Anda di halaman 1dari 11

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH


DAN KEBENCANAAN

1. Gambaran Umum Wilayah Lombok Tengah

Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu dari 10 (sepuluh)


kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Posisinya terletak di antara 116005’ sampai 116024’ Bujur Timur dan
8024’ sampai 8057’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 120.859
Ha. Berdasarkan letaknya, batas-batas wilayah Kabupaten Lombok
Tengah yaitu:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Timur dan


Kabupaten Lombok Utara;

 Sebelah timur berbatasan dengan Samudera Indonesia;

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat;

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Timur.

Secara administratif, wilayah Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari


Praya Barat, Praya Barat Daya, Pujut, Praya Timur, Janapria,
Kopang, Praya, Praya Tengah, Jonggat, Pringgarata, Batukliang, dan
Batukliang Utara. Gambaran administratif Kabupaten Lombok
Tengah tersebut dapat dilihat pada peta administrasi Kabupaten
Lombok Tengah pada Gambar 1.

Final Report
9
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah

Pada Tahun 2010, Kabupaten Lombok Tengah mengalami


pemekaran wilayah sebanyak 15 desa, sehingga jumlah desa yang
ada di kabupaten Lombok Tengah berjumlah 127 desa dan 12
kelurahan. Sedangkan, kecamatan tetap berjumlah 12 kecamatan.
Jumlah desa dan kelurahan per kecamatan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 1. Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Lombok Tengah

JUMLAH
NO KECAMATAN
Desa Kelurahan
1. PRAYA BARAT 10 -
2. PRAYA BARAT DAYA 11 -
3. PUJUT 16 -
4. PRAYA TIMUR 10 -
5. JANAPRIA 12 -
6. KOPANG 11 -
7. PRAYA 6 9
8. PRAYA TEGAH 9 3

Final Report
10
JUMLAH
NO KECAMATAN
Desa Kelurahan
9. JONGGAT 13 -
10. PRINGGARATA 11 -
11. BATUKLIANG 10 -
12. BATUKLIANG UTARA 8 -
KABUPATEN LOMBOK TENGAH 127 12
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2015

Tabel di atas memperlihatkan bahwa Kabupaten Lombok Tengah


terdiri dari 12 kecamatan, 127 desa dan 12 kelurahan. Penentuan
wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah
satu faktor penting dalam pengkajian risiko bencana. Wilayah
administrasi berguna untuk menentukan bahaya yang berpotensi di
setiap desa/kelurahan yang berada di Kabupaten Lombok Tengah.
Selain wilayah administrasi, luas wilayah dan jumlah penduduk juga
berperan penting dalam pengkajian risiko bencana. Luas wilayah
dan jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan di


Kabupaten Lombok Tengah

PENDUDUK (Jiwa) LUAS


NO KECAMATAN WILAYAH
Laki-Laki Perempuan Total (Ha)
1. PRAYA BARAT 34.721 37.911 72.632 15.275
2. PRAYA BARAT DAYA 34.372 34.991 69.363 12.497
3. PUJUT 48.765 52.980 101.745 23.355
4. PRAYA TIMUR 31.342 34.455 65.797 8.257
5. JANAPRIA 33.196 38.872 72.068 6.923
6. KOPANG 36.432 42.895 79.327 6.166
7. PRAYA 52.185 56.529 108.714 6.126
8. PRAYA TEGAH 29.388 32.072 61.460 6.594
9. JONGGAT 45.050 48.632 93.682 7.155
10. PRINGGARATA 31.441 34.831 66.272 5.278
11. BATUKLIANG 34.453 40.511 74.964 5.037
12. BATUKLIANG UTARA 23.224 26.554 49.778 18.196
KABUPATEN LOMBOK
434.569 481.233 915.802 120.859
TENGAH
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015

Final Report
11
Tabel 2 menunjukan luas wilayah dan jumlah penduduk per
kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah. Luas wilayah berkaitan
dengan analisa wilayah terpapar suatu bencana dalam pengkajian
risiko bencana. Beberapa bencana terjadi dapat berkemungkinan
memberikan dampak atau dirasakan pada hampir seluruh wilayah
pada satu kecamatan. Sedangkan untuk sebaran penduduk dari
tabel tersebut terlihat tidak merata. Paparan jumlah penduduk
berhubungan langsung dengan potensi penduduk terpapar di
Kabupaten Lombok Tengah. Potensi penduduk terpapar dilihat
berdasarkan kepadatan penduduk dan gambaran kondisi wilayah
domisili.

Disamping itu selain, yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa


Kawasan Mandalika sebagai kawasan pariwisata dengan asumsi
jumlah kunjungan wisatawan di Prov. NTB terus meningkat setiap
tahunnya

Dampak ataupun kemungkinan kejadian bencana dilihat


berdasarkan kondisi daerah Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten
Lombok Tengah terbagi atas tiga wilayah dengan topografi yang
berbeda. Bagian utara merupakan dataran tinggi dan merupakan
kaki Gunung Rinjani yang meliputi Kecamatan Batukliang,
Batukliang Utara, Kopang, dan Pringgarata. Bagian tengah meliputi
Kecamatan Praya, Praya Tengah, Praya Barat, Praya Barat Daya,
Praya Timur, Janapria, dan sebagian Kecamatan Jonggat.
Sedangkan bagian selatan merupakan daerah yang berbukit-bukit
dan sekaligus berbatasan dengan Samudra Indonesia. Bagian
selatan ini meliputi wilayah Kecamatan Pujut, sebagian Kecamatan
Praya Barat, Praya Barat Daya dan Praya Timur. Oleh karena
berbatasan dengan Samudra Indonesia, maka wilayah ini

Final Report
12
memendam potensi bahaya gelombang ekstrim dan abrasi, dan
tsunami.

Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim tropis dengan musim


kemarau yang kering. Musim hujan, daerah ini memiliki curah hujan
yang relatif tinggi dan dapat menjadi pendukung bagi kegiatan di
sektor pertanian dan juga wisata alam pegunungan. Jumlah hari
hujan per bulan di Kabupaten Lombok Tengah berkisar antara 4
hingga 11 hari dengan curah hujan berkisar antara 49 mm hingga
175 mm. Jika dilihat dari kecamatannya, Kecamatan Praya Barat
memiliki jumlah hari hujan paling sedikit. Tingginya curah hujan
merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya bahaya banjir jika
tidak ditanggulangi dengan baik di Kabupaten Lombok Tengah.

Gambaran kondisi diatas mempengaruhi potensi kejadian bencana di


kawasan Mandalika Resort.

2. Gambaran Umum Kawasan Mandalika


Kondisi wilayah dapat memberikan pengaruh terbesar terhadap risiko
bencana, jenis potensi bencana yang terjadi di suatu wilayah.
Pengaruh terhadap risiko bencana di Kawasan Mandalika Resort adalah
sebagai berikut:
 Kawasan Mandalika Resort berada pada wilayah administrasi desa
Kuta, desa Sukadana, desa Sengkol dan desa Mertak Kecamatan
Pujut Kabupaten Lombok Tengah dengan luas lahan adalah 1.035,67
Ha.
 Bentuk lahan adalah iregular memanjang Barat‐Timur dengan kontur
berbukit di beberapa bagian kawasan, mulai dari daratan hingga tepi
pantai.
 Secara geografis batas kawasan Mandalika Resort , sebagai berikut :
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Final Report
13
Sebelah Utara : Kawasan hutan lindung
Sebelah Timur : Kawasan hutan lindung
Sebelah Barat : Kawasan hutan lindung
 Batasan Kawasan Mandalika sebelah selatan mencakup area Pantai
Kuta, Pantai Serenting, Tanjung Aan, dan Pantai Gerupuk yang
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sepanjang ….. Km

3. Gambaran Umum kebencanaan

3.1. Sejarah Kebencanaan Indonesia


Indonesia adalah sebuah negeri yang rawan bencana. Sejarah
mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya
berbagai peristiwa yang menimbulkan dampak yang cukup besar.
Salah satunya letusan gunung api terbesar di dunia. Tahun 1815
Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara
Barat dan Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883.
Bencana yang paling mematikan selanjutnya pada awal abad XXI
juga dari Indonesia. Gempa bumi besar terjadi pada tanggal 26
Desember 2004, di dalam laut sebelah barat Pulau Sumatra di
dekat Pulau Simeuleu. Gempabumi ini memicu tsunami yang
menewaskan lebih dari 225.000 jiwa. Bencana yang menimbulkan
korban jiwa masif ini melanda beberapa negara di Asia Tenggara
dan Selatan. Di Indonesia sendiri, gempa bumi dan tsunami
mengakibatkan sekitar 165.798 korban jiwa dan nilai kerusakan
yang ditimbulkan mencapai lebih dari Rp 48 triliun. Secara umum
jumlah kejadian dapat dilihat pada tabel 1. Selain bencana yang
berskala besar, bencana di Indonesia hampir setiap tahun
menimbulkan kerugian tidak sedikit. Total dari kejadian ini
menimbulkan kerugian material dan non-material senilai triliunan
rupiah. Demikian pula kekeringan yang semakin sering terjadi di
Final Report
14
beberapa daerah di Indonesia, selain mengancam produksi
tanaman pangan juga kian mempermiskin penduduk yang mata
pencahariannya tergantung pada pertanian, perkebunan dan
peternakan. Persentase jumlah kejadian bencana di Indonesia dari
tahun 1815-2011 dari data DIBI dapat dilihat pada Gambar 4
dibawah ini.

Gambar 2 Prosentase kejadian bencana di Indonesia tahun 1815-2011

3.2. Sejarah Kebencanaan di Provinsi NTB


Sejarah bencana yang pernah terjadi di Propinsi NTB merupakan bencana
alam dan non-alam serta bencana sosial akibat ulah manusia, antara lain:
 Gempa bumi/tsunami (tahun 1979, 1979, 2003 dan 2004),
 Letusan gunungapi (G. Rinjani tahun 1994, 2004, 2009 dan G.
Sangeang Api tahun 1985, 1997, 2009)
 Tanah longsor di beberapa wilayah (tahun 1994, 2000).
Terdapat 10 potensi bencana yang teridentifikasi berdasarkan sejarah
kejadiannya. Kelompok potensi bencana tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Final Report
15
Tabel 3. Sejarah Bencana di Prov. NTB

POTENSI BENCANA PROV. NTB


BERDASARKAN CATATAN SEJARAH
1. Banjir 6. Cuaca Ekstrim
2. Banjir Bandang 7. Tanah Longsor
3. Gelombang Ekstrim dan 8. Epidemiologi dan Penyakit
Abrasi
4. Gempa Bumi 9. Kegagalan Teknologi
5. Kekeringan 10. Tsunami

Jumlah kejadian bencana di Provinsi NTB dari tahun 1885-2015


adalah sebanyak 271 kali kejadian. Dari data yang tercatat
pada sejarah Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI),
telah tercatat 10 jenis kejadian bencana yang pernah terjadi di
Provinsi NTB. Untuk bencana kebakaran hutan dan lahan serta
bencana letusan gunungapi meskipun pernah beberapa kali
terjadi, namun kejadian tersebut tidak memberikan dampak
yang signifikan. Bencana yang paling sering terjadi adalah
bencana banjir yang pernah terjadi sebanyak 107 kejadian.
Bencana lain yang juga sering terjadi adalah bencana
kekeringan dengan jumlah kejadian sebanyak 69 kejadian,
bencana ini merusak lahan dengan total luas 776 Ha.
Persentase kejadian dari masing-masing bencana di Provinsi
NTB dari tahun 1885-2015 dapat kita lihat pada gambar 1

Final Report
16
Gambar 3. Persentase Tingkat Kejadian Bencana Provinsi NTB Tahun 1885-2015

Sumber: Data Dan Informasi Bencana Indonesia Tahun 2011-2015

Gambaran kondisi diatas mempengaruhi potensi kejadian


bencana di Kabupaten Lombok Tengah. Jika dilihat dari sejarah
kejadian dari DIBI tahun 2015 total ada 31 kali kejadian dari 7
jenis kejadian bencana. Untuk lebih jelas persentase kejadian
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Grafik Sejarah Kejadian Bencana di Kabupaten Lombok Tengah

Final Report
17
Berdasarkan catatan kejadian diatas maka kejadian
kekeringan merupakan kejadian yang dominan terjadi di
Kabupaten Lombok Tengah dengan persentase 36%. Kejadian
lain yang pernah terjadi adalah angin puting beliung (cuaca
ekstrim) sebanyak 26% dan banjir sebanyak 16%.

Berdasarkan catatan BMKG sejarah kegempaan di Nusa


tenggara Barat dari tahun 1812-2014 tercatat 14 kali kejadian
gempabumi dan 3 diantaranya menimbulkan tsunami.
Tsunami yang terjadi 39 tahun silam di Sumbawa pada 19
Agustus 1977, Tsunami menyebabkan tinggi gelombang laut
mencapai 3,5 meter yang melanda Bali, Lombok, Sumbawa
dan Sumba. Tsunami ini di NTB mengakibatkan 107 orang
meninggal, 54 orang hilang, 440 rumah hilang dan 467
perahu rusak dan hilang.
Tahun 2004 terjadi gempabumi di kecamatan Pemenang , Kab
Lombok Utara dengan Magnitude 6,2 SR menimbulkan 2.224
rumah rusak, 32 orang luka-luka dan 24 mesjid mengalami
kerusakan . Kemudian pada 7 tahun kemudian pada lokasi
yang hamper sama terjadi gempabumi menimbulkan 5.286
rumah rusak dan 30 orang luka-luka.

3.3. TREND KEJADIAN BENCANA


Untuk mengoptimalkan upaya penanggulangan bencana di Kawasan
Mandalika Resort perlu menentukan bencana prioritas. Bencana
prioritas didefinisikan sebagai bencana dengan frekuensi kejadian
yang mempunyai dampak paling besar yang dapat merugikan
perekonomian kawasan Mandalika dan di prediksi dapat
menimbulkan banyak korban manusia, terganggunya perekonomian
dan investasi di kawasan Mandalika. Bencana yang masuk kategori
Final Report
18
ini perlu mendapat perhatiannya karena kerugian yang ditimbulkan
dari kejadian bencana ini paling besar. Diharapkan dengan
ditentukannya bencana prioritas maka upaya penanggulangan
bencana akan mampu mengurangi risiko bencana secara signifikan.
Pemilihan bencana prioritas dapat dilakukan dengan melakukan
kajian risiko berdasarkan data pada peta risiko. Analisis kajian yang
dimaksud akan dilakukan pada bab 4.

Final Report
19

Anda mungkin juga menyukai