Oleh:
Abstrak: Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan
diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada
dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi.
Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang kedap air
dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang paling dominan
terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih
dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kawasan pemukiman dengan
konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan pemukiman. Sebagai Ibu kota
Kabupaten Lombok Tengah tentu akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah
kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3)
Tahap, yaitu Identifikasi Risiko, Pembuatan Peta Risiko, Mitigasi Risiko. Berdasarkan hasil pemetaan
potensi risiko permukiman kumuh Kelurahan Praya berada pada Tingkat Kekumuhan Sedang, dan
pemetaaan potensi risiko diharapkan pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembali
atau Peremajaan. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan dengan
perbaikan jalan setempat, penyediaan bak sampah, dan penanganan air limbah setempat.
PENDAHULUAN
Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh memberikan efek visual yang jelek, tingkat
tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai
maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan dengan standar kesehatan dan memberikan dampak
diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk.
kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang
pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas terjadi perlu segera dilakukan penanganan sehingga
penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat
Perkembangan daerah urban mengubah lahan dan layak huni serta berkualitas.
dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang Pentingnya penanganan permasalahan
kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang
kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang ditegaskan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang
paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah Perumahan dan Permukiman bahwa penataan
aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas perumahan dan permukiman bertujuan untuk: (1)
ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu
ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kebutuhan dasar manusia, dalam rangka
kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan manusia; (2) Mewujudkan perumahan dan
pemukiman. Sebagai Ibu Kota Kabupaten Lombok permukiman yang layak dalam lingkungan yang
Tengah, Kelurahan Praya akan menghadapi sehat, aman serasi dan teratur. Sebelum melakukan
permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah penanganan terhadap kawasan permukiman kumuh,
kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan perlu dilakukan telaah tentang kawasan
permukiman kumuh. permukiman kumuh (slum). Identifikasi ini sangat
Keberadaan lingkungan kawasan permukiman penting sebagai dasar dalam menemukenali
kumuh membawa permasalahan baru, seperti kawasan permukiman kumuh. Proses ini mencakup
perkembangan fisik kota yang tidak baik, tiga segi: 1) kondisi fisiknya; 2) kondisi sosial
ekonomi budaya komunitas yang bermukim di masyarakat dalam melihat pengaruh masing-
permukiman tersebut 3) dampak oleh kedua masing kriteria.
kondisi tersebut. Kriteria Vitalitas Non Ekonomi
dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian
METODE PENELITIAN kawasan kumuh dengan indikasi terhadap
penanganan peremajaan kawasan kumuh yang
Penelitian dilakukan di Kelurahan Praya dapat memberikan tingkat kelayakan kawasan
Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini permukiman tersebut apakah masih layak sebagai
dilakukan dalam Tiga (3) Tahap, yaitu : kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi.
1. Identifikasi Risiko Kriteria ini terdiri atas variabel sebagai berikut:
Kegiatan identifikasi risiko ini dilakukan 1. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan
dengan melakukan survey awal kelokasi, serta dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau
melakukan wawancara dengan masyarakat dan RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas
instansi terkait di lingkungan tersebut. kawasan dalam ruang kota.
2. Penilaian dan Pembuatan Peta Risiko 2. Fisik bangunan perumahan permukiman
Berdasarkan hasil identifikasi risiko dilanjutkan dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
dengan penilaian dan pembuatan peta risiko terhadap penanganan kawasan permukiman
berdasarkan tipologi kawasan kumuh. kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian
3. Mitigasi Risiko berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari pmbuatan didalamnya.
peta risiko kumuh, dengan memberikan solusi 3. Kondisi Kependudukan dalam kawasan
penanganan kawasan kumuh di Kelurahan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai
Praya. indikasi terhadap penanganan kawasan
permukiman kumuh berdasarkan kerapatan
TINJAUAN PUSTAKA dan kepadatan penduduk.
a. Identifikasi Risiko Kriteria Vitalitas Ekonomi dinilai mempunyai
kepentingan atas dasar sasaran program
Untuk melakukan identifikasi kawasan penanganan kawasan permukiman kumuh terutama
permukiman kumuh digunakan kriteria. Penentuan pada kawasan kumuh sesuai gerakan city without
kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan slum sebagaimana menjadi komitmen dalam Hari
dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau Habitat Internasional. Oleh karenanya kriteria ini
dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi akan mempunyai tingkat kepentingan penanganan
dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) kawasan permukiman kumuh dalam kaitannya
tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan dengan indikasi pengelolaan kawasan sehingga
penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi peubah penilai untuk kriteria ini meliputi:
fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. 1. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak
Selain itu digunakan kriteria sebagai kawasan kedudukannya pada wilayah kota, apakah
penyangga kota metropolitan seperti kawasan apakah kawasan itu strategis atau kurang
permukiman kumuh teridentifikasi yang berdekatan strategis.
atau berbatasan langsung dengan kawasan yang 2. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota,
menjadi bagian dari kota metropolitan. dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi
Berdasarkan uraian diatas maka untuk memberikan ketertarikan pada investor untuk
menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh dapat menangani kawasan kumuh yang ada.
digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini
kedalam kriteria: adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
1. Vitalitas Non Ekonomi perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun,
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan pertokoan, atau fungsi lainnya.
3. Status Kepemilikan Tanah 3. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata
4. Keadaan Prasarana dan Sarana pencaharian penduduk kawasan permukiman
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota kumuh.
6. Prioritas Penanganan Kriteria status tanah sebagai mana tertuang
Kegiatan penilaian kawasan permukiman dalam Inpres No. 5 tahun 1990 tentang Peremajan
kumuh dilakukan dengan sistem pembobotan pada Permukiman Kumuh adalah merupakan hal penting
masing-masing kriteria diatas. Umumnya untuk kelancaran dan kemudahan pengelolaanya.
dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot Kemudahan pengurusan masalah status tanah dapat
pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam menjadikan jaminan terhadap ketertarikan investasi
penentuan bobot kriteria bersifat relatif dan
bergantung pada preferensi individu atau kelompok
dalam suatu kawasan perkotaan. Perubah penilai 1. Pembobotan Kriteria Vitalitas Non Ekonomi
dari kriteria ini meliputi:
1. Status pemilikan lahan kawasan perumahan
permukiman.
2. Status sertifikat tanah yang ada.
Kriteria Kondisi Prasarana dan sarana yang
mempengaruhi suatu kawasan permukiman
menjadi kumuh, paling tidak terdiri atas:
1. Kondisi Jalan
2. Drainase
3. Air bersih
4. Air limbah
Komitmen pemerintah daerah (kabupaten/ kota/ Gambar 1. Kriteria Vitalitas Non Ekonomi
propinsi) dinilai mempunyai andil sangat besar
untuk terselenggaranya penanganan kawasan 2. Pembobotan Kriteria Vitalitas Ekonomi
permukiman kumuh. Hal ini mempunyai indikasi
bahwa pemerintah daerah menginginkan adanya
keteraturan pembangunan khususnya kawasan yang
ada di daerahnya. Perubah penilai dari kriteria ini
akan meliputi:
1. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan
penanganan kawasan kumuh dengan indikasi
penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan
penanganannya.
2. Ketersediaan perangkat dalam penanganan,
seperti halnya rencana penanganan (grand
scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya. Gambar 2. Kriteria Vitalitas Ekonomi
Untuk menentukan lokasi prioritas penanganan,
selanjutnya digunakan kriteria lokasi kawasan
3. Pembobotan Kriteria Status Tanah
permukiman kumuh yang diindikasikan memiliki
pengaruh terhadap (bagian) kawasan perkotaan
metropolitan sekaligus sebagai kawasan
permukiman penyangga. Kriteria ini akan
menghasilkan lokasi kawasan permukiman yang
prioritas ditangani karena letaknya yang berdekatan
dengan kawasan perkotaan. Penentuan kriteria ini
menggunakan variabel sebagai berikut:
1. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh
dengan pusat kota metropolitan.
2. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh
dengan kawasan pusat pertumbuhan bagian kota
metropolitan. Gambar 3. Kriteria Status Tanah
3. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh 4. Pembobotan Kriteria Prasarana Sarana
dengan kawasan lain (perbatasan) bagian kota
metropolitan.
4. Kedekatan lokasi kawasan kumuh dengan letak
ibukota daerah yang bersangkutan.
c. Mitigasi Risiko
Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari pembuatan
5. Pembobotan Upaya Penanganan Pemerintah peta risiko kumuh, dengan memberikan solusi
Kota/Kabupaten penanganan kawasan kumuh di Kelurahan Praya
berdasarkan dari hasil survey pendahuluan dan
penilaian dari hasil survey sudah dilaksanakan.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA