permasalahan
transportasi
yang
mencerminkan
suatu
kota.
Permasalahan
LAPORAN AKHIR
solusi yang efektif. Bahkan, sampai ada gagasan memindahkan Ibu Kota Jakarta ke tempat
lain. Hal ini sebagai akibat pembangunan di Indonesia yang terpusat di Jakarta atau di Pulau
Jawa saja. Beberapa hal yang sulit dicari jalan keluar dalam mengatasi permasalahan
transportasi di Jakarta, antara lain, pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi, rendahnya
disiplin pengguna jalan, buruknya perencanaan dan penataan kota, kondisi sarana
kendaraan umum yang buruk, keamanan dan kenyamanan di jalanan (pengamen, penjaja,
pengemis, dan lain-lain).
Penerapan sistem retribusi pengendalian lalu-lintas di DKI Jakarta merupakan suatu langkah
yang harus dikendalikan dengan baik, untuk bisa mengatasi semua permasalahan yang
timbul dalam proses penetapan kebijakan, perencanaan dan pembangunan yang
membutuhkan sosialisasi yang mulai dari pemerintah pusat, masyarakat dan pemerintah
daerah itu sendiri. Berbagai permasalahan harus segera dipecahkan dan perlu sosialisasi
yang benar-benar bisa merubah cara berpikir dan untuk itu perlu dilaksanakan oleh semua
pihak dan intinya memahami perubahan karakter masyarakat.
Setelah banjir yang melanda pada pertengahan Januari hingga awal Februari 2014 mulai
surut, maka terlihat banyaknya kerusakan jalan di ibukota Jakarta. Jalanan rusak dan
berlubang sehingga mengganggu aktivitas para pengendara, karena selain dapat
membahayakan juga seringkali menyebabkan kemacetan. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan
Umum DKI Jakarta, ada 9.833 titik jalan rusak atau seluas 166.397 meter persegi. Melihat
keadaan ini, Dinas PU DKI Jakarta terus bekerja secepat mungkin untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Hingga 6 Maret 2014 data dari Dinas PU menunjukkan sudah 70 persen
jalan rusak yang diperbaiki, yaitu sebanyak 9.663 titik dengan luas 161.420 meter persegi.
Sedangkan yang belum diperbaiki tinggal 170 titik dengan luas 4.977 meter persegi.
Kota Jakarta Barat sebagai salah satu wilayah Kotamadya di DKI Jakarta memiliki sistem
Pusat Kegiatan Penunjang yang kegiatannya membentuk struktur ruang ditetapkan pada
lokasi Pasar Asem Reges, S. Parman, Pasar Grogol, Pasar Tj. Duren, Pasar Cengkareng dan
Kalideres. Pusat Kegiatan Penunjang ini berupa pelayanan yang berfungsi khusus,
ditetapkan terutama pada lokasi Kantor Walikota, Pasar Bunga Tanaman Hias Rawa Belong,
Pasar Induk Bahan Pangan Rawa Buaya, Rumah Sakit Harapan Kita, Sumber Waras dan
Husada. Dengan demikian berdasarkan kebijakan tersebut aksesbilitas di Jakarta Barat
memiliki tingkat pergerakan sangat tinggi sampai ke pusat-pusat permukiman dan
perumahan penduduk. Besarnya pergerakan tersebut menyebabkan beberapa ruas jalan
dari dan menuju pusat kegiatan mengalami kerusakan badan jalan sehingga memerlukan
perbaikan dan peningkatan jalan.
Salah satu Jalan lingkungan di wilayah Kotamadya Jakarta Barat ini terletak di jalur jalan
menuju pusat kegiatan perindustrian dan pergudangan di Kapuk Polgar. Pada jalur ini yang
LAPORAN AKHIR
memerlukan peningkatan jalan berupa jalan beton adalah Jl. Kapuk Polgar, Jl. Kapuk RPH
Lanjutan, Jl. Masjid Almunawaroh, Jl. Tanggul Irigasi dan Jl. Mawar. Dengan demikian Suku
Dinas Pekerjaan Umum Jalan Kota Administratif Jakarta Barat memberi kesempatan kepada
dunia usaha pengadaan barang dan jasa untuk berpartisipasi kepada dunia usaha
pengadaan barang dan jasa untuk berpartisipasi melaksanakan Kegiatan Perencanaan
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Kota
Administrasi Jakarta
mencakup aspek teknis, biaya, dan jadual pelaksanaan yang dituangkan dalam bentuk
gambar kerja, spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya dan tahapan kerja.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dilaksanakan pekerjaan Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) ini adalah
sebagai berikut (Detail Engineering Design) ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design/DED) pada lokasi jalan di
wilayah Administrasi Jakarta Barat
2. Menyiapkan dokumen kegiatan berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, rencana
anggaran biaya dan tahapan kerja
3. Memberikan
bantuan
teknis
perencanaan
lainnya
yang
dibutuhkan
dalam
1.3 SASARAN
Dalam menyiapkan Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) ini harus mencapai
sasaran-sasaran sebagai berikut:
1. Menciptakan
kelancaran
berkendaraan,
keamanan,
kenyamanan
dan
ramah
lingkungan bagi para pengemudi di sepanjang jalan tanpa terjadi konflik engan arus
lalu-lintas
LAPORAN AKHIR
Gambar
Jl. Kapuk Polgar, Jl. Kapuk RPH Lanjutan, Jl. Masjid Almunawaroh, Jl. Tanggul Irigasi dan Jl. Mawar.
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
2.1
STANDAR PERENCANAAN
Dalam hal melaksanakan perencanan, daftar referensi seperti tersebut
dibawah ini diterapkan dan dipakai sebagai dasar Referensi yang dimaksud
adalah:
Standar
Perencanaan
Geometrik
Untuk
Jalan
Antar
Kota,
No.
038/T/BM/1997.
Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota-Desember 1990Subdin Perencanaan Teknis Jalan-Bipran-Bina Marga
LAPORAN AKHIR
Petunjuk
Perencanaan
Perkerasan
Kaku
(Rigid
Pavement),
SKBI-
Pedoman Pemasangan Rambu Dan Marka Jalan Perkotaan UndangUndang Lalu Lintas No.14 Tahun 1992
2.2
Geometris
Jalan
Luar
Kota
No.
038/T/BM/1997'
yang
LAPORAN AKHIR
A. KECEPATAN RENCANA
Fungsi
Datar
70 120
60 90
40 70
Arteri
Kolektor
Lokal
Untuk kondisi medan yang sulit, Vr suatu segmen jalan boleh diturunkan maks. 20 km/jam
IDEAL
Lebar
Jalur
(m)
Lebar
Bahu
(m)
KOLEKTOR
IDEAL
MINIMUM
MINIMUM
Lebar
Jalur
(m)
Lebar
Bahu
(m)
Lebar
Jalur
(m)
IDEAL
LOKAL
MINIMUM
Lebar
Bahu
(m)
Lebar
Jalur
(m)
Lebar
Bahu
(m)
Lebar
Jalur
(m)
Lebar
Bahu
(m)
Lebar
Jalur
(m)
Lebar
Bahu
(m)
6,0
1,5
4,5
1,0
6,0
1,5
4,5
1,0
6,0
1,0
4,5
1,0
7,0
2,0
6,0
1,5
7,0
1,5
6,0
1,5
7,0
1,5
6,0
1,0
7,0
2,0
7,0
2,0
7,0
2,0
(**)
(**)
2nx3,5
2nx3,5
2nx3,5
2,5
2,5
2,5
(**)
(**)
(*)
(*)
(*)
Keterangan:
= Tidak ditentukan
= 2 jalur terbagi, masing-masing nx3,5 (m); dimana n=jumlah lajur per jalur
= Mengacu pada persyaratan ideal
Kelas
I
II, IIIA
IIIA, IIIB
IIIC
3. Kemiringan Melintang
Jalan
Bahu
Kemiringan (%)
23
4-5
35
Keterangan
Perkerasan Aspal/Beton
Perkerasan Kerikil
LAPORAN AKHIR
Tabel 0-1
Lebar Badan Jalan
LEBAR BADAN JALAN MINIMUM (Meter)
UU N0. 38 THN 2004 PP NO. 34 THN 2006
FUNGSI JALAN
ARTERI
11
KOLEKTOR
LOKAL
7.5
Tabel 0-2.
Lebar Jalur Lalu Lintas
LEBAR BADAN JALAN MINIMUM (Meter)
PP NO. 34 THN 2006
2 [2 X 3.5]
2 X 3.5
2 X 2.75
KELAS JALAN
JALAN RAYA
JALAN SEDANG
JALANKECIL
Tabel 0-3.
Perencanaan Lebar Bahu dan Jalur Lalu Lintas
BADAN JALAN MINIMUM
(Meter)
FUNGSI JALAN
BAHU KIRI
JALUR LALU
LINTAS (DUA
ARAH)
BAHU KANAN
JALAN RAYA
2.0
7.0
2.0
JALAN SEDANG
1.5
6.0
1.5
JALANKECIL
1.0
5.5
1.0
Merujuk kepada Surat Dirjen Bina Marga Nomor. UM-0103-Db/591 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
untuk Lebar Badan Jalan, jika karena sesuatu hal (keterbatasan dana, luas tanah)
berikut patokan yang bisa digunakan selama masa transisi:
FUNGSI
JALAN
ARTERI
KET
LAPORAN AKHIR
KOLEKTOR
1.5
6.0
1.5
LOKAL
1.0
5.5
1.0
2.0
5.0
2.0
2.5
4.5
2.5
1.5
4.5
1.5
2.0
3.5
3.0
pertimbangan jumlah
LHR,
Tata
Cara
Perencanaan
Geometrik Jalan Antar
Kota. Sept. 97
C. ALINAMEN HORIZONTAL
1. Panjang Bagian Lurus
Fungsi
Datar
3000
2000
Arteri
Kolektor
Ditetapkan berdasar waktu tempuh kendaraan tidak lebih dari 2,5 menit
2. Jari-Jari Minimum
Vr (km/jam)
Rmin Yang diijinkan (m)
Rmin
Tanpa
lengkung
peralihan
Rmin Tanpa Superelevasi
(m)
Panjang Lengkung (m)
120
600
2500
100
370
1500
80
210
900
70
160
700
60
110
500
5000
2000
1250
900
700
200
170
140
120
100
50
80
350
40
50
250
30
30
130
20
15
60
80
70
50
40
2
Ls
(m)
10
15
15
20
30
30
35
40
40
Superelevasi, e (%)
6
Le
Ls
Le
Ls
(m)
(m)
(m)
(m)
25
15
25
25
30
20
30
30
35
25
40
35
40
30
45
40
60
45
70
65
70
50
80
70
80
55
90
80
85
60
100
90
90
70
110
95
4
Le
(m)
20
25
30
35
55
60
65
75
80
Ls
(m)
15
20
20
25
40
40
45
50
55
8
Le
(m)
30
40
50
55
90
100
110
120
135
10
Ls
(m)
35
40
50
60
90
100
110
-
Le
(m)
40
50
60
70
120
130
145
-
4. Tikungan Gabungan
- Gabungan searah, harus dilengkapi tangen/clothoid minimum 20 meter.
Apabila R1/R2 > 2/3, gabungan searah harus dihindarkan
- Gabungan balik, harus dilengkapi tangen/clothoid minimum 20 meter.
D. ALINEMEN VERTIKAL
10
LAPORAN AKHIR
120
3
110
3
100
4
80
5
70
6
60
8
50
9
40
10
20
10
2. Panjang Kritis
V awal tanjakan
(Km/jam)
80
70
60
2.3
4
630
475
320
5
460
335
210
Kelandaian (%)
6
7
8
360
270
230
260
195
170
160
120
110
9
230
160
90
10
200
140
80
Berikut diuraikan metodologi dan rencana pelaksanaan pekerjaan teknis jalan, terdiri
dari beberapa tahap kegiatan yaitu:
1. Tahap persiapan, yang terdiri dari pekerjaan persiapan peralatan survey dan
mobilisasi.
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan,
survey inventarisasi jalan dan jembatan, survey topografi, survey lalu lintas,
survey hidrologi serta survey kondisi jalan, penyelidikan tanah dan bahan
(geoteknik & perkerasan).
3. Tahap pekerjaan kantor, terdiri dari penyusunan dan pengolahan data
lapangan, pekerjaan penggambaran topografi, analisis laboratorium tanah,
analisis
hidrologi,
perencanaan
teknis,
perhitungan
volume
pekerjaan,
LAPORAN AKHIR
mendapatkan data survey yang akurat. Apabila semua peralatan dan personil
yang terlibat sudah siap maka sesuai jadwal dan rencana kerja, maka peralatan
dan personil tersebut akan dimobilisasikan.
Sebelum memulai pekerjaan, konsultan akan mengadakan konsultasi terlebih
dahulu dengan Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Kota
Administrasi Jakarta Barat yaitu untuk mengadakan konfirmasi mengenai
volume pekerjaan dan ruas-ruas jalan yang akan ditangani.
Konsultan akan berusaha untuk mendapatkan informasi umum mengenai kondisi
ruas jalan yang akan disurvey, sehingga dapat mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaan survey di setiap ruas jalan yang akan
direncanakan.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan, survey
inventarisasi kondisi dan geometrik jalan, survey inventarisasi kondisi jembatan,
survey topografi, survey lalu lintas, survey lokasi sumber material, survey upah,
material dan harga satuan, survey penyelidikan tanah/geoteknik serta survey
hidrologi. Uraian masing-masing pekerjaan akan diberikan pada bagian berikut
ini.
1. Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan adalah survey yang dilakukan pada awal pekerjaan di
lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai
bahan penting bahan kajian teknis untuk bahan pekerjaan selanjutnya.
Survey ini diharapkan dapat memberikan saran dan bahan pertimbangan
terhadap survey detil lanjutan.
Lingkup pekerjaan Survey Pendahuluan adalah sebagai berikut:
1) Studi Literatur
Pada tahapan ini dikumpulkan data pendukung perencanaan termasuk
laporan studi-studi terdahulu, laporan lingkungan dan laporan-laporan
lainnya yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi/mempengaruhi
jalan yang direncanakan.
2) Koordinasi dengan Instansi terkait
12
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
pemeriksaan
jalan,
akan
dilakukan
dengan
metoda
yang
2)
Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, WC, AC-BC, AC Base,
Nacas, Lasbutag, Penetrasi Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement dsb.
3)
Nilai RCI dari kondisi perkerasan jalan (Road Condition Index), yang
dapat diperoleh dari survey NAASRA Roughness Meter atau ditentukan
secara visual.
4)
Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu, kereb, kondisi drainase
samping, jarak pagar/bangunan penduduk/tebing pinggir perkerasan.
5)
Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan
lokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6)
LAPORAN AKHIR
7)
8)
LAPORAN AKHIR
16
LAPORAN AKHIR
c) Pos Kelas C: yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada
ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang rendah dengan LHR
5.000 Kendaraan.
2) Periode Perhitungan Lalu Lintas
Pos Kelas A
Pelaksanaan perhitungan lalu lintas dilakukan selama periode 40 jam
selama 2 hari, mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir
pada pukul 22.00 pada hari kedua
Pos Kelas B
Pelaksanaan perhitungan sama seperti pada pos kelas A.
Pos Kelas C
Pelaksanaan perhitungan dilakukan selama periode 16 jam mulai
pukul 06.00 pagi dan berakhir pukul 22.00 pada hari yang sama yang
ditetapkan untuk pelaksanaan perhitungan.
3) Pemilihan Lokasi Pos Perhitungan Lalu lintas
Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari ruas
jalan, tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik (komuter) yang tidak
mewakili ruas tersebut.
Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua
arah, sehingga memungkinkan pencatatan kendaraan dengan mudah
dan jelas. Lokasi pos tidak dapat ditempatkan di persilangan jalan.
4) Pengelompokan Kendaraan
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 8
kelompok
mencakup
kendaraan
bermotor
dan
kendaraan
tidak
bermotor.
Golongan/
Kelompok
1
2
Jenis Kendaraan
Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang dan
kendaraan motor roda 3
Sedan, Jeep dan station wagon
17
LAPORAN AKHIR
Golongan/
Kelompok
3
4
5a
5b
6
7a
7b
7b
8
Jenis Kendaraan
Opelet, Pick-up opelet, Suburban, Combi, Minibus
Pick-up, Micro Truck dan mobil hantaran atau Pick up
box
Bus Kecil
Bus Besar
Truk 2 sumbu
Truk 3 sumbu
Truk gandengan
Truk semi trailer
Kendaraan tidak bermotor, sepeda, becak,
andong/dokar, gerobak sapi
18
LAPORAN AKHIR
6. Survey Topografi
Pengukuran
topografi
dilakukan
sepanjang
ruas
jalan
yang
akan
LAPORAN AKHIR
Titik awal dan titik akhir rencana relokasi jalan serta per 5 KM
dipasang patok beton masing-masing 2 buah sebagai pengikatan.
b) Pengukuran Poligon
Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran poligon adalah sebagai
berikut:
Jarak diukur dengan pita ukur dalam satu arah, dikontrol dengan
pembacaan ke muka dan ke belakang dari jarak optis
c) Pengukuran Waterpass
20
LAPORAN AKHIR
adalah sebagai
berikut:
Alat yang digunakan adalah Wild Nak 2/ Zeiss NI2 atau alat sipat
datar otomatik lainnya yang sejenis.
Dilakukan setiap jarak interval 50 meter pada bagian lurus dan relatif
datar, 25 meter pada bagian berbelok/berbukit-bukit.
21
LAPORAN AKHIR
Ketinggian muka air banjir, muka air normal dan muka air terendah
harus diketahui dan dicatat.
Daerah tikungan tajam pada bagian trase jalan yang sudah ada
badan jalannya.
g) Penggambaran
22
LAPORAN AKHIR
terhadap
koordinat
titik-titik
kontrol/Benchmark
bukan
23
LAPORAN AKHIR
Pengukuran
beban
gandar
belakang
harus
dilakukan
dengan
Lokasi awal dan akhir pemeriksaan akan dicatat dengan jelas (patok
Km, Sta).
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
dengan
menggunakan
56
pukulan.
Yang
pertama
Hasil
percobaan
digambar
pada
formulir
HR.23.
Tiga
titik
27
LAPORAN AKHIR
8. Survey Hidrologi
Survey hidrologi bertujuan untuk mencari data yang diperlukan dalam
analisa hidrologi dan selanjutnya dapat dipergunakan dalam perencanaan
drainase.
Perencanaan drainase meliputi penentuan jenis dan dimensi dari bangunanbangunan drainase, disamping itu untuk menentukan bentuk potongan jalan
itu sendiri.
Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam survey ini meliputi:
Menganalisa pola aliran pada daerah rencana trase jalan yang paling
aman dilihat dari pengaruh pola aliran tersebut.
Menentukan luas daerah pengaruh dari pola aliran air (catchment area)
dan jenis tanah daerah aliran yang bersangkutan.
topografi,
teknis,
analisis
perhitungan
laboratorium
volume
tanah,
pekerjaan,
analisis
hidrologi,
perhitungan
biaya,
28
LAPORAN AKHIR
1. Penggambaran Topografi
Pekerjaan penggambaran topografi mengacu kepada standar penggambaran
yang berlaku di BINA MARGA dan tidak perlu dibahas lebih dalam. Sebagai
pedoman umum penggambaran akan diuraikan di bawah ini.
Pembuatan peta situasi skala 1 : 1.000 dengan interval garis tinggi 1 meter
dan indeks kontur tiap 5 meter.
Pencantuman semua patok ikat dan titik detail dengan dilengkapi tanda
nomor, ketinggian dan koordinatnya.
Pencantuman detail situasi yang ada seperti: batas rawa, lebar sungai dan
saluran, ukuran jembatan dan gorong-gorong dan objek yang dianggap
penting.
Berat jenis tanah basah dan kering (Wet and dry density)
Porositas tanah
Uji CBR
29
LAPORAN AKHIR
Perhitungan:
Penentuan:
Dimensi gorong-gorong
30
LAPORAN AKHIR
kemudian melaporkannya
dimintakan
persetujuannya.
Draft
setiap detail
tersebut
digambar
yang penting
seperti batas rawa, kebun, hutan lindung, rumah, sungai dan lainlain.
Elemen-elemen
lengkung
horizontal
(curve
data)
yang
31
LAPORAN AKHIR
32
LAPORAN AKHIR
33
LAPORAN AKHIR
(1)
(2)
Biaya
pemilikan
yang
mencakup
penyusutan
(depresiasi)
Harus
dicatat
bahwa
upah
operator/pengemudi
tidak
Bab II
Bab III
Bab IV
Data Kontrak
Bab V
Spesifikasi
Bab VI
Daftar Kuantitas
34
LAPORAN AKHIR
Bab VII
Gambar-gambar
Bab VIII
35
LAPORAN AKHIR
dengan
kemacetan
yang
semakin
memprihatinkan.
Tuntutan
masyarakat begitu tinggi untuk mendapatkan layanan prima dari ruas-ruas jalan Ibu
Kota. Salah satu pilar utama dalam sektor transportasi adalah pengelolaan
infrastruktur transportasi (transport supply management) berupa penyediaan
jaringan jalan yang handal guna mengakomodasi dan memfasilitasi pergerakan
barang dan orang yang semakin meningkat.
Peningkatan ini tercermin dari pertama, mobilitas pergerakan orang makin
meningkat, kedua, pertumbuhan kendaraan semakin melaju cepat, dan ketiga,
kebutuhan akan angkutan barang (long vehicles). Ketika laju kebutuhan 'demand ini
tidak dapat dipenuhi oleh penyediaan supply yang memadai, maka kondisi ini
sangat berpotensi meng akibat kan trouble spots, baik pada ruas jalan maupun
simpang.
Jumlah titik jalan rusak saat ini semakin bertambah cukup tinggi, mencapai 133,6
%,. Sejak awal tahun 2014, jalan rusak mencapai 3.905 titik di 521 ruas jalan,
meningkat sebanyak 2.234 titik. Dari data tersebut dapat dihitung bahwa jalan rusak
terjadi setiap 2,6 menit. Hal itu terlihat dari 14 hari dikalikan 60 menit. Hasilnya 840
menit dibagi dengan pertambahan kerusakan jalan sebanyak 2.234 titik.
Dari jumlah 3.903 titik jalan rusak tersebar di lima wilayah DKI Jakarta. Total luas
jalan rusak di lima wilayah ada seluas 119.448,5 meter persegi. Ruas jalan yang
diperbaiki sebanyak 161 ruas jalan. Sisanya sedang mengupayakan perbaikan 351
ruas jalan rusak. Jalan di wilayah Jakarta Barat, total ruas jalan rusak ada sebanyak
108 ruas jalan, dengan 210 titik ruas jalan rusak seluas 7.649 meter persegi. Dari
36
LAPORAN AKHIR
jumlah tersebut, baru sebanyak 75 ruas jalan diperbaiki, sedangkan 32 ruas jalan
belum diperbaiki.
3.2 GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN
Salah satu wilayah administratif Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang dipimpin
oleh seorang walikota adalah Wilayah Administrasi Kota Jakarta Barat yang terdiri
dari 8 kecamatan, yaitu Grogol, Palmerah, Cengkareng, Kalideres, Tambora,
Tamansari, Kembangan, dan Kebon Jeruk. Jakarta Barat dibentuk berdasarkan SK
Gubernur DKI Jakarta No. Id.3/I/I/ 66 tanggal 12 Agustus 1966 dan mulai berlaku 1
September 1966.
Sebelah utara adalah batas DKI Jakarta dengan Tangerang Pantai Laut Jawa;
37
LAPORAN AKHIR
Sebelah timur meliputi, Muara Alur-kali Muara Angke Jl. Angke Rel KA dari
barat ke timur Rel KA dari barat ke timur-Rel KA dari utara ke selatan Jl.
Ketapang sampai Banjir Kanal Jl. Jati Petamburan Pal Merah;
Sebelah
selatan
adalah
batas
DKI Jakarta
dengan
Tangerang-Kali
38
LAPORAN AKHIR
Nama jalan
Tingkatan Jalan
2006
2030
Jl.S.Parman
Tol/Arteri Primer
69
85
Jl.Tomang Raya
Arteri Sekunder
40
47
Jl. KS.Tubun
Arteri Primer
30
47
Jl.Tol Jakarta-Merak
Tol
52
52
Jl.Cengkareng Utara
Arteri Sekunder
18
30
Jl Cengkareng Barat
Kolektor Primer
18
25
Jl.Cengkareng
Tengah
Kolektor Primer
18
20
39
LAPORAN AKHIR
Jl.Batu Sari
Arteri Sekunder
14
25
Jl.Brigjen Katamso
Arteri Sekunder
18
18
10
Jl.Duri
Utama
Arteri Sekunder
22
26
11
Kolektor Primer
10
15
12
Jl.Cengkareng Timur
Kolektor Primer
10
15
13
Jl.Cengkareng Barat
Kolektor Selatan
10
15
14
Jl.Rawa Belong
Arteri Sekunder
12
15
Kosambi
jalan
sesuai
dengan
prioritas
pengembangan,
40
LAPORAN AKHIR
Wilayah Kelurahan Kapuk terdiri dari areal industri, hutan lindung, cagar alam dan
permukiman penduduk.
Luas wilayah Kelurahan Kapuk 723 ha dengan jumlah penduduk 53.965 jiwa dan
18.887 KK dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara
Pantai
Laut
Jawa
mengarah ke Timur
Sebelah Timur
antara
Kali
Cengkareng
Drain
Sebelah Selatan :
Sebelah Barat
LAPORAN AKHIR
42
LAPORAN AKHIR
43