksir nilai CBR yang sesuai dengan maksimum kepadatan kering
dan sesuai dengan 95 % dari MDD.
d) Test Laboratorium
Pelaksanaan test di laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan datadata yang digunakan dalam perhitungan perencanaan.
Test yang dimaksud antara lain:
1. Analisa saringan digunakan untuk menentukan cara-cara dan
kemungkinan pemadatan lapisan tanah, baik sebagai subgrade
maupun sebagai base (quarry, material).
2. Compaction test.
Hubungan Moisture Content dan Dry Density akan digunakan pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan.
3. Atterberg Limits Test.
Pengukuran Atterberg Limits akan memungkinkan kelengkapan
klasifikasi tanah dan peninjauan untuk Pavement Design dan
Embankment.
Penyeledikan ini digunakan terutama untuk perhitungan stabilitas
lereng-lereng galian dan urugan jalan serta penetapan nilai c dan q.
4. CBR Test.

27

LAPORAN AKHIR

Nilai-nlai Test digunakan untuk klasifikasi daya dukung tanah


subgrade. CBR test hendaknya dikerjakan sesuai dengan CBR
Modified AASHTO.

8. Survey Hidrologi
Survey hidrologi bertujuan untuk mencari data yang diperlukan dalam
analisa hidrologi dan selanjutnya dapat dipergunakan dalam perencanaan
drainase.
Perencanaan drainase meliputi penentuan jenis dan dimensi dari bangunanbangunan drainase, disamping itu untuk menentukan bentuk potongan jalan
itu sendiri.
Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam survey ini meliputi:

Menganalisa pola aliran pada daerah rencana trase jalan yang paling
aman dilihat dari pengaruh pola aliran tersebut.

Menentukan luas daerah pengaruh dari pola aliran air (catchment area)
dan jenis tanah daerah aliran yang bersangkutan.

Mengambil data curah hujan dan banjir tahunan dari sumber-sumber


terkait dan menentukan hujan rencana yang selanjutnya dipakai untuk
menentukan banjir rencana dengan metode hitungan yang ada.

Memperkirakan ketinggian air tertinggi pada waktu banjir dengan cara


visual di lapangan dengan melihat tanda-tanda bekas jalur air banjir.

c. Tahap Pekerjaan Kantor/Studio


Tahap pekerjaan kantor terdiri dari penyusunan data lapangan, pekerjaan
penggambaran
perencanaan

topografi,
teknis,

analisis

perhitungan

laboratorium
volume

tanah,

pekerjaan,

analisis

hidrologi,

perhitungan

biaya,

pembuatan dikumen lelang dan pelaporan. Untuk pekerjaan pelaporan dibahas


pada bab tersendiri di Laporan Pendahuluan ini.

28

LAPORAN AKHIR

1. Penggambaran Topografi
Pekerjaan penggambaran topografi mengacu kepada standar penggambaran
yang berlaku di BINA MARGA dan tidak perlu dibahas lebih dalam. Sebagai
pedoman umum penggambaran akan diuraikan di bawah ini.

Pembuatan peta situasi skala 1 : 1.000 dengan interval garis tinggi 1 meter
dan indeks kontur tiap 5 meter.

Pencantuman semua patok ikat dan titik detail dengan dilengkapi tanda
nomor, ketinggian dan koordinatnya.

Pencantuman detail situasi yang ada seperti: batas rawa, lebar sungai dan
saluran, ukuran jembatan dan gorong-gorong dan objek yang dianggap
penting.

2. Analisis Laboratorium Tanah


Sejumlah percobaan laboratorium dilakukan pada contoh-contoh tanah asli
(undisturbed sample) yang diambil dari dalam lubang gali. Percobaan
laboratorium ini dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik identifikasi
umum (general identification) maupun sifat mekanik tanah (engineering
properties) dari contoh-contoh tanah bersangkutan.
Uji laboratorium yang dilakukan pada contoh-contoh tanah tersebut adalah:
a. Identifikasi umum jenis tanah (General identification):
-

Kadar air alami (Natural water content)

Berat jenis tanah basah dan kering (Wet and dry density)

Porositas tanah

Specific gravity butiran tanah

Batas Atterberg (Atterberg limits)

Analisa ayakan butiran tanah (Grain Size Analysis)

b. Pengujian sifat mekanik tanah (Engineering properties):


-

Uji CBR

Pada pekerjaan perencanaan ini, Uji laboratorium terbatas pada penentuan


CBR Laboratorium yang berguna sebagai pembanding hasil pengujian CBR
lapangan. Pekerjaan analisis laboratorium tanah berupa rekomendasi/saran

29

LAPORAN AKHIR

penanganannya akan dilakukan setelah mendapatkan hasil percobaan


laboratorium tanah atas sejumlah sampel yang diambil dari lapangan.
3. Analisis Hidrologi dan Perencanaan Drainase
Pekerjaan ini akan meliputi:
-

Perhitungan:

Data Curah Hujan (Minimal 10 Tahun Pengamatan)

Hujan Rencana Periode Ulang 25 dan 50 Tahun (Metode Gumbel/Log


Pearson/Log Normal)

Waktu Konsentrasi (Waktu Pencapaian Awal Saluran dan Waktu


Pengaliran)

Intensitas Hujan Rencana

Debit Banjir Rencana

Penentuan:

Dimensi saluran samping

Dimensi gorong-gorong

Tinggi muka air banjir.

4. Perencanaan Teknis Jalan


Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pokok dari perencanaan ini. Kegiatan di
dalamnya antara lain adalah pembuatan nota desain, perencanaan geometrik
dan perkerasan jalan, perencanaan bangunan pelengkap dan rambu,
perhitungan kuantitas dan biaya proyek. Uraian dari masing-masing kegiatan
ini diterangkan dibawah ini.
a) Pembuatan Nota Desain
Nota desain perencanaan teknis jalan didasarkan pada standar-standar
seperti yang disebutkan pada uraian sebelumnya.
Untuk standar khusus yang belum tercakup dalam standar yang diuraikan
di atas, maka Konsultan akan menggunakan Spesifikasi Teknis yang
diterbitkan oleh ASTM/AASHTO (Amerika Serikat), BS (Inggris) atau
sesuai arahan dari Pemberi Tugas.

30

LAPORAN AKHIR

b) Perencanaan Teknis Jalan


Konsultan akan membuat draft perencanaan teknis dari
perencanaan

kemudian melaporkannya

dimintakan

persetujuannya.

Draft

setiap detail

kepada Project Officer untuk


Design

tersebut

digambar

menggunakan program CAD kemudian akan diasistensikan kepada Project


Officer/Asisten Teknik dari kantor SNVT P2JJ Kalteng.
Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya
antara lain:
1. Plan (alinamen horizontal)
Plan (alinamen horizontal) digambar di atas peta situasi skala 1 : 1.000
dengan interval garis tinggi satu meter dan dilengkapi dengan index
antara lain:

Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horizontal/vertikal.

Batas-batas lokasi dari

semua data topografis

yang penting

seperti batas rawa, kebun, hutan lindung, rumah, sungai dan lainlain.

Kerapatan tanaman/pohon-pohonan berikut persentase menurut


diameter pohon-pohonannya.

Elemen-elemen

lengkung

horizontal

(curve

data)

yang

direncanakan dengan bentuk tikungan full circle atau lengkung


peralihan .

Lokasi dari gorong-gorong dan rencana jembatan.

Setelah konsep alinamen horizontal disetujui Project Officer maka draft


design tersebut dapat langsung dipakai sebagai standar untuk
pekerjaan lanjutan seperti penggambaran bangunan pelengkap jalan,
marka, rambu dan lain-lain.
2. Profil (Alinamen Vertikal)
Setelah konsep alinamen horizontal disetujui Project Officer maka
konsep alinamen vertikal (penampang memanjang) dapat segera
dimulai.

31

LAPORAN AKHIR

Konsep alinamen vertikal digambar dengan skala horizontal 1 : 1.000


dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
Tinggi muka tanah asli dan tinggi nomor potongan melintang.
Pengetrapan kemiringan maksimal dari lengkung horizontal (diagram
super elevasi).
Elemen-elemen/data-data lengkung vertikal.
Lokasi bangunan-bangunan pelengkap dan bangunan-bangunan
drainase.
3. Potongan Melintang
Gambar potongan melintang dibuat menurut peta topografi sesuai
keadaan pada lokasi, digambarkan di atas standar sheet menggunakan
program CAD dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Stationing dilakukan pada interval 25 - 50 meter.
Gambar ini dibuat dalam skala yang pantas dengan memuat semua
detail yang perlu antara lain: penampang pada daerah galian dan
daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
4. Perencanaan Perkerasan
Perencanaan perkerasan lentur termasuk untuk pekerjaan pelapisan
ulang menggunakan Metode Analisa Komponen Bina Marga. Untuk
pekerjaan full depth pavement dilakukan berdasar nilai CBR subgrade
serta perkiraan beban lalu lintas umur rencana sedangkan untuk
pekerjaan overlay didasarkan atas umur sisa dari perkerasan serta
perkiraan beban lalu lintas umur rencana. Metode lainnya dalam
penentuan tebal overlay pada jalan beraspal adalah didasarkan pada
nilai lendutan balik hasil Survey Benkelman Beam.
5. Standar Bangunan Pelengkap dan Drainase
Gambar ini mencakup semua detail bangunan-bangunan pelengkap
dan bangunan-bangunan drainase seperti turap pelindung talud,
gorong-gorong, saluran batu dan lain-lain.

32

LAPORAN AKHIR

6. Analisis Harga Satuan


Untuk keperluan analisis harga satuan, akan dikaji harga-harga satuan
dari data proyek tahun berjalan, tahun anggaran sebelumnya, survey
lapangan dan panduan harga satuan yang diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah.
Untuk menentukan harga satuan biaya konstruksi, dimulai dari analisa
biaya untuk setiap jenis kegiatan pekerjaan menggunakan biaya
setempat yang telah ditetapkan untuk bahan-bahan dan tenaga kerja
serta biaya untuk peralatan produksi (plant) dan peralatan.
Lembar Kerja Analisa Biaya mengikuti ketentuan yang telah disediakan
oleh Direktorat Prasarana Wilayah (Bina Marga).
1. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dan buruh dapat berubah dari satu lokasi ke
lokasi lainnya per kabupaten. Untuk keperluan menaksir semua
keperluan, biaya tenaga kerja yang digunakan harus mewakili biaya
tenaga kerja rata-rata untuk kabupaten, tetapi untuk pekerjaan
kontrak secara individu/segmental mungkin diperlukan penyesuaian
sesuai kebutuhan.
2. Biaya Bahan
Harga bahan juga bisa berubah karena perubahan-perubahan dalam
lokasi proyek dan biaya transport, dan tersedianya bahan-bahan
setempat.
Maka dari itu harga dasar untuk pengiriman bahan-bahan ke pusat
kabupaten harus ditetapkan, dan komponen tetap transport harus
ditambahkan sebagaimana perlu memberikan biaya pengiriman ke
proyek.
3. Harga Peralatan Produksi (Plant) dan Peralatan
Harga Peralatan Produksi (Plant) dan peralatan ditaksir dan dibuat
standar atas dasar regional Provinsi Kalimantan Tengah.
Biaya tersebut akan mencakup:

33

LAPORAN AKHIR
(1)

Biaya untuk menjalankan peralatan dan biaya operasi, termasuk


bahan-bahan, pemberian minyak dan bahan servis, serta
komponen yang mencakup pekerjaan perbaikan dan suku
cadang.

(2)

Biaya

pemilikan

yang

mencakup

penyusutan

(depresiasi)

asuransi, dan bunga sebagai biaya untuk membayar kembali.


(3)

Harus

dicatat

bahwa

upah

operator/pengemudi

tidak

dimasukkan pada penaksiran ini.


7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya (BoQ)
Untuk keperluan mempersiapkan taksiran biaya dan daftar penawaran
kontrak, maka pengukuran volume pekerjaan diambil dari gambargambar rencana dengan menggunakan perhitungan matematis dan
volumenya dihitung sesuai dengan metode pengukuran standar.
Daftar volume pekerjaan disusun menurut pay item/mata pembayaran
sesuai dengan standar di dalam dokumen lelang. Perhitungan biaya
pelaksanaan pembuatan jalan didapat dari perhitungan harga satuan
untuk setiap mata pembayaran dikalikan volume perencanaan.
Hitungan biaya keseluruhan proyek didapat dari penjumlahan biaya
pelaksanaan untuk seluruh mata pembayaran.
Perhitungan biaya keseluruhan proyek ini di dalam analisa harga
satuannya telah memasukan pajak-pajak, overhead dan keuntungan
kontraktor dengan memperhitungkan metode pelaksanaan, jarak
quarry ke base camp, harga alat, upah, material dan bahan.
8. Penyusunan Dokumen Lelang
Dokumen pelelangan terdiri dari beberapa bab yaitu:
Bab I

Instruksi Kepada Peserta Lelang

Bab II

Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Jaminan


Penawaran

Bab III

Syarat syarat Kontrak

Bab IV

Data Kontrak

Bab V

Spesifikasi

Bab VI

Daftar Kuantitas
34

LAPORAN AKHIR

Bab VII

Gambar-gambar

Bab VIII

Bentuk bentuk Jaminan.

Dokumen Pelelangan ini disusun dalam lima buku, yaitu:


1. Buku 1 : Instruksi Kepada Peserta Lelang dan Jadwal Penawaran
Memuat ketentuanketentuan pelelangan yang berlaku menurut
ketentuan Pemerintah, Bentuk Surat Penawaran dan Volume
Pekerjaan.
2. Buku 2 : Syaratsyarat Umum Kontrak
Memuat Syaratsyarat dan ketentuanketentuan yang mengatur
hak dan kewajiban Pemberi Tugas maupun Pelaksana Pekerjaan
3. Buku 3 : Spesifikasi
Memuat Spesifikasi dan ketentuan teknis pelaksanaan pekerjaan
baik yang bersifat umum maupun khusus
4. Buku 4 : Gambar Rencana
Memuat gambargambar standar dan khusus yang berlaku untuk
setiap paket proyek
5. Buku 5 : Addenda
Memuat perubaan isi dokumen pelelangan, revisi desain, daftar
Tanya jawab yang kemudian akan menjadi dasar penawaran oleh
Kontraktor pada saat Tender Fisik.

35

LAPORAN AKHIR

3.1 KONDISI UMUM JALAN JAKARTA BARAT


Penyelesaian masalah transportasi kota Jakarta menjadi isu penting akhir-akhir ini
sehubungan

dengan

kemacetan

yang

semakin

memprihatinkan.

Tuntutan

masyarakat begitu tinggi untuk mendapatkan layanan prima dari ruas-ruas jalan Ibu
Kota. Salah satu pilar utama dalam sektor transportasi adalah pengelolaan
infrastruktur transportasi (transport supply management) berupa penyediaan
jaringan jalan yang handal guna mengakomodasi dan memfasilitasi pergerakan
barang dan orang yang semakin meningkat.
Peningkatan ini tercermin dari pertama, mobilitas pergerakan orang makin
meningkat, kedua, pertumbuhan kendaraan semakin melaju cepat, dan ketiga,
kebutuhan akan angkutan barang (long vehicles). Ketika laju kebutuhan 'demand ini
tidak dapat dipenuhi oleh penyediaan supply yang memadai, maka kondisi ini
sangat berpotensi meng akibat kan trouble spots, baik pada ruas jalan maupun
simpang.
Jumlah titik jalan rusak saat ini semakin bertambah cukup tinggi, mencapai 133,6
%,. Sejak awal tahun 2014, jalan rusak mencapai 3.905 titik di 521 ruas jalan,
meningkat sebanyak 2.234 titik. Dari data tersebut dapat dihitung bahwa jalan rusak
terjadi setiap 2,6 menit. Hal itu terlihat dari 14 hari dikalikan 60 menit. Hasilnya 840
menit dibagi dengan pertambahan kerusakan jalan sebanyak 2.234 titik.
Dari jumlah 3.903 titik jalan rusak tersebar di lima wilayah DKI Jakarta. Total luas
jalan rusak di lima wilayah ada seluas 119.448,5 meter persegi. Ruas jalan yang
diperbaiki sebanyak 161 ruas jalan. Sisanya sedang mengupayakan perbaikan 351
ruas jalan rusak. Jalan di wilayah Jakarta Barat, total ruas jalan rusak ada sebanyak
108 ruas jalan, dengan 210 titik ruas jalan rusak seluas 7.649 meter persegi. Dari
36

LAPORAN AKHIR

jumlah tersebut, baru sebanyak 75 ruas jalan diperbaiki, sedangkan 32 ruas jalan
belum diperbaiki.
3.2 GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN
Salah satu wilayah administratif Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang dipimpin
oleh seorang walikota adalah Wilayah Administrasi Kota Jakarta Barat yang terdiri
dari 8 kecamatan, yaitu Grogol, Palmerah, Cengkareng, Kalideres, Tambora,
Tamansari, Kembangan, dan Kebon Jeruk. Jakarta Barat dibentuk berdasarkan SK
Gubernur DKI Jakarta No. Id.3/I/I/ 66 tanggal 12 Agustus 1966 dan mulai berlaku 1
September 1966.

Batas-batas wilayahnya Kota Jakarta Barat adalah sebagai berikut :

Sebelah utara adalah batas DKI Jakarta dengan Tangerang Pantai Laut Jawa;

37

LAPORAN AKHIR

Sebelah timur meliputi, Muara Alur-kali Muara Angke Jl. Angke Rel KA dari
barat ke timur Rel KA dari barat ke timur-Rel KA dari utara ke selatan Jl.
Ketapang sampai Banjir Kanal Jl. Jati Petamburan Pal Merah;

Sebelah

selatan

adalah

batas

DKI Jakarta

dengan

Tangerang-Kali

Pesanggrahan-batas Kecamatan Kebon Jeruk sampai Kali Grogol;

Sebelah barat adalah batas DKI Jakarta dengan Tangerang.

Selanjutnya Kota Administrasi Jakarta Barat terdiri dari 8 (delapan)


Kecamatan dan 56 (lima puluh enam).

3.3 GAMBARAN LINGKUNGAN PERENCANAAN


Peningkatan Jl. Kapok Polgar, Jl. Kapuk RPH Lanjutan, Jl. Mesjid Al-Munawaroh, Jl.
Tanggul Irigasi dan Jl. Mawar ini secara administratif berada di Kelurahan Kapuk
Kecamatan Cengkareng. Kecamatan Cengkareng, memiliki luas wilayah 3.009 ha.
Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan
1.097,60ha; industri 97,25 ha; perkantoran 328,92 ha; taman 31,90 ha; pertanian
118,64 ha; lahan tidur 619,12 ha; dan lain-lain 715,57 ha. Secara administratif
terdiri 6 kelurahan, 82 RW, 955 RT, 95.577 KK, 231.234 jiwa dan luas area 30.29
km2 (23,58%) dengan kepadatan penduduk sebesar 7.685 jiwa/km2. Kecamatan
Cengkareng terdiri dari:
1. Kelurahan Duri Kosambi (503ha) dengan jumlah penduduk 40.044 jiwa dan
16.204 KK;
2. Kelurahan Rawa Buaya (467 ha) dengan jumlah penduduk 26.323 jiwa dan
11.445 KK;
3. Kelurahan Kedaung Kali Angke (261 ha) dengan jumlah penduduk 18.914 jiwa
dan 7.358 KK;
4. Kelurahan Kapuk (723 ha) dengan jumlah penduduk 53.965 jiwa dan 18.887 KK;
5. Kelurahan Cengkareng Timur (511 ha) dengan jumlah penduduk 44.810 jiwa
dan 16.250 KK;
6. Kelurahan Cengkareng Barat (545 ha) dengan jumlah penduduk 47.005 jiwa dan
15.836 KK.

38

LAPORAN AKHIR

Rencana pengembangan jaringan jalan di Kecamatan Cengkareng adalah


sistem jaringan jalan, simpang susun, fasilitas pejalan kaki dan jembatan
penyeberangan. Sistem jaringan jalan di Kecamatan Cengkareng hingga
tahun 2030 direncanakan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Rencana Jaringan Jalan Kecamatan Cengkareng
No

Nama jalan

Tingkatan Jalan

2006

2030

Jl.S.Parman

Tol/Arteri Primer

69

85

Jl.Tomang Raya

Arteri Sekunder

40

47

Jl. KS.Tubun

Arteri Primer

30

47

Jl.Tol Jakarta-Merak

Tol

52

52

Jl.Cengkareng Utara

Arteri Sekunder

18

30

Jl Cengkareng Barat

Kolektor Primer

18

25

Jl.Cengkareng
Tengah

Kolektor Primer

18

20
39

LAPORAN AKHIR

Jl.Batu Sari

Arteri Sekunder

14

25

Jl.Brigjen Katamso

Arteri Sekunder

18

18

10

Jl.Duri
Utama

Arteri Sekunder

22

26

11

Jl.Duri Kosambi Raya

Kolektor Primer

10

15

12

Jl.Cengkareng Timur

Kolektor Primer

10

15

13

Jl.Cengkareng Barat

Kolektor Selatan

10

15

14

Jl.Rawa Belong

Arteri Sekunder

12

15

Kosambi

Sumber : Hasil Rencana 2009


Pengembangan transportasi di Kecamatan Cengkareng mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
a. Pembangunan jalan baru disesuaikan dengan program DKI Jakarta
keseluruhan serta dikaitkan dengan peremajaan lingkungan
b. Perbaikan/pelebaran

jalan

sesuai

dengan

prioritas

pengembangan,

dikaitkan dengan usaha mengatasi kemacetan lalu-lintas


c. Pengembangan jalan layang pada persimpangan yang diperkirakan akan
menimbulkan kemacetan yang parah
d. Pengembangan angkutan umum kapasitas besar dengan pembatasan
kendaraan pribadi
e. Penyediaan angkutan umum dengan memberikan kebebasan memilih bagi
penumpang dengan peningkatan kecepatan perjalanan serta peningkatan
sarana-sarana pemberhentian
f. Pembatasan daerah operasi angkutan yang dikaitkan dengan perencanaan
route kendaraan umum untuk kemudahan penumpang
g. Pematasan jalur dan jam operasi angkutan barang skala besar, agar tidak
memperlambat kecepatan lalu lintas
h. Penyediaan parkir di luar jalan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan
parkir bangunan umum untuk menghapus parkir di tepi jalan
i. Perbaikan, pengembangan dan pengadaan sarana pejalan kaki, dikaitkan
dengan pelebaran dan pembangunan jalan baru

40

LAPORAN AKHIR

j. Pengaturan route angkutan umum untuk mempercepat waktu perjalanan


dan megurangi biaya perjalanan, dikaitkan dengan tempat-tempat
pemberhentian/halte

Wilayah Kelurahan Kapuk terdiri dari areal industri, hutan lindung, cagar alam dan
permukiman penduduk.

Luas wilayah Kelurahan Kapuk 723 ha dengan jumlah penduduk 53.965 jiwa dan
18.887 KK dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara

Pantai

Laut

Jawa

mengarah ke Timur
Sebelah Timur

antara

Kali

Cengkareng

Drain

sampai Kali Angke

Kali Angke mengarah ke Selatan sampai saluran air Jl.


Kapuk Poglar

Sebelah Selatan :

Jalan Kapuk Kamal antara Kali Cengkareng Drain dengan


Kali Angke

Sebelah Barat

Kali Cengkareng Drain dari Jembatan Jl. Kapuk Kamal


kearah Utara sampai Pantai Laut Jawa.
41

LAPORAN AKHIR

3.4 KONDISI EKSISTING JALAN DI LOKASI PERENCANAAN


a. Kondisi Jl. Kapuk Polgar
Jl Kapuk Polgar di Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng nyaris selalu
tergenang. Akibatnya, selain menyebabkan jalan cepat rusak, kondisi tersebut
ditembah sering dilaluinya mobil tonase berat dari pabrik dan kawasan
pergudangan di wilayah tersebut.

b. Kondisi Jl. Kapuk RPH Lanjutan


Kondisi badan jalan sudah tergenang air dan lubang-lubang berupa kolam
terlihat memperparah kondisi jalan di jalur ini.

42

LAPORAN AKHIR

c. Kondisi Jl. Masjid Al-Munawaroh

d. Kondisi Jl. Mawar

43

Anda mungkin juga menyukai