Anda di halaman 1dari 13

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

BAB II
PROFIL KOTA BEKASI

2.1 Gambaran Geografis dan Administrasi


Kota Bekasi merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat yang berbatasan
langsung dengan propinsi lain yaitu DKI Jakarta. Letaknya yang
bersebelahan dengan ibukota negara ini memberikan beberapa keuntungan
di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana
dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu
daerah penyeimbang DKI Jakarta.
Kota Bekasi mulai terbentuk sejak tahun 1997 dimana pada awalnya sejak
2001 sampai 2004 Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52
kelurahan. Tetapi pada tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi
Nomor 04 Tahun 2004 tentang pemekaran Wilayah Administrasi
Kecamatan dan kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan
dengan 56 kelurahan dengan luas secara keseluruhan sekitar 21.049.000
Km2. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kota Bekasi yaitu
Kecamatan Mustika Jaya atau sekitar 11,75% dari luas keseluruhan Kota
Bekasi. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terendah adalah
kecamatan Bekasi Timur dengan luas wilayah 1.349 Ha (1.349.000 km 2)
atau sekitar 6,41% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Secara Geografis,
Kota Bekasi terletak pada posisi antara 106048’28’’ – 107027’29’’ Bujur
Timur dan 6010’6’’ – 6030’6’’ Lintang Selatan Batas-batas wilayah
administrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah :
Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
Sebelah Barat : Propinsi DKI Jakarta
Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Selengkapnya luas wilayah Kota Bekasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1
Luas Wilayah Kota Bekasi Menurut Kecamatan
LUAS
NO KECAMATAN WILAYAH (%)
(Km2)

1 Pondok Gede 16.29 7.74


2 Jati Sampurna 14.49 6.88
3 Pondok Melati 18.56 8.82
4 Jati Asih 22.00 10.45

II - 1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

LUAS
NO KECAMATAN WILAYAH (%)
(Km2)

5 Bantar Gebang 17.05 8.10


6 Mustika Jaya 24.73 11.75
7 Bekasi Timur 13.49 6.41
8 Rawa Lumbu 15.67 7.44
9 Bekasi Selatan 14.96 7.11
10 Bekasi Barat 18.89 8.97
11 Medan Satria 14.71 6.99
12 Bekasi Utara 19.65 9.34
JUMLAH 210.49 100
Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

II - 2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Gambar 2.1
Peta Administratif Kota Bekasi

II - 3
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

2.2 Gambaran Demografi


Dikarenakan letaknya yang strategis dan berdekatan dengan Ibu Kota
Jakarta mengakibatkan Kota Bekasi menjadi alternatif tempat tinggal
yang potensial sehingga berdampak kepada pertambahan jumlah
pendududuk. Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk
setiap tahunnya. Sebagian besar merupakan penduduk komuter yang
datang untuk bekerja di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Provinsi DKI
Jakarta. Jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2007 adalah 1,800,746
jiwa dan jumlah tersebut terus meningkat sampai akhirnya menjadi
2.334.142 jiwa pada tahun 2012, dengan penyebaran tertinggi pada
Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 12,84% (299.648 jiwa), Bekasi Barat
12,51% (292.015 jiwa), Bekasi Timur 11,52% (268.922) dan terendah di
Kecamatan Bantargebang sebesar 3,86% (90.027 jiwa). Jumlah penduduk
Kota Bekasi berdasar jenis kelamin dan wilayah Kecamatan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 2012

NO KECAMATAN LAIK-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Pondok Gede 130,726 126,379 257,105


2 Jati Sampurna 48,294 46,190 94,484
3 Pondok Melati 70,765 67,752 138,517
4 Jati Asih 92,534 87,194 179,728
5 Bantar Gebang 46,457 43,570 90,027
6 Mustika Jaya 74,147 71,519 145,666
7 Bekasi Timur 137,043 131,879 268,922
8 Rawa Lumbu 102,099 99,844 201,943
9 Bekasi Selatan 106,871 103,626 210,497
10 Bekasi Barat 148,779 143,236 292,015
11 Medan Satria 79,437 76,153 155,590
12 Bekasi Utara 152,581 147,067 299,648
Kota Bekasi 1,189,733 1,144,409 2,334,142
Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

II - 4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Pondok Gede
257,105
Jati Sampurna
94,484
155,590 299,648
Pondok Melati
138,517
Jati Asih
292,015
179,7 Bantar Gebang
28
Mustika Jaya
268,922 90,027 Bekasi Timur
210,497 145,666 Rawa Lumbu

201,943 Bekasi Selatan


Bekasi Barat

Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012


Gambar 2.2
Distribusi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2012 (Jiwa)

Tabel 2.3
Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Per Km2 Menurut
Kecamatan

LUAS KEPADATAN
JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH PENDUDUK
PENDUDUK
(Km2) (JIWA/Km2)

1 Pondok Gede 16.29 257,105 15,783


2 Jati Sampurna 14.49 94,484 6,521
3 Pondok Melati 18.56 138,517 7,463

4 Jati Asih 22.00 179,728 8,169


5 Bantar Gebang 17.05 90,027 5,280
6 Mustika Jaya 24.73 145,666 5,890
7 Bekasi Timur 13.49 268,922 19,935
8 Rawa Lumbu 15.67 201,943 12,887
9 Bekasi Selatan 14.96 210,497 14,071
10 Bekasi Barat 18.89 292,015 15,459
11 Medan Satria 14.71 155,590 10,577
12 Bekasi Utara 19.65 299,648 15,249
JUMLAH 2,334,142 1,882,869

Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

II - 5
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

2.3 Gambaran Topografi


Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m
dpl), yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu
daerah Kota Bekasi termasuk dalam satuan dataran rendah yang memiliki
potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi,
2010). Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan
antara 0 – 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah
yang paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur
lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa.
Peta Topografi Kota Bekasi selain di dominasi oleh daerah berawa juga
memiliki beberapa aliran sungai yang bersifat dendritik, berkelok – kelok.
Dilihat dari sifat alirannya dapat terus ditelusuri jalur sungai utamanya.
Aliran tersebut terpecah menjadi beberapa cabang teranyam.

2.4 Gambaran Hidrologi


Kondisi Hidrologi di Kota Bekasi lebih di dominasi oleh sistem aliran sungai
– sungai besar yang relatif tenang. Permukaan dan badan sungai relatif
datar hingga landau dan tidak terjal. Secara keseluruhan terdapat 7 (tujuh)
aliran sungai yang melalui wilayah Kota Bekasi yaitu Sungai Sunter,
Sungai Buaran, Sungai cakung, Sungai Cileungsi, Sungai Bekasi, Sungai
Sasak Jarang dan Sungai Cibitung. Rata – rata ukuran panjang dan lebar
sungai cukup sempit sehingga kapasitas dan daya tampung debit air juga
terbatas. Sebagian besar hulu sungai yang melewati wilayah Kota Bekasi
adalah berasal dari Bogor dan Purwakarta, dan berhilir menuju wilayah
Bekasi Utara serta berakhir hingga ke laut Utara. Jika dilihat dari segi
sensitifitasnya, sungai – sungai yang melalui wilayah Kota Bekasi relatif
tidak membahayakan.
Sistem sungai yang melewati Bekasi termasuk dalam wilayah sistem aliran
banjir CBL (Cikarang - Bekasi - Laut Floodway). Sistem CBL terdiri dari
aliran banjir, system CBL tersebut telah dibangun sejak tahun 1985
melalui proyek pelebaran saluran irigasi jatiluhur yang berfungsi untuk
mengatasi banjir di Wilayah Kota Bekasi, Cisadang dan Cikarang. Aliran
ini memiliki daerah tangkapan (cathman area) seluas 1.135 km2 dengan
panjang + 29 km. Kota Bekasi juga memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang cukup.
Terdapat 9 DAS di Kota Bekasi beserta Titik Siphon dan pompa sebagai
berikut:
1. Das Kali Cakung (Per.Wahan Pondok Gede, Puri Gading, Taman Permata
Cikunir, Kali Jati Kramat/Prum Harapan Baru Regency). Sub das Kali
Buaran(2900 x 3 – 7); Sub das Kali Jati Kramat ( 3000 x 6 ) sub das Kali
Cakung (600 x 7).
2. Das Kali Buaran (komplek kodam Jatiwarna,Kp. Rawa lele, Komp.
Jatibening). Sub das (29000 x 3 – 7 ).

II - 6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

3. Das Kali Jati Kramat. Sub das (3000 x 6 ).


4. Das Kali Bekasi ( Rawa Gede, Cipendawa ). Sub das Kali Baru Bekasi (
2900 x 4 –5 ); Sal. Jati luhur Bekasi Barat ( 2400 x 6 ); saluran Bulevar
raya; Sal. Bumi satria permai, Kali Pekayon; Sal. Rawa Tembaga, Sal.
Rawa lumbu.
5. Das Kali Baru Bekasi ( Rawa Pasung, Situ Uwong). Sub das ( 2900 x 4 – 5 ).
6. Das Sasak Jarang ( Pengasinan, Taman Narogong, Jatimulya, Pondok
Hijau Permai). Sub das Kali Sasak jarang
7. Das Kali Jambe. Sub das Kali Siluman; Kali Bawang.
8. Das Rawa Lumbu ( Perumahan 4, Bumi Bekasi Baru ).
9. Das Cikeas ( Bandung Cikeas, Rawa polu).

Disamping sungai, di wilayah kota bekasi terdapat 4 simpangan air


(Siphon) yaitu :
1. Tol Jakarta – Cikampek ( 8 titik Box laluvert )
2. Bekasi – Jakarta ( 2 Titik Siphoin )
3. Kereta api ( 6 titik Siphon )
4. Kali malang ( 8 Titik Siphon )
Kondisi sungai yang terdapat di Wilayah Kota Bekasi sebagian besar sudah
mengalami kerusakan. Pendangkalan, erosi akibat dari sampah dan
penyalah gunaan fungsi sungai menjadi faktor penyebab kerusakan
tersebut. Tebing dan tanggul sungai banyak yang mengalami erosi akibat
penambangan pasir di sungai, dari gambar di bawah ini dapat kita lihat
tata guna lahan wilayah Bekasi dan sekitarnya. Dari peta dapat kita lihat
di beberapa titik di wilayah Kota Bekasi hampir 90% lahan digunakan
sebagai pemukiman, sedangkan di bagian yang lain wilayah pemukiman
hanya sekitar 20%. Dapat dilihat tata lahan yang tidak terstruktur
berdampak pada aliran sungai yang melintasi Kota Bekasi beberapa titik
ada yang mengalami pendangkalan dan di bagian lain mengalami erosi
(Masterplan Jaringan Air Bersih Perkotaan,2008).

2.5 Gambaran Klimatologi


Iklim di wilayah kota Bekasi dapat digolongkan kedalam kelompok C atau
dikatakan basah sepanjang tahun akan tetapi pada musim kemarau daerah
tersebut akan panas sekali. Tipe iklim C mempunyai jumlah bulan kering
lebih banyak dibandingkan bulan hujan.
Sepanjang tahun 2012, hampir setiap bulan terjadi hujan di Kota Bekaosi,
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu tercatat 242 mm
sedangkan curah hujan terendah pada bulan September dengan jumlah
curah hujan 7 mm.

II - 7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Selama tahun 2012 tercatat terjadi 108 hari hujan dengan jumlah hari
hujan terbanyak terjadi di bulan Februari. Sementara itu, debit air Kali
Bekasi yang melintasi Kota Bekasi tahun 2012 rata-rata 68,89 m3/detik.
Sayangnya alat untuk mengetahui rata-rata kekeruhan Kali Bekasi
mengalami kerusakan, sehingga tahun 2012 tidak dapat diketahui seberapa
besar kekeruhan Kali Bekasi.

Tabel 2.4
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan di Kota Bekasi
NO BULAN HARI HUJAN CURAH HUJAN

1 Januari 20 242
2 Februari 22 167
3 Maret 17 127
4 April 8 63
5 Mei 6 21
6 Juni 3 34
7 Juli 0 0
8 Agustus 0 0
9 September 2 7
10 Oktober 0 0
11 Nopember 17 94
12 Desember 13 163
Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012

2.6 Kondisi Sosial Ekonomi


A. Kondisi Sosial
Pola pertumbuhan permukiman di Kota Bekasi dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu: pertumbuhan penduduk alami, urbanisasi penduduk dari desa ke
kota atau demobilisasi dari kota sekitarnya, dan adanya perubahan fungsi
lahan dari semula pesawahan yang berkarakter perdesaan menjadi
kawasan terbangun yang berkarakter perkotaan. Penggunaan lahan di
wilayah Kota Bekasi sebagian besar didominasi oleh lahan terbangun.
Penggunaan lahan terbangun sebagian besar digunakan sebagai lahan
permukiman (44,94 %) yang lokasinya sebagian besar berada pada wilayah
pusat Kota Bekasi dan wilayah utara, sedangkan lahan tak terbangun
sebagian besar berada di bagian wilayah selatan kota dan dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian berupa tegalan, kebun campuran, dan sawah.
Pengembangan permukiman saat ini dihadapkan pada kendala terbatasnya
ketersediaan lahan sebagai akibat pesatnya kawasan terbangun kota untuk
kegiatan industri, jasa dan perdagangan, serta meningkatnya jumlah

II - 8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

penduduk Kota Bekasi. Saat ini kebutuhan perumahan terus meningkat,


sementara jumlah rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan.
Perkiraan hingga tahun 2026, hanya ada 3 (tiga) kecamatan yang dapat
menampung kebutuhan permukiman yang dibangun secara horizontal,
sedangkan 9 kecamatan lainnya harus membangun perumahan vertikal
(RP4D Kota Bekasi, 2007).
Beberapa permasalahan terkait dengan pola pertumbuhan dan penyebaran
permukiman di Kota Bekasi adalah:
 Belum adanya konsep pengembangan permukiman yang dapat
mengakomodir berkembangnya budaya multikultur.
 Masih banyaknya permukiman yang belum layak huni ditinjau dari
segi kesehatan, keindahan, sosial, budaya dan lingkungan hidup.
 Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dasar permukiman seperti;
drainase, sarana pengolahan air limbah, sarana air bersih, jalan
lingkungan dan listrik.
 Meningkatnya bangunan liar dan permukiman kumuh
 Meningkatnya alih fungsi lahan tanpa izin dan pembangunan yang
melanggar tata ruang
 Kebijakan tata ruang yang sulit untuk diimplementasikan dan belum
dapat mengakomodir perkembangan permukiman.
Konsekuensi dari pesatnya perkembangan Kota Bekasi sebagai Kota
Metropolitan, diindikasikan semakin terbatasnya lahan untuk memenuhi
kebutuhan perumahan dan permukiman penduduk. Munculnya
permasalahan permukiman kumuh timbul seiring dengan tumbuhnya
ketidakseimbangan antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah
dalam pemenuhan kebutuhan diperkotaan.
Beberapa dimensi persoalan kawasan kumuh di Kota Bekasi mencakup:
 Tidak memadainya sarana dan prasarana dasar permukiman yang
berkualitas seperti; air bersih, drainase, listrik, sekolah, pelayanan
kesehatan, dll,
 Rendahnya tingkat pendapatan karena terbatasnya akses terhadap
lapangan kerja,
 Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, serta
 Terbatasnya akses penduduk miskin kepada kapital komunitas
terbangun, individu, sosial dan lingkungan alam.
Terdapat beberapa tipologi kawasan kumuh perkotaan yang dijumpai di
Kota Bekasi sebagai berikut:
(1) Permukiman kumuh di dekat pusat kegiatan sosial ekonomi, seperti
kawasan industri, pusat perdagangan, pendidikan, dan pusat jasa
serta ekonomi lainnya
(2) Permukiman kumuh di pusat kota.

II - 9
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Kawasan ini merupakan permukiman kumuh yang terletak di tengah


kota yang merupakan permukiman lama atau lingkungan
permukiman yang diindikasikan mempunyai nilai warisan budaya
yang tinggi dalam bentuk sebuah kota lama. Penyebab menurunnya
kualitas lingkungan kawasan ini adalah karena adanya penurunan
kondisi sosial ekonomi akibat perkembangan dari kota itu sendiri, dan
adanya perencanaan yang kurang tepat sehingga kawasan ini
mengalami degradasi status, dari kawasan pusat aktifitas menjadi
kawasan mati karena tidak ada investasi lagi.
(3) Permukiman kumuh di pinggiran kota, yaitu permukiman kumuh
yang berada di luar pusat kota (urban fringe) yang tumbuh dan
berkembang sebagai konsekuensi dari perkembangan kota,
pertumbuhan penduduk yang cepat serta tingkat urbanisasi yang
tinggi.
(4) Permukiman kumuh di tepi sungai, yaitu permukiman yang berada di
luar Garis Sempadan Sungai (GSS).

Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Bekasi
tahun 2010, potensi besar dijumpai kawasan kumuh terdapat dibeberapa
wilayah kecamatan seperti; Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi
Selatan, Medan Satria dan Bantargebang. Hal ini terdapat kesamaan
dengan prediksi yang tertuang dalam dokumen RDTR Kota Bekasi untuk
tahun 2006-2007, bahwa Kecamatan Bekasi Selatan merupakan salah satu
kecamatan yang berpotensi besar meningkatnya pertumbuhan kawasan
kumuh karena merupakan pusat pengembangan permukiman, pusat
perdagangan dan jasa, industri serta sebagai pusat pelayanan sosial.
Dalam konteks perkembangan kawasan kumuh di Kota Bekasi, dijumpai
beberapa lokasi yang dominan tumbuh bangunan kumuh yaitu di
Kelurahan Margajaya (10,05 Ha), dan Kelurahan Pekayon Jaya (6,8 Ha) di
Kecamatan Bekasi Selatan, dan Kelurahan Jaka Setia (6 Ha) di Kecamatan
Bekasi Selatan (Distarkim Kota Bekasi, 2006). Beberapa identifikasi
permasalahan pada kegiatan permukiman di Kota Bekasi dewasa ini
adalah a) ketidakseimbangan supply-demand, b) terbatas lahan untuk
permukiman, c) masih banyaknya kawasan/bangunan kumuh, serta d)
sarana dan prasarana yang masih banyak belum memadai.
Sementara dari sisi jumlah penduduk usia kerja, di wilayah Kota Bekasi
sebanyak 91,83 % atau 994.799 Jiwa sudah terserap atau telah bekerja
sementara 8,17 % atau 88.499 Jiwa dari masyarakat usia produktif belum
memiliki kesempatan bekerja atau masih mencari kerja. Sisa populasi
sebesar 640.137 jiwa bukan termasuk angkatan kerja lebih jelasnya dapat
dilihat bersama pada table dibawah ini:

Tabel 2.5
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kegiatan Di

II - 10
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Kota Bekasi Tahun 2009


NO URAIAN JUMLAH %
(JIWA)

I Angkatan Kerja 1,083,298 100


a. Bekerja 994,799 91.83
b. Mencari Kerja 88,499 8.17
II Bukan Angkatan Kerja 640,137 100
a. Sekolah 158,318 24.73
b. Mengurus Rumah Tangga 427,049 66.71
c. Lainnya 54,770 8.56
sumber : BPS Kota Bekasi, 2010

B. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian Kota Bekasi tidak terlepas dari letak Kota Bekasi
sebagai kota satelit DKI Jakarta. aktifitas perekonomian Kota Bekasi
secara tidak langsung dipengaruhi oleh hal tersebut. Kegiatan
perekonomian di Kota Bekasi didominasi oleh sector industry, perdagangan,
hotel dan restoran. Industri sebagai salah satu kegiatan perekonomian
utama (44,41%) keberadaannya masih tersebar secara parsial di beberapa
titik di wilayah Timur Bekasi seperti, kecamatan bantar gebang, rawa
lumbu, Bekasi Utara dan Medan Satria. Berikut adalah peta persebaran
industry di Kota Bekasi (Sumber: Bidang Pengendalian Dampak
Lingkungan-BPLH Kota Bekasi, 2009).
Perekonomian di Kota Bekasi dapat dikategorikan kedalam kondisi
ekonomi wilayah Urban, dimana distribusi sektor tertier dan sekundernya
masih lebih tinggi dibandingkan sektor primer. Distribusi sektor
pertanian,listrik air dan Gas terus menurun atau tidak meningkat selama 7
tahun terakhir. Sektor industri pada tahun 2002 – 2003 mengalami
peningkatan namun pada tahun 2006 mengalami penurunan walaupun
tidak signifikan, akan tetapi persentase sektor industri tetap diatas 45%.
Kota Bekasi memiliki potensi ekonomi di sector industri, perdagangan dan
jasa. Ketiga sector tersebut terus memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bekasi
PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan,
dimana Tahun dasar yang dipakai adalah Tahun 2000 Data yang disajikan
adalah data series tahun 2009 sampai 2012. Disajikan menurut atas dasar
harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dimana PDRB tahun 2012
merupakan angka sangat sementara dan data tahun 2011 merupakan
angka perbaikan.
Berdasarkan data PDRB 2009-2012 pertumbuhan ekonomi mengalami pola
yang berbeda. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2012
mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang

II - 11
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

mengalami laju pertumbuhan paling tinggi dibanding tahun sebelumnya


adalah sektor bangunan sebesar 12,09 persen. Sedangkan Sektor yang
mengalami pertumbuhan paling lambat adalah sektor Pengangkutan dan
Komunikasi di tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 10,08 persen, di
tahun 2012 pertumbuhannya hanya 3,27 persen.
PDRB perkapita di Kota Bekasi tahun 2012 adalah sebesar Rp.
18.175.506,00 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
sebesar Rp. 16.727.244,00. Angka ini memiliki makna bahwa setiap orang
di Kota Bekasi diperkirakan memiliki pendapatan sebesar Rp.
18.175.506,00 pada tahun 2012.

II - 12
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Tabel 2.6
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga 2009 – 2012
(Juta Rupiah)

II - 13

Anda mungkin juga menyukai