Anda di halaman 1dari 90

BAB

ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KAWASAN

III

3.1. KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013-2033
3.1.1. Arah Pengembangan Wilayah Kepulauan Riau
dilihat dari Konstelasi Pulau Sumatera
Wilayah Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di
Indonesia yang berperan penting dalam mendukung peningkatan
kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sumatera memiliki posisi
geografis

yang

strategis

di

wilayah

barat

Indonesia

dan

berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur yang menjadi


salah

pusat

perekonomian

dunia

dan

memiliki

hubungan

interaksi paling dekat dengan wilayah Jawa. Wilayah Sumatera


berada pada posisi strategis nasional karena dari arah tenggara
sampai timur dilintasi oleh ALKI yang memanjang dari Laut
Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Alur laut ini
terbuka bagi pelayaran dari Laut Cina Selatan ke Samudera
Hindia dan sebaliknya. Wilayah Sumatera bagian timur dan utara
juga terbuka bagi pelayaran menuju kawasan Asia Pasifik, Afrika,
dan Eropa.
Dengan demikian, wilayah Sumatera berpotensi besar
sebagai pusat pertumbuhan di kawasan subregional ASEAN, Asia
Pasifik, dan kawasan internasional lainnya. Wilayah Sumatera
memiliki akses perdagangan paling strategis jika dibandingkan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

dengan pulau besar lain di Indonesia yang juga memiliki


kekayaan sumber daya alam yang besar. Berbagai prasarana dan
sarana, peluang usaha dan ketersediaan sumber daya manusia
di

wilayah

Sumatera

tersedia

secara

memadai.

Wilayah

Sumatera diharapkan menjadi wilayah penopang utama dalam


menghadapi persaingan global, terutama dengan terbentuknya
masyarakat ekonomi ASEAN.
Dengan memperhatikan rancangan Rencana Tata Ruang
Pulau Sumatera, pengembangan wilayah Sumatera diarahkan
untuk (1) memantapkan interaksi antarkawasan pesisir timur,
kawasan tengah, dan kawasan pesisir barat Sumatera melalui
pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan
transportasi udara lintas Sumatera yang andal; (2) mendorong
berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat
pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera; (3)
mengembangkan akses bagi daerah terisolasi dan pulau-pulau
kecil di pesisir barat dan timur Sumatera sebagai sentra produksi
perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi ke pusat kegiatan
industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan
lintas negara; (4) mempertahankan kawasan lindung sekurangkurangnya

40%

dari

luas

Pulau

Sumatera

dalam

rangka

mengurangi risiko dampak bencana lingkungan yang dapat


mengancam

keselamatan

masyarakat

dan

aset

sosial-

ekonominya yang berbentuk prasarana, pusat permukiman


ataupun kawasan budi daya; (5) mengembangkan komoditas
unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerja
sama lintas sektor dan lintas wilayah provinsi dalam pengelolaan
dan pemasaran dalam mendorong kemandirian akses ke pasar
global dengan mengurangi ketergantungan pada negaranegara
tetangga; (6) menghindari konflik pemanfaatan ruang pada
kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

provinsi, lintas wilayah kabupaten dan kota; (7) mempertahankan


dan melestarikan budaya lokal dari pengaruh negatif globalisasi
dan

liberalisasi

perdagangan

dunia;

(8)

memantapkan

keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budi daya lain,


berikut kota-kota pusat kegiatan di dalamnya dengan kawasan
dan pusat pertumbuhan antarpulau di wilayah nasional, serta
dengan

pusat-pusat

pertumbuhan

di

kawasan

subregional

ASEAN, Asia Pasifik, dan kawasan internasional lain.


Strategi

pemanfaatan

ruang

wilayah

Sumatera

diwujudkan dalam rencana tata ruang Pulau Sumatera yang


berisi (1) strategi pengembangan struktur ruang; dan (2) strategi
pengelolaan pola pemanfaatan ruang. Strategi pengembangan
struktur ruang mencakup (1)

strategi pengembangan sistem

pusat permukiman; dan (2) strategi pengembangan sistem


jaringan prasarana wilayah, sedangkan strategi pengelolaan pola
pemanfaatan ruang mencakup (1) strategi pengelolaan ruang
kawasan lindung; dan (2) strategi pengelolaan ruang kawasan
budi daya.
Pengembangan sistem pusat permukiman di wilayah
Sumatera ditekankan pada terbentuknya fungsi dan herarki
pusat permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah nasional
yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN)

di kawasan perbatasan negara

sebagai satu kesatuan sistem yang berherarki.


Pengembangan PKN di wilayah Sumatera diarahkan untuk
(1) mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, Dumai dan
Batam di wilayah timur dan kota Padang di wilayah barat sebagai
pusat pelayanan primer; (2) mengendalikan pengembangan
kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang, Bandar Lampung
dan sekitarnya, dan Palembang dan sekitarnya, sebagai pusat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pelayanan

primer

lingkungannya;

yang

dan

(3)

sesuai

dengan

mendorong

daya

dukung

pengembangan

kota

Pekanbaru dan Jambi sebagai pusat pelayanan sekunder.


Pengembangan PKW di wilayah Sumatera diarahkan untuk
(1)

mendorong

Sidikalang,

pengembangan

Tebingtinggi,

kota-kota

Pematang

Siantar,

Takengon,
Balige,

NAD,
Rantau

Prapat, Kisaran, Padang Sidempuan, Pariaman, Bagan Siapiapi,


Bangkinang, Bengkalis, Tembilahan, Siak Sri Indrapura, Rengat,
Tanjung Balai Karimun, Pasir Pangarayan, Tanjung Pinang, Taluk
Kuantan, Terempa, Daik Lingga, Dabo/Singkep, Muara Bulian,
Sarolangun, Muara Bungo, Kuala Tungkal, Muara Enim, Lahat,
Kayuagung, Sekayu, Pangkalpinang, Muntok, Tanjung Pandan,
Manggar, Manna, Muko Muko, Baturaja, Prabumulih, Metro,
Kalianda,

Menggala,

Kota

Agung,

dan

Kotabumi;

(2)

mengendalikan pengembangan kota-kota Sabang, Meulaboh,


Langsa,

Sibolga,

Gunung

Sitoli,

Muarasiberut,

Sawahlunto,

Bukittinggi, Lubuk Linggau, Bengkulu, dan Liwa sebagai pusat


pelayanan sekunder sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
Pengembangan PKL di wilayah Sumatera ditetapkan melalui
peraturan

daerah

provinsi

berdasarkan

usulan

pemerintah

kabupaten/kota dengan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam


RTRWN. Pengembangan PKSN di kawasan perbatasan negara di
wilayah

Sumatera

merupakan

upaya

untuk

mendorong

pengembangan Kota Sabang, Medan, Tanjung Balai, Dumai,


Batam, Ranai, dan Tanjung Pinang.
Potensi dan permasalahan yang ada di Provinsi Kepulauan
Riau, dapat memunculkan isu-isu strategis yang mempengaruhi
perkembangan wilayah, antara lain:

Kedudukan provinsi dalam konteks regional dan global;

Keberadaan

sumber

daya

kelautan

sebagai

penunjang

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

perekonomian;

Keberadaan sumber daya mineral yang memiliki potensi


perekonomian

sekaligus

menjadi

perhatian

terhadap

rentannya perubahan keseimbangan alam dan lingkungan;

Pulau-pulau

kecil

terdepan

yang

merupakan

daerah

perbatasan Negara Republik Indonesia;

Kerjasama ekonomi Selat Karimata sebagai bentuk kerjasama


yang menjawab permasalahan-permasalahan yang sama
pada daerah yang berada di Selat Karimata seperti adanya
kesenjangan perkembangan wilayah.

3.1.2. Rencana Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau


Berdasarkan

isu-isu

strategis

yang

telah

dijabarkan

sebelumnya, maka terbentuklah tujuan dari Rencana Tata Ruang


Wilayah Provinsi Kepulauan Riau yaitu: Mewujudkan pemerataan
pertumbuhan

ekonomi

yang

berkelanjutan

dengan

memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan keserasian tata


ruang

Provinsi

Kepulauan

Riau

sebagai

wilayah

strategis

kepulauan.
Untuk mewujudkan tujuan dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang telah terbentuk, maka
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi terdiri
dari:

Pengembangan Keterpaduan Pusat-Pusat Kegiatan


Meningkatkan fungsi pusat-pusat kegiatan nasional PKN dan
wilayah(PKW);
Mengembangkan pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) dan
sentra-sentra produksi;
Membangun,
mengembangkan

dan

meningkatkan

keterkaitan antar pusat kegiatan dan wilayah hinterland;

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Mendorong pengembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah

perbatasan.
Mendorong Terbentuknya Aksesibilitas Jaringan Transportasi
Kepulauan
Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan secara
hirarkis yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan
pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan
dengan masing-masing wilayah pelayanan;
Integrasi sistem intermoda dan perpindahan antarmoda di
seluruh wilayah kepulauan;
Pengembangan rute-rute pelayanan
publik

menjangkau

seluruh

wilayah

moda

transportasi

kepulauan

sesuai

dengan intensitas aktivitas;


Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan terminal
umum, bandar udara, dan pelabuhan laut, sebagai simpul
transportasi;
Pembangunan jembatan penghubung antar pulau.
Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pengembangan sistem jaringan energi;
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
Pengembangan sistem jaringan sumberdaya air;
Pengembangan sistem jaringan air bersih;
Pengembangan sistem jaringan drainase;
Pengembangan sistem pengelolaan sampah dan instalasi
pengolahan lumpur tinja;
Pengembangan sistem jaringan limbah cair;
Pengembangan
sistem
pengelolaan
limbah

bahan

berbahaya dan beracun terpadu.


Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Alam Guna Mendorong
Pengembangan Ekonomi Wilayah
Pemanfaatan dan pengembangan potensi sektor kelautan
dan perikanan;
Pemanfaatan potensi sektor pertambangan mineral dan
migas dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Mengembangkan kegiatan sektor unggulan di wilayah sentra


produksi;
Mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan
pariwisata berbasis keunikan budaya, alam dan MICE

(Meeting, Incentive, Conferrence and Exhibition).


Mengembangkan Zona dan Kawasan Industri Berdaya Saing
Global
Mengembangkan klaster industri berbasis produk unggulan
dan kompetensi inti daerah;
Menyiapkan sarana penunjang kegiatan industri berbasis
teknologi modern;
Mengembangkan dan

meningkatkan

kegiatan

industri

pengolahan komoditi unggulan di sentra-sentra produksi.


Mendorong Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun
Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana
pendukung

kegiatan-kegiatan

di

Kawasan

Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas;


Mengembangkan daerah-daerah di luar Kawasan Batam,
Bintan, dan Karimun dalam rangka untuk mendukung
kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas;
Mensinergikan
pemanfaatan

ruang

antara

Kawasan

Perdagangan Bebas Batam Bintan Karimun dengan kawasan


di sekitarnya.
Memelihara Kelestarian Wilayah Kepulauan
Mempertahankan fungsi kawasan lindung dalam rangka
memelihara keseimbangan ekosistem;
Mempertahankan
dan
melestarikan

kawasan

hutan

mangrove;
Menetapkan dan mempertahankan kelestarian sumberdaya
dan keanekaragaman ekosistem kelautan;
Meningkatkan pengawasan dan pengendalian

wilayah

konservasi;
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Mengembalikan kualitas lingkungan pada kawasan yang


sudah mengalami degradasi;
Mewujudkan RTH termasuk kawasan yang berfungsi lindung
dalam kawasan perkotaan dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen);
Penataan dan pengendalian kawasan reklamasi pantai;
Mengembangkan
kegiatan
budidaya
yang
mempertimbangkan mitigasi bencana dan memiliki adaptasi

lingkungan dikawasan rawan bencana.


Peningkatan Fungsi dan Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Negara
Mendukung kawasan pertahanan dan keamanan negara;
Mengembangkan kegiatan budidaya yang selektif pada
kawasan perbatasan dan sekitarnya.
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Nasional, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi


Kepulauan Riau, Kota Batam merupakan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) dan/atau Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Adapun
arahan untuk Kota Batam sebagai PKN/PKSN yaitu:

Pusat pemerintahan Kota Batam;


Kawasan investasi internasional;
Pusat keunggulan (center

of

excellent)

Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan

Karimun;
Pusat kawasan

Kepulauan Riau;
Simpul utama (main outlet) transportasi laut dan udara skala

nasional dan internasional


Pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong perkembangan

wilayah perbatasan;
Pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional;
Kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional

serta integrasi nasional;


Kawasan alih muat kapal (transhipment point);

industri,

perdagangan

dan

jasa

Provinsi

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kawasan pariwisata.

3.1.3. Rencana Pola Ruang Provinsi Kepulauan Riau


Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau
terdiri

dari

Rencana

Kawasan

Lindung,

Rencana

Kawasan

Budidaya, serta Rencana Pemanfaatan Ruang Laut.


1. Rencana

Kawasan

ditetapkan

dengan

Lindung,
fungsi

merupakan
utama

kawasan

menjaga

yang

kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya buatan yang


merupakan

modal

dasar

untuk

pembangunan

yang

berkelanjutan. Rencana Kawasan Lindung Provinsi Kepulauan


Riau terdiri dari:

kawasan hutan lindung;

kawasan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan

kawasan bawahannya;
kawasan lindung yang

perlindungan setempat;
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
kawasan rawan bencana;
kawasan lindung lainnya.

berfungsi

untuk

memberikan

Tujuan pemantapan kawasan lindung di Provinsi Kepulauan


Riau adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup
dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan,
sedangkan sasarannya adalah:

Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim;

Mempertahankan keaneka-ragaman flora, fauna dan tipe

ekosistem, serta keunikan alam;


Menyediakan dan mempersiapkan

(habitat) untuk sukusuku terasing;


Mempertahankan kawasan lindung minimal 30% dari luas

pulau sesuai dengan karakteristik pulau;


Mempertahankan dan melestarikan keberadaan

lingkungan

hidup

hutan

mangrove. Berdasarkan tujuan dan sasaran pemantapan


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

kawasan lindung di Provinsi Kepulauan Riau, maka arahan

kebijakannya terdiri dari:


Bagian kawasan dengan

dilindungi;
Di dalam kawasan tersebut tidak boleh ada kegiatan lain,

kecuali kegiatan untuk menjaga fungsi kawasan tersebut;


Kawasan lindung setempat meliputi sempadan sungai,

fungsi

sebagai

suaka

harus

sempadan pantai, sempadan waduk/kolong, dan kawasan


dengan

faktor

kawasan

pembatas

lereng/ketinggian

dimanfaatkan dengan tanaman tahunan yang berfungsi


untuk reboisasi.
2. Rencana Kawasan Budidaya, merupakan kawasan daratan
yang berpotensi untuk dikembangkan baik untuk kepentingan
usaha produksi maupun pemukiman penduduk. Rencana
Kawasan Budidaya Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari:
Kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan peruntukan pertanian;
Kawasan peruntukan perikanan;
Kawasan peruntukan pertambangan;
Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan permukiman;
Kawasan peruntukan budidaya lainnya.
3. Rencana Pemanfaatan Ruang Laut, Merupakan arahan
pemanfaatan sumberdaya laut melalui pembagian kawasan
laut yang meliputi kawasan pemanfaatan umum, kawasan
konservasi, kawasan strategis nasional tertentu dan alur laut.
Dalam pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil,
digunakan
menentukan

rencana
arah

zonasi

yang

penggunaan

dimaksudkan
sumberdaya,

untuk
dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya


dukung ekosistem, fungsi perlindungan, dimensi waktu,
dimensi

teknologi

dan

sosial

budaya,

serta

fungsi

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pertahanan dan keamanan;

Keterpaduan

fungsi, estetika lingkungan dan kualitas lahan pesisir;


Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses

pemanfaatan

berbagai

jenis

sumberdaya,

masyarakat dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi.
3.2.

KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


KABUPATEN NATUNA

3.2.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Natuna


Rencana

struktur

ruang

wilayah

Kabupaten

Natuna

meliputi rencana sistem pusat kegiatan, rencana sistem jaringan


prasarana utama dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
A. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten
Rencana sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten Natuna
terdiri dari rencana Sistem Perkotaan yang meliputi rencana
pengembangan Pusat Kegiatan Strategis

Nasional,

Pusat

Kegiatan Lokal, Pusat Pelayanan Kawasan; dan rencana Sistem


Perdesaan

yang

meliputi

rencana

pengembangan

Pusat

Pelayanan Lingkungan. Rencana pengembangan sistem pusat


kegiatan di wilayah Kabupaten Natuna memperhatikan sistem
perkotaan yang di tetapkan didalam RTRWN dan RTRW Provinsi
Kepulauan Riau di dalam wilayah Kabupaten Natuna yang
meliputi:

PKSN yang berada di wilayah Kabupaten Natuna adalah PKSN


Ranai;

PKL yang berada di wilayah Kabupaten Natuna adalah PKL


Serasan dan PKL Sedanau.

1. Rencana Sistem Perkotaan


a. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional di


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kabupaten Natuna dilakukan dengan merujuk pada


rencana

sistem

perkotaan

nasional

yang

tertuang

didalam RTRWN. Dalam sistem perkotaan nasional Ranai


ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Stretegis Nasional
tahap

pengembangan

percepatan

kota-kota

lima

tahun

utama

pertama

kawasan

dengan

perbatasan

dengan penekanan pada pengembangan baru. Berkaitan


dengan hal tersebut maka peran kawasan perkotaan
Ranai diharapkan dapat berperan:

Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Natuna

Sebagai pusat pertumbuhan kawasan perbatasan negara

Sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan


dengan negara tetangga

Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan


nasional serta integrasi nasional

Sebagai pusat pelayanan, ekspor serta akses ke pasar


global.

Sebagai simpul transportasi laut nasional dan internasional.

Sebagai simpul transportasi udara nasional.

Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional dan


nasional.

Sebagai kawasan pengembangan industri pendukung perikanan


dan kelautan.

Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional

b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada


sistem perkotaan yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi
Kepulauan
Provinsi

Riau.

Dalam

Kepulauan

Kecamatan

Serasan

Riau
dan

sistem

perkotaan

diantaranya
Sedanau

di

wilayah

Serasan

di

Kecamatan

Bunguran Barat. Peran kedua pusat perkotaan tersebut


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

adalah sebagai berikut :


1) PKL Serasan, Kawasan perkotaan Serasan diharapkan
dapat berperan sebagai:

Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian,


perkebunan dan perikanan.

Pusat perdagangan skala lokal.

Simpul pelayanan transportasi skala regional.

2) PKL Sedanau, Kawasan perkotaan Sedanau

diharapkan dapat berperan sebagai:

Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian,


perkebunan dan perikanan.

Pusat perdagangan skala lokal.

Simpul pelayanan transportasi skala regional.

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di


Kabupaten Natuna, hal-hal yang mendasari diantaranya:
1. Mempertimbangkan

arahan

PKSN

dan

PKL

sebagaimana tersebut diatas, sehingga penetapan


PPK dan PPL dapat mendukung pengembangan PKL
maupun PKSN yang sudah ditetapkan dalam rencana
sistem perkotaan Nasional maupun sistem perkotaan
di tingkat Provinsi. Dengan memperhatikan arahan
PKSN dan PKL sebagaimana tertuang didalam RTRWN
dan

RTRW

Provinsi

Kepulauan

Riau,

maka

pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan


dapat mendukung pengembangan PKL di Sedanau
dan Serasan
2. Potensi dan permasalahan pengembangan di setiap
wilayah kecamatan di Kabupaten Natuna. Potensi
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pengembangan

di

setiap

wilayah

di

Kabupaten

Natuna adalah sebagai berikut:


a. Potensi pengembangan pariwisata

Sektor pariwisata akan didorong pengembangannya


pada bagian timur laut Pulau Bunguran, yaitu mulai
dari

Tanjung

sampai

ke

Pengadah

Kecamatan

Bunguran Timur Laut dan sekitarnya


b. Potensi pengembangan pertanian dan perkebunan

Sektor

pertanian

dan

perkebunan

akan

dikembangkan pada bagian barat Pulau Bunguran,


yaitu

Kelarik

dan

sekitarnya

di

Kecamatan

Bunguran Utara serta Batubi dan sekitarnya di


Kecamatan Bunguran Barat
c. Potensi pengembangan mina/perikanan

Perikanan perkembangannya akan diarahkan pada


bagian selatan Pulau Bunguran, yaitu Selat Lampa
dan Kecamatan Pulau Tiga serta wilayah sekitarnya.
d. Potensi pengembangan industri migas

Potensi industri migas untuk mendukung ekplorasi


dan eksploitasi migas di lepas pantai Kabupaten
Natuna akan di kembangkan di bagian utara
wilayah Pulau Bunguran yaitu di Teluk Buton
Kecamatan Bunguran Utara
3. Keterkaitan aksesibilitas dan keterpaduan pelayanan
Isu

strategis

yang

pengembangan

antar

terkait

dengan

wilayah

kesenjangan

gugusan

pulau

di

Kabupaten Natuna antara lain gugus Pulau Bunguran,


gugus Pulau

Serasan, Subi dan Midai. Kesenjangan

perkembangan
aksesibilitas

dan
antar

upaya

untuk

gugusan

meningkatkan

pulau

menjadi

pertimbangan utama untuk mendorong pemerataan


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pelayanan pengembangan wilayah. Namun, kondisi


geografis berupa perairan yang memisahkan antara
pulau-pulau kecil di Kabupaten Natuna memerlukan
penanganan yang terpadu dalam sistem aksesibilitas
yang

menguhubungkan

antar

Pusat

Pelayanan

Kawasan maupun Pusat Pelayanan Lingkungan baik


moda transportasi darat, laut dan udara.
Berkaitan dengan beberapa hal tersebut di atas, maka
Pusat

Pelayanan

Kawasan

merupakan

kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan


skala kecamatan atau beberapa desa dan juga
mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
direncanakan sebagai berikut:
a) PPK Teluk Buton Kecamatan Bunguran Utara

Pengembangan PPK Teluk Buton diharapkan dapat


menjadi

pusat

pertumbuhan

di

bagian

utara

wilayah Kabupaten Natuna khususnya pada pusat


pengembangan

kawasan

yang

berbasis

pada

industri yang berbasis migas dan sektor pariwisata


yang di kembangkan sepanjang pesisir pantai
sampai ke Tanjung Kecamatan Bunguran Timur
Laut.
b) PPK Kelarik Kecamatan Bunguran Utara

Pengembangan

PPK

Kelarik

diharapkan

dapat

menjadi pusat pertumbuhan di bagian barat pulau


Bunguran wilayah Kabupaten Natuna khususnya
pada pusat pengembangan kawasan yang berbasis
pada pertanian, perkebunan dan perikanan.
c) PPK Tanjung Batang Kecamatan Pulau Tiga

Pengembangan

PPK

dapat

pusat

menjadi

Tajung

Batang

pertumbuhan

diharapkan
di

bagian

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

gugusan

Pulau

Bunguran

dengan

basis

pengembanan eknomi di sektor perikanan.


d) PPK Sabang Barat Kecamatan Midai

Pengembangan PPK Sabang Barat diharapkan dapat


menjadi pusat pertumbuhan di gugusan pulau Midai
yang

berbasis

pada

pengembangan

sektor

perkebunan dan perkebunan.


2. Rencana Sistem Perdesaan
Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Natuna
merupakan penetapan pusat-pusat pelayanan lingkungan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dikembangkan untuk
kawasan permukiman dan perdagangan skala lokal, serta
mendukung pengembangan PPK yang ada di Kabupaten
Natuna.
Berkaitan dengan pengembangan pusat pelayanan kawasan
sebagaimana tersebut diatas maka akan dikembangkan
pusat pelayanan lingkungan yang akan menjadi pendukung
pengembangan pusat pelayanan lingkungan. Pusat-Pusat
Pelayanan

Lingkungan

yang

akan

mendukung

pengembangan masing-masing Pusat Pelayanan Kawasan


adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

PPL
PPL
PPL
PPL
PPL
PPL

Pengadah di Kecamatan Bunguran Timur Laut


Batubi di Kecamatan Bunguran Barat
Binjai di Kecamatan Bunguran Barat
Cemaga di Kecamatan Bunguran Selatan.
Subi di Kecamatan Subi
Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Sistem Perkotaan


Wilayah

Kabupaten

Natuna

dan

Arahan

Fungsi

Sitem

Perkotaan Kabupaten Natuna, dapat dilihat pada Tabel 3.1,


Tabel 3.2
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 3.1
Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Natuna
PKSN
PKL
PPK
PPL

Ranai
(Kecamatan
Bunguran
Timur)

Serasan
(Kecamatan
Serasan)
Sedanau
(Kecamatan
Bunguran Barat)

1. PPK Teluk Buton 1.


2.
2. PPK Kelarik
3.
4. PPK Tanjung
4.
Batang

PPL Pengadah
PPL Batubi
PPL Binjai
PPL Cemaga

5. PPL Subi

5. PPK Sabang
Barat

6. PPL Pulau Laut

Sumber : RTRW Kabupaten Natuna,Tahun 2011;

Tabel 3.2.
Arahan fungsi Sistem Perkotaan Kabupaten Natuna
Sistem
Kota
Arahan Fungsi
Fungsi Penunjang
Kota

PKSN

PKL

Ranai

PKL
Sedanau

Pusat Pemerintahan
Pusat Perdagangan dan
jasa skala regional
Pusat pengembangan
industri hasil-hasil
pertanian
Pusat kegiatan pertahanan
dan keamanan
Pengembangan kegiatan
pertanian/perkebunan,
perikanan, kehutanan,
pertambangan dan
pariwisata
Pusat pelayanan
transportasi laut dan udara
skala lokal, regional dan
nasional
Pusat koleksi dan
distribusi hasil
perikanan serta
kelautan.
Kawasan pertanian,
perkebunan dan
perikanan.
Simpul pelayanan
transportasi aut
lokal.
Kawasan

Pemerintahan skala
Kabupaten
Pendidikan: SD, SLTP,
SMU, PT/Akademi
Kesehatan: RSU
Terminal Type C
Pelabuhan
Peribadatan
Ekonomi: Pasar,
perdagangan grosir,
Fasilitas Olahraga dan
Rekreasi
Akomodasi: Hotel
Berbintang

Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
Puskesmas
dengan tempat
perawatan
Pelabuhan
Peribadatan
Ekonomi: Pasar,
perdagangan
grosir
Fasilitas

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Sistem
Kota

Kota

Arahan Fungsi

PKL
Serasan

PPK

PPK
Tanjun
g
Batang
Pulau
Tiga

PPK Teluk
Buton

Fungsi Penunjang

Pengembangan
kegiatan pertanian.
Kawasan perikanan
dan kelautan.
Pusat koleksi dan
distribusi hasil
pertanian.
Simpul pelayanan
transportasi laut
lokal
Kawasan
pengembangan
wisata bahari
Perindustrian
berbasis perikanan
Transportasi Laut
Pariwisata,
Perkebunan kelapa
Perikanan
(minapolitan),
Perumahan dan
pemukiman
Konservasi laut
Simpul pelayanan
transportasi laut

Industri dan
pergudangan
berbasis migas
Rencana transportasi
laut nasional
Konservasi laut
Perkebunan kelapa
Perumahan dan
pemukiman

Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
Puskesmas
dengan tempat
perawatan
Pelabuhan
Peribadatan
Ekonomi: Pasar,
perdagangan
grosir
Fasilitas
Olahraga dan
Rekreasi
Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
Puskesmas
dengan tempat
perawatan
Pelabuhan
Peribadatan
Ekonomi: Pasar,
perdagangan
Fasilitas
Olahraga dan
Rekreasi
Akomodasi:
Hotel Melati
Akomodasi:
Hotel
berbintang dan
hotel melati
Terminal tipe C
Ekonomi: Pasar,
perdagangan
Fasilitas
Olahraga dan
Rekreasi
Peribadatan
Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
Puskesmas
dengan tempat
perawatan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Sistem
Kota

Kota

Arahan Fungsi

PPK Kelarik

PPK Sabang
Barat

Fungsi Penunjang

Agro Industri
Pertanian tanaman
pangan dan
hortikultura
Perkebunan karet,
kelapa,
Perumahan dan
pemukiman
Budidaya perikanan
Simpul pelayanan
transportasi laut
local
Perikanan budidaya

Akomodasi:
hotel melati
Terminal tipe C
Ekonomi: Pasar,
perdagangan
Fasilitas
Olahraga dan
Rekreasi
Peribadatan
Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
Puskesmas
dengan tempat
Akomodasi:
hotel melati
Ekonomi: Pasar,
perdagangan
Fasilitas
Olahraga dan
Rekreasi
Peribadatan
Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
Puskesmas
dengan tempat

Pertanian tanaman
pangan dan
hortikultura
Perkebunan kelapa,
cengkeh,melinjo
Perumahan dan
pemukiman
Perikanan tangkap
Pariwisata

Sumber : RTRW Kabupaten Natuna Tahun 2011.

B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama


1. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat
Secara

keseluruhan,

pengembangan

prasarana

transportasi darat (jalan) diarahkan untuk pemerataan dan


peningkatan pembangunan wilayah melalui :
a.

Pembangunan dan peningkatan ruas jalan yang


akan menghubungkan satu pusat pertumbuhan
dengan

pusat

pertumbuhan

di

pusat

ibukota

kabupaten.
b.

Pembangunan dan peningkatan ruas jalan kolektor

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

primer 1 atau jalan nasional serta kaitannya dalam


mendukung aksesibilitas antar pusatpusat kawasan
dan kegiatankegiatan skala nasional.
c.

Pengembangan dan peningkatan ruas jalan kolektor


primer 2, yang akan menghubungkan Kota Ranai
sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional dengan
pusat pelayanan kawasan dan pusat pelayanan
lingkungan di Pulau Bu ngu ran

d.

Pengembangan dan peningkatan jalur jalan lokal


primer, yang akan menghubungkan tiap sentra
kegiatan perekonomian dan pemerintahan dalam
lingkup kecamatan dan desa desa di sekitarnya
pada pulau pulau kecil.

e.

Pengembangan dan peningkatan jalur jalan yang


menghubungkan

sentra

sentra

kawasan

perekonomian dengan pusat-pusat pertumbuhan


dan pusat pemasaran produksi
Rencana

sistem

jaringan

transportasi

darat

yang

direncanakan meliputi:

Rencana sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan


yang

meliputi:

jaringan

jalan

dan

jembatan,

dan

prasarana lalu lintas angkutan jalan.


Rencana sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan

2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut


Mengingat kondisi geografis Kabupaten Natuna terdiri dari
wilayah kepulauan, maka transportasi laut merupakan
moda transportasi yang dominan digunakan sebagai
sarana penghubung antar wilayah/pulau di Kabupaten
Natuna, dengan demikian transportasi laut memegang
peranan penting baik dalam pengembangan intra wilayah
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

yang ditujukan untuk meningkatkan kemudahan hubungan


antar wilayah terutama untuk membuka aksesbilitas
wilayah terisolasi (frontier region), sehingga potensi dan
perkembangan wilayah dapat lebih ditingkatkan serta
merupakan

upaya

pemerataan

pembangunan

antar

wilayah yang lebih maju (development) dengan yang


belum

berkembang

(undevelopment),

maupun

pengembangan antara wilayah yang ditujukan untuk


mengembangkan interaksi antar wilayah di Kabupaten
Natuna maupun dengan wilayah lain disekitarnya.
Adapun

strategi

yang

dikembangkan

dalam

bidang

transportasi laut adalah:


a.

Memperbaiki prasarana transportasi laut dengan


melakukan

rencana

tata

ruang

dan

tatanan

kepelabuhan guna menunjang potensi perikanan dan


pariwisata di Kabupaten Natuna.
b.

Membuat rencana jalur pelayaran pada wilayah


kabupaten guna menunjang jalur pelayaran.

Rencana pengembangan transportasi laut meliputi :


a.

Rencana tatanan kepelabuhan

b.

Jalur pelayaran laut

Rencana sistem transportasi laut Kabupaten Natuna dapat


dilihat pada Gambar 3.2. Peta Sistem Transportasi Laut.
a. Rencana Tatanan Kepelabuhanan

Pelabuhan yang akan dikembangkan di Kabupaten


Natuna meliputi pelabuhan umum dan pelabuhan
peruntukan

lainnya.

pelabuhan

pengumpul,

Pelabuhan

umum

pengumpan

meliputi

regional

dan

pelabuhan pengumpan lokal. Sedangkan pelabuhan


peruntukan lainnya meliputi pelabuhan khusus seperti
pelabuhan militer dan pelabuhan minyak.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau, pengembangan


pelabuhan di Kabupaten Natuna, direncanakan sebagai
pelabuhan

pengumpan

pengumpan

lokal.

regional

Pelabuhan

dan

pelabuhan

pengumpan

adalah

pelabuhan yang berperan sebagai tempat alih muat


penumpang dan barang dari/ke pelabuhan utama yang
melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam
provinsi.
1) Rencana Pengembangan Pelabuhan Umum
a) Rencana Pembangunan Pelabuhan Utama
Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi
pokoknya

melayani

kegiatan

angkutan

internasional,

alih

laut
muat

dalam

negeri

angkutan

laut

dan
dalam

negeri dan internasional dalam jumlah besar dan


sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan antar provinsi dan antar
negara. Rencana pembangunan pelabuhan utama
ini

juga

disesuaikan

dengan

RTRW

Provinsi

Kepulauan Riau dimana dalam RTRW Provinsi


Kepulauan

Riau,

Kabupaten

Natuna

dijadikan

sebagai kawasan strategis berbasis simpul laut


internasional. Dalam upaya untuk mengantisipasi
hal tersebut diatas dan rencana pengembangan
perdagangan bebas akan dibangun pelabuhan
utama

di

Teluk

Buton

terpadu

dengan

pengembangan kawasan industri.


b) Rencana

Pengembangan

Pelabuhan

Pengumpul
Pelabuhan pengumpul adalah pelabuhan yang
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut


dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam
negeri

dalam

jumlah

menengah,

dan

sebagi

tempat asal tujuan penumpang dan atau barang,


serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antar provinsi.
Sesuai dengan arahan RTRWN dan RTRW Provinsi
Kepulauan Riau bahwa rencana pengembangan
pelabuhan

Pengumpul

di

Kabupaten

Natuna

meliputi :

Pelabuhan

Penagi

terletak

di

Kecamatan

Bunguran Timur

Pelabuhan Selat Lampa terletak di Kecamatan


Pulau Tiga

2) Rencana

Pengembangan

Pelabuhan

Pengumpan Regional
Pelabuhan

pengumpan

adalah

pelabuhan

yang

berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan


barang dari/ke pelabuhan utama yang melayani
angkutan laut antar kabupaten/kota dalam provinsi.
Saat

ini,

pelabuhan

pengumpan

regional

di

Kabupaten Natuna meliputi :

Pelabuhan

Sedanau

terletak

di

Kecamatan

Bunguran Barat,

Pelabuhan Serasan di Kecamatan Serasan

Pelabuhan Midai di Kecamatan Midai

Pelabuhan Subi di Kecamatan Subi

Pelabuhan Seluan di Kecamatan Bunguran Utara

Pelabuhan Pulau tiga di Kecamatan Pulau Tiga

Pelabuhan Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Pelabuhan Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut

3) Rencana

Pengembangan

Pelabuhan

Pengumpan Lokal
Rencana pengembangan pelabuhan pengumpan lokal
di Kabupaten Natuna meliputi:

Pelabuhan Binjai di Kecamatan Bunguran Barat

Pelabuhan Semedang

di

Kecamatan Bunguran

Barat

Pelabuhan Sabang Mawang di Kecamatan Pulau


Tiga

Pelabuhan Sededap di Kecamatan Pulau Tiga

Pelabuhan Tanjung Kumbik di Kecamatan Pulau


Tiga

4) Rencana Pengembangan Pelabuhan Khusus


Rencana

pengembangan

pelabuhan

khusus

di

Kabupaten Natuna meliputi pelabuhan khusus yang


di kembangkan untuk pangkalan utama TNI-AL yang
berada di Sabang Mawang Kecamatan Pulau Tiga,
serta adanya rencana pelabuhan minyak Kakap
Natuna

dan

Udang

Natuna

yang

terdapat

di

Kecamatan Bunguran Utara.


b. Jalur Pelayaran Laut

Jalur pelayaran laut adalah bagian dari ruang lalu lintas


laut

yang

alami

maupun

buatan

yang

dari

segi

kedalaman, lebar, dan hambatan pelayaran lainnya


dianggap

aman

untuk

dilayari.

Jalur

pelayaran

dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk


pelayaran

serta

diumumkan

oleh

instansi

yang

berwenang.
1) Jalur Pelayaran Luar Negeri
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Berdasarkan

arahan

daripada

RTRW

Provinsi

Kepulauan Riau, Kabupaten Natuna direncanakan


pengembangan rute angkutan laut luar negeri baik
bagi penumpang maupun barang meliputi:

Natuna Singapura,

Natuna Thailand,dan

Natuna Malaysia.

Pelayanan angkutan laut baik penumpang maupun


barang

ini

diharapkan

dapat

mendorong

pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Natuna


khususnya yang berkaitan dengan pengembangan
sektor

pariwisata

yang

akan

di

layani

melalui

pelabuhan Selat Lampa.


2) Jalur Pelayaran Domestik Dalam Negeri
Pengembangan pelayanan angkutan barang dan
penumpang pelayaran nasional di Kabupaten Natuna
meliputi :

Natuna Tanjungpinang Belinyu - Tanjungpriok


(Jakarta)

Natuna Pontianak (Kalimantan Barat) - Surabaya

Natuna Batam - Belawan (Sumatera Utara)

Natuna Batam - Pekanbaru (Riau)

Pelayanan angkutan laut ini akan di layani dari oleh:

Pelabuhan Midai,

Pelabuhan Sedanau,

Pelabuhan Selat Lampa,

Pelabuhan Penagi dan

Pelabuhan Serasan.

Pelayanan angkutan barang dan penumpang dalam


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

wilayah Kabupaten Natuna meliputi :

Ranai Pulau Laut Sedanau Midai

Ranai - Midai Serasan Subi

Sedanau Kelarik - Pulau Laut

Transportasi

antar

pulau

ini

akan

dilayani

dari

pelabuhan Midai, pelabuhan Sedanau, pelabuhan


Penagi Ranai, pelabuhan Selat Lampa dan pelabuhan
Serasan.
3) Jalur Pelayaran Rakyat
Angkutan laut pelayaran Rakyat merupakan kegiatan
pelayanan angkutan usaha masyarakat yang bersifat
tradisional

dan

merupakan

bagian

dari

usaha

angkutan di perairan mempunyai peranan yang


penting

dan

angkutan

karakteristik

rakyat

akan

tersendiri.

Pelayaran

melayani

angkutan

penumpang dan barang antar pulau dengan rute


angkutan laut pelayaran rakyat ini meliputi :

Ranai Pulau Laut Sedanau Midai

Ranai - Midai Serasan Subi

Ranai - Seku pang - Batu Ampar (Kota Batam);

Ranai Serasan Pontianak (Kalimantan Barat);

Ranai Sekupang;

Ranai Batu Ampar;

Ranai Tarempa Letung Kijang;

Ranai Subi Serasan Tambelan;

Sedanau Kelarik - Pulau Laut;

Sedanau Anambas; dan

Transportasi

antar

pulau

ini

akan

dilayani

dari

pelabuhan Midai, pelabuhan Sedanau, pelabuhan


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Penagi Ranai, pelabuhan Selat Lampa dan pelabuhan


Serasan.
3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara
Transportasi udara yang ada di Kabupaten Natuna saat ini
merupakan sarana penghubung yang sangat penting.
Pelayanan angkutan udara saat ini disediakan oleh
Bandara Udara milik TNI AU. Lokasi bandar udara ini
terletak di bagian selatan kota menyatu dengan kawasan
permukiman dan pang kalan TNI AU.
Berdasarkan kesepakatan bersama antara TNI-AU dengan
Ditjen Perhubungan Udara dan Pemkab Natuna No.
KB/6/XI/2006,

No.

450/MOU/2006

tentang

Pangkalan

TNI-AU

AU/8726/KUM.215/XII/2006,
Ranai

Penggunaan
di

Sebagian

Natuna

untuk

No.
Areal

Kegiatan

Penerbangan Sipil, tangal 14 desember 2007, Bandar


Udara

Ranai

akan

dikembangkan

menjadi

bandara

Enclave Sipil, di mana fasilitas sisi udara dipakai bersama


antara

kepentingan

Sementara

untuk

militer

dan

membangun

penerbangan
fasilitas

sisi

sipil.
darat

disediakan areal seluas 14 Hektar (ujung Runway 18).


Tujuan pengembangan transportasi udara adalah untuk
meningkatkan aksesibilitas ke dan dari Kabupaten Natuna
sehingga dapat menunjang perkembangan perekonomian
wilayah. Transportasi udara yang akan di kembangkan di
Kabupaten Natuna dilakukan dengan mengoptimalkan
dan

mengembangkan bandara

Ranai.

Dalam

sistem

kebandaraan di Provinsi Kepulauan Riau, Bandar Udara


Ranai yang direncanakan penggunaannya untuk domestik
dengan hirarki sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub)
dengan skala pelayanan tersier yang akan terhubung
dengan

bandara

pengumpul

(hub)

dengan

skala

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pelayanan primer di Batam, bandara pengumpul primer di


Pontianak,

bandara

tersier

di

Tanjungpinang,

serta

bandara primer di Jakarta.


Wilayah Kabupaten Natuna didominasi oleh lautan dan
sisanya

daratan

pemerataan

berupa

pulau-pulau.

pengembangan

wilayah

Dalam
dan

rangka

pelayanan

pergerakan masyarakat di pulau - pulau lain di Kabupaten


Natuna serta untuk mengatisipasi perkembangan kegiatan
perekonomian lainnya terkait dengan era perdagangan
bebas, direncanakan untuk pengembangan airstrip yang
berfungsi sebagai bandara perintis di Pulau Serasan dan
Subi. Sedangkan lapangan Helipad direncanakan dibuat di
tempat strategis atau tempat terpencil di pulau-pulau
terdepan seperti di Pulau Sekatung.
Selain itu perlu dipertimbangkan juga sarana transportasi
udara yang digunakan pada daerah atau pulau-pulau
yang

tidak

memungkin

dibangun

bandara,

dengan

menggunakan transportasi udara yang dapat mendarat di


perairan, yaitu dengan menggunakan pesawat udara jenis
amphibian/seaplane. Hal ini dapat memenuhi kebutuhan
para

pelaku

bisnis

yang

ingin

bepergian

dengan

menggunakan pesawat pribadi atau sewaan.


Dalam rangka pengamanan kawasan keselamatan operasi
penerbangan maka di tetapkan Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP). KKOP meliputi kawasan di
sekitar bandar udara Ranai dengan radius 15.000 m (lima
belas ribu meter) diukur dari kedua ujung landas pacu
pesawat (runway). Pada KKOP ditetapkan ketinggian
bangunan antara 0-150 m (nol sampai dengan seratus
lima

puluh

meter)

dari

permukaan

landas

pacu

dikendalikan berdasarkan ketentuan ketinggian bangunan


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

dan

benda

tumbuh

di

dalam

KKOP.

Ketentuan

pengembangan ruang yang di tetapkan sebagai daerah


KKOP mengacu pada peraturan yang terkait.
4. Rencana Sistem Jaringan Energi
Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten
Natuna bertujuan :

Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan dan


kesinambungan penyediaannya dalan rangka penunjang
kegiatan di seluruh wilayah Kabupaten Natuna.

Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak


untuk kebutuhan rumah tangga, industri,dan transportasi
Sistem jaringan energi di Kabupaten Natuna yang akan
dikembangkan di Kabupaten Natuna meliputi:
a. Rencana Jaringan Minyak Dan Gas

Rencana

penyediaan

energi

minyak

dan

gas

di

Kabupaten Natuna dapat di kelompokan menjadi 2 yaitu


:
1.

Sistem jaringan minyak dan gas untuk kepentingan


regional,nasional dan internasional di Kabupaten
Natuna.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM no 0225K/1


1/MEM/2010 tentang rencana induk jaringan transmisi
dan distribusi Gas bumi Nasional yang terkait dengan
sistem jaringan gas bumi di wilayah Kabupaten
Natuna

merupakan

Rencana

Jaringan

transmisi

melalui wilayah Kabupaten Natuna di Pulau Subi.


Jaringan ini merupakan jaringan transmisi kategori 1
(open akses) yang menghubungkan Natuna D Alpha
Batam Duri dengan panjang 740 km dengan
kapasitas 1000 MMCFD. Jaringan transmisi kategori 1
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

(open acces) adalah Ruas Transmisi atau Wilayah


Jaringan Distribusi Gas Bumi yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan sumber gas berdasarkan rencana
pembangunan Pemerintah dan atau Usulan Badan
Pengatur

dan

atau

usulan

Badan

Usaha

dalam

kerangka Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi


yang

pembangunan

dan

pengoperasiaannya

dilaksanakan oleh Badan Usaha melalui mekanisme


lelang oleh Badan Pengatur.
Sistem

2.

jaringan

minyak

bumi

dan

gas

untuk

kepetingan dalam wilayah Kabupaten Natuna


Sistem jaringan minyak dan gas untuk kepentingan
dalam

wilayah

Kabupaten

Natuna

meliputi

penyediaan energi untuk transportasi, rumah tangga,


dan industri. Pengembangan penyediaan energi untuk
transportasi, rumah tangga, dan industri meliputi :

Penyediaan, pengamanan, dan pengembangan fasilitas


depo pengisian Bahan Bakar Minyak untuk keperluan
rumah

tangga,

transportasi

(darat,

laut

dan

udara)

maupun industri yang akan melayani seluruh wilayah


Kabupaten Natuna. Lokasi pengembangan depo pengisian
bahan

bakar

direncanakan

terpadu

dengan

pengembangan Pelabuhan Selat Lampa

Penyediaan stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk


keperluan transportasi dialokasikan tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Natuna baik untuk transportasi darat
maupun

transportasi

laut

dengan

tetap

mempertimbangkan faktor-faktor keamanan lingkungan


dan aksesibilitas yang akan diatur lebih lanjut
didalam rencana rinci.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Pengembangan stasiun pengisian bahan bakar gas untuk


keperluan rumah direncanakan di Teluk Buton Kecamatan
Utara.

Rencana jaringan gas dari kawasan pertambangan lepas


pantai ke Teluk Buton untuk mendukung pengembangan
kawasan industri Teluk Buton.
b. Rencana

Jaringan

Transmisi

dan

Distribusi

pelayanan

konsumen,

Tenaga listrik
Dalam

rangka

maka

usaha

meningkatkan
perluasan

jaringan

perlu

ditempuh.

Perluasan jaringan distribusi (20 kV) dilakukan sesuai


dengan penyebaran dan pemusatan beban di wilayah
Kabupaten

Natuna.

Untuk

menjaga

terjaminnya

kontinuitas pelayanan, maka lokasi tertentu perlu dibuat


dengan

sirkuit

ganda.

Hal

ini

dilakukan

untuk

menghindari terjadinya pemadaman total bila terjadi


gangguan pada jaringan antara pusat pembangkit
dengan gardu distribusi, atau penyaluran ke pusat-pusat
beban yang sifatnya penting yang mengalami kerugian
secara

ekonomis

pemadaman

yang

listrik.

sangat

Rencana

berarti
jaringan

bila

terjadi

listrik

di

Kabupaten Natuna dikembangkan pada setiap pulau


yang

di

rencanakan

permukiman.Dalam

untuk

Rencana

mengembangan

jaringan

listrik

yang

menghubungkan PLTU Pering dengan kecamatan Pulau


Tiga melaui kabel bawah laut. Rencana pengembangan
jaringan listrik tiap pulau meliputi :

Jaringan transmisi Cemaga Pulau Tiga melalui kabel


bawah laut

Jaringan distribusi di Pulau bunguran

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Jaringan distribusi di Pulau Sedanau

Jaringan distribusi di Pulau Subi

Jaringan distribusi di Pulau Midai

Jaringan distribusi di Pulau Serasan

Jaringan distribusi di Pulau Pulau Laut


c. Rencana Pembangkit Tenaga Listrik

Penyediaan energi listrik merupakan bagian penting dari


pembangunan ekonomi baik di Kabupaten Natuna,
khususnya dalam mendukung proses pengembangan
ekonomi

dan

kesejahteraan

masyarakat.

Pada

hakekatnya, tersedianya listrik bukan hanya bermanfaat


untuk kepentingan penerangan saja, tetapi lebih dari itu
dapat dimanfaatkan pula untuk:

Mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau


meningkatkan industri yang telah ada.
Mendorong minat belajar di rumah atau di tempat

pendidikan lainnya.

Meningkatkan

keamanan,

kemudahan

atau

kenyamanan dalam kehidupan sosial budaya pada


umumnya.

Meningkatkan dan mempermudah jalur informasi


antar daerah dan pusat, terutama yang berkaitan
dengan kemajuan dan kegiatan di daerah.

Untuk lebih jelasnya


Natuna,

rencana

Rencana

pengembangan

Struktur Ruang
infrastruktur

Kabupaten
dan

sistem

jaringannya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

3.2.2.

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Natuna


Dengan

memperhatikan

ketentuan

penyusunan

pola

ruang,

kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan


daerah, kondisi objektif (potensi dan permasalahan) wilayah, daya
tampung

dan

kebutuhan

ruang

untuk

masa

mendatang

serta,

perkembangan tataguna lahan dan kesesuaian lahan, maka dapat


dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Natuna sebagaimana
diuraikan berikut ini.
1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Pola
ruang kawasan lindung di Kabupaten Natuna meliputi :
a. Kawasan Hutan Lindung
Tujuan pemantapan kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah
terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi
hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air
tanah,

dan

air

permukaan,

guna

terwujudnya

kelestarian

sumberdaya hayati dan lingkungan bagi upaya kelangsungan hidup.


Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang merupakan bagian
dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
dan memelihara kesuburan tanah yang memiliki kriteria:
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Natuna ditetapkan seluas
kurang lebih 11.880,32 ha meliputi :

Kawasan hutan lindung Gunung Ranai di Kecamatan Bunguran


Timur, Kecamatan Bunguran Timur Laut dan Kecamatan Bunguran
Tengah dengan luas 2.654,40 Ha ;

Kawasan hutan lindung Gunung Bedung di Kecamatan Bunguran

Laporan Akhir

III - 35

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Timur Laut dan Kecamatan Bunguran Utara dengan luas 4.720,10


Ha;

Kawasan hutan lindung Gunung Sekunyam di Kecamatan Bunguran


Selatan, Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Pulau Tiga
dengan luas 4.377,20 Ha.
Kelestarian hutan lindung ini memiliki arti penting bagi ketersediaan
air dalam mendukung pengembangan wilayah di Pulau Bunguran.
Dengan demikian, maka pelestarian fungsi ekologis kawasan ini
sangat penting untuk dipertahankan. Arahan pengelolaan kawasan
ini dilakukan pengendalian ketat terhadap aktivitas pembangunan
dan dilakukan reboisasi pada kawasan yang rusak.
Arahan pemantapan kawasan hutan lindung adalah :

Melakukan

pengukuran

dan

tata

batas

di

lapangan

untuk

memudahkan pengendalian nya.

Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada/penggunaan lahan


yang berlangsung lama.

Pengendalian hIdro-orologis kawasan hutan yang telah mengalami


kerusakan (rehabilitasi dan konservasi).

Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya.


Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan, berlokasi di
hutan lindung seperti penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah,
pencegahan bencana alam agar tidak mengganggu fungsi lindung.

b. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan


bawahannya
Perlindungan kawasan resapan air diarahkan untuk semua pulau
pulau besar di Kabupaten Natuna yang memiliki daratan luas,
terutama di sekitar sumber air baku seperti di sekitar waduk, danau,
mata air dan sungai, termasuk juga kawasan hutan lindung. Dengan
demikian fungsi hidrologis sehingga kualitas dan keutuhan air tetap
bersih, terjaga, serta tersedia bagi pusat-pusat kegiatan, perkotaan
dan permukiman.
Laporan Akhir

III - 36

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kawasan resapan air ini juga dikembangkan sebagai penyangga


hutan lindung dan sebagai pembatas secara fisik batasan hutan
lindung dengan kawasan budidaya di Kecamatan Bunguran Timur
laut, Kecamatan Bunguran Tengah, Kecamatan Bunguran Utara dan
Kecamatan Bunguran Barat.
Berdasarkan

hasil

kajian

lahan

dengan

kriteria

sebagaimana

tersebut diatas maka rencana pengembangan kawasan resapan air


kurang lebih seluas 1.950,72 Ha dengan rincian sebagai berikut:

Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 104,89 ha

Kecamatan Bunguran Tengah dengan luas kurang lebih 655,40 ha.

Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih 41,12 ha.

Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang lebih


1.002,25 ha.

Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih 147,07 ha.

Arahan peruntukan lahan pada kawasan resapan air di rencanaan


sebagai berikut :
Pada lahan dengan kemiringan lereng >40%, diarahkan untuk
penanaman jenis tanaman hutan yang secara endemik telah
tumbuh di kawasan ini, seperti: Merbau (Intsia Biyuga), Bintangur
(Calophyllum Inophyllum), Mersawa (Anoisoptera Polyandra), Nyatoh
(Palaquium Gutta), Terentang (Campnosperma Auriculata), Medang
(Litsea Firma), Terap (Artocarpus Spp), dan lain-lain.
Selain kawasan resapan air yang berupa hutan, kawasan resapan air
berupa rawa juga tetap di lestarikan keberadaaanya. Pelestarian
kawasan rawa sebagai kawasan resapan air di kabupaten Natuna
adalah kawasan rawa di Kelarik seluas kurang lebih 1.947,67 ha
yang terletak di :

Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 1.815,26 ha

Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 132,39 ha

c. Kawasan Perlindungan Setempat


Laporan Akhir

III - 37

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Natuna meliputi


sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan waduk,dan kawasan
sekitar mata air.
1)

Ruang Sempadan Pantai


Kabupaten Natuna terdiri dari pulau - pulau kecil dan pantai.
Garis pantai yang ada harus dipertahankan kondisinya terutama
pada daerah - daerah rawan abrasi yang berhadapan langsung
ke laut lepas atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia
sehingga penetapan sempadan Pantai menjadi sangat penting
bagi kelestarian ekosistem pantai dan laut. Sempadan Pantai
adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional
dengan bentuk dan kondisi pantai, memiliki kriteria sebagai
berikut:
Tujuan pemantapan sempadan pantai adalah melindungi daerah
sempadan

pantai

dari

kegiatan

manusia

yang

dapat

mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar


pantai serta mengamankan aliran pantai.
Ruang sempadan pantai

di

Kabupaten

Natuna

ditetapkan

sebagai berikut berikut:

Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak sekurang-kurangnya


30 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat pada
kawasan permukiman.

Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak sekurang-kurangnya


100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat pada
kawasan non permukiman, dan

Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik


pantainya curam atau terjal dengan jarak proposional terhadap
bentuk dan kondisi fisik pantai.
Arahan kebijakan pemantapan kawasan sempadan pantai di
Kabupaten Natuna:

Pengamanan daerah pantai sekurang-kurangnya 100 meter dari

Laporan Akhir

III - 38

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

titik pasang tertinggi ke arah darat;

Pencegahan

dilakukannya

kegiatan

budidaya

di

sepanjang

sempadan pantai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas


air, kondisi fisik dan dasar pantai serta alirannya;

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar daerah sempadan


pantai dan pengamanan daerah tepi pantai;

Reklamasi pantai pada kawasan sempadan pantai diizinkan dengan


menambah luasan kawasan sempadan pantai dengan tetap
memperhatikan kelestarian ekosistem pantai dan laut;

Dalam hal permukiman terapung di tepi pantai, maka kegiatan


tersebut tidak boleh merusak fungsi lindung.

2)

Ruang Sempadan Sungai


Untuk menjaga kelestarian badan air maka penetapan kawasan
sekitar

badan

air

perlu

dilindungi

dengan

pembentukan

sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masingmasing.


Rencana ruang sempadan sungai di Kabupaten Natuna meliputi:

Kecamatan Bunguran Barat;

Kecamatan Bunguran Timur;

Kecamatan Bunguran Utara;

Kecamatan Bunguran Timur Laut;

Kecamatan Bunguran Tengah;

Kecamatan Bunguran Selatan;

Kecamatan Serasan;

Kecamatan Serasan Timur; dan

Kecamatan Pulau Tiga

Pengamanan sempadan sungai menjadi sangat penting untuk


melindungi
daerah sempadan sungai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar
Laporan Akhir

III - 39

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

sungai serta mengamankan aliran sungai. Berkaitan dengan


kondisi tersebut maka ruang sempadan sungai di Kabupaten
Natuna ditetapkan sebagai berikut :

Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki


tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul di kawasan perkotaan;

Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk mempunyai


kedalaman tidak lebih besar dari 3 m;

Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk mempunyai


kedalaman tidak lebih dari 3 m sampai dengan 20 m

Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang


terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai
jalur hijau

Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan


sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi
antara 10-15 meter.

Arahan pengelolaan ruang sempadan sungai adalah sebagai


berikut :

Pengamanan Daerah Aliran Sungai;

Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai dengan lebar


50 meter;

Mencegah kegiatan budidaya di kawasan tepi sungai yang


dapat merusak kawasan tepi sungai;

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai


dan anak sungai.

3)

Ruang Sempadan Waduk


Tujuan penetapan ruang sempadan waduk untuk melindungi
waduk dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak
kualitas air. Di Kabupaten Natuna terdapat 2 waduk yaitu
Bendung Tapau di Kecamatan Bunguran Tengah dan Bendung

Laporan Akhir

III - 40

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kelarik

di

Kecamatan

Bunguran

Barat.

Bendung

ini

di

kembangkan sebagai penampungan air untuk pengendali banjir


dan juga berfungsi sebagai sumber air baku serta untuk irigasi.
Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 terdapat
pasal
mengatur

yang
mengenai

pengelolaan

setempat.

kawasan

Kriteria

perlindungan
kawasan

sekitar waduk/situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk


dan kondisi fisik/danau antara 50100 m dari titik pasang
tertinggi kearah darat atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
4)

Kawasan Sekitar Mata Air


Tujuan penetapan kawasan sekitar mata air untuk melindungi
mata air dari kegiatan manusia yang mengganggu serta
merusak kualitas air di Kabupaten Natuna. Di Kabupaten Natuna
terdapat beberapa kawasan sekitar mata air. Kawasan sekitar
mata air ditetapkan dengan radius 100 m dari mata air demi
melindungi kualitas mata air yang berada di Kabupaten Natuna.

5)

Kawasan Suaka Alam Dan Pelestarian Alam


Kawasan suaka alam dan pelestarian alam di Kabupaten Natuna
meliputi:

6)

Kawasan habitat penyu bertelur

Kawasan pantai berhutan bakau

Kawasan Habitat Penyu Bertelur


Kawasan habitat penyu bertelur adalah kawasan suaka alam
yang karena satwa, khas-nya perlu dilindungi dan dikembangkan
secara alami. Kabupaten Natuna memiliki beberapa kawasan
habitat penyu bertelur, diantaranya:

Pesisir Pulau Panjang Kecamatan Bunguran Utara.

Pesisir Pulau Senoa Kecamatan Bunguran Timur.

Pesisir Pulau Serasan Kecamatan Serasan Timur.

Laporan Akhir

III - 41

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Pesisir Pulau Subi Kecamatan Subi

Arahan pemantapan kawasan ini antara lain:

Pengelolaan

kawasan

habitat

penyu

bertelur

sesuai

perlindungannya;

Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta


pengamanan kawasan.

7)

Kawasan Pantai Berhutan Bakau


Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang
dominan

dan

memiliki

peranan

yang

penting

mengingat

fungsinya sebagai penjaga kestabilan sumberdaya hayati di


wilayah pesisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan dan
pemijahan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi,
dan penyerap bahan tercemar.
Arahan kebijakan pemantapan kawasan ini antara lain:

Pengelolaan

kawasan

pantai

berhutan

bakau

sesuai

perlindungannya masing - masing.

Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan dan


pengamanan kawasan.

Kawasan hutan bakau secara prinsipil dibina sebagai kawasan


lindung.

Dalam hal terjadi pemanfaatan untuk pembangunan maka


ruang kawasan hutan bakau tidak boleh dikurangi tetapi hasil
hutan bakau boleh dimanfaatkan secara terbatas.

Pemanfaatan pariwisata alam.

Rencana hutan bakau di Kabupaten Natuna adalah seluas kurang


lebih 2.621,40 ha sebagai berikut :

Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 1.548,32


ha

Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang lebih 483,45


ha

Laporan Akhir

III - 42

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kecamatan Pulau Tiga dengan luas kurang lebih 46,28 ha

Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 81,07 ha

Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 2 14,35 ha

Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 242,32 ha

Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih 5,55 ha

d. Kawasan Rawan Bencana Alam


Tujuan penetapan kawasan rawan bencana adalah melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam
maupun

secara

tidak

langsung

oleh

perbuatan

manusia.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi geoligi dan mofologi


ruang, kawasan rawan bencana di Kabupaten Natuna meliputi:
1) Kawasan rawan longsor yang meliputi kawasan rawan
bencana longsor di pulau Bunguran yang sangat dikontrol
oleh adanya sesar berarah barat lauttenggara atau utaraselatan. Di daerah ini diduga banyak terjadi longsoran jenis
rock fall yang arahnya ke barat/timur atau barat daya-timur
laut. Demikian juga di bagian timur laut Pulau Bunguran
diduga banyak terjadi longsoran dengan jenis yang sama
dengan arah longsoran ke arah baratdaya/timurlaut atau
barat/timur. Kawasan rawan longsor di daerah ini juga diikuti
rawan erosi .
2) Kawasan rawan gelombang pasang meliputi pesisir pulau
pulau kecil yang berada laut lepas. Bagian utara dan bagian
selatan pulau kecil di Kabupaten Natuna merupakan kawasan
rawan gelombang pasang.
3) Kawasan rawan bencana puting beliung yang meliputi
kawasan permukiman yang berada di sekitar pantai atau
pesisir. (Gambar 3.2 : Peta Rawan Bencana).
e. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan Lindung geologi di Kabupaten Natuna adalah kawasan
cagar alam geologi yang memiliki keunikan bentang alamnya.
Dengan demikian tujuan penetapan kawasan cagar alam geologi ini
Laporan Akhir
III - 43
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

adalah untuk melindungi keunikan bentang alamnya.


Kawasan lindung geologi di Kabupaten Natuna meliputi:

Cagar alam geologi Sepempang di Kecamatan Bunguran Timur

Cagar Alam geologi Serasan di Kecamatan Serasan

Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung geologi antara


lain untuk pengembangan kegiatan pariwisata dan penelitian.

Laporan Akhir

III - 44

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

f. Kawasan Lindung Lainnya


Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Natuna adalah kawasan
lindung untuk pulau- pulau kecil. Penetapan kawasan lindung pada
pulau-pulau kecil bertujuan untuk melindungi ekosistem pulau pulau kecil, garis pantai dan perairan laut di sekitarnya yang
memiliki sifat rentan terhadap berbagai bentuk gangguan kegiatan
budidaya. Untuk tetap menjaga keberadaan serta kelestariannya
maka pulau-pulau kecil terutama yang memiliki luas kurang dari 10
Ha (sepuluh hektar) ditetapkan sebagai kawasan lindung. Namun
demikian,

pada

pulau

tersebut

masih

dimungkinkan

untuk

dilakukan kegiatan budidaya secara terbatas, sesuai dengan


potensi dan kondisi pulau tersebut. Parameter teknis pemanfaatan
lahan

maksimal

10%

dari

luas

pulau

dengan

intensitas

pemanfaatan ruang seminimal mungkin dengan batas maksimal


10%.
Kawasan lindung pulau-pulau kecil di Kabupaten Natuna seluas
kurang lebih 1.967,53 ha meliputi :

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Barat dengan luas


kurang lebih 128,33 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas


kurang lebih 20,60 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Timur dengan luas


kurang lebih 96,19 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas


kurang lebih 1,39 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Utara dengan luas


kurang lebih 352,40 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Midai dengan luas kurang lebih


9,16 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang


lebih 86,82 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Pulau Tiga dengan luas kurang

lebih 311,47 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih


23,49 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Serasan Timur dengan luas


kurang lebih 256,31 ha

Pulau-pulau kecil di Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih


678,26 ha.

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Natuna direncanakan
berdasarkan kesesuaian lahan, pelestarian lingkungan dan kebutuhan
pengembangan ruang untuk ruang ekonomi sosial dan budaya dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan internal dalam wilayah kabupaten
maupun kebutuhan ruang untuk merespon kondisi ektrenal yang
harus di sikapi dalam rangka peningkatan perekonomian di wilayah
kabupaten Natuna. Rencana pengembangan kawasan budidaya di
Kabupaten Natuna meliputi:
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan memiliki fungsi
pokok memproduksi hasil hutan. Tujuan penetapan kawasan hutan
produksi adalah memanfaatkan hasil hutan secara terbatas, yang
kegiatan ekploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih dan
tanam kembali. Arahan kebijakan untuk ruang kawasan hutan
produksi terbatas adalah pengusahaan hutan produksi melalui
pemberian izin HPH dengan menerapkan pola tebang pilih dan
tanam kembali. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut
HPT adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis
tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan
angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar
kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan
taman buru. Kawasan peruntukan hutan produksi seluas kurang

lebih 71.562,82 ha meliputi :

Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 20.882,59 ha

Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 6.187,65 ha

Kecamatan Bunguran Tengah seluas kurang lebih 5 19,48 ha

Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 1.297,59 ha

Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 9.100,91 ha

Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 22.370,34 ha

Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 1.169,93 ha

Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 1.231,68 ha

Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 1.783,13 ha

Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 1.014,17 ha

Kecamatan Subi seluas kurang lebih


6.043,17 ha

b. Kawasan Peruntukan Pertanian


1)

Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan


Kawasan

pertanian pangan di

Kabupaten

Natuna

meliputi

pertanian lahan basah (sawah) dan pertanian tanaman pangan


lahan kering.
a) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah
Sawah adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya difungsikan untuk segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada lahan basah baik
beririgasi maupun non irigasi, mengolah dan memasarkan
barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha pertanian
lahan basah dan masyarakat. Arel tanaman pangan lahan
basah adalah areal pertanian yang memerlukan air terus
menerus

sepanjang

tahun

musim

atau

bergilir

dengan

tanaman utama padi (areal persawahan Pertanian tanaman


pangan sawah akan dikembangkan pada lokasi yang sesuai

untuk pengembangan sawah.


Tujuan pengembangan sawah di Kabupaten Natuna adalah :

Menghasilkan bahan pangan hasil pertanian lahan basah


melalui meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan
investasi.

Daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya dan


meningkatkan fungsi lindung.

Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya


alam untuk pertanian pangan.

Penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan


men ing katkan pendapatan masyarakat.

Peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan


sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.

Recana kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di


Kabupaten Natuna ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) seluas kurang lebih 4.941,91 ha meliputi:

Desa Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara dengan luas


kurang lebih 3.686,16 ha

Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 253,35


ha

Desa Tapau dan Desa Harapan Jaya di Kecamatan Bunguran


Tengah dengan luas kurang lebih 824,70 ha

Kecamatan Serasan Timur 177,71 ha

Rencana pengembangan peningkatan serta optimasi kawasan


pertanian lahan basah adalah sebagai berikut :

Pengembangan

sistem

irigasi

teknis

dan

peningkatan

produksi menuju kemampuan swasembada pangan secara


merata serta penyediaan bahan baku agroindustri.

Peningkatan

program

intensifikasi,

diversifikasi

dan

rehabilitasi.

Pengendalian kegiatan - kegiatan yang dapat mengurangi


lahan pertanian produktif dan produktivitas lahan.

Peningkatan upaya penyelesaian masalah pemanfaatan


lahan yang tumpang tindih (berbeda kepentingan).

Pengembangan pola - pola produksi dan sentra - sentra


produksi utama bagi perluasan kesempatan kerja dan
berusaha.

b) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering


Kawasan pertanian pangan lahan kering bertujuan untuk
pengembangan tanaman pangan komoditas Jagung, ubi kayu,
ubi jalar, kacang tanah. Rencana pengembangan kawasan
pertanian lahan kering di Kabupaten Natuna dilakukan dengan
intensivikasi lahan yang sudah ada serta pembukaan lahan
pertanian baru. Pengembangan dan peningkatan pertanian
lahan kering di Kabupaten Natuna a meliputi :

Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran


Barat dengan komoditas unggulan jagung, ubi jalar dan ubi
kayu.

Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran


Selatan dengan komoditas unggulan jagung, ubi jalar dan
ubi kayu, talas.

Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran


Tengah dengan komoditas unggulan jagung, ubi kayu dan
ubi jalar.

Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran


Timur Laut (Ceruk) dengan komoditas unggulan jagung, ubi
jalar dan ubi kayu.

Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran


Utara dengan komoditas unggulan ubi kayu, jagung.

Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Serasan


Timur dengan komoditas unggulan jagung dan ubi kayu.

2)

Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Holtikultura


Pengembagan
holtikutura

kawasan
di

peruntukan

Kabupaten

Natuna

pertanian
bertujuan

tanaman
untuk

mengembangan tanaman sayur - sayuran dan buah buahan serta


untuk

memenuhi

kebutuhan

sayur

dan

buah

di

wilayah

Kabupaten Natuna. Rencana pengembangan dan peningkatan


kawasan pertanian tanaman holtikutura di Kabupaten Natuna
seluas kurang lebih 11.917,60 ha meliputi :

Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 1.095,26 ha

Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 3.661,85 ha

Kecamatan Bunguran Tengah seluas kurang lebih 1.839,70 ha

Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 1.563,09 ha

Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 1.703,47


ha

3)

Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 1.568,20 ha

Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 202,41 ha

Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 80,44 ha

Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 86,59 ha

Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 116,59 ha

Kawasan Peruntukan Perkebunan


Kawasan perkebunan merupakan kawasan peruntukan bagi
tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan
dan

bahan

baku

industri.

Tujuan

pengembangan

kawasan

perkebunan adalah mengembangkan areal produksi perkebunan


terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan potensi
dan kesesuaian lahan, serta pegembangkan kawasan sentra
produksi perkebunan.
Berdasarkan komoditas yang sudah berkembang dan kesesuain
lahan untuk pengembangan perkebunan serta potensi pasar
terhadap hasil perkebunan maka komoditas tanaman perkebunan
yang akan di kembangkan di Kabupaten Natuna meliputi
perkebunan

karet,

perkebunan

kelapa,

perkebunan

lada,

perkebunan gaharu, dan perkebunan sagu, perkebunan cengkeh.


Rencana pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten

Natuna seluas kurang lebih 43.323,41 ha meliputi :

Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 13.049,33 ha


dengan komoditas unggulan karet, kelapa, cengkeh.

Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 4.141,02 ha


dengan komoditas unggulan kelapa dan karet.

Kecamatan Bunguran Tengah seluas kurang lebih 2.001,66 ha


dengan komoditas unggulan perkebunan karet.

Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 4.194,69 ha


dengan komoditas unggulan kelapa, cengkeh.

Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 6.371,37


ha dengan komoditas unggulan karet, kelapa, cengkeh dan
sagu.

Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 1.888,17 ha


komoditas unggulan karet.

Kecamatan Midai seluas kurang lebih 1.565,87 ha dengan


komoditas unggulan kelapa, cengkeh.

Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 1.184,56 ha dengan


komoditas unggulan kelapa, sagu.

Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 1.093,97 ha dengan


komoditas unggulan kelapa.

Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 771,39 ha dengan


komoditas unggulan cengkeh.

Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 502,19 ha


dengan komoditas unggulan, cengkeh dan sagu.

Kecamatan Subi seluas kurang lebih 6.559,16 ha dengan


komoditas unggulan kelapa dan cengkeh, jambu mete.

Strategi

untuk

pengembangan

kawasan

perkebunan

di

Kabupaten Natuna antara lain:

Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan.

Pengembangan
perkebunan

wilayah-wilayah

sesuai

dengan

sentra

produksi

tanaman

potensi/kesesuaian

lahannya

secara optimal.

Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk tanaman


perkebunan.

4)

Kawasan Peruntukan Peternakan


Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukan
untuk kegiatan pengusahaan ternak. Kawasan peternakan dapat
dilakukan secara terpadu sebagai bagian dari komponen usaha
tani lainnya (tanaman pangan, perkebunan, holtikultura atau
perikanan) dan terpadu sebagai komponen ekosistem tertentu
(kawasan hutan lindung atau suaka alam). Pengembangan
kawasan peternakan di Kabupaten Natuna bertujuan untuk
membangun

peternakan

yang

berwawasan

agrobisnis

berdasarkan ekonomi kerakyatan untuk mencapai kecukupan


daging

secara

berkelanjutan.

Kawasan

agrobisnis

berbasis

peternakan merupakan kawasan peternakan yang berorientasi


ekonomi dan memiliki sistem agrobisnis berkelanjutan dimulai
dari industri hulu hingga industri hilir.
Pengembangan
peruntukan

Kawasan

skala

peternakan

agrobisnis

dan

dibagi

skala

berdasarkan

peternakan

rakyat

(backyard farming).
Rencana

pengembangan

kawasan

peternakan

bersekala

agrobisnis akan di dorong sebagai kawasan untuk peternakan


terpadu yang akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pendukung pengembangan peternakan. Kawasan Peruntukan
peternakan yang dialokasikan di Kabupaten Natuna seluas
kurang lebih 2.249,50 ha meliputi :

Peternakan ternak besar di Kecamatan Bunguran Barat seluas


kurang lebih 2.239,42 ha

Peternakan ternak unggas di Kecamatan Pulau Tiga seluas


kurang lebih 10,08 ha

Untuk mencapai kawasan peternakan yang diharapkan perlu


dilakukan langkah langkah sebagai berikut:

Menyusun perencanaan pembangunan peternakan.

Memfasilitasi

pengembangan

pembangunan

sentra-sentra

produksi peternakan.

Menerapkan teknologi bidang peternakan yang tepat di setiap


kecamatan.

Penyediaan sarana dan prasarana bidang peternakan.

Meningkatkan

akses

petani

ternak

terhadap

pasar

dan

lembaga permodalan.
5)

Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan perikanan di Kabupaten Natuna meliputi perikanan
tangkap,
budidaya perikanan perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pengolahan
produk

perikanan,

industri

bioteknologi

kelautan,

industri

sumberdaya laut-dalam dan pemanfaatan muatan barang kapal


tenggelam, wisata bahari dan potensi mangrove dan terumbu
karang.
Komoditas hasil kelautan dan perikanan yang dikembangkan
merupakan komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut
(seaweed), ikan dan biota laut ekonomis tinggi serta komoditi
hasil budidaya perikanan.
Pulau Natuna yang terletak di kawasan Laut Cina Selatan
memiliki potensi perikanan laut (sumberdaya ikan) yang terbesar
di Indonesia (diperkirakan 1.057.050 ton/tahun) dan ini belum
termasuk potensi yang terdapat di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)
yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Saat ini produksi sumber daya ikan di Laut Cina Selatan baru
sekitar 379.900 ton per tahun. Sehingga Pulau Natuna memiliki
potensi untuk pengembangan usaha perikanan budidaya laut
(jaring terapung) dan usaha pengolahan hasil perikanan pasca
panen. Oleh karena itu, Pulau Natuna layak untuk diposisikan
sebagai pusat pengembangan sektor perikanan yang lengkap

dan terpadu untuk wilayah Indonesia Bagian Barat dan ASEAN.


Namun fasilitas yang ada belum mampu mendukung usaha
pengembangan industri perikanan terpadu yang terkait dengan
wilayah lain di Provinsi Riau bahkan di Indonesia bagian barat
secara umum.
Pengolahan ikan atau industri perikanan (added value) terhadap
hasil tangkapan/budidaya ikan masih belum berkembang di
Kabupaten

Natuna.

Mengingat

potensi

perikanan

tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut), serta


perlunya

transformasi

struktur

ekonomi

masyarakat

yang

berbasis non lahan, maka usaha pengolahan ikan merupakan


salah satu tumpuan peningkatan perekonomian masyarakat
terutama di kawasan pesisir Kabupaten Natuna.
Peruntukan

pengolahan

ikan

akan

diintegrasikan

dengan

pengembangan kawasan minapolitan di Serantas Kecamatan


Pulau Tiga.
Kawasan yang dipersiapkan untuk industri perikanan adalah di
sebagian Sabang Mawang dan Tanjung Sebauk di Desa Sedanau
Timur Kecamatan Bunguran Barat. Lahan di Sabang Mawang saat
ini sudah digunakan sebagai pelabuhan perikanan yang relatif
kecil sampai sedang. Fasilitas yang sudah ada berupa dermaga
kapal ikan, pabrik es kapasitas 2 ton per hari dan sumber air
bersih.
Pengembangan sektor perikanan yang dihasilkan dari Kabupaten
Natuna tidaklah terlepas dari kemampuan masyarakat setempat
yang terlibat didalamnya. Kemampuan masyarakat tersebut
haruslah pula didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana
secara optimal di Kabupaten Natuna. Sarana dan prasarana
tersebut diantaranya adalah pelabuhan pendaratan ikan yang
memadai, tempat pelelangan ikan yang dapat beroperasi dengan
optimal dan juga ketersediaan ruang pendingin (cold storage)
untuk menjaga keawetan ikan hasil tangkapan.
Sejalan

dengan

hal

tersebut

diatas,

pengadaan

peralatan

tangkap seperti kapal motor berikut alat tangkap ikan juga


memerlukan

perhatian

khusus

mengingat

hal

ini

dapat

mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi hasil laut secara


optimal. Sarana penangkapan ikan berupa kapal dan alat
tangkap perlu juga memperoleh prioritas tersendiri dimana
sarana

tersebut

akan

sangat

mempengaruhi

produktivitas

nelayan. Pengembangan sektor perikanan disini khususnya


perikanan laut. Disamping itu dari aspek pemasaran perlu
mendapatkan pula perhatian khusus dimana pemasaran ikan
hasil

tangkapan

akan

mempengaruhi

kelangsungan

pegembangan sektor ini.


Hal utama yang perlu diperhatikan pula adalah SDM sebagai
pelaku dari produksi ikan tersebut baik dari sisi kegiatan
penangkapan ikan maupun dari sisi proses produksi lebih lanjut
untuk

hasil

tangkapan

kemampuan

SDM

di

tersebut.

Dengan

bidang

perikanan

pengembangan
akan

lebih

mengoptimalkan pengembangan baik sektor perikanan maupun


sektor industri pengolahan hasil perikanan tersebut.
Selain perlakuan terhadap hasil tangkapan ikan sebagaimana di
uraikan diatas perlu perlu dicermati mengenai kemungkinan
pengembangan secara terpadu antara sektor perikanan dengan
industri pengolahan. Keterkaitan ini dapat diwujudkan dengan
pengembangan

industri

pengolahan

hasil

laut

berupa

pengolahan tepung ikan, pengawetan ikan, pengalengan ikan


dan lainnya. Keterpaduan kedua sektor ini diyakini akan mampu
memberikan nilai tambah yang besar terhadap pengembangan
kedua sektor tersebut. Dengan adanya nilai tambah terhadap
hasil tangkapan ikan di Kabupaten Natuna akan memberikan
tambahan pendapatan kepada masyarakat Kabupaten Natuna
secara signifikan.
Pengembangan dari industri pengolahan hasil perikanan tidak
dapat

terlepas

dari pemanfaatan teknologi pengolahannya sehingga dengan

penggunaan teknologi yang tepat guna serta ramah lingkungan


akan menjamin kelangsungan kegiatan industri tersebut untuk
jangka panjang.
Kawasan disebelah timur pelabuhan penunjang dan barang Selat
Lampa

dan

Tanjung

Sebauk

dicadangkan

sebagai

kawasan

Desa

Sedanau

industri

Timur

perikanan

dapat

terpadu.

Dengan luas lahan kurang lebih 100 ha dapat dimanfaatkan


sebagai lokasi pabrik tepung ikan, pabrik es dengan kapasitas 6
ton per hari dan permukiman bagi karyawan. Danau disebelah
utara kawasan ini dapat di bendung untuk reservoir air baku
dalam rangka memenuhi kebutuhan pelabuhan penumpang dan
barang dan pelabuhan perikanan.
a) Perikanan Tangkap
Kawasan

perikanan

tangkap

merupakan

kawasan

yang

digunakan untuk kegiatan memperoleh ikan di perairan yang


tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah

dan

atau

mengawetkannya.

Pengembangan

peruntukan kawasan ikan tangkap di rencanakan sebagai


berikut:

Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap dengan


bagan, bubu atau perahu <10 GT penekanan pada kegiatan
penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala
kecil pada jalur penangkapan 04 mil dari garis pantai;

Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap komersil


untuk perahu/kapal ikan 1030 GT penekanan pada kegiatan
penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala
komersil pada jalur penangkapan >4 mil dari garis pantai.

b) Budidaya Perikanan Laut


Kawasan budidaya perikanan laut merupakan kawasan yang
diperuntukan bagi kegiatan memelihara, membesarkan dan

atau

membiakkan

lingkungan

yang

ikan

serta

terkontrol.

memanen
Perikanan

hasilnya

dalam

budidaya

dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya


tambak dan budidaya air tawar. Perikanan budidaya laut di
Kabupaten Natuna yang akan dikembangkan meliputi budidaya
rumput laut, budidaya perikanan Keramba Jaring Apung dan
keramba jaring tancap. Rencana pengembangan perikanan
budidaya laut dikembangkan meliputi:
a. Budidaya rumput laut dikembangkan di :

Kecamatan Bunguran Timur

Kecamatan Serasan

Kecamatan Serasan Timur

Desa Kelarik terletak di Kecamatan Bunguran Utara

Desa Cemaga terletak di Kecamatan Bunguran Selatan

b. Budidaya perikanan keramba jaring apung dikembangkan


di :

Kecamatan Bunguran Barat

Kecamatan Pulau Laut

Kecamatan Pulau Tiga

Kecamatan Serasan

c. Budidaya keramba jaring tancap di kembangkan di :

Kecamatan Bunguran Barat

Kecamatan Pulau Laut

Kecamatan Pulau Tiga

Kecamatan Serasan

c)
tawar

Budidaya Perikanan Air Tawar Perikanan budidaya air


dikembangkan

di

Kabupaten

Natuna

meliputi

perikanan air tawar yang akan dikembangkan di Kecamatan


Bunguran Tengah
d)
Kawasan Minapedesaan
Pengembangan

kawasan

minapedesaan

di

Kabupaten

Natuna seluas kurang lebih 3.142,02 ha meliputi:

Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih


141,04 ha

Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih


2.549,92 ha

Kecamatan Pulau Tiga dengan luas kurang lebih 350,16 ha

Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 22,65 ha

e)

Kawasan Minapolitan

Rencana

kawasan

minapolitan

yang

dikembangkan

di

Kabupaten Natuna dialokasikan pada Serantas Kecamatan


Pulau Tiga seluas kurang lebih 250 Ha.
f)Pelabuhan Perikanan
Untuk

mendukung

khususnya

perikanan

pengembangan

pengembangan
tangkap

kawasan

ini

sektor
maka

minapolitan

di

yang

perikanan
recanakan
di

dukung

pengembangan pelabuhan perikanan yang meliputi

Pelabuhan perikanan Pantai (PPP)


Pelabuhan ini dapat melayani kapal perikanan berukuran
sekurangkurangnya 10 GT dan menampung 30 buah kapal
atau 300 GT. Pelabuhan ini melayani kapal ikan yang
beroperasi di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan
laut teritorial. Pelabuhan Perikanan Pantai di rencanakan
di Selat Lampa.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)


Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) melayani kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20
buah kapal atau 60 GT kapal perikanan sekaligus.
Pelabuhan ini melayani kegiatan perikanan di perairan
pedalaman

dan

perairan

Pendaratan Ikan di rencanakan di


PPI di Pulau Laut
PPI di Bunguran Barat

kepulauan.

Pangkalan

PPI di Pulau Tiga


PPI di Bunguran Utara
PPI di Subi
PPI di Midai
PPI di Bunguran Timur
PPI di Serasan.
c. Kawasan Peruntukan Industri
Kegiatan industri adalah industri yaitu kegiatan ekonomi yang
mengolah

bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi


menjadi

barang

penggunaannya,

dengan
termasuk

nilai

yang

kegiatan

lebih

rancang

tinggi
bangun

untuk
dan

perekayasaan industri. Kawasan perindustrian merupakan kawasan


yang diperuntukkan bagi pemusatan kegiatan industri. Kawasan ini
tidak boleh mengganggu kelestarian dan fungsi lingkungan hidup.
Adapun kriteria kawasan perindustrian yakni sebagai berikut :

Kawasan yang memenuhi persyaratan lokasi industri;

Tersedia sistem air baku yang cukup;

Adanya sistem pembuangan limbah;

Tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat; dan

Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang


beririgasi dan berpotensi untuk pengembangan irigasi.
Tujuan pengembangan kawasan industri di Kabupaten Natuna
adalah sebagai berikut:

Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu


barang yang mempunyai nilai lebih untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan yang
berkaitan dengan lapangan kerja perekonomian lainnya;

Memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan


mengendalikan pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga
keserasian lingkungan sehingga mobilitas antar ruang tetap

terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan.


Pengembangan

kawasan

industri

di

Kabupaten

Natuna

diintegrasikan dengan rencana pengembangan pelabuhan serta


mempertimbangkan

ketersediaan

bahan

baku

yang

aka

di

Kabupaten Natuna. Rencana pengembangan kawasan industri di


Kabupaten Natuna meliputi:
1) Industri Khusus Berbasis Migas
Pengembangan industri khusus berbasis migas di Kabupaten
Natuna

seluas

kurang lebih 1 .552.86 ha berada di Kecamatan Bunguran Utara


dengan

lahan

seluas 964,74 ha dan 588,13 ha di Kecamatan Bunguran Timur


Laut

termasuk

didalamnya

untuk

lahan

industri,

lahan

permukiman, fasilitas umum dan jalur hijau.


Pengembangan tata ruang Kabupaten Natuna dilihat aspek
pembangunan

industri,

sangat

bergantung

kepada

pengembangan pemanfaatan gas alam sebagai keberadaan


sumber daya energi yang merupakan satu-satunya sumber daya
alam yang potensial. Gas Alam ini terletak di D Alpha Laut Cina
Selatan yang berjarak 225 km dari arah Timur laut Pulau
Natuna . Besarnya cadangan gas alam diperkirakan sebesar 6
TSCF dengan kandungan CO2 sebesar 71 % merupakan industri
awal

(hulu)

yang

dapat

dikembangkan

untuk

kegiatan

industri.Produk utama LNG (Liquid Natural Gas) sebesar 1,27


TSCF akan memberikan kontribusi yang besar terhadap devisa
dari sektor gas bumi. Di lain pihak, potensi CO2 yang besar dpat
dimanfaatkan

untuk

mengembangkan

industri

kimia

dasar.Upaya untuk mengembangkan industri yang bertumpu


pada gas bumi dan CO2 akan memberikan sumbangan yang
besar terhadap kebutuhan pokok setengah jadi atau produk
akhir untuk konsumsi dalam negeri dan internasional. Dalam
kaitannya dengan industri kimia dasar yang menghasilkan pupuk
urea dapat secara langsung memanfaatkan gas CO2 dan H2 dari

lapangan gas bumi tersebut. Sedangkan kebutuhan N2 dapat


diperoleh dari udara untuk menghasilkan pupuk urea tersebut.
Selain produk pupuk urea yang dihasilkan dapat digunakan
langsung di sektor pertanian, urea merupakan bahan baku
utama bagi industri hilir berikutnya. Industri-industri hilir yang
menghasilkan

Phenol-formaldehyde

resins

dan

Ure-

formaldehyde resins menggunakan urea sebagai bahan baku


utamanya.
Industri - industri terkait yang memanfaatkan kedua produk
tersebut adalah industri molding component sebagai bahan baku
untuk pabrik karet dan pabrik kertas, industri particle-board
adhesive dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri
cat. Selain itu, kedua produk industri kimia dasar tersebut
merupakan

bahan

baku

utama

dalam

pembuatan

foam

insulation sebagai bahan insulasi distribusi air atau uap panas.


Industri perakitan kendaraan bermotor dan industri furniture and
appliancer

juga

menggunakan

bahan

baku

dari

urea-

formaldehyde resins dan phenol-formaldehyde resins. CO2


merupakan bahan kimia yang bagus untuk kebutuhan refrigerasi
dan industri pengawetan, seperti pengawetan ikan, daging dan
sebagainya. Selain dapat digunakan untuk pengawetan bahan
karena sifatnya sebagai food bacteria spoilage, CO2 juga dapat
digunakan sebagai transport refrigerant dalam bentuk padatan
sebagai hasil dari industri "solid carbon dioxide".
Untuk keperluan industri yang melayani kebutuhan konsumen
setempat dapat pula dikembangkan sebagai salah satu bahan
baku dari industri minuman ringan seperti coca cola, dsb. Secara
keseluruhan, komposisi yang dimungkinkan dalam pemanfaatan
CO2 yaitu sekitar 40 % untuk pembuatan pupuk urea, 35 %
dikembalikan ke bumi untuk secondary oil recovery, 10 % untuk
refrigerasi, 5 % untuk keperluan pabrik-pabrik minuman nonalkohol, dan sisanya 10 % untuk keperluan lainnya.
Selain industi utama yang berbasiskan migas seagaimana

tersebut diatas juga akan di kembangkan industri dengan jenis


industri yang termasuk ke dalam kelompok industri kimia dasar
dan aneka industri, dengan fungsi utama pengembangan
industri penunjang (memanfaatkan CO2 dari hasil pengolahan
LNG).
Karakteristik industri yang akan dikembangkan di kawasan ini
antara lain :

Berskala menengah dan besar;

Mengolah produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok industri


lainnya menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi
(terutama dalam rangka pemanfaatan co2 dari hasil pengolahan
gas);

Menggunakan teknologi tinggi, dan umumnya padat energi.


Diperlukan sumber daya manusia dengan keterampilan dan
pendidikan yang memadai;

Skala kapasitas ekonomi yang besar dan padat moral.

Kaitannya dengan daya dukung lingkungan, karakteristik industri


yang akan dikembangkan di kawasan ini diarahkan untuk
berciri :

Mengingat umumnya industri yang akan dikembangkan di


kawasan ini bersifat polutif, maka diarahkan untuk melengkapi
kawasan ini dengan pusat pengolah limbah, sehingga tidak
mengganggu kelestarian lingkungan.

Mengingat umumnya industri-industri tersebut mengkonsumsi


air dalam jumlah yang cukup besar, perlu ditelaah lebih jauh
lagi dari teknologi industri yang lebih sedikit mengkonsumsi air
disamping itu juga teknologi pemanfaatan air dari alternatif
sumber lain yang ada, seperti dari pemurnian air laut
misalnya.

Kaitannya

dengan

pengembangan

ekonomi

wilayah,

karakteristik industri yang akan dikembangkan di kawasan ini


diarahkan untuk :

Berorientasi ekspor dan untuk dikonsumsi secara lokal

Mampu bersaing dengan produk - produk dari luar negeri

2) Kawasan

Industri

Tertentu

Berbasis

Pertanian

dan

Perikanan
Merupakan kawasan industri dengan jenis industri yang termasuk
kedalam kelompok aneka industri, seperti : industri pengolahan
hasil pertanian, industri pengolahan hasil kebun dan lainnya akan
di kembangkan di Kelarik Kecamatan Bunguran Utara serta di
Batubi Kecamatan Bunguran Barat
Karakteristik industri yang akan dikembangkan dikawasan ini
antara lain :

Berskala menengah dan besar

Mengolah sumber daya alam

Menggunakan teknologi sederhana hingga teknologi tinggi.


Khususnya

untuk

industri

yang

menggunakan

teknologi

sederhana, sumber daya manusia yang sudah ada dapat


dimanfaatkan, sebaliknya untuk industri yang menggunakan
teknologi tinggi memerlukan sumber daya manusia terampil
dan berpendidikan tinggi.

Bersifat padat karya dan padat modal. Untuk industri yang


berteknologi

sederhana

akan

bersifat

padat

karya,

dan

sebaliknya untuk industri yang berteknologi tinggi akan


bersifat padat modal.
Kaitannya dengan daya dukung lingkungan, karakteristik industri
yang akan dikembangkan dikawasan ini diarahkan untuk berciri :

Polusi rendah, dimana limbah yang dapat mencemari udara,


air dan tanah sekitarnya sangat minim

Konsumsi air tidak terlalu banyak

Konsumsi energi sedang.

Kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah, karakteristik


industri yang akan dikembangkan dikawasan ini diarahkan
untuk :

Berorientasi ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan lokal;

Mampu bersaing dengan produk-produk dari wilayah lainnya.

Adapun

pengembangan

sektor

perikanan,

perlu

dukungan

armada kapal pencari ikan yang memadai. Dalam upaya


mendukung pengembangan sektor perikanan di Pulau Natuna
dapat

dikembangkan

industri

pengolahan

perikanan

untuk

meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat, disamping itu pula


pengembangan industri perkapalan, yang menghasilkan kapalkapal menyediakan fasilitas perbaikan kapal untuk nelayan
dalam berbagai ukuran. Kawasan peruntukan industri berbasis
perikanan berupa kawasan industri pengolahan hasil laut di
Serantas terletak di Kecamatan Pulau Tiga.
Mengingat

potensi

perikanan

yang

cukup

baik,

dapat

dikembangkan industri perikanan dan kelautan yang akan


mengolah

hasil-hasil

perikanan

dan

kelautan

untuk

meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat setempat. Industri


perikanan dan kelautan penting artinya, mengingat dalam rangka
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, setelah produksi
LNG menurun, dapat diharapkan industri ini akan terus mampu
meningkatkan pendapatan masyakarat. Karakteristik industri
yang akan dikembangkan dikawasan ini antara lain :

Berskala menengah dan besar.

Mengolah sumber daya alam.

Menggunakan teknologi sederhana hingga teknologi tinggi.


Khususnya

untuk

industri

yang

menggunakan

teknologi

sederhana, sumber daya manusia yang sudah ada dapat


dimanfaatkan, sebaliknya untuk industri yang menggunakan
teknologi tinggi memerlukan sumber daya manusia terampil
dan berpendidikan tinggi.

Bersifat padat karya dan padat modal. Untuk industri yang


berteknologi

sederhana

akan

bersifat

padat

karya,

dan

sebaliknya untuk industri yang berteknologi tinggi akan

bersifat padat modal.


Kaitannya dengan daya dukung lingkungan, karakteristik industri
yang akan dikembangkan dikawasan ini diarahkan untuk berciri :

Polusi rendah, dimana limbah yang dapat mencemari udara,


air dan tanah sekitarnya sangat minim

Konsumsi air tidak terlalu banyak

Konsumsi energi sedang

Kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah, karakteristik


industri yang akan dikembangkan dikawasan ini diarahkan
untuk :

Berorientasi ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Mampu bersaing dengan produk-produk dari wilayah lainnya.

3) Industri Rumah Tangga


Dalam upaya mendukung pengembangan sektor industri di
Kabupaten

Natuna,

diperlukan

juga

rencana

kawasan

peruntukan industri rumah tangga yang akan dikembangkan dan


tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Natuna.
d. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Dalam arahan pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan
Riau, Kabupaten Natuna termasuk dalam unit pengembangan
wilayah pariwisata E dengan pengembangan diarahkan pada :

Pengembangan kawasan pariwisata alam yang meliputi Kawasan


Kecamatan Pulau Tiga dan Kawasan Pantai Tanjung).

Pengembangan

kawasan

pariwisata

budaya

yang

meliputi

Kawasan Keramat Binjai, Komplek Makam Segeram, Rumah


Peradilan/Rumah Orang Kaya Suan, Rumah Datuk Kaya Wan
Muhammad Benteng, Benteng Kawasan Pertahanan Portugis dan
Jepang.

Pengembangan wisata minat khusus di Kawasan Pulau Tiga.

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten


Natuna

meliputi

pengembangan

kawasan

pariwisata

alam,

pengembangan kawasan pariwisata budaya dan pengembangan

kawasan pariwisata minat khusus.


Wisata alam di Kabupaten Natuna masih asli dan belum terjamah
dengan sentuhan rekayasa manusia, hal ini perlu mendapat
perhatian dalam pengembangan lebih lanjut. Wisata alam yang
berpotensi berupa air terjun, pantai pasir putih, gua-gua sarang
Burung Walet dan batu karang serta batu granit yang indah.
Kawasan pariwisata di Kabupaten Natuna direncanakan di empat
lokasi yaitu daerah Cemaga Pian Padang, Selumit, Senubing sekitar
Ranai dengan luas peruntukan masing-masing 500 ha, 2.500 ha,
1000 ha, dan 750 ha. Wisata yang ditawarkan di Cemaga dan Pian
Padang berupa kawasan pantai dengan pemandangan yang indah
dan batu-batu granit yang besar. Daerah Selumit dan Senubing
adalah pemandangan alam dan perbukitan. Sedangkan di sekitar
Gunung Ranai berupa wisata hutan di Tanjung Ranai dan pantai
yang terjal di lereng perbukitan.
Secara keseluruhan alokasi ruang untuk pengembangan kawasan
pariwisata di Kabupaten Natuna kurang lebih seluas 3.667,24 Ha
meliputi :

Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 40,36 ha

Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 607,70 ha

Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 43,24 ha

Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 2.120,72 ha

Kecamatan Midai seluas kurang lebih 245,05 ha

Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 27,70 ha

Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 166,67 ha

Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 97,42 ha

Kecamatan Subi seluas kurang lebih 3 18,37 ha.

e. Kawasan Peruntukan Permukiman


Pengembangan

kawasan

permukiman

meliputi

kawasan

permukiman perkotaan dan kawasan permukiman pedesaan.


a) Kawasan Permukiman Perkotaan

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di wilayah


kabupaten Natuna sampai dengan akhir tahun perencanaan
seluas kurang lebih 13.474,24 ha meliputi :

Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih


2.150,86 ha meliputi Desa Sedarat baru, Desa Batubi
Jaya dan Kelurahan Sedanau.

Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang lebih


2.145,14 ha meliputi Desa Cemaga utara dan Desa
Cemaga Tengah.

Kecamatan Bunguran Tengah dengan luas kurang lebih


454,38 ha terletak di bagian timur Desa Harapan Jaya

Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih


4.505,96 meliputi Desa Sepempang, Kelurahan Ranai
Kota, Kelurahan Ranai Darat, Kelurahan Bandarsyah,
Kelurahan Sungai Ulu dan Kelurahan Batu Gajah.

Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang


lebih 259,05 ha terletak di Desa Pengadah.

Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih


1.421,17 ha meliputi Desa Kelarik Air Mali dan Desa
Kelarik Barat.

Kecamatan Midai dengan luas kurang lebih 425,18 ha meliputi


Desa Air Kumpai dan Desa Sabang Barat.

Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 327,71 ha


terletak di Desa Air Payang.

Kecamatan Pulau Tiga dengan luas 466,17 ha meliputi Desa


Sabang Mawang Barat, Desa Sabang Mawang, Desa Tanjung
Batang dan Desa Tanjung Kumbik.

Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 882,09 ha


meliputi Kelurahan Serasan, Desa Tanjung Balau dan Desa
Kampung Hilir.

Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih 39,58 ha


terletak pada sebagian Desa Air Ringau.

Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 396,82 ha terletak


Desa Terayak, Desa Subi dan Desa Meliah.

Dalam amanat Undang undang penataan ruang bahwa 30 % dari


luas kawasan perkotaan akan di kembangkan sebagai ruang
terbuka hijau yang terdiri dari 20 % ruang terbuka hijau Publik
dan 10 % ruang terbuka hijau privat. Berdasarkan luas kawasan
permukiman perkotaan yang akan di kembangkan di kabupaten
Natuna adalah 5.150,90 Ha. Ruang terbuka hijau yang akan di
kembangkan meliputi :

Hutan kota Masjid Agung (NGU) di Kecamatan Bunguran Timur

Hutan kota perkantoran pemerintah Bukit Arai di Kecamatan


Bunguran Timur

Pengembangan RTH kawasan perkotaan ini selanjutnya akan di


tetapkan secara rinci didalam masterplan pengembangan RTH
kawasan perkotaan di Kabupaten Natuna.
b) Kawasan Permukiman Pedesaan
Pengembangan kawasan permukiman pedesaan di Kabupaten
Natuna sampai dengan akhir tahun perencanaan direncanakan
seluas kurang lebih 14.477,65 ha sebagai berikut :
a. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih

1.833,94 ha meliputi Desa Pian Tengah dan Desa Binjai


b. Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang lebih

2.517,52 ha meliputi Desa Cemaga , Sebagian Desa


Cemaga Tengah dan Desa Cemaga Selatan
c. Kecamatan Bunguran Tengah dengan luas kurang lebih

2.867,17 ha meliputi Desa Harapan Jaya, Desa Tapau dan


Desa Air Lengit
d. Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih

1.648,05 meliputi Desa Batu Gajah


e. Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang lebih

1.819,25 ha Desa Selemam, Desa Ceruk dan Desa Sebadai

Hulu
f.

Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih


1.880,69 ha meliputi Desa Gunung Durian, Bagian Selatan
Desa Kelarik Barat dan Desa Teluk Buton

g. Kecamatan Midai dengan luas kurang lebih 229,47 ha

meliputi Desa Batu Belanak, Desa Gunung Jambat dan


Desa Air Putih
h. Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 342,06 ha

meliputi Desa Kadur dan Desa Tanjung Pala


i.

Kecamatan Pulau Tiga dengan luas 419,18 ha meliputi


Desa Setumuk, Desa Selading, Desa Teluk Labuh, Desa
Pulau Tiga dan Desa Sededap

j.

Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 109,01 ha


terletak di Desa Batu Berian

k. Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih 125,77

ha terletak pada Desa Air Ringau


l.

Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 685,51 ha


meliputi, Desa Pulau Panjang, Desa Kerdau dan Desa Subi
Besar

f. Kawasan Potensi Pertambangan


Potensi pertambangan di Kabupaten Natuna berupa minyak bumi
dan gas alam, serta pertambangan bahan galian.
Kawasan Pertambangan Migas
Kawasan pertambangan migas di kembangkan di kawasan lapas
pantai sebagaimana sudah diatur dalam peta wilayah kerja
perusahaan minyak rekanan pertamina. Mineral yang terdapat di
Kabupaten Natuna sangat terbatas. Potensi mineral tambang yang
sangat besar berupa cadangan hidrokarbon, yang diduga terdapat
di perairan Kabupaten Natuna pada radius 200 s.d. 300 kilometer
arah timur laut dari Pulau Bunguran. Potensi hidrokarbon yang
sangat besar ini diharapkan mampu untuk dimanfaatkan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Natuna.
Kawasan Pertambangan Bahan Galian

Penambangan batu batuan yang baik untuk dipergunakan sebagai


bahan bangunan di Pulau Bunguran adalah batu granit, batu basalt,
batu metamorfosis/rijang serta pasir kuarsa. Batuan granit terdapat
di Gunung Ranai dan sepanjang pantai bagian timur Pulau
Bunguran. Batuan ini merupakan batuan terkeras dan terbaik untuk
bahan bangunan; meskipun demikian di Gunung Ranai batuan
tersebut berada pada kawasan lindung sehingga tidak disarankan
untuk dieksploitasi. Pengecualian jika granit tersebut digali dari
bongkah-bongkah besar yang terdapat banyak didataran pantai,
khususnya di sekitar Sepempang sampai Batu Buaya. Namun
demikian dilain pihak bongkah-bongkah batu granit yang besarbesar di pantai tersebut memberi keindahan tersendiri pada pantai
di tempat itu. Batu basalt umumnya merupakan bukit-bukit
dibagian selatan Pulau Bunguran. Lokasi tersebut tampak terlalu
jauh untuk memasok bahan bangunan bagi pembangunan di
sebelah Utara Pulau. Kualitas batu tampaknya sedikit di bawah
granit

Ranai.

Batu

metamorfosis/

Rijang

cukup

keras,

mengandung banyak silika, banyak retakan/ foliasi. Sebaiknya tidak


dipergunakan untuk agregat beton, terdapat di bagian Selatan
Pulau (G. Pian Padang, G. Silemut, G. Lintang, G. Sekunyam, dan
lain-lain). Kawasan yang memeiliki potensi tambang di Kabupaten
Natuna terdapat di Cemaga Utara dengan potensi tambang granit,
kawasan Mekar Jaya dengan potensi tambang rijang, kawasan
Limau Manis dengan potensi tambang alkali feldsfar, serta kawasan
potensi tambang pasir kuarsa di Teluk Buton dan Limau Man is.
(Gambar 3.3: Peta Potensi Pertambangan)
Memperhatikan kebutuhan akan bahan bangunan dan upaya
pengelolaan

lingkungan

yang

mengingat

wilayah

Kabupaten

Natuna merupakan wilayah kepulauan dengan wilayah daratan


yang

terbatas

maka

kegiatan

pertambangan

untuk

bahan

bangunan hanya di perkenankan pada kawasan yang memiliki


potensi bahan galian dan cukup jauh dari kawasan permukiman
serta pemanfaatan selajutnya sesuai dengan rencana tata ruang.

g. Kawasan Peruntukan Lainnya


Kawasan

lainnya

pemanfaatan

adalah

ruangnya

kawasan
disebutkan

yang
dalam

peruntukan
Permen

dan
Nomor

11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Rencana


Tata Ruang Wilayah berupa: kawasan militer, kawasan pusat
pemerintahan
1) Kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara
Kawasan militer/pertahanan negara adalah kawasan-kawasan
yang digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan
negara, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tujuan pengembangan kawasan militer adalah :

Sebagai pertahanan dan keamanan wilayah.

Sebagai pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai sarana peningkatan profesionalisme prajurit seperti latihan


perang/ olah yuda dan latihan tembak.

Penyediaan tempat pendidikan, perkantoran dan rumah dinas.

Pola pengembangan kawasan Pertahanan Keamanan di Kabupaten


Natuna, selain diarahkan sebagai bagian dari sistem pertahanan
keamanan Nasional akan tetapi juga sebagai bagian penting
dalam sistem Hankam di Kabupaten Natuna, mengingat bahwa di
wilayah ini akan direncanakan kegiatan penambangan minyak
bumi dan pengolahan gas bumi yang sangat besar dan berperan
penting dalam perekonomian nasional.
Pola pengembangan kawasan Hankam di Kabupaten Natuna
adalah kawasan terpadu yang mengaitkan antara pertahanan
Udara, Laut dan Darat. Oleh karena itu perlu diciptakan kawasan
terpadu laut, udara dan darat, yakni di Ranai dan sekitarnya
seluas kurang lebih 663,99 ha.
a) Kawasan TNI AU
Kawasan Militer untuk TNI AU akan di kembangkan di
Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih 586,96 ha
b) Kawasan TNI AL
Laporan Akhir

III - 74

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kawasan Militer untuk TNI AL akan di kembangkan di


Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 77,03 ha
Langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk keamanan
dan keberlanjutan instalasi penting di Kawasan Pangkalan TNI
AL maupun TNI AU antara lain :

Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang daratan di


sekitar

kawasan

yang

diperkirakan

dapat

mengganggu

aktifitas di dalam kawasan militer;

Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang daratan di


sekitar kawasan terhadap pengembangan aktifitas-aktifitas
yang

dapat

mengganggu

kemudahan

pencapaian

(aksesibilitas) dari/ke kawasan militer.

Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang lautan di sekitar


kawasan,

agar

terdapat

sinergitas

antara

kepentingan

pertahanan keamanan dengan kepentingan ekonomi bagi


masyarakat
kawasan

nelayan

dan

(khususnya)

kegiatan

yang

tinggal

pengembangan

sekitar

kepariwisataan

(bahari) pada umumnya

Sosialisasi kepada masyarakat yang bertempat tinggal pada


radius

kawasan

kemungkinan

bahaya

ataupun

yang

membahayakan kawasan militer. Tindakan ini diikuti dengan,


penerangan tentang langkah-langkah evakuasi yang perlu
dilakukan bila terjadi kecelakaan;

Relokasi perumahan yang berada pada radius bahaya radiasi


suara

ke

tempat

yang

lebih

aman,

dengan

mempertimbangkan jarak tempat relokasi dengan lahan


usaha mereka yang berada di sekitar kawasan latihan Militer.
Rencana

kawasan

pertahanan

dan

keamanan

negara

di

Kabupaten Natuna meliputi:

Kodim 0318/Natuna berada di Kecamatan Bunguran Timur;

Koramil 03 18-01 berada di Kecamatan Bunguran Timur;

Koramil 03 18-03 berada di Sedanau Kecamatan Bunguran Barat;

Koramil 03 18-05 berada di Kecamatan Midai;

Laporan Akhir

III - 75

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Koramil 03 18-06 berada di Kecamatan Serasan;

Kompi C dan Kompi D Yonif 134/Tuah Sakti berada di Kecamatan


Bunguran Timur;

Pangkalan angkatan Laut (Lanal) berada di Kecamatan Pulau Tiga;

Posal berada di Pulau Laut, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Sabang
Mawang, dan Pulau Midai;

Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) berada di Kecamatan Bunguran


Timur;

Satrad 212 berada di Kecamatan Bunguran Timur;

Polres dan Polsek yang terdapat di wilayah Kabupaten; dan

Daerah latihan angkatan laut.

2) Kawasan Pusat Pemerintahan


Kawasan

pusat

pemerintahan/perkantoran

pemerintah

dikembangkan untuk menampung fungsi pelayanan masyarakat


dan

pengembangan

kegiatan

pemerintahan.

Tujuan

pengembangan kawasan perkantoran pemerintah adalah :

Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan pelayanan


pemerintahan dan pertahanan serta keamanan sesuai dengan
kebutuhan dan daya dukung untuk menjamin pelayanan pada
masyarakat;

Menjamin kegiatan pemerintahan, pertahanan dan keamanan


yang berkualitas tinggi, dan melindungi pengguaan lahan untuk
pemerintahan, pertahanan dan keamanan.

Pengembangan perkantoran pemerintah di Kabupaten Natuna


dikembangkan di Bukit Arai Kecamatan Bunguran Timur. Kantorkantor pemerintah yang saat ini berada tersebar di berbagai
lokasi, secara bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Perkantoran
Pemerintah di Bukit Arai dalam rangka meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat secara terintegrasi, efektif dan efisien. Kantorkantor pada lokasi di luar kawasan perkantoran pemerintahan
masih dimungkinkan karena pertimbangan tertentu, misalnya
terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, atau bidangbidang

lainnya,

sejauh

tidak

berada

pada

kawasan

yang

ditetapkan sebagai Kawasan Lindung dan/atau kawasan rawan


Laporan Akhir
III - 76
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

bencana.
3) Kawasan Masjid Agung
Pengembangan Kawasan Masjid Agung di Kabupaten Natuna di
alokasikan di Kecamatan Bunguran Timur
4) Kawasan Reklamasi Pantai
Pengembangan Kawasan reklamasi pantai akan dikembangkan
pada kawasan perkotaan Ranai di Kecamatan Bunguran Timur.
Untuk lebih jelasnya Rencana Pola Ruang Kabupten Natuna dapat
dilihat pada gambar 3.4.

Laporan Akhir

III - 77

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

3. Rencana Pola Ruang Laut


Pola perencanaan pembangunan hendaknya memasukkan unsur
lingkungan

dalam

melakukan

perencanaan

dan

pengelolaan

sumberdaya yang ada bagi kemaslahatan hidup manusia. Oleh karena


itu perencanaan pembangunan dan penataan ruang wilayah haruslah
didasarkan

dan

disesuaikan

dengan

karakteristik

wilayah.

Jika

dihubungkan dengan karakteristik negara kepulauan (yang dominan


adalah perairan laut dan berfungsi sebagai jembatan dan jalan yang
menyatukan

wilayah

kepulauan)

maka

tentunya

beberapa

perencanaan pembangunan yang disusun serta arahan penataan


ruang

wilayah

yang

dibuat

haruslah

berkarakteristik

wilayah

khususnya pada wilayah kepulauan, begitu juga dengan perencanaan


pembangunan Kabupaten Natuna.
Kondisi bentang wilayah Kabupaten Natuna dengan luas wilayah
264.198,37 Km2 dengan luas daratan 2.001,30 Km 2 dan lautan
262.197,07 Km2, terdiri pulau-pulau, baik berpenghuni dan belum
berpenghuni, bernama maupun belum bernama. Wilayah perairan
laut

Kabupaten

Natuna

menyimpan

berbagai

potensi

dan

permasalahan sumberdaya antara lain merupakan salah satu simpul


jalur pelayaran internasional yang sangat ramai. Selain itu perairan
laut

Kabupaten

Natuna

memiliki

sumberdaya

yang

melimpah

meliputi perikanan laut dan pertambangan. Berbagai aspek yang


terdapat pada perairan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi konflik pemanfaatan ruang di laut, seperti terganggunya
ekosistem yang sangat dilindungi oleh kegiatan pertambangan
maupun oleh limbah dari alur pelayaran.
Dalam pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil,
digunakan rencana pola ruang yang dimaksudkan untuk menentukan
arah penggunaan sumberdaya, dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut: Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan
daya dukung ekosistem, fungsi perlindungan, dimensi waktu, dimensi
teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan;
Laporan Akhir

III - 80

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya,


fungsi, estetika lingkungan dan kualitas lahan pesisir;

Kewajiban

untuk

mengalokasikan

ruang

dan

akses

masyarakat dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi.
Rencana pola ruang laut Kabupaten Natuna ini merupakan rencana
pemanfaatan sumberdaya laut melalui pembagian kawasan laut
menurut

kepentingannya

dan

tidak

tertutup

pada

pembagian

kewenangan 4 mill kabupaten dan 12 mill provinsi, sehingga pada


daerah pola ruang laut ini mengacu pada batas administrasi
kabupaten, memandang berbagai potensi dan berbagai kepentingan
yang ada.
Rencana pola ruang laut yang akan dikembangkan di Kabupaten
Natuna meliputi:
1. Kawasan Konservasi Laut
Rencana kawasan konservasi laut yang akan dikembangkan di
Kabupaten Natuna meliputi:

Kawasan suaka alam laut; dan

Kawasan cagar alam laut.

Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem


khas yang merupakan habitat alami yang memberi perlindungan
bagi perkembangan flora fauna yang khas dan beraneka ragam.
Kriteria kawasan suaka alam yakni:

Kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta


gejala dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di
perairan;

Mempunyai

fungsi

keanekaragaman

utama

jenis

biota,

sebagai

kawasan

ekosistem,

serta

pengawetan
gejala

dan

keunikan alam yang terdapat di dalamnya.


Tujuan pemantapan kawasan suaka alam adalah untuk melindungi
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam
Laporan Akhir

III - 81

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

bagi

kepentingan

flasma

nuftah,

ilmu

pengetahuan

dan

pembangunan. Arahan kebijaksanaan pemantapan kawasan ini


adalah:

Pengelolaan kawasan suaka alam sesuai perlindungannya masing


- masing;

Pelarangan dilakukanya

kegiatan budidaya apapun, kecuali

kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah


bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami
yang ada.
Luasnya

wilayah

laut

Kabupaten

Natuna

dengan

segala

keanekaragaman sumberdaya lautnya perlu dijaga sedemikian rupa


demi keberlangsungan hingga jangka waktu yang akan datang.
Oleh sebab itu, ditetapkan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)
Natuna dan Daerah Perlindungan Laut (DPL) terumbu karang
dengan luas 142.977 ha dengan rincian sebagai berikut:

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Teluk Buton Kecamatan


Bunguran Utara

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Tiga Kecamatan


Pulau Tiga

Kawasan

Konservasi

Laut

Daerah

(KKLD)

Bunguran

Timur

Kecamatan Bunguran Timur

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Sedanau Kecamatan


Bunguran Barat

Daerah

Perlindungan

Laut

(DPL)

Karang

Tengah

di

Desa

Sepempang

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Bangkau di Desa Tanjung

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Bangun di Desa Kelanga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Air Licin di Desa


Pengadah

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Muar di Desa Cemaga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Pulau Kemudi di Desa

Laporan Akhir

III - 82

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Cemaga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tengah di Desa Pulau


Tiga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Sunai di Desa Pulau Tiga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Mayuk di Desa Pulau Tiga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Yasef di Desa Pulau Tiga

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tukang di Desa Sededap

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tanjung Ubuh di Desa


Sededap

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Semasin di Desa Sabang


Mawang

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Sentanu di Desa Sabang


Mawang

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Simpatri di Desa Sabang


Mawang

Daerah Perlindungan Laut (DPL) Pulau Mraguk di Desa Kelarik


Utara

Kabupaten Natuna memilik kawasan cagar alam laut yang tersebar


di bebagai wilayah pesisir di Kabupaten Natuna. Cagar Alam adalah
kawasan suaka alam yang karena kondisi alam, tumbuhan, satwa,
dan ekosistemnya yang khas perlu dilindungi dan berkembang
secara alami. Kriteria cagar alam adalah:

Kawasan

yang

ditunjuk

mempunyai

keanekaragaman

jenis

tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya;

Memiliki

formasi

biodata

tertentu

dari

atau

unit

unit

penyusunan;

Mempunyai kondisi alam, baik biodata maupun fisiknya yang


masih asli;

Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelola


yang efektif dengan daerah - daerah penyangga yang cukup

Laporan Akhir

III - 83

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

luas;

Memiliki ciri khas dan dapat merupakan satu - satunya contoh di


suatu

daerah

serta

keberadaannya

memerlukan

upaya

konservasi.
Rencana kawasan cagar alam laut adalah:

Pesisir Pulau Panjang Kecamatan Bunguran Utara tempat habitat


penyu bertelur.

Pesisir Pulau Senoa Kecamatan Bunguran Timur tempat habitat


penyu bertelur.

Pesisir Pulau Serasan Kecamatan Serasan timur tempat habitat


penyu bertelur.

Kawasan Cagar alam laut berada di Pesisir Pulau Subi Kecamatan


Subi tempat habitat penyu bertelur.

Arahan pemantapan kawasan ini antara lain:

Pengelolaan kawasan cagar alam dan cagar alam laut sesuai


perlindungannya masing - masing;

Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta


pengamanan kawasan.

2. Kawasan Pemanfaatan Umum


Rencana kawasan pemanfaatan umum yang akan dikembangkan di
Kabupaten Natuna meliputi:
1) Kawasan Pertambangan Migas
Kawasan pertambangan migas di kembangkan di kawasan lapas
pantai sebagaimana sudah diatur dalam peta wilayah kerja
perusahaan minyak rekanan pertamina. Mineral yang terdapat di
Kabupaten Natuna sangat terbatas. Potensi mineral tambang
yang sangat besar berupa cadangan hidrokarbon, yang diduga
terdapat di perairan Kabupaten Natuna pada radius 200 s.d. 300
kilometer

arah

timur

laut

dari

Pulau

Bunguran.

Potensi

hidrokarbon yang sangat besar ini diharapkan mampu untuk


dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
Laporan Akhir

III - 84

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kabupaten Natuna. Kawasan pertambangan migas yang akan


dikembangkan merupakan kawasan pertambangan migas Blok
Natuna yang ditetapkan pemerintah.
2) Kawasan Wisata Bahari
Rencana kawasan wisata bahari yang akan dikembangkan di
Kabupaten Natuna meliputi:

Kawasan wisata laut Teluk Buton berada di Kecamatan


Bunguran Utara;

Kawasan wisata laut Pulau Tiga berada di Kecamatan Pulau


Tiga;

Kawasan wisata laut Bunguran Timur berada di Kecamatan


Bunguran Timur;dan

Kawasan wisata laut Sedanau berada di Kecamatan


Bunguran Barat.

3) Kawasan Perikanan Ikan


Kawasan

perikanan

tangkap

merupakan

kawasan

yang

digunakan untuk kegiatan memperoleh ikan di perairan yang


tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah dan atau mengawetkannya.
Pengembangan peruntukan kawasan ikan tangkap di Kabupaten
Natuna meliputi:

jalur penangkapan 0 (nol) 6 (enam) mil dari garis pantai


diperuntukan bagi kegiatan perikanan tangkap dengan bagan,
bubu atau perahu kurang dari 6 (enam) GT penekanan pada
kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis, dan ikan laut
lainnya skala kecil;

jalur penangkapan 6 (enam) - 12 (duabelas) mil dari garis


pantai diperuntukan bagi kegiatan perikanan tangkap komersil
untuk perahu/kapal ikan 6 (enam) <60 (enam puluh) GT

Laporan Akhir

III - 85

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

penekanan pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis,


dan ikan laut lainnya skala komersil; dan

jalur penangkapan >12 (duabelas) mil dari garis pantai


diperuntukan bagi kegiatan perikanan tangkap komersil untuk
perahu/kapal ikan >60 (enam puluh) GT penekanan pada
kegiatan penangkapan ikan pelagis, dan ikan laut lainnya skala
komersil.

4) Budidaya Perikanan Laut


Kawasan budidaya perikanan laut merupakan kawasan yang
diperuntukan bagi kegiatan memelihara, membesarkan dan atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol. Perikanan budidaya laut di Kabupaten Natuna
yang

akan

dikembangkan

meliputi

budidaya

rumput

laut,

budidaya perikanan Keramba Jaring Apung dan keramba jaring


tancap. Rencana pengembangan perikanan budidaya laut di
Kabupaten Natuna dikembangkan meliputi:

Pengembangan kawasan budidaya rumput laut di Kecamatan


Bunguran Timur, Kecamatan Serasan, Kecamatan Serasan
Timur, Desa Kelarik berada di Kecamatan Bunguran Utara,
Desa Cemaga berada di Kecamatan Bunguran Selatan.

Pengembangan kawasan budidaya perikanan keramba jaring


apung di Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Pulau Laut,
Kecamatan Pulau Tiga, dan Kecamatan Serasan; dan

Pengembangan
keramba

jaring

kawasan
tancap

budidaya
di

perikanan

Kecamatan

budidaya

Bunguran

Barat,

Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan


Serasan.
5) Kawasan Labuh Jangkar
Pada kawasan perairan laut Natuna terdapat berbagai aktivitas
pelayaran yang menangani kegiatan perdagangan yaitu ekspor
dan impor, dan juga sistem perangkutan transportasi bagi
Laporan Akhir

III - 86

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

penumpang. Perairan Natuna dapat juga dikembangkan sebagai


kawasan labuh jangkar. Kawasan ini difungsikan sebagai kawasan
tempat

kapal-kapal

dapat

berlabuh

sehingga

mengurangi

kepadatan di sekitar kawasan pelabuhan. Terdapat beberapa


keuntungan dengan adanya kawasan labuh jangkar di wilayah
perairan di antaranya, yaitu:

Kawasan alih muatan dari kapal ke kapal yang merupakan


salah satu bentuk pemanfaatan wilayah perairan Kabupaten
Natuna. Kawasan ini secara fungsional erat kaitannya sebagai
pendukung daratan wilayah administrasi kabupaten. Dalam hal
ini pengendalian wilayah tidak cukup hanya menyangkut
daratan, tetapi juga lautan dan angkasa.

Dari segi ekonomi kegiatan yang dilakukan di area labuh


jangkar ini dapat memberikan keuntungan secara finansial
bagi daerah. Setiap kapal yang akan melakukan bongkar muat
dikenai tarif untuk selanjutnya menjadi pendapatan bagi
pemerintah daerah setempat.
Dengan adanya fasilitas area labuh jangkar kapal diharapkan
bagi kapalkapal yang tidak bersandar di sebuah pelabuhan
dapat memanfaatkannya sebagai area parkir selama menunggu
giliran dapat masuk ke pelabuhan. Rencana pengembangan
kawasan labuh jangkar di Kabupaten Natuna meliputi kawasan
labuh jangkar perairan Selat Lampa dan kawasan labuh jangkar
perairan Teluk Buton.

3. Alur Laut
Alur laut Kabupaten Natuna sangat strategis baik dari segi bisnis
maupun pertahanan dan keamanan karena berdasarkan orientasi
dengan ibukota negara-negara Asia Tenggara maka Kabupaten
Natuna terletak diantara Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Saigon,
Bandar Sribegawan (Brunei). Sedangkan ibukota negara Asia
Tenggara Lainnya seperti Bangkok, Hanoi, Rangoon dan Manila
terletak pada radius kurang dari 2000 kilometer dari Kabupaten
Laporan Akhir
III - 87
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Natuna.
Alur Laut Natuna juga dilintasi jalur pelayaran ALKI I-A yang
menjadi salah satu jalur pelayaran internasional. Dengan posisinya
yang sangat strategis tersebut dapat dipahami jika lalu lintas
pelayaran di perairan Laut Natuna kedepannya akan cukup padat.
Selain itu, perairan Laut Natuna juga dilintasi jaringan kabel
maupun pipa bawah laut yang melayani kebutuhan nasional,
provinsi maupun antar kabupaten. Adapun rencana alur laut yang
akan dikembangkan di Kabupaten Natuna meliputi alur laut
perairan untuk jalur pelayaran dalam wilayah Kabupaten, jalur
pelayaran nusantara, jalur pelayaran internasional, alur pipa bawah
laut, maupun alur kabel bawah laut.
Untuk lebih jelasnya Rencana Pola Ruang Laut Kabupaten Natuna
dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Laporan Akhir

III - 88

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Laporan Akhir

III - 89

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Laporan Akhir

III - 90

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Anda mungkin juga menyukai