BAB 2
KONDISI EKSISTING WPS
JAKARTA-BOGOR-CIAWI-SUKABUMI
2.1.1 Orientasi
II-1
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-2
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-3
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-4
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-5
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-6
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.2 Administrasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-7
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia yang memiliki
luas wilayah administrasi provinsi terkecil jika dibandingan dengan ProvinsiProvinsi
lain di Indonesia. Luas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta mencapai 7.659,02
km2, terdiri dari daratan seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu,
dan lautan seluas 6.997,50 km2. Secara geografis, wilayah Provinsi DKI Jakarta
terletak pada posisi 612 Lintang Selatan dan 10648 Bujur Timur. Posisi geografis
Provinsi DKI Jakarta berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya sisi Utara. Provinsi
DKI Jakarta berbatasan dengan Laut Jawa pada bagian Utara, Kota Bekasi di bagian
Timur, Kota Depok di Bagian Selatan & Provinsi Banten di bagian Barat.
Bentang alam wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan kombinasi antara daerah
pesisir pantai & dataran dengan ketinggian rata-rata 0-7 m di atas permukaan laut.
Pada wilayah Jakarta Utara pada sebagian wilayahnya merupakan daerah rawa yang
berada pada wilayah pesisir.
a) Kota Depok
Kota Depok merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat yang
memiliki luas wilayah 200,29 km2, yang terbagi dalam 11 Kecamatan & 63
Kelurahan. Secara geografis Kota Depok terletak pada posisi 61900-62800
Lintang Selatan dan 1064300-1065530 Bujur Timur. Posisi geografis Kota
Depok berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya sisi Utara. Kota Depok
berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada bagian Utara, Kota Bekasi di bagian
Timur, Kabupaten Bogor di Bagian Selatan & bagian Barat.
Bentang alam wilayah Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan dataran
rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan kemiringan lereng 15 persen,
serta elevasi 50140 meter di atas permukaan laut.
b) Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah 2.301,95 km2, yang terbagi dalam 40 Kecamatan &
II-8
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
434 Kelurahan. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak pada posisi 619-
647 Lintang Selatan dan 1061-107103 Bujur Timur. Posisi geografis
Kabupaten Bogor berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya berada di bagian
tengah. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok pada bagian Utara,
Kabupaten Purwakarta di bagian Timur, Kabupaten Sukabumi di Bagian Selatan &
Kabupaten Lebak di bagian Barat.
Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran
yang relatif rendah di bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, yaitu
sekitar 29,28% wilayah Kabupaten Bogor berada pada ketinggian 15100 meter di
atas permukaan laut, sedangkan 42,62% berada pada ketinggian 15100 meter di
atas permukaan laut, 19,53% berada pada ketinggian 5001.000 meter di atas
permukaan laut, 8,43% berada pada ketinggian 1.0002.000 meter di atas
permukaan laut, dan 0,22% berada pada ketinggian 2.0005.000 meter di atas
permukaan laut.
c) Kota Bogor
Kota merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat yang
memiliki luas wilayah 118,5 Km2, yang terbagi dalam 6 wilayah Kecamatan dan 68
Kelurahan. Secara geografis, wilayah Kota Bogor terletak pada posisi 626
Lintang Selatan dan 10648 Bujur Timur. Posisi geografis Provinsi DKI Jakarta
berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya berada di bagian tengah. Kota Bogor
berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede dan Kec. Sukaraja kabupaten
Bogor pada bagian Utara, Kec. Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor
di bagian Timur, Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin Kabupetan Bogor di Bagian
Selatan & Kec. Dermaga dan Kec. Ciomas Kabupaten Bogor di bagian Barat.
Bentang alam wilayah Kota Bogor merupakan daerah dataran dengan ketinggian
antara 190 m330 m di atas permukaan laut.
d) Kota Sukabumi
Kota Sukabumi merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah 48,42 Km2, yang terbagi dalam 8 Kecamatan & 33
Kelurahan. Secara geografis, wilayah Kota Sukabumi terletak pada posisi 65044
Lintang Selatan dan 1064550 Bujur Timur. Posisi geografis Kota Sukabumi
II-9
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
berada di bagian Barat Pulau Jawa, tepatnya sisi Selatan. Kota Sukabumi
berbatasan dengan Kec. Sukabumi Kabupaten Sukabumi pada bagian Utara, Kec.
Sukaraja kabupaten Sukabumi di bagian Timur, Kec. Nyalindung di Bagian Selatan
& Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi di bagian Barat.
Bentang alam wilayah Kota Sukabumi berada pada kaki Gunung Gede dan
Gunung Pangarango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut.
e) Kabupaten Sukabumi
II-10
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kabupaten Bogor dengan datarannya yang relatif rendah di bagian utara hingga
dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100
meter di atas permukaan laut, 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter di atas
permukaan laut, 19,53% berada pada ketinggian 500-1.000 meter di atas permukaan
laut, 8,43% berada pada ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut dan
0,22% berada pada ketinggian 2.000-2.500 meter di atas permukaan laut.
Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m
dari permukaan laut. Kota Sukabumi secara topografis terletak di kaki Gunung Gede
dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut.
a. DataranRawa
Dataran terletak meluas pada bagian wilayah hilir dari Kawasan WPS 7, seperti di
wilayah Jakarta Utara. sebagian berupa dataran rawa yang berada sepanjang tepi
pantai. Elevasi dari 0100 meter. Terdapat dataran rawa yang memanjang sejajar
dengan pantai, tersebar mulai dari daerah Jakarta Utara hingga ke perbatasan dengan
Bekasi. Sebagian rawa yang ada sudah menjadi kawasan permukiman, tetapi masih
akan dijumpai adanya rawa pada beberapa lokasi tertentu.
Potensi yang terdapat pada dataran adalah relatif mudah digali, air tanah cukup
melimpah (elevasi 0-50 meter), mudah dikerjakan dan banyak pasir serta batu (sirtu).
Pada Endapan Rawa masih terdapat fraksi yang bersifat lepaslepas (belum padu).
Kendala yang ada pada dataran adalah berupa terdapat kemungkinan terjadinya banjir
bandang pada pertemuan dua sub DAS dan meander sungai, dapat terjadinya Intrusi
air laut terhadap air tanah sehingga air tanah bersifat payau bahkan asin mendekati
pantai.
II-11
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
b. Perbukitan
Perbukitan tersebar meliputi di bagian wilayah selatan kawasan WPS 7 bagian tengah
yaitu daerah Kabupaten Bogor hingga ke batas Kabupaten Cinjur. Perbukitan ini
tersebar di wilayah Kabupaten Bogor sampai ke batas Kabupaten Sukabumi, dengan
elevasi 100500 meter (dml). Perbukitan ini tersusun atas batuan penyusunannya
didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Aliran
air baik-sangat baik. Dengan kendala relatif agak sukar digali dan kemungkinan dapat
terjadi longsoran, baik berupa tanah pelapukan ataupun batuannya yang bersifat lokal.
Tersebar pada kawasan ini mulai dari Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi G.
Salak(2.211 m), G. Gede (2.958 m), terletak pada elevasi 2.0002.500 meter, dengan
lereng >10 %.
Tabel 2. 2 Bentang Alam
Kelas Satuan
Potensi Kelemahan
Bentang Alam
Relatif mudah digali, air tanah Dapat terjadi banjir bandang pada
cukup melimpah (elevasi 0- pertemuan dua sub DAS dan meander
100 meter), mudah dikerjakan sungai, terjadi Intrusi airlaut, Pada
Dataran - Rawa dan banyak pasir serta batu Dataran Rawa secara umum aliran air
(sirtu). Pada Endapan Rawa permukaan lambat, air tanah bersifat
masih terdapat fraksi yang payau hingga asin mendekati pantai.
bersifat lepaslepas (belum
padu).
Elevasi 100 500 meter (dml). Relatif agak sukar digali dan
Terdapat mata air panas, aliran kemungkinan dapat terjadi longsoran,
Perbukitan
air baik - sangat baik. baik berupa tanah pelapukan ataupun
batuannya yang bersifat lokal.
Elevasi 2.000 2.500 meter, Dapat terjadi banjir bandang, agak
banyak aliran sungai, sukar digali, longsor pada erosi
Dataran Tinggi -
berpotensi terdapat mata air, permukaan ataupun gerakan tanah
Pegunungan
air permukaan baik dan pada lapisan tanah pelapukan dan
mudah digali. batuan.
B. Iklim
Temperatur maksimal rata-rata di beberapa kota (Jakarta, Bogor, Ciawi & Sukabumi) di
WPS 7 berkisar antara 36oC-37oC. Kisaran temperature ini dianggap dapat mewakili
suhu udara maksimal rata-rata di WPS 7. Untuk kelembaban WPS 7 Jakarta, Bogor,
Ciawi & Sukabumi ratarata tertinggi diatas 89%. Untuk temperatur ratarata di WPS 7
berkisar antara 27,4 oC33,9 oC, angka mewakili temperatur normal pada wilayah WPS
II-12
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Provinsi DKI Jakarta memiliki karakteristik cuaca yang bertemperatur tinggi atau
memiliki suhu udara yang panas serta memiliki kelembaban udara dan curah hujan
yang cukup tinggi.
Rata-rata suhu udara di wilayah Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2014 berada pada
kisaran 28,4oC. Suhu udara tertinggi mencapai 37oC dan terjadi pada bulan
September. Sementara, suhu udara terendah tercatat sebesar 22,8 oC dan terjadi di
bulan Februari. Intensitas hujan yang diukur dari rata-rata curah hujan per bulan pada
tahun 2014 tercatat sebesar 242,3 mm.
Curah hujan yang tertinggi selama tahun 2014 terjadi di bulan Januari dengan
intensitas sebesar 1.075 mm, dengan banyaknya hari yang mengalami hujan
sebanyak 26 hari. Sementara intensitas hujan terendah terjadi pada September,
dengan jumlah hari yang mengalami hujan sebanyak 1 hari
Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 73%. Kelembaban
udara minimum tercatat sebesar 31 persen, sementara kelembaban maksimum
mencapai 100. Tekanan udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 1.010,4 milibars &
memiliki kecepatan angin sebesar 3 m/se.
a) Kota Depok
Kota Depok memiliki suhu udara rata-rata selama tahun 2014 berada pada kisaran
26,6oC & memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 240,25 mm. Rata-
rata kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 72%. Tekanan udara pada
tahun 2014 tercatat sebesar 1.001,2 milibars & memiliki kecepatan angin ratarata
sebesar 3m/se.
b) Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 22,7 oC-
31,6oC dan memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 345,1 mm. Rata-
rata kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 76,19%. Tekanan udara
pada tahun 2014 tercatat sebesar 975 milibars dan memiliki kecepatan angin ratarata
sebesar 3,98 m/se.
II-13
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
c) Kota Bogor
Kota Bogor memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 21oC-33,9oC &
memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 352,5 mm. Rata-rata
kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 73,8% - 90,8%. Tekanan udara
pada tahun 2014 tercatat sebesar 988,5992,3 NBS & memiliki kecepatan angin rata
rata sebesar 4,8 m/se.
d) Kota Sukabumi
Kota Sukabumi memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 20oC-27oC &
memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 229,83 mm. Rata-rata
kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 73,8%-90,8%. Tekanan udara
pada tahun 2014 tercatat sebesar 958,2987,3 NBS & memiliki kecepatan angin rata
rata sebesar 4,5 m/se.
e) Kabupaten Sukabumi
Kota Bogor memiliki suhu udara selama tahun 2014 berkisar pada 19,8 oC-26,3oC &
memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2014 sebesar 319,58 mm. Rata-rata
kelembaban udara pada tahun 2014 tercatat sebesar 86%-92%. Tekanan udara pada
tahun 2014 tercatat sebesar 955,5989,7 NBS & memiliki kecepatan angin ratarata
sebesar 4,4 m/se.
C. Hidrologi
Provinsi DKI Jakarta memiliki 19 sungai kanal yang mengalir membelah Jakarta, yang
terdapat pada Tabel 2.3.
II-14
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Luas Area
No. Sungai / Kanal Panjang Peruntukan
(m)
7. Kali Cideng 12.700 291.000 Usaha Perkotaan
8. Kalibaru Timur 14.250 106.875 Usaha Perkotaan
9. Cipinang 9.060 72.480 Usaha Perkotaan
10. Sunter 21.290 540.900 Usaha Perkotaan
11. Cakung 18.100 181.000 Usaha Perkotaan
12. Buaran 8.800 154.000 Usaha Perkotaan
13. Kalibaru Barat 14.250 106.875 Air Baku Air Minum
14. Cengkareng Drain 2.950 147.500 Usaha Perkotaan
15. Jati Kramat 3.270 21.255 Usaha Perkotaan
16. Cakung Drain 8.605 301.175 Usaha Perkotaan
17. Ancol 3.650 155.700 Usaha Perkotaan
18. Banjir Kanal Barat 14.250 855.000 Perikanan
19. Banjir Kanal Timur 23.500 2.159.200 Perikanan
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
Sedangkan jumlah situ yang ada di wilayah DKI Jakarta terdapat 16 buah situ
(lihat Tabel 2.4) dan jumlah tempat parkir air (retention basin) terdapat 15
buah. Fungsi utama tempat parkir ini adalah sebagai wadah retention atau
tempat menahan sementara luapan air sungai pada saat muka air sungai
meningkat.
II-15
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Sungai Besar Ciliwung dengan luas 120 km dan daya tangkap seluas 387 km
merupakan sungai yang melintasi 3 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada WPS 7,
yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor & Kota Depok. Sungai Ciliwung memiliki hulu
sungai yang berada di dataran tinggi yakni Gunung Gede, Gunung Pangarango dan
daerah Puncak. sungai ini mengalir ke utara, di sisi Barat Jalan Raya Jakarta Bogor,
dan sisi Timur Kota Depok.
Selain Sungai Ciliwung, terdapat pula Sungai Besar yang melintasi Provinsi Jawa
Barat WPS 7, Sungai Besar tersebut yakni Sungai Cisadane dengan luas 126 km.
Sungai Cisadane melintasi Kabupaten Bogor & Kota Bogor.
II-16
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.3 Daerah Aliran Sungai Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-17
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2. 4 Wilayah Sungai Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-18
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
D. Penggunaan Lahan
Bukan Lahan
Lahan Sawah/
Kabupaten/Kota Sawah/ Jumlah/ Total
Wet Land
Regency/City Dry Land (Ha)
(Ha)
(Ha)
II-19
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.5 Penggunaan Lahan Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-20
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
E. Rawan Bencana
Bencana ialah peristiwa atau rangkain peristiwa yang mengancam dan menggangu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Klasifikasi
bencana terbagi menjadi 3 golongan, yakni :
a. Bencana alam; gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor
b. Bencana non alam; kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah
penyakit
c. Bencana sosial; konflik sosial antar kelompok dan antar komunitas masyarakat
serta teror.
Indeks risiko Bencana Kabupaten / Kota dalam WPS 7 dapat dilihat pada Tabel 2.6 di
bawah ini :
II-21
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kabupaten/Kota
Skor Kelas Risiko
Regency/City
1 Kab. Kepulauan Seribu 65 Sedang
2 Kota Jakarta Selatan 88 Sedang
3 Kota Jakarta Timur 127 Sedang
4 Kota Jakarta Pusat 96 Sedang
5 Kota Jakarta Barat 120 Sedang
6 Kota Jakarta Utara 122 Sedang
7 Kota Depok 102 Sedang
8 Kab. Bogor 152 Tinggi
9 Kota Bogor 107 Sedang
10 Kota Sukabumi 114 Sedang
11 Kab. Sukabumi 231 Tinggi
Sumber : Indeks Risiko Bencana 2013 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tingkat Risiko Rendah, nilai : 1
Tingkat Risiko Sedang, niai : 2
Tingkat Risiko Tinggi, nilai : 3
N = jumlah kabupaten/kota dalam provinsi tersebut
Smin = N x 1
Smaks = N x 3
(Smaks - Smin)
X= -----------------
3
Suatu bencana dikategorikan bencana alam, terjadi karena keadaan alam/proses alam
secara murni dan dapat juga terjadi akibat ulah manusia. Secara rinci bencana alam di
WPS 7 dapat digolongkan sebagai berikut :
Wilayah DKI Jakarta merupakan tumpuan pertemuan kali atau sungai yang datang dari
daerah Selatan mempunyai kemiringan sangat tinggi dan ke Utara semakin rendah.
Demikian pula DKI Jakarta terletak di bawah permukaan laut, sehingga dapat
dikategorikan Jakarta belum bebas dari ancaman banjir. Saat ini Bencana banjir
melanda semua daerah, bahkan dibeberapa daerah sudah merupakan bencana rutin.
Penyebab banjir yang utama adalah banjir kiriman (80 %) dan curah hujan yang tinggi
dan tidak berfungsinya saluran, tanggul dan selokan hal ini dialami oleh DKI Jakarta.
Bencana gempa bumi di wilayah DKI Jakarta pada saat ini cukup sering terjadi,
walaupun Skala Richter tidak sebesar gempa bumi yang berada di Provinsi Bengkulu,
namun perlu adanya langkah antisipasi. Selain itu bencana angin topan pernah
mengalami bencana angin topan tanggal 1 Maret 1982 ( pukul 14.30 ) di Kotamadya
Jakarta Utara.
II-22
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Gelombang pasang melanda daerah pantai sebagai akibat adanya gempa bumi yang
terjadi di dasar laut, karena terjadi badai di laut. Daerah rawan bencana gelombang
pasang di DKI Jakarta adalah wilyah pantai Kotamadya Jakarta Utara.
Bencana kebakaran dapat terjadi di lingkungan pemukiman, Iingkungan kerja, dan
daerah hutan/perkebunan. Bencana kebakaran dapat disebabkan oleh karena petir,
panas matahari, kemarau panjang, lahan panas/lava dan kealpaan manusia. Di DKI
Jakarta bencana kebakaran yang sering terjadi adalah akibat kelalaian manusia,
korsleting listrik serta akibat bahan kimia
Rawan bencana banjir terjadi pada 2 kota di Wilayah Pengembangan Strategis 7 pada
wilayah administrasi Jawa Barat, hal ini umumnya disebabkan karena curah hujan
yang tinggi & kondisi drainase yang buruk. Untuk rawan bencana gunung berapi terjadi
di Gunung Salak yang merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten
Sukabumi & Kabupaten Bogor, 2 Kabupaten tersebut juga merupakan daerah rawan
bencana gerakan tanah & tanah longsor. Rawan bencana tsunami berada di
Kabupaten Sukabumi, dikarenakan Barat & Selatan wilayah berbatasan dengan
Samudra Hindia.
II-23
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.6 Rawan Bencana Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-24
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2.1.4 Kependudukan
II-25
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kep. Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kab. Kota Kota Kota Kab.
No. Kelompok Umur
Seribu Utara Selatan Timur Barat Pusat Bogor Bogor Depok Sukabumi Sukabumi
1 0-4 2.914 164.983 190.248 247.778 228.652 75.632 557.096 85.402 199.702 29.667 233.964
2 59 2.447 144.738 173.906 262.242 201.662 72.187 575.457 89.983 176.416 28.103 233.573
3 10 14 2.456 123.691 150.592 216.196 173.228 62.319 559.111 92.247 158.455 26.857 240.029
4 15 19 2.103 131.591 149.432 195.419 181.296 62.590 514.955 85.135 173.150 28.707 217.897
5 20 24 2.165 207.482 186.618 262.540 232.759 80.508 494.156 91.304 187.982 27.079 199.613
6 25 29 2.120 225.050 224.151 280.542 268.087 90.618 511.908 88.704 191.147 25.812 181.657
7 30 34 2.047 196.759 228.805 284.069 258.681 87.322 473.012 95.549 200.703 24.610 174.643
8 35 39 1.678 159.338 200.043 260.981 222.540 80.269 432.281 84.576 185.540 22.917 179.350
9 40 44 1.460 119.059 171.331 221.303 183.559 71.496 350.900 79.305 160.618 22.782 171.221
10 45 49 1.154 78.565 143.830 172.845 151.941 62.622 267.731 64.372 126.001 20.269 154.790
11 50 54 983 59.122 114.242 144.446 122.278 51.021 201.759 53.481 96.931 17.479 127.747
12 55 - 59 912 36.985 86.282 108.467 91.367 40.702 135.864 41.401 70.930 14.210 98.934
13 60 64 561 42.294 60.492 76.200 63.893 25.583 93.093 29.817 43.897 9.174 73.777
14 65 69 447 57.658 39.192 36.427 38.626 21.928 66.311 18.023 29.154 4.333 52.134
15 70 74 268 29.332 24.426 25.427 23.909 14.619 47.347 14.274 17.259 6.067 36.239
16 >75 161 20.307 20.480 21.113 21.093 10.964 50.168 17.147 15.623 6.934 44.545
Sumber : BPS MasingMasing Kabupaten / Kota 2015
II-26
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
B. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data kependudukan BPS DKI Jakarta 2015 dan BPS seluruh Kabupaten
Kota di wilayah WPS 7 diketahui bahwa total jumlah penduduk pada tahun 2014
bejumlah 20.996.385 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 2.798 jiwa/km2. Di
dalam Wilayah Pengembangan Strategis 7, Kota Jakarta Timur memiliki jumlah
penduduk terbesar 2.817.994 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di
Kota Sukabumi dengan jumlah 315.001 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi
dengan tingkat kepadatan 18.915 jiwa/km2 berada di Kota Jakarta Pusat, sementara
tingkat kepadatan penduduk terendah 295 jiwa/km berada di Kabupaten Sukabumi,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9
II-27
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-28
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
C. Perkembangan Penduduk
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki laju pertumbuhan
penduduk paling tinggi di WPS 7 adalah Kepulauan Seribu sebesar 1,30% per tahun,
sedangkan Kabupaten/Kota yang memiliki laju pertumbuhan penduduk paling rendah
adalah Jakarta Pusat sebesar 0,42% per tahun.
A. PDRB
II-29
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
utama yang juga berupa perdagangan besar dan eceran, selanjutnya Kabupaten
Sukabumi dengan PDRB Rp. 35.250.144,84 Juta, Kota Depok dengan PDRB Rp.
35.053.408,10 Juta, Kota Sukabumi dengan PDRB Rp.6.643.603,95 Juta dan yang
terendah Kota Bogor dengan PDRB sebesar Rp.5.710.336,54 Juta. Berikut merupakan
Tabel 2.11 PDRB masingmasing Kabuptaen/Kota dalam WPS 7.
Tabel 2. 11
PDRB Kota/Kabupaten dalam WPS 7 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2014
(dalam Jutaan Rupiah)
B. Pertumbuhan Ekonomi
II-30
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, dalam arti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin
kecil besaran PDRB perkapita daerah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita suatu
daerah, semakin baik tingkat perekonomian daerah tersebut walaupun ukuran ini
belum mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun masih
terdapat keterbatasan, indikator ini sudah cukup memadai untuk mengetahui tingkat
perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro, paling tidak sebagai acuan
memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk domestik barang dan
jasa. PDRB perkapita kabupaten/Kota di Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta
BogorCiawi-Sukabumi pada tahun 2014 sebesar 122,40 Juta Rupiah. PDRB
Kabupaten/Kota perkapita terbesar berada di Jakarta Pusat dengan angka 364,60 Juta
Rupiah, sedangkan Pendapatan perkapita terendah berada di Kota Bogor dengan
angka 5,54 Juta Rupiah di tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
2.12 berikut:
PDRB
PDRB
No. Kota/Kabupaten Perkapita
(Juta Rupiah)
(Juta Rupiah)
1 Kepulauan Seribu 3.801.605,00 164,70
2 Jakarta Utara 256.833.031,59 148,50
3 Jakarta Selatan 1.294.192.639,00 129,80
4 Jakarta Timur 236.529.630,00 83,91
5 Jakarta Barat 234.889.720,00 103,26
6 Jakarta Pusat 332.548.091,10 364,60
DKI Jakarta 2.358.794.176,69 239,94
1 Kabupaten Bogor 117.412.136,00 22,02
2 Kota Bogor 5.710.336,54 5,54
3 Kota Depok 43.675.166,90 21,48
II-31
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Indeks Gini atau Koefisien Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0
hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang
sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama. Sedangkan, Koefisien
Gini bernilai 1 menunjukkan ketimpangan yang sempurna, atau satu orang memiliki
segalanya sementara orang-orang lainnya tidak memiliki apa-apa. Dengan kata lain,
Koefisien Gini diupayakan agar mendekati 0 untuk menunjukkan adanya pemerataan
distribusi pendapatan antar penduduk.
Rasio Potensi Ekspor merupakan angka perbandingan antara besaran nilai ekspor
berbanding dengan besaran nilai impor dalam periode tertentu dalam suatu wilayah.
Rasio ini dapat menentukan potensi komoditas untuk diekspor ke suatu negara.
Berikut merupakan volume nilai ekspor produk utama Provinsi DKI Jakarta & Provinsi
Jawa Barat :
Tabel 2. 13 Volume dan Nilai Ekspor Produk Utama Provinsi DKI Jakarta
No. Jenis Komoditi Volume (Kg) Nilai /Value (US$)
1 Kendaraan dan bagiannya 330.605.807 3.019.089.370
2 Perhiasan 247.473 1.481.213.417
3 Mesin - Mesin 130.426.999 903.272.734
4 Ikan dan Udang 195.211.942 682.483.380
5 Pakaian jadi 54.793.274 680.632.790
6 Peralatan Listrik 94.612.701 527.199.887
7 Barang - barang rajutan 42.017.529 492.924.755
8 Lemak & minyak hewan 370.290.765 352.110.993
9 Plastik dan barang plastik 172.784.810 284.710.765
10 Tembaga 40.399.059 279.903.966
II-32
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel di atas menunjukan bahwa jenis komoditi terbesar yang diekspor oleh Provinsi
DKI Jakarta dari segi nilai / value yaitu kendaraan dan bagiaannya, dengan nilai ekspor
sebesar 3.019.089.380 USD, sedangkan value terendah ada pada jenis komoditi kaca
& barang dari kaca.
Tabel 2. 14 Volume dan Nilai Ekspor Produk Utama Provinsi Jawa Barat
Nilai /Value
No. Jenis Komoditi
Volume (Ton) (US$)
Mesin dan Pesawat Mekanik, Perlengkapan Elektonik dan 452.75 7.663.900.0
1
Bagiannya 0 55
1.279.52 6.675.317.0
2 Tekstil dan Barang dari Tekstil
4 82
3 Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet 781.693 2.295.049.650
10 Alas Kaki, Tutup Kepala, Payung, dan Bunga Tiruan 60.001 1.134.619.480
11 Alat Optik, Fotografi, Musik, Kedokteran, Bedah, dan Jam 40.740 509.419.423
II-33
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nilai /Value
No. Jenis Komoditi
Volume (Ton) (US$)
13 Kulit dan Barang dari Kulit 16.951 245.443.760
14 Produk Nabati 86.761 168.106.295
15 Lemak, Minyak dan Malam 267.408 263.134.815
16 Lain-lain 1.956.751 2.203.298.974
Total 8.172.453 27.401.071.792
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2016
Untuk Provinsi Jawa Barat value tertinggi ada pada jenis komoditi mesin dan pesawat
mekanik, perlengkapan elektronik & bagiannya dengan nilai 7.663.900.055 USD, dan
yang terendah ada pada jenis komoditi minyak nabati. Jika kedua Provinsi ini
dibandingkan value nilai ekspor antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Jawa
Barat mempunyai perbandingan lebih besar 5 kali lipat, hal ini menunjukan peran
Provinsi DKI Jakarta sebagai eksportir utama di dalam Negara Republik Indonesia.
II-34
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.8 Kawasan Industri Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-35
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2.15
Index Pengembangan Manusia di Kabupaten/Kota Dalam WPS 7
B. Tingkat Kemiskinan
Salah satu indikator untuk melihat sejauh mana kesejahteraan rakyat di suatu daerah
adalah dengan melihat tingkat kemiskinannya. Secara umum, kemiskinan didefinisikan
sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat.
II-36
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Garis
Jumlah Penduduk Kemiskinan
No Prov/Kab/Kota
Penduduk Miskin (Rp/Kapita/
Bulan)
1 DKI Jakarta 9.830.576 371.700 434.322
2 Kabupaten Bogor Bogor 5.331.149 446.040 259.151
3 Kota Bogor 1.030.720 91.710 360.518
4 Kota Depok 2.030.508 47.130 460.000
5 Kota Sukabumi 315.001 30.430 370.633
6 Kab. Sukabumi 2.422.113 265.480 184.127
Sumber : BPS & Website resmi Bappeda Masing Masing Kabupaten / Kota 2015
Angka penduduk miskin terbanyak berada di Kabupaten Bogor sebanyak 446.040 jiwa,
dengan garis kemiskinan perkapita sebesar Rp. 259.151. Dengan jumlah penduduk
5.331.149 pada Kabupaten Bogor, angka tersebut menunjukan bahwa hampir 10%
penduduk di Kabupaten Bogor termasuk golongan miskin. Prosentase terendah
penduduk miskin berada di Kota depok, dengan jumlah prosentase penduduk miskin
sebesar 2,5 % dari jumlah penduduknya.
C. Tingkat Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang
pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan
II-37
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
1) Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama
masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
2) Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
3) Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi
Bangunan fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai dan atap,
baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan
tempat tinggal. Bangunan yang luas lantainya kurang dari 10 m 2 dan tidak digunakan
untuk tempat tinggal dianggap bukan bangunan fisik.
Status kepemilikan tempat tinggal dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
1) Milik Sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul
sudah milik kepala rumah tangga atau salah satu seorang anggota rumah tangga.
Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank atau rumah dengan status
sewa beli dianggap sebagai rumah milik sendiri;
II-38
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2) Kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga/anggota
rumah tangga dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara
pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayarannya biasanya
sekaligus di muka atau dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak;
3) Sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga atau salah
seorang anggota rumah tangga dengan pembayaran sewanya secara teratur dan
terus menerus tanpa batasan waktu tertentu;
4) Bebas Sewa milik orang lain, jika tempat tinggalnya tersebut diperoleh dari pihak
lain (bukan famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa
mengeluarkan suatu pembayaran apapun;
5) Rumah milik orang tua/sanak saudara, jika tempat tinggalnya tersebut bukan
milik sendiri melainkan milik orang tua/sanak saudara, dan tidak mengeluarkan
suatu pembayaran apapun untuk mendiami tempat tinggal tersebut;
6) Rumah Dinas, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain (bukan
famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa mengeluarkan
suatu pembayaran apapun;
Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu
kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat.
II-39
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-40
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Infrstruktur yang erat kaitannya langsung dengan sosial budaya adalah sektor ke-Cipta
Karya-an hampir 7% dari Produk Domestik Bruto terkonsentrasi untuk mengatasi
masalah sanitasi, pencemaran udara dan air. Untuk mengatasi hal tersebut sebagai
dukungan upaya percepatan pembangunan infrastruktur salah satunya dengan
mengubah perilaku manusia, membangun infrastruktur yang mengarah ke efisiensi
sumber daya. Infrastruktur ke-PUPR-an yang baik harus mampu menciptakan nilai
lingkungan dan dibarengi dengan faktor-faktor yang mengubah perilaku manusia.
A. Budaya
Rumah tradisional khas Jakarta dinamakan Rumah Kebaya. Atapnya berbentuk joglo
suatu pertanda ada pengaruh bentuk rumah tradisonal Jawa. Begitu pula pembagian
ruangannya. Ada serambi depan yang disebut paseban. Tepi paseban dipagari dengan
pintu masuk di tengahnya. Pintu itu diberi ukiran dan tingginya sekitar 80 cm.
Sedangkan tepi atapnya diberi renda seperti kebaya. Paseban berfungsi pula sebagai
tempat ibadah.
II-41
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Dinding-dinding rumah tradisional Jakarta (Betawi), terbuat dari panil-panil yang dapat
dibuka-buka dan digeser-geser ke tepi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
ruangan yang lebih luas, bila suatu waktu diadakan acara selamatan atau hajatan.
Serambi depan dan serambi belakang yang lepas terbuka, merupakan ciri khas pula
dari rumah tradisional Jakarta (Betawi).
Pakaian adat pria Betawi (Jakarta) berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas yang
menutup leher (jas tutup). Ia juga memakai celana panjang, kain batik yang melingkar
pada pinggang dan sebilah belati terselip di depan perut. Sedangkan wanitanya
memakai baju kebaya, selendang panjang serta kain yang dibatik.
Untuk kesenian tari Provinsi DKI Jakarta memiliki bermacam tari daerah seperti :
II-42
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
c) Tari Serondeng, merupakan tari garapan yang mengambil unsur-unsur gerak tari
Wayang Betawi. Nama serondeng digunakan sesuai dengan nama lagu yang
dimainkan oleh Musik Ajeng Betawi yang mengiri tarian ini.
d) Tari Sembah adalah suatu tarian untuk menyambut tamu dengan adat Betawi.
Terdapat beberapa senjata tradisional, salah satunya Badik yang dikenal penduduk
Jakarta. Parang atau golok banyak digunakan oleh para pendekar. Sedangkan senjata
terkenal lainnya adalah keris, tombak, toya, cabang dan parang.
Suku dan marga yang terdapat di daerah Jakarta adalah Betawi, Orang Depok, Orang
Tugu, Cina, Arab, dan lain-lain, dengan bahasa daerah yang disebut Bahasa Betawi.
Salah satu contoh rumah adat Jawa Barat dinamakan Keraton Kasepuhan Cirebon
yang di depannya terdapat pintu gerbang. Keraton Kasepuhan Cirebon ini terdiri dari 4
ruangan. Jinem atau pendopo untuk para pengawal/penjaga keselamatan Sultan.
Pringgodani, tempat Sultan memberi perintah kepada adipati. Prabayasa, tempat
menerima tamu istimewa Sultan dan Panembahan, ruang kerja dan istirahat Sultan.
II-43
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Pakaian adat pria Jawa Barat berupa tutup kepala (destar), berjas dengan leher tertutup (jas tutup). Ia
juga memakai kalung, sebilah keris yang terselip di pinggang bagian depan serta berkain batik.
Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya, kalung, dan berkain batik. Beberapa hiasan kembang
goyang menghiasi bagian atas kepalanya. Begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi rambut
Untuk kesenian tari Provinsi DKI Jawa Barat memiliki bermacam tari daerah seperti :
b) Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang
serba indah dan memukau.
II-44
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
c) Tari Rarasati. Dewi Rarasati sebagai selir Arjuna yang cantik dan lembut
ternyata memiliki jiwa keprajuritan. Kepandaiannya dalam memanah telah
menyadarkan Srikandi dari kesombongannya. Saripati gambaran tersebut
kemudian diangkat dalam bentuk tari kelompok dengan sumber gerak tari
tradisi Cirebon.
d) Tari Jaipong, suatu bentuk tarian pergaulan Jawa Barat yang terkenal.
Di Provinsi Jawa Barat senjata tradisional yang terkenal adalah kujang. Pada mata
kujang terdapat 1-5 buah lubang dan sarungnya terbuat dari kain hitam. Senjata
lainnya adalah keris kirompang, keris kidongkol, golok, bedok, panah bambu, panah
kayu dan tombak. Suku di Jawa Barat terdiri dari suku Sunda, Badui, Banten & lain
lainya, dan bahasa daerah yang dipakai sehari hari yakni Bahasa Sunda & Bahasa
Betawi.
B. Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.
Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat.
Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal
tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan
pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.
Kearifan lokal bermula dari ide atau gagasan, yang kemudian diaplikasikan dalam
tahapan praktik, dan penciptaan material kebudayaan. Ia akan terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, intensitas pergaulan sosial, dan enkulturasi
sosiobudaya. Apalagi dalam dunia yang tidak mengenal batas seperti sekarang ini,
kearifan lokal sangat diwarnai oleh wawasan manusia yang memikirkan dan
menggunakannya.
Kearifan lokal di peringkat etnik juga bisa bermacam-macam bidang. Misalnya untuk
merespons alam sekitar manusia membuat rumah sekalian dengan aspek-aspek
spiritual untuk menjaganya. Kearifan lokal juga tercermina dalam filsafat atau
pandangan hidup manusia yang memikirkan dan menggunakannya. Dalam
kebudayaan Jawa terdapat filsafat alon-alon waton kelakon dan sederek.
II-45
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kearifan lokal juga dapat mendukung kepada keberadaan negara bangsa (nation
state) tertentu. Bahkan dalam merumuskan sebuah negara bangsa, selalunya diwarnai
oleh kearifan-kearifan lokal yang tumbuh dalam masyarakat yang membentuk dan
mencita-citakan negara bangsa tersebut. Misalnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang mempunyai dasar negara Pancasila, sebenarnya adalah
proses pemikiran para pendiri bangsa ini untuk membuat dasar negara yang diambil
dan digali dari nilai-nilai kearifan lokal Nusantara. Kearifan-kearifan lokal ini kemudian
dirumuskan menjadi lima sila yang berdasar kepada bentuk ikatan sosial budaya biar
berbeda-beda tetapi tetap satu (bhinneka tunggal ika).
Sebagai contoh pada Provinsi DKI Jakarta Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan, Srengseng, Jakarta Selatan, dirancang untuk melestarikan budaya Betawi
dan sebagai tempat untuk mengembangkan alam yang dikelilingi oleh keberadaan
budaya Betawi. Unsur seni yang masih ditemukan di pekarangan Betawi adalah gigi
balang dan langkan yang memiliki pola khas Betawi. Aktivitas di pekarangan mencakup
kepercayaan, seni, ritual, bahasa, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungannya.
Faktor yang membentuk pekarangan Betawi adalah tingkat kepentingan pertanian,
informasi teknik pertanian, dasar pemilihan tanaman, pembagian hasil pekarangan,
jumlah petani, sikap terhadap perubahan penggunaan lahan, sumber air, dan pertanian
organik. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Betawi mencakup pengetahuan
cara menentukan sumber air di pekarangan, mengolah tanaman hasil pekarangan
sebagai obat tradisonal, dan mengatur pola bertanam di pekarangan. Adanya norma
yang terkait dengan waktu penanaman dimiliki oleh masyarakat Betawi. Masyarakat
Betawi memiliki hari baik dan hari buruk dalam melakukan kegiatan di pekarangan.
Dengan adanya simbol-simbol dalam upacara adat yang dilakukan di pekarangan dan
juga kebiasaan atau aktivitas orang Betawi yang menyebabkan terbentuknya elemen di
pekarangan Betawi seperti bale, tampungan air, dan tabunan. Setu Babakan
menunjukkan bahwa pekarangan Betawi memiliki nilai sejarah dengan derajat tinggi,
ilmu pengetahuan dengan derajat tinggi, budaya dengan derajat tinggi, pendidikan
dengan derajat sedang, dan agama dengan derajat tinggi.
Pada Provinsi Jawa Barat kampung-kampung adat Jawa Barat hanya dari lembaran-
lembaran buku sejarah. Adapun diantaranya yang masih di kenal sampai sekarang
yaitu :
II-46
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
a) Kampung Ciptagelar.
b) Kampung Cikondang.
c) Kampung Mahmud.
d) Kampung Urug.
e) Kampung Pulo.
f) Kampung Naga.
g) Kampung Kuta.
h) Kampung Dukuh.
Secara kultural, sistem kemasyarakatan dari kampung adat pada zaman dahulu itu
tidak kalah canggih dengan sistem kemasyarakatan saat ini. Hal tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a) Adanya istilah hutan larangan sebagai upaya pelestarian hutan yang secara
adat tidak boleh dimasuki secara sembarangan. Ini sama ubahnya dengan
peran Kementrian Perhutanan sekarang yang menjaga dan mengatur
kelestarian sumber daya hayati hutan kita. Secara linguistik, masyarakat dahulu
menciptakan istilah tabu agar ditaati warganya, tidak merambah hutan, dan
merusaknya.
b) Adat istiadat yang secara normatif diatur dan dibuat untuk ketentraman
kehidupan bermasyarakat. Ini juga sama dengan peran Kementrian Hukum dan
Ham pada masa sekarang dan bisa juga diterapkan seorang kepala daerah
yang memimpin agar bisa menciptakan ketentraman dan keamanan bagi
masyarakatnya.
c) Tata bentuk rumah-rumah yang seragam di kampung adat yang mengkaji tanda
dapat diidentifikasi sebagai rasa tenggang rasa antarsesama manusia dan
makhluk hidup lainnya. Hal ini bisa diterapkan rasa tenggang rasa dari segi
pemerintahan yaitu atasan kepada bawahan agar tercipta kelancaran dalam
pelaksanaan tugas birokrasi.
II-47
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
d) Budaya disiplin masyarakat kampung adat yang sejak pagi-pagi telah terbiasa
mulai beraktivitas. Ini merupakan cerminan bagi birokrat yang harus masuk
kantor tepat pada waktunya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering
dikunjungi oleh para turis adalah Bali sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung,
Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis
berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis.[9]
Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan
terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN.[10] Sementara dari kawasan
Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Tiongkok berada di urutan pertama disusul
Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India.[10] Jumlah pendatang terbanyak dari
kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan
Perancis.
Menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160162) adalah segala sesuau yang terdapat di
daerah tujuan wisata, dan merupakan daya Tarik agar orangorang mau berkunjung
ketempat tersebut. Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang
dikembangkan menjadi daya Tarik sebuah objek wisata. Potensi wisata dibagi kedalam
beberapa macam, yakni: potensi alam, potensi belanja & potensi kebudayaan.
II-48
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Potensi Belanja: DKI Jakarta sebagai Ibukota Provinsi DKI Jakarta, juga merupakan
sebagai pusat kegiatan/perdagangan di Indonesia. Potensi belanja yang ada di DKI
Jakarta sangat beraneka ragam, sebagai contohnya: Tanah Abang sebagai pusat
tekstil, Mangga dua sebagai pusat elektronik & beberapa MallMall (pusat
perbelanjaan) besar yang berada tersebar di seluruh Kota DKI Jakarta
Potensi Kebudayaan: Kebudayaan yang ada di Provinsi DKI Jakarta yakni kebudayaan
betawi, taritarian serta pentas seni betawi sering diadakan di sanggar seni, tempat
keseniaan yang terkenal dengan kebudayaan adalah Taman Mini Indonesia Indah
yang berada di Jakarta Timur. Di tempat tersebut aneka ragam kebudayaan Indonesia
dari SabangMarauke di tampilkan di tempat tersebut, mulai dari pakaian adat, rumah
adat, tari tradisional dll. Kota Tua yang ditetapkan sebagai Kawasan Startegis
Pariwisata Nasional merupakan tempat wisata yang terkenal dengan aneka macam
museum, seperti Musem Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni Rupa & Keramik,
Musem Bank Indonesia & Bank Mandiri. Selain itu di area pelataran Kawasan Kota Tua
sering kali diadakannya pertunjukan seni yang cukup banyak menarik wisatawan untuk
berkunjung ke area tersebut.
Potensi Alam : Dengan bentang alam yang luas Kabupaten Bogor & Kabupaten
Sukabumi memiliki beberapa panorama yang memukau. Beberapa potensi wisata
yang ada di Kabupaten Bogor, seperti Area Gunung Puncak Gede & Gunung Halimun
Salak yang di wilayah tersebut memiliki potensi wisata lansekap pegunungan, air
terjun, situ/sungai & perkebunan teh. Selain itu masih terdapat beberapa tempat wisata
lainnya seperti pemandian air panas, danau, taman safari & kebun raya dll. Kabupaten
Sukabumi yang wilayahnya berbatasan dengan Samudra Hindia memiliki pantaipantai
yang Indah, seperti Pantai Pelabuhan Ratu, Pantai Karang Hawu, Pantai Cimaja dll.
Seperti di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi juga memiliki pemandian air panas
Cisolok. Dan Goa Lalay yang berjarak 3 Km dari pusat kota juga merupakan tempat
wisata yang cukup banyak menarik pengunjung. Saat ini Geopark Ciletuh merupakan
II-49
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
area pariwisata yang sedang pesat dikembangkan oleh Pemerintah, selain itu
organisasi UNESCO juga turut andil di dalam pengembangan wilayah tersebut
Potensi Belanja: Wisata belanja lebih didominasi oleh 2 Kota (Kota Depok & Kota
Bogor) yang berada di dalam deliniasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta
BogorCiawiSukabumi). Terlihat hampir di sepanjang jalan utama baik di Kota Depok
maupun di Kota Bogor didominasi oleh area pertokoan. Barang yang dijual pun
beraneka ragam, mulai daerah restoran, oleholeh khas masingmasing Kota, tekstil
dll.
Potensi Kebudayaan: Potensi kebudayaan yang berada di wilayah ini amat beraneka
ragam, mulai dari Parahyangan Agung Gunung Salak, Prasasti Batu Tulis Ciaruteun,
Situs Sindang Barang, Upacara Labun Saji, Upacara Seren Taun, Masjid Agung
Sukabumi, Istana Bogor, Museum Perjuang Bogor dan tempat wisata lainnya yang
banyak tersebar di Kota Depok Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi,
Kota Sukabumi.
II-50
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.9 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-51
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Secara umum hasil pertanian tanaman pangan dan holtikultura di WPS Jakarta
BogorCiawi-Sukabumi adalah Padi dengan total produksi di tahun 2014 mencapai
Jutaan ton, angka tersebut didominasi pada kedua Kabupaten Bogor dan Sukabumi.
Untuk Palawija (Jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, acang hijau & ubi jalar). Total
produksi di tahun 2014 mulai mencapai 541.047 Ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
B. SIMPUL PERKEBUNAN
Hasil perkebunan di WPS Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi total produksi di tahun
2014 mencapai 3.958.488 Kw, angka tersebut didominasi pada kedua Kabupaten
Bogor dan Sukabumi. Di Kabupaten Sukabumi buah pisang merupakan komoditas
buah unggulan dengan angka mencapai lebih dari 2 juta Kw, begitupula Kabupaten
Bogor buah pisang merupakan komoditas buah unggulan dengan angka mencapai
lebih dari 300.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
II-52
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
C. SIMPUL PERIKANAN
Untuk lebih mengetahui lokasi PPS, PPN dan PPI di WPS Jakarta Bogor Ciawi -
Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PP. Nizam
Jakarta
4 Zachman Utara PPS PPS PPS PPS
Jakarta
5 PP. Kali Jakarta PPI PPI PPI PPI
II-53
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kab.
PP. Pulau
6 Kepulauan PPI PPI PPI PPI
Pramuka
Seribu
PP. Kab.
7 PPI PPI PPI PPI
Cibangban Sukabumi
Kab.
8 PP. Cisolok PPI PPI PPI PPI
Sukabumi
Kab.
9 PP. Ciwaru PPI PPI PPI PPI
Sukabumi
Kab.
10 PP. Loji PPI PPI PPI PPI
Sukabumi
PP.
Kab.
12 Pelabuhan Sukabumi PPN PPN PPS PPS
Ratu
Kab.
13 PP. Surade PPI PPI PPI PPI
Sukabumi
PP. Kab.
15 PPI PPI PPI PPI
Cikembang Sukabumi
Sumber : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45 Tahun 2014
II-54
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Selain itu terdapat wilayah wilayah Kawasan Strategis panas bumi di dalam Provinsi
Jawa Barat pada Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi
Sukabumi, yakni :
1. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Bumi Gunung Salak - Pongkor
yang merupakan Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pendayagunaan
SDA dan teknologi tinggi;
2. kawasan strategis pertambangan ANTAM di Kecamatan Nanggung.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/ atau teknologi tinggi terdiri atas Kawasan Strategis Provinsi (KSP) meliputi
:
a. KSP Panas Bumi Gunung Gede Pangrango; dan
b. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Gunung Salak Pongkor.
E. SIMPUL MIGAS
Di dalam Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi Sukabumi,
terdapat 2 Kabupaten yang memiliki potensi pertambangan dan gas bumi, yakni :
1. Wilayah potensi pertambangan minyak dan gas bumi Kabupaten Sukabumi berada
di Kecamatan Bantargadung, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Cidadap,
Kecamatan Cidolog, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Cimanggu, Kecamatan
Ciracap, Kecamatan Curugkembar, Kecamatan Jampangkulon, Kecamatan
Jampangtengah, Kecamatan Kalibundeur, Kecamatan Lengkong, Kecamatan
Pabuaran, Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Purabaya, Kecamatan
II-55
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
1) Terminal
II-56
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
TOD merupakan konsep dalam menciptakan masyarakat yang hidup, komunitas yang
nyaman, fasilitas yang terintegrasi, nyaman dalam berjalan kaki didukung kualitas
sistem perkeretaapian yang baik. Dengan TOD maka kualitas hidup dapat ditingkatkan
mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan mobil dalam pergerakan
masyarakat
II-57
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
a. pelabuhan penyeberangan
b. alur pelayaran penyeberangan
II-58
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
4) Perkeretaapian
Berdasarkan rencana tata ruang Pulau Jawa dalam Peraturan Presiden Nomor 28
Tahun 2012, Jaringan jalur kereta api antar kota di Kawasan Jabodetabekpunjur terdiri
atas:
Jalur kereta api bandara merupakan jalur kereta api yang terpadu dengan Bandar
Udara Soekarno - Hatta terdiri atas:
II-59
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Stasiun kereta api ditetapkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada pengguna
transportasi kereta api melalui persambungan pelayanan dengan moda transportasi
lain.
II-60
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
5) Transportasi Laut
II-61
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Dari gambar terlihat bahwa Jakarta dilalui oleh jalur perdagangan yang
menghubungkan bagian barat (ke arah Selat Malaka atau Selat Sunda) dan ke arah
timur (selat Lombok atau Selat Sulawesi). Selain itu terdapat pula jalur kapal
penumpang baik itu ke arah Barat (sumatera dan Kalimantan Bagian Barat) dan ke
arah timur serta terdapat jalur pelayaran antar pulau. Oleh karenanya terdapat
pelabuhan laut utama di Jakarta yaitu Tanjung Priok.
Tatanan kepelabuhanan berfungsi sebagai tempat alih muat penumpang, tempat alih
muat barang, pelayanan angkutan untuk menunjang kegiatan perikanan, industri
perkapalan, dan pangkalan angkatan laut (LANAL) beserta zona penyangganya.
Tatanan kepelabuhanan meliputi:
a. pelabuhan umum:
b. pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Hub Internasional Tanjung Priuk di
Jakarta; dan
c. pelabuhan pengumpan yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta.
d. pelabuhan khusus yaitu LANAL 3 Ancol serta pelabuhan khusus lainnya
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Transportasi Udara
II-62
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Sesuai dengan fungsinya dalam tata ruang wilayah, jaringan transportasi udara
menggambarkan lokasi pekabuhan udara untuk pelayanan penumpang dan bongkar
muat barang untuk melayani kawsan dan wilayah pelayanan masing-masing. Kualitas
pelayanan suatu bandara secara umum selain ditentukan oleh kondisi fisik dan
pelayanan bandara yang bersangkutan, juga terkait dengan aksesibilitas bandara
tersebut dari/ke daerah pelayanannya.
DKI Jakarta dengan luas area 650 km2 hanya memiliki satu bandara yaitu Bandara
Halim Perdana Kusuma, sedangkan dua bandara lain yang berada di sekitar DKI
Jakarta seperti Bandara Pondok Cabe dan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang
mempengaruhi ruang udara di Wilayah DKI Jakarta. Pada suatu daerah atau kota yang
memiliki atau berdekatan dengan bandar udara (bandara), terdapat ketentuan yang
membatasi ketinggian bangunan yang disebut Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP). Pengertian bangunan di sini dapat berupa gedung bertingkat
(hotel, apartemen, kondominium, dsb.), tiang listrik tegangan tinggi atau menara
telekomunikasi (tower). Benda tumbuh dapat berupa gunung, bukit, pepohonan, dsb.
Benda yang dapat berpindah, misalnya crane yang dipergunakan dalam pembangunan
gedung bertingkat.
Pada KKOP tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap
(fixed) maupun yang dapat berpindah (mobile) yang lebih tinggi dari batas ketinggian
yang diperkenankan sesuai dengan Aerodrome Reference Code (Kode Referensi
Landas Pacu) dan Runway Clasification (Klasifikasi Landas Pacu) dari suatu bandar
udara. Hal ini berarti pada area-area yang terpengaruh oleh Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP), tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh
yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang diperbolehkan sesuai aturan yang berlaku.
II-63
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Yang sangat perlu diatur ketinggian menaranya adalah menara yang terletak pada 4
(empat) kawasan yang paling kritis terhadap adanya halangan (obstacle), di mana
ketinggian menara tidak boleh melebihi batas ketinggian maksimum relatif terhadap
ketinggian landas pacu bandara, 4 kawasan tersebut meliputi :
II-64
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.10 Jaringan Transportasi Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-65
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
B. SISTEM ENERGI
Kebijakan Energi Nasional dalam PP No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi
Nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan
pasokan energi dalam negeri. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah
a) Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025
b) Terwujudnya energi (printer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan
masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional:
1) minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).
2) Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
3) Batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).
4) Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen).
5) Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
6) Energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir,
tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima
persen).
7) Batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2% (dua persen).
II-66
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Sistem jaringan energi ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam
jumlah cukup dan menyediakan akses berbagai jenis energi bagi masyarakat untuk
kebutuhan sekarang dan masa datang. Sistem jaringan energi merupakan bagian dari
sistem jaringan energi pada sistem interkoneksi Pulau Jawa meliputi:
Jaringan pipa minyak dan gas bumi beserta prioritas pengembangannya ditetapkan
oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang minyak dan gas bumi.
Jaringan pipa minyak dan gas bumi ditetapkan dengan kriteria : adanya fasilitas
produksi minyak dan gas bumi, fasilitas pengolahan dan/atau penyimpanan, dan
konsumen yang terintegrasi dengan fasilitas tersebut; dan berfungsi sebagai
pendukung sistem pasokan energi nasional
jaringan pipa gas bumi jenis pipa transmisi (kepmenesdm no. 2017 tahun 2012 tentang
rencana induk jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional tahun 2012-2025),
terdiri atas:
II-67
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
9. jalur distribusi Jakarta dengan wilayah utilitas Jakarta Pusat, Jakarta Barat,
Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan;
10. jalur distribusi Bogor Depok Sukabumi dengan wilayah utilitas Bogor, Depok,
Sukabumi; dan
11. jalur distribusi Bekasi dengan wilayah utilitas Bekasi.
Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi DKI Jakarta (tidak termasuk Kepulauan
Seribu) diperkirakan sampai Agustus 2015 sekitar 4.615 MW. Pasokan pembangkit
yang terhubung di grid 150 kV adalah sekitar 3.690 MW yang berada di 2 lokasi yaitu
PLTGU/PLTU Muara Karang dan PLTGU/PLTG Tanjung Priok. Pasokan dari grid 500
kV melalui 6 GITET, yaitu Gandul, Kembangan, Cawang, Bekasi, Cibinong dan Depok
dengan kapasitas total 8.000 MVA.
Tabel 2. 25 Tabel Kapasitas Pembangkit Listrik Terpasang di Muara Karang dan Priok
Kapasi
Jenis Jenis tas Daya
No. Nama Pembangkit Pembang Bahan Pemilik Terpas Mampu
kit Bakar ang MW
MW
1 Muara Karang Blok 1 PLTGU Gas / PJB 509 394
HSD
2 Muara Karang Blok 2 PLTGU Gas PJB 710 680
3 Muara Karang 4 5 PLTU Gas / PJB 400 324
II-68
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
MFO
4 Priok 1 2 PLTU MFO Indone 100 0
sia
Power
5 Priok Blok 1 PLTGU Gas / Indone 590 548
HSD sia
Power
6 Priok Blok 2 PLTGU Gas / Indone 590 548
HSD sia
Power
7 Priok Blok 3 PLTGU Gas Indone 740 720
sia
Power
8 Priok PLTG HSD Indone 52 0
sia
Power
Jumlah 3691 3214
Sumber : Rencana Usaha Tenaga Listrik 2016 2025
Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Barat diperkirakan sampai Agustus
2015 sekitar 6.364 MW. Beban dipasok oleh pembangkit yang berada di grid 500 kV
dan 150 kV sebesar 8.588 MW.
Pembangkit di Jawa Barat yang berada di grid 500 kV adalah PLTG/PLTGU Muara
Tawar, PLTA Saguling, PLTA Cirata dan pembangkit yang berada di grid 150 kV adalah
PLTU Indramayu, PLTGU Cikarang Listrindo, PLTU Cirebon, PLTU Pelabuhan Ratu,
PLTG Sunyaragi serta beberapa PLTP dan PLTA. Pasokan dari grid 500 kV adalah
melalui 7 GITET yaitu Bandung Selatan, Cibatu, Cirata, Tasikmalaya, Ujung Berung
(belum optimal), Cibinong dan Mandirancan dengan kapasitas 7.000 MVA.
II-69
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
GITET Tasikmalaya dan PLTP Kamojang, PLTP Darajat dan PLTP Wayang
Windu memasok Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Sumedang, Kab. Banjar
dan Kab. Ciamis.
GITET Mandirancan memasok Kab. Cirebon, Kab. Kuningan dan Kab.
Indramayu.
GITET Cibatu memasok Tambun, Cikarang dan Karawang, dan Kab. Bekasi.
GITET Cibinong dan PLTP Salak memasok Kab. Bogor, Kab. Cianjur dan Kab.
Sukabumi beserta sebagian Jakarta Timur.
II-70
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran yang terendah dengan ketinggian rata-rata 7
meter diatas permukaan laut. Jakarta memiliki sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal
yang digunakan sebagai air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan.
Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas utara
membentang pantai dari barat ke timur sepanjang 35 Km. Jakarta juga dilewati 13
sungai/kali yang mengalir, yaitu Kali mookervaart, kali Angke, Kali Pesanggrahan, kali
Krukut, kali Grogol, kali Baru Barat, kali Ciliwung, kali Baru Timur, kali Cipinang, Kali
Sunter, kali Buaran, kali Jati Kramat, dan kali Cakung. Diantara beberapa sungai yang
melintas di Jakarta Kali Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan
karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan,
perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh. Sungai ini paling parah
mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta.
Selain Karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Puncak dan Bogor yang
rusak, DAS di Jakarta juga mengalami penyempitan dan pendangkalan yang
mengakibatkan potensi penyebab banjir di Jakarta menjadi besar.
Secara administratif Daerah Aliran Sungai yang berada di Provinsi DKI yaitu DAS
Ciliwung Cisadane, secara lebih rinci sebagai berikut :
II-71
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-72
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Peta 2.11 Infrasruktur PUPR Sumber Daya Air Wilayah Pengembangan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi
II-73
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
B. Bina Marga
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan salah satu kebutuhan yang
sangat penting bagi pengembangan sistem transportasi di Tanah Air. Infrastruktur jalan
menjadi unsur sentral dalam pengembangan wilayah serta peningkatan kegiatan
perekonomian masyarakat. Dalam UU tersebut juga dijelaskan bahwa terdapat dua
jenis jalan, yaitu Jalan Umum dan Jalan Khusus. Jalan Umum adalah jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum, pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan status jalannya. Sementara Jalan Khusus
adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Sistem jaringan jalan terdiri atas Sistem Jaringan Jalan Primer dan Sekunder. Sistem
Jaringan Jalan Primer berperan untuk melayani distribusi barang dan jasa dalam
rangka pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, serta menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem Jaringan
Jalan Sekunder berfungsi untuk melayani distribusi barang dan jasa bagi masyarakat
di kawasan perkotaan.
Pada setiap kelompok jaringan jalan primer dan sekunder, jalan dibagi menurut
fungsinya, yaitu :
1. Jalan Arteri, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan utama jarak jauh
dengan kecepatan rata-rata tinggi. Jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
2. Jalan Kolektor, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah
II-74
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
strategis nasional, serta jalan tol. Tanggung jawab pembinaannya berada pada
Pemerintah Pusat (Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat).
2. Jalan Provinsi, merupakan Jalan Kolektor dalam Sistem Jaringan Jalan Primer.
Jalan ini menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, dan
jalan strategis provinsi. Pembinaannya menjadi tanggung jawab
Gubernur/Pemerintah Provinsi.
3. Jalan Kabupaten, adalah jalan yang merupakan Jalan Lokal dalam Sistem
Jaringan Jalan Primer yang tidak termasuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi.
Jalan ini menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan lokal. Jalan Umum dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder di wilayah
kabupaten dan jalan strategis kabupaten juga termasuk dalam Jalan
Kabupaten. Pembinaannya menjadi tanggung jawab Bupati/Pemerintah
Kabupaten.
4. Jalan Kota, adalah jalan yang merupakan Jalan Umum dalam Sistem Jaringan
Jalan Sekunder. Jalan ini menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
pusat pelayanan dengan persil, antar persil, serta antar pusat permukiman di
dalam kota. Pembinaannya menjadi tanggung jawab Walikota/Pemerintah Kota.
5. Jalan Desa, adalah Jalan Umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar pemukiman di dalam desa, serta Jalan Lingkungan. Pembinaannya
menjadi tanggung jawab Bupati/Pemerintah Kabupaten.
II-75
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-76
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-77
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-78
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
primer
JLN. RAYA CISOLOK (SP. KR. HAWU - Kolektor
26. 051.11 3.01 6.46 36.65 63.35 0 0 3878 4,71
PELABU primer
JLN. RAYA CITEPUS (SP. KR. HAWU - Kolektor
27. 051.12 4.17 6.98 17.07 78.06 4.87 0 3724 5,48
PELABU primer
JLN. KIDANG KENCANA (SP. KR. Kolektor
28. 051.13 1.89 8.7 52.62 47.38 0 0 3708 4,23
HAWU PELABUHAN RATU) primer
JLN. SILIWANGI (SP. KR. HAWU Kolektor
29. 051.14 1.18 8.76 24.98 75.02 0 0 3801 4,70
PELABUHAN RATU) primer
JLN. RAYA PEL. RATU (PELABUHAN Kolektor
30. 052.11 3.75 7.4 7.92 92.08 0 0 6522 5,28
RATU BAGBAGAN) primer
Kolektor
31. 053 BAGBAGAN - JAMPANGKULON 51.8 5.10 23.8 55.5 7.74 12.96 1675 6,73
primer
Kolektor
32. 054 JAMPANGKULON - SURADE 6.61 6.05 71.66 28.34 0 0 2561 3,86
primer
Kolektor
33. 055 SURADE - TEGALBULEUD (CIBUNI) 38.51 5.5 57.02 36.24 2.59 4.15 886 4,69
primer
GANDARIA/BTS.DEPOK/TANGERANG Kolektor
34. 069 6.99 14 17.17 0 0 0 32394 3.12
- BTS.DEPOK primer
Kolektor
35. 070 BTS. DEPOK/BOGOR - BOGOR 18.24 14 32.01 0 0 0 26527 3.63
primer
Kolektor
36. 071 KEMANG - KEDUNGHALANG 4 14 100 0 0 0 32992 5.65
primer
II-79
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Arteri
37. 072 GANDARIA - CILODONG/BTS. DEPOK 8.2 14 20.73 0 0 0 32992 3.50
primer
CILODONG/BTS. DEPOK - BTS. KOTA Arteri
38. 073 15.4 14 18.18 0 0 0 18454 3.39
BOGOR primer
Arteri
39. 073.11 JLN. PAJAJARAN (BOGOR) 7.55 14 33.12 0 0 0 48493 3.86
primer
JLN. RAYA KEDUNGHALANG Arteri
40. 073.12 3.14 14 52.26 0 0 0 11315 4.37
(BOGOR) primer
Kolektor
41. 074 CIAWI - PUNCAK 21.78 7 67.85 0 0 0 25719 4.76
primer
Kolektor
42. 074.11 JLN. RAYA CIAWI (BOGOR) 2.38 14 41.08 0 0 0 23951 3.64
primer
Kolektor
43. 076 BTS. KOTA CIBADAK - CIKEMBANG 7.74 6.5 35.91 64.09 0 0 7488 4,51
primer
JLN. PERINTIS KEMERDEKAAN Kolektor
44. 076.11 1.96 5.75 95 5 0 0 10914 3,37
(CIBADAK) primer
Kolektor
45. 077 CIKEMBANG - BAGBAGAN 35.20 5.82 37.69 59.48 0.57 2.26 7251 5,01
primer
Kolektor
46. 097.12 JLN. TRANS YOGI (DEPOK) 9.26 14 70.19 28.81 0 0 32394 3.78
primer
Kolektor
47. 097.13 JLN. LETDA NATSIR (CIKEAS) 2.16 7 23.15 72.22 4.63 0 - 5.15
primer
Kolektor
48. 097.14 CIMANGGIS - NAGRAK 3.9 14 43.59 56.41 0 0 - 5.06
primer
II-80
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kolektor
49. 099.11 JLN. IR. H. JUANDA (DEPOK) 3.96 14 22.73 77.27 0 0 32394 5.07
primer
Kolektor
50. 099.12 JLN. MARGONDA RAYA (DEPOK) 1.64 21 0 100 0 0 32394 5.65
primer
Kolektor
51. 100.11 JLN. ARIF RAHMAN HAKIM (DEPOK) 0.97 14 61.86 38.14 0 0 - 3.67
primer
Kolektor
52. 100.12 JLN. TERATAI RAYA (DEPOK) 0.31 14 0 100 0 0 - 4.80
primer
Kolektor
53. 100.13 JLN. NUSANTARA (DEPOK) 1.14 7 26.32 73.68 0 0 - 5.09
primer
Kolektor
54. 100.14 JLN. RAYA SAWANGAN (DEPOK) 4.76 7 6.30 72.69 10.5 10.5 - 7.59
primer
Kolektor
55. 100.15 JLN. MUCHTAR RAYA (DEPOK) 2.32 7 0 74.14 17.24 8.62 - 7.77
primer
Kolektor
56. 100.16 JLN. SAWANGAN RAYA (DEPOK) 2.08 7 0 57.69 18.27 24.04 - 8.74
primer
Sumber : direktorat Jenderal Bina Marga, Kemneterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015
II-81
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2. 29 Panjang Jalan (m) Provinsi Jawa Barat Menurut Kota Administrasi, dan Jenis Status
Jalan 2014
Kondisi Permukaan Jalan (km)
Provinsi Jumlah
Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
DKI Jakarta 25,15 116,89 0,60 0,00 142,65
Jawa Barat 826,57 499,28 16,11 9,17 1.351,13
6. Jalan Tol
Pemerintah juga gencar membangun jalan tol di Pulau Jawa dengan diresmikannya
penggunaan beberapa ruas tol baru, salah satunya adalah Jalan Tol Cikopo-
Palimanan yang merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia. Berikut tabel jalan tol
yang beroperasi di koridor WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi.
II-82
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Sumber : Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Juni
2015
7. Jembatan Nasional
Tabel 2. 31 Jumlah Jembatan Provinsi Jakarta dan Jawa Barat Kondisi 2014
Jumlah Jembatan (unit)
Provinsi Rusak Rusak Runtuh/
Baik Sedang Kritis Jumlah
Ringan Berat Putus
DKI Jakarta 78 18 23 6 1 0 126
Jawa Barat 571 25 50 14 4 0 664
Sumber : Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal
II-83
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Bina Marga
8. Jalan Daerah
Salah satu yang menjadi tugas Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai
penyelenggara jalan adalah memberikan fasilitas kepada penyelenggara jalan
daerah dalam bentuk pembinaan, sosialisasi dan pelatihan dengan tujuan agar
kapasitas penyelenggaraan jalan daerah dapat semakin baik.
Panjang jalan daerah sering terjadi penyesuaian atau perubahan disebabkan antara
lain karena pembangunan jalan baru, perubahan status kewenangan serta ada pula
beberapa provinsi, kabupaten maupun kota yang belum menetapkan kewenangan
jalannya melalui surat keputusan kepala daerah. Berikut ini akan ditampilkan data
panjang jalan daerah di tahun 2014 yang beserta persentase kondisi
kemantapannya yang diperoleh dari Statistik Jalan Daerah 2014 seperti terlihat
pada tabel.
C.Cipta Karya
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus tersedia dalam kuantitas
yang cukup dan kualitas yang memenuhi syarat. Peningkatan populasi manusia dan
aktivitasnya telah membawa dampak terhadap ketersediaan dan kualitas air di alam.
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum didefinisikan sebagai satu kesatuan
II-84
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Pengembangan
sarana dan prasarana SPAM bertujuan untuk membangun, memperluas dan/atau
meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan jaringan
perpipaan. SPAM Jaringan perpipaan di antaranya adalah unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan. Sementara SPAM bukan jaringan
perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan,
terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata
air. Kedua SPAM tersebut perlu dikelola secara baik dan berkelanjutan agar
ketersediaan air minum dapat senantiasa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Pengembangan SPAM dijalankan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan strategi
membaginya menjadi SPAM di Perkotaan dan SPAM di Perdesaan, baik untuk SPAM
jaringan perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan. Pengembangan SPAM
perkotaan antara lain melalui program Dukungan Air Baku Melalui Pembangunan
Intake dan Transmisi Air Baku; Peningkatan SPAM Skala Regional/Kota/IKK;
Pembangunan SPAM IKK Baru; Peningkatan Kualitas Air Minum Melalui Capacity
Building, Pengembangan NSPK, Advokasi, Sosialisasi, Pembinaan Teknik, Monev, dan
Penyehatan PDAM; serta Mendorong Pembangunan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
dengan Pembangunan SPAM non Jaringan Perpipaan Individual/Komunal di
Perkotaan.
II-85
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2. 33 Data Teknis Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan Perpipaan Perkotaan
Kapasitas Kapasitas
Jumlah Jumlah Kehilangan
Provinsi Terpasang Produksi
Kabupaten Unit Air (%)
(liter/detik) (liter/detik)
DKI Jakarta 1 2 15.200 13.400 47
Jawa Barat 26 207 19.677 14.416 34
Sumber :Sistem Informasi SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya. September 2015
Tantangan yang dihadapi dalam penyediaan air minum saat ini antara lain masih
rendahnya cakupan pelayanan. Hal ini merupakan refleksi dari pengelolaan yang
kurang efisien maupun kurangnya pendanaan untuk pengembangan sistem yang ada.
Kondisi PDAM yang tidak sehat juga menjadi salah satu penyebab rendahnya akses
masyarakat mendapatkan air minum layak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut.
Sumber : Direkap dari Kinerja PDAM 2014 Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
II-86
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-87
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT)
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat adalah menyediakan sarana dan prasarana dasar kehidupan yang
dibutuhkan masyarakat secara memadai. Tempat tinggal atau lingkungan yang sehat
dapat diartikan sebagai lingkungan yang terbebas dari pencemaran air, udara, dan
tanah. Untuk mewujudkan permukiman yang layak huni, bebas air limbah, bersih dari
sampah dan bebas genangan, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
(PPLP) bersama dengan pemerintah daerah melaksanakan kerjasama penyediaan
dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah, sampah dan drainase).
Kondisi lingkungan yang sehat akan tercipta apabila limbah di lingkungan permukiman
dapat dikelola dengan baik, termasuk limbah cair. Sebaliknya, air limbah yang dibuang
tanpa melalui proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan termasuk pada sumber air baku baik air permukaan maupun air tanah.
Untuk itu, diperlukan suatu kebijakan dan strategi pelayanan pengelolaan air limbah
yang tepat.
II-88
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Operasi TPA di Indonesia pada awalnya, dan sampai saat ini sebagian masih tergolong
penimbunan terbuka atau open dumping yang berakibat pada tercemarnya lingkungan.
Hal ini menyebabkan turunnya kualitas lingkungan perkotaan termasuk air tanah.
Namun sistem tersebut mulai dilarang seiring dengan terbitnya UU No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Oleh karena itu, diperlukan rehabilitasi TPA agar lebih
memadai. Keterbatasan lahan TPA di kota-kota besar juga mengakibatkan pengelolaan
TPA bersama secara regional menjadi lebih dibutuhkan. jumlah TPA Sampah di WPS
Jakarta-Cirebon-Semarang beserta luas serta daya tampungnya.
Sumber : Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya. 2015
II-89
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-90
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
C. Perumahan Rayat
Tabel 2. 38 Jumlah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Perumahan Rakyat Terbangun
Tahun 2010-2014
II-91
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-92
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Selain terkait dengan itu terdapat WPS 9 yang melingkupi Tanjung Lesung Sukabumi
-Pangandaran Cilacap, yang . Pada WPS 9 Sukabumi merupakan wilayah
Adiminstrasi yang sama sama masuk kedalam WPS 7 & WPS 9. Melihat wilayah
geografis WPS 9 yang berada di Selatan Pulau Jawa, potensi dari Wilayah
Pengembangan Strategis 9 berada pada sector kelautan dan pariwisata. Sehingga,
hubungan fungsional antara WPS 7 dengan WPS 9 yaitu adalah jejaring pariwisata
yang berfokus pada pariwisata panorama alam juga budaya & penunjang potensi
perikanan.
II-93
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Hubungan fungsional antara WPS 7 dengan daerah belakangnya dapat dibilang cukup
beragam. Pada sebelah utara WPS 7 merupakan daerah yang berkarakteristikan
perdagangan pada Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok yang dominan akan sector
industry pengolahan. Sehingga hubungan fungsional antara Provinsi DKI Jakarta
Depok dengan Provinsi Banten, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Purwakarta & Kabupaten Karawang merupakan hubungan fungsional yang
menggambarkan adanya arus distribusi logistik antar wilayah, selain itu Kabupaten
Bekasi, Kota Bekasi & Provinsi Banten yang wilayahnya amat berdekatan dengan
Provinsi DKI Jakarta meliputi Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan merupakan daerah hinterland dari Provinsi DKI Jakarta, yang
menujang arus pergerkan manusia dalam bekerja dan bertempat tinggal.
II-94
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional;
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional;
pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;
pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan
dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan
pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat
perkembangan antar kawasan.
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
pertahanan dan keamanan;
pertumbuhan ekonomi;
sosial dan budaya;
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Penetapan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
c. memiliki potensi ekspor;
d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan nasional;
g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumberenergi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
II-95
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan
akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. rawan bencana alam nasional; atau sangat menentukan dalam perubahan rona
alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
II-96
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-97
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-98
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-99
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Struktur Ruang
No. Kedudukan Status
Nasional
PELABUHAN SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI LAUT
Sistem jaringan
3. NASIONAL Tahapan Pengembangan
Transportasi Laut
Tanjungpriok (Provinsi DKI Jakarta)
BANDAR UDARA SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI UDARA
Sistem jaringan
4. NASIONAL Tahapan Pengembangan
Transportasi Udara
Soekarno-Hatta (Provinsi Banten)
No. Pola Ruang Nasional Kedudukan Status
Taman Nasional
Taman Nasional dan Taman Nasional
1. Kawasan Lindung Taman Nasional Halimun Salak (I/A/4)
Laut
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (I/A/4)
No. Pola Ruang Nasional Kedudukan Status
Kawasan Perkotaan Jakarta
industri
pariwisata
perikanan
perdagangan
jasa
Kawasan Andalan Laut Pulau Seribu
perikanan
2. Kawasan Budidaya
pertambangan
pariwisata
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur
(Bopunjur dan Sekitarnya)
pertanian
pariwisata
industri
perikanan
Sumber : PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
II-100
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2.6.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL
RPJM I diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang
yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan
demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.
9) Diacunya rencana tata ruang secara hierarki dari tingkatan nasional, pulau,
provinsi, hingga kabupaten/kota sebagai payung kebijakan spasial semua sektor
II-101
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
dalam rangka mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan
dampak bencana.
RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
II-102
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
10) Berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang disertai dengan
12) Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis
lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa,
serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya
kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta
II-103
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
5) Terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja
sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya pembangunan pendidikan,
ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri serta terlaksananya penataan
kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas,
penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan
perekonomian.
6) Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang ditandai oleh
berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;
7) Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan
sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai,
serta mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan
mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat;
8) Terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern guna
terciptanya masyarakat informasi Indonesia; terwujudnya konservasi sumber daya
air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan
pengembangan sumber daya air serta terpenuhinya penyediaan air minum untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
10) Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.
Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.
1) Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan daya saing
perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara industri,
pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan sektor jasa.
II-104
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2) Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, serta berfungsi dengan
baik.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa Bali bertujuan untuk mewujudkan :
a. Lumbung pangan nasional
b. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi adaptasi
bencana
c. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan
II-105
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
d. pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta
panas bumi secara berkelanjutan;
e. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara
berkelanjutan;
f. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;
g. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya
dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
h. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
memadai untuk pembangunan;
i. Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang
berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana; dan
j. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.
II-106
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2. 40 Strategi Pengembangan Dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
1 Metropolitan PKN Jasa Mempertahankan fungsi Jabodetabek sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional
Jabodetabek pemerintahan, yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk
keuangan, seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan
perdagangan, pusat-pusat pertumbuhan wilayah internasional.
dan industri.
Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Jakarta sebagai kota inti dan kota-
kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sebagai kota satelit.
Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Tangerang dan Bekasi sebagai pusat
pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan permukiman, serta Bogor, Depok
dan selatan Jakarta sebagai pusat permukiman, pendidikan, dan kegiatan pariwisata
serta kegiatan perkotaan lainnya yang terkendali.
Memantapkan peran dan fungsi permukiman baru skala besar Bumi Serpong Damai,
Karawaci, Cikarang, dan Bintaro sebagai kantong-kantong permukiman yang mendukung
ekonomi Jakarta melalui pengembangan prasarana transportasi yang terpadu.
Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Jakarta dengan kota-kota satelitnya melalui
penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas pelayanan transportasi di
sepanjang koridor Jakarta- Tangerang, Jakarta-Bekasi, Jakarta-Bogor, Jakarta Depok.
Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antar kota inti dan
kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Jakarta.
II-107
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar Internasional.
II-108
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
II-109
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
kota.
3 Pelabuhan PKW Jasa Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung
pemerintahan, perkembangan sektor pertanian lahan basah, industri kerajinan tangan, pertambangan
Ratu
pertanian lahan (emas) serta pariwisata bahari.
basah, industri
perikanan dan Peningkatan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan prasarana dan
kerajinan sarana pendukung yang memadai.
tangan,
pertambangan Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan Lintas Selatan dan jalan pengumpan serta
(emas), dan melalui jalur kereta api lintas Utara-Selatan menuju ke kawasan lain yang berperan
sebagai pusat-pusat permukiman dan kegiatan usaha.
pariwisata
bahari. Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan
permukiman dan perkotaan.
Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-
kawasan industri yang telah ditetapkan (lihat kawasan industri) khususnya industri
perikanan.
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
II-110
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Nama
Fungsi Jenis
No. Kota / Strategi Pengembangan
Kota Pelayanan
Kabupaten
Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
kota.
II-111
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
2.6.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA
Rencana struktur ruang Provinsi DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran
dari rencana struktur ruang kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur. Wilayah Provinsi
DKI Jakarta diarahkan untuk menunjang Jakarta sebagai Ibukota Negara, kota Jasa
serta mendekatkan pelayanan kepada masyarakat diwujudkan dalam 2 (dua) hirarki
pusat pelayanan, yaitu :
a. Pusat Pelayanan Primer, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan internasional
b. Pusat Pelayanan Sekunder, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kota/kabupaten
administrasi
Rencana pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di DKI Jakarta, dapat ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 2. 41 Struktur Pusat Pelayanan Provinsi DKI Jakarta
HIrarki Kota Fungsi Utama
Primer 1.
Kawasan Medan Merdeka; Kawasan pusat kegiatan
2.
Kawasan Mangga Dua; primer adalah kawasan
3.
Kawasan Bandar Kemayoran; perkotaan yang berfungsi
4.
Kawasan Sentra Primer Tanah Abang; untuk melayani kegiatan
5.
Kawasan Dukuh Atas; skala nasional atau
6.
Kawasan Segitiga Emas Setiabudi; beberapa provinsi dan
7.
Kawasan Manggarai; internasional.
8.
Kawasan Sentra Primer Barat;
9.
Kawasan Sentra Primer Timur;
10.
Kawasan Tengah Pantura; dan
11. Kawasan Ekonomi Strategis Marunda.
Sekunder 1. Kawasan Glodok; Kawasan pusat kegiatan
2. Kawasan Harmoni; sekunder adalah kawasan
3. Kawasan Senen; perkotaan yang berfungsi
4. Kawasan Jatinegara; untuk melayani kegiatan
5. Kawasan Kelapa Gading; skala provinsi atau
6. Kawasan Blok M; beberapa kota/kabupaten
7. Kawasan Grogol; dan administrasi.
8. Pulau Pramuka.
Sumber : PERDA Provinsi DKI Jakarta
Strutur Ruang Provinsi merupakan perwujudan dari struktur ruang KSN Perkotaan
Jabodetabekpunjur itu sendiri
II-112
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
(Pondok Pinang Taman Mini, Taman Mini IC Hankam Raya, Cikunir Cakung,
Pondok Pinang - Ulujami). Jakarta Outer Ring Road I:
(Ulujami-Kebon Jeruk, CakungCilincing, Hankam RayaCikunir, Kebon Jeruk
Penjaringan). Jakarta Outer Ring Road II:
Kamal Teluk Naga Batu Ceper, Cengkareng Batu Ceper Kunciran,
Kunciran Serpong, Serpong Cinere, Cinere Cimanggis, Cimanggis
Cibitung, Cibitung Cilincing, Cimanggis-Cikeas.
II-113
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Berdasarkan ketentuan RTRW Nasional, Pola ruang terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Hal ini pula yang menjadi dasar pembentukan pola ruang di
Daerah Istimewa Jakarta. Berikut merupakan Pola ruang Provinsi DKI Jakarta yang
disajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut:
Kawasan terbuka Sebagai kawasan hutan produksi berfungsi lindung, hutan kota,
hijau budi daya taman kota, kawasan terbuka hijau
II-114
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-115
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-116
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Untuk mencapai sasaran pokok jangka panjang sebagaimana telah diuraikan dimuka
maka pembangunan jangka panjang yang berjangka waktu 20 tahun dilakukan secara
II-117
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
bertahap yang masing-masing tahap berjangka waktu 5 tahun. Masing-masing tahap
dikenal sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah DKI Jakarta (RPJM-D).
Dengan demikian, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D) DKI
Jakarta seluruhnya terdiri dari 5 RPJM-D dan masing-masing PPJM-D memiliki skala
prioritas yang sifatnya berkesinambungan secara utuh dan konsisten menuju
tercapainya Tujuan Pembangunan Jangka Panjang dan bila terwujudnya DKI Jakarta
sebagaimana digambarkan oleh Visi dan Misi seperti yang telah depakati.
Perlu dipahami bahwa dalam setiap tahap pebangunnan yang berjangka waktu 5 tahun
yang masing-masing memiliki fokus atau konsentrasi sektor-sektor sasaran, tidak
berarti sektor lain yang non-prioritas akan diabaikan. Sektor-sektor non-prioritas juga
masih tetap mendapat alokasi anggaran yang wajar, capaian target sektor tersebut
tidak di drive sedangkan target sektor prioritas didrive namun tetap pada tingkat yang
realistik untuk dicapai.
II-118
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-119
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-120
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-121
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
kepentingan.
6. Peningkatan fasilitasi
pengembangan kapasitas
ide, kreativitas dan inovasi
masyarakat Jakarta secara
luas dan menyeluruh
dengan memanfaatkan
jaringan regional dan
global sehingga dapat
meningkatkan manfaat
ekonomi dan mampu
mensejahterakan
masyarakat.
Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-
2025, bahwa RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 merupakan tahap ketiga
pembangunan jangka panjang daerah. Oleh karena itu, visi misi dalam RPJMD harus
mempunyai keterkaitan dengan visi RPJPD yaitu Jakarta : Ibukota NKRI yang Aman,
Nyaman, Sejahtera, Produktif, Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global.
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang dilaksanakan adalah :
a. Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
b. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun
seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain-lain
c. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau
bagi warga kota
d. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus
memiliki kesadaran dalam memelihara kota
e. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada
pelayanan publik.
Tujuan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta 2013 2017 adalah sebagai berikut:
II-122
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
a) Kota yang mampu meningkatkan posisi daya saing globalnya yang diukur
berdasarkan tolok ukur aktivitas bisnis, sumber daya manusia, pertukaran
informasi, kekayaan budaya dan kondisi politik dari posisi 54 dari 66 kota dunia
menurut Global City Index pada tahun 2012 menjadi posisi 40-45 dari 66 kota
dunia
b) Kota yang mampu mengembangkan diri menjadi pusat perdagangan dan jasa
c) Kota yang PDRB per kapita nya tumbuh pesat dan merata direpresentasikan
oleh :
1. Produk per kapita yang meningkat dari Rp.110,46 juta pada tahun 2012
menjadi Rp.160,00 juta
2. Gini ratio yang berkurang dari 0,385 pada tahun 2011 menjadi 0,360
3. Persentase penduduk miskin yang berkurang dari 3,69 persen pada tahun
2012 menjadi 3,40-3,50 persen.
d) Kota dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan inflasi yang terkendali
yang dapat dilihat dari :
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi dari 6,50 persen pada tahun 2012 menjadi 7,3
persen
2. Tingkat inflasi dari 4,52 persen pada tahun 2012 menjadi sekitar 6,0 7,0
persen.
e) Kota yang pembangunannya berimbang antara kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau dan Ruang Terbuka Biru dengan kebutuhan ruang ekonomi
f) Kota dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bertambah baik yang
dilihat dari IPM Jakarta dari 77,97 pada tahun 2012 menjadi 79,60
g) Kota yang semakin layak sebagai tempat tinggal dengan meningkatkan rasio
ketersediaan dan kebutuhan rusun dan juga mengentaskan RW kumuh
i) Kota yang tingkat toleransi warganya semakin baik dilihat dari indikasi
berkurangnya jumlah konflik sosial, berkurangnya jumlah lokasi rawan ketertiban
umum dan meningkatnya indeks demokrasi.
II-123
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, disusun sasaran
pembangunan DKI Jakarta sesuai dengan misi sebagai berikut :
(1) Berkembangnya aktivitas ekonomi perdagangan dan jasa pada Pusat Kegiatan
Primer dan Sekunder terutama yang ditetapkan dalam RTRW
(3) Tersedianya ruang untuk pedagang informal pada kawasan perkantoran dan
perniagaan kota
(5) Tersedianya stok dan distribusi pangan untuk mendukung aktivitas ekonomi
kota
(8) Tersedianya rencana tata ruang kota yang berkualitas dengan memperhatikan
aspirasi seluruh pemangku kepentingan
(11) Tersedianya jaringan jalan dan jembatan dengan kualitas yang mantap untuk
melayani sirkulasi dari/ke dalam kota
(12) Tersedianya sistem tata air yang optimal dalam mendukung upaya
pengendalian banjir, banjir rob dan dampak perubahan iklim lainnya
(14) Tersedianya sistem penyediaan air minum perpipaan yang melayani semua
wilayah kota
(16) Berkurangnya pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara) di wilayah kota
II-124
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Jakarta
(18) Tersedianya rumah layak dan terjangkau untuk semua kelompok masyarakat
(20) Meningkatnya luasan dan kualitas ruang terbuka hijau publik dan privat di
Jakarta
(23) Terwujudnya upaya revitalisasi kawasan bersejarah kota sebagai daya tarik
wisata kota
(28) Meningkatnya kesadaran dan toleransi antar suku, agama dan ras (SARA)
II-125
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
(35) Meningkatnya pelayanan pajak dan pelayanan perijinan yang transparan dan
akuntabel dengan memanfaatkan teknologi informasi
a. Strategi
Berdasarkan tujuan dan sasaran diatas, dan dalam mewujudkan visi misi yang telah
digariskan maka disusunlah strategi dasar agar kegiatan pembangunan mencapai
tujuan dan sasarannya. Dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi daerah,
permasalahan yang dihadapi serta regulasi yang ada maka dipilih beberapa strategi
dasar sebagai berikut :
II-126
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
l) Penyediaan rumah layak huni bagi semua warga masyarakat dan peningkatan
kualitas permukiman kota.
b. Arah Kebijakan
Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih
agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5
(lima) tahun atau selama periode RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017. Arah
kebijakan akan mengarahkan pilihan-pilihan strategi agar selaras dengan arahan dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Arah kebijakan pembangunan tahun pertama difokuskan pada upaya untuk mengatasi
berbagai permasalahan pembangunan menahun dan mendesak untuk segera
ditangani, antara lain: banjir, genangan, banjir rob, transportasi, permukiman kumuh
dan prasarana kota lainnya. Selain itu, upaya pembenahan birokrasi pemerintahan
yang lebih akuntabel dan transparan serta penyelenggaraan pelayanan publik yang
lebih baik menjadi fokus prioritas yang akan ditangani pada tahun pertama.
Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat juga didorong utuk lebih
ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau semua
lapisan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik terus diperbaiki mulai dari
tingkat kelurahan, kecamatan, kota dan provinsi serta menjamin proses pelayanan
publik yang akuntabel dan transparan.
II-127
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Permasalahan pembangunan yang dihadapi Kota Jakarta memerlukan upaya yang
menerus dan berkesinambungan didukung sumberdaya yang memadai. Alokasi
pendanaan untuk bidang infrastruktur banjir, transportasi, permukiman, pelayanan
kesehatan dan pendidikan perlu ditingkatkan untuk memastikan penanganan masalah
dengan tuntas. Disisi lain, upaya untuk mengefisienkan belanja pemerintahan daerah
perlu terus dilakukan sehingga dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan
pembangunan untuk mengatasi permasalahan pembangunan kota. Upaya
penanganan banjir, genangan dan banjir rob serta pembenahan sistem transportasi
yang berbasis angkutan massal akan dilaksanakan secara menerus dan menjadi
prioritas dalam periode pembangunan lima tahun kedepan (2013-2017).
Arah kebijakan pembangunan tahun kedua merupakan lanjutan dari tahun pertama
pelaksanaan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017. Penanganan
permasalahan pembangunan yang mendesak seperti banjir, transportasi, permukiman
kumuh dan prasarana kota lainnya terus dilaksanakan secara konsisten untuk
memastikan adanya penyelesaian yang komprehensif terhadap permasalahan
tersebut. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan
kepada masyarakat terus dilaksanakan dengan terus melakukan penyempurnaan dan
perbaikan terhadap sistem dan mekanisme pelayanan yang diberikan. Peningkatan
kapasitas aparatur pemerintahan yang profesional dan kredibel serta penyelenggaraan
pelayanan publik yang lebih baik terus dilakukan agar terwujud pemerintahan daerah
yang bersih dan berwibawa.
Selain terus melakukan upaya penanganan diatas, pada tahun kedua pelaksanaan
RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 diarahkan juga pada pengembangan
budaya dalam pembangunan daerah melalui berbagai program dan kegiatan untuk
mendorong pengembangan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk
mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah perlu terus
ditingkatkan dengan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan, peningkatan peran
pemuda dan pembinaan keolahragaan yang melibatkan masyarakat. Reformasi
birokrasi secara menyeluruh akan dilaksanakan dalam semua aspek pemerintahan
daerah sehingga terjadi percepatan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
II-128
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Arah kebijakan pembangunan tahun ketiga dilaksanakan untuk memastikan
kesinambungan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode pembangunan
tahun pertama dan kedua dengan tetap menekankan pada perbaikan dan
penyempurnaan pelayanan pemerintahan daerah. Kebijakan pembangunan daerah
lebih menekankan pada orientasi hasil di lapangan berdasarkan upaya yang telah
dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Penanganan permasalahan pembangunan
yang mendesak seperti banjir, transportasi, permukiman kumuh dan prasarana kota
lainnya harus menunjukan hasil nyata di lapangan yang dapat dirasakan masyarakat
serta adanya perkembangan yang berarti dalam penyelesaian masalah menahun.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan sudah menjadi
sistem pelayanan yang melembaga pada dinas/instansi terkait didukung unit-unit kerja
terkait. Peningkatan pemerintahan yang bersih dan berwibawa diharapkan sudah
menunjukkan hasil nyata terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
efisien dan efektif. Peningkatan pelayanan publik dapat diukur secara langsung
berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan tersebut.
Pengembangan budaya dalam pembangunan sudah mulai dirasakan dan diapresiasi
oleh warga kota terlihat dari maraknya penyelenggaraan even budaya dan karakter
budaya yang mulai terlihat dalam kehidupan kota Jakarta.
Pembangunan tahun ketiga juga harus terus mendorong peran serta masyarakat
dalam pembangunan daerah serta pelaksanaan reformasi birokrasi terus dilaksanakan
secara konsisten sehingga terjadi perubahan signifikan dalam wajah birokrasi
pemerintahan daerah.
II-129
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Selain terus melaksanakan upaya-upaya penanganan masalah menahun (banjir,
kemacetan, prasarana kota), penyediaan pelayanan publik, penyelenggaraan
pemerintahan dan pengembangan budaya kota, arah kebijakan pembangunan kota
ditekankan pada pengembangan kawasan-kawasan strategis yang memiliki potensi
ekonomi untuk terus dikembangkan secara terpadu melibatkan para pemangku
kepentingan. Pemerintah Daerah mendorong bagaimana penataan dan revitalisasi
kawasan dapat meningkatkan daya saing ekonomi kota di tingkat global dan regional.
Perbaikan terhadap berbagai masalah menahun kota diharapkan turut meningkatkan
daya tarik kota untuk menarik investasi yang lebih banyak.
Tahun kelima pelaksanaan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 merupakan
tahap konsolidasi untuk memastikan terjadinya perubahan dan pencapaian sasaran
pembangunan jangka menengah daerah sesuai dengan target yang ditetapkan. Arah
kebijakan pembangunan tahun kelima difokuskan pada bidang/sektor yang masih perlu
ditingkatkan pencapaian kinerjanya berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
terhadap capaian program prioritas yang telah dilaksanakan selama 4 (empat) tahun
terakhir.
Selain itu, capaian pembangunan daerah pada tahun kelima menjadi dasar (baseline)
untuk penyusunan rencana dan kebijakan pembangunan pada periode keempat
pelaksanaan RPJPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025. Pelaksanaan kebijakan,
program dan kegiatan pada tahun keempat tetap diarahkan pada upaya untuk
mensinergikan capaian pembangunan di masing-masing bidang/sektor dengan
memperhatikan program-program prioritas yang perlu dipercepat pencapaian
targetnya.
4) Kebijakan Umum
Visi dan Misi pembangunan Provinsi DKI Jakarta, setelah dijabarkan dalam tujuan,
sasaran, strategi dan arah kebijakan maka proses penjabaran selanjutnya adalah
dalam pelaksanaan kebijakan umum dan program prioritas yang disertai kebutuhan
pendanaannya.
Kebijakan umum pada hakekatnya merupakan resume dari semua arah kebijakan
pembangunan yang dipilih. Penjelasan kebijakan umum dan program prioritas
berdasarkan misi pembangunan daerah adalah sebagai berikut :
II-130
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
a. Melaksanakan Program Unggulan yang merupakan Program Prioritas dalam
pembangunan daerah selama 5 tahun dalam rangka penyelesaian
permasalahanpermasalahan yang ada.
b. Melaksanakan program prioritas daerah lainnya sesuai dengan urusan
pemerintahan yang harus dilaksanakan.
c. Melaksanakan program yang bersifat pemenuhan standar pelayanan minimal dan
operasional.
d. Mengakomodir semaksimal mungkin program pembangunan yang dijaring melalui
Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang
e. Mengedapankan program-program yang menunjang pertumbuhan ekonomi,
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan.
Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya dukungan
pencapaian target pembangunan nasional (Pro Poor, Pro Job, Pro Growth, Pro
Environtment, MDGs dan MP3EI), pemenuhan ketentuan perundang-undangan
(anggaran pendidikan lebih dari 20 persen), pendampingan program-program
pemerintah pusat,serta pendampingan program-program yang didanai oleh
Lembaga Keuangan Internasional.
f. Meningkatkan pelayanan masyarakat dari tingkat Kelurahan, Kecamatan,
Kota/Kabupaten hingga Provinsi.
g. Meningkatkan Kerjasama Jabodetabek yang meliputi :
1. Pengembangan transportasi antara lain melalui Pembangunan Busway
Koridor Integrasi Jabodetabek, Pengembangan Kereta Komuter dan
Pembangunan Light Rapid Transit
2. pengendalian banjir, antara lain melalui Pengembangan Waduk
tangkapan air di hulu (Waduk Ciawi, Waduk Cimanggis), pembangunan
tanggul pengaman Rob
3. Pengelolaan sampah, melalui Penyediaan fasilitas persampahan terpadu
4. Penyediaan air bersih, antara lain melalui Penyediaan air bersih dan air
baku dari waduk Jatiluhu
5. Pengembangan industri dan perdagangan, melalui penataan industri Hi-
tech. Industri bertekonolgi tinggi (Hi-tech) merupakan industri yang
dioperasikan oleh Sumber Daya Manusia yang berpendidikan dan
berketerampilan tinggi, serta mempunyai infrastruktur yang mendukung
dan mempunyai lembaga/divisi riset
II-131
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-132
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
pengembangan Bodebekpunjur yang difungsikan sebagai pengembangan kawasan
perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN
Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi,
Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur.
II-133
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Tabel 2. 44 RTRW Provinsi Jawa Barat
Wilayah Tema Sektor unggulan dan
Arah pengembangan Fokus Pengembangan
Pengembangan Pengembangan Potensial wilayah
II-134
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Rencana struktur ruang Provinsi Jawa Barat merupakan perwujudan dan penjabaran dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Sistem perkotaan di jawa Barat dapat dilihat
pada tabel
II-135
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-136
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Kabupaten Cianjur
3. Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai
energi di TPA di Kabupaten Bogor, Kabupaten
Bekasi, Kota Bekasi, Kota Bogor dan Kota Depok
4. Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas
kota di Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten
Bekasi dan Kota Bekasi
5. Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan
berupa energi air skala kecil, energi surya, energi
angin dan bio-energi
6. Pengembangan pemanfaatan gas alam di
Kabupaten Bekasi (SPPBE, LNG Terminal, PLTG,
dan LPG plant)
7. Pengembangan Desa mandiri energi.
4 Infrastruktur 1. Pengembangan permukiman perkotaan
Permukiman Pengembangan hunian vertikal di Kawasan
Perkotaan Bodebek
Pengembangan kawasan siap bangun atau
lingkungan siap bangun
Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan
dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air
(IPA)/Water Treatment Plant (WTP) di Kabupaten
Bekasi dan Kabupaten Bogor
Pengembangan pengolahan air limbah yang
memperhatikan baku mutu limbah cair dan
merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan
air limbah industri secara terpusat, terutama pada
kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan
sentra industri
Penataan jaringan drainase perkotaan
Pembangunan Tempat Pengolahan dan
Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo
dengan cakupan pelayanan untuk wilayah
Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman
kumuh di Kota Depok dan Kota Bekasi
Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN,
PKW dan pembangunan sarana olahraga di PKL
Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN,
Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe
C di PKL
Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan
PKW
Pengendalian permukiman di kawasan Puncak
untuk mendukung fungsi konservasi kawasan
Pembangunan Pasar Induk Regional di Kabupaten
Bogor
2. Pengembangan permukiman perdesaan
Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di
desa tertinggal, desa terpencil, permukiman
II-137
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-138
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-139
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-140
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-141
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-142
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan
sekitarnya. Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan pada adalah:
II-143
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-144
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-145
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
g. Peningkatan kesiapan
dini dan mitigasi bencana
h. Peningkatan pelayanan
infrastruktur ketenagalistrikan;
i. Pengembangan energi
baru terbarukan;
j. Pembangunan
infrastruktur transportas;
k. Penataan daerah
otonom.
Berdasarkan Perda nomor 1 tahun 2015 tentang RTRW Kota Depok 2012 2032 tujuan
dari penataan ruang wilayah adalah mewujudkan kota pendidikan, perdagangan
dan jasa yang nyaman, religius dan berkelanjutan.
II-146
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-147
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-148
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-149
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-150
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-151
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-152
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Berdasarkan RTRW Kota Bogor 2011-2031 tujuan dari penataan ruang wilayah adalah
mewujudkan tata ruang berwawasan lingkungan untuk mendukung kota jasa yang
nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
II-153
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-154
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-155
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-156
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-157
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-158
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-159
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-160
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-161
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-162
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-163
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-164
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-165
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-166
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-167
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-168
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-169
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-170
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Berdasarkan Perda Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor 2005-2025 tujuan dari penataan ruang wilayah adalah
II-171
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-172
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-173
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-174
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-175
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-176
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-177
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-178
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-179
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-180
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-181
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-182
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-183
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-184
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-185
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-186
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sukabumi 2012-2032 tujuan dari penataan ruang wilayah adalah mewujudkan
tata ruang wilayah yang efisien, produktif, berkelanjutan dan berdaya saing di bidang
agribisnis, pariwisata dan industri menuju kabupaten yang maju dan sejahtera.
II-187
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-188
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-189
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-190
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-191
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-192
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-193
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-194
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-195
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-196
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-197
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2012 tujuan dari penataan ruang Kota
Sukabumi ialah pusat pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan yang
aman, nyaman, dan berkelanjutan pada WP.
II-198
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-199
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-200
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-201
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-202
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-203
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-204
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-205
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
K O N D I S I E K S I S T I N G W P S JAKARTA-BOGOR-CIAWI-SUKABUMI..........................................1
2.1 GAMBARAN UMUM..........................................................................................................1
2.1.1 ORIENTASI.....................................................................................................1
2.1.2 LETAK ADMINISTRASI WPS JAKARTA-BOGOR-CIAWI-SUKABUMI.5
2.1.3 Kondisi Fisik..................................................................................................10
2.1.4 KEPENDUDUKAN.......................................................................................21
2.1.5 KONDISI PERKONOMIAN.........................................................................25
2.1.6 SOSIAL EKONOMI......................................................................................30
2.1.7 KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA..............................................................34
2.1.8 Potensi Wisata................................................................................................42
2.2 SIMPUL-SIMPUL...............................................................................................................46
2.3 INFRASTRUKTUR UMUM.................................................................................................50
2.4 INFRASTRUKTUR PUPR....................................................................................................63
2.5 HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR WPS DAN INTRA WPS................................................85
2.5.1. Hubungan Fungsional Antar WPS.................................................................85
2.5.2. Hubungan Fungsional Intra WPS...................................................................85
2.5.3. Hubungan Fungsional Antara WPS 7 dengan Daerah Belakangnya..............86
2.6 KEBIJAKAN SPASIAL..........................................................................................................86
2.6.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.........................................................86
2.6.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL...........93
2.6.3. RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA BALI.......................................97
2.6.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA........103
2.6.5. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DKI JAKARTA....108
2.6.6. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DKI JAKARTA
113
2.6.7. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT.........124
2.6.8. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DEPOK............................137
2.6.9. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BOGOR...........................144
2.6.10. RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BOGOR..............................162
2.6.11. RENCANA TATA RUANG KABUPATEN SUKABUMI.......................178
2.6.12. RENCANA TATA RUANG KOTA SUKABUMI..........................................................190
II-206
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-207
Laporan Antara Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi
II-208