Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN AKHIR

PEKERJAAN
DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT
KERUSAKAN MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA
WILAYAH I

TAHUN ANGGARAN
2021

Konsultan Perencana :
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

KATA PENGANTAR

Buku Laporan Pendahuluan ini disusun sesuai dengan yang dilaksanakan dalam
Kegiatan Pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal
Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I.
Buku Laporan Akhir ini kami susun untuk mendeskripsikan pekerjaan awal sampai
akhir. Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas kami sebagai
Konsultan Perencana yang meliputi perencanaan teknis secara keseluruhan dari survei
pendahuluan, metodologi perencanaan, perhitungan perencanaan, dan laporan akhir
perencanaan.
Terima kasih disampaikan kepada pihak terkait yang telah membantu penyusunan
Laporan tersebut, semoga buku Laporan ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang diharapkan.

Pekanbaru, 2021

Konsultan Perencana
CV. YAGANA CONSULINDO

DEDI WAHYUDI
Direktur

i
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… i

Daftar Isi .………………………………………………………………………………….. ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1

1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………………………………… 2

1.3 Ruang Lingkup…………………………………………………………………. 3

1.4 Tahapan Perencanaan………………………………………………………… 3

1.5 Sistematika Laporan…………………………………………………………. 4

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Wilayah………………...……………………………………. 5

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten ……………………………………………….. 6

2.3 Lokasi Pekerjaan…………………………………………………………….. 8

BAB III. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Umum………………………………….…………………………………..…… 10

3.2 Pendekatan………………………………….………………………………… 10

3.3 Metodologi………………………………….………………………………….. 18

BAB IV. PROGRAM KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

4.1 Program Kerja………………………………….……………………………… 34

4.2 Organisasi dan Personil………………………………….……………..……. 43

4.3 Jadwal Pelaksanaan………………………………….………………………. 44

ii
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

BAB V. ANALISA KERUSAKAN BANGUNAN

5.1 Klasifikasi Jenis Kerusakan…………………………………………………… 46

5.2 Penyebab Kerusakan Bangunan……………………….……………..……. 48

5.3 Kerusakan Bangunan SMP Negeri 5 Tapung…………….…………………. 50

5.4 Kerusakan Bangunan SMP Negeri 5 Tapung Hilir……….…………………. 51

5.5 Kerusakan Bangunan SMP Negeri 3 Tapung Hilir……….……………........ 52

BAB VI. PENGEMBANGAN

6.1 Pekerjaan Rehabilitasi dan Pengembangan pada SMP Negeri 5


Tapung…………………………………………………….……………… 57

6.2 Pekerjaan Rehabilitasi dan Pengembangan pada SMP Negeri 5 Tapung


Hilir…..……………………………………………………………………….. 57

6.3 Pekerjaan Rehabilitasi dan Pengembangan pada SMP Negeri 3 Tapung


Hilir…..……………………………………………………………………….. 58

BAB VII. RENCANA ANGGARAN BIAYA

7.1 Item Pekerjaan ………………………………………………….……………… 59

7.2 Analisa Harga Satuan……………………………………………...…..………. 60

7.3 Rencana Anggaran Biaya……………………………………………...…..…... 60

7.4 Pemilihan Konstruksi…………………………………………………...…..…... 60

iii
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Bab PENDAHULUAN
1
1.1. LATAR BELAKANG
Kegiatan Rehab Sedang / Berat Gedung SMP merupakan kegiatan yang harus
diwujudkan untuk menunjang fasiltas pendidikan maupun menyediakan sarana
prasarana penunjang lainnya demi kenyamanan bagi siswa sekolah menegah
perguruan. Adapun salah satu factor untuk memaksimalkan fungsi pendidikan adalah
dengan pembangunan / perbaikan ruang kelas dan fasilitas lainnya. Dengan adanya
upaya tersebut, maka perlu adanya suatu perencanaan untuk melaksanakan
pembangunan/ rehabilitasi sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan kondisi lahan
yang yang ada.
Menyadari pentingnya peranan sekolah demi tercapainya tujuan
pembangunan pendidikan nasional, terutama untuk program pendidikan yang
bermutu, maka Pemerintah Kab. Kampar perlu memberdayakan sekolah semaksimal
mungkin sehingga dapat menyelenggarakan dan memberika pelayanan pendidikan
yang bermutu. Pemerintah Kab. Kampar dalam hal ini Dinas Pendidikan melalui
kegiatan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang
Beserta Perabotnya Wilayah I, memberikan bantuan yang bersifat stimulant kepada
sekolah. Setiap bangunan harus direncanakan dan dirancang dengan sebaik-baiknya,
sehingga dapat memenuhi criteria teknis pembangunan yang layak dari segi mutu,
biaya dan criteria administrasi.
Pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal
Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I ini bertujuan unutk memfasilitasi kebutuhan
perencanaan dari Dinas Pendidikan Kab. Kampar Tahun Anggaran 2021.
Pemerintahan Kab. Kampar dalam hal ini Dinas Pendidikan Kab. Kampar
melalui kegiatan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal
Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I untuk Pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas
Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya SMP Negeri 5
Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir mengupayakan
peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga mampu meghasilkan

I- 1
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

bangunan gedung yang memadai dan layak menurut kaidah, norma serta tata laku
professional.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1 MAKSUD
Maksud dari pelaksanaan Kegiatan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan
Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I Pekerjaan DED
Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta
Perabotnya SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir, SMP Negeri 3
Tapung Hilir adalah :
a. Mengadakan, menunjang maupun menyediakan faslitas pendidikan dan sarana
prasarana penunjang lainnya demi kenyamanan bagi siswa sekolah dasar dengan
memaksimalkan fungsi pendidikan melalui pembangunan / perbaikan ruang kelas
dan fasilitas lainnya.
b. Membuat perencanaan Kegiatan Rehabilitasi Sedang/ Berat Gedung SMP sesuai
dengan tingkat kerusakan yang ada di masing-masing lokasi, dengan
menstandartkan bangunan gedung sekolah yang ada agar sesuai dengan fungsi
bangunannya.
1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari Kegiatan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan
Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I, Pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang
Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya SMP Negeri 5
Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir adalah :
a. Membantu penyedia jasa untuk menghasilkan Perencanaan Kegiatan Rehabilitasi
Gedung Sekolah yang meliputi Pembuatan Gambar Perencanaan, Pembuatan
Engineering Estimate (EE), Pembuatan Bill of Quantily (BQ) dan Pembuatan
Spesifikasi Teknis.
b. Tercapainya sarana pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kab.
Kampar melalui Dinas Pendidikan Kab. Kampar.
c. Membuat Perencanaan Kegiatan Rehabilitasi Sedang/ Berat Gedung Sekolah
sesuai dengan tingkat kerusakan yang ada di masing-masing lokasi, dengan
menstandartkan bangunan gedung sekolah yang ada agar sesuai dengan fungsi
bangunannya.

I- 2
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

1.3. RUANG LINGKUP


1.3.1 RUANG LINGKUP WILAYAH
Ruang lingkup wilayah pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat
Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I adalah SMP Negeri 5
Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir.

1.3.2 RUANG LINGKUP KEGIATAN


Untuk pelaksanaan pekerjaan konsultan perencana pembangunan adalah
melaksanakan tugas konsultansi dibidang perencanaan pembangunan dalam rangka
membantu pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan
Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I Kab. Kampar.

1.4. TAHAP PERENCANAAN


Pada tahap perencanaan ini, Konsultan Perencana wajib :
- Meninjau / melihat, mengumpulkan data / informasi lapangan dan meneliti lokasi
lahan untuk mengadakan penelitian, penyesuaian dan pengukuran serta
bertanggung jawab atas penyesuaian dan pengukuran serta bertanggung jawab atas
kebenaran ukuran yang disajikan dalam gambar rencana.
- Penyusunan DED (Detailed Engineering Design), antara lain meliputi :
a. Gambar Perencanaan
b. Engineering Estimate (EE)
c. Bill of Quantity (BQ)
d. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) / Spesifikasi Teknis
- Mengadakan komunikasi terus-menerus dengan Tim Teknis Dinas Pendidikan Kab.
Kampar untuk membicarakan masalah perencanaan maupun masalah teknis yang
dihadapi di lapangan.
- Datang ke Kantor Dinas Pendidikan Kab. Kampar apabila kedatangannya
dikehendaki.
- Segala keputusan dan perubahan baru mengikat manakala dibicarakan dalam rapat
atau disampaikan secara tertulis oleh Tim Teknis Dinas Pendidikan Kab. Kampar.

I- 3
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

1.5. SISTEMATIKA LAPORAN


Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan latar belakang dari Pekerjaan DED Rehabilitasi
Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya
Wilayah I dan sistematika dari penulisan usulan teknis yang disusun.

Bab II Gambaran Umum


Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum kawasan perencanaan dalam
DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang
Beserta Perabotnya Wilayah I.

Bab III Pendekatan dan Metodologi


Bab ini menjelaskan tentang uraian pendekatan dan metodologi pekerjaan
DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang
Beserta Perabotnya Wilayah I.

Bab IV Program Kerja dan Organisasi Proyek


Bab ini menjelaskan tentang program kerja dan organisasi pekerjaan DED
Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta
Perabotnya Wilayah I.

I- 4
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Bab GAMBARAN
2 UMUM WILAYAH

2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH ADMINISTRASI

Kabupaten Kampar dibentuk berdasarkan Undang – Undang Nomor 12 tahun 1956,


kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 , maka
Kabupaten Kampar resmi di mekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu, Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar sebagai Kabupaten Induk.
Kabupaten Kampar terletak pada 010.00’ 40“ Lintang Utara, 000 27’ 00 Lintang selatan
dan 1000 28’30” – 1010 14’ 30 “ Bujur Timur dengan Luas wilayah 11.289,28 Km2 atau +
11,62 % dari luas wilayah Propinsi Riau (94.561,60 Km2) beriklim tropis dengan curah
hujan antara 200 – 300 mm/tahun.

Ibu kota Kabupaten Kampar berpusat di Bangkinang yang berjarak kurang lebih 60
Km dari Kota Pekanbaru, dan terbagi dalam 21 Kecamatan, yaitu terdiri dari 242 Desa dan
8 Kelurahan.

Adapun 21 Kecamatan tersebut yaitu : Kecamatan XIII Koto Kampar, Kecamatan


Tapung Hulu, Kecamatan Tapung Hilir, Kecamatan Tapung, Kecamatan Kampar Kiri,
Kecamatan Siak Hulu, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kecamatan Tambang, Kecamatan
Kampar Kiri Hilir, Kecamatan Gunung Sahilan, Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kecamatan
Bangkinang Barat, Kecamatan Salo, Kecamatan Perhentian Raja, Kecamatan Kampar,
Kecamatan Bangkinang Seberang, Kecamatan Kampar Timur, Kecamatan Bangkinang,
Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Rumbio Jaya, dan Kecamatan Koto Kampar Hulu
Jumlah Penduduk Kabupaten Kampar adalah 679,285 jiwa dengan pertumbuhan
penduduk tahun 2009 yaitu 3,27 % (Kampar dalam angka tahun 2009). Batas-batas
wilayah Kabupaten Kampar adalah:

- Sebelah Utara : Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak


- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi
- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hulu dan Sumatera Barat
- Sebelah Timur : Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak

II- 5
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Kampar, Gambaran Umum wilayah

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN

2.2.1. Topografi

Secara topografis, Kabupaten Kampar merupakan daerah bergelombang dan


dataran rendah, rawa-rawa, dataran tinggi atau perbukitan dan sedikit bergunung, dengan
ketinggian antara 0 – 1000 Meter dari permukaan air laut. Di Kabupaten Kampar terdapat
5 (lima) jenis klasifikasi tanah yaitu organosol, glei humus dengan bahan aluvial, podsolik
merah kuning dengan bahan induk batuan endapan dan batuan beku, podsolik merah
kuning latosol, dan litosol dengan bahan induk batuan beku. Tekstur tanah yang ada di
Kabupaten Kampar pada umumnya liat berpasir dan lempung pasir. Kabupaten Kampar
secara umum beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 210 C – 350 C, kelembapan nisbi
rata-rata 78 – 94 persen dan curah hujan rata-rata 38 mili meter per tahun. Dari 1.128.928
Ha luas lahan Kabupaten Kampar, dapat dibagi dalam komposisi sebagai berikut :

II- 6
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

 Tanah sawah (10.173 Ha / 0,90%);


 Pekarangan, bangunan dan halaman (84.162 Ha / 7,46%);
 Tegal kebun (92.539 Ha / 8,20%);
 Ladang huma (91.969 Ha / 8,15%);
 Padang rumput (9.876 Ha / 0,87%);
 Rawa (19.652 Ha / 1,74%);
 Kolam (1.434 Ha / 0,13%);
 Lahan sementara tidak diusahakan (12.093 Ha / 3,73%);
 Hutan Negara dan Hutan Rakyat (227.987 Ha / 20,19%);
 Perkebunan (397.023 Ha / 35,17%); dan
 Tanah lain-lain (156.181 Ha / 13,47%).

2.2.2. Hidrologi

Kabupaten Kampar memiliki 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar dan
beberapa sungai kecil yaitu Sungai Kampar yang panjangnya ±413,5 km dengan
kedalaman rata-rata 7,7 m dengan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai ini
termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar,
Bangkinang, Bangkinang Barat, Kampar, Siak Hulu dan Kampar Kiri. Sungai Siak bagian
hulu yakni panjangnya ±90 km dengan kedalaman rata-rata 8–12 m yang melintasi
Kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian
masih berfungsi baik sebagai prasarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan
maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).

Tingginya sedimentasi, berkurangnya jumlah dan debit mata air, serta semakin
meluasnya wilayah bukaan di bagian hulu DAS menunjukkan kondisi DAS sebagian besar
mengalami degradasi sehingga upaya rehabilitasi perlu segera dilakukan.

2.2.3. Geologi

Kabupaten Kampar sebagaimana sebagian wilayah Indonesia terletak ditengah-


tengah Pulau Sumatra. Dimana keadan alam sangat dipengaruhi dengan curah hujan yang
cukup tinggi. Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten Kampar kaya akan hasil
tanah dan pertanian sekaligus rawan terhadap bencana alam.

II- 7
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Sedangkan dari segi kerawanan bencana, Kabupaten Kampar memiliki ancaman


bencana longsor yang cukup tinggi dengan jumlah lokasi sebanyak lima titik. Titik rawan
longsor ini tersebar di Desa Pulau Gadang, Desa Merangin, dan sepanjang jalan perbatasan
Sumbar-Riau. kondisi tanah tebing yang terus tergerus air, disepanjang jalan sangat
memungkinkan terjadinya longsor. Bencana alam lainnya yang perlu diwaspadai adalah
banjir dengan seringnya meluap air Sungai Kampar, Sungai Subayang dan Sungai Tapung di
Kabupaten Kampar ynag mengakibatkan terendamnya sepertiga dari jumlah desa di
Kampar, tepatnya 82 desa dari 250 desa dan kelurahan di Kabupaten Kampar. Hingga
waktu belakangan terakhir 16 Wilayah Kecamatan dari 20 Kecamatan di Kabupaten
Kampar masih terendam banjir.

Kondisi geologis seperti itu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi


Kabupaten Kampar dalam pembangunan daerah. Pengelolaan potensi sumberdaya geologis
yang berwawasan lingkungan sekaligus mitigasi bencana alam dalam konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) menjadi jawaban untuk dapat mengoptimalkan
potensi sumberdaya geologis yang dimiliki Kabupaten Kampar.

2.2.4. Klimatologi

Kabupaten Kampar beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yakni musim
hujan dan kemarau. Kabupaten Kampar pada umumnya beriklim tropis. Temperatur
minimum terjadi pada bulan November Dan Desember yaitu sebesar 210 C. Temperatur
maksimum terjadi pada Juli dengan temperatur 350 C. Jumlah hari hujan dalam Tahun
2009, yang terbanyak adalah disekitar Bangkinang Seberang dan Kampar Kiri Pada Tahun
2009, jumlah hari hujan setahun rata-rata 256 hari. Kondisi klimatologis demikian amat
cocok dalam pengembangan berbagai komoditi pertanian, peternakan, perikanan dan
beberapa jenis komoditi perkebunan. Dalam 5 (lima) Tahun belakangan ini belum
menggambarkan terjadinya kondisi ekstrim pada musim hujan dan musim kemarau

2.3. LOKASI PEKERJAAN

Kegiatan pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan


Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I terletak di Kecamatan Tapung dan
Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau yaitu SMP Negeri 5 Tapung,
SMP Negeri 5 Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir. Untuk pencapaian menuju lokasi

II- 8
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

dapat dilakukan dari Ibu Kota Kabupaten Kampar (Bangkinang) menuju Tapung dengan
perjalanan ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan Roda 4 jarak
tempuh ±35Km atau 1 jam perjalanan.

II- 9
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Bab PENDEKATAN DAN


3 METODOLOGI

3.1. UMUM

Untuk dapat melaksanakan kegiatan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan


Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I ini dengan hasil
yang baik, maka perlu dipilih dan digunakan pendekatan yang tepat agar dapat
dirumuskan konsep dan solusi desain yang tepat serta sesuai dengan konteks
permasalahan dan kebutuhan yang akan dipenuhi. Dari pendekatan yang dipilih dan
digunakan tersebut, maka akan dijabarkan metodologi pelaksanaan pekerjaan agar
setiap kegiatan dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai
sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja. Dari penjabaran setiap pentahapan
secara runtut dalam metodologi pekerjaan yang disusun, maka akan dapat
dikembangkan dan disusun lebih rinci lagi program kerja, jadwal pelaksanaan
pekerjaan beserta organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan
pekerjaan dan personil yang dibutuhkan sesuai tahapan masing-masing pekerjaan.

3.2. PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat
Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I, Kami sebagai Konsultan
Perencana telah melakukan kajian awal terkait dengan upaya untuk menciptakan
desain yang mampu memenuhi standar keidealan bangunan sebagai wadah aktivitas
sepertinya yang diinginkan oleh pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar selaku
“owner” dalam kegiatan ini. Penjelasan berikut ini akan menguraikan secara ringkas
masing-masing pendekatan yang akan digunakan tersebut.

3.2.1 Pendekatan Tata Spasial Wilayah


Pendekatan Tata Spasial Wilayah merupakan pendekatan perencanaan
bangunan yang dilakukan dengan mengacu pada rencana makro pengembangan
ruang wilayah dimana bangunan akan direncanakan. Pendekatan tata spasial ini
tentunya berkaitan dengan advis planning yang dikeluarkan oleh pihak yang

II- 10
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

berwenang berdasarkan . Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan terkait


rencana pengembangan spasial kawasan wilayah yang harus menjadi acuan yang
ditaati dalam proses perencanaan antara lain :
a. Koefisien Lantai Bangunan
Berpedoman pada luas tapak yang diijinkan sesuai peraturan daerah
setempat maupun secara nasional. Dengan pertimbangan untuk tetap
menyediakan ruang terbuka hijau dalam rangka meningkatkan kenyamanan
ruang dan lingkungan. Pengembangan awal dilakukan dengan melakukan
optimalisasi fungsi dan lahan, serta penataan fungsi dan aktivitas yang sesuai
dengan zonasi fungsi masing- masing ruang dan unit bangunan. Lebih detail hal
ini di lakukan dalam perencanaan fisik bangunan.
b. Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan digunakan untuk menjaga agar angka
ketertutupan lahan tetap harus memadai dan memenuhi standar peraturan yang
berlaku. Kondisi tersebut berimplikasi secara langsung pada 2 hal yaitu
ketersediaan ruang terbuka serta kemampuan resapan air yang jatuh pada
permukaan tanah. Dengan melihat angka ketertutupan lahan pada area di
sekitar site dan mempertimbangkan aspek konservasi terhadap lingkungan sekitar
maka direkomendasikan koefisien dasar bangunan (KDB).
c. Garis Sempadan Bangunan
Garis sempadan bangunan, merupakan spasi aman sebagai jarak dari
bangunan ke arah jalan yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan.
Adanya ruang terbuka di antara bangunan dan tepi jalan mutlak diperlukan. Hal
tersebut amat terkait dengan keamanan bangunan serta kenyamanan aktivitas
didalamnya hingga kepadatan sirkulasi orang dan kendaraan yang melaluinya
tidak menimbulkan gangguan.

3.2.2 Pendekatan Teknis


Secara teknis, DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan
Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I ini dilakukan dengan
memprioritaskan setiap aspek teknis sarana dan prasarana gedung utama
maupun penunjangnya yang akan dibangun, sesuai dengan standar dan
persyaratan pelayanan bangunan yaitu sebagai berikut :

II- 11
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

a. Aspek Umum Bangunan Prasarana Pendidikan


Pembangunan prasarana pembelajaran dan prasarana penunjang SMP
mengikuti kriteria Ruang bangunan yang telah ditetapkan sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021
Tentang Petunjuk Operasional Dana alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan
Tahun Anggaran 2021 Rincinan Menu Kegiatan Revitalisasi Pada Sub bidang
Sekolah Menengah Pertama.
b. Aspek Struktur Bangunan
Topografi dari lapangan dan daya dukung tanah merupakan besaran-
besaran yang akan mempengaruhi dimensi, beton bertulang dan banyaknya
tulangan baja yang diperlukan sehingga bangunan menjadi handal dan
fungsional. Untuk itu diperlukan soil investigation, mencakup kondisi tanah, jenis
tanah dan daya dukung tanah. Selain itu juga dipertimbangkan juga dampak
lingkungan, seperti kebisingan, getaran dan kebersihan lingkungan. Pemilihan
tipe pondasi akan dipilih tipe yang ramah lingkungan. Tahap berikutnya adalah
persiapan gambar kerja dan uraian spesifikasi teknis. Keadaan tanah juga
mempengaruhi metode konstruksi. Berdasarkan hasil rancangan rinci (detail
design), metode konstruksi dan volume pekerjaan akan disiapkan Rancangan
Anggaran Biaya (Estimasi biaya konstruksi).
Beberapa peraturan teknis yang berlaku digunakan untuk mengantisipasi
berbagai potensi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan konstruksi
struktur bangunan :
1. Peraturan dan pedoman yang berlaku.
 SKSNI 1991 tentang Pedoman Beton Bertulang
 NI-2.1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 NI-3.1970 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
 NI-5.1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
 NI-8. Peraturan Cement Portlanda Indonesia
 NI-18.1983 Peraturan Pembebanan Indonesia
 Peraturan Pembebanan Untuk Gedung 1983.
 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung
 Peraturan Konstruksi Baja
 Peraturan lain dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat.
2. Pembebanan.

II- 12
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

 Beban Vertikal
Sesuai Peraturan Pembebanan Untuk Gedung 1983, maka beban mati sesuai
dengan bahan yang dipakai, sedang beban hidup disesuaikan dengan fungsi
bangunan.
 Beban Horizontal
Berupa beban gempa menurut Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk
Gedung disesuaikan dengan lokasi.
3. Alat bantu perencanaan struktur seperti program komputer yang dapat
menambah kecepatan dan keakuratan perencanaan.
c. Aspek Mekanikal Elektrikal
Sistem M/E direncanakan dengan menerjemahkan kebutuhan layanan utilitas
pada setiap bangunan maupun lingkungan site secara keseluruhan. Untuk itu
berdasarkan diperlukan kriteria perencanaan yang akan disusun berdasarkan
merupakan terjemahan dari :
 Perilaku dan kegiatan dari pemakai bangunan
 Tujuan penggunaan bangunan
 Persyaratan Pemerintah
 Peraturan teknis yang berlaku

3.2.3 Pendekatan Ekologis


Pendekatan ekologi dalam perancangan arsitektur atau lebih dikenal dengan
Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality,
and low energy design merupakan perencanaan berwawasan lingkungan yang
menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro,
kondisi tapak, program bangunan, design dan sistem yang tanggap pada iklim,
penggunan energi yang rendah.
Mengenai proses perencanaannya sendiri diawali dengan upaya
perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi,
façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut
dapat tercapai melalui 3 tingkatan yaitu :
1. Integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan
tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya;

II- 13
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

2. Integrasi sistim-sistim dengan proses alam, meliputi: cara penggunaan air,


pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistim pembuangan dari
bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya;
3. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber
daya alam yang berkelanjutan.
Menurut Metallinou (2006), bahwa pendekatan ekologi pada rancangan
arsitektur atau eko arsitektur bukan merupakan konsep rancangan bangunan hi-
tech yang spesifik, tetapi konsep rancangan bangunan yang menekankan pada
suatu kesadaran dan keberanian sikap untuk memutuskan konsep rancangan
bangunan yang menghargai pentingnya keberlangsungan ekositim di alam.
Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu
melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari kerusakan yang lebih parah, dan
juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan
ekonomi.
Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick (1998),
berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya
terjadi dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai
standar atau ukuran baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan
alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural,
ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur bersifat
kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung bagianbagian arsitektur
biologis (kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik (teknik
sipil dan konstruksi bgi kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu
eko arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua
bidang.
Ukuran kenyamanan penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi, dicapai
melalui : penggunaan sistim-sistim dalam bangunan yang alamiah, ditekankan
pada sistim-sistim pasif, pengendalian iklim dan keselarasan dengan
lingkungannya. Bentuk dan orientasi bangunan didasarkan pada selaras dengan
alam sekitarnya, kebutuhan penghuni dan iklim, tidak mengarah pada bentuk
bangunan atau style tertentu, tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan
kenyamanan penghuni dipecahkan secara teknis dan ilmiah. Untuk mendapatkan
hasil rancangan yang mampu selaras dan sesuai dengan perilaku alam, maka
semua keputusan dari konsep perancangan harus melalui analisis secara teknis

II- 14
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

dan ilmiah Pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan memerlukan pemikiran


yang interdisiplin dan holistic karena sangat kompleks dan mencakup berbagai
macam keilmuan.
Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu
melindungi alam dan ekosistem pada lingkungannya dari kerusakan yang lebih
parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik,
sosial dan ekonomi. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-
kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur
bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung bagian bagian
arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur
bionik (teknik sipil dan konstruksi bagi kesehatan), serta biologi pembangunan.
Oleh karena itu eko arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan
mengitegrasikan multi disiplin ilmu.
Pendekatan konsep ekologi memfokuskan pada pengelolaan tanah, air dan
udara untuk keberlangsungan ekosistem. Tujuan perencanaan dengan
pendekatan ini adalah terciptanya efisiensi penggunaan sumber daya alam tak
terperbarui (energi) dengan mengupayakan energi alternatif (solar, angin, air,
bio). Menggunakan sumber daya alam terperbarui dengan konsep siklus
tertutup, daur ulang dan hemat energi mulai pengambilan dari alam sampai
pada penggunaan kembali, penyesuaian terhadap lingkungan sekitar, iklim, sosial
budaya, dan ekonomi.
Tujuan perancangan arsitektur melalui pendekatan ekologi adalah upaya
ikut menjaga keselarasan bangunan rancangan manusia dengan alam untuk
jangka waktu yang panjang. Keselarasan ini tercapai melalui kaitan dan kesatuan
antara kondisi alam, waktu, ruang dan kegiatan manusia yang menuntut
perkembangan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi, dan
merupakan suatu upaya yang berkelanjutan.
Pada pendekatan ini juga diperhatikan mengenai kondisi lokasi terhadap air
muka tanah serta resapan. Hal tersebut memerlukan perhatian khusus mengingat
sudah semakin meningkatnya pembangunan sementara area hijau di wilayah
yang berfungsi sebagai resapan air semakin berkurang. Untuk itu Konsultan
Perencana dalam hal ini memandang perlu untuk melakukan pendekatan ini
dalam rangka ikut menjunjung konservasi lingkungan. Perhitungan kapasitas

II- 15
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

(jumlah titik) serta penentuan lokasi sumur-sumur resapan akan menjadi bagian
dari sistem perencanaan bangunan dan pengolahan lahan (land development).

3.2.4 Pendekatan Sistem Perencanaan


Merancang suatu gedung dengan Pendekatan Sistem Perencanaan ialah
suatu cara melihat bahwa bangunan yang akan dibangun merupakan suatu
sistem yang sempurna dan terpadu. Cara ini dikembangkan untuk memecahkan
suatu masalah yang kompleks menjadi kerangka kerangka yang jelas.
Mengutip buku System Approach to Architecture karya Benjamin Handler,
yang menganggap bahwa bangunan adalah suatu sistem yang terdiri dari sub sub
system.

Gambar 2.1. Kerangka dasar Pendekatan Sistem Perencanaan

Kerangka dasar tersebut untuk masing masing sub sistem akan


mempengaruhi sub sistem lainnya seperti tahap perancangan akan
mempengaruhi tahap pelelangan, yang selanjutnya akan mempengaruhi tahap
pelaksanaan yang terkait satu sama lainnya.

Gambar 2.2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan


Dasar dari model diatas terlihat bahwa salah satu dari keunggulan
perencanaan dengan pendekatan sistem adalah "Output" suatu tahapan
perancangan selalu menjadi "Input" dari tahapan berikutnya dan dapat pula
sebagai umpan balik (input) periksa kembali terhadap proses sebelumnya,
sehingga kesalahan yang timbul pada tahap sebelumnya akan selalu termonitor.
Keunggulan lain dari metoda Pendekatan Perencanaan Sistem adalah karena

II- 16
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

dipecah atas sub sub sistem, maka sangat dimungkinkan untuk melaksanakan
perencanaan dengan Perencanaan Lintas Cepat (Fast Track Delivery Method
Phase Design) di mana perencanaan sub-sub sistem dapat dilakukan secara
bersamaan tanpa saling menunggu.
Adapun dengan melakukan metode Perencanaan Lintas Cepat maka dapat
menghasilkan :
1. Pelaksanaan penanganan pekerjaan yang dapat diatur sesuai dengan
kebutuhannya/tahapannya sehingga penghematan waktu dapat diperoleh.
Penghematan waktu perencanaan, berkaitan erat dengan kecepatan
membangun maupun dalam hal ini terbatasnya waktu kegiatan
perencanaan. Dengan metoda lintas cepat ini, pelaksanaan pekerjaan
perancangan akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan disiplin ilmu
yang berkaitan dan kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna jasa. Guna
memonitor pengendalian waktu, digunakan "Barchart" dan Network
Planning" yang dibuat oleh Konsultan.
2. Produk dengan mutu/kualitas yang tinggi dan dapat
dipertanggungjawabkan secara teknik, sehingga pengendalian mutu dapat
dilakukan. Dengan menggunakan standar dan pertimbangan sebagai contoh
saat memeutuskan untuk melakukan pemilihan bahan yang mengutamakan
kekuatan serta biaya pemeliharaannya kecil atau tidak ada (Maintenance
Free), fungsional, hemat energi dan cukup estetika atas biaya yang ada,
maka Konsultan Perancana dapat memutuskan bahan dan sistem yang akan
digunakan. Pengendalian mutu pada tahap Perancangan ini kemudian
ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Syarat syarat (RKS)/Spesifikasi Teknis
serta dalam gambar gambar keseluruhan. Untuk pengendalian mutu pada
tahap pelaksanaan, selain pelaksana mengikuti yang tercantum dalam
Dokumen Pelaksanaan, diperlukan pula pengendalian yang dilakukan
dengan pengawasan fisik dilapangan serta dalam rapat rapat Lapangan dan
Koordinasi yang melibatkan semua pihak proyek pada tahap pelaksanaan
Konstruksi Fisik Konsultan Perencana akan melaksanakan Pengawasan
Berkala.
Perencanaan anggaran biaya pembangunan yang dapat diatur sesuai dengan
tahun anggarannya serta penggunaan besarnya dapat dikendalikan
(Pengendalian Biaya). Pengendalian biaya pada tahap perancangan

II- 17
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

berkaitan erat dengan pengendalian mutu atau "Value Engineering" yaitu


suatu usaha Perancangan untuk mendapatkan keseimbangan nilai nilai dari
komponen suatu produk dengan fungsi dari komponen tersebut untuk
mencapai fungsi pokok dari produk dengan biaya yang terkontrol. Dalam
tahap Perencanaan dan Persiapan proses pelelangan, Pemberi Tugas dan
Konsultan Perancang mengadakan Evaluasi bersama. Hasil ini penting
sebagai tolok ukur dalam menganalisa nilai untuk perbandingan biaya
dalam tahap pelelangan.

3.3. METODOLOGI

Untuk mengimplementasikan pendekatan – pendekatan yang telah dipilih di atas


dalam tataran pelaksanaan kegiatan maka digunakan Metodologi yang sesuai untuk
pekerjaan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang
Beserta Perabotnya Wilayah I ini secara prinsip terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Metode Perencanaan (Planning);
2. Metode Perancangan (Design).

3.3.1 Metode Perencanaan


Perencanaan (planning) merupakan suatu sarana untuk mentransformasikan
persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang
berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Perencanaan adalah sebuah
proses untuk menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui pilihan-
pilihan yang sistematik. Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi
dasar suatu rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Mengidentifikasi, komponen-komponen yang menunjang terhadap objek


yang merupakan kompleksitas fakta-fakta yang memiliki kontribusi terhadap
kesatuan pembangunan;
2. Mengadakan studi, mencari hubungan-hubungan dari faktor-faktor terkait
yang memiliki pengaruh spesifik;
3. Mendeterminasi, menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang dominan
dengan memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang
memberikan perubahan terhadap faktor lain;

II- 18
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

4. Memprediksi, bagaimana suatu faktor akan berubah sehingga mencapai


keadaan lebih baik di masa depan;
5. Melakukan Tindakan, terstruktur untuk mencapai tujuan pembangunan.

Hasil dari proses tersebut akan menciptakan suatu irisan konsepsi berupa
program yang menjadi dasar atas kegiatan perancangan.

P
R

PLAN
O
G DESIGN
R
A
M

Gambar 2.3. Perumusan Program dari Proses Rencana (Plan) dengan Proses
Rancang (Desain)

Adapun proses transformasi dari perencanaan menjadi perancangan


dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut:

1. Lokasi pekerjaan;
2. Aktivitas kegiatan yang berlangsung pada bangunan yang direncanakan;
3. Biaya pelaksanaan pekerjaan;
4. Waktu pekerjaan pembangunan dilaksanakan;
5. Fasilitas, sarana dan prasarana;
6. Maksud dan tujuan pembangunan.

3.3.2 Metode Perancangan


Metode perancangan arsitektur adalah proses perancangan yang terjadi
dalam rangka menciptakan suatu karya arsitektur, di mana akan memperhatikan
konteks permasalahan perancangan yang dihadapi. Setiap kasus perancangan
akan memerlukan proses perancangan yang berbeda agar tujuan perancangan
dapat dicapai.

II- 19
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 2.4. Proses Programming berdasarkan Design Brief untuk Memunculkan


Design Sesuai Permasalahan

Dalam melaksanakan tugasnya, penyedia jasa sebagai konsultan perencana


akan menempatkan dirinya sebagai desainer bangunan, penyelaras proyek,
koordinator proyek konstruksi, teknisi lingkungan, spesialis untuk merancang dan
menghasilkan sistem komponen dan sistem struktur bangunan, serta menciptakan
presentasi desain dengan membawa suatu nilai tertentu bagi lingkungan
binaannya. Sebagai penyelaras proyek, Penyedia Jasa harus mampu menjadi
penengah antar kebutuhan dan pilihan, sedangkan sebagai koordinator dari
proyek konstruksi seorang arsitek harus memiliki integritas pengetahuan dari
berbagai disiplin ilmu untuk memberi satu solusi/pemecahan masalah. Sebagai
teknisi lingkungan seorang arsitek harus tahu bagaimana menyediakan atau
mewujudkan kondisi lingkungan yang sesuai dengan keinginan/kebutuhan
manusia.
Agar menghasilkan karya arsitektur yang sesuai dengan keinginan pemberi
tugas, maka diperlukan suatu persamaan persepsi antara arsitek dan pemberi
tugas melalui pertukaran informasi, data serta ide atau gagasan. Jika persamaan
persepsi telah terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah mewujudkan keinginan
pemberi tugas.
Adapun umumnya tahapan dalam proses perancangan dibagi sebagai berikut :

1. Tahap Asimilasi
Tahap ini mencakup : pengumpulan, pengaturan informasi umum dan
informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi;
2. Tahap Studi umum
Tahap ini meliputi penyelidikan mengenai sifat masalah dan cara-cara
penyelesaiannya;
3. Tahap Pengembangan
Yaitu tentang pengolahan yang menghasilkan pemecahan masalah;
4. Tahap Presentasi

II- 20
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Merupakan proses penyampaian kepada para stakeholder ataupun pihak-


pihak terkait lainnya atas pemecahan masalah.

Dalam proses perancangan ini metode perancangan diawali dengan proses


pengumpulan informasi, menemukan masalah, mempelajarinya, mencari
pemecahannya dan kemudian menuangkannya ke dalam suatu desain. Dan atas
proses tersebut perlu dilakukan presentasi agar terjadi komunikasi dua arah.
Tugas dan tanggungjawab Konsultan Perencana terkait dengan pelaksanaan
kegiatan perencanaan harus berpedoman kepada ketentuan yang berlaku,
khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, Keputusan Direktur
Jenderal Cipta Karya Nomor. 295/KPTS/CK/1997, Tanggal 1 April, yang meliputi
tugas-tugas perencanaan lingkungan, rencana tapak bangunan/ site plan, pra
rencana dan perencanaan detil/DED fisik bangunan sebagai gambar kerja, terdiri
atas:
1. Persiapan perencanaan, seperti pengumpulan data dan informasi
lapangan,membuat tanggapan secara garis besar terhadap Kerangka Acuan
Kerja (TOR) dan konsultasi dengan pemberi pekerjaan (dalam hal ini pihak
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
terkait dengan kebijakan dan peraturan serta perijinan pendirian bangunan.
2. Penyusunan jenis dan kebutuhan ruang termasuk sarana prasarana sebagai
masukan untuk pembuatan rencana tapak termasuk program dan konsep
ruang, perkiraan biaya, perijinan, persyaratan bangunan dan lingkungan
serta IMB.
3. Penyusunan rencana kegiatan, antara lain meliputi :
 Perencanaan Arsitektur dengan uraian konsep dan visualisasi untuk
kemudahan penilaian dan dimengerti oleh Pemberi Tugas
 Perencanaan Struktur dengan uraian konsep dan perhitungannya
 Perencanaan Utilitas dengan uraian konsep dan perhitungannya
 Mekanikal dan elektrikal dengan uraian konsep dan perhitungannya
 Perencanaan Lanskaping dan infrastruktur dengan uraian konsep dan
perhitungannya
 Laporan akhir perencanaan
4. Penyusunan Rencana Detil, antara lain meliputi :

II- 21
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

 Gambar detil Arsitektur (interior dan eksterior), Struktur, Utilitas


termasuk Lanskaping dan infrastruktur lainnya, sesuai dengan gambar
rencana yang sudah disetujui
 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
 Perhitungan volume pekerjaan, harga satuan, analisa harga satuan
 pekerjaan serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan konstruksi
 Rencana tahapan pembangunan
 Laporan akhir perencanaan
5. Kegiatan persiapan pelelangan, seperti membantu Pemberi Tugas dalam
menyusun dokumen pelelangan dan membantu panitia pelelangan
menyusun program dan pelaksanaan kegiatan pelelangan.
6. Membantu panitia pelelangan pada waktu pelaksanaan kegiatan penjelasan
pekerjaan termasuk menyusun berita acara hasil penjelasan pekerjaan,
evaluasi penawaran harga dan menyusun kembali dokumen pelelangan
serta melaksanakan tugas yang sama apabila terjadi pelelangan pekerjaan
ulang.
7. Mengadakan pengawasan berkala selama pelaksanaan kegiatan konstruksi
fisik berlangsung, antara lain seperti :
 Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis apabila terjadi
perubahan di lapangan
 Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi
selama pelaksanaan konstruksi fisik berlangsung
 Memberikan saran, pertimbangan dan rekomendasi tentang
penggunaan bahan
Menyusun buku petunjuk penggunaan peralatan bangunan dan
perawatannya termasuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan
mekanikal dan elektrikal bangunan.erencanaan (planning) merupakan suatu
sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi
lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat dilaksanakan dengan
teratur.

3.3.2.1 Kriteria Design Dalam Perencanaan Bangunan Gedung


Kriteria desain (selain yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja)
merupakan pertimbangan umum termasuk normative standard yang mendasari
proses perencanaan. Kriteria desain dibutuhkan agar bangunan beserta

II- 22
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

lingkungannya berguna (fungsional) dan citra (konsep estetika, ekspresi) mampu


mencapai target yang telah disepakati bersama, dalam hal ini kriteria
perancangan menjadi alat ukur (benchmark). Untuk mengakomodasi berbagai
tuntutan aktivitas yang ada, kriteria-kriteria yang digunakan antara lain :
1. Sebagaimana disyaratkan dalam kriteria gedung Negara yang
mengutamakan kebersihan, hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan
ketentuan teknis yang disyaratkan.
2. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan /potensi nasional.
3. Jarak antar massa bangunan harus mempertimbangkan keselamatan, bahaya
kebakaran, kesehatan dan sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan,
keselarasan serta keseimbangah terhadap lingkungan.
4. Wujud arsitektur bangunan gedung harus memenuhi kriteria sebagai berikut
 Mencerminkan fungsi bangunan sebagai gedung untuk Pusdiklat.
 Seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya
 Bersih, Indah namun tidak berlebihan
 Efisien dalam penggunaan sumberdaya dalam pemanfaatan dan
pemeliharaannya.
 Memenuhi tuntutan social budaya setempat dengan tidak
mengesampingkan kemajuan teknologi saat ini dan masa yang
akan datang.
 Inspiratif bagi kawasan dan lingkungan setempat serta menjadi icon
bagi bangunan disekitarnya.
5. Bangunan dan kawasan direncanakan dengan tidak membebani lingkungan
sekitarnya dengan mengikuti kaidah dan prinsip “sustainable architecture”
yang berwawasan bangunan hijau “Green Building Concept”.
6. Rencana desain mengacu pada fungsi utama bangunan yang
mempertimbangkan struktur organisasi pengelolaannya.
7. Aspek ekonomi dan berkesinambungan Kriteria yang digunakan:
 Bangunan ekonomis
 Penggunaan energi secara hemat (efisiensi energi)
 Pemeliharaan murah Pertimbangan umum pada:
 Biaya pemeliharaan
 Fleksibilitas untuk berubah

II- 23
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

8. Aspek Efisiensi
Kriteria yang digunakan:
 Hubungan antar fungsi
 Pergerakan orang dan distribusi barang
 Penggunaan ruang
Pertimbangan umum pada:
 Desain yang dapat menekan biaya operasional
 Bangunan terorganisasi dengan baik
9. Fleksibel
 Mudah merespon perubahan penggunaan
 Dapat berkembang sesuai kebutuhan
 Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau pembangunan
masa datang
10. Fungsional
Kriteria yang digunakan:
 Pemisahan
 Kenyamanan bagi pengguna
 Privasi
Pertimbangan umum pada:
 Standar dan hubungan ruang
 Lingkungan / kondisi eksisting yang telah ada
11. Arsitektur yang baik
Kriteria yang digunakan:
 Sosial
 Taraf hidup
 Estetika
 Ramah Lingkungan
Dalam proses perancangan bangunan, akan diperhatikan dan
dipertimbangkan beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mengarah pada
perumusan konsep rancangan. Kriteria – kriteria tersebut terbagi menjadi dua
kategori, yaitu :
1. Kriteria Umum
2. Kriteria Khusus

3.3.2.2 Kriteria Umum

II- 24
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana seperti yang


dimaksudkan dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini akan memperhatikan kriteria
umum bangunan, disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan
tersebut, seperti :
1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas
a. Menjamin bangunan/ gedung dibangun berdasarkan ketentuan tata ruang
dan tata bangunan yang sudah ditetapkan di daerah.
b. Menjamin bahwa bangunan/ gedung digunakan dan dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya, yaitu sebagai tempat menyimpan arsip dan ruang
serbaguna.
c. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan

2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan serta sesuai dengan
fungsi bangunan/ gedung
b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya
c. Menjamin bangunan/ gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

3. Persyaratan Struktur Bangunan


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku manusia dan alam
b. Menjamin keselamat manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan/ kerusakan struktur bangunan
c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda
yang diakibatkan oleh kegagalan/ kerusakan struktur
d. Menjamin perlindungan bangunan/ gedung atau hal lainnya dari
kerusakan fisik akibat dari kegagalan/ kerusakan struktur

4. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dapat mendukung dan
tahan terhadap timbulnya kebakaran

II- 25
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

b. Menjamin tersedianya sarana prasarana penanggulangan bahaya


kebakaran yang cukup dan memadai serta terjaga / terpelihara dengan
baik
c. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dibangun sedemikian
rupa sehingga mampu secara struktural dan stabil selama kebakaran
terjadi, sehingga :
 Cukup waktu untuk melakukan evakuasi secara umum
 Cukup waktu bagi petugas pemadam kebakaran memasuki lokasi
untuk memadamkan api
 Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya

5. Persyaratan Pola Sirkulasi Dalam Gedung


a. Menjamin tersedianya ruang yang aman dan nyaman antar dan di dalam
gedung, berupa ruang untuk sirkulasi penghuni dan sirkulasi barang, hal
ini bisa berupa jalan/ koridor sebagai penghubung (sirkulasi horizontal),
termasuk tangga dan lift (sirkulasi vertical). Untuk sirkulasi vertical orang
dan barang akan menggunakan tangga.
b. Menjamin adanya sarana sirkulasi bagi penyandang cacat, sehingga
aksesibilitas mereka terjamin dengan baik
c. Tersedianya pola sirkulasi yang baik, layak dan nyaman, adalah dengan
mengikuti standar dan aturan yang berlaku terkait dengan perencanaan
ruang dalam gedung.

6. Persyaratan Instalasi Listrik, dan Komunikasi


a. Menjamin tersedianya instalasi listrik yang cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam dan di luar
bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya
b. Menjamin tersedianya suana komunikasi yang layak dan memadai dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan/ gedung
maupun dari dan ke lokasi bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya

II- 26
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

7. Persyaratan Mekanikal
a. Menjamin ketepatan aplikasi spesifikasi teknis lift sebagai sarana
mobilitas vertical orang dan barang
b. Menjamin ketepatan desain dan penempatan posisi lift sehingga bias
berfungsi optimal

8. Persyaratan Sanitasi Dalam Bangunan/ Gedung


a. Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan/ gedung sesuai dengan
fungsinya
b. Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan
kenyamanan kepada penghuni bangunan dan lingkungannya

9. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup baik alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya
b. Menjamin adanya ventilasi yang cukup sebagai sarana bagi sirkulasi udara
alami (keluar masuknya udara dari lingkungan sekitar)
c. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara
secara baik dan cukup (pengkondisian udara buatan)

10. Persyaratan Pencahayaan


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang baik dan cukup,
baik secara alami maupun buatan di dalam bangunan/ gedung
b. Menjamin terpenuhinya sarana bagi masuknya pencahayaan alami ke
dalam gedung dan tersedianya sarana pencahayaan buatan yang cukup
dan memadai, apabila pencahayaan alami tidak memadai dan tidak
berfungsi

11. Persyaratan Drainase


a. Menjamin tersedianya jaringan drainase disekitar bangunan/ gedung yang
cukup untuk menampung dan mengalirkan air permukaan ke jaringan

II- 27
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

drainase bangunan/ gedung kemudian ke jaringan pembuangan yang


ada di luar bengunan/ gedung (saluran pembuang)
b. Menjamin terpeliharanya jaringan drainase, baik yang terbuka maupun
tertutup dan cukup serta memadai untuk menampung dan mengalirkan
air permukaan yang ada disekitar bangunan/ gedung ke saluran
pembuang

12. Persyaratan Kebersihan Lingkungan


a. Menjamin tersedianya fasilitas penanggulangan, penampungan dan
pengelolaan sampah sederhana yang cukup, layak dan memadai sehingga
menjamin kesehatan, kebersihan dan kenyamanan bagi penghuni dan
lingkungan
b. Menjamin terpeliharanya fasilitas penanggulangan sampah secara baik

3.3.2.3 Kriteria Khusus


Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus,
spesifik terkait dengan bangunan/ gedung yang akan direncanakan baik dari segi
fungsi, luas, jumlah dan bentuk bangunan serta segi teknis konstruksi fisik
bangunan, misalnya :
1. Luas dan bentuk bangunan/ gedung atas kesesuaiannya dengan
ketersediaan lahan serta lingkungan sekitarnya.
2. Keserasian perencanaan bentuk bangunan sesuai dengan fungsi dan jumlah
masa bangunan yang ada di sekitarnya, kaitannya dengan implementasi
penataan bangunan dan lingkungan sekitar.
3. Solusi dan batasan-batasan konstektual, seperti faktor sosial budaya
setempat, geografis, klimatologi dll.
4. Tahapan Pembangunan, bahwa pembangunan fisik konstruksi yang
didasarkan pada kondisi keterbatasan pembiayaan maupun permasalahan
kebijakan menuntut pentahapan dalam pelaksanaannya. Sehingga dalam
proses perencanaannya pun sudah menyiapkan kemungkinan terjadinya
proses pembangunan yang bertahap tersebut.

Di sisi yang lain, perencanaan/ perancangan fisik bangunan juga didasarkan


pada kriteria bangunan yang baik, antara lain :
1. Berarsitektur bagus

II- 28
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

 Memberikan nilai positif pada konteks social


 Memperlihatkan komposisi yang baik
 Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal
 Memberi icon positif bagi organisasi ataupun lembaga pemberi tugas
2. Sesuai dengan lingkungan
 Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan
 Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan tata kota dan wilayah
pemda setempat.
 Menciptakan keberpihakan pada lingkungan hidup sekitarnya
3. Mudah bagi pengguna, ramah lingkungan
 Tampak bangunan menarik dengan skala manusia
 Main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yang mudah dilihat
 Entrance dan area penerima yang mengundang
 Jejalur yang sederhana, jelas dan mudah dikenali
 Ruang dalam yang menentramkan dengan pandangan ke arah luar
 Pencahayaan dan ventilasi alami yang mencakup semua bagian ruang
 Kenyamanan dan privasi
 Ruang, warna, pencahayaan, pemandangan dan karya seni
 Landscape yang menarik dan taman dalam estetis
4. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
 Rancangan untuk keamanan dan kesehatan
 Perencanaan evakuasi kebakaran yang baik
 Perencanaan kontrol keamanan yang akurat
5. Akses yang mudah
 Transportasi umum, kendaraan servis, dan mobil pemadam kebakaran
 Kendaraan peserta diklat, dosen, maupun pengelola
 Akses untuk pejalan kaki
 Akses mudah untuk penyandang cacat
 Akses terpisah untuk suplai barang dan pembuangan sampah
6. Efisiensi
 Hubungan antar fungsi
 Pergerakan orang dan sirkulasi kendaraan ataupun barang
 Penggunaan ruang
7. Memenuhi standar konstruksional

II- 29
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

 Bahan bangunan dan finishing yang sesuai standar nasional, diutamakan


penggunaan produk dalam negeri
 Finishing yang mudah dan ekonomis dalam pemeliharaan
 Sistem jaringan yang terorganisasi dan mudah digunakan serta mudah
disesuaikan dengan kebutuhan masa datang

3.3.2.4 Azas-Azas Desain


Selain dari kreteria diatas, di dalam melaksanakan tugasnya konsultan
perencana hendaknya memperhatikan azas-azas bangunan gedung negara
sebagai berikut :
1. Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien, menarik tetapi
tidak berlebihan.
2. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada ketahanan gaya dan
kemewahan penggunaan bahan bangunan, tetapi kepada kemampuan
mengadakan sublimasi antara fungsi teknis dan fungsi bangunan/ gedung,
terutama terhadap fungsi bangunan adalan memberikan pelayanan
pengguna bangunan/gedung Dengan batasan tidak mengganggu
produktivitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang
umurnya, hendaknya diusahakan serendah mungkin.
3. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana harus
memperhitungkan bahwa waktu pelaksnaan pekerjaan adalah singkat,
sudah disepakati dan ditetapkan.
4. Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai penyerahan laporan akhir
berupa dokumen perencanaan sebagai bahan pelelangan pekerjaan harus
menjadi pertimbangan dalam penyelesaian keseluruhan dokumen
pekerjaan.

3.3.2.5 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Berangkat dari dua metode tersebut di atas, maka pelaksanaan setiap
pekerjaan dalam kegiatan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat
Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I akan meliputi 4
(empat) tahapan kegiatan utama yang runtut sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Analisa dan Konsep
c. Tahap Pengembangan Rancangan

II- 30
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

d. Tahap Detail Engineering Design

3.3.2.6 Tahapan Persiapan


Tahap persiapan bertujuan untuk menyiapkan tim, baik secara substansial
maupun administratif, untuk melaksanakan pekerjaan ini dan memenuhi tujuan
dan keluaran yang diharapkan. Kegiatan pada tahap ini meliputi :
a. Penyusunan Rencana Kerja, yang meliputi penyempurnaan metodologi agar
lebih rinci dan operasional, dan penyempurnaan jadwal kerja untuk
melengkapi dan mensinkronkan tugas tenaga ahli dengan jadwal kerja.
b. Desk study untuk mendapatkan gambaran awal wilayah studi. Pada tahap ini
dikaji data sekunder, seperti: informasi awal mengenai jenis kerusakan
bangunan yang ada di SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir,
SMP Negeri 3 Tapung Hilir, aturan maupun kebijakan mengenai standar
teknis pemeliharaan dan rehab yang dikeluarkan instansi terkait, serta studi
peta - peta yang relevan yang mungkin dimiliki Pemberi Tugas ataupun
beberapa lembaga terkait, seperti peta topografi, peta land system skala 1 :
100.000, peta geologi, dan peta-peta lain yang relevan dan tersedia. Peta-
peta tersebut digunakan untuk menyiapkan peta dasar untuk kegiatan
lapangan. Pada tahap ini, dilakukan pula penyusunan checklist data,
pengumpulan data sekunder, penyusunan daftar pertanyaan dan surat
pengantar/administrasi untuk di lapangan.
c. Mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan kembali alokasi tugas tenaga ahli serta
briefing tahap awal.

3.3.2.7 Tahap Analisis dan Konsep Rancangan


Tahap analisis bertujuan memahami kondisi unsur-unsur pembentuk tata
ruang lingkungan dan hubungan kausal antar unsur tersebut. Mendahului
analisis, akan dilakukan pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan
pada tahap sebelumnya. Kegiatan pada tahap ini meliputi :
a. Kompilasi dan tabulasi data, yaitu menstrukturkan data dalam klasifikasi dan
kelompok-kelompok tertentu dan menyusunnya dalam format-format tabel,
gambar, grafik dan tulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis
(berdasarkan setiap aspek kajian).
b. Menginterpretasi hasil perhitungan, peta, tabel, dan grafik yang telah
distrukturkan dan dihitung, untuk mendapatkan gambaran tentang struktur

II- 31
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

dan pola-pola hubungan yang hendak digambarkan dan perkiraan


perkembangannya ke depan.
Secara garis besar pada tahap analisa data ini akan meliputi:
1) Analisis data keadaan Bangunan
a. Analisis terhadap keadaan lokasi
b. Analisis pencapaian lokasi
c. Analisis kerusakan bangunan, meliputi :
- Rusak Ringan
- Rusak sedang
- Rusak Berat
2) Analisis kebutuhan utilitas bangunan
a. Air bersih
- Kebutuhan air bersih (sekarang dan proyeksi mendatang)
- Kebutuhan sanitasi
- Kebutuhan AC
- Kebutuhan pemadam kebakaran
- Sumber yang ada dan debitnya.
b. Analisis sistem air hujan dan air buangan
c. Analisis sitem air kotor dan sampah
3) Analisis permasalahan
Analisis permasalahan memiliki peran penting dalam memberikan arah
perencanaan dan perancangan. Dari analisis diperoleh beberapa alternatif
konsep perencanaan.

3.3.2.8 Tahap Analisis dan Konsep Rancangan


Pengembangan rancangan dari konsep yang telah disusun sebelumnya untuk
setiap sarana dan bangunan di Area SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5
Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir Kab. Kampar akan meliputi 2 tahap
pekerjaan, yaitu:
1. Rencana Umum
Merupakan kriteria dan arahan rencana wujud bangunan dan lingkungan
yang mencakup :
a. Rencana peruntukan lahan mikro dan makro, termasuk rencana
perpetakan dan letak bangunan.

II- 32
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

b. Rencana wujud bangunan meliputi : ketinggian bangunan, kedalaman


bangunan, garis sempadan bangunan (GSB), KDB / KLB, gubahan masa,
orientasi, bentuk dasar, facade bangunan, dan bahan eksterior bangunan.
c. Rencana sistem pergerakan / sirkulasi dan parkir, baik parkir khusus
penindakan, parkir istirahat maupun parkir kendaraan pribadi dan staf
karyawan.
d. Rencana ruang terbuka (open space) pertamanan dan perkerasan jalan /
pedestrian termasuk di dalamnya perabot jalan (street furniture).
e. Rencana perletakkan sclupture sebagai nodes ruang luar atau RTH
f. Pendukung aktifitas, taman dan kegiatan umum dalam kawasan
perencanaan yang saling mendukung dan melengkapi.
2. Rencana Detail
Arahan rencana detail dari elemen-elemen bangunan yang mengalami
kerusakan baik secara struktur dan non struktur dan lingkungan yang bersifat
spesifik untuk masing-masing lingkungan, yaitu bangunan utama dan
pendukung dalam wilayah SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir,
SMP Negeri 3 Tapung Hilir Kabupaten Kampar.

3.3.2.9 Tahap Detail Engineering Design


Pada tahapan ini, secara khusus untuk perencanaan DED Rehabilitasi akan
terbagi lagi menjadi beberapa rencana detail antara lain :
a. Finalisasi Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi atau
dengan perhitungan struktur harus ditandatangani oleh tenaga ahli yang
mempunyai izin/ sertifikat keahlian.
b. Finalisasi Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
c. Finalisasi Rencana utilitas (mekanikal dan elektrikal) beserta uraian
konsep dan perhitungannya.
d. Finalisasi perkiraan biaya yang lebih rinci

II- 33
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Bab PROGRAM KERJA DAN


4 ORGANISASI PROYEK

4.1. PROGRAM KERJA

Rencana/program kerja yang disusun merupakan uraian tahapan kerja rinci yang
akan dilaksanakan oleh konsultan dalam menyelesaikan DED Rehabilitasi Ruang Kelas
Dengan Tingkat Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I. Secara garis
besar rencana kerja pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dikategorikan dalam tujuh
tahapan kerja :

1. Tahap Persiapan
2. Tahap Penyusunan Program Dan Konsep Perancangan Rehabilitasi Bangunan
3. Tahap Rancangan Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan (Design Development)
4. Tahap Penyusunan Gambar Kerja, RKS dan RAB (Rencana Detil)
5. Pelelangan Fisik

4.1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Tujuan
Sebagai langkah awal untuk mendapatkan data-data dan informasi lapangan,
membuat interpretasi secara garis besar terhadap KAK, menyusun program kerja
perencanaan, konsep perencanaan, kajian dan anlisa terhadap data gambar pra
desain dan konsultasi dengan instansi terkait mengenai peraturan dan perijinan
bangunan.

2. Metode Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang dibutuhkan yang
berkaitan dengan lokasi, luas, batas, prasarana-prasarana yang ada, dengan antara
lain :

 Studi Literatur terkait dengan perencanaan rehabilitasi sub bidang sekolah


menengah pertama, dan standarnya.
 Studi gambar Pra desain yang ada.

IV- 34
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

 Melakukan konsultasi baik dengan pengguna (user),


 Melakukan penyelidikan dan pengukuran langsung di lokasi perencanaan.
 Menyusun program kerja perencanaan, konsep perencanaan, sketsa gagasan,
kajian dan analisa gambar pra desain dan studi model.
Adapun data-data yang akan dikumpulkan meliputi :

a. Identifikasi Data lahan/tanah


 Peta Topografi ,
 Peta dasar site/tapak, batas batas dan Luasan
 Daya dukung tanah (tes mekanika tanah /soil test)
b. Identifikasi Data Kerusakan Bangunan
c. Identifikasi Data Kebutuhan Bangunan
d. Identifikasi Data Kebutuhan Utilitas Bangunan
Kelengkapan utilitas bangunan gedung tersebut harus diantisipasi dengan
rencana kebutuhan utilitas yang memadai seperti :

Disamping itu Perencana mengadakan re-check dan evaluasi terhadap


kebutuhan dan persyaratan-persyaratan ruang pra desain yang sudah ada untuk
menjaga kemungkinan adanya perubahan permintaan dari pihak pemakai.

Berdasarkan pada sifat informasi yang dibutuhkan tersebut, maka metode


yang digunakan adalah metode observasi, pengukuran di lapangan,
wawancara/interview dengan pihak-pihak pengguna gedung, studi literature dan
presendence bangunan fungsi sejenis terhadap hasil studi yang sudah ada.

Dalam melaksanakan kegiatan ini diperlukan keterlibatan tenaga teknis yang


terkait dengan permasalahan yang dijumpai di lapangan.

Dalam melaksanakan DED Rehabilitasi Ruang Kelas Dengan Tingkat


Kerusakan Minimal Sedang Beserta Perabotnya Wilayah I ini konsultan
telah meyiapkan program kerja yang merupakan langkah-langkah nyata
yang akan dikerjakan oleh Konsultan dalam menyelesaikan seluruh
pekerjaan ini. Program kerja ini mencakup tahap persiapan awal, seluruh
proses perencanaan dan perancangan serta kewajiban yang harus
dilaksanakan konsultan pada tahap pelaksanaan konstruksinya. Secara
keseluruhan program kerja konsultan mencakup :

IV- 35
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

1. Mobilisasi.
Dalam tahap mobilisasi ini akan dilakukan persiapan-persiapan yang
menyangkut pengerahan tenaga pelaksanaan, baik yang bersifat teknis
maupun administratif dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
dengan beban kerja, pengadaan perlengkapan kantor, bahan dan
alat-alat tulis, dan pengadaan alat transportasi.

2. Penyusunan Program Kerja


Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan akan
menyusun program kerja dan pedoman penugasan/pengelolaan
tugas, penyediaan sumber daya dan lain-lain yang harus dilaksanakan
oleh semua pihak yang terlibat. Usulan ini harus mendapat
persetujuan dari pengelola proyek.

3. Persiapan Survey
Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan survey lapangan

4. Pengamatan Karakteristik Arsitektur


Pengamatan dan pengkajian arsitektur dan budaya serta perilaku
merupakan hal yang esensial sebagai dasar bagi pengembangan
gagasan/idea perancangan suatu bangunan.

5. Studi Literatur
Studi literatur semua aspek yang berkaitan dengan perancangan
bangunan. Studi yang dilakukan akan meliputi program ruang,
kegiatan, persyaratan environment, serta persyaratan-persyaratan
teknis lainnya.

6. Diskusi dengan Pemberi Tugas


Diskusi dengan calon pemakai (users) dilakukan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih terinci akan spesifikasi dan karakteristik
program, peralatan kegiatan serta kebutuhan-kebutuhan khusus
lainnya untuk masa sekarang maupun masa akan datang.

IV- 36
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

7. Survey / Pengumpulan Data


Beragam data, baik primer maupun sekunder, yang banyak berkaitan
dengan kondisi eksisting dan rencana pengembangan di masa
mendatang, serta aspirasi calon pengguna akan dikumpulkan melalui
diskusi/wawancara dan observasi lapangan.
Secara rinci kebutuhan data dari Pemberi Tugas yang akan
dikumpulkan meliputi antara lain :
 Kebutuhan ruang dan rencana pengembangannya.
 Persyaratan teknis ruang.
 Kerusakan pada elemen-elemen bangunan.
 Dimensi bangunan
 Aspirasi calon pengguna/pengelola.

4.1.2. PENYUSUNAN PROGRAM dan KONSEP RANCANGAN (PROGRAMMING AND


CONCEPT)

1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun gambar konsep perancangan yang
mendasarkan pada data dan temuan di lapangan termasuk mengkaji dan
menganalisa gambar pra desain yang sudah ada, masukan akan tambahan
kebutuhan ruang baik luasan maupun spesifikasinya dari pihak user dikaitkan
dengan persyaratan-persyaratan teknis menyangkut masalah kekuatan,
keamanan, keindahan dan keserasian dengan lingkungan.

Dengan dasar-dasar tersebut di atas diharapkan semua inspirasi dari pihak user
bisa tertampung semua baik dari segi fungsi bangunan dan filosofinya, sehingga
pada tahap pelaksanaan gambar kerja nantinya filosofi dan kekhasan bangunan
di lingkungan Site SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir, SMP
Negeri 3 Tapung Hilir akan dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam teknis
pelaksanaan.

2. Metode Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis data lapangan, data gambar
pra desain dan data tambahan masukan dari pihak user, menterjemahkan ke
dalam bahasa teknis serta mengestimasikan biaya yang tersedia melalui

IV- 37
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

prakiraan anggaran biaya awal (preliminary cost estimation), antara lain


mencakup analisis:

a. Analisis kebutuhan ruang dan sarana – prasarana.


Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisa jenis dan besaran
ruang serta sarana dan prasarana yang sudah ada dalam pra desain apakah
sesuai dengan standar atau tidak atau ada kebutuhan ruang lainnya yang
belum tersedia pada gambar pra desain yang dibutuhkan untuk menunjang
pewadahan fungsi yang diinginkan pada area perencanaan (site/tapak).

b. Analisis Kerusakan bangunan.


Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji atau menganalisis kerusakan yang
terdapat pada elemen bangunan SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5
Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir
c. Analisis Biaya.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar (prakiraan)
komponen biaya pelaksanaan pembangunan fasilitas-fasilitas bangunan SMP
yang sedang direncanakan dan direhab.

3. Waktu dan Tenaga


Pada kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga ahli teknik bangunan gedung, cost
estimator, cad operator dan operator computer.

4.1.3. PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN (DESIGN DEVELOPMENT)

1. Tujuan
o Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter proyek
secara menyeluruh dan terpadu.
o Untuk mematangkan konsep desain/rancangan secara keseluruhan, terutama
ditinjau dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik
dari segi kelayakan dan fungsi, estetika dan ekonomi bangunan.
2. Metode
Pada tahap Rancangan Pelaksanaan, Perencana akan bekerja atas dasar Pra
Rancangan/Rancangan Skematik yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
Sistem-sistem instalasi teknik mekanikal dan elektrikal dipertimbangkan

IV- 38
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

kelayakan dan kalaikannya baik secara tersendiri maupun secara menyeluruh /


terpadu. Bahan bangunan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, persediaan, kemudian nilai ekonomi.
Perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan sistem. Arsitek
menyajikan hasil dalam bentuk gambar-gambar, diagram-diagram sistem dan
laporan tertulis.

Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, hasil rancangan Pelaksanaan
ini dianggap sebagai rancangan Tetap dan digunakan oleh Perencana sebagai
dasar untuk mulai tahap selanjutnya.

Pada dasarnya tahap ini merupakan integrasi dari semua sub sistem yang dipilih
untuk digunakan di dalam bangunan dan yang menyatakan semua bahan-bahan
bangunan yang akan digunakan sudah jelas ditentukan.

Semua ukuran-ukuran dalam bangunan sudah ditentukan. Semua pelaratan yang


akan digunakan sudah dipilih. Semua peralatan yang dipilih dan menjadi bagian
dari masing-masing sub sistem harus sudah terintegrasikan dengan baik dalam
bangunan.

Hal tersebut harus sudah ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana


pelaksanaan.

Dalam tahap ini gambar lebih besar dari tahap sebelumnya gambar sudah
menunjukkan hal-hal yang lebih terinci, dan secara garis besar produk dalam
tahap ini harus sudah digunakan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan konstruksi
fisik. Dengan demikian pula dengan rencana anggaran biaya, sudah lebih pasti
dari perkiraan-perkiraan tahap sebelumnya. Hal ini merupakan informasi
penting bagi Pengguna Jasa untuk dapat memberikankeputusan apakah perlu
dilakukan perubahan-perubahan bahan atau peralatan yang akan digunakan,
bila diperlukan yang disesuaikan dengan dana pembangunan yang disediakan.

Secara terinci, produk Rancangan Pelaksanaan untuk kepentingan Pengguna


Jasa terdiri dari:

A. Gambar-gambar
 Pada tahap ini skala gambar yang digunakan adalah 1 : 200, 1 : 100, 1 :
50, 1 : 20 sesuai dengan kejelasan informasi yang ingin disampaikan.

IV- 39
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar menjelaskan mengenai :


- Denah : yang menunjukkan tiap lantai yang penting dan lantai
tipikal; semua titik acuan harus sudah tertentu koordinatnya
dihubungkan dengan rancangan tapak. Pada gambar denah harus
sudah dijelaskan ukuran-ukuran (dalam, luar, sumbu), ketinggian peil
lantai tiap ruangan, bahan-bahan yang digunakan.
- Tampak: yang menunjukkan pandangan ke arah bangunan dari
empat sisi, dalam hal ini bahan bangunan yang digunakan
digambarkan secara jelas.
- Potongan : melintang dan memanjang yang menunjukkan ketinggian
langit-langit pada setiap lantai, ketinggian bangunan secara
keseluruhan, ketinggian tiap anak tangga, tinggi ambang jendela,
tinggi pintu dan sebagainya.
B. Laporan
Laporan teknis yang berisikan penjelasan tentang :

 Metode pelaksanaan pekerjaan


 Program dan rencana kerja
 Perhitungan-perhitungan yang lebih terinci tentang bangunan.
 Rencana Anggaran Biaya
Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pengguna Jasa hasil Rancangan
pelaksanaan ini dianggap sebagai Rancangan Tetap dan digunakan oleh
Perencana sebagai dasar untuk pengembangan tahap selanjutnya.

C. Waktu dan Tenaga


Pada tahap kegiatan pengembangan rencana ini diperlukan keterlibatan
hampir seluruh tenaga ahli guna ikut memberikan masukan – masukan dari
sisi disiplin ilmu masing – masing sehingga hasil pengembangan rencana ini
nantinya bisa terjadi sinkronisasi baik segi arsitek, struktur, utilitas, lansekap
dan kaidah – kaidah perencanaan pembangunan.

IV- 40
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

4.1.4. PENYUSUNAN GAMBAR KERJA, RKS ,RAB DAN MAKET (RENCANA DETAIL)

1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mempersiapkan gambar-gambar detail atau
gambar pelaksanaan, menyusun Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta perhitungan-perhitungan konstruksi dan
kekuatannya, yang nantinya akan dipergunakan sebagai pedoman dan syarat-
syarat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang sifatnya mengikat dan
mempunyai kekuatan hukum.

Pada tahap ini gambar-gambar kerja / gambar detail yang diperlukan adalah
gambar-gambar detil Arsitektur, Struktur,ME,dan Lansekap.

2. Metode Kerja
Berpedoman kepada gambar Pra Rencana yang telah disepakati bersama
dengan pihak Pengguna Jasa (user), untuk selanjutnya pada tahap
pembangunan ini masing-masing disiplin ahli terutama tenaga ahli teknik
bangunan, menganalisis dan mengembangkan rencana dikaitkan dengan teknis
pelaksanaan di lapangan. Dari hasil analisis tersebut kemudian ditentukan
spesifikasi penggunaan bahan, serta pemakaian sarana dan prasarana
bangunannya agar memenuhi persyaratan teknis dan biayanya.

Kegiatan studio gambar dalam mempersiapkan gambar-gambar kerja perlu


dikoordinir oleh seorang arsitek dan seorang konstruktor dengan dibantu oleh
seorang CAD operator(drafter). Bersamaan dengan kegiatan ini, cost estimator
juga mulai memperhitungkan masalah biaya yang memungkinkan untuk
mendukung DED Rehabilitasi Ruang Kelas, SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri
5 Tapung Hilir, SMP Negeri 3 Tapung Hilir.

Dalam tahapan ini semua hasil prarancangan yang telah dikomunikasikan dan
disetujui oleh pihak Pemberi Tugas akan diolah lebih lanjut menjadi dokumen
tender yang akan dijadikan dasar bagi pelaksanaan konstruksi. Kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam tahap ini mencakup :

IV- 41
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

a. Perhitungan dan Pembuatan Detail Rancangan


Dalam tahap ini akan didahului dengan perhitungan-perhitungan pada
masing-masing sistem beserta dasar-dasarnya sesuai dengan peraturan dan
peryaratan yang berlaku

b. Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang diterapkan dalam rancangan
sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku. Perhitungan struktur
akan merupakan bagian dari dokumen lelang.

c. Penyusunan Spesifikasi Teknis/RKS


Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang jenis, ukuran dan
karakteristik teknis setiap material (bahan) yang akan digunakan, mencakup
bidang pekerjaan, untuk memudahkan kemungkinan-kemungkinan
pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub kontraktor.

d. Penyusunan Gambar Kerja


Berisi gambar-gambar rancangan, detail bangunan dan tapak yang
mencakup semua bidang/sistem. Gambar kerja merupakan transformasi
terinci suatu rancangan yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan
konstruksinya.

e. Penyusunan BQ dan RAB


Berisi volume seluruh pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan dan
tafsiran biaya pembangunannya.

f. Penyusunan Dokumen Pelelangan Administratif


Berisi tata cara dan persyaratan bagi kontraktor yang mencakup tahap
penawaran maupun pelaksanaan konstruksinya.

3. Waktu dan Tenaga


Pada kegiatan ini seluruh tenaga baik Tenaga ahli maupun tenaga penunjang
bekerja secara paralel baik ahli arsitek, ahli teknik bangunan gedung, ahli
mekanikal dan elektrikal, ahli landscape, ahli estimator, dan CAD operator
(draftman).

IV- 42
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

4.1.7. TAHAP PELELANGAN FISIK/PENJELASAN PEKERJAAN

Sasaran Pelelangan adalah ;

Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan yang


wajar dan memenuhi syarat sehingga pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan
dengan baik.

Pada tahap Pelelangan Konsultan Perencanaan membantu Pengguna Jasa dan


Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) secara keseluruhan atau sebagian dalam
mempersiapkan Dokumen Pelelangan, melakukan pra seleksi Rekanan yang
berminat, Up-load Dokumen pelelangan, memberikan penjelasan dokumen di saat
anwijzing di LPSE, jika diminta akan membantu ULP melakukan penelitian atas
penawaran.

4.2. ORGANISASI DAN PERSONIL

Untuk menangani pekerjaan secara keseluruhan dipersiapkan suatu organisasi dengan


struktur Organisasi dirancang sedemikian rupa sehingga cukup fleksibel dan dinamis untuk
dapat bekerjasama dalam rangka mewujudkan tujuan pekerjaan secara optimal.
Organisasi yang dimaksud dipimpin oleh seorang team leader yang bertanggung
jawab langsung terhadap pencapaian kualitas produk dan mempertanggungjawabkan
kepada direktur perusahaan. Untuk tujuan tersebut pimpinan proyek dibantu oleh
sejumlah staf ahli di mana jumlah dan bidang keahliannya sesuai devisi dilengkapi dengan
tenaga pendukung lainnya.

IV- 43
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

DINAS PENDIDIKAN KAB. KAMPAR

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


KONSULTAN
PERENCANA KEGIATAN PENYUSUNAN
PERENCANAAN
DIREKTUR

TIM AHLI TEAM TEKNIS

TENAGA
PENDUKUNG Keterangan :
Garis Tugas

Garis Koordinasi

Gambar 4.2. Diagram Hubungan Pemberi Tugas Dan Konsultan Perencana

Dalam menyiapkan pekerjaan diperlukan beberapa tenaga ahli profesional yang


berpengalaman dibidangnya masing masing. Tenaga ahli profesional ini dibantu oleh
tenaga sub profesional dan tenaga pendukung yang bersesuaian.

4.3. JADWAL PELAKSANAAN


Faktor yang dijadikan bahan pembuatan dan petimbangan dalam penyusunan jadwal
pelaksanaan antara lain :

4.3.1 Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan memberikan pengaruh pada jumlah personil dan
peralatan yang harus dikerahkan sehingga menjamin selesainya pekerjaan
tepat waktu. Jangka waktu pelaksanaan juga mempengaruhi waktu
penyelesaian setiap bagian kegiatan, dalam hal ini ketergantungan antara
kegiatan yang satu dengan yang lainnya juga memberikan pengaruh besar.

IV- 44
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini telah ditetapkan didalam Kerangka


Acuan Kerja yaitu 30 (Tiga puluh) hari kalender.

4.3.2 Cuaca Dan Tingkat Kesulitan Dilapangan


Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan
memperhatikan faktor cuaca secermat mungkin, semua kegiatan lapangan
akan diusahakan sebelum musim hujan tiba. Untuk kegiatan dengan faktor
kesulitan yang cukup tinggi akan diusahakan oleh konsultan untuk dapat
diselesaikan secepat mungkin dengan maksud agar masih cukup tersedianya
waktu, jika ternyata kemudian dijumpai kesulitan yang tidak terduga
sebelumnya.

IV- 45
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Bab ANALISA KERUSAKAN


5 BANGUNAN

5.1. Klasifikasi Jenis Kerusakan


Pada penelitian ini mengklasifikasikan jenis kerusakan untuk setiap pengamatan
komponen bangunan dikelompokkan menjadi tiga kondisi yaitu rusak ringan (Rr), rusak
sedang (Rs) dan rusak berat (Rb) berdasarkan (Cipta Karya, 2006) :

1. Kategori Kerusakan Struktur


Kerusakan struktur dikelompokkan menjadi tiga kondisi rusak yaitu sebagai berikut:

a. Rusak ringan adalah kerusakan pada komponen struktur yang tidak


mengurangi fungsi layan (kekuatan, kekakuan dan daktilitas) struktur secara
keseluruhan, yaitu retak kecil pada balok, kolom dan dinding yang mempunyai
lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm.
b. Rusak sedang adalah kerusakan pada komponen struktur yang dapat
mengurangi kekuatan tetapi kapasitas layan secara keseluruhan dalam kondisi
aman, yaitu retak besar pada balok, kolom dan dinding dengan lebar celah lebih
dari 0,6 cm.
c. Rusak berat adalah kerusakan pada komponen struktur yang dapat
mengurangi kekuatannya sehingga kapasitas layan struktur sebagian atau seluruh
bangunan dalam kondisi tidak aman, yaitu terjadi apabila dinding pemikul beban
terbelah dan runtuh, bangunan terpisah akibat kegagalan unsur pengikat dan 50%
elemen utama mengalami kerusakan atau tidak layak huni.
2. Kategori Kerusakan Arsitektur
Kerusakan arsitektur dikelompokkan menjadi tiga kondisi rusak yaitu sebagai berikut:

a. Rusak ringan adalah kerusakan yang tidak mengganggu fungsi bangunan dari
segi arsitektur, seperti kerusakan pada pekerjaan finishing, yaitu mengelupasnya cat
yang tidak menimbulkan gangguan fungsi dan estetika serta tidak menimbulkan
bahaya sedikitpun kepada penghuni.
b. Rusak sedang adalah kerusakan yang dapat mengganggu fungsi bangunan dari
segi arsitektur (fungsi, kenyamanan, estetika), seperti kerusakan pada bagian

V- 46
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

bangunan yaitu pecahnya kaca pada jendela dan pintu yang dapat mengurangi
estetika bangunan dan mengurangi kenyamanan pada penghuni.
c. Rusak berat adalah kerusakan yang sangat menganggu fungsi dan estetika
bangunan serta mengakibatkan hilangnya rasa nyaman dan dapat menimbulkan
bahaya kepada penghuni.
3. Kategori Kerusakan Utilitas
Kerusakan utilitas dikelompokkan menjadi tiga kondisi rusak yaitu sebagai berikut:

a. Rusak ringan adalah rusak kecil atau tidak berfungsinya sub komponen utilitas yang
tidak akan menimbulkan gangguan atau mengurangi fungsi komponen utilitas,
misalnya pada instalasi listrik yaitu padamnya salah satu lampu pada ruangan.
b. Rusak sedang adalah kerusakan atau tidak berfungsinya sub komponen utilitas yang
menimbulkan gangguan atau mengurangi fungsi komponen utilitas, misalnya pada
instalasi telepon yang mengalami gangguan di salah satu ruangan yang
menyebabkan matinya saluran telepon diruangan tersebut.
c. Rusak berat adalah rusak atau tidak berfungsinya sub komponen utilitas yang dapat
menimbulkan gangguan berat atau mengakibatkan tidak berfungsinya secara total
komponen utilitas.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/ PRT/ M/ 2008 tentang
Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Intensitas Kerusakan Bangunan
dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan yaitu:

1. Kerusakan Ringan
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti
penutup atap, langit – langit, penutup lantai dan dinding pengisi. Perawatan untuk tingkat
kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi
pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/kelas dan lokasi yang
sama.

2. Kerusakan Sedang
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non- struktural, dan
atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai dan lain – lain. Perawatan untuk
tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan
tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/kelas dan lokasi
yang sama.

V- 47
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

3. Kerusakan Berat
Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik
struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi
dengan baik sebagaimana mestinya. Perawatan untuk tingkat kerusakan berat, biayanya
maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan
gedung baru yang berlaku, untuk tipe lokasi yang sama.

5.2. Penyebab Kerusakan Bangunan


Suatu bangunan konstruksi direncanakan berdasarkan spesifikasi teknis dari jenis
bangunan yang akan dibangun. Bangunan yang dibangun mempunyai umur rencana.
Umur rencana setiap bangunan berbeda – beda tergantung pada elemen – elemen
konstruksi yang menyusunnya, setelah suatu bangunan konstruksi dibangun maka
bangunan tersebut akan mengalami kerusakan pada komponen – komponen tertentu.
Penyebab kerusakan pada bangunan dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain faktor
usia, gempa, kualitas bahan, metode kerja dan pengaruh cuaca (Uberlin, 2013).

Untuk itu perlu langkah-langkah perawatan dan perbaikan agar kerusakan tidak
semakin parah dan tetap dapat dipergunakan dengan aman dan nyaman. Adapun
penyebab kerusakan pada rumah atau bangunan gedung sebagai berikut (Uberlin, 2013) :

1. Faktor Usia
Salah satu penyebab utama kerusakan rumah atau gedung yaitu faktor usia bangunan
tersebut. Semakin bertambah usia bangunan, maka kekuatan dan ketahanannya semakin
berkurang atau menurun.

Untuk mengantisipasi kerusakan akibat usia bangunan maka perlu dilakukan antisipasi
dengan jalan melakukan perawatan dan kontrol secara rutin dan berskala (kontrol 3-5
tahun sekali) agar tidak terjadi kerusakan yang berkelanjutan terutama pada struktur
bangunan yang menyebabkan terjadinya perlemahan pada bagian konstruksi atau bahan
bangunan tersebut (Imelda, 2012).

2. Faktor Perawatan dan Pemeliharaan


Perawatan yang dilakukan seara rutin dan berkala akan membantu mengurangi resiko
kerusakan yang berkelanjutan. Melakukan perawatan maka penghuni, pemilik maupun
kontraktor harus memahami metode kerja perawatan tersebut karena setiap bagian
pekerjaan membutuhkan cara yang berbeda sesuai dengan bahan atau medianya.

V- 48
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Perawatan pada lantai keramik pada daerah basah dan daerah kering, misal lantai
keramik pada kamar mandi harus selalu diusahan selalu bersih dan kering agar tidak terjadi
kotor yang menyebabkan lumut. Sedangkan lantai keramik pada daerah kering jarang
terdapat lumutan namun perlu dilakukan perawatan secara rutin agar terhindar dari noda
yang melekat.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Proses perencanaan dan pengerjaan awal yang kurang baik dapat menyebabkan
kerusakan lebih cepat. misalnya kesalahan perencanaan pada perhitungan konstruksi
pondasi, kolom atau struktur lainnya maupun proses pencampuran dan komposisi spesi
yang dibuat kurang sempurna. Demikian juga pada pekerjaan kusen, atap dan lainnya
yang mempunyai pengaruh terhadap keawetan dan ketahanan bangunan. Disamping
bahan bangunan, metode kerja juga harus dilaksanakan dengan benar.

4. Kualitas Bahan Bangunan


Berikutnya pemilihan dan pengambilan bahan harus dituntut yang berkualitas dan
kekuatannya, jadi tidak hanya harganya yang mahal karena tidak ada jaminan untuk
kualitas.

Untuk memilih dan menetapkan bahan maka harus disesuaikan dengan fungsi dan
komponen pekerjaan yang akan dikerjakan seperti pasir untuk pekerjaan pasangan batu
bata atau plesteran akan berbeda dengan pasir yang akan digunakan untuk pekerjaan
beton. Demikian juga pada kontruksi kayu untuk kusen akan berbeda dengan kayu yang
dipakai untuk rangka atap.

5. Bencana Alam
Bencana alam yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan gedung atau
rumah tinggal antara lain, gempa, banjir, puting beliung. Sedangkan bencana yang lain
yaitu kebakaran, tertimpa pohon dan lain-lain.

Agar kerusakan akibat kejadian diatas tidak menimbulkan masalah maka perlu adanya
perhitungan baik terhadap bangunan untuk mengantisipasi gempa dan banjir yaitu
bangunan tahan gempa agar bangunan tetap kuat dan utuh. Demikian juga untuk untuk
antisipasi terhadap kebakaran dengan menyediakan tabung pemadam kebakaran pada
tempat-tempat tertentu dan melokalisir pohon dan tiang listrik atau memberikan
pengamanan.

V- 49
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

5.3. Kerusakan Bangunan pada SMP Negeri 5 Tapung


5.3.1. Ruang Kelas
Pada bangunan SMP Negeri 5 Tapung terdapat beberapa elemen bangunan yang
rusak dan perlu direhab, antara lain :
1. Kerusakan pada plafond
Plafond pada bangunan kantor memiliki kerusakan berat, dapat dilihat seperti
gambar 5.1

Gambar 5.1 Kerusakan plafond pada Ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung

2. Kerusakan pada pelapis dinding (cat)


Cat dinding eksterior dan interior pada bangunan SMP Negeri 5 Tapung juga
memerlukan pembaruan.

Gambar 5.2 Pelapis Dinding luar (eksterior) ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung

V- 50
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 5.3 Pelapis Dinding dalam (interior) ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung

5.4. Kerusakan Bangunan SMP Negeri 5 Tapung Hilir


5.4.1. Ruang Kelas
Pada bangunan Ruang Kelas SMP Negeri 5 Tapung Hilir terdapat penambahan
bangunan dan beberapa elemen bangunan yang rusak dan perlu direhab, antara lain :
1. Kerusakan pada Plafond
Atap pada bangunan Ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung Hilir memiliki kerusakan
sedang, berupa kebocoran yang cukup besar sehingga mengakibatkan kerusakan
pada plafond akibat air hujan.

Gambar 5.4 Kerusakan Plafond pada Ruang Kelas SMP Negeri 5 Tapung Hilir

2. Kerusakan pada lantai


Lantai pada bangunan ruang kelas memiliki kerusakan ringan, dapat dilihat seperti
gambar 5.5

V- 51
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 5.5 Kerusakan lantai pada ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung Hilir.

3. Kerusakan pada pelapis dinding (cat)


Cat dinding eksterior dan interior pada bangunan ruang kelas memerlukan
pembaruan.

Gambar 5.6 Pelapis Dinding dalam (interior) ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung
Hilir

5.5. Kerusakan Bangunan SMP Negeri 3 Tapung Hilir


5.5.1. Ruang Kelas
Pada bangunan Ruang Kelas SMP Negeri 3 Tapung Hilir terdapat penambahan
bangunan dan beberapa elemen bangunan yang rusak dan perlu direhab, antara lain :
1. Kerusakan pada Plafond
Atap pada bangunan Ruang kelas SMP Negeri 3 Tapung Hilir memiliki kerusakan
sedang, berupa kebocoran yang cukup besar sehingga mengakibatkan kerusakan
pada plafond akibat air hujan.

V- 52
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 5.7 Kerusakan Plafond pada Ruang Kelas SMP Negeri 3 Tapung Hilir

2. Kerusakan pada lantai


Lantai pada bangunan selasar sekolah memiliki kerusakan ringan, dapat dilihat seperti
gambar 5.8

Gambar 5.8 Kerusakan lantai pada ruang kelas SMP Negeri 5 Tapung Hilir

3. Kerusakan pada pelapis dinding (cat)


Cat dinding eksterior dan interior pada bangunan ruang kelas memerlukan
pembaruan.

V- 53
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 5.9 Pelapis Dinding cat sekolah SMP Negeri 3 Tapung Hilir

4. Kerusakan pada Atap dan listplank


Atap sekolah memerlukan pemabruan

Gambar 5.10 Pelapis Dinding cat sekolah SMP Negeri 3 Tapung Hilir

5.5.2. Perpustakaan
Pada bangunan perpustakaan SMP Negeri 3 Tapung Hilir terdapat eberapa
elemen bangunan yang rusak dan perlu direhab, antara lain :
1. Plafond
Plafond memerlukan pembaruan karena sudah tampak rusak akibat kebocoran air
hujan.

V- 54
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 5.11 plafond bangunan perpustakaan SMP Negeri 3 Tapung Hilir

2. Kerusakan pada pelapis dinding (cat)


Cat dinding eksterior dan interior pada bangunan ruang kelas memerlukan
pembaruan.

Gambar 5.12 pelapis dinding cat bangunan perpustakaan SMP Negeri 3 Tapung
Hilir

5.5.3. Ruang Guru 1 dan 2


Pada bangunan ruang guru SMP Negeri 3 Tapung Hilir terdapat beberapa elemen
bangunan yang rusak dan perlu direhab, antara lain :
1. Plafond
Plafond memerlukan pembaruan karena sudah tampak rusak akibat kebocoran air
hujan.

V- 55
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH I

Gambar 5.13 Kerusakan Plafond pada Ruang guru SMP Negeri 3 Tapung Hilir

2. Kerusakan pada pelapis dinding (cat)


Cat dinding eksterior dan interior pada bangunan ruang guru memerlukan
pembaruan.

Gambar 5.14 Pelapis Dinding cat ruang guru SMP Negeri 3 Tapung Hilir

V- 56
LAPORAN
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

Bab PENGEMBANGAN
6
6.1. Pekerjaan Rehabilitasi dan pengembangan pada SMP Negeri 5 Tapung
Pekerjaan yang dilakukan pada SMP Negeri 5 Tapung ini terdapat pekerjaan
rehabilitasi pada elemen bangunan. Rehabilitasi yang dilakukan pada bangunan-bangunan
yang ada di SMP Negeri 5 Tapung dapat dilihat sebagai berikut :
1. Ruang Kelas
Pada bangunan Ruang Kelas dilakukan rehabilitasi / penggantian elemen bangunan
yang mengalami kerusakan, seperti :
- Rangka Atap
- Penutup Atap
- Plafond
- Pintu
- Pelapis Lantai (Keramik)
- Pelapis Dinding (Cat)

6.2. Pekerjaan Rehabilitasi dan pengembangan pada SMP Negeri 5 Tapung Hilir
Rehabilitasi yang dilakukan pada bangunan-bangunan yang ada di SMP Negeri 5
Tapung Hilir dapat dilihat sebagai berikut :
1. Ruang Kelas
Pada bangunan Ruang Kelas dilakukan rehabilitasi / penggantian elemen bangunan
yang mengalami kerusakan, seperti :
- Rangka Atap
- Penutup Atap
- Plafond
- Pintu
- Pelapis Lantai (Keramik)
- Pelapis Dinding (Cat)

VI- 57
LAPORAN
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

6.3. Pekerjaan Rehabilitasi dan pengembangan pada SMP Negeri 3 Tapung Hilir
Rehabilitasi yang dilakukan pada bangunan-bangunan yang ada di SMP Negeri 3
Tapung Hilir dapat dilihat sebagai berikut :
1. Ruang Kelas
Pada bangunan Ruang Kelas dilakukan rehabilitasi / penggantian elemen bangunan
yang mengalami kerusakan, seperti :
- Rangka Atap
- Penutup Atap
- Plafond
- Pintu
- Pelapis Lantai (Keramik)
- Pelapis Dinding (Cat)

2. Perpustakaan
Pada bangunan perpustakaan dilakukan rehabilitasi / penggantian elemen bangunan
yang mengalami kerusakan, seperti :
- Rangka Atap
- Penutup Atap
- Plafond
- Pintu
- Pelapis Dinding (Cat)

3. Ruang Guru
Pada bangunan ruang guru dilakukan rehabilitasi / penggantian elemen bangunan
yang mengalami kerusakan, seperti :
- Rangka Atap
- Penutup Atap
- Plafond
- Pintu
- Pelapis Dinding (Cat)

VI- 58
LAPORAN
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

Bab RENCANA ANGGARAN


7 BIAYA

7.1 ITEM PEKERJAAN

Sebelum dilakukan penghitungan volume pekerjaan maka terlebih dahulu proses


menginventarisasi item-item pekerjaan yang akan direncanakan dilakukan pada waktu
pelaksanaan. Item-item pekerjaan ini disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan jenis
bangunan yang dikerjakan.

Tahapan pelaksanaan untuk bangunan jembatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan Pendahuluan meliputi :
 Persiapan administrasi
 Pembongkaran elemen bangunan yang akan di rehab

2. Pekerjaan Rehab
Pekerjaan ini meliputi :
 Atap
 Rangka Atap
 Cat
 Pelapis Lantai (Keramik)
 Kusen dan Pintu

3. Pekerjaan Bangunan baru


Pekerjaan ini meliputi :
 Pekerjaan Struktur
 Pekerjaan Arsitektur
 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

VII- 59
LAPORAN
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

7.2 ANALISA HARGA SATUAN


Analisa harga satuan pekerjaan untuk masing-masing jenis pekerjaan dibuat
berdasarkan Harga Satuan Upah dan Bahan pada tahun 2021 di daerah Kabupaten Kampar
yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar.
Analisa Harga Satuan Pekerjaan terdiri dari :
 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pendahuluan
 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Struktur
 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Arsitektur
 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Analisis harga satuan pekerjaan untuk masing-masing komponen kegiatan disajikan dalam
Buku Laporan Rencana Anggaran Biaya

7.3 RENCANA ANGGARAN BIAYA


Perhitungan anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu: bahan,
upah, peralatan, overhead dan keuntungan yang dilakukan pada tiap-tiap jenis pekerjaan.
Biaya asuransi dan pajak tenaga kerja sudah termasuk dalam biaya upah sedangkan biaya
asuransi alat berat dan operator sudah termasuk biaya peralatan.

7.4 PEMILIHAN KONSTRUKSI


Pemilihan konstruksi yang ditawarkan dilakukan dengan metoda analisa multi
kriteria. Pada metoda pemilihan ini dipertimbangkan beberapa aspek yang dianggap
dominan dan masing masing aspek diberi bobot sesuai dengan prioritas pertimbangan yang
diutamakan.
Kriteria yang dinilai dan bobot penilaian adalah sebagai berikut ;

1. Aspek konstruksi dengan nilai bobot 40 %


2. Aspek pelaksanaan dengan nilai bobot 30%
3. Aspek biaya dengan nilai bobot 30%

Pada masing-masing kriteria memiliki beberapa item yang dinilai berdasarkan skor.
Skor yang diberikan dengan skala 1 sampai 5 dengan uraian skor sebagai berikut;

1 = jelek

2 = kurang

VII- 60
LAPORAN
LAPORAN DED REHABILITASI RUANG KELAS DENGAN TINGKAT KERUSAKAN
AKHIR
AKHIR MINIMAL SEDANG BESERTA PERABOTNYA WILAYAH

3 = sedang

4 = baik

5 = baik sekali

Hasil analisa multi kriteria memberikan nilai tertinggi pada konstruksi berupa
jembatan gantung baja.

VII- 61

Anda mungkin juga menyukai