Anda di halaman 1dari 208

Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

BAB 2
KONDISI EKSISTING WPS
JAKARTA-BOGOR-CIAWI-SUKABUMI

2.1 GAMBARAN UMUM

2.1.1 Orientasi

Sebagaimana telah digariskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 bahwa penyusunan Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS) didasarkan atas mengingat sangat luasnya wilayah
nasional Indonesia, maka untuk memudahkan pengelolaannya, pengembangan wilayah
dibagi menurut wilayah pulau/kepulauan yang dikelompokkan ke dalam beberapa tipe
wilayah pengembangan yang diistilahkan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)
yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim
berdasarkan pada tema atau potensi per pulau.

Ilustrasi arah pembangunan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) seluruh pulau


sebagaimana terlihat pada gambar 2.1. Dalam hal ini, setiap wilayah pulau/kepulauan
tersebut dipilah ke dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yang
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok WPS, yaitu: Kelompok WPS Pusat pertumbuhan
terpadu; Kelompok WPS Pusat pertumbuhan sedang berkembang; dan Kelompok WPS
Pertumbuhan baru. Ke 35 WPS tersebut tersebar di seluruh pulau dan kepulauan yaitu:
Pulau Sumatera (6 WPS), Pulau Sulawesi (5 WPS), Pulau Kalimantan (4 WPS),
Kepulauan Maluku (2 WPS), Pulau Bali - Nusa Tenggara (5 WPS), Pulau Papua (4 WPS),
Pulau Jawa (8 WPS), dan Pulau-Pulau Kecil Terluar (1WPS).

II-1
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.1 Wilayah Pengembangan Strategis

II-2
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Berdasarkan sebaran Wilayah Pengembangan Strategis maka WPS 7 Jakarta-Bogor-


Ciawi-Sukabumi termasuk kedalam WPS Pulau Jawa Bali termasuk kedalam kategori
Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang. Gambar 2.2 berikut menggambarkan
orientasi WPS 7 dilihat dari WPS Pulau Jawa Bali.

Gambar 2.2 Posisi WPS 7 dalam WPS Pulau Jawa-Bali

II-3
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.1 Orientasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakata-BogorCiawi-Sukabumi

II-4
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.1.2 Letak Administrasi WPS Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

A. Cakupan Wilayah dan Luas WPS

Wilayah Pengembangan Strategis JakartaBogorCiawi-Sukabumi (WPS 7)


merupakan bagian dari Wilayah Pengembangan Strategis Pulau Jawa Bali yang
secara geografis terletak pada 106017-107021 BT dan 60023- 703116 LT, dengan
batas-batas:
Utara : Laut Jawa.
Timur : Kabupaten Cianjur, Kota Depok, Kabupaten Karawang dan Kabupaten
Purwakarta,
Selatan : Samudera Hindia
Barat : Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang
Selatan, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten Serang dan Kota
Serang.

Wilayah Pengembangan Strategis JakartaBogorCiawi-Sukabumi secara administrasi


terdiri: Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta
Pusat, Kota Jakarta Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota Depok, Kabupaten
Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kota Sukabumi, Terdiri atas 156
kecamatan, 1.251 Kelurahan/Desa dengan luas 7.493,88 Km2 (Lihat Tabel 2.1).

Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi WPS 7


No. Kabupaten / Kota Kecamatan Desa / Luas (Km2)
Kelurahan
1. Kabupaten Kepulauan Seribu 2 6 8,70
2. Kota Jakarta Selatan 10 65 141,27
3. Kota Jakarta Timur 10 65 188,03
4. Kota Jakarta Pusat 8 44 48,13
5. Kota Jakarta Barat 8 56 129,54
6. Kota Jakarta Utara 6 31 146,66
7. Kabupaten Bogor 40 434 2.301,93
8. Kota Bogor 6 68 11,50
9. Kota Depok 11 63 200,29
10. Kabupaten Sukabumi 47 386 4.162,41
11. Kota Sukabumi 8 33 48,42
Jumlah 156 1.251 7.493,88
Sumber : BPS MasingMasing Kabupaten/Kota 2015

II-5
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Untuk lebih jelasnya wilayah administrasi WPS Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi dapat


dilihat pada peta berikut:

II-6
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.2 Administrasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-7
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

B. Profil Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam WPS

a. Provinsi DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia yang memiliki
luas wilayah administrasi provinsi terkecil jika dibandingan dengan ProvinsiProvinsi
lain di Indonesia. Luas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta mencapai 7.659,02
km2, terdiri dari daratan seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu,
dan lautan seluas 6.997,50 km2. Secara geografis, wilayah Provinsi DKI Jakarta
terletak pada posisi 612 Lintang Selatan dan 10648 Bujur Timur. Posisi geografis
Provinsi DKI Jakarta berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya sisi Utara. Provinsi
DKI Jakarta berbatasan dengan Laut Jawa pada bagian Utara, Kota Bekasi di bagian
Timur, Kota Depok di Bagian Selatan & Provinsi Banten di bagian Barat.

Bentang alam wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan kombinasi antara daerah
pesisir pantai & dataran dengan ketinggian rata-rata 0-7 m di atas permukaan laut.
Pada wilayah Jakarta Utara pada sebagian wilayahnya merupakan daerah rawa yang
berada pada wilayah pesisir.

b. Provinsi Jawa Barat

a) Kota Depok

Kota Depok merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat yang
memiliki luas wilayah 200,29 km2, yang terbagi dalam 11 Kecamatan & 63
Kelurahan. Secara geografis Kota Depok terletak pada posisi 61900-62800
Lintang Selatan dan 1064300-1065530 Bujur Timur. Posisi geografis Kota
Depok berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya sisi Utara. Kota Depok
berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada bagian Utara, Kota Bekasi di bagian
Timur, Kabupaten Bogor di Bagian Selatan & bagian Barat.

Bentang alam wilayah Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan dataran
rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan kemiringan lereng 15 persen,
serta elevasi 50140 meter di atas permukaan laut.

b) Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah 2.301,95 km2, yang terbagi dalam 40 Kecamatan &

II-8
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

434 Kelurahan. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak pada posisi 619-
647 Lintang Selatan dan 1061-107103 Bujur Timur. Posisi geografis
Kabupaten Bogor berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya berada di bagian
tengah. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok pada bagian Utara,
Kabupaten Purwakarta di bagian Timur, Kabupaten Sukabumi di Bagian Selatan &
Kabupaten Lebak di bagian Barat.

Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran
yang relatif rendah di bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, yaitu
sekitar 29,28% wilayah Kabupaten Bogor berada pada ketinggian 15100 meter di
atas permukaan laut, sedangkan 42,62% berada pada ketinggian 15100 meter di
atas permukaan laut, 19,53% berada pada ketinggian 5001.000 meter di atas
permukaan laut, 8,43% berada pada ketinggian 1.0002.000 meter di atas
permukaan laut, dan 0,22% berada pada ketinggian 2.0005.000 meter di atas
permukaan laut.

c) Kota Bogor

Kota merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat yang
memiliki luas wilayah 118,5 Km2, yang terbagi dalam 6 wilayah Kecamatan dan 68
Kelurahan. Secara geografis, wilayah Kota Bogor terletak pada posisi 626
Lintang Selatan dan 10648 Bujur Timur. Posisi geografis Provinsi DKI Jakarta
berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya berada di bagian tengah. Kota Bogor
berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede dan Kec. Sukaraja kabupaten
Bogor pada bagian Utara, Kec. Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor
di bagian Timur, Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin Kabupetan Bogor di Bagian
Selatan & Kec. Dermaga dan Kec. Ciomas Kabupaten Bogor di bagian Barat.

Bentang alam wilayah Kota Bogor merupakan daerah dataran dengan ketinggian
antara 190 m330 m di atas permukaan laut.

d) Kota Sukabumi

Kota Sukabumi merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah 48,42 Km2, yang terbagi dalam 8 Kecamatan & 33
Kelurahan. Secara geografis, wilayah Kota Sukabumi terletak pada posisi 65044
Lintang Selatan dan 1064550 Bujur Timur. Posisi geografis Kota Sukabumi

II-9
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya sisi Selatan. Kota Sukabumi
berbatasan dengan Kec. Sukabumi Kabupaten Sukabumi pada bagian Utara, Kec.
Sukaraja kabupaten Sukabumi di bagian Timur, Kec. Nyalindung di Bagian Selatan
& Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi di bagian Barat.

Bentang alam wilayah Kota Sukabumi berada pada kaki Gunung Gede dan
Gunung Pangarango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut.

e) Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Sukabumi merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa


Barat yang memiliki luas wilayah 4.162,41 Km2, yang terbagi dalam 47
Kecamatan & 385 Kelurahan. Secara geografis, wilayah Provinsi DKI Jakarta
terletak pada posisi 657- 725 Lintang Selatan dan 10649-10700 Bujur Timur.
Posisi geografis Kabupaten Sukabumi berada di bagian Barat Pulau Jawa,
tepatnya sisi Selatan. Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan Kabupaten Bogor
pada bagian Utara, Kabupaten Cianjur di bagian Timur, Samudera Indonesia di
Bagian Selatan & Kabupaten Lebak di bagian Barat.

Bentang alam wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya merupakan


permukaan yang bergelombang di daerah Selatan dan bergunung di daerah Utara,
dengan ketinggian berkisar 02.960 m di atas permukaan laut. Dengan adanya
daerah pantai dan Gunung Salak serta Gunung Gede menyebabkan keadaan
lereng sangat miring yang meliputi 29% dari luas Kabupaten Sukabumi.

2.1.3 Kondisi Fisik

A. Morfologi dan Ketinggian

Kondisi topografi di WPS JakartaBogorCiawiSukabumi sangat beragam mulai


dataran paling rendah berada di bagian Utara Kabupten Kepulauan Seribu sampai
dengan wilayah bagian Selatan di Kabupaten Sukabumi. Berawal dari DKI Jakarta
dengan ketinggian rata-rata 0-7 m di atas permukaan laut. Kota Depok dari Selatan ke
Utara merupakan daerah dataran rendahperbukitan bergelombang lemah, dengan
elevasi antara 50140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang
dari 15%.

II-10
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kabupaten Bogor dengan datarannya yang relatif rendah di bagian utara hingga
dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100
meter di atas permukaan laut, 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter di atas
permukaan laut, 19,53% berada pada ketinggian 500-1.000 meter di atas permukaan
laut, 8,43% berada pada ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut dan
0,22% berada pada ketinggian 2.000-2.500 meter di atas permukaan laut.

Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m
dari permukaan laut. Kota Sukabumi secara topografis terletak di kaki Gunung Gede
dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut.

Sedangkan yang paling selatan terletak di Kabupaten Sukabumi meliputi permukaan


yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan
tengah. Dengan ketinggian berkisar antara 0-2.960 meter di atas permukaan laut.
Daerah selatan adanya daerah pantai dan ke bagian tengah gunung-gunung antara
lain Gunung Salak dan Gunung Gede yang masing masing mempunyai puncak
ketinggian 2.211 m dan 2.958 m menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih
besar dari 35o) meliputi 29 persen dari luas Kabupaten Sukabumi.

a. DataranRawa

Dataran terletak meluas pada bagian wilayah hilir dari Kawasan WPS 7, seperti di
wilayah Jakarta Utara. sebagian berupa dataran rawa yang berada sepanjang tepi
pantai. Elevasi dari 0100 meter. Terdapat dataran rawa yang memanjang sejajar
dengan pantai, tersebar mulai dari daerah Jakarta Utara hingga ke perbatasan dengan
Bekasi. Sebagian rawa yang ada sudah menjadi kawasan permukiman, tetapi masih
akan dijumpai adanya rawa pada beberapa lokasi tertentu.

Potensi yang terdapat pada dataran adalah relatif mudah digali, air tanah cukup
melimpah (elevasi 0-50 meter), mudah dikerjakan dan banyak pasir serta batu (sirtu).
Pada Endapan Rawa masih terdapat fraksi yang bersifat lepaslepas (belum padu).

Kendala yang ada pada dataran adalah berupa terdapat kemungkinan terjadinya banjir
bandang pada pertemuan dua sub DAS dan meander sungai, dapat terjadinya Intrusi
air laut terhadap air tanah sehingga air tanah bersifat payau bahkan asin mendekati
pantai.

II-11
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

b. Perbukitan

Perbukitan tersebar meliputi di bagian wilayah selatan kawasan WPS 7 bagian tengah
yaitu daerah Kabupaten Bogor hingga ke batas Kabupaten Cinjur. Perbukitan ini
tersebar di wilayah Kabupaten Bogor sampai ke batas Kabupaten Sukabumi, dengan
elevasi 100500 meter (dml). Perbukitan ini tersusun atas batuan penyusunannya
didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Aliran
air baik-sangat baik. Dengan kendala relatif agak sukar digali dan kemungkinan dapat
terjadi longsoran, baik berupa tanah pelapukan ataupun batuannya yang bersifat lokal.

c. Dataran Tinggi - Pegunungan

Tersebar pada kawasan ini mulai dari Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi G.
Salak(2.211 m), G. Gede (2.958 m), terletak pada elevasi 2.0002.500 meter, dengan
lereng >10 %.
Tabel 2. 2 Bentang Alam

Kelas Satuan
Potensi Kelemahan
Bentang Alam
Relatif mudah digali, air tanah Dapat terjadi banjir bandang pada
cukup melimpah (elevasi 0- pertemuan dua sub DAS dan meander
100 meter), mudah dikerjakan sungai, terjadi Intrusi airlaut, Pada
Dataran - Rawa dan banyak pasir serta batu Dataran Rawa secara umum aliran air
(sirtu). Pada Endapan Rawa permukaan lambat, air tanah bersifat
masih terdapat fraksi yang payau hingga asin mendekati pantai.
bersifat lepaslepas (belum
padu).
Elevasi 100 500 meter (dml). Relatif agak sukar digali dan
Terdapat mata air panas, aliran kemungkinan dapat terjadi longsoran,
Perbukitan
air baik - sangat baik. baik berupa tanah pelapukan ataupun
batuannya yang bersifat lokal.
Elevasi 2.000 2.500 meter, Dapat terjadi banjir bandang, agak
banyak aliran sungai, sukar digali, longsor pada erosi
Dataran Tinggi -
berpotensi terdapat mata air, permukaan ataupun gerakan tanah
Pegunungan
air permukaan baik dan pada lapisan tanah pelapukan dan
mudah digali. batuan.

Sumber: Hasil AnalisisTahun 2015

B. Iklim

Temperatur maksimal rata-rata di beberapa kota (Jakarta, Bogor, Ciawi & Sukabumi) di
WPS 7 berkisar antara 36oC-37oC. Kisaran temperature ini dianggap dapat mewakili
suhu udara maksimal rata-rata di WPS 7. Untuk kelembaban WPS 7 Jakarta, Bogor,
Ciawi & Sukabumi ratarata tertinggi diatas 89%. Untuk temperatur ratarata di WPS 7
berkisar antara 27,4 oC33,9 oC, angka mewakili temperatur normal pada wilayah WPS

II-12
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

a. Provinsi DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta memiliki karakteristik cuaca yang bertemperatur tinggi atau
memiliki suhu udara yang panas serta memiliki kelembaban udara dan curah hujan
yang cukup tinggi.

Rata-rata suhu udara di wilayah Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2014 berada pada
kisaran 28,4oC. Suhu udara tertinggi mencapai 37oC dan terjadi pada bulan
September. Sementara, suhu udara terendah tercatat sebesar 22,8 oC dan terjadi di
bulan Februari. Intensitas hujan yang diukur dari rata-rata curah hujan per bulan pada
tahun 2014 tercatat sebesar 242,3 mm.

Curah hujan yang tertinggi selama tahun 2014 terjadi di bulan Januari dengan
intensitas sebesar 1.075 mm, dengan banyaknya hari yang mengalami hujan
sebanyak 26 hari. Sementara intensitas hujan terendah terjadi pada September,
dengan jumlah hari yang mengalami hujan sebanyak 1 hari

Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 73%. Kelembaban
udara minimum tercatat sebesar 31 persen, sementara kelembaban maksimum
mencapai 100. Tekanan udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 1.010,4 milibars &
memiliki kecepatan angin sebesar 3 m/se.

b. Provinsi Jawa Barat

a) Kota Depok

Kota Depok memiliki suhu udara rata-rata selama tahun 2014 berada pada kisaran
26,6oC & memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 240,25 mm. Rata-
rata kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 72%. Tekanan udara pada
tahun 2014 tercatat sebesar 1.001,2 milibars & memiliki kecepatan angin ratarata
sebesar 3m/se.

b) Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 22,7 oC-
31,6oC dan memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 345,1 mm. Rata-
rata kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 76,19%. Tekanan udara
pada tahun 2014 tercatat sebesar 975 milibars dan memiliki kecepatan angin ratarata
sebesar 3,98 m/se.

II-13
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

c) Kota Bogor

Kota Bogor memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 21oC-33,9oC &
memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 352,5 mm. Rata-rata
kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 73,8% - 90,8%. Tekanan udara
pada tahun 2014 tercatat sebesar 988,5992,3 NBS & memiliki kecepatan angin rata
rata sebesar 4,8 m/se.

d) Kota Sukabumi

Kota Sukabumi memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 20oC-27oC &
memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 229,83 mm. Rata-rata
kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 73,8%-90,8%. Tekanan udara
pada tahun 2014 tercatat sebesar 958,2987,3 NBS & memiliki kecepatan angin rata
rata sebesar 4,5 m/se.

e) Kabupaten Sukabumi

Kota Bogor memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 19,8 oC-26,3oC &
memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 319,58 mm. Rata-rata
kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 86%-92%. Tekanan udara pada
tahun 2014 tercatat sebesar 955,5989,7 NBS & memiliki kecepatan angin ratarata
sebesar 4,4 m/se.

C. Hidrologi

a. Provinsi DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta memiliki 19 sungai kanal yang mengalir membelah Jakarta, yang
terdapat pada Tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Panjang dan Luas Sungai Menurut Peruntukannya


Luas Area
No. Sungai / Kanal Panjang Peruntukan
(m)
1. Ciliwung 21.660 515.600 Usaha Perkotaan
2. Krukut 18.370 206.340 Air Baku Air Minum
3. Mookervart 8.600 215.000 Air Baku Air Minum
4. Kali Angke 4.350 175.375 Usaha Perkotaan
5. Kali Pesanggrahan 11.400 142.500 Perikanan
6. Sungai Grogol 21.600 367.325 Perikanan

II-14
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Luas Area
No. Sungai / Kanal Panjang Peruntukan
(m)
7. Kali Cideng 12.700 291.000 Usaha Perkotaan
8. Kalibaru Timur 14.250 106.875 Usaha Perkotaan
9. Cipinang 9.060 72.480 Usaha Perkotaan
10. Sunter 21.290 540.900 Usaha Perkotaan
11. Cakung 18.100 181.000 Usaha Perkotaan
12. Buaran 8.800 154.000 Usaha Perkotaan
13. Kalibaru Barat 14.250 106.875 Air Baku Air Minum
14. Cengkareng Drain 2.950 147.500 Usaha Perkotaan
15. Jati Kramat 3.270 21.255 Usaha Perkotaan
16. Cakung Drain 8.605 301.175 Usaha Perkotaan
17. Ancol 3.650 155.700 Usaha Perkotaan
18. Banjir Kanal Barat 14.250 855.000 Perikanan
19. Banjir Kanal Timur 23.500 2.159.200 Perikanan
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Kondisi sungai di Provinsi DKI Jakarta sangat memprihatinkan dengan tingkat


sedimentasi dan pengangkutan sampah yang tinggi. Yang berakibat, jika hujan
tinggi terjadi di hulu, permukaan air sungai dengan cepat meluap, yang pada
gilirannya akan mengancam daerah rendah di Jakarta terutama daerah Jakarta
Utara.

Sedangkan jumlah situ yang ada di wilayah DKI Jakarta terdapat 16 buah situ
(lihat Tabel 2.4) dan jumlah tempat parkir air (retention basin) terdapat 15
buah. Fungsi utama tempat parkir ini adalah sebagai wadah retention atau
tempat menahan sementara luapan air sungai pada saat muka air sungai
meningkat.

Tabel 2. 4 Situ/Rawa Provinsi DKI Jakarta

No. Situ Luas Area


(Ha)
1. Babakan 317.470
2. Mangga Belong 117.980
3. Pancoran 20.000
4. Rawa Lindung -
5. Ulujami 6.704
6. TMP Kalibata 5.000

II-15
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Situ Luas Area


(Ha)
7. UI 70.000
8. Ceger Bambu Apus 21.000
9. Rawa Badung 4.000
10. Rawa Dongkeli 75.000
11. Rawa Gelam 30.000
12. Rawa Kelapa Dua Wetan 45.000
13. Rawa Rorotan 250.000
14. Rawa TMII 30.000
15. Lembang 10.000
16. Rawa Kendal 10.000

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

b. Provinsi Jawa Barat

Sungai Besar Ciliwung dengan luas 120 km dan daya tangkap seluas 387 km
merupakan sungai yang melintasi 3 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada WPS 7,
yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor & Kota Depok. Sungai Ciliwung memiliki hulu
sungai yang berada di dataran tinggi yakni Gunung Gede, Gunung Pangarango dan
daerah Puncak. sungai ini mengalir ke utara, di sisi Barat Jalan Raya Jakarta Bogor,
dan sisi Timur Kota Depok.

Selain Sungai Ciliwung, terdapat pula Sungai Besar yang melintasi Provinsi Jawa
Barat WPS 7, Sungai Besar tersebut yakni Sungai Cisadane dengan luas 126 km.
Sungai Cisadane melintasi Kabupaten Bogor & Kota Bogor.

II-16
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.3 Daerah Aliran Sungai Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-17
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2. 4 Wilayah Sungai Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-18
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

D. Penggunaan Lahan

Pada pola penggunaan lahan di WPS 7 (JakartaBogorCiawiSukabumi)


berdasarkan Statistik Lahan Pertanian yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian,
terlihat lahan sawah (wet land) Kabupaten Sukabumi sebesar 18% dari wilayah
Kabupaten itu sendiri dan merupakan yang terluas di antara Kabupaten dan Kota di
wilayah WPS 7, sedangkan Kabupaten Bogor walaupun memiliki luas lahan sawah
lebih rendah dibandingkan Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor merupakan
Kabupaten/Kota dengan prosentase terbesar penggunaan lahan sawah (24,6%) jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di wilayah WPS 7. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel 2.5 berikut:

Tabel 2. 5 Penggunaan Lahan di Wilayah WPS JakartaBogorCiawi-Sukabumi

Bukan Lahan
Lahan Sawah/
Kabupaten/Kota Sawah/ Jumlah/ Total
Wet Land
Regency/City Dry Land (Ha)
(Ha)
(Ha)

1 Kab. Kepulauan Seribu - 870 870


2 Kota Jakarta Selatan - 14.127 14.127
3 Kota Jakarta Timur 210 18.593 18.803
4 Kota Jakarta Pusat - 4.813 4.813
5 Kota Jakarta Barat 157 12.797 12.954
6 Kota Jakarta Utara 528 14.136 14.666
7 Kota Depok 175 19.854 20.029
8 Kab. Bogor 45.511 184.682 230.193
9 Kota Bogor 750 400 1.150
10 Kota Sukabumi 1.543 3.299 4.842
11 Kab. Sukabumi 63.973 352.268 416.241
Jumlah/Total 112.637 625.839 738.476
Sumber : Statistik Lahan Pertanian 2009 2013 Kementerian Pertanian

II-19
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.5 Penggunaan Lahan Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-20
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

E. Rawan Bencana

Bencana ialah peristiwa atau rangkain peristiwa yang mengancam dan menggangu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Klasifikasi
bencana terbagi menjadi 3 golongan, yakni :

a. Bencana alam; gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor

b. Bencana non alam; kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah
penyakit

c. Bencana sosial; konflik sosial antar kelompok dan antar komunitas masyarakat
serta teror.

Indeks risiko Bencana Kabupaten / Kota dalam WPS 7 dapat dilihat pada Tabel 2.6 di
bawah ini :

II-21
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 6 Indeks Risiko Bencana Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota
Skor Kelas Risiko
Regency/City
1 Kab. Kepulauan Seribu 65 Sedang
2 Kota Jakarta Selatan 88 Sedang
3 Kota Jakarta Timur 127 Sedang
4 Kota Jakarta Pusat 96 Sedang
5 Kota Jakarta Barat 120 Sedang
6 Kota Jakarta Utara 122 Sedang
7 Kota Depok 102 Sedang
8 Kab. Bogor 152 Tinggi
9 Kota Bogor 107 Sedang
10 Kota Sukabumi 114 Sedang
11 Kab. Sukabumi 231 Tinggi
Sumber : Indeks Risiko Bencana 2013 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tingkat Risiko Rendah, nilai : 1
Tingkat Risiko Sedang, niai : 2
Tingkat Risiko Tinggi, nilai : 3
N = jumlah kabupaten/kota dalam provinsi tersebut
Smin = N x 1
Smaks = N x 3
(Smaks - Smin)
X= -----------------
3

Suatu bencana dikategorikan bencana alam, terjadi karena keadaan alam/proses alam
secara murni dan dapat juga terjadi akibat ulah manusia. Secara rinci bencana alam di
WPS 7 dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Provinsi DKI Jakarta

Wilayah DKI Jakarta merupakan tumpuan pertemuan kali atau sungai yang datang dari
daerah Selatan mempunyai kemiringan sangat tinggi dan ke Utara semakin rendah.
Demikian pula DKI Jakarta terletak di bawah permukaan laut, sehingga dapat
dikategorikan Jakarta belum bebas dari ancaman banjir. Saat ini Bencana banjir
melanda semua daerah, bahkan dibeberapa daerah sudah merupakan bencana rutin.
Penyebab banjir yang utama adalah banjir kiriman (80 %) dan curah hujan yang tinggi
dan tidak berfungsinya saluran, tanggul dan selokan hal ini dialami oleh DKI Jakarta.

Bencana gempa bumi di wilayah DKI Jakarta pada saat ini cukup sering terjadi,
walaupun Skala Richter tidak sebesar gempa bumi yang berada di Provinsi Bengkulu,
namun perlu adanya langkah antisipasi. Selain itu bencana angin topan pernah
mengalami bencana angin topan tanggal 1 Maret 1982 ( pukul 14.30 ) di Kotamadya
Jakarta Utara.

II-22
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gelombang pasang melanda daerah pantai sebagai akibat adanya gempa bumi yang
terjadi di dasar laut, karena terjadi badai di laut. Daerah rawan bencana gelombang
pasang di DKI Jakarta adalah wilyah pantai Kotamadya Jakarta Utara.
Bencana kebakaran dapat terjadi di lingkungan pemukiman, Iingkungan kerja, dan
daerah hutan/perkebunan. Bencana kebakaran dapat disebabkan oleh karena petir,
panas matahari, kemarau panjang, lahan panas/lava dan kealpaan manusia. Di DKI
Jakarta bencana kebakaran yang sering terjadi adalah akibat kelalaian manusia,
korsleting listrik serta akibat bahan kimia

2) Provinsi Jawa Barat

Dalam Wilayah Pengembangan Strategis WPS 7 (JakartaBogorCiawiSukabumi)


khususnya pada wilayah administrasi Jawa Barat bencana yang perlu diwaspadai
antara lain :

1. Kota Depok: Banjir


2. Kabupaten Bogor: Tanah Longsor, bencana gunung berapi, gempa bumi,
gerakan tanah
3. Kota Bogor: Gempa bumi, Banjir
4. Kota Sukabumi: Gempa bumi
5. Kabupaten Sukabumi: Tanah longsor, bencana gunung berapi, Gempa bumi,
gerakan tanah, tsunami

Rawan bencana banjir terjadi pada 2 kota di Wilayah Pengembangan Strategis 7 pada
wilayah administrasi Jawa Barat, hal ini umumnya disebabkan karena curah hujan
yang tinggi & kondisi drainase yang buruk. Untuk rawan bencana gunung berapi terjadi
di Gunung Salak yang merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten
Sukabumi & Kabupaten Bogor, 2 Kabupaten tersebut juga merupakan daerah rawan
bencana gerakan tanah & tanah longsor. Rawan bencana tsunami berada di
Kabupaten Sukabumi, dikarenakan Barat & Selatan wilayah berbatasan dengan
Samudra Hindia.

II-23
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.6 Rawan Bencana Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-24
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.1.4 Kependudukan

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Wilayah Pengembangan Strategis 7 (JakartaBogorCiawiSukabumi) merupakan


gabungan dari 2 wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta & sebagian wilayah
administrasi Provinsi Jawa Barat. Dari data yang dihimpun didapat jumlah penduduk &
kelompok umur masingmasing Kabupaten/Kota di dalam Wilayah Pengembangan
Strategis 7 (JakartaBogorCiawiSukabumi) sebagai berikut :

Tabel 2.7 Data Jumlah Penduduk Tahun 2014

No. Kab./Kota Pria % Wanita % Jumlah %


1 Kepulauan Seribu 12.058 50,50% 11.818 49,50% 23.876 0,24%
2 Jakarta Utara 861.723 50,83% 833.568 49,17% 1.695.291 17,24%
3 Jakarta Selatan 1.071.846 50,76% 1.039.824 49,24% 2.111.670 21,47%
4 Jakarta Timur 1.424.565 50,55% 1.393.429 49,45% 2.817.994 28,65%
5 Jakarta Barat 1.162.134 51,09% 1.112.548 48,91% 2.274.682 23,13%
6 Jakarta Pusat 455.668 50,05% 454.713 49,95% 910.381 9,25%
Jumlah 4.987.994 50,72% 4.845.900 49,28% 9.833.894 100%
1 Kabupaten Bogor 2.728.374 51,18% 2.602.775 48,82% 5.331.149 47,88%
2 Kota Bogor 523.479 50,79% 507.241 49,21% 1.030.720 9,25%
3 Kota Depok 1.025.784 50,44% 1.007.724 49,56% 2.033.508 18,26%
4 Kota Sukabumi 159.699 50,70% 155.302 49,30% 315.001 2,82%
5 Kabupaten Sukabumi 1.229.168 50,75% 1.192.945 49,25% 2.422.113 21,75%
Jumlah 5.666.504 50,90% 5.465.987 49,10% 11.132.491 100%
Jumlah Penduduk 10.654.498 50,82% 10.311.887 49,18% 20.966.385 100%

Sumber : BPS MasingMasing Kabupaten / Kota 2015

II-25
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014

Kep. Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kab. Kota Kota Kota Kab.
No. Kelompok Umur
Seribu Utara Selatan Timur Barat Pusat Bogor Bogor Depok Sukabumi Sukabumi
1 0-4 2.914 164.983 190.248 247.778 228.652 75.632 557.096 85.402 199.702 29.667 233.964
2 59 2.447 144.738 173.906 262.242 201.662 72.187 575.457 89.983 176.416 28.103 233.573
3 10 14 2.456 123.691 150.592 216.196 173.228 62.319 559.111 92.247 158.455 26.857 240.029
4 15 19 2.103 131.591 149.432 195.419 181.296 62.590 514.955 85.135 173.150 28.707 217.897
5 20 24 2.165 207.482 186.618 262.540 232.759 80.508 494.156 91.304 187.982 27.079 199.613
6 25 29 2.120 225.050 224.151 280.542 268.087 90.618 511.908 88.704 191.147 25.812 181.657
7 30 34 2.047 196.759 228.805 284.069 258.681 87.322 473.012 95.549 200.703 24.610 174.643
8 35 39 1.678 159.338 200.043 260.981 222.540 80.269 432.281 84.576 185.540 22.917 179.350
9 40 44 1.460 119.059 171.331 221.303 183.559 71.496 350.900 79.305 160.618 22.782 171.221
10 45 49 1.154 78.565 143.830 172.845 151.941 62.622 267.731 64.372 126.001 20.269 154.790
11 50 54 983 59.122 114.242 144.446 122.278 51.021 201.759 53.481 96.931 17.479 127.747
12 55 - 59 912 36.985 86.282 108.467 91.367 40.702 135.864 41.401 70.930 14.210 98.934
13 60 64 561 42.294 60.492 76.200 63.893 25.583 93.093 29.817 43.897 9.174 73.777
14 65 69 447 57.658 39.192 36.427 38.626 21.928 66.311 18.023 29.154 4.333 52.134
15 70 74 268 29.332 24.426 25.427 23.909 14.619 47.347 14.274 17.259 6.067 36.239
16 >75 161 20.307 20.480 21.113 21.093 10.964 50.168 17.147 15.623 6.934 44.545
Sumber : BPS MasingMasing Kabupaten / Kota 2015

II-26
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

B. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan BPS DKI Jakarta 2015 dan BPS seluruh Kabupaten
Kota di wilayah WPS 7 diketahui bahwa total jumlah penduduk pada tahun 2014
bejumlah 20.996.385 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 2.798 jiwa/km2. Di
dalam Wilayah Pengembangan Strategis 7, Kota Jakarta Timur memiliki jumlah
penduduk terbesar 2.817.994 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di
Kota Sukabumi dengan jumlah 315.001 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi
dengan tingkat kepadatan 18.915 jiwa/km2 berada di Kota Jakarta Pusat, sementara
tingkat kepadatan penduduk terendah 295 jiwa/km berada di Kabupaten Sukabumi,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9

Tabel 2. 9 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2014


No. Kabupaten/Kota Jumlah Luas Kepadatan
Penduduk (Km2) (Jiwa /Km2)
1. Kepulauan Seribu 23.876 8,70 2.744
2. Jakarta Utara 1.695.291 146,66 11.559
3. Jakarta Selatan 2.111.670 141,27 14.947
4. Jakarta Timur 2.817.994 188,03 14.986
5. Jakarta Barat 2.274.682 129,54 17.559
6. Jakarta Pusat 910.381 48,13 18.915
Jumlah 9.833.894 662,33 14.847
7. Kabupaten Bogor 5.331.149 2301,95 2.315
8. Kota Bogor 1.030.720 118,50 8.698
9. Kota Depok 2.033.508 198,30 10.254
10. Kota Sukabumi 315.001 48,42 6.505
11. Kabupaten Sukabumi 2.422.133 4.162,41 581
Jumlah 11.132.491 6.829,16 1.630
Total WPS 7 20.966.385 7.491,49 2.798
Sumber : BPS MasingMasing Kabupaten / Kota 2015

II-27
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.7 Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Strategis JakartaBogorCiawi-Sukabumi

II-28
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

C. Perkembangan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah


tertentu setiap tahunnya dengan memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah di masa
yang akan datang. Pertumbuhan Penduduk sendiri didapat dengan cara melihat
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi dengan menggunakan per
waktu unit untuk pengukuran. Perkembangan penduduk tiap Kabupaten/Kota
berbeda-beda nilai perkembangannya. Nilai perkembangan Penduduk di WPS 7 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 10 Laju Pertumbuhan Penduduk


No. Kabupaten/Kota Laju 2015
Pertumbuhan
1. Kepulauan Seribu 1,30% 23.800
2. Jakarta Utara 1,07% 1.754.852
3. Jakarta Selatan 1,02% 2.198.515
4. Jakarta Timur 0.96% 2.860.435
5. Jakarta Barat 1,40% 2.475.092
6. Jakarta Pusat 0,42% 910.381
Jumlah 10.222.662
7. Kabupaten Bogor 2,41% 6.163.540
8. Kota Bogor 1,67% 1.054.809
9. Kota Depok 3,57% 2.111.257
10. Kota Sukabumi 0,99% 318.782
11. Kabupaten Sukabumi 0,50% 1.234.673
Jumlah 10.833.061
Total WPS 7 21.105.723
Sumber :BPS Kab. / Kota 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki laju pertumbuhan
penduduk paling tinggi di WPS 7 adalah Kepulauan Seribu sebesar 1,30% per tahun,
sedangkan Kabupaten/Kota yang memiliki laju pertumbuhan penduduk paling rendah
adalah Jakarta Pusat sebesar 0,42% per tahun.

2.1.5 Kondisi Perkonomian

A. PDRB

Total PDRB Kabupaten/Kota di WPS 7 pada tahun 2014 sebesar Rp


13.336.190.370,59 Juta. Provinsi DKI Jakarta memiliki PDRB tertinggi pada WPS 7,
dengan PDRB sebesar Rp. 1.317.371.642 Juta, dengan sektor perdagangan besar &
eceran sebagai sektor utamanya. Lalu diikuti oleh Kabupaten Bogor dengan sektor

II-29
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

utama yang juga berupa perdagangan besar dan eceran, selanjutnya Kabupaten
Sukabumi dengan PDRB Rp. 35.250.144,84 Juta, Kota Depok dengan PDRB Rp.
35.053.408,10 Juta, Kota Sukabumi dengan PDRB Rp.6.643.603,95 Juta dan yang
terendah Kota Bogor dengan PDRB sebesar Rp.5.710.336,54 Juta. Berikut merupakan
Tabel 2.11 PDRB masingmasing Kabuptaen/Kota dalam WPS 7.

Tabel 2. 11
PDRB Kota/Kabupaten dalam WPS 7 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2014
(dalam Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha (Dalam Juta Rupiah)


No Kabupaten/Kota PDRB
Pertanian Industri Perdagangan Lain-lain
1 Prov.DKI Jakarta 1.354.586,00 178.116.721,00 228.818.210,00 12.763.082.125,00 13.171.371.642,00
2 Kab. Bogor 6.293.693,00 64.806.276,00 15.137.354,00 31.174.057,00 117.411.380,00
3 Kota Bogor 14.978,23 1.628.110,82 1.631.954,31 2.435.293,18 5.710.336,54
4 Kota Depok 468.621,90 11.959.746,40 732.677,70 21.892.362,10 35.053.408,10
5 Kab. Sukabumi 7.770.761,55 5.271.932,61 7.208.169,61 14.999.281,07 35.250.144,84
6 Kota Sukabumi 260.211,29 370.957,79 2.842.381,28 3.170.053,59 6.643.603,95
WPS-7 16.162.851,97 262.153.744,62 256.370.746,90 12.836.753.171,94 13.371.440.515,43
Sumber : BPS Masing Masing Kab. / Kota 2015

Pendapatan perkapita adalah pendapatan ratarata penduduk di suatu daerah,


pendapatan per kapita didapatkan dari hasil permbagian pendapatan daerah dengan
jumlah penduduk daerah tersebut. Untuk WPS 7 yang terbagi pendapatan perkapita
tertinggi berada di Provinsi DKI Jakarta dengan angka PDRB perkapita sebesar Rp.
136,41 Juta Rupiah. Kota Sukabumi menjadi PDRB perkapita terbesar kedua dengan
angka Rp.25,84 Juta, disusul Kab. Bogor dengan angka RP. 22,02 Juta, Kab. Depok
Rp.21,48 Juta, Kab. Sukabumi dengan angka Rp. 16,91 Juta, dan terakhir Kota Bogor
sebagai daerah yang memiliki PDRB perkapita terendah dalam wilayah administrasi
WPS 7 dengan angka Rp.5,63 Juta.

B. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan (PDB) tanpa


mengaitkannya dengan tingkat pertambahan penduduk. Di dalam Wilayah
Pengembangan Strategis JakartaBogorCiawi-Sukabumi tingkat pertumbuhan
ekonomi di masing-masing Kabupaten/Kota dipengaruhi oleh sektor usaha masing-
masing. Terihat pada Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan
perekonomian di Indonesia menunjukkan perkembangan fluktuatif dari tahun 2006

II-30
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

hingga 2013 dengan kecenderungan meningkat. Rata-rata pertumbuhan ekonomi


selama periode tersebut sebesar 6,19 persen lebih tinggi dari laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata nasional (PDB Nasional) sebesar 5,90 persen. Sedangkan di
Provinsi Jawa Barat laju pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 berkisar antara 5,1-
5,2 persen. Hal itu didorong realisasi belanja pemerintah yang akan mencapai
puncaknya dan membaiknya konsumsi rumah tangga.

C. Pendapatan per Kapita

PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, dalam arti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin
kecil besaran PDRB perkapita daerah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita suatu
daerah, semakin baik tingkat perekonomian daerah tersebut walaupun ukuran ini
belum mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun masih
terdapat keterbatasan, indikator ini sudah cukup memadai untuk mengetahui tingkat
perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro, paling tidak sebagai acuan
memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk domestik barang dan
jasa. PDRB perkapita kabupaten/Kota di Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta
BogorCiawi-Sukabumi pada tahun 2014 sebesar 122,40 Juta Rupiah. PDRB
Kabupaten/Kota perkapita terbesar berada di Jakarta Pusat dengan angka 364,60 Juta
Rupiah, sedangkan Pendapatan perkapita terendah berada di Kota Bogor dengan
angka 5,54 Juta Rupiah di tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
2.12 berikut:

Tabel 2.12 Pendapatan Perkapita Kota/Kabupaten

PDRB
PDRB
No. Kota/Kabupaten Perkapita
(Juta Rupiah)
(Juta Rupiah)
1 Kepulauan Seribu 3.801.605,00 164,70
2 Jakarta Utara 256.833.031,59 148,50
3 Jakarta Selatan 1.294.192.639,00 129,80
4 Jakarta Timur 236.529.630,00 83,91
5 Jakarta Barat 234.889.720,00 103,26
6 Jakarta Pusat 332.548.091,10 364,60
DKI Jakarta 2.358.794.176,69 239,94
1 Kabupaten Bogor 117.412.136,00 22,02
2 Kota Bogor 5.710.336,54 5,54
3 Kota Depok 43.675.166,90 21,48

II-31
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

4 Kota Sukabumi 6.643.603,95 25,84


5 Kabupaten Sukabumi 33.757.240,07 16,91
Total 207.198.483,46 18,61
WPS 7 2.565.992.660,15 122,40
Sumber : BPS Masing Masing Kabupaten/Kota 2016

D. Indeks Gini Ratio

Indeks Gini atau Koefisien Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0
hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang
sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama. Sedangkan, Koefisien
Gini bernilai 1 menunjukkan ketimpangan yang sempurna, atau satu orang memiliki
segalanya sementara orang-orang lainnya tidak memiliki apa-apa. Dengan kata lain,
Koefisien Gini diupayakan agar mendekati 0 untuk menunjukkan adanya pemerataan
distribusi pendapatan antar penduduk.

Tercatat 2 Provinsi yang berada pada Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta


BogorCiawi-Sukabumi memiliki gini ratio untuk Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,43
adalah dan untuk Provinsi Jawa Barat memiliki gini rasio sebesar 0,41

E. Rasio Potensi Ekspor

Rasio Potensi Ekspor merupakan angka perbandingan antara besaran nilai ekspor
berbanding dengan besaran nilai impor dalam periode tertentu dalam suatu wilayah.
Rasio ini dapat menentukan potensi komoditas untuk diekspor ke suatu negara.

Berikut merupakan volume nilai ekspor produk utama Provinsi DKI Jakarta & Provinsi
Jawa Barat :

Tabel 2. 13 Volume dan Nilai Ekspor Produk Utama Provinsi DKI Jakarta
No. Jenis Komoditi Volume (Kg) Nilai /Value (US$)
1 Kendaraan dan bagiannya 330.605.807 3.019.089.370
2 Perhiasan 247.473 1.481.213.417
3 Mesin - Mesin 130.426.999 903.272.734
4 Ikan dan Udang 195.211.942 682.483.380
5 Pakaian jadi 54.793.274 680.632.790
6 Peralatan Listrik 94.612.701 527.199.887
7 Barang - barang rajutan 42.017.529 492.924.755
8 Lemak & minyak hewan 370.290.765 352.110.993
9 Plastik dan barang plastik 172.784.810 284.710.765
10 Tembaga 40.399.059 279.903.966

II-32
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Jenis Komoditi Volume (Kg) Nilai /Value (US$)


11 Sabun dan preparat pembersih 175.294.602 226.806.944
12 Berbagai produk kimia 197.235.527 213.691.517
13 Minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian 44.073.827 197.422.696
14 Produk industri 8.229.150 136.527.790
15 Berbagai makanan olahan 22.797.338 111.770.102
16 Perangkat musik 8.205.185 108.088.554
17 Benda - benda dari besi dan baja 28.453.932 99.083.755
18 Kopi, teh, Rempah - rempah 18.652.090 91.894.635
19 Sari bahan samak & celup 26.366.898 88.144.752
20 Kaca & barang dari kaca 160.474.961 84.399.436
Total 2.121.173.869 10.061.372.198
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

Tabel di atas menunjukan bahwa jenis komoditi terbesar yang diekspor oleh Provinsi
DKI Jakarta dari segi nilai / value yaitu kendaraan dan bagiaannya, dengan nilai ekspor
sebesar 3.019.089.380 USD, sedangkan value terendah ada pada jenis komoditi kaca
& barang dari kaca.

Tabel 2. 14 Volume dan Nilai Ekspor Produk Utama Provinsi Jawa Barat

Nilai /Value
No. Jenis Komoditi
Volume (Ton) (US$)
Mesin dan Pesawat Mekanik, Perlengkapan Elektonik dan 452.75 7.663.900.0
1
Bagiannya 0 55
1.279.52 6.675.317.0
2 Tekstil dan Barang dari Tekstil
4 82

3 Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet 781.693 2.295.049.650

Logam Tidak Mulia dan Barang Terbuat dari Logam Tidak


4 245.177 646.405.476
Mulia
5 Pulp, Kertas, dan Barang dari Kertas 1.082.972 989.620.666
Kendaraan, Pesawat Terbang, Kendaraan dan
6 167.017 1.662.605.149
Perlengkapannya

7 Produk Industri Kimia dan Industri Sejenis 764.976 1.145.306.400

8 Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan Tembakau 396.949 1.221.924.804

Barang dari Batu, Semen, Gips, Asbes, Kaca, Mika, Produk


9 408.056 328.865.624
Keramik

10 Alas Kaki, Tutup Kepala, Payung, dan Bunga Tiruan 60.001 1.134.619.480

11 Alat Optik, Fotografi, Musik, Kedokteran, Bedah, dan Jam 40.740 509.419.423

12 Kayu, Barang dari Kayu, dan Barang Anyaman 164.727 248.054.139

II-33
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Nilai /Value
No. Jenis Komoditi
Volume (Ton) (US$)
13 Kulit dan Barang dari Kulit 16.951 245.443.760
14 Produk Nabati 86.761 168.106.295
15 Lemak, Minyak dan Malam 267.408 263.134.815
16 Lain-lain 1.956.751 2.203.298.974
Total 8.172.453 27.401.071.792
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2016

Untuk Provinsi Jawa Barat value tertinggi ada pada jenis komoditi mesin dan pesawat
mekanik, perlengkapan elektronik & bagiannya dengan nilai 7.663.900.055 USD, dan
yang terendah ada pada jenis komoditi minyak nabati. Jika kedua Provinsi ini
dibandingkan value nilai ekspor antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Jawa
Barat mempunyai perbandingan lebih besar 5 kali lipat, hal ini menunjukan peran
Provinsi DKI Jakarta sebagai eksportir utama di dalam Negara Republik Indonesia.

II-34
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.8 Kawasan Industri Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-35
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.1.6 Sosial Ekonomi

A. Indeks Pembangunan Manusia

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam


memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan
oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan
dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report
(HDR). IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar (sumber: www.bps.go.id):
1) Umur panjang dan hidup sehat,
2) Pengetahuan,
3) Standar hidup layak.

Indeks pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota yang masuk di WPS 7, pada tahun


2014 berkisar antara 71,19 8,93. Provinsi DKI Jakarta dan Kota Bogor memiliki IPM
tertinggi (78,93), sementara Kabupaten dengan IPM terendah (71,19) (Lihat Tabel
2.15)

Tabel 2.15
Index Pengembangan Manusia di Kabupaten/Kota Dalam WPS 7

No. Kabupaten/Kota 2014


1 Provinsi DKI Jakarta 78,93
2 Kabupaten Bogor 74,25
3 Kota Bogor 78,93
4 Kota Depok 78,58
5 Kab. Sukabumi 76.51
6 Kota Sukabumi 71.19
Sumber : BPS Masing Masing Kabupaten / Kota 2016

B. Tingkat Kemiskinan

Salah satu indikator untuk melihat sejauh mana kesejahteraan rakyat di suatu daerah
adalah dengan melihat tingkat kemiskinannya. Secara umum, kemiskinan didefinisikan
sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat.

II-36
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan


untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Sementara Debraj Ray (1998)
mengatakan jantungnya dari pembahasan mengenai kemiskinan adalah garis
kemiskinan atau poverty line. Garis kemiskinan adalah rupiah yang diperlukan agar
penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan
minimal pangan dan non-pangan essensial. Secara teknis, garis kemiskinan
menunjukkan jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan
kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin. Komponen dari garis kemiskinan adalah garis kemiskinan makanan
dan garis kemiskinan non makanan. Perhitungan garis kemiskinan dilakukan secara
terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Jumlah penduduk miskin
perkabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 16 Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota WPS


(JakartaBogorCiawiSukabumi)

Garis
Jumlah Penduduk Kemiskinan
No Prov/Kab/Kota
Penduduk Miskin (Rp/Kapita/
Bulan)
1 DKI Jakarta 9.830.576 371.700 434.322
2 Kabupaten Bogor Bogor 5.331.149 446.040 259.151
3 Kota Bogor 1.030.720 91.710 360.518
4 Kota Depok 2.030.508 47.130 460.000
5 Kota Sukabumi 315.001 30.430 370.633
6 Kab. Sukabumi 2.422.113 265.480 184.127
Sumber : BPS & Website resmi Bappeda Masing Masing Kabupaten / Kota 2015

Angka penduduk miskin terbanyak berada di Kabupaten Bogor sebanyak 446.040 jiwa,
dengan garis kemiskinan perkapita sebesar Rp. 259.151. Dengan jumlah penduduk
5.331.149 pada Kabupaten Bogor, angka tersebut menunjukan bahwa hampir 10%
penduduk di Kabupaten Bogor termasuk golongan miskin. Prosentase terendah
penduduk miskin berada di Kota depok, dengan jumlah prosentase penduduk miskin
sebesar 2,5 % dari jumlah penduduknya.

C. Tingkat Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang
pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan

II-37
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
1) Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama
masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
2) Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
3) Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi

Berikut merupakan tingkat pendidikan di Wilayah Pengembangan Strategis 7 (Jakarta


BogorCiawiSukabumi) :

Tabel 2. 17 Tingkat Pendidikan di Kabupaten/Kota WPS


(JakartaBogorCiawiSukabumi)
SMP /
SMPLB /
SD / MI / MTs / Paket SMA / SMLB /
SDLB / Paket A B / Salafiyah MA / SMK /
/ Salafiyah ULA Wusta Paket C
DKI Jakarta 948.014 421.522 381.776
Kabupaten Bogor 640.460 239.809 160.340
Kota Bogor 124.600 63.062 54.785
Kota Depok 196001 76.064 53.019
Kota Sukabumi 38.961 18.761 20.956
Kabupaten Sukabumi 311.709 134.626 67.492
Sumber : Pusat Data Dan Statistik Pendidikan, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan

D. Kepemilikan Rumah Tinggal

Bangunan fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai dan atap,
baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan
tempat tinggal. Bangunan yang luas lantainya kurang dari 10 m 2 dan tidak digunakan
untuk tempat tinggal dianggap bukan bangunan fisik.

Status kepemilikan tempat tinggal dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:

1) Milik Sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul
sudah milik kepala rumah tangga atau salah satu seorang anggota rumah tangga.
Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank atau rumah dengan status
sewa beli dianggap sebagai rumah milik sendiri;

II-38
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2) Kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga/anggota
rumah tangga dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara
pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayarannya biasanya
sekaligus di muka atau dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak;

3) Sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga atau salah
seorang anggota rumah tangga dengan pembayaran sewanya secara teratur dan
terus menerus tanpa batasan waktu tertentu;

4) Bebas Sewa milik orang lain, jika tempat tinggalnya tersebut diperoleh dari pihak
lain (bukan famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa
mengeluarkan suatu pembayaran apapun;

5) Rumah milik orang tua/sanak saudara, jika tempat tinggalnya tersebut bukan
milik sendiri melainkan milik orang tua/sanak saudara, dan tidak mengeluarkan
suatu pembayaran apapun untuk mendiami tempat tinggal tersebut;

6) Rumah Dinas, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain (bukan
famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa mengeluarkan
suatu pembayaran apapun;

Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu
kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat.

Tabel 2. 18 Kepemilikan Rumah


No. Kabupaten / Kota Jumlah Jumlah Rumah Rumah
Rumah Rumah Tidak Rawan Tidak
Tangga (Unit) Layak Huni Layak Huni
1 Kepulauan Seribu 5.996 4.971 - -
2 Jakarta Selatan 527.918 549.499 - -
3 Jakarta Timur 712.589 712.278 - -
4 Jakarta Pusat 227.595 212.292 - -
5 Jakarta Barat 568.671 631.876 - -
6 Jakarta Utara 414.903 448.582 - -
Jumlah 2.457.644 2.559.498 - -
1 Kab. Bogor 1.332.787 473.249 339 30.487
2 Kota Bogor 257.680 129.324 13 941
3 Kota Depok 508.377 394.345 5 184
4 Kota Sukabumi 78.750 59.440 10 781

II-39
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Kabupaten / Kota Jumlah Jumlah Rumah Rumah


Rumah Rumah Tidak Rawan Tidak
Tangga (Unit) Layak Huni Layak Huni
5 Kab. Sukabumi 605.528 219.294 222 26.902
Jumlah 2.783.123 1.275.652 589 59.295
WPS 7 5.240.767 3.835.150
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta & Jawa Barat 2016

2.1.7 Kondisi Sosial Dan Budaya

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsifungsi sosial dan sistem


ekonomi dalam kehidupan seharihari masyarakat. Pada dasarnya penyediaan
infrastruktur dilaksanakan oleh masingmasing individu, sama halnya dengan
pemenuhan kebutuhankebutuhan dasar lainnya seperti sandang dan pangan.
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan nasional, merupakan prasyarat
utama yang akan melandasi keberhasilan dalam proses pembangunan Indonesia.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya dipandang sebagai bagian
dari proses tetapi juga merupakan bagian indikator tingkat keberhasilan pembangunan
infrastruktur. Oleh karena itu partisipasi dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai alat
untuk menyelenggarakan pembangunan dan sebagai tujuan pembangunan itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan


infrastruktur antara lain adalah perbedaan karakteristik sosial budaya suatu wilayah
yang berkembang pada masyarakat setempat. Bahkan pembagian teritorial suatu
wilayah banyak disebabkan oleh sosial budaya yang berkembang pada masyarakat
yang mendiaminya, karena aspek sosial budaya merupakan arena yang sangat luas
untuk difahami kaitannya dengan hubungan antara partisipasi masyarakat dengan
karakteristik sosial budaya masyarakat lokal yang ada.

Dalam pelaksanaan percepatan pembangunan infrastruktur seringkali mengalami


kendala non teknis khususnya dari aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.
Padahal aspek-aspek tersebut untuk pembangunan infrastruktur akan mendorong
pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kelestarian lingkungan dan kualitas
permukiman, serta meningkatkan modal sosial masyarakat, oleh aspek sosial budaya
ini perlu ditangani dan diformulasikan.

II-40
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Infrstruktur yang erat kaitannya langsung dengan sosial budaya adalah sektor ke-Cipta
Karya-an hampir 7% dari Produk Domestik Bruto terkonsentrasi untuk mengatasi
masalah sanitasi, pencemaran udara dan air. Untuk mengatasi hal tersebut sebagai
dukungan upaya percepatan pembangunan infrastruktur salah satunya dengan
mengubah perilaku manusia, membangun infrastruktur yang mengarah ke efisiensi
sumber daya. Infrastruktur ke-PUPR-an yang baik harus mampu menciptakan nilai
lingkungan dan dibarengi dengan faktor-faktor yang mengubah perilaku manusia.

Terkait dengan pembangunan WPS 7 salah satunya di Kota Jakarta, Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta selalu membutuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dan menyelesaikan masalah perkotaan. Selain itu, transparansi kebijakan dan
akuntabilitas juga dikedepankan. Sebab, tanpa partisipasi masyarakat dan
transparansi, sulit menjadikan Jakarta sebagai kota yang maju, utamanya di era global.

Pesatnya pembangunan infrastruktur di seluruh sektor seharusnya pemerintah daerah


memikirkan bagaimana dampak pada masyarakat dengan proyek yang akan dibangun
itu. Misalnya kebutuhan tenaga kerja dan kesiapan sebuah daerah untuk memasok
tenaga kerja di dalamnya termasuk kesiapan pendidikan masyarakat. Pembangunan
infrastruktur di Provinsi Jawa Barat saat ini menimbulkan perubahan yang cepat di
masyarakat. Salah satu tantangan kebudayaan adalah persoalan tenaga kerja.
Kebutuhan tenaga kerja proyek infrastruktur seperti Jalan Tol Bocimi, Kereta Cepat
Jakarta-Bandung atau LRT Jakarta-Bogor, seharusnya sudah dapat menampung juga
kebutuhan tenaga kerja lokal.

A. Budaya

1) Provinsi DKI Jakarta

Rumah tradisional khas Jakarta dinamakan Rumah Kebaya. Atapnya berbentuk joglo
suatu pertanda ada pengaruh bentuk rumah tradisonal Jawa. Begitu pula pembagian
ruangannya. Ada serambi depan yang disebut paseban. Tepi paseban dipagari dengan
pintu masuk di tengahnya. Pintu itu diberi ukiran dan tingginya sekitar 80 cm.
Sedangkan tepi atapnya diberi renda seperti kebaya. Paseban berfungsi pula sebagai
tempat ibadah.

II-41
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.3 Rumah Adat Betawi/Rumah Kebaya

Dinding-dinding rumah tradisional Jakarta (Betawi), terbuat dari panil-panil yang dapat
dibuka-buka dan digeser-geser ke tepi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
ruangan yang lebih luas, bila suatu waktu diadakan acara selamatan atau hajatan.
Serambi depan dan serambi belakang yang lepas terbuka, merupakan ciri khas pula
dari rumah tradisional Jakarta (Betawi).

Pakaian adat pria Betawi (Jakarta) berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas yang
menutup leher (jas tutup). Ia juga memakai celana panjang, kain batik yang melingkar
pada pinggang dan sebilah belati terselip di depan perut. Sedangkan wanitanya
memakai baju kebaya, selendang panjang serta kain yang dibatik.

Gambar 2.4 Pakaian Adat Provinsi DKI Jakarta

Untuk kesenian tari Provinsi DKI Jakarta memiliki bermacam tari daerah seperti :

II-42
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

a) Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisoanl

b) Tari Yapong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu-tamu negara.

c) Tari Serondeng, merupakan tari garapan yang mengambil unsur-unsur gerak tari
Wayang Betawi. Nama serondeng digunakan sesuai dengan nama lagu yang
dimainkan oleh Musik Ajeng Betawi yang mengiri tarian ini.

d) Tari Sembah adalah suatu tarian untuk menyambut tamu dengan adat Betawi.

Terdapat beberapa senjata tradisional, salah satunya Badik yang dikenal penduduk
Jakarta. Parang atau golok banyak digunakan oleh para pendekar. Sedangkan senjata
terkenal lainnya adalah keris, tombak, toya, cabang dan parang.

Jalannya sejarah sangat berpengaruh pula kepada keanekaragaman bentuk senjata


tradisional daerah Jakarta (Betawi). Senjata badik merupakan salah satu senjata
tradisioal penduduk Jakarta yang mendapat pengaruh dari Bugis. Toya dan trisula
(senjata tombak yang berujung tiga), merupakan pengaruh dari Cina, sedangkan keris
merupakan pengaruh dari Jawa. Senjata tradisional lainnya adalah parang atau yang
lebih dikenal dengan golok. Golok mempunyai ukuran dan wilahan yang beragam pula.
Ada yang bentuknya pendek atau panjang dan ada pula yang tipis disamping yang
tebal. Mata golok tajam sebelah. Golok diselipkan di depan perut dan umumnya
banyak dipakai oleh para pendekar.

Suku dan marga yang terdapat di daerah Jakarta adalah Betawi, Orang Depok, Orang
Tugu, Cina, Arab, dan lain-lain, dengan bahasa daerah yang disebut Bahasa Betawi.

2) Provinsi Jawa Barat

Salah satu contoh rumah adat Jawa Barat dinamakan Keraton Kasepuhan Cirebon
yang di depannya terdapat pintu gerbang. Keraton Kasepuhan Cirebon ini terdiri dari 4
ruangan. Jinem atau pendopo untuk para pengawal/penjaga keselamatan Sultan.
Pringgodani, tempat Sultan memberi perintah kepada adipati. Prabayasa, tempat
menerima tamu istimewa Sultan dan Panembahan, ruang kerja dan istirahat Sultan.

II-43
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.5 Rumah Adat Provinsi Jawa Barat

Pakaian adat pria Jawa Barat berupa tutup kepala (destar), berjas dengan leher tertutup (jas tutup). Ia

juga memakai kalung, sebilah keris yang terselip di pinggang bagian depan serta berkain batik.

Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya, kalung, dan berkain batik. Beberapa hiasan kembang

goyang menghiasi bagian atas kepalanya. Begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi rambut

yang disanggul. Pakaian ini berdasarkan adat Sunda.

Gambar 2.6 Pakaian Adat Jawa Barat

Untuk kesenian tari Provinsi DKI Jawa Barat memiliki bermacam tari daerah seperti :

a) Tari Topeng Kuncuran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam


kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

b) Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang
serba indah dan memukau.

II-44
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

c) Tari Rarasati. Dewi Rarasati sebagai selir Arjuna yang cantik dan lembut
ternyata memiliki jiwa keprajuritan. Kepandaiannya dalam memanah telah
menyadarkan Srikandi dari kesombongannya. Saripati gambaran tersebut
kemudian diangkat dalam bentuk tari kelompok dengan sumber gerak tari
tradisi Cirebon.

d) Tari Jaipong, suatu bentuk tarian pergaulan Jawa Barat yang terkenal.

Di Provinsi Jawa Barat senjata tradisional yang terkenal adalah kujang. Pada mata
kujang terdapat 1-5 buah lubang dan sarungnya terbuat dari kain hitam. Senjata
lainnya adalah keris kirompang, keris kidongkol, golok, bedok, panah bambu, panah
kayu dan tombak. Suku di Jawa Barat terdiri dari suku Sunda, Badui, Banten & lain
lainya, dan bahasa daerah yang dipakai sehari hari yakni Bahasa Sunda & Bahasa
Betawi.

B. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.
Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat.
Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal
tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan
pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.

Kearifan lokal bermula dari ide atau gagasan, yang kemudian diaplikasikan dalam
tahapan praktik, dan penciptaan material kebudayaan. Ia akan terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, intensitas pergaulan sosial, dan enkulturasi
sosiobudaya. Apalagi dalam dunia yang tidak mengenal batas seperti sekarang ini,
kearifan lokal sangat diwarnai oleh wawasan manusia yang memikirkan dan
menggunakannya.

Kearifan lokal di peringkat etnik juga bisa bermacam-macam bidang. Misalnya untuk
merespons alam sekitar manusia membuat rumah sekalian dengan aspek-aspek
spiritual untuk menjaganya. Kearifan lokal juga tercermina dalam filsafat atau
pandangan hidup manusia yang memikirkan dan menggunakannya. Dalam
kebudayaan Jawa terdapat filsafat alon-alon waton kelakon dan sederek.

II-45
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kearifan lokal juga dapat mendukung kepada keberadaan negara bangsa (nation
state) tertentu. Bahkan dalam merumuskan sebuah negara bangsa, selalunya diwarnai
oleh kearifan-kearifan lokal yang tumbuh dalam masyarakat yang membentuk dan
mencita-citakan negara bangsa tersebut. Misalnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang mempunyai dasar negara Pancasila, sebenarnya adalah
proses pemikiran para pendiri bangsa ini untuk membuat dasar negara yang diambil
dan digali dari nilai-nilai kearifan lokal Nusantara. Kearifan-kearifan lokal ini kemudian
dirumuskan menjadi lima sila yang berdasar kepada bentuk ikatan sosial budaya biar
berbeda-beda tetapi tetap satu (bhinneka tunggal ika).

Sebagai contoh pada Provinsi DKI Jakarta Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan, Srengseng, Jakarta Selatan, dirancang untuk melestarikan budaya Betawi
dan sebagai tempat untuk mengembangkan alam yang dikelilingi oleh keberadaan
budaya Betawi. Unsur seni yang masih ditemukan di pekarangan Betawi adalah gigi
balang dan langkan yang memiliki pola khas Betawi. Aktivitas di pekarangan mencakup
kepercayaan, seni, ritual, bahasa, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungannya.
Faktor yang membentuk pekarangan Betawi adalah tingkat kepentingan pertanian,
informasi teknik pertanian, dasar pemilihan tanaman, pembagian hasil pekarangan,
jumlah petani, sikap terhadap perubahan penggunaan lahan, sumber air, dan pertanian
organik. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Betawi mencakup pengetahuan
cara menentukan sumber air di pekarangan, mengolah tanaman hasil pekarangan
sebagai obat tradisonal, dan mengatur pola bertanam di pekarangan. Adanya norma
yang terkait dengan waktu penanaman dimiliki oleh masyarakat Betawi. Masyarakat
Betawi memiliki hari baik dan hari buruk dalam melakukan kegiatan di pekarangan.
Dengan adanya simbol-simbol dalam upacara adat yang dilakukan di pekarangan dan
juga kebiasaan atau aktivitas orang Betawi yang menyebabkan terbentuknya elemen di
pekarangan Betawi seperti bale, tampungan air, dan tabunan. Setu Babakan
menunjukkan bahwa pekarangan Betawi memiliki nilai sejarah dengan derajat tinggi,
ilmu pengetahuan dengan derajat tinggi, budaya dengan derajat tinggi, pendidikan
dengan derajat sedang, dan agama dengan derajat tinggi.

Pada Provinsi Jawa Barat kampung-kampung adat Jawa Barat hanya dari lembaran-
lembaran buku sejarah. Adapun diantaranya yang masih di kenal sampai sekarang
yaitu :

II-46
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

a) Kampung Ciptagelar.

b) Kampung Cikondang.

c) Kampung Mahmud.

d) Kampung Urug.

e) Kampung Pulo.

f) Kampung Naga.

g) Kampung Kuta.

h) Kampung Dukuh.

Secara kultural, sistem kemasyarakatan dari kampung adat pada zaman dahulu itu
tidak kalah canggih dengan sistem kemasyarakatan saat ini. Hal tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

a) Adanya istilah hutan larangan sebagai upaya pelestarian hutan yang secara
adat tidak boleh dimasuki secara sembarangan. Ini sama ubahnya dengan
peran Kementrian Perhutanan sekarang yang menjaga dan mengatur
kelestarian sumber daya hayati hutan kita. Secara linguistik, masyarakat dahulu
menciptakan istilah tabu agar ditaati warganya, tidak merambah hutan, dan
merusaknya.

b) Adat istiadat yang secara normatif diatur dan dibuat untuk ketentraman
kehidupan bermasyarakat. Ini juga sama dengan peran Kementrian Hukum dan
Ham pada masa sekarang dan bisa juga diterapkan seorang kepala daerah
yang memimpin agar bisa menciptakan ketentraman dan keamanan bagi
masyarakatnya.

c) Tata bentuk rumah-rumah yang seragam di kampung adat yang mengkaji tanda
dapat diidentifikasi sebagai rasa tenggang rasa antarsesama manusia dan
makhluk hidup lainnya. Hal ini bisa diterapkan rasa tenggang rasa dari segi
pemerintahan yaitu atasan kepada bawahan agar tercipta kelancaran dalam
pelaksanaan tugas birokrasi.

II-47
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

d) Budaya disiplin masyarakat kampung adat yang sejak pagi-pagi telah terbiasa
mulai beraktivitas. Ini merupakan cerminan bagi birokrat yang harus masuk
kantor tepat pada waktunya.

e) Ekonomi dan pertanian yang menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat


kampung adat. Ini menjadi ciri bangsa sebagai bangsa yang agraris serta
pemerintah bisa lebih mengembangkan pertanian dengan berbagai pogram
kerja yang mendukung.

2.1.8 Potensi Wisata

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia, Berdasarkan


data tahun 2014, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar
9,4 juta lebih atau tumbuh sebesar 7.05% dibandingkan tahun sebelumnya. Kekayaan
alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam
Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak
dihuni.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering
dikunjungi oleh para turis adalah Bali sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung,
Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis
berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis.[9]
Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan
terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN.[10] Sementara dari kawasan
Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Tiongkok berada di urutan pertama disusul
Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India.[10] Jumlah pendatang terbanyak dari
kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan
Perancis.

Menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160162) adalah segala sesuau yang terdapat di
daerah tujuan wisata, dan merupakan daya Tarik agar orangorang mau berkunjung
ketempat tersebut. Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang
dikembangkan menjadi daya Tarik sebuah objek wisata. Potensi wisata dibagi kedalam
beberapa macam, yakni: potensi alam, potensi belanja & potensi kebudayaan.

Potensi wisata yang berada di Provinsi DKI Jakarta :

II-48
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Potensi Alam: Pulaupulau di kepulaun seribu, kepuluan seribu terkenal dengan


pariwisata bahari & beberapa pulau juga memilki nilai sejarah seperti yang terdapat di
pulau kelor. Selain itu juga terdapat hutan bakau yang berada di daerah pesisir Jakarta
Utara

Potensi Belanja: DKI Jakarta sebagai Ibukota Provinsi DKI Jakarta, juga merupakan
sebagai pusat kegiatan/perdagangan di Indonesia. Potensi belanja yang ada di DKI
Jakarta sangat beraneka ragam, sebagai contohnya: Tanah Abang sebagai pusat
tekstil, Mangga dua sebagai pusat elektronik & beberapa MallMall (pusat
perbelanjaan) besar yang berada tersebar di seluruh Kota DKI Jakarta

Potensi Kebudayaan: Kebudayaan yang ada di Provinsi DKI Jakarta yakni kebudayaan
betawi, taritarian serta pentas seni betawi sering diadakan di sanggar seni, tempat
keseniaan yang terkenal dengan kebudayaan adalah Taman Mini Indonesia Indah
yang berada di Jakarta Timur. Di tempat tersebut aneka ragam kebudayaan Indonesia
dari SabangMarauke di tampilkan di tempat tersebut, mulai dari pakaian adat, rumah
adat, tari tradisional dll. Kota Tua yang ditetapkan sebagai Kawasan Startegis
Pariwisata Nasional merupakan tempat wisata yang terkenal dengan aneka macam
museum, seperti Musem Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni Rupa & Keramik,
Musem Bank Indonesia & Bank Mandiri. Selain itu di area pelataran Kawasan Kota Tua
sering kali diadakannya pertunjukan seni yang cukup banyak menarik wisatawan untuk
berkunjung ke area tersebut.

Potensi Jawa Barat (DepokBogorCiawiSukabumi) :

Potensi Alam : Dengan bentang alam yang luas Kabupaten Bogor & Kabupaten
Sukabumi memiliki beberapa panorama yang memukau. Beberapa potensi wisata
yang ada di Kabupaten Bogor, seperti Area Gunung Puncak Gede & Gunung Halimun
Salak yang di wilayah tersebut memiliki potensi wisata lansekap pegunungan, air
terjun, situ/sungai & perkebunan teh. Selain itu masih terdapat beberapa tempat wisata
lainnya seperti pemandian air panas, danau, taman safari & kebun raya dll. Kabupaten
Sukabumi yang wilayahnya berbatasan dengan Samudra Hindia memiliki pantaipantai
yang Indah, seperti Pantai Pelabuhan Ratu, Pantai Karang Hawu, Pantai Cimaja dll.
Seperti di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi juga memiliki pemandian air panas
Cisolok. Dan Goa Lalay yang berjarak 3 Km dari pusat kota juga merupakan tempat
wisata yang cukup banyak menarik pengunjung. Saat ini Geopark Ciletuh merupakan

II-49
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

area pariwisata yang sedang pesat dikembangkan oleh Pemerintah, selain itu
organisasi UNESCO juga turut andil di dalam pengembangan wilayah tersebut

Potensi Belanja: Wisata belanja lebih didominasi oleh 2 Kota (Kota Depok & Kota
Bogor) yang berada di dalam deliniasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta
BogorCiawiSukabumi). Terlihat hampir di sepanjang jalan utama baik di Kota Depok
maupun di Kota Bogor didominasi oleh area pertokoan. Barang yang dijual pun
beraneka ragam, mulai daerah restoran, oleholeh khas masingmasing Kota, tekstil
dll.

Potensi Kebudayaan: Potensi kebudayaan yang berada di wilayah ini amat beraneka
ragam, mulai dari Parahyangan Agung Gunung Salak, Prasasti Batu Tulis Ciaruteun,
Situs Sindang Barang, Upacara Labun Saji, Upacara Seren Taun, Masjid Agung
Sukabumi, Istana Bogor, Museum Perjuang Bogor dan tempat wisata lainnya yang
banyak tersebar di Kota Depok Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi,
Kota Sukabumi.

II-50
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.9 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-51
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.2 SIMPUL-SIMPUL KEGIATAN EKONOMI/PUSAT PERTUMBUHAN


KAWASAN

A. Simpul Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura

Secara umum hasil pertanian tanaman pangan dan holtikultura di WPS Jakarta
BogorCiawi-Sukabumi adalah Padi dengan total produksi di tahun 2014 mencapai
Jutaan ton, angka tersebut didominasi pada kedua Kabupaten Bogor dan Sukabumi.
Untuk Palawija (Jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, acang hijau & ubi jalar). Total
produksi di tahun 2014 mulai mencapai 541.047 Ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 2. 19 Produksi Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Tahun 2014


No. Kabupaten / Kota Padi Palawija
(Ton) (Ton)
1 Provinsi DKI Jakarta 7.541 0
2 Kab. Bogor 517.432 230.881
3 Kota Bogor 2.515 8.798
4 Kota Depok 2.031 3.855
5 Kota Sukabumi 21.971 1.003
6 Kab. Sukabumi 897.485 296.510
WPS 7 1.448.975 541.047
Sumber : BPS Provinis DKI Jakarta & Jawa Barat Tahun 2016

B. SIMPUL PERKEBUNAN

Hasil perkebunan di WPS Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi total produksi di tahun
2014 mencapai 3.958.488 Kw, angka tersebut didominasi pada kedua Kabupaten
Bogor dan Sukabumi. Di Kabupaten Sukabumi buah pisang merupakan komoditas
buah unggulan dengan angka mencapai lebih dari 2 juta Kw, begitupula Kabupaten
Bogor buah pisang merupakan komoditas buah unggulan dengan angka mencapai
lebih dari 300.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

II-52
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 20 Produksi Hasil Perkebunan Tahun 2014


No. Kabupaten / Kota Buah
(Kw)
1 Provinsi DKI Jakarta 276.716
2 Kab. Bogor 862.687
3 Kota Bogor 85.663
4 Kota Depok 106.203
5 Kota Sukabumi 8.843
6 Kab. Sukabumi 2.618.376
WPS 7 3.958.488
Sumber : BPS Provinis DKI Jakarta & Jawa Barat Tahun 2016

C. SIMPUL PERIKANAN

Rencana pengembangan pelabuhan hingga tahun 2024, Menurut Keputusan Menteri


Kelautan dan Perikanan No. 45/2014, Pelabuhan Perikanan, ada 3 (tiga) macam yaitu
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), dan
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI). Untuk ketiga kriteria Pelabuhan tersebut tersebar di
2 Kabupaten / Kota yakni Jakarta Utara & Kabupaten Sukabumi. Mayoritas Pelabuhan
Perikanan di Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi,
berupa Pelabuhan Pendaratan Ikan.

Untuk lebih mengetahui lokasi PPS, PPN dan PPI di WPS Jakarta Bogor Ciawi -
Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 21 Lokasi dan Rencana Pelabuhan Perikanan


Nama Kota / Rencana Pelabuhan Perikanan
No.
Pelabuhan Kabupaten 2015 - 2019 2020 - 2024 2025 - 2029 2030 - 2034
Jakarta
1 PP. Cilinicing PPI PPI PPI PPI
Utara
Jakarta
2 PP. Kalibaru PPI PPI PPI PPI
Utara

PP. Muara Jakarta


3 PPI PPI PPI PPI
Angke Utara

PP. Nizam
Jakarta
4 Zachman Utara PPS PPS PPS PPS
Jakarta
5 PP. Kali Jakarta PPI PPI PPI PPI

II-53
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Nama Kota / Rencana Pelabuhan Perikanan


No.
Pelabuhan Kabupaten 2015 - 2019 2020 - 2024 2025 - 2029 2030 - 2034
Adem Utara

Kab.
PP. Pulau
6 Kepulauan PPI PPI PPI PPI
Pramuka
Seribu
PP. Kab.
7 PPI PPI PPI PPI
Cibangban Sukabumi
Kab.
8 PP. Cisolok PPI PPI PPI PPI
Sukabumi

Kab.
9 PP. Ciwaru PPI PPI PPI PPI
Sukabumi

Kab.
10 PP. Loji PPI PPI PPI PPI
Sukabumi

PP. Mina Kab.


11 PPI PPI PPI PPI
Jaya Sukabumi

PP.
Kab.
12 Pelabuhan Sukabumi PPN PPN PPS PPS
Ratu
Kab.
13 PP. Surade PPI PPI PPI PPI
Sukabumi

PP. Ujung Kab.


14 PPI PPI PPI PPI
Genteng Sukabumi

PP. Kab.
15 PPI PPI PPI PPI
Cikembang Sukabumi
Sumber : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45 Tahun 2014

II-54
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

D. SIMPUL PERTAMBANGAN / PANAS BUMI


Sektor pertambangan di Kabupaten Bogor terdapat pada bagian Bogor barat dan
tengah timur. Sektor pertambangan ini berada di Kecamatan Nanggung, Rumpin,
Cigudeg, Parungpanjang, Klapanunggal, Jonggol, Citeureup dan Sukajaya berupa
pertambangan mineral logam dan mineral batuan.

Sedangkan di Kabupaten Sukabumi berada di Kecamatan Kecamatan Bantargadung,


Kecamatan Bojonggenteng, Kecamatan Cibadak, Kecamatan Cibitung, Kecamatan
Cicantayan, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Cidolog, Kecamatan Ciemas,
Kecamatan Cikidang, Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Cisaat,
Kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kecamatan Curugkembar, Kecamatan
Gegerbitung, Kecamatan Gunungguruh, Kecamatan Jampangkulon, Kecamatan
Jampangtengah, Kecamatan Kabandungan, Kecamatan Kalapanunggal, Kecamatan
Kalibunder, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Nyalindung, Kecamatan Pabuaran,
Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Parakansalak, Kecamatan Purabaya,
Kecamatan Sagaranten, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Surade, Kecamatan
Tegalbuleud, Kecamatan Waluran, dan Kecamatan Warungkiara.

Selain itu terdapat wilayah wilayah Kawasan Strategis panas bumi di dalam Provinsi
Jawa Barat pada Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi
Sukabumi, yakni :
1. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Bumi Gunung Salak - Pongkor
yang merupakan Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pendayagunaan
SDA dan teknologi tinggi;
2. kawasan strategis pertambangan ANTAM di Kecamatan Nanggung.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/ atau teknologi tinggi terdiri atas Kawasan Strategis Provinsi (KSP) meliputi
:
a. KSP Panas Bumi Gunung Gede Pangrango; dan
b. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Gunung Salak Pongkor.

E. SIMPUL MIGAS
Di dalam Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi,
terdapat 2 Kabupaten yang memiliki potensi pertambangan dan gas bumi, yakni :
1. Wilayah potensi pertambangan minyak dan gas bumi Kabupaten Sukabumi berada
di Kecamatan Bantargadung, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Cidadap,
Kecamatan Cidolog, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Cimanggu, Kecamatan
Ciracap, Kecamatan Curugkembar, Kecamatan Jampangkulon, Kecamatan
Jampangtengah, Kecamatan Kalibundeur, Kecamatan Lengkong, Kecamatan
Pabuaran, Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Purabaya, Kecamatan

II-55
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Sagaranten, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Surade, Kecamatan Tegalbuleud,


Kecamatan Waluran; dan Kecamatan Warungkiara.
2. Pengembangan sumber minyak dan gas bumi di Kabupaten Bogor, meliputi Blok
Citarum yang berada di 8 kecamatan meliputi Kecamatan Citeureup, Kecamatan
Gunung Putri, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan
Jonggol, Kecamatan Cariu, Kecamatan Sukamakur, dan Kecamatan Tanjungsari
serta Blok Rangkas yang terdiri dari 14 Kecamatan meliputi Kecamatan Dramaga,
Kecamatan Ciampea, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan,
Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Jasinga, Kecamatan
Rumpin, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parungpanjang,
Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Parung dan Kecamatan Ciseeng;

2.1 INFRASTRUKTUR UMUM


A. PERHUBUNGAN

1) Terminal

Pada Kawasan Jabodetabekpunjur terdapat beberapa simpul pergerakan darat yang


berupa terminal. Pada tabel berikut dapat diketahui data terminal penumpang di
Kawasan Jabodetabekpunjur.

Tabel 2. 22 Pengembangan Terminal


No Terminal Kabupaten/Kota Tipe Luas (m2)
1. Lebak Bulus Jakarta Selatan A 6150
2. Kali Deres Jakarta Barat A 4300
3. Rawamangun Jakarta Timur A 2300
4. Kampung Rambutan Jakarta Timur A 4500
5. Pulo Gadung Jakarta Timur A 5450
6. Citeurep Kabupaten Bogor A 2150
7. Cibinong Kabupaten Bogor A 2500
8. Baranang Siang Kota Bogor A 3100
9. Blok M Jakarta Selatan B 2100
10. Pasar Minggu Jakarta Selatan B 1750
11. Cililitan Jakarta Timur B 750
12. Kampung Melayu Jakarta Timur B 1500
13. Senen Jakarta Pusat B 2100
14. Tanjung Priok Jakarta Utara B 2750
15. Depok Kota Depok B 2300
Sumber: Perhubungan Darat Dalam Angka, Direktorat LLAJ, 2014

Tabel 2. 23 Pengembangan Terminal Regional


No Terminal Kabupaten/Kota Tipe
1. Pulo Gebang Jakarta Timur A

II-56
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No Terminal Kabupaten/Kota Tipe


2. Rawa Buaya Jakarta Barat A
3. Tanjung Priuk Jakarta Utara A
4. Cibinong Kab Bogor A
5. Kel Tanah Baru Kota Bogor A
6. Sukabumi Kota Sukabumi A
7. Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu A
Sumber: Perhubungan Darat Dalam Angka, Direktorat LLAJ, 2014

Keberadaan terminal merupakan salah satu prasarana utama dalam pelayanan


angkutan umum. Terminal digunakan sebagai tempat awal pemberangkatan dan akhir
dari tujuan perjalanan angkutan umum sekaligus tempat pergantian moda. Terminal
adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang
dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum,
yang merupakan salah satu wujud simpul transportasi (Kepmenhub 35/2003).
Keberadaan terminal berperan dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan
angkutan umum dalam suatu wilayah, beberapa terminal barang yang ada di
Jabodetabekpunjur dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 24 Pengembangan Terminal Regional


No Terminal Kabupaten/Kota
1. Terminal Jakarta
2. Terminal barang Cibadak Kota Bogor
3. Terminal barang Cibuluh Kota Bogor
4. Terminal barang Cielungsi Kab.Bogor
5. Terminal Citeureup Kab. Bogor
6. Terminal Babakan Madang Kab. Bogor
7. Terminal Nambo, Kec Klapanunggal Kab Bogor
Sumber: Perhubungan Darat Dalam Angka, Direktorat LLAJ, 2014

2) Transite Oriented Development

Kawasan TOD merupakan kawasan campuran permukiman dan komersil dengan


aksesibilitas tinggi terhadap angkutan umum masal, stasiun angkutan umum masal
dan terminal angkutan umum masal sebagai pusat kawasan dengan bangunan
berkepadatan tinggi.

TOD merupakan konsep dalam menciptakan masyarakat yang hidup, komunitas yang
nyaman, fasilitas yang terintegrasi, nyaman dalam berjalan kaki didukung kualitas
sistem perkeretaapian yang baik. Dengan TOD maka kualitas hidup dapat ditingkatkan
mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan mobil dalam pergerakan
masyarakat

II-57
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Pengembangan TOD di kawasan Jabodetabekpunjur selain di DKI Jakarta juga


diusulkan di luar DKI Jakarta. Pengembangan ini antara lain untuk memenuhi
kebutuhan perumahan publik (social/ public housing). Pengembangan TOD ini akan
menggunakan prinsip pengembangan vertikal, agar murah dalam pengadaan lahan.
Mendukung rencana pengembangan fasilitas integrasi jaringan angkutan masal
Jabodetabek (Permenhub 54/2013): Serpong, Poris, Kali Deres, Depok, Bekasi.

TOD dikembangkan dengan pendekatan perencanaan berskala regional atau kota


yang mengutamakan kekompakan dengan penataan kegiatan transit.Pengembangan
yang mampu mendorong pembangunan area sekitar pusat transit baik berupa
pembangunan penyisipan, revitalisasi maupun bentuk perencanaan. Pembentukan
lingkungan yang lebih memprioritaskan kebutuhan pejalan kaki. Berada di luar
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana. Tidak menambah beban
saat debit puncak saluran drainase publik. Tidak mengganggu fungsi lindung. Sesuai
dengan daya dukung lahan setempat.

Pengembangan Angkutan Umum Masal sebagai backbone sejalan dengan


pengembangan kawasan Transit Oriented Development pada kawasan ekonomi di
DKI Jakarta.

3) Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Berdasarkan kebutuhan pelabuhan throughput di bagian barat jawa terpusat pada


transshipment Tanjung Priok dan Tanjung Perak. dengan ke total throughput 138 juta
gt. Berdasarkan trafik pada tahun 2010 trafik utama berasal dari sumatera bagian
selatan dan seluruh jawa dengan pelabuhan yang berpusat di Tanjung Priok dan
Tanjung Perak.

Berdasarkan data Ditjen Angkutan Sungai dan Penyeberangan, 2013, dengan


pergerakan 5 juta Terus di wilayah Jawa dan Bali dibutuhkan adanya kejelasan
hinterland dan kewilayahan berdasarkan penalaran terhadap pengelompokan aliran
kargo.Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dikembangkan untuk
melayani pergerakan keluar masuk arus penumpang dan kendaraan antara kawasan
Jabodetabekpunjur dengan Pulau Sumatera. Jaringan transportasi penyeberangan
terdiri atas:

a. pelabuhan penyeberangan
b. alur pelayaran penyeberangan

II-58
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

4) Perkeretaapian

Jaringan jalur kereta api di Kawasan Jabodetabekpunjur ditetapkan dalam rangka


mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan jalur wilayah nasional, pulau
Jawa, Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, dan Provinsi Jawa Barat. Jaringan jalur
kereta api umum meliputi:

jaringan jalur kereta api antarkota; dan


jaringan jalur kereta api perkotaan.

Berdasarkan rencana tata ruang Pulau Jawa dalam Peraturan Presiden Nomor 28
Tahun 2012, Jaringan jalur kereta api antar kota di Kawasan Jabodetabekpunjur terdiri
atas:

a. lintas utara Pulau Jawa: Jakarta - Semarang - Surabaya;


b. lintas selatan Pulau Jawa: Jakarta - Bandung - Yogyakarta - Surakarta -
Surabaya;
c. lintas utara selatan (pengumpan): Merak - Jakarta;
d. pengembangan kereta api cepat Jakarta - Bandung - Semarang - Surabaya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana


Jaringan Angkutan Masal Jabodetabekjur Tahun 2030, Jalur kereta api komuter di
Jabodetabekpunjur terdiri atas:

a. Jakarta Kota Manggarai;


b. Manggarai Bogor;
c. Jatinegara Bekasi;
d. Jakarta Kota Jatinegara (via Tanah Abang);
e. Jakarta Kota Jatinegara (via Pasar Senen);
f. Tanah Abang Serpong;
g. Duri Tangerang;
h. Jakarta Kota Tanjung Priok;
i. Tanjung Priok Kemayoran;
j. Citayam Nambo;

Jalur kereta api bandara merupakan jalur kereta api yang terpadu dengan Bandar
Udara Soekarno - Hatta terdiri atas:

II-59
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

a. Bandar Udara Halim Perdanakusuma - Bandar Udara Soekarno Hatta;


b. Kota Tangerang - Bandar Udara Soekarno Hatta;
c. Duri - Soekarno Hatta; dan
d. jalur lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Beberapa stasiun yang terintegrasi dengan modal lainnya

1. Stasiun Manggarai : KA Antar Kota KA Perkotaan KA Bandara


Busway
2. Stasiun Dukuh Atas (or Sudirman) : Commuter Line KA Bandara (Eks &
CL) MRT N/S Busway
3. Stasiun Kampung Bandan : 3 4 6 Commuter Line MRT N/S Busway
4. Stasiun Ps. Senen : Commuter Line MRT E/W Busway
5. Stasiun Tanah Abang : Commuter Line KA Bandara
6. Rencana St. Lebak Bulus: MRT N/S Busway
7. Stasiun Cikarang: Commuter Line MRT E/W

Stasiun kereta api ditetapkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada pengguna
transportasi kereta api melalui persambungan pelayanan dengan moda transportasi
lain.

Stasiun kereta api berfungsi melayani keterpaduan stasiun dengan pusat-pusat


kegiatan, pusat permukiman, dan moda transportasi lainnya.

1. Stasiun Manggarai di Jakarta;


2. Stasiun Dukuh Atas/ Sudirman di Jakarta;
3. Stasiun Kampung Bandan di Jakarta;
4. Stasiun Pasar Senen di Jakarta;
5. Stasiun Lebak Bulus di Jakarta;
6. Stasiun Cikarang di Kabupaten Bekasi;
7. Stasiun Lemah Abang di Kabupaten Bekasi;
8. Stasiun Tambun di Kabupaten Bekasi;
9. Stasiun Cibitung di Kabupaten Bekasi;
10. Stasiun Bekasi di Kota Bekasi;
11. Stasiun Jatinegara di Jakarta;
12. Stasiun Serpong di Kota Tangerang Selatan;

II-60
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

13. Stasiun Balaraja di Kabupaten Tangerang;


14. Stasiun Kalideres di Jakarta;
15. Stasiun Depok di Kota Depok;
16. Stasiun Duri di Jakarta;
17. Stasiun Bogor di Kota Bogor;
18. Stasiun Citayam di Kabupaten Bogor;
19. Stasiun Parung Panjang di Kabupaten Bogor;
20. Stasiun Nambo di Kabupaten Bogor;
21. Stasiun Batuceper di Kabupaten Tangerang;
22. Stasiun Tangerang di Kota Tangerang;
23. Stasiun Tanah Tinggi di Kota Tangerang;
24. Stasiun Poris Plawad di Kota Tangerang;

5) Transportasi Laut

Pelayanan transportasi laut di pusatkan di pelabuhan Tanjung Priok, beberapa


pelabuhan lain bersifat sebagai pendukung transportasi laut antar pulau. Pelabuhan
pendukung tersebut yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa, Muara Angke dan Marina. Khusus
Muara angke dan Marina hanya melayani lalu lintas antar pulau di wilayah DKI Jakarta
khususnya ke kepulauan Seribu.

Jaringan sistem transportasi pendukung terminal Tanjung Priok masih di dominasi


angkutan jalan raya. Dengan hanya mengandalkan angkutan jalan raya, tingginya
volume aktifitas bongkar secara signifikan membebani jaringan. Keberadaan jaringan
angkutan rel tidak dapat dimanfaatkan mengingat jaringan rel di sekitar kawasan
pelabuhan sudah lama tidak berfungsi. Padahal dengan volume kapasitas yang jauh
lebih besar dibanding angkutan jalan raya, kondisi kepadatan lalu lintas jalan raya di
kawasan sekitar dapat terbagi dan berkurang.

II-61
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.7 Jalur Sebaran Aktifitas Distribusi Pelabuhan Tanjung Priok

Dari gambar terlihat bahwa Jakarta dilalui oleh jalur perdagangan yang
menghubungkan bagian barat (ke arah Selat Malaka atau Selat Sunda) dan ke arah
timur (selat Lombok atau Selat Sulawesi). Selain itu terdapat pula jalur kapal
penumpang baik itu ke arah Barat (sumatera dan Kalimantan Bagian Barat) dan ke
arah timur serta terdapat jalur pelayaran antar pulau. Oleh karenanya terdapat
pelabuhan laut utama di Jakarta yaitu Tanjung Priok.

Tatanan kepelabuhanan berfungsi sebagai tempat alih muat penumpang, tempat alih
muat barang, pelayanan angkutan untuk menunjang kegiatan perikanan, industri
perkapalan, dan pangkalan angkatan laut (LANAL) beserta zona penyangganya.
Tatanan kepelabuhanan meliputi:

a. pelabuhan umum:
b. pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Hub Internasional Tanjung Priuk di
Jakarta; dan
c. pelabuhan pengumpan yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta.
d. pelabuhan khusus yaitu LANAL 3 Ancol serta pelabuhan khusus lainnya
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Transportasi Udara

Transportasi udara berfungsi menyalurkan penumpang dan barang secara cepat.


Mengingat kondisi wilayah nasional, pengembangan transportasi udara di samping
untuk menghubungkan kawasan-kawasan dalam ruang wilayah nasional dengan pusat

II-62
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

perkembangan internasional, juga digunakan untuk membuka dan mendorong


perkembangan kawasan-kawasan kurang berkembang dan terisolasi.

Sesuai dengan fungsinya dalam tata ruang wilayah, jaringan transportasi udara
menggambarkan lokasi pekabuhan udara untuk pelayanan penumpang dan bongkar
muat barang untuk melayani kawsan dan wilayah pelayanan masing-masing. Kualitas
pelayanan suatu bandara secara umum selain ditentukan oleh kondisi fisik dan
pelayanan bandara yang bersangkutan, juga terkait dengan aksesibilitas bandara
tersebut dari/ke daerah pelayanannya.

DKI Jakarta dengan luas area 650 km2 hanya memiliki satu bandara yaitu Bandara
Halim Perdana Kusuma, sedangkan dua bandara lain yang berada di sekitar DKI
Jakarta seperti Bandara Pondok Cabe dan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang
mempengaruhi ruang udara di Wilayah DKI Jakarta. Pada suatu daerah atau kota yang
memiliki atau berdekatan dengan bandar udara (bandara), terdapat ketentuan yang
membatasi ketinggian bangunan yang disebut Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP). Pengertian bangunan di sini dapat berupa gedung bertingkat
(hotel, apartemen, kondominium, dsb.), tiang listrik tegangan tinggi atau menara
telekomunikasi (tower). Benda tumbuh dapat berupa gunung, bukit, pepohonan, dsb.
Benda yang dapat berpindah, misalnya crane yang dipergunakan dalam pembangunan
gedung bertingkat.

Pada KKOP tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap
(fixed) maupun yang dapat berpindah (mobile) yang lebih tinggi dari batas ketinggian
yang diperkenankan sesuai dengan Aerodrome Reference Code (Kode Referensi
Landas Pacu) dan Runway Clasification (Klasifikasi Landas Pacu) dari suatu bandar
udara. Hal ini berarti pada area-area yang terpengaruh oleh Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP), tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh
yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang diperbolehkan sesuai aturan yang berlaku.

Adapun KKOP di sekitar Bandara Udara terdiri dari:

a. Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas


b. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
c. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam
d. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar
e. Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut
f. Kawasan di Bawah Permukaan Transisi

II-63
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

g. Kawasan sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan

Yang sangat perlu diatur ketinggian menaranya adalah menara yang terletak pada 4
(empat) kawasan yang paling kritis terhadap adanya halangan (obstacle), di mana
ketinggian menara tidak boleh melebihi batas ketinggian maksimum relatif terhadap
ketinggian landas pacu bandara, 4 kawasan tersebut meliputi :

a. Kawasan pendekatan dan lepas landas, ketinggian menara maksimum 45 meter


b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, ketinggian menara maksimum 45
meter
c. Kawasan di bawah permukaan transisi, ketinggian menara maksimum 45 meter
d. Kawasan di bawah permukaan horizontal Dalam, ketinggian menara maksimum.

II-64
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.10 Jaringan Transportasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-65
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

B. SISTEM ENERGI

Kebijakan Energi Nasional dalam PP No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi
Nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan
pasokan energi dalam negeri. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah

a) Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025
b) Terwujudnya energi (printer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan
masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional:
1) minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).
2) Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
3) Batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).
4) Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen).
5) Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
6) Energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir,
tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima
persen).
7) Batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2% (dua persen).

Sasaran tersebut dicapai melalui kebijakan utama dan kebijakan pendukung.


Kebijakan utama meliputi

1) Penyediaan energi melalui: 1) penjamin ketersediaan pasokan energi dalam


negeri; 2) Pengoptimalan produksi energi; 3) Pelaksanaan konservasi energi;
2) Pemanfaatan energi melalui: 1) efisiensi pemanfaatan energi; 2) diversifikasi
energi.
3) Penetapan kebijakan harga energi ke arah harga keekonomian, dengan tetap
mempertimbangkan kemampuan usaha kecil, dan bantuan bagi masyarakat tidak
mampu dalam jangka waktu tertentu.
4) Pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kebijakan pendukung meliputi:

1) pengembangan infrastruktur energi termasuk peningkatan akses konsumen


terhadap energi;
2) kemitraan pemerintah dan dunia usaha;
3) pemberdayaan masyarakat;
4) pengembangan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan.

II-66
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Sistem jaringan energi ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam
jumlah cukup dan menyediakan akses berbagai jenis energi bagi masyarakat untuk
kebutuhan sekarang dan masa datang. Sistem jaringan energi merupakan bagian dari
sistem jaringan energi pada sistem interkoneksi Pulau Jawa meliputi:

a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;


b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.

Jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk:

menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang


pengolahan dan/atau tempat penyimpanan; atau
menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat
penyimpanan ke konsumen.

Jaringan pipa minyak dan gas bumi beserta prioritas pengembangannya ditetapkan
oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang minyak dan gas bumi.

Jaringan pipa minyak dan gas bumi ditetapkan dengan kriteria : adanya fasilitas
produksi minyak dan gas bumi, fasilitas pengolahan dan/atau penyimpanan, dan
konsumen yang terintegrasi dengan fasilitas tersebut; dan berfungsi sebagai
pendukung sistem pasokan energi nasional

jaringan pipa gas bumi jenis pipa transmisi (kepmenesdm no. 2017 tahun 2012 tentang
rencana induk jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional tahun 2012-2025),
terdiri atas:

1. jalur Bitung Cilegon dengan wilayah utilitas Tangerang;


2. jalur Ngagrak Bitung dengan wilayah utilitas Tangerang, Bogor;
3. jalur Tegal Gede Ngagrak dengan wilayah utilitas Bekasi, Bogor;
4. jalur Citarik Tegal Gede dengan wilayah utilitas Karawang, Bekasi;
5. jalur SKG Tegal Gede Stasiun Gas Citeureup dengan wilayah pelayaan
Bekasi, Bogor;
6. jalur Citarik Tegal Gede Cikarang dengan wilayah utilitas Bekasi, Karawang;
7. jalur Pondok Tengah I SKG Tegal Gede dengan wilayah utilitas Bekasi, Banten;
8. jalur distribusi Tangerang Serang Cilegon Anyer dengan wilayah utilitas
Tangerang, Serang, Cilegon, Banten;

II-67
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

9. jalur distribusi Jakarta dengan wilayah utilitas Jakarta Pusat, Jakarta Barat,
Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan;
10. jalur distribusi Bogor Depok Sukabumi dengan wilayah utilitas Bogor, Depok,
Sukabumi; dan
11. jalur distribusi Bekasi dengan wilayah utilitas Bekasi.

Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi DKI Jakarta (tidak termasuk Kepulauan
Seribu) diperkirakan sampai Agustus 2015 sekitar 4.615 MW. Pasokan pembangkit
yang terhubung di grid 150 kV adalah sekitar 3.690 MW yang berada di 2 lokasi yaitu
PLTGU/PLTU Muara Karang dan PLTGU/PLTG Tanjung Priok. Pasokan dari grid 500
kV melalui 6 GITET, yaitu Gandul, Kembangan, Cawang, Bekasi, Cibinong dan Depok
dengan kapasitas total 8.000 MVA.

Secara kelistrikan di provinsi DKI Jakarta terdapat 6 sub-sistem yaitu:


1. GITET Gandul dan PLTGU Muara Karang memasok Jakarta Selatan, Jakarta Pusat
dan sebagian Tangerang Selatan.
2. GITET Bekasi dan PLTGU Priok memasok Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan
sebagian Bekasi.
3. GITET Cawang dan GITET Depok memasok Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan
Jakarta Selatan.
4. GITET Cibinong yang berada di Jawa Barat, selain memasok Bogor juga sebagian
Depok sebagian Jakarta Timur.
5. GITET Kembangan memasok Jakarta Barat dan sebagian Tangerang
6. GITET Depok memasok Depok, sebagian Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta
Pusat. Pembangkit di Muara Karang dan Priok mempunyai kapasitas 3.690 MW seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 2. 25 Tabel Kapasitas Pembangkit Listrik Terpasang di Muara Karang dan Priok
Kapasi
Jenis Jenis tas Daya
No. Nama Pembangkit Pembang Bahan Pemilik Terpas Mampu
kit Bakar ang MW
MW
1 Muara Karang Blok 1 PLTGU Gas / PJB 509 394
HSD
2 Muara Karang Blok 2 PLTGU Gas PJB 710 680
3 Muara Karang 4 5 PLTU Gas / PJB 400 324

II-68
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

MFO
4 Priok 1 2 PLTU MFO Indone 100 0
sia
Power
5 Priok Blok 1 PLTGU Gas / Indone 590 548
HSD sia
Power
6 Priok Blok 2 PLTGU Gas / Indone 590 548
HSD sia
Power
7 Priok Blok 3 PLTGU Gas Indone 740 720
sia
Power
8 Priok PLTG HSD Indone 52 0
sia
Power
Jumlah 3691 3214
Sumber : Rencana Usaha Tenaga Listrik 2016 2025

Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Barat diperkirakan sampai Agustus
2015 sekitar 6.364 MW. Beban dipasok oleh pembangkit yang berada di grid 500 kV
dan 150 kV sebesar 8.588 MW.

Pembangkit di Jawa Barat yang berada di grid 500 kV adalah PLTG/PLTGU Muara
Tawar, PLTA Saguling, PLTA Cirata dan pembangkit yang berada di grid 150 kV adalah
PLTU Indramayu, PLTGU Cikarang Listrindo, PLTU Cirebon, PLTU Pelabuhan Ratu,
PLTG Sunyaragi serta beberapa PLTP dan PLTA. Pasokan dari grid 500 kV adalah
melalui 7 GITET yaitu Bandung Selatan, Cibatu, Cirata, Tasikmalaya, Ujung Berung
(belum optimal), Cibinong dan Mandirancan dengan kapasitas 7.000 MVA.

Aa Kelistrikan Provinsi Jawa Barat terdiri atas 6 subsistem yaitu:


GITET Bandung Selatan & memasok Kab/Kota Bandung dan Kota Cimahi.
GITET Ujungberung saat belum dapat optimal membantu pasokan Kab/Kota
Bandung dan Kota Cimahi.
GITET Cirata dan PLTA Jatiluhur memasok Kab. Purwakarta, dan Kab.
Bandung Barat. Kab. Subang

II-69
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

GITET Tasikmalaya dan PLTP Kamojang, PLTP Darajat dan PLTP Wayang
Windu memasok Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Sumedang, Kab. Banjar
dan Kab. Ciamis.
GITET Mandirancan memasok Kab. Cirebon, Kab. Kuningan dan Kab.
Indramayu.
GITET Cibatu memasok Tambun, Cikarang dan Karawang, dan Kab. Bekasi.
GITET Cibinong dan PLTP Salak memasok Kab. Bogor, Kab. Cianjur dan Kab.
Sukabumi beserta sebagian Jakarta Timur.

Tabel 2. 26 Rencana Pengembangan Gardu Induk

Cikokol/tangera Legok Pondok Indah Abadi guna Tangerang Baru


ng Lippo curug (GIS) papan 2 GIS III
Tangerang baru Petukangan Semanggi barat Bintaro 3 / Grogol II
Alam Sutra Semanggi Barat GIS jombang Abadi Guna
(GIS) (GIS) Tigaraksa Cileduk 2/ alam Papan II (GIS)
Bandara Soetta Tanah Tinggi Abadi Guna sutra GIS Muara Karang III /
Bintaro II (GIS) (GIS) Papan II (GIS) MRT DKI Kamal
Cengkareng Bintaro Cawang Lama Jakarta (GIS) Kebon sirih II GIS
Tangerang Baru Jatirangon 2 Durikosambi II Duren tiga 2 / Cipinang
II Karet Baru Durikosambi rangunan GIS II/Jatinegara (GIS)
Bintaro Karet Lama III/Rawa Buaya Duri kosambi Penggilingan II
III/Jombang Plumpang (GIS) 3 / rawa buaya (GIS)
Tangerang baru Gambir Baru Gunung sahari GIS Gandaria II/Mekar
2 Lengkong GIS Gambir Lama Sari
Abadi guna Miniatur GIS Jatirangon 2 (GIS) Bekasi Power
papan GIS Pelindo II Kapuk (pik) (2 x Gambir Lama II (PLTG)
Balaraja 60 mva) (GIS) Ciawi Baru
Power Steel
Chandra Asri Indonesia Kedungbadak Harapan indah Cibinong
Cileduk Tangerang baru baru Kapuk (pik) (2 x Depok III
Cipinang GIS Lengkong II 60 mva) GIS Depok II
Tigaraksa
Citra habitat Lippo curug Pancoran 2 / Sentul
Balaraja New
Duri kosambi Pondok Indah Pengadegan Bekasi
Bintaro 2 GIS
Grogol GIS II/Cirende Tmr (GIS) Utara/Tarumajaya
Bunar baru
Jatake Antasari / csw 2 Pegilingan 2 Bogor Kota (GIS)
(uprate ke
/ kemang GIS Cikarang Lippo
Kandang sapi 150/20)
GIS village GIS Pondok indah 2 Cileungsi
Cakung
Cipinang / cirende II/Jonggol
Karet Lama twonship GIS
II/Jatinegara Semanggi barat Cimanggis
Kemayoran Cawang Lama
(GIS) 1 / tanah abang II/Tengah
Mangga besar Durikosambi 2 /
Gandaria GIS Tambun
GIS Daan Mogot
Gandaria Bintaro 3 / Bekasi II/Pinggir
Manggarai GIS (GIS)
II/Mekar Sari jombang Kali
Maximangando Pasar kemis
Jatirangon 2 Cileungsi Bekasi Utara
New balaraja Penggilingan ii/jonggol
Plumpang GIS Kemayoran II Ciawi Baru
(GIS) MRT DKI II/Cisarua
(uprating trafo Pondok indah Jakarta (GIS)
3) GIS Lautan Bogor baru
steel/telaga sari Dukuh atas 2 II/tajur
Priok Timur Ragunan GIS
Senayan baru Cawang-2(GIS) Lengkong 2 Jababeka
(indorama) Duri kosambi II/Pamahan
GIS Durikosambi 2 / 3 / rawa buaya
Tigaraksa daan mogot GIS Millennium (pt Cikarang/lippo
power steel) GIS
Antasari/CSW II Jatiwaringin GIS Cianjur
Penggilingan Gmbr lama 2
(GIS) Lengkong 2 II/Rajamandala
(GIS) GIS
Cakung (indorama) Cianjur
Penggilingan II Jatirangon 2

II-70
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Township/Garde Lengkong II (GIS) Pancoran 2 / III/Cipanas


n City (GIS) Manggarai GIS Puncak ardi pengadegan Tambun
Duren tiga GIS Millennium (pt mulya ii tmr III/Mustika Jaya
Gandaria 150 power steel) Semanggi Barat Pondok indah 2 Bogor Baru
(GIS) MRT DKI Jakarta Semanggi Barat / cirende III/Ciomas
Gunung Sahari (GIS) II/T.Abang (GIS) Semanggi barat
(GIS) Penggilingan T. 1 / tanah abang
Harapan Indah GIS Rasuna/pancor GIS
Jatiwaringin an GIS Senayan Baru
(GIS) Senayan Baru 2
Kapuk (PIK) (GIS)
(GIS) Tanah tinggi
Kebon sirih GIS GIS
Lautan Steel Tigaraksa
Indonesia Tigaraksa II
Balaraja

Sumber : RTR KSN Jabodetabekpunjur

2.2 INFRASTRUKTUR PUPR

A. Sumber Daya air

Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran yang terendah dengan ketinggian rata-rata 7
meter diatas permukaan laut. Jakarta memiliki sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal
yang digunakan sebagai air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan.
Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas utara
membentang pantai dari barat ke timur sepanjang 35 Km. Jakarta juga dilewati 13
sungai/kali yang mengalir, yaitu Kali mookervaart, kali Angke, Kali Pesanggrahan, kali
Krukut, kali Grogol, kali Baru Barat, kali Ciliwung, kali Baru Timur, kali Cipinang, Kali
Sunter, kali Buaran, kali Jati Kramat, dan kali Cakung. Diantara beberapa sungai yang
melintas di Jakarta Kali Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan
karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan,
perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh. Sungai ini paling parah
mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta.
Selain Karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Puncak dan Bogor yang
rusak, DAS di Jakarta juga mengalami penyempitan dan pendangkalan yang
mengakibatkan potensi penyebab banjir di Jakarta menjadi besar.

Secara administratif Daerah Aliran Sungai yang berada di Provinsi DKI yaitu DAS
Ciliwung Cisadane, secara lebih rinci sebagai berikut :

a. Jakarta Utara berada di DAS Ciliwung-Cisadane-Cimandiri (meliputi Ciliwung,


Angke, Cisadane, Kali Buaran, Kali Cakung, Kali Krukut, Kali Sunter)

b. Jakarta Selatan berada di DAS Ciliwung-Cisadane-Cimandiri (meliputi Ciliwung,


Kali Angke dan Kali Krukut)

II-71
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

c. Jakarta Barat berada di DAS Ciliwung-Cisadane-Cimandiri (meliputi Ciliwung,


Kali Angke, Cisadane dan Kali Krukut)

d. Jakarta Timur berada di DAS Ciliwung-Cisadane-Cimandiri (meliputi Ciliwung,


Kali Buaran, Kali Cakung dan Kali Sunter)

e. Jakarta Pusat berada di DAS Ciliwung-Cisadane-Cimandiri (meliputi Ciliwung,


Kali Krukut dan Kali Sunter).

Di Provinsi Jakarta Jumlah bendung/waduk/situ di Jakarta sebanyak 72 buah yang


dimanfaatkan sebagai pengendali banjir, kebutuhan pembangkit listrik dan air baku.

II-72
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.11 Infrasruktur PUPR Sumber Daya Air Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi

II-73
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

B. Bina Marga

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan salah satu kebutuhan yang
sangat penting bagi pengembangan sistem transportasi di Tanah Air. Infrastruktur jalan
menjadi unsur sentral dalam pengembangan wilayah serta peningkatan kegiatan
perekonomian masyarakat. Dalam UU tersebut juga dijelaskan bahwa terdapat dua
jenis jalan, yaitu Jalan Umum dan Jalan Khusus. Jalan Umum adalah jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum, pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan status jalannya. Sementara Jalan Khusus
adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri.

Sistem jaringan jalan terdiri atas Sistem Jaringan Jalan Primer dan Sekunder. Sistem
Jaringan Jalan Primer berperan untuk melayani distribusi barang dan jasa dalam
rangka pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, serta menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem Jaringan
Jalan Sekunder berfungsi untuk melayani distribusi barang dan jasa bagi masyarakat
di kawasan perkotaan.

Pada setiap kelompok jaringan jalan primer dan sekunder, jalan dibagi menurut
fungsinya, yaitu :
1. Jalan Arteri, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan utama jarak jauh
dengan kecepatan rata-rata tinggi. Jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
2. Jalan Kolektor, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah

Sementara menurut statusnya, jalan dibagi berdasarkan pembinaannya, yaitu :


1. Jalan Nasional, merupakan jalan Arteri dan Jalan Kolektor dalam Sistem
Jaringan Jalan Primer. Jalan ini menghubungkan ibukota provinsi, jalan

II-74
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

strategis nasional, serta jalan tol. Tanggung jawab pembinaannya berada pada
Pemerintah Pusat (Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat).
2. Jalan Provinsi, merupakan Jalan Kolektor dalam Sistem Jaringan Jalan Primer.
Jalan ini menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, dan
jalan strategis provinsi. Pembinaannya menjadi tanggung jawab
Gubernur/Pemerintah Provinsi.
3. Jalan Kabupaten, adalah jalan yang merupakan Jalan Lokal dalam Sistem
Jaringan Jalan Primer yang tidak termasuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi.
Jalan ini menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan lokal. Jalan Umum dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder di wilayah
kabupaten dan jalan strategis kabupaten juga termasuk dalam Jalan
Kabupaten. Pembinaannya menjadi tanggung jawab Bupati/Pemerintah
Kabupaten.
4. Jalan Kota, adalah jalan yang merupakan Jalan Umum dalam Sistem Jaringan
Jalan Sekunder. Jalan ini menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
pusat pelayanan dengan persil, antar persil, serta antar pusat permukiman di
dalam kota. Pembinaannya menjadi tanggung jawab Walikota/Pemerintah Kota.
5. Jalan Desa, adalah Jalan Umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar pemukiman di dalam desa, serta Jalan Lingkungan. Pembinaannya
menjadi tanggung jawab Bupati/Pemerintah Kabupaten.

Sesuai SK Menteri Pekerjaan Umum No. 630/KPTS/M/2009, jalan nasional di


Indonesia sepanjang 38.569,82 Km. Sedangkan untuk jalan nasional yang terdapat di
WPS Jakarta-BogorCiawi-Sukabumi yang melalui 2 provinsi yaitu, provinsi DKI
Jakarta & provinsi Jawa Barat, dengan detil sebagai berikut :

II-75
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 27 Profil Jalan Nasional di Provinsi DKI Jakarta


Lebar
Panjang Kondisi Umum Jalan (%)
Fungsi Rerata AADT IRI
No. No.Ruas Nama Ruas Jalan
Jalan Jalan Rusak Rusak (SMP/hari) (m/km)
(Km) Baik Sedang
(Km) Ringan Berat
1. 001.11 JLN. DAAN MOGOT Arteri primer 4.77 14 29.34 70.66 0 0 178192 4,79
2. 004.12 JLN. BEKASI RAYA Arteri primer 3.44 14 58.17 41.83 0 0 101629 4,21
3. 006.11 JLN. RAYA PELABUHAN Arteri primer 0.35 14 0 100 0 0 41290 5,39
4. 006.12 JLN. JAMPEA Arteri primer 1.14 14 17.57 82.43 0 0 33687 4,86
5. 006.13 JLN CILINCING RAYA Arteri primer 1.73 14 11.55 71.11 17.33 0 37703 5,93
6. 010.11 JLN. LINGKAR BARAT Arteri primer 7.20 14 5.56 94.44 0 0 106485 5,40
Kolektor
7. 011.14 JLN. PASAR JUM'AT 1.30 9.7 0 100 0 0 92258 5,81
primer
Kolektor
8. 012.11 JLN. CIPUTAT RAYA 0.86 7 0 100 0 0 106301 6,35
primer
9. 012.12 JLN. KARTINI Arteri primer 2.89 14 45.06 54.94 0 0 58054 4,46
10. 013.11 JLN. TB. SIMATUPANG Arteri primer 10.89 14.8 34.91 65.09 0 0 79410 4,50
11. 014.12 JLN. BOGOR RAYA Arteri primer 6.10 14 70.49 29.51 0 0 85845 3,66
12. 015.11 JLN. CAKUNG - CILINCING Arteri primer 9.03 17.6 0 97.79 2.21 0 58519 6,37
13. 016.11 JLN. AKSES MARUNDA Arteri primer 3.62 14 0 100 0 0 40013 6,26

II-76
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 28 Profil Jalan Nasional Jawa Barat

Panjang Lebar Kondisi Umum Jalan (%)


No Fungsi AADT IRI
No.Ruas Nama Ruas Jalan Jalan Rusak Rusak
. Jalan Baik Sedang (SMP/Hari) (m/km)
(Km) (Km) Ringan Berat

BTS. KOTA JASINGA - BTS. KOTA Kolektor


1. 022 24.95 7 16.43 83.57 0 0 25676 5.16
LEUWILIANG primer
JLN. RAYA LEUWILIANG Kolektor
2. 022.11 1.25 7 8 84 8 0 25676 6.50
(LEUWILIANG) primer
BTS. KOTA LEUWILIANG - BTS. KOTA Kolektor
3. 023 12.71 7 66.11 33.89 0 0 25676 3.98
BOGOR primer
Kolektor
4. 023.11 JLN. ABD. BIN NUH (BOGOR) 4.00 14 25 75 0 0 25676 5.24
primer
Kolektor
5. 023.12 JLN. RAYA DRAMAGA (BOGOR) 1.84 7 38.04 61.36 0 0 25676 4.51
primer
Kolektor
6. 023.13 JLN. DRAMAGA II (BOGOR) 0.96 14 0 100 0 0 - 6.34
primer
Arteri
7. 024 BOGOR - CIAWI (JLN. RAYA TAJUR) 5.40 14 77.72 22.28 0 0 50959 3.66
primer
Arteri
8. 025 CIAWI - BENDA 14.07 7.15 27 72.29 0.71 0 40906 5.31
primer
Arteri
9. 026 BENDA - BTS. KOTA CIBADAK 19.01 8.05 45.55 48.16 3.15 3.14 12392 5,01
primer
Arteri
10. 026.11 JLN. SILIWANGI (CICURUG) 1.38 7.91 64.3 35.7 0 0 12397 4,12
primer
Arteri
11. 026.12 JLN. SILIWANGI (PARUNGKUDA) 1.13 7.8 8.89 70.84 0 20.27 12407 8,41
primer
Arteri
12. 026.13 JLN. SURYAKENCANA (CIBADAK) 1.56 12.57 0 93.79 0 6.21 12408 6,58
primer

II-77
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Panjang Lebar Kondisi Umum Jalan (%)


No Fungsi AADT IRI
No.Ruas Nama Ruas Jalan Jalan Rusak Rusak
. Jalan Baik Sedang (SMP/Hari) (m/km)
(Km) (Km) Ringan Berat

BTS. KOTA CIBADAK - BTS. KOTA Arteri


13. 027 7.56 7.19 22.37 69.73 6.58 1.31 9162 5,83
SUKABUMI primer
Arteri
14. 027.11 JLN. RAYA SILIWANGI (CIBADAK) 1.79 7.2 38.86 55.54 5.60 0 9206 4,86
primer
Arteri
15. 027.12 JLN. RAYA CIBOLANG (CISAAT) 2.44 7.56 79.99 20.01 0 0 9521 3,26
primer
Arteri
16. 027.13 JLN. RAYA CISAAT (CISAAT) 2.42 8.45 59.97 40.03 0 0 9149 4,15
primer
Arteri
17. 027.14 JLN. K.H. SANUSI (SUKABUMI) 2.03 11.12 20.02 79.98 0 0 9512 5,36
primer
Arteri
18. 027.15 JLN. BHAYANGKARA (SUKABUMI) 2.87 9.85 49.70 49.74 0 0.56 12945 4,60
primer
Arteri
19. 027.16 JLN. SURYAKENCANA (SUKABUMI) 0.08 9.8 0 100 0 0 13791 4,90
primer
Arteri
20. 027.17 JLN. RUMAH SAKIT (SUKABUMI) 0.3 9.8 66.55 33.45 0 0 13065 4,50
primer
Arteri
21. 027.18 JLN. SILIWANGI (SUKABUMI) 0.96 10.57 20.81 58.38 0 20.81 13868 7,36
primer
Arteri
22. 027.19 JLN. LETJEN. KOSASIH (SUKABUMI) 2.83 11.47 33.35 66.65 0 0 9524 4,72
primer
BTS. KOTA SUKABUMI - GEKBRONG Arteri
23. 028 10.88 7.38 5.15 85.65 7.36 1.84 9527 6,89
(BTS. KABUPATEN) primer
BTS. PROV. BANTEN (CIBARENO) - Kolektor
24. 049 10.2 5.95 9.8 87.25 0.98 1.96 4404 5,56
CISOLOK primer
25. 050 CISOLOK - SP. KR. HAWU Kolektor 5.52 5.97 67.38 32.62 0 0 4240 3,84

II-78
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Panjang Lebar Kondisi Umum Jalan (%)


No Fungsi AADT IRI
No.Ruas Nama Ruas Jalan Jalan Rusak Rusak
. Jalan Baik Sedang (SMP/Hari) (m/km)
(Km) (Km) Ringan Berat

primer
JLN. RAYA CISOLOK (SP. KR. HAWU - Kolektor
26. 051.11 3.01 6.46 36.65 63.35 0 0 3878 4,71
PELABU primer
JLN. RAYA CITEPUS (SP. KR. HAWU - Kolektor
27. 051.12 4.17 6.98 17.07 78.06 4.87 0 3724 5,48
PELABU primer
JLN. KIDANG KENCANA (SP. KR. Kolektor
28. 051.13 1.89 8.7 52.62 47.38 0 0 3708 4,23
HAWU PELABUHAN RATU) primer
JLN. SILIWANGI (SP. KR. HAWU Kolektor
29. 051.14 1.18 8.76 24.98 75.02 0 0 3801 4,70
PELABUHAN RATU) primer
JLN. RAYA PEL. RATU (PELABUHAN Kolektor
30. 052.11 3.75 7.4 7.92 92.08 0 0 6522 5,28
RATU BAGBAGAN) primer
Kolektor
31. 053 BAGBAGAN - JAMPANGKULON 51.8 5.10 23.8 55.5 7.74 12.96 1675 6,73
primer
Kolektor
32. 054 JAMPANGKULON - SURADE 6.61 6.05 71.66 28.34 0 0 2561 3,86
primer
Kolektor
33. 055 SURADE - TEGALBULEUD (CIBUNI) 38.51 5.5 57.02 36.24 2.59 4.15 886 4,69
primer
GANDARIA/BTS.DEPOK/TANGERANG Kolektor
34. 069 6.99 14 17.17 0 0 0 32394 3.12
- BTS.DEPOK primer
Kolektor
35. 070 BTS. DEPOK/BOGOR - BOGOR 18.24 14 32.01 0 0 0 26527 3.63
primer
Kolektor
36. 071 KEMANG - KEDUNGHALANG 4 14 100 0 0 0 32992 5.65
primer

II-79
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Panjang Lebar Kondisi Umum Jalan (%)


No Fungsi AADT IRI
No.Ruas Nama Ruas Jalan Jalan Rusak Rusak
. Jalan Baik Sedang (SMP/Hari) (m/km)
(Km) (Km) Ringan Berat

Arteri
37. 072 GANDARIA - CILODONG/BTS. DEPOK 8.2 14 20.73 0 0 0 32992 3.50
primer
CILODONG/BTS. DEPOK - BTS. KOTA Arteri
38. 073 15.4 14 18.18 0 0 0 18454 3.39
BOGOR primer
Arteri
39. 073.11 JLN. PAJAJARAN (BOGOR) 7.55 14 33.12 0 0 0 48493 3.86
primer
JLN. RAYA KEDUNGHALANG Arteri
40. 073.12 3.14 14 52.26 0 0 0 11315 4.37
(BOGOR) primer
Kolektor
41. 074 CIAWI - PUNCAK 21.78 7 67.85 0 0 0 25719 4.76
primer
Kolektor
42. 074.11 JLN. RAYA CIAWI (BOGOR) 2.38 14 41.08 0 0 0 23951 3.64
primer
Kolektor
43. 076 BTS. KOTA CIBADAK - CIKEMBANG 7.74 6.5 35.91 64.09 0 0 7488 4,51
primer
JLN. PERINTIS KEMERDEKAAN Kolektor
44. 076.11 1.96 5.75 95 5 0 0 10914 3,37
(CIBADAK) primer
Kolektor
45. 077 CIKEMBANG - BAGBAGAN 35.20 5.82 37.69 59.48 0.57 2.26 7251 5,01
primer
Kolektor
46. 097.12 JLN. TRANS YOGI (DEPOK) 9.26 14 70.19 28.81 0 0 32394 3.78
primer
Kolektor
47. 097.13 JLN. LETDA NATSIR (CIKEAS) 2.16 7 23.15 72.22 4.63 0 - 5.15
primer
Kolektor
48. 097.14 CIMANGGIS - NAGRAK 3.9 14 43.59 56.41 0 0 - 5.06
primer

II-80
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Panjang Lebar Kondisi Umum Jalan (%)


No Fungsi AADT IRI
No.Ruas Nama Ruas Jalan Jalan Rusak Rusak
. Jalan Baik Sedang (SMP/Hari) (m/km)
(Km) (Km) Ringan Berat

Kolektor
49. 099.11 JLN. IR. H. JUANDA (DEPOK) 3.96 14 22.73 77.27 0 0 32394 5.07
primer
Kolektor
50. 099.12 JLN. MARGONDA RAYA (DEPOK) 1.64 21 0 100 0 0 32394 5.65
primer
Kolektor
51. 100.11 JLN. ARIF RAHMAN HAKIM (DEPOK) 0.97 14 61.86 38.14 0 0 - 3.67
primer
Kolektor
52. 100.12 JLN. TERATAI RAYA (DEPOK) 0.31 14 0 100 0 0 - 4.80
primer
Kolektor
53. 100.13 JLN. NUSANTARA (DEPOK) 1.14 7 26.32 73.68 0 0 - 5.09
primer
Kolektor
54. 100.14 JLN. RAYA SAWANGAN (DEPOK) 4.76 7 6.30 72.69 10.5 10.5 - 7.59
primer
Kolektor
55. 100.15 JLN. MUCHTAR RAYA (DEPOK) 2.32 7 0 74.14 17.24 8.62 - 7.77
primer
Kolektor
56. 100.16 JLN. SAWANGAN RAYA (DEPOK) 2.08 7 0 57.69 18.27 24.04 - 8.74
primer
Sumber : direktorat Jenderal Bina Marga, Kemneterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015

II-81
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 29 Panjang Jalan (m) Provinsi Jawa Barat Menurut Kota Administrasi, dan Jenis Status
Jalan 2014
Kondisi Permukaan Jalan (km)
Provinsi Jumlah
Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
DKI Jakarta 25,15 116,89 0,60 0,00 142,65
Jawa Barat 826,57 499,28 16,11 9,17 1.351,13

6. Jalan Tol

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat bertekad terus melakukan pengembangan infrastruktur jalan untuk
mendorong terciptanya pengembangan wilayah dan peningkatan ekonomi, salah
satunya adalah melalui pembangunan jalan tol. Jalan tol atau disebut jalan bebas
hambatan adalah jalan yang masuknya dikendalikan secara penuh, tidak ada
persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median, serta paling
sedikit memiliki 2 (dua) lajur setiap arah dengan lebar lajur minimal 3,5 m. Jalan tol
merupakan jalan umum yang menjadi bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.

Pemerintah juga gencar membangun jalan tol di Pulau Jawa dengan diresmikannya
penggunaan beberapa ruas tol baru, salah satunya adalah Jalan Tol Cikopo-
Palimanan yang merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia. Berikut tabel jalan tol
yang beroperasi di koridor WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi.

Tabel 2. 30 Jalan Tol Beroperasi di koridor Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi


Panjang (km)
Ruas Jalan Tol Investor Mulai Beroperasi
Jalan Utama Akses

Jakarta - Cikampek 72,00 11,00 PT Jasa Marga 1985


(Persero) Tbk.
Prof DR. Soedyatmo 14,30 PT Jasa Marga 1986
(Persero) Tbk.
Lingkar Dalam Kota 23,55 PT Jasa Marga 1988
Jakarta (Persero) Tbk.
JORR Selatan (Pondok 14,25 PT Jasa Marga 1995 - 1996
Pinang - Taman Mini) (Persero) Tbk.
JORR W2 Selatan 6,20 PT Jasa Marga 1991
(Pondok Pinang - (Persero) Tbk.
Veteran)
JORR E1 Selatan 4,00 PT Jasa Marga 1998
(Taman Mini - Hankam (Persero) Tbk.
Raya)
JORR E1 Utara (Hankam 8,10 PT Jasa Marga 2005
Raya - Cikunir) (Persero) Tbk.

II-82
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

JORR E2 (Cikunir - 9,07 PT Jasa Marga 2001 - 2003


Cakung) (Persero) Tbk.
JORR E3 (Cakung- 3,75 PT Jasa Marga 2005
Cilincing) (Persero) Tbk.
Ir. Wiyoto Wiyono, MSc. 15,50 PT Citra Marga 1990
Nusaphala
Persada Tbk.
Kanci - Pejagan 35,00 PT Semesta 2010
Marga Raya
Cikopo - Palimanan 116,75 PT Lintas Marga 2015
Sedaya

Sumber : Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Juni
2015

7. Jembatan Nasional

Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai


penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat, laut,
jalan raya dan jalan kereta api. Kondisi geografis Indonesia yang merupakan
kepulauan, memiliki banyak sungai, dan juga lembah mengakibatkan keberadaan
jembatan sangat dibutuhkan. Teknologi pembangunan jembatan juga telah
berkembang dengan pesat, mulai dari perencanaan, teknologi bahan (beton, baja,
kabel), teknologi perencanaan dan pelaksanaan serta teknologi rehabilitasi dan
perkuatan.

Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bina Marga menggunakan suatu


sistem pengelolaan jembatan yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Jembatan
(Bridge Management System/BMS) untuk pemantauan dan membuat perencanaan
jembatan secara sistematis. Peran dari sistem ini terutama untuk penyimpanan data
atau inventarisasi pekerjaan konstruksi, rehabilitasi, serta monitoring kondisi
jembatan. Data yang terdapat dalam BMS adalah hasil dari survai jembatan yang
dilaksanakan satu kali setiap tahunnya oleh Satker Perencanaan dan Pengawasan
Jalan dan Jembatan Nasional (P2JN) di setiap provinsi.

Tabel 2. 31 Jumlah Jembatan Provinsi Jakarta dan Jawa Barat Kondisi 2014
Jumlah Jembatan (unit)
Provinsi Rusak Rusak Runtuh/
Baik Sedang Kritis Jumlah
Ringan Berat Putus
DKI Jakarta 78 18 23 6 1 0 126
Jawa Barat 571 25 50 14 4 0 664
Sumber : Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal

II-83
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Bina Marga

8. Jalan Daerah

Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa pembinaan jalan umum dilakukan oleh


pemerintah baik pusat maupun daerah sesuai dengan status kewenangannya. Yang
dimaksud jalan daerah di sini adalah jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan kota
yang ditetapkan melalui surat keputusan kepala daerah.

Salah satu yang menjadi tugas Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai
penyelenggara jalan adalah memberikan fasilitas kepada penyelenggara jalan
daerah dalam bentuk pembinaan, sosialisasi dan pelatihan dengan tujuan agar
kapasitas penyelenggaraan jalan daerah dapat semakin baik.

Panjang jalan daerah sering terjadi penyesuaian atau perubahan disebabkan antara
lain karena pembangunan jalan baru, perubahan status kewenangan serta ada pula
beberapa provinsi, kabupaten maupun kota yang belum menetapkan kewenangan
jalannya melalui surat keputusan kepala daerah. Berikut ini akan ditampilkan data
panjang jalan daerah di tahun 2014 yang beserta persentase kondisi
kemantapannya yang diperoleh dari Statistik Jalan Daerah 2014 seperti terlihat
pada tabel.

Tabel 2. 32 Jalan Kabupaten Pada WPS 7 Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi

Provinsi Panjang Jalan (km) Mantap (%) Tidak Mantap (%)

Jawa Barat 16.266 63,85 36,15


Sumber : Statistik Jalan Daerah 2014. Subdit Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja,
Ditjen Bina Marga

C.Cipta Karya

1. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus tersedia dalam kuantitas
yang cukup dan kualitas yang memenuhi syarat. Peningkatan populasi manusia dan
aktivitasnya telah membawa dampak terhadap ketersediaan dan kualitas air di alam.

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum didefinisikan sebagai satu kesatuan

II-84
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Pengembangan
sarana dan prasarana SPAM bertujuan untuk membangun, memperluas dan/atau
meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan jaringan
perpipaan. SPAM Jaringan perpipaan di antaranya adalah unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan. Sementara SPAM bukan jaringan
perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan,
terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata
air. Kedua SPAM tersebut perlu dikelola secara baik dan berkelanjutan agar
ketersediaan air minum dapat senantiasa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Pengembangan SPAM dijalankan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan strategi
membaginya menjadi SPAM di Perkotaan dan SPAM di Perdesaan, baik untuk SPAM
jaringan perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan. Pengembangan SPAM
perkotaan antara lain melalui program Dukungan Air Baku Melalui Pembangunan
Intake dan Transmisi Air Baku; Peningkatan SPAM Skala Regional/Kota/IKK;
Pembangunan SPAM IKK Baru; Peningkatan Kualitas Air Minum Melalui Capacity
Building, Pengembangan NSPK, Advokasi, Sosialisasi, Pembinaan Teknik, Monev, dan
Penyehatan PDAM; serta Mendorong Pembangunan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
dengan Pembangunan SPAM non Jaringan Perpipaan Individual/Komunal di
Perkotaan.

II-85
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 33 Data Teknis Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan Perpipaan Perkotaan

Kapasitas Kapasitas
Jumlah Jumlah Kehilangan
Provinsi Terpasang Produksi
Kabupaten Unit Air (%)
(liter/detik) (liter/detik)
DKI Jakarta 1 2 15.200 13.400 47
Jawa Barat 26 207 19.677 14.416 34
Sumber :Sistem Informasi SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya. September 2015

Bukan hanya Jaringan Perpipaan dan Perubahan Perilaku Higienis Masyarakat.


Lingkup kegiatan SPAM perdesaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya meliputi Pembangunan unit air baku (bangunan intake, bangunan penangkap
mata air), Pembangunan unit produksi (Instalasi Pengolah Air, sumur bor),
Pembangunan unit jaringan distribusi, Pembangunan unit pelayanan berupa Hidran
Umum (HU).

Tabel 2. 34 Data Pelayanan SPAM Jaringan Perpipaan Perdesaan


Data PNPM Mandiri dan DAK DAU
Provinsi Penerima Ekivalen
Tingkat Pelayanan(%)
Manfaat Penduduk

DKI Jakarta 0 0 0,00

Jawa Barat 12.914 48.374 0,11


Sumber :Sistem Informasi SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya. September 2015

Tantangan yang dihadapi dalam penyediaan air minum saat ini antara lain masih
rendahnya cakupan pelayanan. Hal ini merupakan refleksi dari pengelolaan yang
kurang efisien maupun kurangnya pendanaan untuk pengembangan sistem yang ada.
Kondisi PDAM yang tidak sehat juga menjadi salah satu penyebab rendahnya akses
masyarakat mendapatkan air minum layak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut.

Tabel 2. 35 Kapasitas dan pelayanan PDAM


Kapasitas Volume Jumlah Jumlah Penduduk
Penduduk
Provinsi Terpasang Produksi Pelanggan di Wilayah
Terlayani (jiwa)
(ltr/dtk) Riil (ltr/dtk) (unit SL) Pelayanan (jiwa)
DKI Jakarta 18.025 17.005 803.601 9.307.610 5.492.151

Jawa Barat 19.705 14.570 1.239.573 24.127.111 9.235.466

Sumber : Direkap dari Kinerja PDAM 2014 Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum

II-86
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.12 Infrastruktur PUPR Cipta Karya Air Minum

II-87
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT)

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat adalah menyediakan sarana dan prasarana dasar kehidupan yang
dibutuhkan masyarakat secara memadai. Tempat tinggal atau lingkungan yang sehat
dapat diartikan sebagai lingkungan yang terbebas dari pencemaran air, udara, dan
tanah. Untuk mewujudkan permukiman yang layak huni, bebas air limbah, bersih dari
sampah dan bebas genangan, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
(PPLP) bersama dengan pemerintah daerah melaksanakan kerjasama penyediaan
dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah, sampah dan drainase).

Kondisi lingkungan yang sehat akan tercipta apabila limbah di lingkungan permukiman
dapat dikelola dengan baik, termasuk limbah cair. Sebaliknya, air limbah yang dibuang
tanpa melalui proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan termasuk pada sumber air baku baik air permukaan maupun air tanah.
Untuk itu, diperlukan suatu kebijakan dan strategi pelayanan pengelolaan air limbah
yang tepat.

Pengelolaan air limbah memerlukan prasarana dan sarana penyaluran dan


pengolahan. Pengolahan air limbah permukiman dapat ditangani melalui sistem
setempat (on site) ataupun melalui sistem terpusat (off site). Di kota-kota besar atau
kota metropolitan, dikembangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat (sewerage
system) yang bertujuan mencegah terjadinya pencemaran oleh air buangan/limbah
rumah tangga dengan cara menyalurkannya melalui jaringan perpipaan untuk
kemudian dioleh ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Namun dikarenakan
pembangunan IPAL terpusat membutuhkan investasi yang amat besar, dilakukan pula
pengoptimalan serta penambahan jaringan perpipaan dan distribusi IPAL setempat
yang dapat melayani masyarakat perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal. Di
bawah ini yang menampilkan jumlah serta layanan IPAL Terpusat dan IPAL WPS
Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi menurut provinsi.

II-88
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 36 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpusat


di WPS Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi Menurut Provinsi
Jumlah IPAL Kapasitas Pengolahan
Provinsi
Terpusat Terpasang (m3/hari) Terpakai (m3/hari)
DKI Jakarta 2 60.480 24.883
Jawa Barat 5 101.382 88.800
Sumber : Subdit Pengelolaan Air Limbah, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman, Ditjen Cipta Karya. 2015

3. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah

Dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, didefinisikan bahwa


sampah adalah barang sisa yang harus dibuang. Sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sementara sampah sejenis sampah rumah tangga
adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, atau fasilitas lainnya. Sampah yang
merupakan barang sisa butuh untuk dikelola dengan tepat agar dapat menghasilkan
keuntungan secara finansial, kesehatan sekaligus kelestarian lingkungan.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat untuk memproses dan


mengembalikan sampah ke media lingkungan. Di tempat tersebut sampah serta residu
hasil pengolahannya dikembalikan ke media lingkungan secara aman yang didahului
dengan dilakukan pengolahan untuk merubah karakteristik, komposisi dan
jumlah/volume sampah.

Operasi TPA di Indonesia pada awalnya, dan sampai saat ini sebagian masih tergolong
penimbunan terbuka atau open dumping yang berakibat pada tercemarnya lingkungan.
Hal ini menyebabkan turunnya kualitas lingkungan perkotaan termasuk air tanah.
Namun sistem tersebut mulai dilarang seiring dengan terbitnya UU No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Oleh karena itu, diperlukan rehabilitasi TPA agar lebih
memadai. Keterbatasan lahan TPA di kota-kota besar juga mengakibatkan pengelolaan
TPA bersama secara regional menjadi lebih dibutuhkan. jumlah TPA Sampah di WPS
Jakarta-Cirebon-Semarang beserta luas serta daya tampungnya.

Tabel 2. 37 Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

Propinsi Jumlah TPA Sampah Luas (ha) Kapasitas (m3)

Jawa Barat 4 114,90 252,00

Sumber : Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya. 2015

II-89
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.13 Infrastruktur PUPR Cipta Karya Tpa

II-90
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

C. Perumahan Rayat

Koridor Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi merupakan kawasan yang terdapat Kota


Metropolitan Jabodetabekpunjur. Kawasan ini memiliki persebaran rumah baik sumah
susun ataupun landed yang cukup banyak yang tersebar diseluruh Kota/Kabupaten.
Pada Provinsi Jawa di provinsi Jawa Barat dibangun rumah berdasarkan tipe di
lingkungan perumnas Regional IV Jawa Barat sampai tahun 2014 adalah sebagai
berikut : generik 653 unit, rumah sederhana sehat (RSH) adalah 1.836 unit, rumah
sangat sederhana (RSS) 10.743 unit, rumah sederhana (RS) 45.157 unit. Jumlah
rumah yang dibangun pada tahun 2014 adalah 65.882 unit. Berikut ditampilkan rincian
menurut provinsi jumlah rusunawa yang terbangun dari tahun 2010 hingga 2014.

Tabel 2. 38 Jumlah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Perumahan Rakyat Terbangun
Tahun 2010-2014

2010-2011 2012-2013 2014


Provinsi
TB Unit TB Unit TB Unit

DKI Jakarta 2 140 11 995 4 126

Jawa Barat 14 980 17 669 23 1.271


Sumber :Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian PUPR. Diperoleh Juni 2015

II-91
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Peta 2.14 Infrastruktur PUPR Perumahan

II-92
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.3 HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR WPS DAN INTRA WPS


2.5.1. Hubungan Fungsional Antar WPS

Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi (WPS 7)


terletak membentang dari utara ke selatan, dari Kabupaten Kepulauan Seribu hingga
Kabupaten Sukabumi. WPS ini terkait dengan WPS 8 yang melingkupi Jakarta-
Cirebon-Semarang. Melihat dari karakteristik pengembangan WPS 8 yang lebih
menekankan pada pertumbuhan industri di utara pulau Jawa, maka hubungan
fungsional WPS 7 mendukung dari segi penyediaan bahan baku, dimana WPS 7
didukung oleh 2 Kabupaten ( Kabupaten Sukabumi & Kabupaten Bogor) yang
merupakan sector unggualan berada pada pertanian, perkebunan hortikulura.

Selain terkait dengan itu terdapat WPS 9 yang melingkupi Tanjung Lesung Sukabumi
-Pangandaran Cilacap, yang . Pada WPS 9 Sukabumi merupakan wilayah
Adiminstrasi yang sama sama masuk kedalam WPS 7 & WPS 9. Melihat wilayah
geografis WPS 9 yang berada di Selatan Pulau Jawa, potensi dari Wilayah
Pengembangan Strategis 9 berada pada sector kelautan dan pariwisata. Sehingga,
hubungan fungsional antara WPS 7 dengan WPS 9 yaitu adalah jejaring pariwisata
yang berfokus pada pariwisata panorama alam juga budaya & penunjang potensi
perikanan.

2.5.2. Hubungan Fungsional Intra WPS

Pada dasarnya, hubungan fungsional intra WPS 7 dapat disederhanakan sebagai


hubungan fungsional antara simpul produksi dan simpul distribusi. Simpul produksi
umumnya merupakan simpul-simpul yang terdapat di daerah-daerah penghasil
komoditas pertanian, perikanan, juga pertambangan. Sedangkan simpul distribusi
adalah muara yang berperan sebagai sentra pengumpul yang nantinya akan
mengkonsumsi komoditas tersebut juga mendistribusikannya menuju pasar yang lebih
luas, simpul distribusi di WPS 7 antara lain adalah perkotaan Jabodetabekpunjur.
Sehingga, dapat diambil garis merah bahwa hubungan fungsional yang terjadi di dalam
WPS 7 adalah hubungan arus distribusi logistik/komoditas dari berbagai simpul
produksi menuju simpul distribusi.

II-93
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.5.3. Hubungan Fungsional Antara WPS 7 dengan Daerah Belakangnya

Hubungan fungsional antara WPS 7 dengan daerah belakangnya dapat dibilang cukup
beragam. Pada sebelah utara WPS 7 merupakan daerah yang berkarakteristikan
perdagangan pada Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok yang dominan akan sector
industry pengolahan. Sehingga hubungan fungsional antara Provinsi DKI Jakarta
Depok dengan Provinsi Banten, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Purwakarta & Kabupaten Karawang merupakan hubungan fungsional yang
menggambarkan adanya arus distribusi logistik antar wilayah, selain itu Kabupaten
Bekasi, Kota Bekasi & Provinsi Banten yang wilayahnya amat berdekatan dengan
Provinsi DKI Jakarta meliputi Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan merupakan daerah hinterland dari Provinsi DKI Jakarta, yang
menujang arus pergerkan manusia dalam bekerja dan bertempat tinggal.

2.4 KEBIJAKAN SPASIAL


2.6.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Penataan Dalam UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan


penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan, terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia serta terwujudnya
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat penataan ruang. Ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi, wilayah
administratif, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan. Berdasarkan sistemnya
penataan ruang dibedakan menjadi sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
Berdasarkan fungsinya, penataan ruang dibedakan menjadi penataan ruang kawasan
lindung dan penataan ruang kawasan budidaya.

Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 pasal 1 (28) tentang Penataan Ruang


mendefinisikan Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
Berdasarkan RTRWN (2008), Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional
(Pasal 9) meliputi upaya-upaya sebagai berikut :

II-94
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional;
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional;
pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;
pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan
dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan
pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat
perkembangan antar kawasan.
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
pertahanan dan keamanan;
pertumbuhan ekonomi;
sosial dan budaya;
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Penetapan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
c. memiliki potensi ekspor;
d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan nasional;
g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumberenergi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

II-95
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan
akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. rawan bencana alam nasional; atau sangat menentukan dalam perubahan rona
alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

II-96
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.8 Peta Struktur Ruang RTRWN

II-97
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.9 Peta Pola Ruang RTRWN

II-98
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 39 Kedudukan Kawasan KSN Jabodetabekpunjur dalam RTRWN


Struktur Ruang
No. Kedudukan Status
Nasional
Revitalisasi dan Percepatan
Pengembangan Kota-Kota Pusat
Sistem Perkotaan Kawasan Strategis Nasional
1. Pertumbuhan Nasonal
Nasional Kawasan Perkotaan Jabodetabek-punjur
Revitalisasi kota-kota yang telah
berfungsi
JALAN BEBAS HAMBATAN
1. Jakarta Bogor Ciawi
2. Tomang Grogol Pluit
3. Jakarta Tangerang
4. Pondok Aren Ulujami
5. Tomang Cawang
6. Cawang Tanjung Priok (Ir. Wiyoto Wiyono, M.Sc)
7. Tanjung Priok Pluit (Harbour Road)
8. Prof. Dr. Sedyatmo
9. Pondok Aren Serpong Tahapan Pengembangan
Pemantapan jaringan jalan Bebas
Sistem jaringan 10. Akses Tanjung Priok
2. Hambatan
Transportasi Darat 11. Jakarta Outer Ring Road I : (Pondok Pinang Taman Pengembangan Jaringan Jalan Bebas
Mini, Taman Mini IC Hankam Raya, Cikunir Cakung, Hambatan
Pondok Pinang - Ulujami)
12. Jakarta Outer Ring Road I: (Ulujami - Kebon Jeruk,
Cakung Cilincing, Hankam Raya Cikunir, Kebon
Jeruk Penjaringan) Jakarta Outer Ring Road II: Kamal
Teluk Naga Batu Ceper, Cengkareng Batu, Ceper
Kunciran, Kunciran Serpong, Serpong Cinere, Cinere
Cimanggis, Cimanggis Cibitung, Cibitung Cilincing
13. Depok Antasari
14. Bogor Ring Road (I/6)

II-99
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Struktur Ruang
No. Kedudukan Status
Nasional
PELABUHAN SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI LAUT
Sistem jaringan
3. NASIONAL Tahapan Pengembangan
Transportasi Laut
Tanjungpriok (Provinsi DKI Jakarta)
BANDAR UDARA SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI UDARA
Sistem jaringan
4. NASIONAL Tahapan Pengembangan
Transportasi Udara
Soekarno-Hatta (Provinsi Banten)
No. Pola Ruang Nasional Kedudukan Status
Taman Nasional
Taman Nasional dan Taman Nasional
1. Kawasan Lindung Taman Nasional Halimun Salak (I/A/4)
Laut
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (I/A/4)
No. Pola Ruang Nasional Kedudukan Status
Kawasan Perkotaan Jakarta
industri
pariwisata
perikanan
perdagangan
jasa
Kawasan Andalan Laut Pulau Seribu
perikanan
2. Kawasan Budidaya
pertambangan
pariwisata
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur
(Bopunjur dan Sekitarnya)
pertanian
pariwisata
industri
perikanan
Sumber : PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

II-100
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2.6.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang (RPJP), pembahasan RPJP yang terkait dengan kegiatan
penyusunan RTR Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur terfokus kepada tahapan
dan skala prioritas, yang terbagi menjadi rencana lima tahunan sebagai berikut :

A. RPJM ke-1 (2005 2009)

RPJM I diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang
yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan
demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.

1) Membaiknya pengelolaan sumber daya alam dan mutu lingkungan hidup.

2) Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim yg lebih kondusif,


termasuk membaiknya infrastruktur.

3) Percepatan pembangunan infrastruktur lebih didorong melalui peningkatan


peran swasta dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan dan regulasi serta
reformasi dan restrukturisasi kelembagaan, terutama untuk sektor transportasi,
energi dan kelistrikan, serta pos dan telematika.

4) Pelaksanaan revitalisasi kelembagaan pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki


lokasi strategis, antara lain kawasan ekonomi khusus (KEK) dan kawasan
andalan.

5) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain, ditandai oleh


meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan
gender (IPG)

6) Peningkatan mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi geologi Indonesia.

7) Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan didukung oleh


meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup dan
menyadari keadaan wilayah yang rawan bencana sehingga makin peduli dan
antisipatif.

8) Pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas di setiap tingkatan


pemerintahan dalam rangka penanggulangan bencana serta

9) Diacunya rencana tata ruang secara hierarki dari tingkatan nasional, pulau,
provinsi, hingga kabupaten/kota sebagai payung kebijakan spasial semua sektor

II-101
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
dalam rangka mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan
dampak bencana.

B. RPJM ke-2 (2010 2014)

RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.

1) Daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan industri manufaktur


sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan
pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah
secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;

2) Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama


antara pemerintah dan dunia usaha;

3) Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan;

4) Penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam


kegiatan perekonomian.

5) Kondisi itu didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur transportasi,


serta pos dan telematika;

6) Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya bioenergi, panas


bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan;

7) Pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan


permukiman.

8) Bersamaan dengan itu, industri kelautan yang meliputi perhubungan laut,


industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral
dikembangkan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan.

9) Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan


sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang
melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang
ditandai dengan

II-102
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
10) Berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang disertai dengan

11) Menguatnya partisipasi aktif masyarakat;

12) Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis
lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa,
serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya
kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta

13) Penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan;

14) Terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh


semua sektor.

15) Meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan


ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan
pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang.

C. RPJM ke-3 (2015 2019)

RPJM ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di


berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas
serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

1) Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan


oleh terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk
mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan
lestari;

2) Terus membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang


diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan didukung oleh
meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat;

3) Serta semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di


seluruh wilayah Indonesia.

4) Daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif dengan


semakin terpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan dan sumber
daya alam lainnya secara berkelanjutan;

II-103
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
5) Terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja
sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya pembangunan pendidikan,
ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri serta terlaksananya penataan
kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas,
penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan
perekonomian.

6) Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang ditandai oleh
berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;

7) Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan
sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai,
serta mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan
mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat;

8) Terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern guna
terciptanya masyarakat informasi Indonesia; terwujudnya konservasi sumber daya
air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan
pengembangan sumber daya air serta terpenuhinya penyediaan air minum untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

9) Pengembangan infrastruktur perdesaan akan terus dikembangkan, terutama


untuk mendukung pembangunan pertanian.

10) Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.
Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

D. RPJM ke-4 (2020 2024)

RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.

1) Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan daya saing
perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara industri,
pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan sektor jasa.

II-104
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2) Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, serta berfungsi dengan
baik.

3) Kondisi itu didukung oleh keterkaitan antara pelayanan pendidikan, dan


kemampuan Iptek yang makin maju sehingga mendorong perekonomian yang
efisien dan produktivitas yang tinggi; serta berkembangnya usaha dan investasi
dari perusahaan-perusahaan Indonesia di luar negeri termasuk di zona ekonomi
eksklusif dan lautan bebas dalam rangka peningkatan perekonomian nasional.

4) Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan


berkesinambungan dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita pada tahun
2025 mencapai kesejahteraan setara dengan negara-negara berpendapatan
menengah dengan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin
yang makin rendah.

5) Kondisi maju dan sejahtera makin terwujud dengan terselenggaranya jaringan


transportasi pos dan telematika yang andal bagi seluruh masyarakat yang
menjangkau seluruh wilayah NKRI;

6) tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah tangga;

7) serta terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan


sarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel
sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

8) Dalam rangka memantapkan pembangunan yang berkelanjutan,


keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam terus dipelihara dan
dimanfaatkan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya saing bangsa
serta meningkatkan modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang.

2.6.3. RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA BALI

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa Bali bertujuan untuk mewujudkan :
a. Lumbung pangan nasional
b. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi adaptasi
bencana
c. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan

II-105
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
d. pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta
panas bumi secara berkelanjutan;
e. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara
berkelanjutan;
f. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;
g. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya
dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
h. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
memadai untuk pembangunan;
i. Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang
berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana; dan
j. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.

Rencana strategi pengembangan RTR Pulau Jawa Bali dalam Wilayah


Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi dapat ditunjukkan pada
tabel berikut :

II-106
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2. 40 Strategi Pengembangan Dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
1 Metropolitan PKN Jasa Mempertahankan fungsi Jabodetabek sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional
Jabodetabek pemerintahan, yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk
keuangan, seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan
perdagangan, pusat-pusat pertumbuhan wilayah internasional.
dan industri.
Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Jakarta sebagai kota inti dan kota-
kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sebagai kota satelit.

Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Tangerang dan Bekasi sebagai pusat
pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan permukiman, serta Bogor, Depok
dan selatan Jakarta sebagai pusat permukiman, pendidikan, dan kegiatan pariwisata
serta kegiatan perkotaan lainnya yang terkendali.

Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban


sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang
membatasi fisik kota inti dan kota satelit disekitarnya.

Memantapkan peran dan fungsi permukiman baru skala besar Bumi Serpong Damai,
Karawaci, Cikarang, dan Bintaro sebagai kantong-kantong permukiman yang mendukung
ekonomi Jakarta melalui pengembangan prasarana transportasi yang terpadu.

Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Jakarta dengan kota-kota satelitnya melalui
penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas pelayanan transportasi di
sepanjang koridor Jakarta- Tangerang, Jakarta-Bekasi, Jakarta-Bogor, Jakarta Depok.

Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antar kota inti dan
kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Jakarta.

II-107
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten

Mengembangkan sistem transportasi masal yang sinergis dengan pusat-pusat


permukiman dan pengembangan kegiatan usaha.

Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi jasa keuangan, teknologi system


informasi, pendidikan, perangkutan, dan kebudayaan.

Meningkatkan kapasitas pengendalian banjir melalui pengembangan sistem drainase


regional.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar Internasional.

Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat


investasi pasar modal.

Memantapkan aksesibilitas Metropolitan Jabotabek ke kota-kota PKN lainnya di Pulau


Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan
transporatsi darat dan udara, pemantapan outer ringroad yang melayani transportasi
antar provinsi dan menunjang pergerakan lintas batas serta kelancaran pergerakan
angkutan barang.

Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian


pemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayah Jabodetabek berdasarkan RaKeppres
Tentang rencana tata ruang wilayah Jabodetabekpunjur.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas


masyarakat Kota Jakarta dsk.

II-108
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten

Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW


kota.
2 Sukabumi PKW Jasa Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang berorientasi pada aktivitas
pemerintahan, perkebunan, dan pariwisata.
pertanian,
perkebunan, Mengembangkan kualitas pelayanan PSD Kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan dan pusat permukiman.
dan pariwisata.
Meningkatkan aksesibilitas aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Tengah, jalan
bebas hambatan, dan jalur kereta api Utara-Selatan menuju kota Jakarta dan pusat
pusat perdesaan (agropolitan).

Penetapan lahan-lahan sawah teknis potensial di kawasan Sukabumi serta diarahkan


untuk mendukung fungsi kota sebagai pusat pelayanan yang mendukung kegiatan
pertanian atau agropolitan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Mempertahankan kawasan Sukabumi sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

Pengendalian perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya di


kawasan Sukabumi dari bencana goncangan gempa bumi dan tanah longsor.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas


masyarakat Kota Sukabumi.

II-109
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
kota.
3 Pelabuhan PKW Jasa Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung
pemerintahan, perkembangan sektor pertanian lahan basah, industri kerajinan tangan, pertambangan
Ratu
pertanian lahan (emas) serta pariwisata bahari.
basah, industri
perikanan dan Peningkatan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan prasarana dan
kerajinan sarana pendukung yang memadai.
tangan,
pertambangan Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan Lintas Selatan dan jalan pengumpan serta
(emas), dan melalui jalur kereta api lintas Utara-Selatan menuju ke kawasan lain yang berperan
sebagai pusat-pusat permukiman dan kegiatan usaha.
pariwisata
bahari. Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan
permukiman dan perkotaan.

Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-
kawasan industri yang telah ditetapkan (lihat kawasan industri) khususnya industri
perikanan.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.

Mengupayakan antisipasi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas


masyarakat Kota Palabuhan Ratu.

II-110
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
kota.

II-111
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2.6.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA

1) Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang Provinsi DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran
dari rencana struktur ruang kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur. Wilayah Provinsi
DKI Jakarta diarahkan untuk menunjang Jakarta sebagai Ibukota Negara, kota Jasa
serta mendekatkan pelayanan kepada masyarakat diwujudkan dalam 2 (dua) hirarki
pusat pelayanan, yaitu :
a. Pusat Pelayanan Primer, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan internasional
b. Pusat Pelayanan Sekunder, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kota/kabupaten
administrasi
Rencana pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di DKI Jakarta, dapat ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 2. 41 Struktur Pusat Pelayanan Provinsi DKI Jakarta
HIrarki Kota Fungsi Utama
Primer 1.
Kawasan Medan Merdeka; Kawasan pusat kegiatan
2.
Kawasan Mangga Dua; primer adalah kawasan
3.
Kawasan Bandar Kemayoran; perkotaan yang berfungsi
4.
Kawasan Sentra Primer Tanah Abang; untuk melayani kegiatan
5.
Kawasan Dukuh Atas; skala nasional atau
6.
Kawasan Segitiga Emas Setiabudi; beberapa provinsi dan
7.
Kawasan Manggarai; internasional.
8.
Kawasan Sentra Primer Barat;
9.
Kawasan Sentra Primer Timur;
10.
Kawasan Tengah Pantura; dan
11. Kawasan Ekonomi Strategis Marunda.
Sekunder 1. Kawasan Glodok; Kawasan pusat kegiatan
2. Kawasan Harmoni; sekunder adalah kawasan
3. Kawasan Senen; perkotaan yang berfungsi
4. Kawasan Jatinegara; untuk melayani kegiatan
5. Kawasan Kelapa Gading; skala provinsi atau
6. Kawasan Blok M; beberapa kota/kabupaten
7. Kawasan Grogol; dan administrasi.
8. Pulau Pramuka.
Sumber : PERDA Provinsi DKI Jakarta

Strutur Ruang Provinsi merupakan perwujudan dari struktur ruang KSN Perkotaan
Jabodetabekpunjur itu sendiri

1. Pengembangan jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi. JakartaCikampek. Jakarta


Tangerang. Jakarta Outer Ring Road I :

II-112
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
(Pondok Pinang Taman Mini, Taman Mini IC Hankam Raya, Cikunir Cakung,
Pondok Pinang - Ulujami). Jakarta Outer Ring Road I:
(Ulujami-Kebon Jeruk, CakungCilincing, Hankam RayaCikunir, Kebon Jeruk
Penjaringan). Jakarta Outer Ring Road II:
Kamal Teluk Naga Batu Ceper, Cengkareng Batu Ceper Kunciran,
Kunciran Serpong, Serpong Cinere, Cinere Cimanggis, Cimanggis
Cibitung, Cibitung Cilincing, Cimanggis-Cikeas.

2. Peningkatan fasilitas terminal angkutan orang, Lebak Bulus, Kali Deres,


Rawamangun, Kampung Rambutan, Pulo Gadung, Blok M, Pasar Minggu, Cililitan,
Kampung Melayu, Senen, Tanjung Priok.

3. Peningkatan fasilitas pelabuhan penyeberangan di Kawasan Jabodetabekpunjur


ditetapkan di Pelabuhan Marina Ancol. Alur pelayaran penyeberangan di Kawasan
Jabodetabekpunjur ditetapkan di Jakarta Kepulauan Seribu. pelabuhan utama
yaitu Pelabuhan Hub Internasional Tanjung Priuk di Jakarta; dan pelabuhan
pengumpan yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta.

4. Jaringan jalur kereta api di Kawasan Jabodetabekpunjur ditetapkan dalam rangka


mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan jalur wilayah nasional,
pulau Jawa, Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, dan Provinsi Jawa Barat.
Jaringan jalur kereta api umum meliputi: Jaringan jalur kereta api antar kota di
Kawasan Jabodetabekpunjur terdiri atas: Jalur kereta api komuter di
Jabodetabekpunjur terdiri atas: Jalur kereta api bandara merupakan jalur kereta
api yang terpadu dengan Bandar Udara Soekarno - Hatta terdiri atas Bandar
Udara Halim Perdanakusuma - Bandar Udara Soekarno Hatta;

II-113
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.10 Peta Struktur Ruang Provinsi Jakarta

2) Rencana Pola Ruang

Berdasarkan ketentuan RTRW Nasional, Pola ruang terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Hal ini pula yang menjadi dasar pembentukan pola ruang di
Daerah Istimewa Jakarta. Berikut merupakan Pola ruang Provinsi DKI Jakarta yang
disajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut:

Tabel 2. 42 Kebijakan Kawasan Di Provinsi DKI Jakarta


Kawasan Wilayah dan Kegiatan

Kawasan Lindung Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung termasuk di


dalamnya antara lain cagar alam kawasan cagar alam di kawasan
Cagar Alam Pulau Bokor, kawasan suaka margasatwa Pulau
Rambut, kawasan suaka margasatwa Muara Angke.

Untuk kawasan pelestarian alam termasuk juga di dalamnya


adalah Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Wisata Alam
(TWA) Angke Kapuk.

Kawasan terbuka Sebagai kawasan hutan produksi berfungsi lindung, hutan kota,
hijau budi daya taman kota, kawasan terbuka hijau

II-114
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kawasan Wilayah dan Kegiatan

Kawasan fungsi kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pemerintah dalam


ibukota negara bidang pertahanan dan keamanan di wilayah darat, laut dan
udara.

Kawasan merupakan kawasan yang didominasi oleh perumahan dan


permukiman fasilitasnya
tersebar di seluruh bagian kota dimana
arahpengembangannya berdasarkan karakteristik kawasan
disesuaikan terhadap hierarki pusat pelayanan masyarakat
untuk melayani kebutuhan fungsi pelayanan sehingga dapat
dicapai dengan mudah
penyediaan secara bertahap agar tercapai norma satu unit
rumah yang layak dan terjangkau untuk setiap keluarga
Kawasan
diarahkan untuk pembangunan dengan kepadatan bangunan
permukiman
rendah disertai upaya untuk mempertahankan fungsi resapan air,
taman
ruang penyangga, dan RTH
Kawasan pusat diprioritaskan untuk pengembangan kegiatan pusat
perkantoran, perkantoran, perdagangan dan jasa yang mempunyai hierarki
perdagangan, dan pelayanan nasional/internasional
diarahkan untuk penggunaan kegiatan pusat perkantoran,
jasa
perdagangan dan jasa yang mempunyai hierarki pelayanan
kota dan lokal.
Pengembangan kawasan campuran permukiman dan komersil dengan
kawasan Transit aksesibilitas tinggi terhadap angkutan umum massal, dimana
Oriented stasiun angkutan umum massal dan terminal angkutan umum
Development massal sebagai pusat kawasan dengan bangunan berkepadatan
(TOD) tinggi. Lokasi terminal/stasiun/shelter dengan konsep TOD di
kawasan sebagai berikut:

perpotongan koridor angkutan massal (dua atau lebih)


kawasan dengan nilai ekonomi tinggi atau yang diprediksi
akan memiliki nilai ekonomi tinggi
kawasan yang direncanakan atau ditetapkan sebagai pusat
kegiatan.
Kawasan mengembangkan wisata perkotaan, wisata belanja, wisata agro,
Pariwisata wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, dan wisata konvensi.

Kawasan memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai


pertanian kawasan pertanian
dapat dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi dalam
rangka intensifikasi lahan
Kawasan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan
perikanan tangkap, budi daya, pusat promosi dan pusat pengolahan hasil
perikanan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Pengembangan prasarana dan sarana perikanan yang


dilakukan di kawasan:

II-115
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kawasan Wilayah dan Kegiatan

pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam


Zachman
pengembangan pelabuhan pendaratan ikan di Cilincing,
Kalibaru, Kamal Muara, dan Muara Angke
pengembangan budi daya, balai benih ikan di Ciganjur,
Kalideres, Ujung Menteng, Ciracas dan Pulau Tidung
pengembangan Pusat Promosi perikanan di Cengkareng
pengembangan pusat pengolahan hasil perikanan.
Kawasan memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat,
pertambangan cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi
kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan
merupakan kegiatan yang merubah sumber daya alam
potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
kawasan industri penataan kawasan industri dan pergudangan sebagai bagian
integral dari penataan kawasan pelabuhan melalui koordinasi
dan kerjasama dengan kawasan Bodetabekpunjur
mengembangkan kawasan industri dan pergudangan dibatasi
hanya untuk jenis industri yang hemat penggunaan lahan, air,
dan energi, tidak berpolusi, memperhatikan aspek lingkungan
dan menggunakan teknologi tinggi
pengembangan industri perakitan di kawasan sekitar Bandara
Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok
mengembangkan Kawasan Ekonomi Strategis di Marunda
sebagai bagian integral dari pengembangan pelabuhan
Tanjung Priok
penataan dan relokasi kegiatan industri kecil dan menengah
yang berada di kawasan permukiman ke kawasan industri di
bagian barat dan timur Jakarta
pengembangan kawasan industri memperhatikan daya dukung
transportasi dan infrastruktur lainnya
Kawasan ruang Pengembangan kawasan ruang terbuka non hijau diperuntukan
terbuka non hijau pada

1. kawasan terbuka atau plasa


2. Kawasan terbuka biru
kawasan evakuasi Lokasi kawasan evakuasi bencana utama diarahkan di Kawasan
bencana Monumen Nasional, Gelora Bung Karno Senayan, Ancol,
Kawasan Islamic Centre, Taman Mini Indonesia Indah, Taman
Margasatwa Ragunan, Hutan Kota Srengseng, Taman Kampung
Sawah/Taman Catleya, Halim Perdana Kusuma, Taman BMW,
Kebon Pisang, TPU Tegal Alur, TPU Tanah Kusir, kawasan pusat
pemerintahan, kawasan pemakaman, dan kawasan rekreasi
lainnya.

Kawasan sektor Kawasan sektor informal sebagai upaya peningkatan ekonomi


informal usaha kecil dan penyediaan ruang bagi sektor informal
diantaranya:

II-116
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kawasan Wilayah dan Kegiatan

pengembangan dan pemeliharaan kawasan pusat pedagang


kaki lima dan usaha kecil menengah
penyediaan ruang bagi sektor informal merupakan bagian dari
rencana pengembangan pusat perniagaan dan perkantoran.
Sumber : RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Gambar 2.11 Peta Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Jakarta

2.6.5. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DKI JAKARTA

Tujuan pembangunan jangka panjang DKI Jakarta (2005-2025) adalah peningkatan


kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana kota yang memiliki peranan yang sangat
penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat terutama
sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok
masyarakat, serta mendukung interaksi antar pusat aktivitas kawasan perkotaan.
Selain itu, prasarana dan sarana kota juga memiliki peran penting dalam mendukung
daya saing ekonomi global sehingga menjadi salah satu fokus pembangunan yang
perlu diprioritaskan.

Untuk mencapai sasaran pokok jangka panjang sebagaimana telah diuraikan dimuka
maka pembangunan jangka panjang yang berjangka waktu 20 tahun dilakukan secara

II-117
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
bertahap yang masing-masing tahap berjangka waktu 5 tahun. Masing-masing tahap
dikenal sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah DKI Jakarta (RPJM-D).
Dengan demikian, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D) DKI
Jakarta seluruhnya terdiri dari 5 RPJM-D dan masing-masing PPJM-D memiliki skala
prioritas yang sifatnya berkesinambungan secara utuh dan konsisten menuju
tercapainya Tujuan Pembangunan Jangka Panjang dan bila terwujudnya DKI Jakarta
sebagaimana digambarkan oleh Visi dan Misi seperti yang telah depakati.

Perlu dipahami bahwa dalam setiap tahap pebangunnan yang berjangka waktu 5 tahun
yang masing-masing memiliki fokus atau konsentrasi sektor-sektor sasaran, tidak
berarti sektor lain yang non-prioritas akan diabaikan. Sektor-sektor non-prioritas juga
masih tetap mendapat alokasi anggaran yang wajar, capaian target sektor tersebut
tidak di drive sedangkan target sektor prioritas didrive namun tetap pada tingkat yang
realistik untuk dicapai.

Tabel 2. 43 RPJP-D Provinsi DKI Jakarta


RPJM Provinsi 2023-
RPJM Periode 2013-2017 RPJM Provinsi 2018-2022
2025

RPJMD periode 2013-2017 1. Pemantapan kapasitas 1. Perwujudan kualitas


ditujukan untuk meningkatkan dan kualitas prasarana prasarana dan
kualitas pembangunan Kota dan sarana Kota sarana Kota Jakarta
Jakarta melalui peningkatan Jakarta. Sistem yang maju, modern,
produktivitas masyarakat transportasi yang handal, dan berdaya
sehingga masyarakat lebih terpadu dan terintegrasi saing global.
sejahtera, aman dan nyaman berfungsi dengan baik Terwujudnya
serta berkelanjutan guna dalam meminimalkan kelembagaan dan
peningkatan daya saing global. kemacetan dan efisiensi layanan sistem
Pembangunan pada periode ini mobilitas kota melalui transportasi umum
diarahkan pada : peningkatan sistem terpadu, modern, dan
1. Peningkatan kapasitas dan jaringan transportasi berstandar
kualitas prasarana dan terpadu berupa internasional melalui
sarana Kota Jakarta pada berfungsinya 15 koridor berfungsinya 15
periode 2013-2017 Bus Rapid Transit (BRT) koridor Bus Rapid
semakin meningkat. Salah dan Light Rapid Transit Transit (BRT), Light
satunya ditandai dengan (LRT) secara mantap, Rapid Transit (LRT)
beroperasinya sistem efektif dan efisien, yang berdaya saing,
transportasi untuk berfungsinya Mass berfungsinya Mass
mengurangi kemacetan Rapid Transit (MRT) Rapid Transit (MRT)
dan efisiensi lalu lintas North-South Line North-South Line
melalui pengembangan koridor Lebak Bulus secara penuh, serta
sistem jaringan Ancol secara optimal, berfungsinya MRT
transportasi berupa dibangunnya MRT East- East-West Line
pembangunan 3 koridor West Line koridor secara efisien dan
Bus Rapid Transit (BRT), Kembangan Ujung efektif dengan
pembangunan Light Rapid Menteng, yang dibangunnya koridor
Transit (LRT), kesemuanya lanjutan Kembangan

II-118
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

RPJM Provinsi 2023-


RPJM Periode 2013-2017 RPJM Provinsi 2018-2022
2025

beroperasinya Mass Rapid terintegrasi juga dengan Balaraja dan Ujung


Transit (MRT) North-South Kereta Lingkar Jakarta Menteng Cikarang
Line koridor Lebak Bulus dan sistem transportasi yang seluruhnya
Bundaran Hotel Indonesia pelabuhan. Peningkatan saling terintegrasi,
bersamaan dengan dan pengembangan termasuk dengan
dibangunnya koridor kawasan Transit Kereta Lingkar
lanjutan Bundaran Hotel Oriented Development Jakarta dan
Indonesia - Ancol, serta (TOD) modern sehingga transportasi
persiapan pembangunan dapat mendukung pelabuhan sehingga
MRT East-West Line yang mobilitas masyarakat mampu mengatasi
saling terintegrasi satu secara efektif dan kemacetan dan
sama lain. Selain itu, efisien. Sedangkakan efisiensi mobilitas
ditandai dengan untuk menghindari kota. Kawasan
meningkatnya dukungan banjir dan Transit Oriented
pengembangan Kereta mengurangi/mengendali Development (TOD)
Lingkar Jakarta melalui kan genangan modern dengan
peningkatan pembangunan dilakukan dengan cara fasilitas yang mampu
flyover dan underpass, pemantapan sistem tata mendukung aktivitas
meningkatnya transportasi air dan drainase, ekonomi dan sosial
pelabuhan, serta pemeliharaan badan warga kota secara
dibangunnya jaringan jalan sungai dan kanal dari efisien, efektif dan
melalui pembangunan sampah dan limbah, mantap.
jalan tol serta serta menjaga luasan 2. Pembangunan
direalisasikannya badan air permukaan perekonomian
kerjasama dengan daerah waduk dan situ. diarahkan untuk lebih
lain dalam pengembangan 2. Pemantapan stabilitas sinergis dengan
jaringan jalan di wilayah perekonomian Jakarta kebijakan politik serta
Jabodetabek. Pada ditandai dengan sesuai dengan
periode ini, ditandai pertumbuhan ekonomi perkembangan
dengan persiapan yang semakin budaya sehingga
pengembangan kawasan meningkat dan mantap mampu mewujudkan
Transit Oriented dengan tetap struktur ekonomi
Development (TOD) memperhatikan yang berdaya saing
modern, yaitu bertemunya pemerataan dan global. Produktivitas
moda transportasi umum. keadilan serta masyarakat dengn
2. Perekonomian Jakarta inklusifitas. Struktur basis IPTEK mampu
ditandai dengan ekonomi semakin meningkatkan
pertumbuhan yang terdiversifikasi sehingga efisiensi dan
semakin meningkat, dan menjadi semakin kokoh efektifitas
merata serta berkeadilan. dan mantap. Produk perekonomian
Struktur ekonomi lebih masyarakat semakin sehingga mampu
kokoh yang ditandai berkualitas karena berdaya saing global.
meningkatnya peranan semakin berbasis ilmu 3. Perwujudan akses
sektor jasa dan dengan pengetahuan dan pendidikan yang
dukungan produktivitas teknologi dalam proses merata, berkualitas,
masyarakat yang lebih produksinya. Selain itu berdaya saing bagi
berkualitas dalam artian dalam melakukan seluruh warga
penguasaan ilmu kegiatan ekonomi, Jakarta. Pada
pengetahuan, teknologi masyarakat semakin periode ini ditandai
dan keterampilan lebih mampu dalam juga peran pemuda

II-119
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

RPJM Provinsi 2023-


RPJM Periode 2013-2017 RPJM Provinsi 2018-2022
2025

meningkat sehingga menggunakan semakin mampu


mampu menggunakan sumberdaya secara mengaktualisasikan
sumber daya secara efisien dan efektif. jati diri sebagai
efisien dan efektif. Selain 3. Pemantapan ketahanan warga Jakarta yang
itu, ditandai dengan sosial budaya yang berdaya saing dan
konsumsi masyarakat yang ditandai dengan lembaga
semakin cerdas. pemantapan akses kepemudaan menjadi
3. Peningkatan dan pendidikan bagi seluruh maju dan modern.
pengembangan ketahanan warga Jakarta untuk 4. Perwujudan
sosial dan budaya, pendidikan yang lingkungan kota yang
dilakukan peningkatan kualitas dan mampu berkelanjutan dengan
akses pendidikan bagi bersaing. Selain itu kualitas lingkungan
warga Jakarta yang kualitas pendidikan hidup dan sumber
berkualitas, terjangkau dan relevan dengan daya alam yang
relevan guna kebutuhan masyarakat memadai. Jakarta
meningkatkan dan mampu mendukung menjadi kota berdaya
kesejahteraan masyarakat, pembangunan secara saing global dengan
kemandirian, keluhuran keseluruhan. lingkungan yang
budi pekerti dan karakter 4. Pemantapan bersih, sehat dan
warga Jakarta yang pengendalian kualitas berkualitas yang
berahlak mulia. lingkungan hidup dan ditandai dengan
Bersamaan dengan hal sumber daya alam pencemaran udara,
tersebut dilakukan melalui diupayakan semakin air dan tanah
perumusan kebijakan diperkuat menuju terkelola dengan baik
pengarusutamaan gender lingkungan kota yang sehingga masyarakat
dan anak, pengurangan berkelanjutan. Jakarta dapat hidup
kemiskinan, dan Pengendalian sehat, nyaman dan
meningkatnya kinerja pencemaran udara, air berkualitas. Selain
program keluarga dan tanah sesuai baku itu, Jakarta juga
berencana. Kondisi ini mutu lingkungan semakin berperan
ditandai juga dengan menjadikan lingkungan dalam kontribusi
peningkatan pembangunan perkotaan menjadi lebih pengurangan gas
bidang kesehatan melalui bersih, sehat dan rumah kaca dan
kegiatan preventif serta berkualitas. Bersamaan antisipasi perubahan
peningkatan kesehatan dengan itu, berbagai iklim demi
masyarakat serta kebijakan dan rencana pengurangan emisi
kesehatan lingkungan aksi diterapkan dalam gas rumah kaca,
sehingga pembangunan memperkuat antisipasi serta berfungsinya
manusia Jakarta terus perubahan iklim demi sistem Jakarta
meningkat. pengurangan emisi gas Coastal Defense
Pengembangan rumah kaca. Strategy (JCDS)
harmonisasi budaya Pembangunan Jakarta secara efektif dan
masyarakat dengan Coastal Defense efisien dalam
memperhatikan budaya Strategy (JCDS) terus mengantisipasi
multikultur sehingga tidak dilaksanakan dan kenaikan muka air
terjadi konflik horizontal. dikembangkan. laut.
4. Kualitas lingkungan hidup 5. Pemantapan kualitas 5. Periode ini ditandai
dan sumber daya alam organisasi pemerintah dengan organisasi
pada periode 2013-2017 diarahkan mampu pemerintah semakin
diupayakan semakin melayani masyarakat kokoh, maju dan

II-120
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

RPJM Provinsi 2023-


RPJM Periode 2013-2017 RPJM Provinsi 2018-2022
2025

meningkat. Penciptaan sesuai dengan modern. sehingga


lingkungan perkotaan yang perkembangan situasi pelayanan
bersih, sehat dan dan kondisi, selain itu masyarakat di segala
berkualitas dilakukan pemberian kewenangan aspek lebih cepat,
melalui peningkatan dilakukan secara murah, tepat dan
prasarana dan sarana proporsional sesuai sederhana sehingga
pengendalian pencemaran dengan tugas dan mampu bersaing
udara, air dan tanah. fungsinya dengan dengan kota-kota
Peningkatan upaya didukung oleh besar lainnya di
pengurangan emisi gas ketatalaksanaan yang dunia. Hal ini ditandai
rumah kaca sesuai tangguh. Bersamaan dengan kewenangan
kesepakatan internasional dengan ini diikuti dan ketatalaksanaan
juga dilakukan diantaranya dengan semakin organisasi yang
melalui peningkatan mantapnya akuntabilitas proporsional dan
penerapan kebijakan green publik dalam hal mampu menjawab
building dan strategi pelayanan masyarakat. tantangan masa
pengembangan area Kondisi ini ditandai juga depan. Selain itu
pesisir Jakarta melalui dengan struktur ditandai dengan
persiapan pengembangan birokrasi dan aparatur terwujudnya
Jakarta Coastal Defense yang semakin mantap, hubungan antar
Strategy (JCDS) untuk hubungan antar lembaga, BUMD dan
mengantisipasi kenaikan lembaga, BUMD dan swasta yang mampu
muka air laut. swasta semakin kokoh menjawab tantangan
5. Peningkatan kualitas sehingga sehingga mampu
organisasi pemerintah menghilangkan praktek berdaya saing global.
dalam melayani kolusi, korupsi dan 6. Perwujudan
masyarakat dilakukan nepotisme, serta kreativitas dan
dengan pemberian mengurangi ekonomi inovasi warga
kewenangan dan biaya tinggi dan konflik Jakarta semakin
penyusunan kepentingan. berkualitas mampu
ketatalaksanaan yang 6. Pengembangan berkontribusi bagi
sesuai dengan kapasitas ide, masyarakat global.
perkembangan kebutuhan kreativitas dan inovasi Bersamaan dengan
masyarakat serta masyarakat Jakarta hal ini telah
memenuhi tuntutan secara berkelanjutan terwujudnya jaringan
akuntabilitas publik. Hal ini dengan memanfaatkan inovasi masyarakat
didukung oleh struktur jaringan regional dan Jakarta secara global
birokrasi dan aparatur global sehingga sehingga mampu
yang berkualitas. hasilnya lebih berdaya berdaya saing dan
Bersamaan dengan hal guna dan berhasil guna mendorong
tersebut dilakukan bagi pembangunan dan terwujudnya industri
peningkatan sinergitas kesejahteraan kreatif yang
antar lembaga termasuk masyarakat. mempunyai nilai
BUMD dan swasta secara ekonomis tinggi.
sistematis dan holistik
sehingga mampu
mengurangi kolusi, korupsi
dan nepotisme,
mengurangi ekonomi biaya
tinggi dan konflik

II-121
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

RPJM Provinsi 2023-


RPJM Periode 2013-2017 RPJM Provinsi 2018-2022
2025

kepentingan.
6. Peningkatan fasilitasi
pengembangan kapasitas
ide, kreativitas dan inovasi
masyarakat Jakarta secara
luas dan menyeluruh
dengan memanfaatkan
jaringan regional dan
global sehingga dapat
meningkatkan manfaat
ekonomi dan mampu
mensejahterakan
masyarakat.

2.6.6. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DKI JAKARTA

1) Visi Misi Provinsi DKI jakarta

Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-
2025, bahwa RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 merupakan tahap ketiga
pembangunan jangka panjang daerah. Oleh karena itu, visi misi dalam RPJMD harus
mempunyai keterkaitan dengan visi RPJPD yaitu Jakarta : Ibukota NKRI yang Aman,
Nyaman, Sejahtera, Produktif, Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global.

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang dilaksanakan adalah :

a. Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
b. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun
seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain-lain
c. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau
bagi warga kota
d. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus
memiliki kesadaran dalam memelihara kota
e. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada
pelayanan publik.

2) Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Tujuan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta 2013 2017 adalah sebagai berikut:

II-122
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
a) Kota yang mampu meningkatkan posisi daya saing globalnya yang diukur
berdasarkan tolok ukur aktivitas bisnis, sumber daya manusia, pertukaran
informasi, kekayaan budaya dan kondisi politik dari posisi 54 dari 66 kota dunia
menurut Global City Index pada tahun 2012 menjadi posisi 40-45 dari 66 kota
dunia

b) Kota yang mampu mengembangkan diri menjadi pusat perdagangan dan jasa

c) Kota yang PDRB per kapita nya tumbuh pesat dan merata direpresentasikan
oleh :
1. Produk per kapita yang meningkat dari Rp.110,46 juta pada tahun 2012
menjadi Rp.160,00 juta
2. Gini ratio yang berkurang dari 0,385 pada tahun 2011 menjadi 0,360
3. Persentase penduduk miskin yang berkurang dari 3,69 persen pada tahun
2012 menjadi 3,40-3,50 persen.

d) Kota dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan inflasi yang terkendali
yang dapat dilihat dari :
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi dari 6,50 persen pada tahun 2012 menjadi 7,3
persen
2. Tingkat inflasi dari 4,52 persen pada tahun 2012 menjadi sekitar 6,0 7,0
persen.
e) Kota yang pembangunannya berimbang antara kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau dan Ruang Terbuka Biru dengan kebutuhan ruang ekonomi

f) Kota dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bertambah baik yang
dilihat dari IPM Jakarta dari 77,97 pada tahun 2012 menjadi 79,60

g) Kota yang semakin layak sebagai tempat tinggal dengan meningkatkan rasio
ketersediaan dan kebutuhan rusun dan juga mengentaskan RW kumuh

h) Kota yang memperhatikan penanganan permasalahan sosial khususnya anak


jalanan dan lansia terlantar yang dapat dilihat dari indikasi jumlah titik lokasi rawan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Pusat Santunan
Keluarga (Pusaka)

i) Kota yang tingkat toleransi warganya semakin baik dilihat dari indikasi
berkurangnya jumlah konflik sosial, berkurangnya jumlah lokasi rawan ketertiban
umum dan meningkatnya indeks demokrasi.

II-123
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, disusun sasaran
pembangunan DKI Jakarta sesuai dengan misi sebagai berikut :

(1) Berkembangnya aktivitas ekonomi perdagangan dan jasa pada Pusat Kegiatan
Primer dan Sekunder terutama yang ditetapkan dalam RTRW

(2) Berkembangnya kawasan-kawasan TOD (Transit Oriented Development) yang


memadukan berbagai fungsi dan sarana kota dengan mudah

(3) Tersedianya ruang untuk pedagang informal pada kawasan perkantoran dan
perniagaan kota

(4) Meningkatnya investasi ekonomi kota yang mendorong penciptaan lapangan


kerja dan tumbuhnya kelembagaan ekonomi lokal

(5) Tersedianya stok dan distribusi pangan untuk mendukung aktivitas ekonomi
kota

(6) Tersedianya fasilitas internet secara merata di ruang publik

(7) Tersedianya infrastruktur energi dan kelistrikan untuk mendukung


pembangunan kota

(8) Tersedianya rencana tata ruang kota yang berkualitas dengan memperhatikan
aspirasi seluruh pemangku kepentingan

(9) Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang kota yang konsisten.

(10) Tersedianya Tersedianya sistem transportasi perkotaan yang terpadu dan


memadai untuk melayani pergerakan orang dan barang

(11) Tersedianya jaringan jalan dan jembatan dengan kualitas yang mantap untuk
melayani sirkulasi dari/ke dalam kota

(12) Tersedianya sistem tata air yang optimal dalam mendukung upaya
pengendalian banjir, banjir rob dan dampak perubahan iklim lainnya

(13) Tersedianya pengelolaan air limbah domestik secara optimal

(14) Tersedianya sistem penyediaan air minum perpipaan yang melayani semua
wilayah kota

(15) Tersedianya pengelolaan sampah terpadu dan berwawasan lingkungan pada


tingkat kota dan kawasan permukiman

(16) Berkurangnya pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara) di wilayah kota

II-124
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Jakarta

(17) Meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat dan kelembagaan pemerintah daerah


dalam upaya pengurangan resiko bencana dan dampak perubahan iklim.

(18) Tersedianya rumah layak dan terjangkau untuk semua kelompok masyarakat

(19) Tertatanya kawasan permukiman yang layak bagi masyarakat (perbaikan


kampung)

(20) Meningkatnya luasan dan kualitas ruang terbuka hijau publik dan privat di
Jakarta

(21) Berkembangnya budaya kota multikultur yang berbasis komunitas

(22) Tersedianya pusat-pusat kebudayaan di semua wilayah kota Jakarta

(23) Terwujudnya upaya revitalisasi kawasan bersejarah kota sebagai daya tarik
wisata kota

(24) Meningkatnya kreativitas masyarakat dalam pembangunan kota

(25) Meningkatnya pelayanan dan perlindungan sosial bagi seluruh lapisan


masyarakat kota terutama kaum marginal dan rentan

(26) Meningkatnya peran olahraga dalam pembangunan kualitas kehidupan


masyarakat

(27) Meningkatnya kualitas dan perlindungan ketenagakerjaan

(28) Meningkatnya kesadaran dan toleransi antar suku, agama dan ras (SARA)

(29) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga ketentraman dan


ketertiban kota

(30) Meningkatnya penataan kelembagaan yang tepat ukuran dan kewenangan


yang jelas dan tidak tumpang tindih

(31) Meningkatnya ketersediaan SDM Pemprov yang sesuai dengan kompetensinya

(32) Meningkatnya peran pemerintah, masyarakat dan partai politik dalam


pembangunan demokrasi dan politis yang kondusif

(33) Meningkatnya peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam


proses pembangunan

(34) Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada semua lapisan masyarakat

II-125
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
(35) Meningkatnya pelayanan pajak dan pelayanan perijinan yang transparan dan
akuntabel dengan memanfaatkan teknologi informasi

(36) Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan bagi semua masyarakat

(37) Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

(38) Terkendalinya pertumbuhan penduduk.

3) Strategi dan Arah Kebijakan

a. Strategi

Berdasarkan tujuan dan sasaran diatas, dan dalam mewujudkan visi misi yang telah
digariskan maka disusunlah strategi dasar agar kegiatan pembangunan mencapai
tujuan dan sasarannya. Dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi daerah,
permasalahan yang dihadapi serta regulasi yang ada maka dipilih beberapa strategi
dasar sebagai berikut :

a) Peningkatan dan pengembangan kawasan-kawasan strategis yang berperan


dalam menggerakan ekonomi kota, termasuk didalamnya pusat kegiatan primer
dan sekunder serta Kawasan TOD.

b) Penguatan dukungan terhadap keberadaan ekonomi informal perkotaan.

c) Peningkatan ketahanan pangan kota.

d) Peningkatan ketersediaan infastruktur telekomunikasi, kelistrikan dan energi untuk


menunjang kegiatan ekonomi kota.

e) Optimalisasi penataan ruang.

f) Pemantapan dan pengembangan Sistem Transportasi Kota Berbasis Angkutan


Umum Massal.

g) Pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan.

h) Pengembangan dan pengelolaan sistem tata air yang terpadu.

i) Pengembangan dan peningkatan infrastruktur permukiman yang berkualitas.

j) Pengendalian pencemaran air, tanah dan udara.

k) Peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan ketahanan kota


dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

II-126
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
l) Penyediaan rumah layak huni bagi semua warga masyarakat dan peningkatan
kualitas permukiman kota.

m) Peningkatan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau.

n) Peningkatan ketertiban umum dan kerukunan antar umat beragama.

o) Pengembangan budaya dalam pembangunan perkotaan.

p) Peningkatan peran pemuda dan olahraga dalam pembangunan.

q) Penataan kelembagaan, organisasi, dan peningkatan kapasitas aparatur


pemerintahan.

r) Peningkatan partisipasi masyarakat dan pemerintahan yang transparan.

s) Peningkatan pelayanan publik.

t) Peningkatan pelayanan pendidikan.

u) Peningkatan pelayanan kesehatan dan perlindungan sosial masyarakat.

b. Arah Kebijakan

Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih
agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5
(lima) tahun atau selama periode RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017. Arah
kebijakan akan mengarahkan pilihan-pilihan strategi agar selaras dengan arahan dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Arah Kebijakan Pembangunan tahun pertama (2013)

Arah kebijakan pembangunan tahun pertama difokuskan pada upaya untuk mengatasi
berbagai permasalahan pembangunan menahun dan mendesak untuk segera
ditangani, antara lain: banjir, genangan, banjir rob, transportasi, permukiman kumuh
dan prasarana kota lainnya. Selain itu, upaya pembenahan birokrasi pemerintahan
yang lebih akuntabel dan transparan serta penyelenggaraan pelayanan publik yang
lebih baik menjadi fokus prioritas yang akan ditangani pada tahun pertama.
Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat juga didorong utuk lebih
ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau semua
lapisan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik terus diperbaiki mulai dari
tingkat kelurahan, kecamatan, kota dan provinsi serta menjamin proses pelayanan
publik yang akuntabel dan transparan.

II-127
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Permasalahan pembangunan yang dihadapi Kota Jakarta memerlukan upaya yang
menerus dan berkesinambungan didukung sumberdaya yang memadai. Alokasi
pendanaan untuk bidang infrastruktur banjir, transportasi, permukiman, pelayanan
kesehatan dan pendidikan perlu ditingkatkan untuk memastikan penanganan masalah
dengan tuntas. Disisi lain, upaya untuk mengefisienkan belanja pemerintahan daerah
perlu terus dilakukan sehingga dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan
pembangunan untuk mengatasi permasalahan pembangunan kota. Upaya
penanganan banjir, genangan dan banjir rob serta pembenahan sistem transportasi
yang berbasis angkutan massal akan dilaksanakan secara menerus dan menjadi
prioritas dalam periode pembangunan lima tahun kedepan (2013-2017).

d. Arah Kebijakan Pembangunan tahun kedua (2014)

Arah kebijakan pembangunan tahun kedua merupakan lanjutan dari tahun pertama
pelaksanaan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017. Penanganan
permasalahan pembangunan yang mendesak seperti banjir, transportasi, permukiman
kumuh dan prasarana kota lainnya terus dilaksanakan secara konsisten untuk
memastikan adanya penyelesaian yang komprehensif terhadap permasalahan
tersebut. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan
kepada masyarakat terus dilaksanakan dengan terus melakukan penyempurnaan dan
perbaikan terhadap sistem dan mekanisme pelayanan yang diberikan. Peningkatan
kapasitas aparatur pemerintahan yang profesional dan kredibel serta penyelenggaraan
pelayanan publik yang lebih baik terus dilakukan agar terwujud pemerintahan daerah
yang bersih dan berwibawa.

Selain terus melakukan upaya penanganan diatas, pada tahun kedua pelaksanaan
RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 diarahkan juga pada pengembangan
budaya dalam pembangunan daerah melalui berbagai program dan kegiatan untuk
mendorong pengembangan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk
mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah perlu terus
ditingkatkan dengan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan, peningkatan peran
pemuda dan pembinaan keolahragaan yang melibatkan masyarakat. Reformasi
birokrasi secara menyeluruh akan dilaksanakan dalam semua aspek pemerintahan
daerah sehingga terjadi percepatan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.

e. Arah Kebijakan Pembangunan tahun ketiga (2015)

II-128
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Arah kebijakan pembangunan tahun ketiga dilaksanakan untuk memastikan
kesinambungan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode pembangunan
tahun pertama dan kedua dengan tetap menekankan pada perbaikan dan
penyempurnaan pelayanan pemerintahan daerah. Kebijakan pembangunan daerah
lebih menekankan pada orientasi hasil di lapangan berdasarkan upaya yang telah
dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Penanganan permasalahan pembangunan
yang mendesak seperti banjir, transportasi, permukiman kumuh dan prasarana kota
lainnya harus menunjukan hasil nyata di lapangan yang dapat dirasakan masyarakat
serta adanya perkembangan yang berarti dalam penyelesaian masalah menahun.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan sudah menjadi
sistem pelayanan yang melembaga pada dinas/instansi terkait didukung unit-unit kerja
terkait. Peningkatan pemerintahan yang bersih dan berwibawa diharapkan sudah
menunjukkan hasil nyata terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
efisien dan efektif. Peningkatan pelayanan publik dapat diukur secara langsung
berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan tersebut.
Pengembangan budaya dalam pembangunan sudah mulai dirasakan dan diapresiasi
oleh warga kota terlihat dari maraknya penyelenggaraan even budaya dan karakter
budaya yang mulai terlihat dalam kehidupan kota Jakarta.

Pembangunan tahun ketiga juga harus terus mendorong peran serta masyarakat
dalam pembangunan daerah serta pelaksanaan reformasi birokrasi terus dilaksanakan
secara konsisten sehingga terjadi perubahan signifikan dalam wajah birokrasi
pemerintahan daerah.

f. Arah Kebijakan Pembangunan tahun keempat (2016)

Arah kebijakan pembangunan tahun keempat adalah untuk memantapkan capaian


pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dengan terus
melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah daerah. Pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pada tahun
keempat diarahkan pada upaya untuk mensinergikan capaian pembangunan di
masing-masing bidang/sektor agar terwujud pembangunan kota Jakarta yang
berkelanjutan secara fisik, sosial dan ekonomi. Sinergitas kebijakan, program dan
kebijakan antar bidang dilakukan dalam rangka mewujudkan kota Jakarta sebagai kota
modern yang tertata rapi.

II-129
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Selain terus melaksanakan upaya-upaya penanganan masalah menahun (banjir,
kemacetan, prasarana kota), penyediaan pelayanan publik, penyelenggaraan
pemerintahan dan pengembangan budaya kota, arah kebijakan pembangunan kota
ditekankan pada pengembangan kawasan-kawasan strategis yang memiliki potensi
ekonomi untuk terus dikembangkan secara terpadu melibatkan para pemangku
kepentingan. Pemerintah Daerah mendorong bagaimana penataan dan revitalisasi
kawasan dapat meningkatkan daya saing ekonomi kota di tingkat global dan regional.
Perbaikan terhadap berbagai masalah menahun kota diharapkan turut meningkatkan
daya tarik kota untuk menarik investasi yang lebih banyak.

g. Arah Kebijakan Pembangunan tahun kelima (2017)

Tahun kelima pelaksanaan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 merupakan
tahap konsolidasi untuk memastikan terjadinya perubahan dan pencapaian sasaran
pembangunan jangka menengah daerah sesuai dengan target yang ditetapkan. Arah
kebijakan pembangunan tahun kelima difokuskan pada bidang/sektor yang masih perlu
ditingkatkan pencapaian kinerjanya berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
terhadap capaian program prioritas yang telah dilaksanakan selama 4 (empat) tahun
terakhir.

Selain itu, capaian pembangunan daerah pada tahun kelima menjadi dasar (baseline)
untuk penyusunan rencana dan kebijakan pembangunan pada periode keempat
pelaksanaan RPJPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025. Pelaksanaan kebijakan,
program dan kegiatan pada tahun keempat tetap diarahkan pada upaya untuk
mensinergikan capaian pembangunan di masing-masing bidang/sektor dengan
memperhatikan program-program prioritas yang perlu dipercepat pencapaian
targetnya.

4) Kebijakan Umum

Visi dan Misi pembangunan Provinsi DKI Jakarta, setelah dijabarkan dalam tujuan,
sasaran, strategi dan arah kebijakan maka proses penjabaran selanjutnya adalah
dalam pelaksanaan kebijakan umum dan program prioritas yang disertai kebutuhan
pendanaannya.

Kebijakan umum pada hakekatnya merupakan resume dari semua arah kebijakan
pembangunan yang dipilih. Penjelasan kebijakan umum dan program prioritas
berdasarkan misi pembangunan daerah adalah sebagai berikut :

II-130
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
a. Melaksanakan Program Unggulan yang merupakan Program Prioritas dalam
pembangunan daerah selama 5 tahun dalam rangka penyelesaian
permasalahanpermasalahan yang ada.
b. Melaksanakan program prioritas daerah lainnya sesuai dengan urusan
pemerintahan yang harus dilaksanakan.
c. Melaksanakan program yang bersifat pemenuhan standar pelayanan minimal dan
operasional.
d. Mengakomodir semaksimal mungkin program pembangunan yang dijaring melalui
Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang
e. Mengedapankan program-program yang menunjang pertumbuhan ekonomi,
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan.
Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya dukungan
pencapaian target pembangunan nasional (Pro Poor, Pro Job, Pro Growth, Pro
Environtment, MDGs dan MP3EI), pemenuhan ketentuan perundang-undangan
(anggaran pendidikan lebih dari 20 persen), pendampingan program-program
pemerintah pusat,serta pendampingan program-program yang didanai oleh
Lembaga Keuangan Internasional.
f. Meningkatkan pelayanan masyarakat dari tingkat Kelurahan, Kecamatan,
Kota/Kabupaten hingga Provinsi.
g. Meningkatkan Kerjasama Jabodetabek yang meliputi :
1. Pengembangan transportasi antara lain melalui Pembangunan Busway
Koridor Integrasi Jabodetabek, Pengembangan Kereta Komuter dan
Pembangunan Light Rapid Transit
2. pengendalian banjir, antara lain melalui Pengembangan Waduk
tangkapan air di hulu (Waduk Ciawi, Waduk Cimanggis), pembangunan
tanggul pengaman Rob
3. Pengelolaan sampah, melalui Penyediaan fasilitas persampahan terpadu
4. Penyediaan air bersih, antara lain melalui Penyediaan air bersih dan air
baku dari waduk Jatiluhu
5. Pengembangan industri dan perdagangan, melalui penataan industri Hi-
tech. Industri bertekonolgi tinggi (Hi-tech) merupakan industri yang
dioperasikan oleh Sumber Daya Manusia yang berpendidikan dan
berketerampilan tinggi, serta mempunyai infrastruktur yang mendukung
dan mempunyai lembaga/divisi riset

II-131
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

6. Pengamanan ketersediaan pangan, melalui pengendalian akses, harga,


promosi, serta distribusi / pemasaran stok komoditas dan kebutuhan
pokok
7. Pengendalian urbanisasi penduduk
h. Meningkatkan peran Jakarta sebagai Ibukota Negara yang meliputi :
1. Pengembangan Transportasi melalui Pembangunan MRT, Pengembangan
fasilitas park and ride di stasiun dan terminal serta Pembangunan ruas jalan tol
dalam kota
2. Penanganan Banjir melalui Penataan kawasan Kanal Banjir Timur (KBT);
Penataan kapasitas Kali Ciliwung, Pembangunan sodetan Ciliwung KBT;
Normalisasi Kali Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS), Penataan Kanal Banjir
Barat, Cengkareng Drain II, Cengkareng Barat, Cakung Drain, Kali Sunter dan
Kanal Banjir Timur; Pelaksanaan program Jakarta Emergency Dredging
Initiative (JEDI); Perencanaan Pembangunan Terowongan bawah tanah
multifungsi serta Pembangunan waduk tangkapan air di hulu.
3. Perumahan Rakyat melalui Penataan pembangunan rusunami dan apartemen
bersubsidi serta Penyerahan rumah susun sewa yang dibangun pemerintah
pusat untuk diperbaiki Pemprov DKI Jakarta.
4. Penataan Air Bersih dan Air Limbah melalui Peningkatan kualitas dan kuantitas
air bersih dan air baku dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta serta pembangunan
perpipaan dan IPAL sistem terpusat.
5. Penyediaan Energi melalui Pengembangan jaringan pipa gas bawah tanah di
kawasan Industri, Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, dan Jasa;
Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) serta Peningkatan
ketersediaan suplai listrik.
6. Pengembangan Ekonomi Kota melalui Pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus Marunda dan Tanjung Priok; Pengembangan kawasan Pelabuhan
perikanan Muara Baru; serta Pengembangan ekonomi kreatif melalui
kerjasama dengan pemilik bangunan/gedung (milik Pemerintah Pusat) untuk
pelestarian kawasan Kota Tua.

2.6.7. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029 arahan pengembangan terbagi


kedalam 6 (enam) wilayah pengembangan yang diantaranya ialah wilayah

II-132
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
pengembangan Bodebekpunjur yang difungsikan sebagai pengembangan kawasan
perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN
Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi,
Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur.

II-133
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2. 44 RTRW Provinsi Jawa Barat
Wilayah Tema Sektor unggulan dan
Arah pengembangan Fokus Pengembangan
Pengembangan Pengembangan Potensial wilayah

Bodebekpunjur Melengkapi fasilitas


Mengendalikan Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi Pariwisata, industri
perkembangan pendukung PKNp dan diarahkan sebagai kota terdepan ibukota manufaktur, perikanan,
fisik wilayahPKL Negara yang merupakan bagian dari perdagangan, jasa,
Mengembangkan pengembangan KSN Jabodetabekpunjur pertambangan, agribisnis
infrastruktur strategis
untuk mendorong pengembangan PKN dan agrowisata
Mengembangkan
perdagangan jasa, kawasan perkotaan Jabodetabek, menjadi
industri non polutan dan simpul pelayanan dan jasa perkotaan, serta
industri kreatif, mengembangkan sektor perdagangan, jasa
pariwisata dan industri padat tenaga kerja
Investasi padat modal Kabupaten Bogor dan Bekasi diarahkan
yg efisien lahan, air menjadi kawasan penyangga dalam sistem
baku, energi, teknologi PKN kawasan perkotaan Jabodetabek,
tinggi, non-polutif
serta untuk mengembangkan sektor industri
Pengendalian
ramah lingkungan dan hemat penggunaan
pemanfaatan lahan di
kaw. konservasi, air tanah, serta kegiatan pertambangan
pelibatan swasta & mineral logam dan non logam untuk
masyarakat dalam mendukung pembangunan di
kegiatan ekonomi, Bodebekpunjur
peningkatan SDM lokal Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor -
Peningkatan produksi Cianjur diarahkan pada kegiatan rehabilitasi
dan distribusi pangan dan revitalisasi kawasan lindung di KSN
(padi, jagung, kedelai
dan protein hewani) Jabodetabekpunjur.
Sumber: RTRW Jawa Barat 2019-2029

II-134
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

1) Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang Provinsi Jawa Barat merupakan perwujudan dan penjabaran dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Sistem perkotaan di jawa Barat dapat dilihat
pada tabel

Tabel 2. 45 Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat


No Struktur Ruang Rencana Pengembangan

A Sistem Perkotaan Perkotaan Bandung Raya, dan Cirebon sebagai PKN,


dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi
skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.
Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai
PKNp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala
pelayanan internasional, nasional atau beberapa
provinsi.
Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu,
Cikampek-Cikopo, Indramayu, Kadipaten,
Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW, dengan
peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala
nasional.
Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai
PKWp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala
pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis,
Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, Purwakarta,
Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang,
Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang,
Sumber, Majalengka, Kuningan, Garut,
Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari
sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan
kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.
Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang
Tengah, Sukanagara, Wanayasa, Plered,
Rengasdengklok, Cilamaya, Ciwidey, Banjaran,
Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek,
Cilengkrang, Cililin, Ngamprah, Cisarua, Lembang,
Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang, Ciasem,
Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel,
Kandanghaur, Patrol, Gantar, Arjawinangun,
Palimanan, Lemahabang, Ciledug, Kertajati,
Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus,
Ciawigebang, Luragung, Kadugede, Cikajang,
Bungbulang, Karangnunggal, Kawali, Cijeungjing,

II-135
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No Struktur Ruang Rencana Pengembangan

Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican dan Cijulang


sebagai PKL Perdesaan, dengan wilayah pelayanan
kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.
B Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah

1 infrastruktur jalan 1. Infrastruktur Jalan


dan perhubungan Pembangunan jalan tol Bogor Ring Road, Depok-
Antasari, Jagorawi-Cinere, Cimanggis-Cibitung,
Cikarang-Tanjungpriok, Bekasi-Cawang-Kampung
Melayu dan Serpong-Cinere
Pembangunan jalan lingkar Leuwiliang di
Kabupaten Bogor
Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan
strategis
2. Infrastruktur perhubungan
Pengembangan Pelabuhan Laut di Kabupaten
Bekasi
Pembangunan dan penyelenggaraan terminal tipe
A di Kota Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kota
Depok
Peningkatan/ Pembangunan rel ganda KA
Perkotaan Manggarai-Cikarang (lintas Manggarai-
Jatinegara Bekasi)
Peningkatan rel ganda KA Perkotaan Parung
Panjang-Tenjo
Pengembangan KA Perkotaan Jabodetabek
Peningkatan jalur KA Antar Kota Bogor-Sukabumi
Pembangunan shortcut jalur KA Perkotaan Parung
Panjang-Citayam
Optimalisasi fungsi Pangkalan Udara Atang
Sanjaya di Kabupaten Bogor
Pengembangan angkutan massal perkotaan
Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan.
2 Infrastruktur 1. Pembangunan Waduk Ciawi, Narogong, Genteng,
Sumber Daya Air Sodong, Tanjung, Parung Badak, Cijuray, dan
Cidurian di Kabupaten Bogor dan Waduk Limo di
Kota Depok
2. Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan
danau/situ
3. Pengembangan infrastruktur pengendali banjir
4. Peningkatan kondisi jaringan irigasi.
3 Infrastruktur Energi 1. Pengembangan lapangan panas bumi eksisting di
lapangan panas bumi Awi Bengkok dan Gunung
Salak di Kabupaten Bogor
2. Pengembangan prospek panas bumi di lapangan
panas bumi Ciseeng dan Gunung Pancar di
Kabupaten Bogor, serta lapangan panas bumi
Gunung Gede-Pangrango di Kabupaten Bogor dan

II-136
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No Struktur Ruang Rencana Pengembangan

Kabupaten Cianjur
3. Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai
energi di TPA di Kabupaten Bogor, Kabupaten
Bekasi, Kota Bekasi, Kota Bogor dan Kota Depok
4. Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas
kota di Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten
Bekasi dan Kota Bekasi
5. Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan
berupa energi air skala kecil, energi surya, energi
angin dan bio-energi
6. Pengembangan pemanfaatan gas alam di
Kabupaten Bekasi (SPPBE, LNG Terminal, PLTG,
dan LPG plant)
7. Pengembangan Desa mandiri energi.
4 Infrastruktur 1. Pengembangan permukiman perkotaan
Permukiman Pengembangan hunian vertikal di Kawasan
Perkotaan Bodebek
Pengembangan kawasan siap bangun atau
lingkungan siap bangun
Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan
dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air
(IPA)/Water Treatment Plant (WTP) di Kabupaten
Bekasi dan Kabupaten Bogor
Pengembangan pengolahan air limbah yang
memperhatikan baku mutu limbah cair dan
merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan
air limbah industri secara terpusat, terutama pada
kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan
sentra industri
Penataan jaringan drainase perkotaan
Pembangunan Tempat Pengolahan dan
Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo
dengan cakupan pelayanan untuk wilayah
Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman
kumuh di Kota Depok dan Kota Bekasi
Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN,
PKW dan pembangunan sarana olahraga di PKL
Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN,
Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe
C di PKL
Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan
PKW
Pengendalian permukiman di kawasan Puncak
untuk mendukung fungsi konservasi kawasan
Pembangunan Pasar Induk Regional di Kabupaten
Bogor
2. Pengembangan permukiman perdesaan
Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di
desa tertinggal, desa terpencil, permukiman

II-137
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No Struktur Ruang Rencana Pengembangan

kumuh nelayan, desa di kawasan perbatasan


dengan Provinsi Banten dan DKI, serta kawasan
rawan bencana
Penataan kawasan permukiman perdesaan
dengan prinsip konservasi dan pengelolaan
bencana
Pembangunan sarana olahraga dan pusat
kegiatan belajar
Pembangunan Puskesmas.
5 Kawasan Industri 1. Kawasan Industri MM2100, terletak di Cibitung
Kabupaten Bekasi
2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), terletak di
Cikarang, Cibarusah Kabupaten Bekasi
3. Kawasan Industri Internasional Bekasi, terletak di
Desa Sukaresmi, Kabupaten Bekasi
4. Kawasan Industri Jababeka terletak di Cikarang,
Kabupaten Bekasi
5. Kawasan Industri Lippo Cikarang, terletak di
Cikarang, Kabupaten Bekasi
6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya, terletak
di Cikarang, Kabupaten Bekasi
7. Kawasan Industri Gobel, terletak di Cibitung,
Kabupaten Bekasi
8. Pusat Kawasan Industri dan Pergudangan Bertaraf
Internasional Marunda, terletak di Kabupaten
Bekasi
9. Kawasan Industri Sentul, terletak di Kabupaten
Bogor
10. Pusat Kawasan Industri Cibinong, terletak di
Citeureup-Cileungsi-Klapanunggal-Gunungputri,
Kabupaten Bogor.
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Barat

II-138
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Gambar 2.12 Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat

2) Rencana Pola Ruang


Mengacu kepada Perda Nomor 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat
menyebutkan bahwa Rencana pola ruang wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi rencana
pola ruang kawasan lindung dan arahan pengembangan kawasan budidaya yang memiliki
nilai strategis. Pengembangan kawasan lindung di Provinsi jawa Barat bertujuan untuk
mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan
dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses
pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat.
Rencana pola ruang kawasan lindung Provinsi, pada dasarnya diarahkan meliputi :
1. menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah
Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan kawasan
lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun
2018
2. mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai
(DAS)
3. mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi
hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air
4. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar

II-139
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.


Kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan terdiri atas hutan
konservasi dan hutan lindung. Sedangkan kawasan yang berfungsi lindung di luar
kawasan hutan, terdiri dari kawasan yang menunjang fungsi lindung, baik di
wilayah darat maupun laut. Pola ruang Provinsi Jawa Barat yang terkait dengan
Jabodetabekpunjur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 46 Kebijakan Kawasan Di Jawa Barat


Kawasan Wilayah dan Kegiatan
Kawasan Lindung Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung termasuk di dalamnya
antara lain:
Kawasan hutan yang berfungsi lindung yang terletak di Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten
Cianjur
Kawasan resapan air, tersebar di Kabupaten/Kota
Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido dan Waduk
Cikaret, (Kabupaten Bogor), Waduk Cibeureum (Kabupaten Bekasi),
Situ Bojongsari (Kota Depok), Kawasan sekitar mata air, tersebar di
Kabupaten/Kota
RTH di Kawasan Perkotaan, tersebar di Kabupaten/Kota.
Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam
Dungus Iwul (Kabupaten Bogor), Cagar Alam Takokak, Cagar Alam
Cadas Malang, dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, Cagar Alam
Gunung Simpang (Kabupaten Cianjur),
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Kabupaten Cianjur dan
KabupatenBogor), Taman Nasional Gunung Halimun-Salak,
(Kabupaten Bogor)
Taman Hutan Raya Pancoran Mas (Kota Depok)
Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata, Alam Talaga
Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar (Kabupaten Bogor)
Istana Bogor, Batu Tulis dan Gedung Negara Badan Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah I (Kota Bogor), Istana
Cipanas, Megalitikum Gunung Padang dan Kawasan Makam Rd. Aria
Wiratanudatar di Cikundul (Kabupaten Cianjur), Batu Tulis Ciaruteun,
Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan
Gua Gudawang, (Kabupaten Bogor)
Kawasan rawan tanah longsor (Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur),
Kawasan gelombang pasang dan rawan banjir (Kabupaten Bekasi),
kawasan kars (Kabupeten Bogor, Bekasi, Cianjur)
kawasan rawan gempa bumi tektonik, kawasan rawan gerakan tanah
(Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur), kawasan rawan abrasi
(Kabupaten Bekasi)
Kawasn perlindungan alam plasma nutfah eks-situ Muara Gembong
(Kabupaten Bekasi), Kebun raya (Kota Bogor), Taman Safari indonesia

II-140
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kawasan Wilayah dan Kegiatan


(Kabupaten bogor), Taman Bunga Nusantara dan Kebun Raya Cibodas
(Kabupaten Cianjur)
Kawasan Kawasan hutan produksi, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten
Budidaya Hutan Cianjur,
Produksi Kabupaten Bekasi
Kawasan Kawasan pertanian pangan irigasi teknis, tersebar di Kabupaten Bogor,
pertanian pangan Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota
Depok
Kawasan Kawasan perkebunan tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
perkebunan
Kawasan Pengembangan kawasan peternakan dapat dilaksanakan secara
peternakan tersendiri dan/atau terintegrasi dengan budidaya tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan bidang lainnya yang
terkait yang tersebar dieluruh kabupaten.
kawasan pesisir Pengembangan kawasan wisata dan bisnis perikanan yang berada di
Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Cianjur
kawasan Pengembangan kawasan budi daya air tawar, air payau dan air laut yang
perikanan tersebar di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur,
Kota Bogor
kawasan industri Pengembangkan kawasan industri di koridor Sukabumi-Bogor
Memprioritaskan pengembangan industri yang berteknologi tinggi, ramah
lingkungan, dan membangkitkan kegiatan ekonomi
mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri mikro, kecil, dan
menengah yang ramah lingkungan, hemat lahan dan dapat menyerap
tenaga kerja lokal.
kawasan mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa guna mewujudkan
perdagangan dan PKN, PKNp, PKW, PKWp dan PKL sebagai kawasan perkotaan sesuai
jasa dengan fungsinya.
Membatasi perluasan kegiatan perdagangan dan jasa diperkotaan pada
kawasan yang telah berkembang pesatdan kawasan yang berfungsi
lindung.
kawasan Kawasan Wisata Industri dan Bisnis Kabupaten Bekasi, Kawasan Wisata
pariwisata Agro (Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten
Cianjur)
kawasan permukiman perkotaan diarahkan:
permukiman mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan
perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga
tinggi
kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas
pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi, mencakup kawasan
perkotaan yang menjadi kota inti PKN
mengendalikan kawasan permukiman horizontal pada kawasan
perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah,
termasuk kota mandiri dan kota satelit

II-141
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Kawasan Wilayah dan Kegiatan


kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas
pemanfaatan ruang menengah, mencakup kawasan perkotaan selain
yang berfungsi sebagai kota inti PKN
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, diarahkan pada
pengembangan ruang permukiman horisontal dengan
mempertimbangkan kegiatan dalam kawasan perdesaan, mencakup
kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan,
pengelolaan sumberdaya alam, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi
kawasan kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI Angkatan Darat, TNI
pertahanan dan Angkatan Udara, TNI Angkatan Laut dan Kepolisian, kawasan pangkalan
keamanan TNI Angkatan Udara, kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, kawasan
militer dan kepolisian lainnya.
Sumber: RTRW Jawa Barat 2019-2029

Gambar 2.13 Peta Pola Ruang Provinsi Jawa Barat

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Barat

Kebijakan Kewilayahan Fokus pembangunan Jawa Barat pada tahun 2013-2018


diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) serta kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan
kewilayahan.Fokus tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional

II-142
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan
sekitarnya. Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan pada adalah:

1. Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang terencana,


terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan tertuang dalam suatu rencana
tata ruang. Selanjutnya rencana tata ruang tersebut digunakan sebagai acuan
kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor agar pemanfaatan ruang dapat
sinergis, serasi dan berkelanjutan;

2. Peningkatan percepatan pembangunan wilayah tertinggal agar dapat sejajar dengan


wilayah lainnya melalui pendekatan peningkatan sumber daya manusiadan sarana
prasarananya;

3. Peningkatan keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan melalui


keterkaitan kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan.Pembangunan
perkotaan diarahkan agar dapat menjadi pusat koleksi dan distribusi hasil produksi di
wilayah perdesaan. Sedangkan pembangunan perdesaan diarahkan pada
pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang akan menjadi pusat produksi
agroindustri/agropolitan dan sektor lainnya.

4. Peningkatan kerjasama antar daerah khususnya di kawasan metropolitan dan


pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi untuk
menciptakan sinergitas dan integrasi wilayah, serta efektivitas dan efisiensi dalam
pengelolaannya.

5. Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan dengan arah kebijakan wilayah


sebagai berikut:
a. Wilayah Jabodetabekjur :
1) Penguatan kelembagaan dengan fokus pada revitalisasi kelembagaan BKSP
Jabodetabekjur;
2) Penataan Ruang dengan fokus sinkronisasi perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Jabodetabekjur;
3) Pengembangan transportasi regional dengan fokus pembangunan jaringan
modaangkutan massal;
4) Penataan sumberdaya air dengan fokus penataan Daerah Aliran Sungai
(DAS), pengamanan air baku, serta pembangunan dan rehabilitasi situ/waduk;
5) Pengembangan pengelolaan persampahan dengan fokus pembangunan
tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan;

II-143
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

6) Penanganan pendidikan dengan fokus pembangunan sarana pendidikan dan


peningkatan kesejahteraan guru;
7) Penanganan kesehatan dengan fokus penyediaan sarana kesehatan dan
penanggulangan penyakit menular;
8) Pengembangan ekonomi dengan fokus penetapan dan pemanfaatan kawasan
ekonomi khusus;
9) Pengembangan agribisnis dengan fokus pembangunan rumah potong hewan
regional, pelelangan ikan regional dan pasar induk regional
10) Penanganan tenaga kerja, kependudukan dan sosial dengan fokus
pembangunan sistem informasi kependudukan Jabodetabekjur dan
pembangunan informasi tenaga kerja.
b. Wilayah Perbatasan Jawa Barat-Banten :
1) Bidang Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerintahan
a) Kesehatan, dengan fokus penanganan keluarga miskin dan penyakit
menular;
b) Pendidikan, dengan fokus penanganan keluarga miskin, peningkatan mutu
pendidikan dan kesejahteraan guru;
c) Sosial, dengan fokus perlindungan masyarakat adat kakolotan;
d) Batas wilayah, dengan fokus penataan dan penetapan batas wilayah
provinsi, pembangunan pilar dan gapura batas wilayah;
e) Kerjasama Penanggulangan Bencana dan penanganan pengungsi dengan
bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien di Daerah yang berbatasan.
2) Bidang Penataan Ruang dan Prasarana Wilayah :
a) Penataan Ruang dan Permukiman, dengan fokus koordinasi penataan
ruang perbatasan dan pengendalian lingkungan hidup serta penyediaan
rumah layak huni;
b) Pengelolaan Sumberdaya Air, dengan fokus pembangunan
bendung/waduk, normalisasi sungai, rehabilitasi jaringan irigasi dan
penyediaan prasarana dan sarana air bersih;
c) Infrastruktur Jalan dan Jembatan, dengan fokus pembangunan,
peningkatan jalan dan peningkatan status jalan serta pembangunan
jembatan;
d) Perhubungan, dengan fokus pengendalian muatan lebih dan penataan
terminal serta trayek angkutan.
3) Bidang Ekonomi :

II-144
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

a) Perdagangan dan Jasa, dengan fokus pengembangan pusat pemasaran


dan pembinaan KUMKM;
b) Pariwisata, dengan fokus penataan kawasan wisata dan pengembangan
paket-paket wisata;
c) Ketenagakerjaan, dengan fokus memberikan peluang kepada masyarakat
untuk memperoleh pekerjaan (masyarakat berbudaya kerja).
Skenario Pembangunan berbasis kewilayahan (tematik kewilayahan) yang berdasarkan
kepada wilayah koordinasi pemerintahan dan pembangunan, sebagai berikut :
I. WKPP I (Wilayah Bogor )
1. Mengembangkan sentra ternak sapi potong, sapi perah, ayam ras dan unggas lokal;
2. Mengembangkan agribisnis ikan air tawar, dan ikan hias untuk pasar regional dan
global;
3. Mengembangkan pusat pemuliaan padi varietas pandan wangi dan varietas unggul
lainnya;
4. Mengembangkan agrowisata koridor Bogor-Puncak-Cianjur; ekowisata
pemandangan alam dan bahari koridor Bogor, Sukabumi Pelabuhanratu dan
mengelola cagar biosfer Cibodas.
5. Mengembangkanpusat pertumbuhan baru (growth center) Pelabuhan Ratu dan
Metropolitan BODEBEK KARPUR.
Pembangunan Wilayah Pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan kegiatan
ekonomi yang diharapkan memberikan peningkatan kesejahteraan rakyat, dengan
kebijakan sebagai berikut Wilayah Pengembangan Bodebekpunjur (Kabupaten dan Kota
Bogor, Bekasi, Kota Depok, dan kawasan Puncak di Kabupaten Cianjur), difokuskan
pada:
a. Peningkatan cakupan
pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan;
c. Peningkatan investasi;
d. Peningkatan produksi
dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein hewani);
e. Peningkatan infrastruktur
sumberdaya air dan irigasi;
f. Peningkatan fungsi
kawasan lindung;

II-145
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

g. Peningkatan kesiapan
dini dan mitigasi bencana
h. Peningkatan pelayanan
infrastruktur ketenagalistrikan;
i. Pengembangan energi
baru terbarukan;
j. Pembangunan
infrastruktur transportas;
k. Penataan daerah
otonom.

2.6.8. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DEPOK

Berdasarkan Perda nomor 1 tahun 2015 tentang RTRW Kota Depok 2012 2032 tujuan
dari penataan ruang wilayah adalah mewujudkan kota pendidikan, perdagangan
dan jasa yang nyaman, religius dan berkelanjutan.

Berikut merupakan rencana pengembangan Kota Depok :

Tabel 2. 47 Strategi Pengembangan Kota Depok


No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan
1 Rencana Kawasan 1. pengembangan Kawasan Margonda meliputi:
Strategis sudut pandang penataan bangunan dan lingkungan;
ekonomi pengembangan kawasan sekitar
stasiun/terminal dengan konsep Transit
Oriented Development;penataan pedagang
kaki lima;
peningkatan penyediaan RTH di sekitar
kawasan;
mempertahankan fungsi kawasan sebagai
pusat perekonomian; dan
peningkatan kerjasama dengan pihak swasta
dan masyarakat dalam pengembangan
kawasan;
2. pengembangan Kawasan Bedahan meliputi:
pengembangan aksesibilitas menuju
kawasan;
pengembangan teknologi pertanian dan
perikanan;
pengembangan sentra pengolahan hasil
pertanian;
pengembangan sentra penjualan hasil

II-146
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


agroindustri;
menjaga kualitas lingkungan di sekitar
kawasan; dan
peningkatan kerjasama dengan pihak swasta
dan masyarakat dalam pengembangan
kawasan.
3. pengembangan Kawasan Meruyung meliputi:
peningkatan aksesibilitas menuju kawasan;
penataan pedagang di sekitar objek wisata
Kubah Mas;
perbaikan akses jalan di kawasan Kampung
99;
pengembangan sentra penjualan hasil
produksi Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Kota Depok;
peningkatan kualitas lingkungan; dan
peningkatan kerjasama dengan pihak swasta
dan masyarakat dalam pengembangan
kawasan.
4. pengembangan Kawasan SNADA meliputi:
pengembangan pusat perdagangan;
penyediaan fasilitas untuk kegiatan budaya;
pengembangan kawasan sekitar
stasiun/terminal dengan konsep Transit
Oriented Development;
penyediaan ruang terbuka hijau skala kota;
dan
peningkatan kerjasama dengan pihak swasta
dalam pengembangan kawasan
2 Rencana kawasan 1. pengembangan Kawasan Depok Lama meliputi:
strategis sudut pandang penataan bangunan dan lingkungan;
social budaya peningkatan kualitas lingkungan; dan
mempertahankan nilai sejarah sebagai
kawasan konservasi budaya;
2. pengembangan Kawasan Civic Center meliputi:
pengembangan aksesibilitas menuju
kawasan;
mengintegrasikan kegiatan di kawasan
melalui penyediaan jaringan jalan;
pengembangan pusat kegiatan perdagangan,
sosial dan budaya meliputi pembangunan
Islamic Center, UKM Center, pasar induk,
dan sport center;
penyediaan ruang terbuka hijau skala kota;
dan
pengembangan aksesibilitas menuju
kawasan.
3 Rencana kawasan 1. pengembangan Kawasan Tahura meliputi:
strategis daya dukung mempertahankan fungsi kawasan sebagai
lingkungan hutan kota;

II-147
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


pengembangan kegiatan wisata dengan
mempertahankan fungsi ekologis kawasan;
dan
pengelolaan kawasan dengan membentuk
unit pelaksana teknis daerah;
2. pengembangan Kawasan Situ Bojongsari
meliputi:
revitalisasi situ secara komprehensif dan
terpadu dengan DAS;
mempertahankan fungsi kawasan;
penataan dan pengendalian kegiatan di
sekitar situ; dan
pengembangan terbatas untuk kegiatan
penunjang pariwisata.
4 Rencana struktur ruang 1. Perwujudan struktur ruang tahap pertama :
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) PPK dan seluruh SPK;
penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan
Permukiman Daerah (RP4D) seluruh SPK;
pembangunan jalan tol Ruas Cinere-
Cimanggis dan Depok- Antasari;
pembangunan terminal tipe A di Kecamatan
Tapos;
pembangunan terminal Tipe C di Kecamatan
Sawangan, Kecamatan Limo, Kecamatan
Cimanggis, Kecamatan Cipayung dan
Kecamatan Cilodong;
pengembangan dan Penataan Terminal
Depok/Margonda;
penyediaan & penataan gedung parkir
terintegrasi dengan sistem Park and ride;
pengembangan Halte ;
pengembangan angkutan umum meliputi
penambahan trayek baru;
peningkatan kapasitas jaringan distribusi
listrik;
menyusun Peraturan Daerah tentang
penataan menara telekomunikasi;
pengembangan Waduk Limo;
peningkatan pelayanan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) Kalimulya;
pengaturan perijinan kegiatan rumah sakit,
industri, perhotelan, perdagangan, dan
kegiatan lain yang menghasilkan limbah
bersyarat menyediakan IPAL;
penataan dan pengembangan TPA Cipayung,
TPA Pasir Putih dan UPS di seluruh wilayah
kota;
pembangunan buffer zone di TPA Cipayung,

II-148
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


TPA Pasir Putih;
revitalisasi saluran drainase di seluruh
wilayah kota; dan
penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan jalan pejalan kaki;
2. Perwujudan struktur ruang tahap kedua :
lanjutan pembangunan jalan tol Ruas Depok-
Antasari;
penyediaan jalur sepeda di Kawasan Tapos,
Kawasan SNADA, kawasan perdagangan,
kawasan perkantoran, kawasan pendidikan,
kawasan pariwisata, dan kawasan
perumahan di seluruh Kota Depok;
pembangunan Terminal Tipe C di Kelurahan
Sawangan, Kelurahan Limo, Kelurahan
Cisalak Pasar, Kelurahan Cipayung Jaya,
Kelurahan Jatimulya;
pembangunan gedung parkir/taman parkir
bersama;
pengembangan halte di Jalan Margonda,
Jalan Akses UI, Jalan Siliwangi, Jalan Tole
Iskandar, Jalan Juanda, Jalan KSU, Jalan
Kemakmuran, Jalan Sentosa, Jalan Lafran
Pane, Jalan Raya Bogor, Jalan Raya
Sawangan, Jalan Meruyung Raya, Jalan
Limo Raya, Jalan Cinere Raya, Jalan Kartini,
dan Terusan Parung-Raya Bogor;
pengembangan lampu penerangan jalan dan
tempat penyebrangan orang;
penataan ruang di sepanjang jaringan jalur
kereta api;
lanjutan pengembangan jaringan gas kota
untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
di seluruh wilayah kota;
pengembangan jaringan kabel
telekomunikasi bawah tanah;
pembangunan waduk retensi di wilayah
Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan,
Sungai Angke, dan Sungai Cikeas;
pembangunan IPA Angke, IPA
Pesanggrahan, IPA Cikeas, IPA Ciliwung;
pengembangan IPAL komunal di kawasan
permukiman dan kawasan perdagangan;
peningkatan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah;
pengendalian pemanfaatan ruang pada
daerah-daerah rawan genangan dan rawan
banjir;
pengembangan jalur jalan pejalan kaki di sisi
air di seluruh jaringan irigasi, di sempadan

II-149
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


danau, serta di sepanjang sungai Ciliwung;
penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran Kota Depok; dan
pemetaan kawasan resiko kebakaran;
3. Perwujudan struktur ruang tahap ketiga :
lanjutan penyediaan jalur sepeda di Kawasan
Tapos, Kawasan SNADA, kawasan
perdagangan, kawasan perkantoran,
kawasan pendidikan, kawasan pariwisata,
dan kawasan perumahan di seluruh Kota
Depok;
pengembangan halte di Jalan Margonda,
Jalan Akses UI, Jalan Siliwangi, Jalan Tole
Iskandar, Jalan Juanda, Jalan KSU, Jalan
Kemakmuran, Jalan Sentosa, Jalan Lafran
Pane, Jalan Raya Bogor, Jalan Raya
Sawangan, Jalan Meruyung Raya, Jalan
Limo Raya, Jalan Cinere Raya, Jalan Kartini,
danTerusan Parung-Raya Bogor;
pengembangan lampu penerangan jalan dan
tempat penyebrangan orang;
pembukaan trayek baru angkutan umum;
penyediaan prasarana dan sarana
pendukung layanan angkutan penumpang;
pengaturan emisi buangan kendaraan
angkutan umum;
lanjutan pengembangan jaringan gas kota
untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
di seluruh wilayah kota;
pembentukan lembaga pengelola pelayanan
gas kota;
pemasangan hot spot Wi-Fi di kawasan
perkantoran pemerintah, taman kota, tempat
olah raga, stasiun kereta api, pusat
perbelanjaan modern, tempat wisata;
pengelolaan sumur dalam di Kelurahan
Kedaung, Kelurahan Sawangan, Kelurahan
Pengasinan, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan
Jatijajar, Kelurahan Cisalak Pasar, dan
Kelurahan Mekarsari;
pengerukan dan penataan saluran inlet dan
saluran outlet;
pembangunan saluran sodetan dari Situ
Pengarengan ke Sungai Sugutamu;
pengembangan jaringan perpipaan transmisi
dan distribusi;
optimalisasi IPAL komunal untuk industri
rumah tangga;
penguatan kapasitas kelembagaan yang
mengelola system persampahan;

II-150
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


4. Perwujudan struktur ruang tahap keempat :
lanjutan penyediaan jalur sepeda di Kawasan
Tapos, Kawasan SNADA, kawasan
perdagangan, kawasan perkantoran,
kawasan pendidikan, kawasan pariwisata,
dan kawasan perumahan di seluruh Kota
Depok;
lanjutan pengembangan halte di Jalan
Margonda, Jalan Akses UI, Jalan Siliwangi,
Jalan Tole Iskandar, Jalan Juanda, Jalan
KSU, Jalan Kemakmuran, Jalan Sentosa,
Jalan Lafran Pane, Jalan Raya Bogor, Jalan
Raya Sawangan, Jalan Meruyung Raya,
Jalan Limo Raya, Jalan Cinere Raya, Jalan
Kartini, dan Terusan Parung-Raya Bogor;
pengembangan lampu penerangan jalan dan
tempat penyebrangan orang;
pembukaan trayek baru angkutan umum;
lanjutan pengembangan jaringan gas kota
untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
di seluruh wilayah kota;
pembentukan lembaga pengelola pelayanan
gas kota;
lanjutan pemasangan hot spot Wi-Fi di
kawasan perkantoran pemerintah, taman
kota, tempat olah raga, stasiun kereta api,
pusat perbelanjaan modern, tempat wisata;
Lanjutan pengelolaan sumur dalam di
Kelurahan Kedaung, Kelurahan Sawangan,
Kelurahan Pengasinan, Kelurahan Kalimulya,
Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cisalak Pasar,
dan Kelurahan Mekarsari;
pembangunan IPAL di muara saluran inlet di
wilayah sekitar situ
pengawasan dan pengendalian penggunaan
air tanah bukan domestik;
pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan
air dan daerah tangkapan air;
pemeliharaan secara rutin, peningkatan,
dan/atau pembangunan reservoir;
pemeliharaan sumber-sumber air baku dari
pencemaran;
peningkatan penanganan limbah B3;
pengelolaan sampah organik, anorganik dan
bahan berbahaya dan beracun (B3)
penambahan fasilitas pelengkap jaringan
jalan pejalan kaki.
5 Rencana Pola Ruang 1. Rencana tahap pertama :
pengadaan lahan untuk ruang terbuka hijau;
sosialisasi pengembangan taman-taman

II-151
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


vertikal;
pembangunan dan penyediaan ruang untuk
penempatan sistem pemadam kebakaran;
pembangunan pasar induk di Kecamatan
Tapos;
pembangunan Lapas di Kelurahan Cilodong;
pengembangan rumah potong hewan di
Kecamatan Tapos;
pembangunan Balai Benih Ikan;
peningkatan RSUD Kota Depok menjadi
RSUD Tipe A;
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan
ruang di kawasan resapan air;
penguatan turap sungai dan situ;
2. Rencana tahap kedua :
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan
ruang di kawasan resapan air;
penguatan turap sungai dan situ;
mengembalikan fungsi kawasan-kawasan
RTH yang telah berubah fungsi;
revitalisasi Kawasan Depok Lama;
normalisasi saluran drainase;
membuat sodetan dan tanggul sungai;
penguatan turap sungai dan situ;
mempertahankan kawasan hutan raya
sebagai kawasan hutan konservasi dan
kawasan resapan air;
pengembangan kasiba lisiba;
penataan dan peremajaan kawasan padat
penduduk;
pengembangan kegiatan perdagangan dan
jasa;
pengembangan kawasan perkantoran swasta
secara vertical di pusat kota
penataan sektor informal melalui penyediaan
ruang khusus sektor informal, pengaturan
waktu operasional dan penyusunan
Peraturan Walikota tentang kawasan
peruntukan ruang bagi kegiatan sektor
informal;
penyusunan Rencana Penetapan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
pengembangan Pasar Ikan;
p. penyediaan fasilitas pendidikan terpadu;
3. Rencana tahap ketiga :
penyediaan sumur resapan pada lahan
terbangun yang sudah ada di kawasan
resapan air;
penertiban sempadan sungai yang telah
terbangun;

II-152
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


merehabilitasi RTH yang telah mengalami
penurunan fungsi;
lanjutan normalisasi saluran drainase;
lanjutan membuat sodetan dan tanggul
sungai;
lanjutan penguatan turap sungai dan situ;
mempertahankan kawasan hutan raya
sebagai kawasan hutan konservasi dan
kawasan resapan air;
pembangunan rumah susun dikawasan padat
penduduk;
penyediaan lahan bagi kegiatan usaha mikro
kecil dan menengah;
pengawasan penerapan treatment plant
atau pengolah limbah industri di kawasan
industri;
pembatasan pendirian bangunan penunjang
kegiatan pariwisata pada wisata rekreasi
alam;
pengembangan intensifikasi dan diversifikasi
pola tanam
lahan pertanian;
Pengembangan rumah potong ungags
4. Rencana tahap keempat :
memantau penutupan vegetasi dan kondisi
kawasan DAS agar lahan tidak mengalami
penurunan di kawasan DAS;
lanjutan normalisasi saluran drainase;
lanjutan membuat sodetan dan tanggul
sungai;
lanjutan penguatan turap sungai dan situ;
memperhatikan daya dukung lalu lintas,
ketentuan teknis parkir, jalur pejalan kaki dan
penyediaan RTH pada pariwisata buatan;
pengembangan plasa di pusat perkantoran,
pendidikan, perdagangan dan jasa di wilayah
kota;
pembatasan kegiatan peternakan di
permukiman;
pengembangan kawasan industri peternakan;
pengembangan prasarana dan sarana
kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Sumber : Rencana Tata Ruang Kota Depok 2012 - 2032

2.6.9. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BOGOR

Berdasarkan RTRW Kota Bogor 2011-2031 tujuan dari penataan ruang wilayah adalah
mewujudkan tata ruang berwawasan lingkungan untuk mendukung kota jasa yang
nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

II-153
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Berikut merupakan rencana pengembangan Kota Bogor :

Tabel 2. 48 Strategi Pengembangan Kota Bogor


No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan
1 Wilayah Pelayanan 1. Rencana penataan WP pusat kota
ditetapkan sebagai berikut:
Pengendalian perkembangan kegiatan
perdagangan jasa skala kota dan regional di
sepanjang koridor jalan utama seperti Jalan
Raya Pajajaran, Jalan Ir.H.Juanda, Jalan
Suryakencana, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan
Kapten Muslihat, JalanMerdeka, Jalan MA
Salmun, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nyi Raja
Permas, Jalan Mayor Oking, dan Jalan
Pahlawan;
Revitalisasi kawasan Stasiun Kereta Api Bogor,
Taman Topi dan Taman Ade Irma Suryani,
Pasar Kebon Kembang, Kawasan Jembatan
Merah, serta Kawasan Pasar Bogor dan
sekitarnya;
Peremajaan kawasan permukiman padat tidak
teratur, terutama yang berlokasi pada bantaran
Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane dan Sungai
Cipakancilan dengan mengembangkan
perumahan vertikal dengan KDB rendah dan
perbaikan kualitas lingkungan permukiman; dan
Mengembangkan RTH sesuai hirarki
pelayanan.
2. Rencana penataan WP B (Sub WP B1 & B2)
Pengendalian perkembangan kegiatan
perdagangan jasa skala kota dan regional
terutama di sepanjang Jalan Mayjen Ishak
Djuarsa, Jalan Letjen Ibrahim Adjie, Jalan RE
Abdullah, Jalan Aria Surialaga, Jalan Ciomas
Raya dan Jalan Abdullah Bin Muhamad Nuh
serta rencana jalan inner ring road;
Pengembangan kegiatan perdagangan jasa
serta pembangunan prasarana sarana dan
utilitas skala WP dan skala kota di sub pusat
kota;
Perlindungan kawasan lindung Situ Gede dan
hutan kota CIFOR dari gangguan kegiatan yang
dapat mengurangi fungsi lindung kawasan ini;
Mempertahankan luasan lahan pertanian kota;
Mengarahkan dan mengendalikan
perkembangan perumahan agar tetap
berkepadatan sedang dan rendah;
Membatasi meluasnya perkembangan
perumahan kepadatan tinggi yang horizontal

II-154
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


dan meremajakan dengan konsep perumahan
vertikal dengan KDB rendah; dan
Mengembangkan RTH sesuai hirarki
pelayanan.
3. Rencana Penataan WP C ( Sub WP C1, C2, C3
& C4):
Mengendalikan perkembangan kegiatan
perdagangan jasa skala kota dan regional
terutama di sepanjang Jalan Sholeh Iskandar
dan Jalan Abdullah Bin M. Nuh;
Mendorong perkembangan kegiatan
perdagangan jasa serta pembangunan
prasarana sarana dan utilitas skala kota dan
WP di pusat WP C;
Mengarahkan dan mengendalikan
perkembangan perumahan kepadatan sedang
serta mengupayakan pemaduserasian
perencanaan pembangunan perumahan
dengan wilayah sekitarnya; dan
Mengembangkan RTH sesuai hirarki
pelayanan.
4. Rencana Penataan WP D (Sub WP D1, D2, D3 &
D4) :
regional terutama di sepanjang Jalan Raya
Pajajaran, Jalan KS. Tubun, Jalan
Adnawijaya, Jalan Achmad Sobana, Jalan
Raya Pemda, Jalan Pangeran Sogiri serta
rencana jalan-jalan kolektor baru;
Mendorong perkembangan kegiatan
perdagangan jasa serta pembangunan
prasarana sarana dan utilitas skala kota
dan WP di pusat WP D;
Mengarahkan dan mengendalikan
perkembangan perumahan kepadatan
sedang serta mengupayakan
pemaduserasian perencanaan
pembangunan perumahan dengan wilayah
sekitarnya;
Membatasi meluasnya perkembangan
perumahan kepadatan tinggi yang
horizontal dan meremajakan dengan
konsep perumahan vertikal dengan KDB
rendah; dan
Mengembangkan RTH sesuai hirarki
pelayanan.
5. Rencana penataan WP E (Sub WP E1, E2,
E3 & E4) :
Mengendalikan perkembangan kegiatan

II-155
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


perdagangan jasa skala kota dan regional
terutama di sepanjang Jalan Raya Tajur,
rencana jalan R3, rencana jalan inner ring
road, Jalan Katulampa, dan Jalan Cikaret;
Membatasi perkembangan perumahan
melalui penetapan kawasan perumahan
dengan KDB rendah;
Melindungi kawasan resapan air dan
mengembangkan RTH sesuai hirarki
pelayanan;
Mengembangkan ekowisata;
Mengembangkan sarana umum skala kota;
dan
Mengembangkan RTH sesuai hirarki
pelayanan.
2 Rencana Penetapan Pusat 1. Rencana Pengembangan Pusat Kota, Sub Pusat
Kota & Pusat Lingkungan :
Pelayanan
PK pada WP A terletak di kawasan
pemerintahan dan perdagangan jasa di
sekitar Kebun Raya Bogor;
SPK pada WP B, terletak di Bubulak-
Sindangbarang;
SPK pada WP C, terletak di Yasmin - Pasar
Kemang;
SPK pada WP D, terletak di Warung Jambu
Jl. Adnawijaya dan koridor BogorOuter Ring
Road (BORR)
SPK pada WP E, terletak di Jalan Raya Tajur
dan sekitar rencana akses tol Ciawi
Sukabumi - Inner Ring Road;
PL pada SWP B1, terletak di Kelurahan
Balumbang Jaya;
PL pada SWP B2, terletak di Kelurahan
Gunung Batu;
PL pada SWP C1, terletak di Kelurahan
Mekarwangi;
PL pada SWP C2, terletak di Kelurahan
Sukadamai;
PL pada SWP C3, terletak di Kelurahan
Kebon Pedes;
PL pada SWP C4, terletak di Kelurahan
Cilendek Barat;
PL pada SWP D1, terletak di Kelurahan
Kedung Halang;
PL pada SWP D2, terletak di Kelurahan
Ciluar;
PL pada SWP D3, terletak di Kelurahan
Cimahpar;
PL pada SWP D4, terletak di Kelurahan Tegal

II-156
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Gundil;
PL pada SWP E1, terletak di Kelurahan
Katulampa;
PL pada SWP E2, terletak di Kelurahan
Lawang Gintung;
PL pada SWP E3, terletak di Kelurahan
Kertamaya;
PL pada SWP E4, terletak di Kelurahan
Pamoyanan;
2. Arahan Pengembangan secara temak pada
Pusat Kota dan Sub PK sbb :
Pusat kota sebagai kota lama (kawasan
bersejarah) diarahkan untuk
mempertahankan kegiatan perdagangan dan
jasa yang ada, pusat perkantoran, dan RTH
skala kota;
SPK pada WP B sebagai pusat pertumbuhan
baru, diarahkan untuk kegiatan utama jasa
akomodasi, perdagangan dan ekowisata;
SPK pada WP C sebagai kota baru
diarahkan untuk kegiatan utama sentra
elektronik dan pasar induk;
SPK pada WP D sebagai gerbang kota
diarahkan untuk kegiatan utama jasa
akomodasi, perkantoran dan wisata kuliner;
SPK pada WP E sebagai wilayah
perkembangan ekonomi terbatas, diarahkan
untuk kegiatan utama sentra otomotif, wisata
belanja, Meeting Incentive Convention -
and Exhibition (MICE), jasa akomodasi dan
ekowisata; dan
PL pada masing-masing SWP akan
dilengkapi dengan sarana prasarana skala
lingkungan.

3 Rencana Jaringan 1. Rencana pembangunan jalan tol Jalan Lingkar


Luar Bogor dan Jalan Tol Bogor - Ciawi
Transportasi
Sukabumi
2. Rencana pembangunan jalan baru meliputi:
Jalan pararel lingkar luar Bogor antara Sentul
sampai Kedung Halang;
Jalan R3 antara Villa Duta sampai Wangun;
Jalan lingkar dalam selatan antaraTajur sampai
Pasir Kuda;
Jalan tembus Jalan Achmad Sobana Jalan
Ahmad Yani;
Pembukaan akses jalan poros barat timur dan
utara selatan di WP C dan WP D;
Pembangunan jalan di sisi jalan tol Jagorawi di
WP E; dan

II-157
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Pembangunan jalan tembus.
3. Rencana peningkatan kapasitas jalan eksisting
melalui pelebaran Jalan Raya Pajajaran, Jalan
Raya Tajur, Jalan KS Tubun, Jalan Cilendek -
Semplak, Jalan Letjen Ibrahim Adjie, Jalan
Mayjen Ishak Djuarsa, Jalan Ciomas, Jalan KH.
Abdullah Bin Muhamad Nuh, Jalan Pangeran
Sogiri, Jalan Tumenggung Wiradiredja, Jalan
Parung Banteng, Jalan Kayumanis-Cilebut, Jalan
Cibeureum, Jalan Cikaret, Jalan Cipaku, Jalan
Warung Nangka, Jalan Tentara Pelajar Warung
Legok dan Jalan Mandala Ciluar.
4. Rencana peningkatan kualitas dan kuantitas
terminal sebagai berikut:
Optimalisasi terminal Baranangsiang;
Pembangunan terminal tipe A di Kelurahan
Tanah Baru;
Peningkatan sarana pendukung terminal
penumpang;
Pembangunan terminal barang di Kelurahan
Cibadak dan Kelurahan Cibuluh; dan
Peningkatan sarana pendukung terminal
barang.
5. Rencana peningkatan pelayanan angkutan
umum massal sebagai berikut:
Pengembangan angkutan umum massal
meliputi angkutan umum massal Trans Pakuan
untuk pelayanan dalam kota serta angkutan
umum massal antar kota seperti kereta api dan
pengumpan angkutan umum massal Trans
Jakarta;
Pengembangan Jalur angkutan umum massal
dalam kota yang menghubungkan rencana
terminal Ciawi Cidangiang - rencana terminal
Dramaga, rencana terminal Ciawi - rencana
terminal Dramaga melalui Bogor Inner Ring
Road Selatan, Rencana terminal Dramaga
-rencana terminal Tanah Baru - Sentul,
Rencana terminal Tanah Baru rencana
terminal Cibinong, rencana pengembangan
jalur tengah kota melalui stasiun kereta api
Bogor;
Pengembangan sarana dan prasarana
pendukung sistem angkutan umum massal
seperti halte, sarana parkir untuk peralihan
moda, rambu lalu lintas, dan pengembangan
jalur bus; dan
Penataan pelayanan angkutan paratransit yang
berkualitas dan terpadu dengan pelayanan
angkutan umum lain.
6. Rencana pengembangan sistem transportasi

II-158
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


perkeretaapian sebagai berikut:
Penataan stasiun Bogor dan kawasan
sekitarnya;
Peningkatan jalur kereta api Bogor - Jakarta
dan Bogor - Sukabumi;
Pembangunan stoplet terpadu di Sukaresmi;
Perbaikan dan pemeliharaan pintu
perlintasan;
Pembangunan perlintasan tidak sebidang di
Jalan MA Salmun, Jalan Kapten Muslihat,
Jalan RE Martadinata, dan Jalan Kebon
Pedes; dan
Penataan ruang di sepanjang jaringan jalur
kereta api.
4 Rencana Sistem Jaringan 1. Rencana jaringan sumber daya air Meliputi :
Prasarana Kota Peningkatan pengelolaan Jaringan
Sumberdaya air lintas provinsi yaitu Sungai
Ciliwung dan Sungai Cisadane;
Peningkatan pengelolaan Jaringan
Sumberdaya air lintas Kabupaten/Kota yaitu
Sungai Cipakancilan, Cibalok, Ciangke,
Ciomas, dan Sungai Cigede;
Peningkatan pengelolaan Wilayah sungai di
wilayah kota yaitu wilayah sungai Ciliwung
Cisadane;
Pemeliharaan jaringan irigasi di WP B, WP D,
dan WP E;
Sistem pengendalian banjir meliputi normalisasi
sungai, sumur resapan di perumahan,
pembangunan kolam retensi di Kelurahan
Kedung Waringin, Daerah Kampung Kramat,
Daerah Pacilong dan Kelurahan Mekarwangi;
Konservasi jaringan sumberdaya air dilakukan
melalui kegiatan perlindungan/ pelestarian
sumber air baku meliputi sungai, situ, danau, air
tanah, dan mata air, pengelolaan kualitas air
serta pencegahan pencemaran air.
2. Rencana pengembangan sistem jaringan air
minum sebagai berikut:
Penyediaan air minum dari sistem jaringan
perpipaan melalui:
a) Jaringan air baku untuk air minum meliputi
jaringan transmisi dari intake Ciherang
Pondok ke instalasi pengolahan Dekeng,
jaringan transmisi dari mata air Tangkil,
Bantar Kambing, Palasari dan Kota Batu;
b) Peningkatan kapasitas produksi;
c) Pengembangan dan perluasan daerah
pelayanan;
d) Penurunan tingkat kehilangan air dari
produksi 35,77% (tiga puluh lima koma tujuh

II-159
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


puluh tujuh persen) dan dari distribusi
32,99% (tiga puluh dua koma Sembilan puluh
Sembilan persen) menjadi 20 % (dua puluh
persen);
e) Peningkatan kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas; dan
f) Kemitraan dengan swasta dalam
pemanfaatan sumber air.
Peningkatan pelayanan sistem non perpipaan
melalui:
a) Pemanfaatan mata air dengan debit kecil,
sumur dalam dan sumur dangkal kolektif
pada daerah-daerah yang tidak terjangkau
layanan PDAM Tirta Pakuan terutama di
wilayah Kecamatan Bogor Selatan,
Kecamatan Tanah Sareal, dan Kecamatan
Bogor Barat; dan
b) Perluasan pelayanan sistem non perpipaan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan air
minum.
Konservasi terhadap sumber air baku
Pembukaan peluang bagi pihak swasta dalam
penyediaan dan pengelolaan air minum kota
serta pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sumber air minum terutama pada
sumber-sumber mata air yang berada di dalam
perumahan.
3. Rencana pengembangan sistem pengelolaan air
limbah sebagai berikut:
Pembangunan jaringan perpipaan air limbah
Kota;
Pengembangan jaringan perpipaan air limbah
dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
kolektif untuk air limbah rumah tangga dan
limbah lainnya di setiap kawasan perumahan;
Pembangunan Instalasi Pengelolaan Limbah
Tinja (IPLT) dan IPAL di Kelurahan
Kayumanis; Pembangunan septictank
komunal pada kawasan pemukiman
kepadatan tinggi;
Optimalisasi IPAL di Kelurahan Tegal Gundil
Kecamatan Bogor Utara;
Pencegahan pemanfaatan sungai untuk
pembuangan limbah domestik maupun non
domestik;
Pengembangan Mandi Cuci Kakus bagi
masyarakat yang memanfaatkan air sungai;
Peningkatan kepedulian masyarakat dalam
menjaga sungai dan lingkungan sekitarnya
dari pencemaran; dan
Penetapan pembayaran denda bagi

II-160
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


pencemar badan air.
4. Rencana pengembangan sistem pengelolaan
persampahan sebagai berikut:
Optimalisasi dan pemeliharaan fungsi TPPAS
Galuga sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Pemanfaatan TPPAS Regional Nambo
sebagai bagian dari sistem pengelolaan
sampah terpadu;
Pembangunan Tempat Pengolahan dan
Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) di
Kayumanis dan Stasiun Peralihan Antara
(SPA) di Ciluar;
Pengembangan pengelolaan sampah skala
lingkungan berbasis komunitas dengan
pendekatan metode Reuse, Reduce, Recycle
atau metode 3R secara mandiri dan
berkelanjutan serta tuntas di tempat; dan
Pengembangan kemitraan dengan swasta
dan kerjasama dengan pemerintah dalam
pengelolaan persampahan.
5. Rencana pengembangan sistem drainase
sebagaimana sebagai berikut :
Pengembangan dan pemeliharaan sistem
drainase makro dan mikro;
Pengamanan kawasan sekitar jaringan
drainase makro dari kegiatan pembangunan;
Peningkatan peran serta masyarakat dalam
rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
drainase; dan
Pengendalian pemanfaatan ruang pada
daerah-daerah rawan genangan dan rawan
banjir terutama di Kecamatan Bogor Utara
dan Kecamatan Tanah Sareal.
6. Rencana pengembangan jaringan energi listrik
adalah :
Peningkatan pelayanan jaringan listrik ke
seluruh wilayah kota;
Pengembangan sistem pengamanan untuk
mengurangi jumlah kehilangan energy listrik;
Peningkatan jumlah cadangan penyediaan
energi listrik; dan
Penggunaan energi alternatif untuk
mengantisipasi kendala pasokan energi listrik
terutama bagi kalangan usaha perdagangan
dan jasa, pendidikan, perhotelan dan industri.
7. Rencana pengembangan jaringan
telekomunikasi sebagai berikut :
Pengembangan jaringan teknologi informasi
bagi lembaga-lembaga pemerintah daerah,

II-161
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


sekolah dan masyarakat;
Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
telepon di setiap wilayah kota;
Penetapan zona menara bersama
telekomunikasi;dan
Pengembangan jaringan kabel bawah tanah
yang terintegrasi dengan jaringan utilitas kota
lainnya.
8. Rencana pengembangan jaringan gas
sebagai berikut:
Peningkatan pelayanan sambungan rumah
tangga;
Pengembangan Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Gas untuk kendaraan bermotor;
Pengembangan Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Elpiji; dan
Pengembangan sistem keamanan jaringan
gas.
9. Rencana pengembangan jaringan prasarana
kota terpadu dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi ruang dilaksanakan
melalui pembangunan jaringan prasarana bawah
tanah terpadu yang terintegrasi dengan
pembangunan jalan baru dan pengembangan
perumahan baru.
5 Rencana Kawasan 1. Rencana kawasan perlindungan setempat
Lindung meliputi:
perlindungan dan penguatan dinding
pembatas sungai dan situ;
penghijauan sempadan sungai dan situ;
Mempertahankan kawasan resapan air
untuk menjamin ketersediaan sumberdaya
air dengan membatasi pengembangan
kegiatan pada kawasan resapan air di
sebagian WP B yaitu Kelurahan
Balumbangjaya, Kelurahan Situgede, dan
Kelurahan Margajaya dan sebagian WP E
yaitu Kelurahan Mulyaharja, Kelurahan
Pamoyanan, Kelurahan Bojong Kerta,
Kelurahan Harjasari, Kelurahan
Rancamaya, Kelurahan Kertamaya dan
Kelurahan Genteng;
Mengembangkan nilai tambah kawasan
lindung menjadi kawasan wisata dengan
tidak mengganggu fungsi utamany sebagai
kawasan lindung.
2. Rencana kawasan pelestarian alam
dilakukan dengan mempertahankan

II-162
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


kawasan dan mengendalikan pemanfaatan
di kawasan CIFOR dan kawasan sekitar
Kebun Raya Bogor.
3. Kawasan Cagar Budaya direncanakan untuk
mempertahankan karakteristik bangunan dan
lingkungan sekitarnya serta merevitalisasi
kawasan cagar budaya.
4. Rencana penanganan kawasan rawan
bencana longsor meliputi:
perlindungan dan penguatan dinding
pembatas sungai dan situ;dan
penghijauan sempadan sungai dan situ.
5. Rencana penanganan kawasan rawan
kebakaran meliputi:
pengembangan sistem proteksi kebakaran;
peningkatan kecepatan penanganan
kebakaran;
peningkatan sarana prasana pemadam
kebakaran;
peningkatan sumber daya manusia dalam
penanganan kebakaran; dan
pelibatan masyarakat dalam penanganan
kebakaran.
6. Rencana RTH public sebagai berikut :
Mempertahankan luasan dan kualitas
RTH eksisting;
Mengembalikan fungsi kawasan-
kawasan RTH yang telah berubah fungsi;
Merehabilitasi RTH yang telah mengalami
penurunan fungsi;
Membangun hutan kota di WP C, WP D
dan WP E dengan luas minimal 2,5 Ha ;
Membangun taman kota di pusat kota
dan sub pusat kota dengan luas minimal
5000 m2 (lima ribu meter persegi);
Membangun RTH Infrastruktur baru
terutama jalur hijau jalan pada rencana
jalanjalan arteri dan kolektor;
Membangun lapangan olah raga di setiap
WP dengan jumlah dan luasan sesuai
ketentuan berlaku;
Memanfaatkan lahan milik pemerintah
yang tidak dimanfaatkan untuk dijadikan
RTH publik;
Membebaskan lahan untuk RTH melalui
program land banking; dan

II-163
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan



Bekerjasama dengan lembaga
pemerintah baik Pemerintah pusat,
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota, lembaga penelitian,
perguruan tinggi, pihak swasta dan
masyarakat dalam perwujudan RTH
publik.
7. RTH privat dikembangkan melalui:
RTH pekarangan rumah;
Halaman perkantoran, pertokoan, dan
tempat usaha.
6 Rencana Kawasan 1. Rencana peruntukan kawasan perumahan
sebagai berikut:
Budidaya
Pengaturan kepadatan perumahan ditentukan
berdasarkan karakteristik kawasan dan daya
dukung lingkungan;
Perumahan kepadatan rendah ditetapkan di
WP E serta sebagian WP B yaitu di Kelurahan
Situgede, Kelurahan Balumbangjaya,
Kelurahan Margajaya, dan Kelurahan Bubulak;
Perumahan kepadatan sedang ditetapkan di
sebagian WP A, WP B dan WP C, serta WP D;
Perumahan kepadatan tinggi ditetapkan
sebagai berikut:
a) Penataan dan peremajaan kawasan
perumahan padat tidak teratur di bantaran
sungai dilakukan melalui program perbaikan
prasarana dan sarana umum lingkungan
perumahan dan pengembangan perumahan
vertical
b) Pembangunan rumah vertikal dengan KDB
rendah diarahkan untuk:
I. peremajaan kawasan pusat kota dan
kawasan perumahan padat tidak teratur
II. permukiman padat sekitar koridor rel kereta
api dan sempadan sungai
III. pengembangan perumahan baru di kawasan
subpusat kota
IV. pengembangan perumahan baru di sebagian
WP C yaitu di kawasan sekitar rencana
stoplet Kelurahan Sukaresmi dan di sebagian
WP D yaitu di Kelurahan Ciparigi, Kelurahan
Kedunghalang, Kelurahan Cibuluh dan
Kelurahan Ciluar.
2. Rencana peruntukan industri
sebagai berikut:
Mengendalikan kegiatan industri yang
telah ada dari dampak pencemaran dan
lalu lintas;

II-164
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Membatasi perkembangan industri pada
lokasi industri yang ada saat ini;
Mengarahkan lokasi industri dan
pergudangan di koridor Jalan Raya
Pemda di WP D;
Mempertahankan dan mengembangkan
industri kecil yang berkembang di
perumahan dengan syarat tidak
menimbulkan dampak negatif; dan
Menata industri kecil dalam bentuk
sentra di seluruh WP.
7 Rencana Kawasan 1. Rencana Peruntukan Perumahan :
Pengaturan kepadatan perumahan ditentukan
Budidaya
berdasarkan karakteristik kawasan dan daya
dukung lingkungan;
Perumahan kepadatan rendah ditetapkan di
WP E serta sebagian WP B yaitu di Kelurahan
Situgede, Kelurahan Balumbangjaya,
Kelurahan Margajaya, dan Kelurahan Bubulak;
Perumahan kepadatan sedang ditetapkan di
sebagian WP A, WP B dan WP C, serta WP D;
Perumahan kepadatan tinggi ditetapkan
sebagai berikut:
a) Penataan dan peremajaan kawasan
perumahan padat tidak teratur di bantaran
sungai dilakukan melalui program perbaikan
prasarana dan sarana umum lingkungan
perumahan dan pengembangan perumahan
vertical
b) Pembangunan rumah vertikal dengan KDB
rendah diarahkan untuk:
i. peremajaan kawasan pusat kota dan
kawasan perumahan padat tidak teratur
ii. permukiman padat sekitar koridor rel kereta
api dan sempadan sungai
iii. pengembangan perumahan baru di kawasan
subpusat kota
iv. pengembangan perumahan baru di sebagian
WP C yaitu di kawasan sekitarrencana
stoplet Kelurahan Sukaresmi dan di sebagian
WP D yaitu di Kelurahan Ciparigi, Kelurahan
Kedunghalang, Kelurahan Cibuluh dan
Kelurahan Ciluar.
2. Rencana Peruntukan Industri ;
Mengendalikan kegiatan industri yang telah ada
dari dampak pencemaran dan lalu lintas;
Membatasi perkembangan industri pada lokasi
industri yang ada saat ini;
Mengarahkan lokasi industri dan pergudangan
di koridor Jalan Raya Pemda di WP D;

II-165
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Mempertahankan dan mengembangkan industri
kecil yang berkembang di perumahan dengan
syarat tidak menimbulkan dampak negatif; dan
Menata industri kecil dalam bentuk sentra di
seluruh WP.
3. Rencana Peruntukan Perdagangan :
Kegiatan perdagangan dan jasa skala kota dan
regional ditetapkan di :
a) Pusat kota dengan konsep pengembangan
blok kawasan terpadu;
b) Pada koridor jalan arteri yaitu koridor Jalan
Abdullah Bin Muhamad Nuh, Jalan Sholeh
Iskandar, Jalan Adnawijaya dan rencana jalan
R3;
c) Penataan Pasar Induk di WP C (Kelurahan
Cibadak); dan
d) Khusus untuk skala pelayanan kota
ditetapkan di sub pusat kota SPK B, SPK C,
SPK D dan SPK E.
Kegiatan perdagangan dan jasa skala WP
ditetapkan di:
a) Sub pusat kota dan dikembangkan secara
terpadu;
b) Pusat lingkungan dan dikembangkan secara
terpadu;
c) Jalan arteri sekunder dengan memperhatikan
daya dukung lalu lintas dan ketentuan teknis
parkir;
d) Jalan Mayjen Ishak Djuarsa dan Jalan Letjen
Ibrahim Adjie; dan
e) Sekitar Stoplet Sukaresmi yang terintegrasi
dengan stasiun dalam bentuk blok komersial
terpadu.
Kegiatan perdagangan dan jasa skala
lingkungan ditetapkan di :
a) Pusat lingkungan dan dikembangkan secara
terpadu; dan
b) Jalan kolektor dengan memperhatikan daya
dukung lalu lintas dan ketentuan teknis parkir.
Kegiatan perdagangan dan jasa tematik, yaitu:
a) Jasa akomodasi ditetapkan pada WP B, WP D
dan WP E;
b) Jasa perkantoran ditetapkan pada WP A dan
WP D;
c) Sentra otomotif ditetapkan pada WP C (Jalan
KH. Soleh Iskandar) dan WP E (Jalan
RayaTajur);
d) Sentra elektronik ditetapkan pada WP C
(Jalan KH. Abdulah bin Muhamad Nuh); dan
e) Kegiatan MICE ditetapkan pada WP E.
Mendorong pengembangan pasar tradisional

II-166
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


yang dikelola secara modern di setiap WP
dengan jumlah dan hirarki pelayanan
disesuaikan dengan stndar yang berlaku
4. Rencana kawasan pertahanan dan keamanan :
Mengendalikan kawasan pertahanan dan
keamanan yang ada;
Melarang beralihfungsinya RTH di kawasan
pertahanan dan keamanan menjadi fungsi lain.
5. Rencana peruntukan prasarana dan sarana
pendidikan :
Penambahan Sekolah Dasar ditetapkan di WP
C dan WP D seiring dengan rencana
pengembangan perumahan di WP tersebut;
Penambahan prasarana dan sarana pendidikan
SMP ditetapkan di WP B, WP C, WP D, dan
WP E;
Penambahan prasarana dan sarana SMA
ditetapkan di WP B, WP C, dan WP D; dan
Penambahan prasarana dan sarana SMK
ditetapkan di WP C dan WP E;
Pengembangan pendidikan tinggi di WP B, WP
C dan WP D diutamakan pada jalan-jalan yang
direncanakan untuk kegiatan jasa skala kota
dan regional;
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana
pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK di setiap
WP;
Membatasi penambahan pendidikan tinggi di
WP A;
Pengembangan pendidikan tinggi di WP E
diarahkan dengan pengintegrasian prasarana
pendukungnya berupa asrama mahasiswa,
kegiatan komersial pendukung kegiatan
pendidikan dan RTH dalam satu kawasan; dan
Setiap prasarana dan sarana pendidikan harus
dilengkapi dengan fasilitas parker yang
memadai dan sesuai dengan ketentuan
berlaku.
6. Rencana peruntukan prasarana dan sarana
kesehatan :
Rencana penyediaan rumah sakit meliputi :
a) Menata rumah sakit di WP A dan WP C
dengan melengkapi prasarana, sarana
pengolahan limbah dan fasilitas parkir sesuai
standar berlaku;
b) Peningkatan penyediaan pelayanan rumah
sakit ditetapkan di setiap WP;
c) Peningkatan penyediaan pelayanan rumah
sakit sebagaimana dimaksud pada angka 2
diprioritaskan untuk pembangunan rumah
sakit tipe A;

II-167
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


d) Peningkatan penyediaan pelayanan rumah
sakit sebagaimana dimaksud pada angka 2
dan angka 3 ditetapkan pada jalan-jalan yang
direncanakan untuk kegiatan jasa skala kota
dan regional, dan harus memperhatikan jarak
antar rumah sakit, kebutuhan semua
golongan masyarakat, dan atau jenis
spesialisasi pelayanan; serta
e) Pembangunan rumah sakit baru harus
dilengkapi dengan prasarana dan sarana
yang memadai dan sesuai dengan ketentuan
teknis yang diatur dalam perundang-
undangan.
Rencana penyediaan puskesmas dan
puskesmas pembantu meliputi :
a) Penambahan puskesmas ditetapkan di WP D;
b) Penambahan puskesmas pembantu
ditetapkan di WP B, WP C dan WP D;
c) Penambahan fasilitas rawat inap pada
puskesmas tertentu yang memenuhi standar
peraturan perundang-undangan;
d) Peningkatan kualitas pelayanan puskesmas
dan puskesmas pembantu;
e) Penyediaan fasilitas parkir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
7. Rencana penyediaan prasarana dan sarana
peribadatan :
Pengembangan prasarana dan sarana
peribadatan dengan memperhatikan
ketersediaan lahan yang layak,
memperhitungkan kebutuhan umat dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
Penyediaan fasilitas parkir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
8. Rencana penyediaan TPU :
Penetapan lokasi tempat TPU yang dikelola
oleh pemerintah daerah terletak di Kelurahan
Situgede untuk WP B, Kelurahan Kayumanis
untuk WP C, Kelurahan Katulampa dan
Kelurahan Mulyaharja untuk WP E, serta
Kelurahan Cimahpar untuk WP D dengan
luasan masing-masing 5 (lima) hektar sesuai
Keputusan Walikota; dan
TPU sebagaimana dimaksud pada huruf a
diarahkan untuk menjadi RTH.
9. Rencana penyediaan prasarana dan sarana olah
raga :
Penyediaan prasarana dan sarana olah raga di
setiap WP; dan
Penambahan prasarana dan sarana olahraga

II-168
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


terpadu skala kota atau skala nasional di WP E.
10. Rencana kawasan pemerintahan :
Mempertahankan kawasan pemerintahan
eksisting yang terdiri dari:
a) Kantor Pemerintah tingkat nasional, provinsi
dan kota;
b) Kantor atau balai atau lembaga penelitian
skala nasional, provinsi dan kota.
Penataan kawasan pemerintahan di pusat kota;
Penambahan kawasan pemerintahan baru
skala kota di WP C, WP D dan WP E; dan
Mendorong penciptaan RTH di kawasan
pemerintahan.
11. Rencana kawasan pariwisata :
Jenis kegiatan pariwisata yang diunggulkan
untuk dikembangkan adalah wisata ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan wisata
budaya, wisata kuliner dan belanja, wisata
agro, MICE dan rekreasi alam;
Mengembangkan wisata ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dan wisata budaya di pusat
kota;
Menata wisata kuliner dan belanja di pusat kota
(kawasan Bogor lama) dan WP E (kawasan
Tajur); dan
Mengembangkan wisata agro, pariwisata MICE
dan rekreasi alam di WP B (Kawasan Situ
gede) dan WP E (Bogor Selatan).
12. Rencana kawasan pertanian :
Mempertahankan pertanian lahan basah sawah
irigasi teknis;
Melarang pemberian izin alih fungsi lahan
pertanian lahan basah sawah irigasi teknis
menjadi fungsi lain; dan peraturan zonasi
Mengendalikan alih fungsi kawasan pertanian
lahan kering dalam bentuk kebun penelitian dan
percobaan, kebun buah-buahan, serta tanaman
tahunan.
13. Rencana penyediaan dan jalur evakuasi bencana
:
Memanfaatkan RTH, RTNH, gedung
pertemuan, gedung olahraga dan bangunan
lainnya yang memungkinkan sebagai ruang
evakuasi bencana pada daerah rawan
bencana;
Menyediakan jalur evakuasi bencana yang
terjangkau oleh kendaraan roda empat pada
wilayah-wilayah rawan bencana untuk
menjamin keamanan dan keselamatan
pengungsi;
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan

II-169
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


aparatur penanggulangan bencana;
Menyediakan prasarana sarana penunjang
proses evakuasi bencana; dan
Penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana
secara rinci diatur oleh Walikota.
14. Rencana pengembangan RTNH:
Menata kembali RTNH yang telah mengalami
degradasi secara fungsi ataupun kualitas
ruang;
Mengoptimalkan pemanfaatan RTNH untuk
kegiatan sosialisasi masyarakat;
Membangun RTNH baru di setiap WP dengan
standar penyediaan luasan sesuai dengan
kebutuhan dan standar yang berlaku; dan
Mengembangkan RTNH di kawasan komersial,
perkantoran, dan perumahan
15. Rencana penataan sektor informal :
Menempatkan sektor informal di lokasi yang
direncanakan;
Menata kawasan yang dimanfaatkan untuk
kegiatan sektor informal;
Membatasi pemanfaatan ruang terbuka publik
untuk kegiatan sektor informal dengan
pembatasan area dan pengaturan waktu
berdagang;
Mengoptimalkan fungsi pasar untuk
mengakomodir kebutuhan ruang sektor
informal;
Mengintegrasikan kegiatan sektor informal
dengan sektor formal;
Melibatkan stakeholders dalam menjaga
fasilitas publik agar tidak digunakan untuk
kegiatan sektor informal; dan
Mewajibkan setiap pengembang
mengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor
informal.
Sumber : Rencana Tata Ruang Kota Bogor 2011 - 2031

II-170
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

2.6.10. RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BOGOR

Berdasarkan Perda Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor 2005-2025 tujuan dari penataan ruang wilayah adalah

a) Terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup yang selektif, efektif dan efisien, melalui pemberian
Building Coverage Ratio (BCR) yang rendah pada kawasan yang memiliki nilai
konservasi;
b) Meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasan lindung sebagai kawasan
konservasi air dan tanah, melalui program rehabilitasi lahan, dengan kegiatan
vegetatif dan sipil teknis serta kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak dapat
mengganggu fungsi kawasan;
c) Tercapainya pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan
wilayah dan perekonomian masyarakat khususnya pada daerah-daerah tertinggal
dan terisolasi guna menekan migrasi dari desa ke kota dengan pengembangan
desadesa potensial;
d) Pembangunan dan pengembangan perkotaan berhirarkis yang dibentuk oleh
sistem jaringan antara kegiatan perdesaan dan perkotaan internal daerah dan
eksternal Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur
(Jabodetabekpunjur); dan
e) Terwujudnya rencana tata ruang yang lebih rinci sebagai arahan pengendalian,
pengawasan, dan pelaksanaan pembangunan dalam mewujudkan sistem kota-
kota.

Berikut merupakan rencana pengembangan Kabupaten Bogor :

II-171
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 49 Strategi Pengembangan Kabupaten Bogor


No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan
1 Rencana Pengelolaan 1. Rencana pengelolaan kawasan lindung di dalam
kawasan lindung kawasan hutan :
Pengawasan dan pemantauan untuk
pelestarian kawasan konservasi dan hutan
lindung;
penambahan luasan kawasan lindung, yang
merupakan hasil alih fungsi hutan produksi
menjadi hutan lindung;
percepatan rehabilitasi lahan milik
masyarakat yang termasuk di dalam kriteria
kawasan lindung dengan melakukan
penanaman pohon lindung yang dapat
digunakan sebagai perlindungan kawasan
bawahannya yang dapat diambil hasil hutan
non-kayu;
Membuka jalur wisata jelajah/pendakian
untuk menanamkan rasa mencintai alam,
serta pemanfaatan kawasan lindung untuk
sarana pendidikan penelitian dan
pengembangan kecintaan terhadap alam;
Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan
lindung dengan tanaman yang sesuai dengan
fungsi lindung;
Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri
khas kawasan melalui tindakan pencegahan
perusakan dan upaya pengembalian pada
rona awal sesuai ekosistem yang pernah
ada; dan
Peningkatan kualitas lingkungan sekitar
taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam melalui upaya pencegahan
kegiatan
yang mempunyai potensi menimbulkan
pencemaran.
2. Rencana Pengelolaan kawasan perlindungan
setempat :
perlindungan kawasan melalui tindakan
pencegahan, pemanfaatan kawasan pada
kawasan lindung setempat;
Pengembangan kegiatan yang bersifat alami
dan mempunyai kemampuan memberikan
perlindungan kawasan seperti wisata air;
perlindungan kualitas air melalui pencegahan
penggunaan area di sekitar kawasan lindung;
dan
Penindakan secara tegas prilaku vandalisme
terhadap fungsi lindung.
3. Rencana pengelolaan kawasan suaka alam :
perlindungan dan pelestarian
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

II-172
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


beserta ekosistemnya;
perlindungan keanekaragaman biota, tipe
ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nutfah, ilmu
pengetahuan dan pembangunan;
mempertahankan fungsi ekologis kawasan
alami, pemeliharaan biota maupun fisiknya
melalui upaya pencegahan pemanfaatan
kawasan pada kawasan suaka alam dan
upaya konservasi;
Perlindungan kekayaan budaya berupa
peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan
arkeologi, monumen nasional, dan
keragaman bentuk geologi;
Pengembangan kegiatan konservasi dan
rehabilitasi yang berguna untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dari
ancaman kepunahan yang disebabkan oleh
kegiatan alam maupun manusia; dan
Penindakan secara tegas pelaku vandalisme
terhadap kawasan suaka alam.
4. Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana
alam :
Pencegahan pemanfaatan kawasan sekitar
jalur aliran larva gunung berapi unuk kegiatan
permukiman;
Perlindungan kawasan yang berpontensi
mengalami gempa bumi melalui upaya
mitigasi; dan
Pelarangan kegiatan pemanfaatan tanah
yang mempunyai potensi longsor;
5. Rencana pengelolaan kawasan lindung lainnya :
meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah,
air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai
sejarah budaya bangsa; dan
Penetapan areal pemindahan satwa yang
merupakan tempat kehidupan baru bagi
satwa tersebut.
2 Rencana pengelolaan 1. Rencana pengelolaan hutan produksi terbatas :
kawasan budidaya pengelolaan budidaya hutan dan hasil hutan
yang ditujukan untuk kesinambungan
produksi dengan memperhatikan kualitas
lingkungan melalui pencegahan kerusakan
tanah dan penurunan kesuburan tanah, serta
menjaga ketersediaan air;
Pengembangan kegiatan budidaya hutan
yang dapat mendorong terwujudnya kegiatan
industri pengolahan hasil hutan, dengan
pengembangan jenis tanaman hutan industri
melalui pola kemitraan/hutan
kemasyarakatan;

II-173
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Pemanfaatan kegiatan hutan produksi untuk
kegiatan di luar budidaya hutan dan hasil
hutan yang penggunaannya untuk
kepentingan umum dan bersifat strategis,
dilakukan dengan memperhatikan asas
konservasi air dan tanah;
Percepatan reboisasi dan percepatan
pembangunan hutan rakyat pada hutan
produksi yang mempunyai tingkat kerapatan
tegakan rendah; dan
pemanfaatan untuk kegiatan pertambangan
harus mempertimbangkan luas dan jangka
waktu penambangan.
2. Rencana pengelolaan pertanian lahan basah :
pengembangan sawah beririgasi teknis,
dilakukan dengan memprioritaskan
perubahan dari sawah tadah hujan menjadi
sawah irigasi sejalan dengan perluasan
jaringan irigasi dan pengembangan
waduk/embung;
perubahan kawasan pertanian tetap
memperhatikan luas kawasan yang
dipertahankan, konversi lahan dapat
dilakukan selama tersedia lahan pengganti;
dan
Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan
untuk meningkatkan produksi dan
produktifitas tanaman pangan melalui
pengembangan kawasan konsolidasi lahan
pertanian serta pemanfaatan fasilitas social
cadangan tanah makam dari pihak
pengembang diupayakan dialokasikan pada
lahan basah.
3. Rencana pengelolaan pertanian lahan kering :
pengembangan dan peningkatan kawasan
budidaya lahan kering, dilakukan melalui
intensifikasi, ekstensifikasi, dan/atau
diversifikasi dengan komoditas tanaman
bernilai ekonomi tinggi;
pengembangan agribisnis yang dapat
mendorong terwujudnya kegiatan
agroindustri untuk memperkuat budidaya
pertanian sebagai basis perekonomian
masyarakat dan mewujudkan kawasan
agropolitan;
Konversi lahan ke kegiatan non pertanian,
dengan tujuan untuk menunjang peningkatan
perekonomian masyarakat, dan diprioritaskan
pada lahan yang kurang produktif secara
teknis, ekonomis, dan fisik; dan
penggunaan untuk kepentingan umum

II-174
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


maupun kegiatan lain yang dinilai dapat
memberikan manfaat terhadap perekonomian
masyarakat.
4. Rencana pengelolaan perkebunan :
pengembangan kawasan perkebunan hanya
di kawasan yang dinyatakan memenuhi
syarat, serta berada di luar area rawan banjir
dan longsor;
Dalam penetapan komoditi tanaman tahunan,
selain mempertimbangkan kesesuaian lahan,
konservasi tanah dan air juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi
dan keindahan/estetika; dan
Peningkatan pemanfaatan kawasan
perkebunan dilakukan melalui peningkatan
peran serta masyarakat yang tergabung
dalam kawasan permukiman dalam
perkebunan masing-masing.
5. Rencana pengelolaan kawasan peternakan :
meningkatkan kegiatan peternakan secara
alami dengan mengembangkan padang
penggembalaan;
kawasan peternakan diarahkan mempunyai
keterkaitan dengan pusat distribusi pakan
ternak;
mempertahankan ternak plasma nutfah
sebagai potensi daerah;
pengembangan kawasan peternakan yang
memiliki komoditas ternak unggulan
komparatif dan kompetitif;
Budidaya ternak yang berpotensi dapat
menularkan penyakit dari hewan ke manusia
atau sebaliknya dijauhkan dari permukiman
penduduk; dan
Pembangunan industri pengolahan hasil
ternak dikembangkan untuk meningkatkan
nilai ekonomi ternak.
6. Rencana pengelolaan kawasan perikanan :
menjaga kelestarian sumber daya air
terhadap pencemaran limbah industri
maupun limbah lainnya.
Pengendalian melalui sarana kualitas air dan
mempertahankan habitat alami ikan.
Peningkatan produksi dengan memperbaiki
dan meningkatkan sarana dan prasarana
perikanan.
7. Rencana pengelolaan kawasan pertambangan :
pengelolaan pertambangan bahan galian
strategis dan bahan galian golongan vital
dapat dikembangkan pada semua
peruntukan ruang sesuai ketentuan peraturan

II-175
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


perundang-undangan;
Pengelolaan pertambangan bahan galian di
luar bahan galian golongan strategis dan
bahan galian golongan vital dapat
dikembangkan pada lokasi peruntukan ruang
budidaya pedesaan, sebagai berikut :
a) lahan basah, sepanjang tidak terletak pada
lokasi sawah beririgasi teknis;
b) lahan kering;
c) hutan produksi sepanjang tidak mengurangi
nilai konservasi; dan
d) perkebunan/tanaman tahunan sepanjang
tidak mengurangi nilai konservasi;
pengelolaan kawasan tambang untuk
kegiatan yang memerlukan sistem
pengangkutan dengan menggunakan
conveyor, harus terpisah dari aktifitas
penduduk yang dibatasi dengan jalur hijau
(buffer zone) pada sepanjang lintasannya
dan merupakan bagian dari kawasan industri;
P engelolaan kegiatan pertambangan
dilakukan dengan mempertimbangkan
keterkaitan proses penambangan sampai
proses pengolahan, dibentuk berdasarkan
pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya
keseimbangan lingkungan, dan biaya aktifitas
sosial;
Pengelolaan kawasan pertambangan
dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi bahan galian, serta kondisi geologi
dan geohidrologi dalam kaitannya dengan
kelestarian lingkungan;
Pengelolaan kawasan bekas penambangan
melalui rehabilitasi/reklamasi sesuai dengan
zona peruntukan yang ditetapkan dengan
melakukan penimbunan tanah subur
dan/atau bahan-bahan lainnya sehingga
menjadi lahan yang dapat digunakan kembali
sebagai kawasan hijau ataupun kegiatan
budidaya lainnya; dan
Setiap kegiatan usaha pertambangan harus
menyimpan dan mengamankan tanah atas
(top soil) untuk keperluan
rehabilitasi/reklamasi lahan bekas
penambangan.
8. Rencana Pengelolaan Kawasan Industri :
pengembangan kawasan industri dilakukan
dengan mempertimbangkan aspek ekologis;
pengembangan kawasan industri harus
didukung oleh adanya jalur hijau sebagai
penyangga antar fungsi kawasan;

II-176
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Pengembangan zona industri pada daerah
aliran sungai harus didasari perhitungan
kemampuan daya dukung sungai;
Pengembangan kegiatan industri yang
didukung oleh sarana dan prasarana industri,
antara lain penyediaan hunian sebagai
pendukung kegiatan;
Pengelolaan kegiatan industri dilakukan
dengan mempertimbangkan keterkaitan
proses produksi mulai dari industri dasar/hulu
dan industry hilir serta industri antara, yang
dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi
biaya produksi, biaya keseimbangan
lingkungan, dan biaya aktifitas sosial; dan
Penggunaan metoda atau teknologi ramah
lingkungan dan harus dilengkapi dengan
upaya pengelolaan terhadap kemungkinan
adanya bencana industri.
9. Rencana Pengelolaan Kawasan Pariwisata :
tetap melestarikan alam sekitar untuk
menjaga keindahan obyek wisata;
Tidak melakukan pengrusakan terhadap
obyek wisata alam;
Menjaga dan melestarikan peninggalan
bersejarah;
Meningkatkan pencarian/penelusuran
terhadap benda bersejarah untuk menambah
koleksi budaya;
Peningkatan dan pengendalian
pembangunan sarana dan prasarana
transportasi ke obyek-obyek wisata alam,
budaya, dan minat khusus pada obyek yang
tidak memiliki akses yang cukup;
Merencanakan kawasan wisata sebagai
bagian dari urban/regional desain untuk
keserasian lingkungan;
Meningkatkan daya tarik wisata melalui
penetapan jalur wisata, kalender wisata,
informasi, dan promosi wisata;
Menjaga keserasian lingkungan alam dan
buatan sehingga kualitas visual kawasan
wisata tidak terganggu;
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya
jual/saing; dan
Mengembangkan kegiatan pariwisata yang
dilengkapi dengan fasilitas
penunjang dan pendukung pariwisata.
10.Rencana pengelolaan kawasan permukiman :
pengembangan kawasan permukiman/hunian

II-177
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


yang aman dari bencana alam, serta
mempunyai akses untuk kesempatan
berusaha dan dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan ketersediaan permukiman,
mendayagunakan fasilitas dan utilitas
disekitarnya, dan meningkatkan sarana dan
prasarana perkembangan kegiatan ekonomi
pedesaan;
Pengembangan permukiman perdesaan
dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan
infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan
fungsinya sebagai pusat pelayanan antar
desa, pusat pelayanan setiap desa, dan
pusat pelayanan pada setiap dusun atau
kelompok
permukiman;
Menjaga kelestarian permukiman perdesan
khususnya kawasan pertanian;
Pengembangan permukiman yang bercirikan
perkotaan dilakukan dengan tetap
memperhatikan fungsi kawasan sebagai
kawasan perdesaan yang harus dijaga dan
tidak mengganggu ekosistem kawasan;
Membentuk cluster-cluster permukiman untuk
menghindari penumpukan dan penyatuan
antar kawasan permukiman, dan diantara
cluster permukiman disediakan ruang terbuka
hijau;
Pengembangan permukiman perkotaan kecil
dilakukan melalui pembentukan pusat
pelayanan skala lokal kecamatan; dan
Pengembangan pemukiman khusus, melalui
penyediaan tempat peristirahatan pada
kawasan pariwisata, dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana yang ada dengan
tetap memperhatikan kaidah lingkungan
hidup dan selaras dengan rencana tata
ruang.
11.Rencana Pengelolaan kawasan permukiman
perkotaan :
fungsi kawasan perkotaan antara lain
sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah,
pusat pengolahan/industri dan distribusi hasil
pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan,
pendidikan, kesehatan, serta transportasi,
dan pergudangan;
F ungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai
pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan
agroindustri dan berbagai kegiatan
agrobisnis;
Pengembangan permukiman perkotan

II-178
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


sebagai pusat pelayanan yang didukung oleh
prasarana dan sarana sosial ekonomi yang
tinggi untuk mendorong wilayah pedesaan
dalam peningkatan produktifitasnya; dan
Menjaga pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan melalui upaya menjaga
keseimbangan wilayah terbangun dan tidak
terbangun, mengembangkan hutan kota dan
menjaga eksistensi wilayah yang bersifat
perdesaan di sekitar kawasan perkotaan.
12.Rencana pengelolaan kawasan perdesaan :
mendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat;
Pengembangan lingkungan permukiman
pedesaan sehingga dapat membentuk suatu
kesatuan lingkungan/kawasan pedesaan
yang utuh sesuai dengan fungsi dan peranan
perdesaan;
Meningkatkan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa, sosial, dan kegiatan ekonomi
masyarakat desa;
Pengembangan kawasan agropolitan
sebagai alternatif pembangunan perdesaan
melalui keterkaitan kawasan perkotaan -
perdesaan untuk meningkatkan peran
perkembangan kawasan perdesaan; dan
Intensitas pemanfaatan lahan diarahkan
untuk menjamin kelangsungan Budidaya
pertanian dan pelestarian lingkungan,
dengan pemberian koefisien tutupan rendah.
3 Rencana Pengelolaan tata 1. Rencana pengelolaan tata guna tanah :
guna tanah, air, udara & pengaturan peruntukan dan penggunaan
sumber daya alam lainnya tanah yang memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup;
penggunaan tanah yang mengacu pada
fungsi (zona) yang telah ditetapkan untuk
kawasan lindung dengan pemanfaatan
sebagai kawasan konservasi;
Lahan yang berperan strategis bagi
kelestarian lingkungan seperti
pengembangan tanaman lindung pada
kawasan konservasi;
Lahan yang dipandang strategis bagi
perkembangan sosial ekonomi seperti
pengembangan bangunan tinggi;
Penggunaan tanah yang tidak sesuai
rencana tata ruang tidak dapat diperluas atau
dikembangkan penggunaannya;
Pola penyesuaian penggunaan/pemanfaatan
tanah dilakukan melalui penataan kembali

II-179
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


(konsolidasi tanah), upaya kemitraan dan
penyerahan/pelepasan hak atas tanah pada
negara atau pihak lain dengan penggantian
sesuai peraturan perundang-undangan;
Menunjang keseimbangan pembangunan
dengan penyediaan tanah disetiap tingkatan
pemerintahan yang selaras dengan rencana
tata ruang; dan
a) pengembangan utilitas perkotaan (manhole);
b) Pengembangan fasilitas parkir bawah tanah
(basement); dan
c) Pengembangan sistem transportasi dan
jaringan bawah tanah.
2. Rencana pengelolaan tata guna air
Penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian;
Pengembangan daerah rawa untuk pertanian
dan/atau untuk budidaya perikanan;
Pengendalian dan pengaturan banjir serta
usaha untuk pemeliharaanan sungai, situ,
waduk, serta pengaturan prasarana dan
sarana sanitasi;
Pengaturan dan penyediaan air minum, air
perkotaan, air industri, dan pencegahan
terhadap pencemaran atau pengotoran air;
Pemeliharaan ketersediaan kuantitas dan
kualitas air yang berkelanjutan melalui
pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan
air dan daerah tangkapan air, pengisian air
pada sumber air, pengendalian pengolahan
tanah di daerah hulu, pengaturan daerah
sempadan sumber air, rehabilitasi hutan dan
lahan dan/atau pelestarian hutan lindung,
kawasan suaka alam, dan pelestarian alam;
dan
Pemanfaatan sumber air untuk kepentingan
komersial dilakukan melalui pengkajian
terlebih dahulu guna terjaminnya
ketersediaan air baku pertanian maupun
rumah tangga.
3. Rencana pengelolaan tata guna udara:
pengaturan jalur SUTT dan SUTET, dengan
mempertahankan garis sempadannya
sebagai jalur hijau dan terbebas dari aktifitas
hunian penduduk;
Pemanfaatan ruang udara untuk transmisi
listrik, melalui pengembangan jaringan listrik
tenaga tinggi dan distribusi listrik;
Pengaturan jaringan komunikasi selular
dikembangkan pada penggunaan bangunan
Base Transceiver Station (BTS) bersama;

II-180
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Pemanfaatan ruang udara untuk transportasi,
dilakukan melalui pengembangan frekuensi
radio, gelombang microwave, dan seluler;
Pengaturan jalur penerbangan khusus,
dengan membatasi bangunan yang memiliki
ketinggian pada jalur terbang (runway) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang penerbangan;
Pemanfaatan ruang udara untuk transportasi,
melalui pengembangan dan pengamanan
jalur keselamatan operasi penerbangan
sekitar lapangan udara;
Pengembangan ruang udara untuk atmosfir
kehidupan, melalui pengembangan hutan
kota dan program penghijauan hutan kota;
Pemanfaatan ruang udara untuk ruang
pandang, melalui pengembangan bentang
alam (skyline) atau unsur buatan yang
dijadikan orientasi kawasan; dan
Pengembangan ruang udara untuk bangunan
atas tanah, melalui pemanfaatan bangunan
tinggi (rumah susun, apartement, hotel, dan
bangunan tinggi lainnya), jalan layang,
simpang susun, kereta layang, dan jembatan
penyeberangan.
4 Rencana Pengembangan Rencana pengembangan prasarana transportasi
trasnportasi jalan jalan :
pengelolaan jalan yang ada dilakukan melalui
program peningkatan, rehabilitasi dan
pemeliharaan rutin untuk ruas-ruas jalan
Nasional, jalan Provinsi, dan jalan Kabupaten
Rencana pengembangan jalan baru
dilakukan untuk menghubungkan antar
wilayah dan antar pusat-pusat permukiman,
industri, pertanian, perdagangan, jasa dan
simpul-simpul transportasi serta
pengembangan jalan penghubung antara
jalan tol dan bukan jalan tol
Rencana pengembangan terminal
penumpang, tujuan wisata & peti kemas
5 Rencana pengembangan Rencana pengembangan jalur kereta api :
system transportasi pengelolaan jalur perkeretaapian,
perkeretapaian pengembangan prasarana transportasi
kereta api untuk keperluan penyelenggaraan
perkeretaapian komuter, dryport, terminal
barang, serta konservasi rel mati
Rencana pengembangan jalur kereta api
perkotaan meliputi pengembangan jalur
kereta api ganda dan penataan jalur kereta
api yang beroperasi saat ini
Rencana pengembangan jalur kereta api

II-181
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


antarkota pada ruas tertentu,
disesuaikan dengan rencana pengembangan
jaringan kereta api nasional
Untuk menjamin keselamatan perkeretapian
dan keberlanjutan pengoperasian fasilitas
keselamatan perkeretaapian, penataan ruang
di sekitar dan di kawasan stasiun dan
sepanjang jaringan jalur kereta api harus
memperhatikan rencana pengembangan
perkeretaapian dan ketentuan keselamatan
perkeretaapian pada Ruang Lingkungan
Kerja Stasiun dan jaringan jalur kereta api,
yang meliputi Ruang Milik Jalan Kereta Api,
Ruang Manfaat Jalan Kereta Api dan Ruang
Pengawasan Sarana Jalan Kereta Api,
termasuk bagian bawahnya serta ruang
bebas di atasnya.
6 Rencana pengembangan Penataan dan pengembangan ruang udara di sekitar
system transportasi udara bandar udara yang dipergunakan untuk operasi
dilakukan untuk menjamin keselamatan operasi
penerbangan dan keberlanjutan pengoperasian
lapangan udara, dimana
penataan ruang di sekitar dan di kawasan lapangan
udara harus memperhatikan kegiatan kebandaraan
sesuai dengan rencana induk
bandar udara dan ketentuan kawasan keselamatan
operasi penerbangan
(KKOP).
7 Rencana pengeloaan 1. Rencana pengembangan prasarana
prasarana telekomunikasi telekomunikasi dilakukan hingga mencapai
pelosok wilayah yang belum terjangkau serta
mendorong kualitas perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
2. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah
terpencil, pemerintah daerah memberikan
dukungan dalam pengembangan kemudahan
jaringan telematika.
3. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
harus memperhatikan kapasitas yang telah
terpasang dan kebutuhan jangka panjang.
4. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
dilakukan berdasarkan kriteria teknis sebagai
berikut:
meminimalkan dampak negatif terhadap
kesehatan dan keselamatan masyarakat
serta keselamatan penerbangan;
mendukung perwujudan struktur ruang
kawasan; dan
kriteria teknis lainnya sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
5. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi

II-182
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


dapat dilakukan melalui kerjasama antar daerah
serta peran masyarakat dan dunia usaha.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan
sistem jaringan telekomunikasi, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
8 Rencana pengembangan 1. Pengembangan sarana untuk pengembangan
system prasarana sumber listrik jaringan Saluran Udara atau Kabel
daya energi Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV
diperlukan untuk menyalurkan energi listrik yang
dibangkitkan oleh pembangkit baru, yaitu SUTET
500 KV.
2. Pengembangan energi baru dan terbarukan oleh
Pemerintah Daerah
3. Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik
harus memperhatikan kapasitas yang telah
terpasang dan kebutuhan jangka panjang.
4. Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik
dilakukan berdasarkan
kriteria teknis sebagai berikut :
Meminimalkan dampak negatif terhadap
kesehatan dan keselamatan masyarakat;
Mendukung perwujudan struktur ruang
kawasan;
Kriteria teknis lainnya sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
5. Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik
dapat dilakukan melalui kerjasama antar daerah,
peran masyarakat dan dunia usaha.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan
sistem jaringan tenaga listrik, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
9 Rencana Pengembangan 1. Rencana Pengelolaan sumber daya air, meliputi :
Sistem Prasarana Sumber pembangunan sistem prasarana sumber
Daya Air daya air, terdiri dari :
a) saluran dan bangunan irigasi untuk keperluan
air pertanian; dan
b) Jaringan pipanisasi untuk keperluan air
bersih rumah tangga dan industri;
Seluruh sumber air baku dari dam, embung,
waduk, telaga, bendungan serta sungai -
sungai klasifikasi I IV yang airnya dapat
dimanfaatkan secara langsung dan
dikembangkan untuk berbagai kepentingan;
Zona pemanfaatan Daerah Aliran Sungai
dilakukan dengan membagi tipologi Daerah
Aliran Sungai berdasarkan tipologinya; dan
Penetapan zona pengelolaan sumber daya
air sesuai dengan keberadaan wilayah
sungai tersebut pada zona kawasan lindung
tidak diizinkan pemanfaatan sumber daya air

II-183
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


untuk fungsi budidaya.
2. Rencana pengembangan prasarana sumberdaya
air untuk air bersih dilakukan dengan
memanfaatkan sumber mata air dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber air
permukaan dan sumber air tanah pada wilayah
Cekungan Air Tanah
3. Rencana pengembangan prasarana sumber air
permukaan untuk air bersih sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di lokasi :
Waduk Cijurei di Kecamatan Sukamakmur;
Waduk Cidurian di Kecamatan Nanggung;
dan
Embung di Kecamatan Cisarua, Kecamatan
Cariu, Kecamatan Jonggol, dan Kecamatan
Megamendung.
4. Prasarana pengairan direncanakan sesuai
dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi
teknis dan non teknis serta pemeliharaan untuk
irigasi air permukaan maupun air tanah.
5. Rencana pengembangan pengairan Daerah
Aliran Sungai.
6. Pengembangan waduk, dam, dan embung terkait
dilakukan dengan mempertimbangkan :
daya dukung sumber daya air;
kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat
setempat;
kemampuan pembiayaan; dan
kelestarian keanekaragaman hayati dalam
sumber air.
7. Area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan
agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan
yang lain
8. Dalam hal areal tersebut terpaksa harus berubah
fungsi, maka disediakan lahan areal baru yang
menggantikannya dengan luasan minimal sama
ditambah dengan biaya investasi yang telah
ditanamkan di lokasi tersebut
10 Rencana pengembangan 1. Rencana pengembangan prasarana minyak dan
system prasarana gas bumi adalah jaringan/distribusi minyak dan
minyakdan gas bumi gas bumi melalui pipa di darat, kereta api dan
angkutan jalan raya.
2. Rencana pengembangan sumber minyak dan
gas bumi, meliputi :
Kecamatan Jonggol; dan
Kecamatan Cariu.
3. Rencana pengembangan prasarana minyak dan
gas bumi dilakukan di seluruh wilayah Daerah.
11 Rencana pengembangan 1. Pengembangan sarana TPS :
prasarana lingkungan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) terpadu
baik lokal maupun regional menjadi bagian

II-184
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


industri;
tempat pengelolaan limbah industri B3 dan
non B3;
rencana pengembangan Tempat Pengolahan
Sampah (TPS) dialokasikan pada :
a) wilayah barat di Desa Galuga Kecamatan
Cibungbulang, Desa Growong dan Desa
Dago Kecamatan Parung Panjang, serta
Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg.
b) wilayah tengah di Desa Candali dan Desa
Pasir Gaok Kecamatan Rancabungur.
c) wilayah timur di Desa Nambo Kecamatan
Klapanunggal dan Desa Sukasirna
Kecamatan Jonggol.
d) Khusus untuk limbah industri yang
mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3), tempat pengelolaan sampah
dialokasikan di Desa Nambo Kecamatan
Klapanunggal.
2. Pengembangan Tempat Pemakaman Umum
(TPU) dan Tempat Pemakaman Bukan Umum
dilakukan melalui :
pengembangan area Tempat Pemakaman
Umum (TPU) regional untuk memenuhi
kebutuhan tanah kuburan yang diarahkan
pada pemanfaatan lahan cadangan tanah
pemakaman dan terintegrasi dengan tanah
pemakaman masyarakat yang tersebar di
setiap kecamatan; dan
pengembangan area Tempat Pemakaman
Bukan Umum (TPBU) yang diarahkan pada
kawasan yang dinyatakan memungkinkan
secara teknis dan fisik lingkungan, serta tidak
berdampak sosial pada lingkungan
sekitarnya.
3. Pengembangan sarana pendidikan dan balai
latihan kerja ;
pembangunan sarana pendidikan, mulai
tingkat dasar sampai dengan tingkat
menengah pada pusat permukiman
disesuaikan dengan kebutuhan standar
pelayanan minimal;
pengembangan sarana pendidikan setingkat
sekolah menengah umum tersebar di setiap
wilayah kecamatan;
pengembangan sarana pendidikan setingkat
sekolah menengah kejuruan di setiap
kecamatan disesuai dengan tingkat
kebutuhan dan potensi wilayahnya
pengembangan pelayanan pendidikan
setingkat perguruan tinggi pada Kota Orde I

II-185
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


atau Orde II; dan
pembangunan balai latihan kerja dialokasi
pada wilayah daerah yang memiliki angkatan
kerja sesuai dengan potensi wilayahnya.
4. Pengembangan sarana olahraga :
pengembangan dan penyediaan fasilitas
olahraga yang mampu mendukung kegiatan
olah raga skala regional, nasional, maupun
internasional; dan
Menumbuhkembangkan kegiatan olah raga
di masyarakat dengan
membangun/memanfaatkan fasilitas
lingkungan dan/atau penyediaan sarana dan
prasarana olah raga di tiap kecamatan.
5. Pengembangan sarana kesehatan :
peningkatan pelayanan kesehatan melalui
pembangunan sarana kesehatan dan
peningkatan pelayanan rumah sakit, serta
membangun rumah sakit pada kawasan
perkotaan dan industri;
peningkatan dan optimalisasi peranan Pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat di setiap wilayah
kecamatan dan atau pada daerah yang
berdasarkan kepadatan penduduknya
membutuhkan pelayanan kesehatan; dan
pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) pada Kota Orde I dan Orde II, serta
pada beberapa Kota Orde III yang strategis.
6. Pengembangan sarana kebudayaan dan
peribadatan :
untuk memenuhi kebutuhan keagamaan
masyarakat dengan memperhatikan
keharmonisan kehidupan keagamaan dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat;
dan
pengembangan parasarana peribadatan
yang disesuaikan dengan
kebutuhan/pelayanan masyarakat setempat,
antara lain :
a) pengembangan tempat ibadah umat muslim
dengan pembangunan masjid agung di setiap
wilayah kecamatan; dan
b) pembangunan tempat ibadah umat lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan
keadaan masyarakat setempat berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Pengembangan sarana perdagangan melalui :
pengembangan perdagangan skala wilayah,
meliputi pusat belanja eceran, pasar, pasar

II-186
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


induk dan grosir, diarahkan pada kota Orde I
dan Orde II;
pengembangan pasar regional Jabodetabek
di Kecamatan Ciawi; dan
pengembangan perdagangan skala
kecamatan meliputi pasar, pertokoan dan
perdagangan eceran (mini market) yang
diarahkan di setiap pusat kota Kecamatan.
Sumber : Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor 2005 - 2025

2.6.11. RENCANA TATA RUANG KABUPATEN SUKABUMI

Berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sukabumi 2012-2032 tujuan dari penataan ruang wilayah adalah mewujudkan
tata ruang wilayah yang efisien, produktif, berkelanjutan dan berdaya saing di bidang
agribisnis, pariwisata dan industri menuju kabupaten yang maju dan sejahtera.

Struktur Ruang Kabupaten Sukabumi meliputi :


PKNp / PKW :Pelabuhan Ratu
PKL : Perkotaan Cibadak, Perkotaan Jampangtengah, Perkotaan Jampangkulon; dan
Perkotaan Sagaranten.
PKLp : Cicurung
PPK : Perkotaan Cisaat, Perkotaan Sukaraja & Perkotaan Surade

Berikut merupakan rencana pengembangan Kabupaten Sukabumi :

Tabel 2. 50 Strategi Pengembangan Kabupaten Sukabumi


No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan
1 Rencana Jaringan jalan & 1. Pembangan Jalan bebas hambatan :
jembatan Ruas jalan tol Ciawi Lido Sukabumi
sepanjang kurang lebih 54 Km (lima puluh
empat kilometer); dan
ruas jalan tol Sukabumi Cianjur Ciranjang
sepanjang kurang lebih 27 Km (dua puluh tujuh
kilometer).
2. Pembangunan dan peningkatan ruas jalan arteri
primer :
Ruas jalan Batas Bogor (Caringin) Cibadak
sepanjang kurang lebih 19 Km (sembilan belas
kilometer);
Ruas jalan Sukabumi (Cisaat) Cibadak
sepanjang kurang lebih 15 Km (lima belas
kilometer);
Ruas jalan Sukabumi Batas Cianjur
(Gekbrong) sepanjang kurang lebih 10 Km
(sepuluh kilometer);
Ruas jalan Cibadak Cikembang Bagbagan

II-187
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


sepanjang 42 Km (empat puluh dua kilometer);
dan
Ruas jalan Palabuhanratu Cisolok Batas
Banten (Cibareno) sepanjang kurang lebih 10
Km (sepuluh kilometer).
3. Pembangunan dan peningkatan ruas jalan
kolektor primer 1 :
Ruas jalan Palabuhanratu (Bagbagan)
Jampangkulon sepanjang kurang lebih 51 Km
(lima puluh satu kilometer);
Ruas jalan Jampangkulon Surade sepanjang
kurang lebih 7 Km (tujuh kilometer); dan
Ruas jalan Surade Tegalbuleud (Cibuni)
sepanjang kurang lebih 38 Km (tiga puluh
delapan kilometer).
4. Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan
kolektor primer 2 :
Ruas jalan Parungkuda (Sundawenang)
Cikidang Palabuhanratu sepanjang kurang
lebih 36 Km (tiga puluh enam kilometer);
Ruas jalan Sukabumi Cikembar
(Panggeleseran) sepanjang kurang lebih 10 Km
(sepuluh kilometer);
Ruas jalan Cikembar (Panggeleseran)
Cikembang sepanjang kurang lebih 4 Km
(empat kilometer); dan
Jalan Bhayangkara (Kota Palabuhanratu)
sepanjang kurang lebih 3Km (tiga kilometer).
5. Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan
kolektor primer :
ruas jalan Cisolok (Simpang Karanghawu)
Batas Banten (Cikotok) sepanjang kurang lebih
24 Km (dua puluh empat kilometer);
Ruas jalan Cikembar (Panggeleseran)
Jampangtengah sepanjang kurang lebih 7 Km
(tujuh kilometer);
ruas jalan Jampangtengah Simpenan
(Kiaradua) sepanjang kurang lebih 46 Km
(empat puluh enam kilometer);
Ruas jalan Surade Ujunggenteng sepanjang
kurang lebih 23 Km (dua puluh tiga kilometer);
Ruas jalan Sukabumi Sagaranten sepanjang
kurang lebih 46 (empat puluh enam) kilometer;
Ruas jalan Sagaranten Cidolog Tegalbuleud
sepanjang kurang lebih 42 Km (empat puluh
dua kilomete);
Jalan raya Sagaranten (Kota Sagaranten)
sepanjang kurang lebih 1Km (satu kilometer);
dan
Pembangunan Jalan Lingkar Sukabumi

II-188
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


(Cibolang - Lingkar Selatan Kota Sukabumi
Sukaraja) sepanjang kurang lebih 19 Km
(sembilan belas kilometer).
6. Preservasi dan peningkatan jalan perkotaan :
Prioritas utama berupa perkotaan
Pelabuhanratu; dan
prioritas selanjutnya meliputi:
a. perkotaan Cicurug;
b. perkotaan Cibadak;
c. perkotaan Cisaat;
d. perkotaan Sukaraja;
e. perkotaan Surade;
f. perkotaan Jampangkulon;
g. perkotaan Jampangtengah; dan
h. perkotaan Sagaranten.
7. Preservasi dan peningkatan jalan kolektor primer
4:
Ruas jalan Bojonglopang Cimerang;
Ruas jalan Ancaen Pabuaran;
Ruas jalan Bojonghaur Pabuaran;
Ruas jalan Lengkong Mataram;
Ruas jalan Cijaksa Mataram;
Ruas jalan Jampangkulon Cikaso;
Ruas jalan Ciguyang Cikaso; dan
Pengembangan jaringan jalan Simpenan
(Loji) Ciemas Surade
Ujunggenteng mendukung pebmangunan
jaringan jalan Koridor Jawa Barat Selatan.
8. Pengembangan jalan lokal primer :
Ruas jalan Cicalobak-Cikeuyeup;
Ruas jalan Pamuruyan-Hegarmanah;
Ruas jalan Jaringao-Cibuaya;
Ruas jalan Cibutun-Balewer-Ciwaru;
Ruas jalan Bangbayang-Nangela-
Tegalbuleud;
Ruas jalan ekonomi Palabuhanratu;
Ruas jalan Leuwiwaluh-Ciaul-Cianaga-
Gunungpaok; dan
Ruas jalan Purabaya-Cicukang-Pasir
bandung-Cimanggu.
9. Pembangunan Jembatan :
Pembangunan jembatan Cikaso Ancaen
Pabuaran berada di Kecamatan Sagaranten;
pembangunan jembatan Cibuni Baros Cibuni
berada di Kecamatan Sagaranten;
Pembangunan jembatan Cipanggulaan
Tenjoayu Warungceuri berada di Kecamatan
Cicurug;
Pembangunan jembatan Cisukawayana
Tenjolaut Pasirbandera berada di Kecamatan

II-189
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Cisolok;
Pembangunan jembatan Cibodas Cikadu
Padasenang berada di Kecamatan
Curugkembar;
Pembangunan jembatan Tanjungsari Cikadu
Tanjungsari berada di Kecamatan
Curugkembar;
Peningkatan jembatan Cilinjing Bangbayang
Nangela berada di Kecamatan Tegalbuleud; 25
Peningkatan jembatan Cigugur Bangbayang
Nangela berada di Kecamatan Tegalbuleud;
Peningkatan jembatan Cicurug Bangbayang
Nangela berada di Kecamatan Tegalbuleud;
Peningkatan jembatan Ciroke Desa Sukamukti
berada di Kecamatan Waluran;
Pengembangan jembatan Cimanggala Desa
Waluranmandiri berada di Kecamatan Waluran;
dan
Peningkatan jembatan Ciparangan Desa
Sukatani berada di Kecamatan Surade.
10. Rencana pengembangan jaringan jalan :
Ruas jalan Cibutun-Balewer-Ciwaru;
Ruas jalan Bangbayang-Nangela;Jalan lingkar
di kawasan perkotaan Cicurug, Cibadak, Cisaat
dan Sukaraja;
Ruas jalan ekonomi menuju kawasan industri,
kawasan wisata dan kawasan strategis lainnya;
Ruas jalan ekonomi Palabuhanratu; dan
Ruas jalan Situhiang Caringin nunggal
2 Rencana jaringan prasaran 1 Pembangunan Terminal terpadu Cicurug,
lalu lintas dan angkutan Cibadak, Cisaat, Sukaraja
jalan 2 Pengembangan dan pembangunan terminal
penumpang terminal Tipe B Pelabuhan Ratu & C
terminal sangaranten dan Jubleg
3 Pembangunan Terminal Tipe C
Kecamatan Ciambar;
kecamatan Caringin;
Kecamatan Cicantayan;
Kecamatan Warungkiara;
Kecamatan Purabaya;
Kecamatan Curug kembar;
Kecamatan Cidolog;
Kecamatan Ciemas (Ciwaru); dan
Kecamatan Simpenan (Kiara II).
4 Pengembangan penerangan jalan umum (PJU)
meliputi :
peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan pengawasan keberadaan PJU liar
dan meminimalisir pencurian komponen dan
kabel PJU;

II-190
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Pengembangan teknologi penggunaan energi
dari listrik ke tenaga surya;
Pemeliharaan penerangan jalan umum;
Pengadaan sarana dan prasarana PJU; dan
Pelayanan pengaduan penerangan jalan umum
yang responsip dan handal.
5 Pengembangan unit penguji kendaraan bermotor
berada di Kecamatan Cikembar, Jampangkulon,
Sagaranten, Cicurug dan Cisaat.
3 Rencana jaringan 1. Penataan jaringan trayek angkutan penumpang
pelayanan lalu lintas dan meliputi :
angkutan jalan Angkutan penumpang Antar Kota Antar Propinsi
(AKAP) melayani perkotaan di Kabupaten
Sukabumi dengan kota-kota lain di luar Provinsi
Jawa Barat;
Angkutan penumpang Antar Kota Dalam
Propinsi (AKDP) melayani Perkotaan
Kabupaten Sukabumi ke kota-kota lain di dalam
Provinsi Jawa Barat;
Angkutan umum perdesaan yang melayani
pergerakan penduduk antar ibukota kecamatan
di wilayah Kabupaten.
2. Pengembangan sarana dan prasarana umum :
Peremajaan angkutan umum regular;
Pemberian jaminan bagi angkutan swadaya
dalam melayani daerah terpencil dan dapat
beroperasi secara berkesinambungan;
Pengembangan sistem angkutan umum yang
bersifat khusus terutama angkutan wisata; dan
Pengembangan sistem angkutan umum massal
di wilayah yang belum terlayani dalam rangka
mendukung pengembangan pusat-pusat
kegiatan utama.
4 Rencana jaringan 1 Pembangunan dan pengembangan sarana dan
transportasi sungai, danau prasarana lalu lintas angkutan sungai, danau dan
& penyeberangan penyeberangan (ASDP) meliputi :
Pembangunan pelabuhan sungai Cikaso dan
Cimandiri; dan
Pengembangan pelabuhan Palangpang
sebagai pelabuhan penyeberangan lintas
dalam kabupaten.
2 Alur pelayaran angkutan sungai dan
penyeberangan meliputi :
Alur pelayaran Sungai Cikaso dan Cimandiri;
dan
Alur pelayaran penyeberangan Palangpang
Palabuhanratu.
3 Pengembangan angkutan perintis sungai, danau
dan penyebrangan sesuai kebutuhan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

II-191
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


5 Rencana jaringan jalur 1 Rencana peningkatan jalur kereta api terdiri
kereta api atas :
Jalur kereta api Bogor Sukabumi melewati
kecamatan meliputi :
a. kecamatan Cicurug;
b. kecamatan Parungkuda;
c. Kecamatan Cibadak;
d. Kecamatan Cicantayan; dan
e. Kecamatan Cisaat.
Jalur kereta api Sukabumi Cianjur
Padalarang (Bandung) melewati kecamatan
meliputi :
a. kecamatan Sukaraja;
b. kecamatan Kebonpedes;
c. Kecamatan Cireunghas; dan
d. Kecamatan Gegerbitung.
2 Rencana pengembangan stasiun kereta api
berada di:
Kecamatan Cicurug;
Kecamatan Parungkuda;
Kecamatan Cibadak; dan
kecamatan Cisaat.
6 Rencana system jaringan 1 Rencana tatatanan kepelabuhan :
transportasi laut Pembangunan Pelabuhan Regional di Kawasan
Teluk Palabuhanratu;
Pembangunan terminal khusus di Kecamatan
Tegalbuleud, Cibitung, Ciemas, Ciracap dan
Kawasan Teluk Palabuhanratu; dan
Pembangunan dan pengembangan pelabuhan
laut dan terminal khusus sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan peraturan
perundangundangan.
2 Alur pelayaran terdiri atas :
Alur pelayanan internasional dan nasional serta
alur pelayaran lokal;
Alur pelayaran internasional dan nasional
meliputi :
a. Alur laut Samudera Hindia; dan
b. Jaringan pelayaran menghubungkan antara
PPS Palabuhanratu
dengan pelabuhan nasional/ regional dan
pelabuhan internasional di
negara lain.
Alur pelayaran lokal berupa jaringan pelayaran
menghubungkan antara pelabuhan lokal di
wilayah perairan laut Kabupaten Sukabumi.

7 Rencana Jaringan 1 Pembangunan bandar udara Citarate di


Transportasi Udara Kecamatan Ciracap; dan
2 Penentuan Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP) meliputi:

II-192
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Kecamatan Ciracap;
Kecamatan Jampangkulon;
Kecamatan Cibitung; dan
Kecamatan Tegalbuleud.
8 Rencana Jaringan 1 Rencana Jaringan Tenaga Listrik :
Prasarana Wilayah Pemanfaatan dan pemeliharaan gardu induk
(GI) 500 KV meliputi:
a. GI Warungkiara di Desa Hegarmanah
Kecamatan Warungkiara; dan
b. GI Cibadak di Desa Karangtengah
Kecamatan Cibadak.
Pemanfaatan dan pemeliharaan gardu induk
(GI) 150 KV meliputi :
a. GI Cibadak Baru di Desa Pamuruyan
Kecamatan Cibadak;
b. GI Palabuhanratu di Desa Cibodas
Kecamatan Palabuhanratu; dan
c. GI Palabuhanratu Baru di Desa Tanjung
Kecamatan Jampangkulon.
Pemanfaatan dan pemeliharaan gardu induk
(GI) 70 KV meliputi:
a. GI Cikembang di Desa Cikembar Kecamatan
Cikembar;
b. GI Cibadak di Desa Warnajati Kecamatan
Cbadak; dan
c. GI Palabuhanratu di Desa Cibodas
Kecamatan Palabuhanratu.
2 Rencana jaringan transmisi tenaga listrik :
Jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 500 KV
Jaringan transmisi SUTT 150 KV
Jaringan transmisi SUTT 70 KV
3 Rencana energy alternative :
Pengembangan pembangkit listrik eksisting
meliputi :
a. PLTA Ubrug sebesar 2 x 10,80 MW; 1 x 6,30
MW; dan
b. PLT Panas Bumi Gunung Halimun Salak
sebesar 600 MW.
Pembangunan dan/atau pengembangan
pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) :
a. Pengembangan PLTMH
b. Pembangunan PLTMH
Pembangunan dan potensi pembangkit listrik
tenaga panas bumi meliputi :
a. Kecamatan Cisolok;
b. Kecamatan Cidadap;
c. Kecamatan Simpenan; dan
d. Kecamatan Nyalindung.
Pembangunan dan potensi pembangkit listrik
tenaga angin meliputi :

II-193
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


a. Kecamatan Simpenan;
b. Kecamatan Ciemas;
c. Kecamatan Ciracap;
d. Kecamatan Waluran;
e. Kecamatan Jampangkulon;
f. Kecamatan Surade;
g. Kecamatan Kalibunder;
h. Kecamatan Cibitung; dan
i. Kecamatan Tegalbuleud.
Pengembangan sumber energi bahan bakar
nabati dan biogas meliputi :
a. Pengembangan biogas di sekitar potensi
peternakan; dan
b. pengembangan bioethanol dan biomass di
sekitar potensi pertanian.
Pengembangan Stasiun Pengisian dan
Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) meliputi :
a. Kecamatan Parungkuda;
b. Kecamatan Cibadak;
c. Kecamatan Sukalarang;
d. Kecamatan Sukaraja;
e. Kecamatan Sukabumi; dan
f. Kecamatan lain yang ditetapkan berdasarkan
kepentingan Nasional.
Rencana Jaringan pipa minyak dan gas bumi di
21 kecamatan
4 Rencana system jaringan telekomunikasi :
Pengembangan jaringan tetap berupa :
a. pengembangan jaringan tetap lokal;
b. Pengembangan jaringan tetap SLJJ;
c. Pengembangan jaringan tetap sambungan
langsung internasional;
d. Pengembangan jaringan tetap tertutup; dan
e. Peningkatan dan pengembangan jangkauan
jaringan di seluruh wilayah kabupaten.
Pengembangan jaringan bergerak :
a. pengembangan jaringan kabel teresterial;
b. pengembangan jaringan nirkabel (seluler);
c. Pengembangan menara BTS; dan
d. Pengembangan jaringan satelit.
5 Rencana Jaringan Sumber Daya Air :
Pengolaan wilayah sungai WS Cisadea
Cibareno
6 Pengelolaan potensi waduk, embung (Waduk
Lapangan) dan Situ :
Waduk Citepus berada di Desa Cibodas
Kecamatan Palabuhanratu;
Waduk Ciletuh berada di Desa Caringinnunggal
Kecamatan Waluran;
Waduk Cikarang berada di Desa Tanjung
Kecamatan Jampangkulon;

II-194
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


Waduk Cikaso (Nangela) berada di Desa
Nangela Kecamatan Tegalbuleud;
Waduk Warungkiara (Citarik) berada di Desa
Limusnunggal Kecamatan Bantargadung; dan
Waduk Cibareno berada di Desa Sirnaresmi
Kecamatan Cisolok.
7 Sistem jaringan irigasi :
Pengelolaan DI kewenangan pusat :
a. DI Ciletuh 6,248 Ha (Kecamatan Ciemas dan
Kecamatan Ciracap
b. DI Cikaranggeusan 4.008 Ha (Kecamatan
Jampangkulon, Kecamatan Surade,
Kecamatan Civbitung)
Pengelolaan DI kewenangan Provinsi terdiri
atas :
a. DI Cisalada seluas kurang lebih 632 (enam
ratus tiga puluh dua) hektar
berada di Kecamatan Sukabumi dan
sebagian Kota Sukabumi;
b. DI Cimandiri seluas kurang lebih 1.217
(seribu dua ratus tujuh belas)
hektar meliputi Kecamatan Nyalindung dan
Kecamatan Jampangtengah.
c. DI Ciseureuh-Cibeureum seluas kurang lebih
1.303 (seribu tiga ratus tiga)
hektar berada di Kecamatan Cimanggu;
d. DI Cikarangwulung seluas kurang lebih 1.874
(seribu delapan ratus tujuh
puluh empat) hektar meliputi Kecamatan
Jampangkulon dan Kecamatan Surade
e. DI Cikarang-Cigangsa seluas kurang lebih
1.025 (seribu dua puluh lima)
hektar berada di Kecamatan Surade;
f. DI Cigangsa seluas kurang lebih 1.514
(seribu lima ratus empat belas)
hektar berada di Kecamatan Surade;
g. DI Caringin seluas kurang lebih 1.500 (seribu
lima ratus) hektar berada di
Kecamatan Cisolok; dan
h. DI Cikaso seluas kurang lebih 1.719 (seribu
tujuh ratus sembilan belas)
hektar meliputi Kecamatan Sagaranten dan
Kecamatan Pabuaran.
Pengelolaan DI kewenangan kabupaten
tersebar di 44 kabupaten
Pengelolaan DI kewenangan desa/masyarakat
tersebar di 47 kecamatan
8 Sistem jaringan air baku :
Rencana pengembangan penyediaan air baku
pertanian terdiri atas :
a. pemanfaatan sumber-sumber air baku

II-195
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


permukaan dari Sungai Cicatih, Citarik, dan
Cimandiri untuk pertanian di wilayah utara
Kabupaten; dan
b. Pemanfaatan sumber air baku dari Sungai
Cimandiri, Citarik, Cibareno, Ciletuh, Cikaso
dan Cikarang untuk pertanian di wilayah
selatan Kabupaten.
Rencana pengembangan penyediaan air
baku industry berupa pemanfaatan sarana
Perusahaan Daerah Air Minum dan sumber-
sumber air tanah secara terkendali di sekitar
kawasan peruntukan industri
Rencana penyediaan air bersih meliputi :
a. Pemanfaatan air sungai, waduk, embung
(waduk lapangan), dan situ secara
proporsional;
b. Pemanfaatan air tanah dangkal dan artesis
secara terkendali;
c. Pengembangan pemanfaatan potensi mata
air
d. Pemanfaatan sumber daya air di seluruh
kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangarango dan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak.
9 Jaringan air bersih :
Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air
bersih;
Pengembangan kemitraan untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih ke wilayah yang belum
terjangkau; dan
Pengembangan sistem penyediaan air bersih
oleh masyarakat melalui pembentukan
kelembagaan pengelola air di perdesaan.
10 Sistem pengendali banjir :
Konstruksi Pengendali banjir
a. perbaikan infrastruktur pengendali banjir;
b. Perbaikan sumur resapan pada kawasan
hunian atau permukiman;
c. Pengaturan gugus tugas penanganan dan
pengendalian banjir;
d. Pengendalian tata ruang;
e. Pengaturan debit banjir;
f. Pengaturan daerah rawan banjir;
g. Peningkatan peran masyarakat;
h. Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir
terhadap masyarakat;
i. Pengelolaan daerah tangkapan air; dan
j. Pengelolaan keuangan.
Pembangunan Pengendali banjir :
a. pembuatan sumur resapan pada kawasan
hunian permukiman;

II-196
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


b. Pembuatan tanggul baru atau mempertinggi
tanggul yang sudah
ada;
c. Normalisasi sungai;
d. Pembuatan bangunan-bangunan pelindung
tebing pada tempat yang
rawan longsor; dan
e. Pemasangan pompa banjir pada kawasan
terindikasi rawan
f. banjir.
Non konstruksi pengendali banjir :
a. Melakukan konservasi tanah dan air; dan
b. Menata ruang dan rekayasa pada sub DAS.

9 Rencana Sistem 1. Rencana system jaringan drainase:


Prasarana Lingkungan Sistem jaringan drainase;
Sistem jaringan persampahan;
Sistem jaringan air minum; dan
Sistem pengelolaan air limbah.
2. Rencana jaringan persampahan :
Penyusunan rencana induk pengelolaan
persampahan kabupaten;
Pengembangan teknologi komposting sampah
organik pada kawasan
Permukiman perdesaan dan perkotaan;
Penyediaan Tempat Penampungan Sementara
(TPS) di setiap pusat kegiatan masyarakat,
pasar, permukiman, perkantoran, dan fasilitas
sosial lainnya;
Optimalisasi system pengolahan sampah yang
tersebar di :
a. TPPAS Cimenteng berada di Kecamatan
Cikembar seluas kurang lebih 4
(empat) hektar;
b. TPPAS Pasir Jeding berada di Desa Purwasari
Kecamatan Cicurug seluas
kurang lebih 1 (satu) hektar; dan
c. TPPAS Kadaleman berada di Desa Kadaleman
Kecamatan Surade seluas
kurang lebih 3 (tiga) hektar.
Pengembangan TPPAS regional di Kecamatan
Cikidang dengan tetap memperhatikan
keserasian dengan aktivitas masyarakat dan
lingkungan sekitar
Pengembangan TPPAS Sagaranten; dan
Penerapan 3R (reduce, reuse, dan recycle).
3. Sistem Jaringan air minum :
perlindungan, pengembangan dan peningkatan
pelayanan sumber air minum perkotaan
Perlindungan, pengembangan dan peningkatan

II-197
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Strategi Pengembangan


pelayanan sumber air minum perdesaan;
Peningkatan pelayanan sambungan langsung;
dan
Peningkatan pelayanan kran umum.
4. Sistem pengolahan air limbah :
Rencana pengelolaan air limbah domestic
a. Pemenuhan sarana prasarana dan jamban
ber-septic tank pada setiap
rumah di kawasan permukiman perkotaan
dan perdesaan;
b. Pengembangan jamban komunal (WC
umum); dan
c. Pembangunan sarana prasarana terpadu
pengolahan limbah tinja (IPLT)
Rencana pengelolaan air limbah industry
berupa pengembangan sarana prasarana
pengolahan limbah industri, limbah medis,
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
secara mandiri.
10 Rencana Evakuasi Pengembangan ruang evakuasi :
Bencana lapangan terbuka di seluruh kecamatan;
Gedung pemerintah di seluruh kecamatan;
Gedung olahraga dan fasilitas lainnya baik milik
pemerintah ataupun swasta di seluruh
kecamatan, dan
Pembangunan shelter tsunami di kecamatan
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi 2011 - 2031

2.6.12. RENCANA TATA RUANG KOTA SUKABUMI

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2012 tujuan dari penataan ruang Kota
Sukabumi ialah pusat pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan yang
aman, nyaman, dan berkelanjutan pada WP.

Berikut merupakan rencana pengembangan Kota Sukabumi :

Tabel 2. 51 Strategi Pengembangan Kota Sukabumi


No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan
1 Rencana Sistem jaringan 1. Rencana jaringan jalan :
transportasi Jalan bebas hambatan, meliputi rencana jalan
bebas hambatan Ciawi Sukabumi
Jalan Arteri Primer :
a. peningkatan Jalan Pembangunan (section 1);
dan
b. Pengembangan Jalan Lingkar Selatan.
Jalan arteri sekunder ;
a. Peningkatan Jalan R.A. Kosasih-Jalan Jend.
A. Yani, Jalan Jend.

II-198
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan


Sudirman - Jalan Otista - Jalan K.H. Ahmad
Sanusi;
b. Peningkatan Jalan R.H. Didi Sukardi-Jalan
Pelabuhan (section 1);
c. Peningkatan Jalan Pembangunan (section 2)
- Jalan Sarasa - Jalan
Garuda - Jalan Proklamasi-Jalan Merdeka;
d. Peningkatan Jalan Sejahtera-Jalan
Cemerlang-Jalan Baros (section
1); dan
e. Pembangunan Jalan Lingkar Bungbulang.
Jalan kolektor primer:
a. peningkatan Jalan Pelabuhan (section 2);
dan
b. Peningkatan Jalan Baros (section 2).
Jalan kolektor sekunder :
a. Peningkatan Jalan Siliwangi (section 1)
Jalan Selabintana - Jalan
Rumah Sakit - Jalan Suryakencana - Jalan
Bhayangkara;
b. Peningkatan Jalan Ciaul Pasir;
c. Peningkatan Jalan Cipanengah Girang -
Jalan Kolaberes Jalan Benteng Kidul -
Jalan Sawahbera Jalan Stadion Jalan
Dwikora -
Jalan Caringin Ngumbang - Jalan Bantar
Panjang Jalan Cijambe;
d. Peningkatan Jalan Pemuda - Jalan Pelda
Suryanta Jalan Limusnunggal - Jalan
Ciandam Jalan Assalam Jalan
Amubawasasana;
e. Peningkatan Jalan Pasar Saptu Jalan
Cicadas -Jalan Parigi; dan
f. Pembangunan Jalan penghubung antara
Jalan Jayaniti dan Jala Subangjaya.
Jalan kolektor sekunder 2:
a. Peningkatan Jalan Widyakrama - Jalan Tata
Nugraha
b. Peningkatan Jalan Nanggela
c. Peningkatan Jalan Subangjaya
d. Peningkatan Jalan Kabandungan- Jalan
Karamat - Jalan Merbabu Jalan Karang
Tengah Jalan Abdul Azis
e. Peningkatan Jalan Siliwangi (section 2)
Jalan Suryakencana
(section 2) - Jalan Perintis kemerdekaan
f. Peningkatan Jalan SIKIB; dan
g. Pembangunan jalan tembus Cemerlang
Pembangunan.
2. Rencana jaringan prasaran lalu lintas :
Pengembangan Terminal Tipe A di Kelurahan

II-199
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan


Sudajaya Hilir;
Pengembangan Terminal Tipe C di Kelurahan
Lembursitu dan di Kelurahan Babakan
Pengembangan terminal angkutan barang di
Kelurahan Limusnunggal;
Pengembangan pengujian kendaraan bermotor
di Kelurahan Benteng
Pengembangan standar pelayanan tempat
perhentian angkutan umum (halte);
Pengembangan penerangan jalan umum (PJU)
di seluruh jaringan jalan;
Pembangunan gedung parkir di PPK; dan
Pengembangan jalur sepeda
3. Rencana jaringangan pelayanan lalu lintas ;
Pengembangan pelayanan angkutan jalan
Peningkatan trayek angkutan kota
Peningkatan trayek angkutan perkotaan
Rencana jaringan transportasi perkereta apian:
Revitalisasi jalur kereta api antar Kota Bandung
Padalarang Cianjur Sukabumi Bogor;
dan
Revitalisasi stasiun kereta api di Kelurahan
Tipar Kecamatan Citamiang.
2 Rencana Pengembangan 1. pengembangan energi alternatif yaitu
System Jaringan Energi pembangkit listrik tenaga angina dan tenaga
matahari untuk kebutuhan domestik dan non
domestik di Kelurahan Cikundul;
2. Peningkatan sumber daya listrik untuk memenuhi
kebutuhan energi/listrik kurang lebih 120.342 KW
(seratus dua puluh ribu tiga ratus empat puluh
dua kilowatt) pada tahun 2031;
3. Peningkatan sistem jaringan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) yang melalui Kelurahan
Babakan - Kelurahan Limusnunggal Kelurahan
Jayaraksa Kelurahan Jayamekar Kelurahan
Sudajaya Hilir Kelurahan Sindangsari
Kelurahan Cipanengah Kelurahan Situmekar
Kelurahan Lembursitu;
4. Peningkatan garu listrik di kelurahan Lebursitu
5. Pengembangan pelayanan jaringan distribusi
listrik bawah tanah di Jalan Lingkar Selatan;
6. Peningkatan pelayanan jaringan transmisi listrik
ke seluruh wilayah kota;
7. Pengembangan sistem pengamanan untuk
mengurangi jumlah kehilangan energi listrik;
8. Penggunaan energi alternatif untuk
mengantisipasi kendala pasokan energi listrik
terutama bagi kalangan usaha perdagangan dan
jasa, pendidikan, perhotelan; dan
9. Pengembangan sistem pengolahan limbah

II-200
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan


peternakan sebagai sumber energi alternatif
yang terbaharukan (biogas).
3 Rencana Pengembangan 1. Peningkatan Satuan Sambungan Telepon (SST)
Jaringan Telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan SST sebesar kurang
lebih 29.633 SST (dua puluh Sembilan ribu enam
ratus tiga puluh tiga satuan sambungan telepon)
pada tahun 2031;
2. Pengembangan jaringan koneksi tanpa kabel
untuk seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan wilayah di Kota Sukabumi (cyber city);
3. Pengembangan jaringan teknologi informasi bagi
lembaga-lembaga Pemerintah Daerah, sekolah,
dan masyarakat;
4. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
telepon di setiap wilayah kota;
5. Rencana pengaturan menara bersama
telekomunikasi diatur melalui Peraturan Kepala
Daerah sesuai dengan peraturan
perundangundangan; dan
6. Pengembangan jaringan kabel bawah tanah
yang terintegrasi dengan jaringan utilitas kota
lainnya.
4 Rencana Pengembangn 1. Rencana penanganan terhadap daerah aliran
Sistem Jaringan Sumber sungai melalui :
Daya Air Jaringan sumber daya air lintas kabupaten kota
yaitu sungai Cimandiri; dan
Wilayah sungai Cimandiri yaitu Sungai Ceger,
Sungai Cisuda, Sungai Tonjong, Sungai
Cipanengah, Sungai Cipelang, Sungai
Cibeureum, Sungai Cibitung, Sungai Cisarua,
Sungai Cisaray, Sungai Cikiray, Sungai Tipar,
Sungai Citamiang, Sungai Cikapek, Sungai
Cigunung, Sungai Cipelang Leutik, Sungai
Ciseupan, Sungai Ciwalung, Sungai Cipada,
Sungai Cimeuncreung, Sungai Salakaso,
Sungai Ciaul, Sungai Babakan Jampang,
Sungai Cipasir, Sungai Ciseureuh, Sungai
Cijambe, Sungai Ciwangi, Sungai Cibandung,
Sungai Cipicung, Sungai Ciparigi
Rencana penangna terhadap jaringan irigasi
berupa pengembangan jaringan irigasi non
teknis untuk pertanian lahan basah di
Kecamatan Lembursitu
2. Rencana Penyediaan prasarana air bersih ;
Pengembangan Water Treatment Plant (WTP)
di Kelurahan Karangtengah seluas kurang lebih
3 ha (tiga hektar) dan di wilayah Subangjaya
seluas kurang lebih 1 ha (satu hektar);
Pengembangan instalasi pengolahan air di
Kelurahan Jayamekar dengan kapasitas
sebesar kurang lebih 200 liter/detik (dua ratus

II-201
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan


liter per detik);
Pengelolaan sumber air bersih oleh kelompok
swadaya masyarakat untuk membantu
pelayanan kebutuhan air bersih bagi
masyarakat pada Kelurahan Karangtengah,
Kelurahan Cisarua, Kelurahan Cikundul, dan
Kelurahan Subangjaya; dan
Pengurangan secara bertahap pemanfaatan air
tanah serta pemanfaatan mata air dan air
permukaan sebagai sumber utama air bersih.
3. Rencana pengendali banjir ;
normalisasi sungai di seluruh wilayah Kota
Sukabumi;
Pengembangan polder di Kelurahan
Sindangsari seluas kurang lebih 5.000 m2 (lima
ribu meter persegi);
Pengembangan sumur resapan di kawasan
PPK Kelurahan Gunungparang dan kawasan
permukiman di seluruh wilayah Kota Sukabumi;
dan
Pembangunan kolam retensi di Kelurahan
Jayaraksa seluas kurang lebih 5.000 m2 (lima
ribu meter persegi).
5 Rencana Pengembangan a. Rencana pengembangan jaringan perpipaan :
Sistem Infrastruktur pengembangan sumber-sumber air minum dari
Perkotaan sistem jaringan perpipaan meliputi meliputi
intake Cigunung, jaringan perpipaan dar mata
air Cigadog dan Batu Karut;
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
air bersih sesuai standar pelayanan minimal
secara merata di seluruh wilayah Kota
Sukabumi;
Pembangunan jaringan perpipaan bawah tanah
mengikuti dengan sistem jaringan jalan.
b. Rencana pengembangan system jaringan non
perpipaan :
Pemanfaatan mata air di Kelurahan
Subangjaya, Kelurahan Karangtengah dan
Kelurahan Cisarua;
Pengeboran air tanah permukaan di Kelurahan
Sukakarya, Kelurahan Jayamekar, Kelurahan
Lembursitu, Kelurahan Cipanengah,
Kelurahan Cikundul dan Kelurahan
Sindangpalay;
Pengeboran air tanah dalam secara terbatas
dengan mempertimbangkan kelestarian
lingkungan; dan
Penyediaan terminal air untuk kawasan-
kawasan yang belum terlayani jaringan
perpipaan.
c. Rencana pengembangan system pengolahan

II-202
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan


limbah :
Pengembangan sistem pengelolaan limbah
domestik dengan system pengelolaan terpadu
secara komunal;
Pembangunan septictank komunal pada
kawasan pemukiman kepadatan tinggi;
Pengembangan instalasi pengolahan air limbah
kolektif untuk air limbah rumah tangga dan
limbah lainnya di setiap kawasan
perumahan;
Pembangunan instalasi pengolahan air limbah
pada kawasan peruntukan industri di Kelurahan
Sukakarya;
Pembangunan instalasi pengolahan air limbah
medis di Kelurahan Situmekar untuk
pengolahan limbah rumah sakit dan
puskesmas;
Peningkatan instalasi pengolahan air limbah
medis RSUD R. Syamsudin, S.H. di Kelurahan
Cikole untuk pengolahan limbah rumah sakit
dan puskesmas;
Peningkatan instalasi pengolahan limbah tinja
di tempat pemrosesan akhir Cikundul
Kelurahan Situmekar; dan
Pengembangan mandi cuci kakus komunal di
Kelurahan Lembursitu.
d. Rencana pengembangan system pengolahan
sampha ;
Pengembangan pengelolaan persampahan
serta peningkatan teknologi pengolahan
sampah pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
di Kelurahan Situmekar Kecamatan Lembursitu
yang luasnya kurang lebih 20 ha (dua puluh
hektar) dengan kapasitas pengelolaan kurang
lebih 110 ton/hari (seratus sepuluh ton per hari);
Peningkatan teknologi pengolahan sampah
sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah
sistem pengolahan dengan sanitary landfill;
Pengembangan sistem pengelolaan sampah
dengan menggunakan konsep pendekatan 3R
(Reduce, Reuse, Recycle);
Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) di setiap kelurahan;
Pengembangan transfer depo di Kelurahan
Cisarua, Kelurahan Benteng, dan Kelurahan
Citamiang untuk menggantikan Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) yang tersebar
di Daerah;
Pengembangan sistem pengelolaan sampah
terpadu secara komunal di setiap SWK;

II-203
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

No. Rencana Pengembangan Startegi Pengembangan


Pembangunan instalasi pengolahan sampah
medis di TPA atau di RSUD R. Syamsudin, S.H.
untuk pengolahan sampah medis rumah sakit
dan puskesmas; dan
Pengembangan kemitraan dengan swasta dan
kerja sama dengan pemerintah daerah sekitar
dalam pengembangan dan pengelolaan TPA
Regional.
e. Rencana pengembangan system drainase :
Peningkatan kapasitas drainase makro
Penataan drainase maikro di seluruh jalan yang
dilengkapai drainase perkotaan
Pembangunan drainase jaringan mikro
Pemeliharaan sistem drainase makro dan mikro
di seluruh wilayah Kota Sukabumi;
Peningkatan peran serta masyarakat dalam
rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
drainase.
f. Rencana pengembangan jalur pejalan kaki :
Peningkatan jalur pejalan kaki
Pengembangan jalur pejalan kaki di lapangan
merdeka di Kelurahan Gunungparang
Pembangunan jalur pejalan kaku di setiap
pusat perbelanjaan dan pasar modern di PPK
g. Rencana jalur evakuasi bencana:
Rencana jalur evakuasi bencana alam :
a. SWK I pada Jalan Merbabu Jalan
Karangtengah dan Jalan
Veteran Jalan Perintis Kemerdakaan
b. SWK II pada Jalan Subangjaya - Jalan
Kobra;
c. SWK III pada Jalan R.H. Didi Sukardi - Jalan
Pramuka;
d. SWK IV pada Jalan Cemerlang Jalan
Tegalwangi dan Jalan
Pabuaran Jalan Stadion;
e. SWK V dan SWK VI pada Jalan
Pembangunan Jalan Sarasa dan Jalan
Baros Jalan Garuda;
f. SWK VII pada Jalan Merdeka Jalan Kibitay.
Ruang evakuasi bencana :
a. Kantor Kecamatan;
b. Kantor Kelurahan;
c. 7 (tujuh) lapangan olahraga di setiap
kecamatan;
d. Stadion Suryakencana;
e. Lapang Merdeka; dan
f. Gedung pertemuan, gedung olah raga, dan
bangunan lainnya
yang memungkinkan sebagai ruang evakuasi
bencana pada daerah rawan bencana;

II-204
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi 2011 2031

II-205
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

K O N D I S I E K S I S T I N G W P S JAKARTA-BOGOR-CIAWI-SUKABUMI..........................................1
2.1 GAMBARAN UMUM..........................................................................................................1
2.1.1 ORIENTASI.....................................................................................................1
2.1.2 LETAK ADMINISTRASI WPS JAKARTA-BOGOR-CIAWI-SUKABUMI.5
2.1.3 Kondisi Fisik..................................................................................................10
2.1.4 KEPENDUDUKAN.......................................................................................21
2.1.5 KONDISI PERKONOMIAN.........................................................................25
2.1.6 SOSIAL EKONOMI......................................................................................30
2.1.7 KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA..............................................................34
2.1.8 Potensi Wisata................................................................................................42
2.2 SIMPUL-SIMPUL...............................................................................................................46
2.3 INFRASTRUKTUR UMUM.................................................................................................50
2.4 INFRASTRUKTUR PUPR....................................................................................................63
2.5 HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR WPS DAN INTRA WPS................................................85
2.5.1. Hubungan Fungsional Antar WPS.................................................................85
2.5.2. Hubungan Fungsional Intra WPS...................................................................85
2.5.3. Hubungan Fungsional Antara WPS 7 dengan Daerah Belakangnya..............86
2.6 KEBIJAKAN SPASIAL..........................................................................................................86
2.6.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.........................................................86
2.6.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL...........93
2.6.3. RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA BALI.......................................97
2.6.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA........103
2.6.5. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DKI JAKARTA....108
2.6.6. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DKI JAKARTA
113
2.6.7. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT.........124
2.6.8. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DEPOK............................137
2.6.9. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BOGOR...........................144
2.6.10. RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BOGOR..............................162
2.6.11. RENCANA TATA RUANG KABUPATEN SUKABUMI.......................178
2.6.12. RENCANA TATA RUANG KOTA SUKABUMI..........................................................190

Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi WPS 7.......................................................................................5


Tabel 2. 2 Bentang Alam..............................................................................................................12
Tabel 2. 3 Panjang dan Luas Sungai Menurut Peruntukannya..............................................15
Tabel 2. 4 Situ / Rawa Provinsi DKI Jakarta.............................................................................16
Tabel 2. 5 Penggunaan Lahan di Wilayah WPS Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi.......17
Tabel 2. 6 Indeks Risiko Bencana Kabupaten / Kota...............................................................19
Tabel 2. 7 Data Jumlah Penduduk Tahun 2014........................................................................21
Tabel 2. 8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014.............................22
Tabel 2. 9 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2014.....................................................23
Tabel 2. 10 Laju Pertumbuhan Penduduk.................................................................................25

II-206
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 11 PDRB Kota/Kabupaten dalam WPS 7 Atas Dasar Harga Konstan...................26


Tabel 2. 12 Pendapatan Perkapita Kota / Kabupaten..............................................................27
Tabel 2. 13 Volume dan Nilai Ekspor Produk Utama Provinsi DKI Jakarta..........................28
Tabel 2. 14 Volume dan Nilai Ekspor Produk Utama Provinsi Jawa Barat...........................29
Tabel 2. 15 Index Pengembangan Manusia di Kabupaten/Kota............................................31
Tabel 2. 16 Penduduk Miskin di Kabupaten / Kota WPS (Jakarta Bogor Ciawi
Sukabumi).....................................................................................................................................32
Tabel 2. 17 Tingkat Pendidikan di Kabupaten / Kota WPS.....................................................33
Tabel 2. 18 Kepemilikan Rumah.................................................................................................34
Tabel 2. 19 Produksi Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Tahun 2014.....................46
Tabel 2. 20 Produksi Hasil Perkebunan Tahun 2014...............................................................47
Tabel 2. 21 Lokasi dan Rencana Pelabuhan Perikanan.........................................................47
Tabel 2. 22 Pengembangan Terminal........................................................................................50
Tabel 2. 23 Pengembangan Terminal Regional........................................................................51
Tabel 2. 24 Pengembangan Terminal Regional.......................................................................51
Tabel 2. 25 Tabel Kapasitas Pembangkit Listrik Terpasang di Muara Karang dan Priok....61
Tabel 2. 26 Rencana Pengembangan Gardu Induk.................................................................62
Tabel 2. 27 Profil Jalan Nasional di Provinsi DKI Jakarta.......................................................68
Tabel 2. 28 Profil Jalan Nasional Jawa Barat...........................................................................69
Tabel 2. 29 Panjang Jalan (m) Provinsi Jawa Barat Menurut Kota Administrasi, dan Jenis
Status Jalan 2014.........................................................................................................................74
Tabel 2. 30 Jalan Tol Beroperasi di koridor Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi...............74
Tabel 2. 31 Jumlah Jembatan Provinsi Jakarta dan Jawa Barat Kondisi 2014....................75
Tabel 2. 32 Jalan Kabupaten Pada WPS 7 Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi...............76
Tabel 2. 33 Data Teknis Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan Perpipaan Perkotaan....78
Tabel 2. 34 Data Pelayanan SPAM Jaringan Perpipaan Perdesaan.....................................78
Tabel 2. 35 Kapasitas dan pelayanan PDAM...........................................................................78
Tabel 2. 36 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpusat................................................81
Tabel 2. 37 Tempat Pemrosesan Akhir Sampah......................................................................81
Tabel 2. 38 Jumlah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Perumahan Rakyat
Terbangun Tahun 2010-2014......................................................................................................83
Tabel 2. 39 Kedudukan Kawasan KSN Jabodetabekpunjur dalam RTRWN........................91
Tabel 2. 40 Strategi Pengembangan Dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali..........99
Tabel 2. 41 Struktur Pusat Pelayanan Provinsi DKI Jakarta...............................................103
Tabel 2. 42 Kebijakan Kawasan Di Provinsi DKI Jakarta.....................................................105
Tabel 2. 43 RPJP-D Provinsi DKI Jakarta...............................................................................109
Tabel 2. 44 RTRW Provinsi Jawa Barat...................................................................................125
Tabel 2. 45 Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat...................................................................126
Tabel 2. 46 Kebijakan Kawasan Di Jawa Barat......................................................................131
Tabel 2. 47 Strategi Pengembangan Kota Depok..................................................................137
Tabel 2. 48 Strategi Pengembangan Kota Bogor...................................................................145
Tabel 2. 49 Strategi Pengembangan Kabupaten Bogor.......................................................163
Tabel 2. 50 Strategi Pengembangan Kabupaten Sukabumi.................................................178

II-207
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi

Tabel 2. 51 Strategi Pengembangan Kota Sukabumi............................................................190

Peta Orientasi Peta 2. 1.................................................................................................................4


Peta Administrasi Peta 2. 2...........................................................................................................7
Peta Kepadatan Peta 2. 3...........................................................................................................24
Peta 2. 4 Peta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional............................................................45
Peta 2. 5 Peta SDA...........................................................................................................................65
Peta 2. 6 Infrastruktur Cipta Karya Air Minum..........................................................................79
Peta 2. 7 Infrastruktur Cipta Karya Tpa...........................................................................................82
Peta 2. 8 Infrastruktur Perumahan..................................................................................................84

Gambar 2.1 Wilayah Pengembangan Strategis.........................................................................2


Gambar 2.2 Posisi WPS 7 dalam WPS Pulau Jawa-Bali...................................................3
Gambar 2.3 Rumah Adat Betawi / Rumah Kebaya.............................................................36
Gambar 2.4 Pakaian Adat Provinsi DKI Jakarta..................................................................37
Gambar 2.5 Rumah Adat Provinsi Jawa Barat....................................................................38
Gambar 2.6 Pakaian Adat Jawa Barat...................................................................................39
Gambar 2.8 Jalur Sebaran Aktifitas Distribusi Pelabuhan Tanjung Priok...................56
Gambar 2.8 Peta Struktur Ruang RTRWN...............................................................................89
Gambar 2.9 Peta Pola Ruang RTRWN...................................................................................90
Gambar 2.10 Peta Struktur Ruang Provinsi Jakarta............................................................105
Gambar 2.11 Peta Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Jakarta.....................................108
Gambar 2.12 Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat......................................................130
Gambar 2.13 Peta Pola Ruang Provinsi Jawa Barat...........................................................133

II-208

Anda mungkin juga menyukai