Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK LINGKUNGAN JALAN TOL

SEBAGAI FASILITAS INSFRASTRUKTUR


SAMUEL HERI ANGGORO
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

ABSTRAK

Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik
keadaan infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap keadaan ekonomi. Di samping itu
pembangunan jalan tol di daerah perkotaan besar dan sekitarnya memang berpengaruh terhadap
industri yang banyak berada di sekitar daerah perkotaan. Fungsi jalan tol adalah menghubungkan pusat
produksi dengan pasar global, oleh karena itu untuk memudahkan aktifitas bisnis jalan tol menjadi
alernatif untuk mempercepat arus keluar masuk barang.Tetapi dalam hal ini program pemerintah yang
lebih fokus membangun jalan tol di daerah perkotaan perlu diluruskan, yakni seharusnya lebih
memperhatikan kondisi jalan-jalan di pedesaan yang sebenarnya sangat membantu masyarakat yang
rata-rata miskin dalam meningkatkan aktifitas ekonomi mereka, sehingga kesenjangan antara daerah
perkotaan dan pedesaan dapat dihapuskan.

Kata kunci : Jalan Tol, Ekonomi, Infrastruktur

PENDAHULUAN

Jalan merupakan hal yang penting dari kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga jalan
digunakan sebagai kebutuhan harian dari setiap elemen masyarakat. Yang biasa disebut dengan
infrastruktur, adalah seluruh struktur dan juga fasilitas dasar, baik itu fisik maupun sosial, misalnya
saja bangunan, pasokan listrik, jalan, dan lainnya yang dibutuhkan untuk operasional aktivitas
masyarakat maupun perusahaan. Jalan tol termasuk infrastruktur berserta fasilitas yang memerlukan
pengelolaan yang baik sebagai asset negara yang dioperasikan oleh Operator Jalan Tol dalam bentuk
konsensi operasional. Infrastruktur harus dikelola dengan baik agar tetap bisa berfungsi dengan baik,
secara ekonomi, efisien dan selaras dengan prinsip ”Green” (Suprayitno & Soemitro 2018). Oleh
karena itu, salah satu kewajiban manajemen jalan tol adalah menyusun dokumen amdal (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) untuk memperoleh izin lingkungan, baik untuk jalan tol yang masih
dalam taraf perencanaan, maupun jalan tol yang sudah lama beroperasi tapi belum mempunyai
dokumen lingkungan. Kewajiban ini tertuang pada PermenLH No.16/2012, untuk jalan tol yang
masih dalam perencanaan dan untuk jalan tol yang sudah beroperasi lama mengacu pada ke
PermenLHK No. P.102/2016. Apabila jalan tol yang direncanakan atau yang sudah beroperasi tidak
memiliki izin lingkungan maka manajemennya akan terkena sangsi pedana maksimum 3 tahun dan
hukuman administratif maksimum 3 miliar. Ketentuan ini berlaku tidak hanya untuk jalan tol saja,
tapi juga untuk semua rencan usaha dan/atau kegiatan bidang PU, termasuk infrastruktur dan
fasilitasnya seperti bandara, pelabuhan laut, jalan kereta api, bendungan, jembatan , sistim drainase,
sistem penyediaan air bersih,reklamasi pulau dan pantai, tempat pengelolaan akhir sampah,
incinerator sampah dan lain-lainnya yang semuanya ada dalam daftar di lampiran PermenLH 5/2012.
Penysun dokumen amdal disyaratkan harus memenuhi kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga
sertifikasi professional setelah melewati uji kompetensi. Minimal dalam setiap studi amdal harus
didukung oleh 1 orang dengan sertifikat KTPA (Ketua Tim Penyusun Amdal) dan 2 orang dengan
sertifikat ATPA (Anggota TimPenyusun Amdal). Baik sertifikat KTPA maupun sertifikat ATPA
berlaku hanya selama 3 tahun dan harus diperbarui kembali. Penyusun amdal yang tidak mempunyai
sertifikat kompetensi juga diancam pidana maksimum 3 tahun dan denda maksimum 3 miliar.
Pejabat yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dokumen amdal atau UKL-UPL juga terancam
pidana maksimum 3 tahun dan denda maksimum 3 miliar. Ketentuan pidana dan denda ini diatur
dalam UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Morrison. & Bailey.
(2008) menulis bahwa praktisi di Australia Barat telah memperoleh manfaat dari kursus pelatihan
amdal, seminar dan acara lainnya dilaksanakan di bawah naungan perjanjian kemitraan yang
memberikan kesempatan bagi regulator dan konsultan untuk bercampur dan bersosialisasi bersama-
sama. Praktisi tertarik untuk lebih mengembangkan interaksi kolaboratif, misalnya, lokakarya
terstruktur atau pertemuan meja bundar yang bertujuan untuk berbagi pelajaran dan cara bekerja
untuk meningkatkan praktek amdal. Berdasarkan pengalaman-pengalaman positif di Australia Barat
disarankan agar praktisi amdal di wilayah lain di seluruh dunia dapat mengambil manfaat dari jenis
pendekatan kooperatif ini untuk meningkatkan praktek AMDAL. Di Indonesia KLH telah
mensponsori kolaborasi antara stakeholder Amdal dengan melakukan pertemuan rutin setiap bulan
untuk saling berbagi pelajaran dan informasi.

Masalah perkembangan kota pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup pelik untuk diatasi
dan sering memunculkan konsekuensi negatif pada beberapa aspek, utamanya aspek lingkungan.
Perkembangan kota membutuhkan lahan sebagai tempat hidup penduduk dengan aktivitasnya
(Kudus et al., 2011:27). Salah satu masalah dalam perkembangan kota ialah kemacetan. Kemacetan
lalu lintas terjadi bila pada kondisi lalu lintas di jalan raya mulai tidak stabil, kecepatan operasi
menurun relatif cepat akibat adanya hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil
(Rozari dan Wibowo, 2015:42). Masalah kemacetan ini sering terjadi di wilayah yang intensitas
kegiatan serta penggunaan lahan yang tinggi.

Pemanfaatan lahan dapat berupa pemukiman, industri, pertanian, perkebunan, daerah wisata, dan
lain sebagainya. Pemanfaatan dan pengadaan lahan disuatu wilayah berkaitan erat dengan aktivitas
masyarakat dan pertumbuhan penduduk. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
semakin intensifnya aktivitas masyarakat maka terjadi pula peningkatan kebutuhan terhadap
pengadaan lahan secara signifikan (Dewitasari, 2015:2). Pengadaan lahan juga disebabkan adanya
kebutuhan akan pergerakan dari daerah asal ke daerah tujuan, apabila terjadi peningkatan pergerakan
maka diperlukan peningkatan sarana dan prasarana transportasi agar terjadi keseimbangan.

PEMBAHASAN

Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik
keadaan infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap keadaan ekonomi. Di samping itu
pembangunan jalan tol di daerah perkotaan besar dan sekitarnya memang berpengaruh terhadap
industri yang banyak berada di sekitar daerah perkotaan.

Fungsi jalan tol adalah menghubungkan pusat produksi dengan pasar global, oleh karena itu
untuk memudahkan aktifitas bisnis jalan tol menjadi alernatif untuk mempercepat arus keluar masuk
barang.Tetapi dalam hal ini program pemerintah yang lebih fokus membangun jalan tol di daerah
perkotaan perlu diluruskan, yakni seharusnya lebih memperhatikan kondisi jalan-jalan di pedesaan
yang sebenarnya sangat membantu masyarakat yang rata-rata miskin dalam meningkatkan aktifitas
ekonomi mereka, sehingga kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan dapat dihapuskan.
Oleh karena itu pemerintah harus segera memperbaiki kondisi jalan antar desa di seluruh Indonesia
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pro rakyat.

Sementara Pengamat Kebijakan Publik Faisal Baasir mengatakan, melihat kondisi saat ini,
potensi industri jalan tol masih menjanjikan untuk lebih dikembangkan, sesuai dengan
perkembangan tingkat perekonomian bangsa Indonesia saat ini. Sedangkan Analis Ekonomi UI
Avilliani mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur melalui industri jalan tol akan berdampak
pada pembangunan ekonomi. Oleh karena itu menurutnya sebelum satu daerah berkeinginan
membangun jalan tol maka yang paling penting adalah aktivitas ekonomi di daerah tersebut harus
ditingkatkan agar bisa memberikan kontribusi terhadap proyek jalan tol tersebut agar tidak rugi.
Dampak Keberadaan Jalan Tol terhadap Kondisi Fisik, Sosial, dan Ekonomi Lingkungannya di
Indonesia, yaitu :

1. Dampak terhadap lingkungan Makro


Dampak dari pembangunan jalan tol adalah semakin mudahnya akses transportasi antar
daerah, sehingga aktifitas bisnis berjalan dengan lancar. Dampak keuntungan ikutannya adalah
terbukanya lapangan kerja dan meningkatkan aktivitas ekonomi rakyat. Sebuah studi yang
dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPEM FE-UI) tentang; Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, menunjukkan hasil yang menarik. Hasil studi ini menyatakan bahwa kenaikan stok
jalan sebesar 1% akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,8%.
Ada beberapa eksternalitas negatif yang bisa diidentifikasi dalam pembangunan tol trans
Jawa. Antara lain bahwa Jalan tol trans-Jawa akan mengonversi 655.400 hektar lahan pertanian.
Hal ini jelas akan mengancam ketahanan pangan nasional, mengingat peran Pulau Jawa
memasok 53 persen kebutuhan pangan nasional.Daya dukung lahan di Pulau Jawa saat ini
semakin rendah. Lahan hijau di Pulau Jawa makin kecil, sehingga tidak mengherankan kalau
lokasi banjir dan tanah longsor akan bertambah setiap tahun sehingga untuk membangun jalan
tol baru banyak hal yang harus dipertimbangkan, mulai dari masalah kerusakan lingkungan,
mengganggu swasembada pangan, dan proses pemiskinan yang massif. Karena dengan
digilasnyatanah-tanah subur untuk jalan tol jelas itu akan mengurangi jumlah produksi padi di
daerah serta akan melahirkan angka pengangguran dan kemiskinan baru.Oleh karena itu
beberapa pengamat menilai pembangunan jalan tol trans-Jawa perlu dianalisis dengan lebih
cermat untuk menghindari dampak negatif terhadap sektor pertanian.

2. Dampak terhadap Lingkungan Sekitar


Dengan adanya jalan tol maka lokasi-lokasi dekat pintu keluar-masuk jalan tol akan
berkembang cepat sebagai kawasan bisnis, baik industri, perdagangan, jasa keuangan dan
perbankan dan sebagainya. Banyak bukti yang menunjukkan jalan tol turut memajukan ekonomi
daerah dan mempersibuk kegiatan bisnis, terbukanya lapangan kerja dan meningkatkan aktivitas
ekonomi rakyat bahkan transaksi sosial. Seperti yang terjadi di Bandung pasca beroperasinya
jalan tol Cipularang. Sebelum jalan tol ini beroperasi, di mana perjalanan tercepat dari Jakarta ke
Bandung memerlukan waktu 3 jam, Bandung belumlah semetropolis sekarang. Tetapi sekarang
kota ini menjadi lebih sibuk, lebih banyak gedung menjulang, dan dikerumuni sentra-sentra
bisnis seperti halnya Jakarta. Situasi yang sama juga terlihat di Madura, setelah jembatan tol
Suramadu beroperasi.
3. Dampak terhadap Pertumbuhan Kawasan Perumahan
Akhir-akhir ini, rencana pemerintah yang membangun sejumlah ruas jalan tol telah
memicu pertumbuhan kawasan, khususnya pembangunan perumahan baru. Dari sekitar 500
kawasan hunian di kawasan Jabodetabek, 10% di antaranya dibangun dekat atau terintegrasi
dengan akses jalan tol. Ini membuktikan bahwa akses tol mampu mendongkrak nilai jual bagi
sebuah proyek properti.
Meskipun tidak semua pengembang sukses membangun kompleks perumahan di pinggir
jalan tol. Konsumen juga tetap membutuhkan keberadaan jalan arteri di sekitar perumahannya
dan ketersediaan angkutan umum untuk anggota keluarga lainnya.
Sebab, tidak semua anggota keluarga mempunyai kendaraan pribadi. Artinya pembukaan
akses jalan tol langsung ke kawasan perumahan tanpa dibarengi dengan akses ke jalan arteri dan
ketersediaan angkutan umum juga akan percuma.
Dampak sosialnya lainnya adalah dengan dibuatkannya jalan arteri bagi penduduk di tepi
jalan tol, harga tanah pun menjadi tinggi, dan masyarakat mempunyai lebih banyak peluang
ekonomi dan usaha di lingkungannya.
Sementara dampak kerugiannya adalah warga masyarakat di sepanjang jalan tol terancam
kehidupanya karena tidak bisa berharap banyak dari penjualan barang dan jasa.Sebagai contoh
Dampak pembangunan toll Pejagan, Margasari, Ajibarang ternyata menimbulkan banyak
permasalahan bagi rakyat kecil, terutama perekonomian daerah yang terkena tol tersebut, seperti
pengelola pom bensin, pengelola warung dan rumah makan dan para pedagang-pedagang kecil
yang ada di daerah yang terkena pembangunan jalan tol tersebut
4. Berkurangnya Daerah Resapan Air
Dampak negatif terhadap kondisi fisik lainnya adalah dengan berkurangnya daerah
resapan air. Daerah Kramas misalnya, daerah ini sebenarnya semacam lembah yang dikelilingi
jalan melingkar dari Perumnas Banyumanik ke Tembalang. Daerah tersebut merupakan resapan
air yang berupa sawah tadah hujan. Setelah wilayah tersebut diurug dan menjadi jalan tol, tentu
dampak yang terjadi akan ditanggung masyarakat sekitar dan warga Semarang bawah, yakni
akan menerima aliran air hujan pada waktumusim penghujan tiap tahunnya, bila tidak ada
langkah-langkah pengendalian air tersebut.
5. Dampak di Bidang Transportasi dan Aksesibilitas
Meskipun secara makro banyak ditemukan dampak positif dari keberadaan jalan tol,
namun tidak sedikit pihak-pihak yang merasa dirugikan, khususnya masyarakat yang berbatasan
langsung dengan jalan bebas hambatan ini tetapi justru tidak bisa melakukan akses langsung ke
jalan tersebut. Oleh karena itu sebagian masyarakat yang tinggal dilingkungan sekitar jalan tol
pada umumnya minta dibuatkan jembatan penyeberangan orang (JPO), karena pembangunan
jalan tol itu membuat warga kesulitan untuk melakukan perjalanan atau akses ke tempat lain.

Terlepas dari kontroversi dan perdebatan akan dampak positif dan negatif tersebut, sarana yang
menghubungkan seluruh wilayah pulau Jawa memang sangat dibutuhkan, karena pertumbuhan ekonomi
dan sosial di pulau Jawa membutuhkan sarana transportasi yang cepat dan efisien. Dan kalau jalan tol
menjadi pilihan maka masyarakat perlu segera mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai dampak
dari pembangunan jalan tol tersebut. Pembangunan jalan tol seharusnya tidak menggunakan lahan
pertanian begitu banyak karena sektor pertanian merupakan penopang ekonomi negara. Sehingga
diharapkan pembangunan jalan tol itu tidak banyak melintasi lahan-lahan subur yang menjadi lumbung
pangan. Akan lebih baik bila jalan tersebut melintas di lahan-lahan kering yang selama ini tidak produktif.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemetaan cermat untuk bisa menentukan alur jalan paling
memungkinkan. Selain itu, kita berharap jalan itu juga tidak akan memotong jalur irigasi vital yang akan
mengganggu sistem irigasi pertanian.

Pembangunan jalan tol juga diharapkan bisa disinergikan dengan seluruh sistem agribisnis di
sepanjang jalan tersebut. Dengan demikian kita berharap pembangunan jalan tol justru akan mengangkat
potensi sektor pertanian di pedesaan sepanjang jalan baru tersebut. Di samping pembangunan jalan tol
tidak menggunakan lahan pertanian begitu banyak karena sektor pertanian merupakan penopang ekonomi
kita, pemerintah juga diharapkan kembali menengok pemakaian kereta api sebagai alat transportasi masal
yang tepat guna. Bagi pengembang atau investor yang membangun jalan tol juga diharapkan agar
memperhatikan nasib para pemilik warung makan atau pengusaha lainnya yang membuka usaha di
sepanjang jalur yang terkena dampak keberadaan jalan itu dengan dibangun rest area di sekitar titik lelah.

Pengusaha warung makan yang terkena imbas pembangunan jalan tol agar diberi prioritas untuk
menempati rest area tersebut tanpa kompensasi yang memberatkan. Hal ini semata-mata untuk membantu
mereka yang usahanya kolaps akibat dampak pembangunan jalan tol. Akhirnya, jika dikelola dengan baik
dan tidak hanya untuk kepentingan investor dan kelompok tertentu saja, diharapkan Industri jalan tol juga
bisa menjadi salah satu alternatif perluasan lapangan kerja di Indonesia.

Pada masa pemerintahan periode sekarang yakni di bawah kekuasaan Jokowi, terlihat perubahan
yang signifikan pada segi fisik pembangunan. Pada masanya sudah ada beberapa pembangunan jalan tol
yang diresmikan. Jika menganalisis kinerja rezim sekarang ia berfokus pada pembangunan fisik seperti
jalan tol. Pembangunan jalan tol yang tidak terselesaikan atau mangkrak pada rezim sebelumnya akhirnya
selesai pada periodenya. Konsekuensi logis dari kebijakan tersebut adalah utang negara semakin besar.
Utang yang besar tersebut menjadi keharusan adalah selain membiayai pembebasan lahan jalan tol,
anggaran untuk pekerja dan pihak-pihak yang ikut dalam menyukseskan pembangunan jalan tol.

Perdebatan panjang yang tidak usai mewarnai ruang pembicaraan publik terkait kebijakan jokowi
yang mengakibatkan utang negara meningkat. Ada pihak yang pro dan kontra terhadap kebijakan-
kebijakan pemerintahan Jokowi. Intensitas kepekaan masyarakat dalam merespon segala kebijakan
pemerintahan Jokowi berujung pada aspirasi baik yang sifatnya masif seperti demonstrasi maupun
aspirasi melalui diskusi-diskusi. Namun jika melihat dari segi positifnya, rezim ini memperoleh prestasi
yang gemilang dalam program pembangunan fisik.

Pembangunan aspek fisik pada masa pemerintahan saat ini dinilai progres dan tentu sangat
berefek pada kondisi sosial masyarakat sekitar yang merasakan dan menikmati pembangunan tersebut. Di
salah satu provinisi Sumatera sudah diresmikan jalan tol begitu halnya dengan Papua. Pembangunan jalan
tol ini tentu sangat membantu masyarakat telah memiliki akses jalan yang baik. Sisi positifnya adalah,
dari pembangunan jalan tol ini masyarakat sudah bisa dengan puas menikmati perjalanan yang nyaman.
Sementara sisi negatifnya adalah memungkinkan sumber daya alam berkurang karena sebagian besar
lahan masyarakat di alihfungsikan untuk pembangunan jalan tol.

Dinamika seperti di atas adalah konsekuensi logis dari suatu kebijakan. Apapun kebijakan yang
di gagas oleh pemerintah pasti akan memberikan dampak baik positif maupun negatif. Maka dari itu,
sikap yang baik sebagai pembuat kebijakan harus berpondasi pada falsafah pancasila dan UU. Segala
apapun bentuk kebijakan yang dikeluarkan harus memberikan kemanfaatan bagi masyarakat umum,
sesuai dengan isi UUD 1946 yakni mensejahterakan rakyat. Usaha untuk kesejahteraan umum tersebutlah
makanya kemudian lahir sebuah konsep yang jelas dan terukur melalui program-program seperti
pembangunan fisik di atas. Jika hal ini di pikir secara mendalam oleh pemerintah, maka cita-cita
kesejahteraan umum tersebut bukan lagi sebuah konsep akan tetapi penjewantahan dari konsep tersebut
benar-benar dirasakan oleh masyarakat pada umumnya.

Jalan tol atau yang bisa disebut juga dengan jalan bebas hambatan merupakan salah satu cara
pemerintah untuk dapat mewujudkan pembangunan secara merata dan sebagai salah satu cara agar
mempercepat pelayanan pengiriman jasa distribusi dan para pengguna jalan tol pun harus membayar
sejumlah uang agar bisa menggunakan jalan tersebut. Adapun pengertian jalan tol berdasarkan pada PP
No.15 Tahun 2005 tentang jalan, “jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol”. Pengertian Tol
menurut Peraturan Pemerintah tersebut adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan
jalan tol. Definisi operasional dalam sebuah implikasi sosial., yaitu :
1. Implikasi Sosial
Kata implikasi memiliki persamaan kata yang cukup beragam, diantaranya adalah keterkaitan,
keterlibatan, efek, sangkutan, asosiasi, akibat, konotasi, maksud, siratan, dan sugesti. Secara umum
arti kata implikasi adalah mempunyai hubungan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal. Jika
dihubungkan dengan aspek sosial, maka implikasi sosial adalah hubungan keterlibatan atau efek yang
ditimbulkan oleh suatu hal dalam ruang lingkup sosial masyarakat.

2. Pembangunan
Dalam sudut pandang sosiologi, menurut Soerjono Soekanto mendefinisikan pembangunan
merupakan suatu proses perubahan disegala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja
berdasarkan suatu rencana tertentu”. Menurut Soerjono Soekanto “proses pembangunan terutama
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual, maupun material”.
3. Jalan Tol
Adapun pengertian jalan tol berdasarkan pada PP No.15 Tahun 2005 tentang jalan, “jalan tol
adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang
penggunaannya diwajibkan membayar tol”. Pengertian Tol menurut Peraturan Pemerintah tersebut
adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.
4. Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang
berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan
berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah
adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui
wargawarganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama.

Teori pembangunan merupakan salah satu teori besar yang juga dikenal dengan istilah ideologi
developmentalisme. Sesuai namanya, teori ini berporos pada aspek pembangunan, lebih khususnya
pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Gagasan inti teori pembangunan adalah asumsi
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan motor penggerak terciptanya kesejahteraan sosial dan progres
politik.

Kesejahteraan sosial dicapai dibawah naungan sistem kapitalisme. Sedangkan progres politik dicapai
dengan diterapkannya sistem demokrasi. Pembangunan melalui kapitalisme akan membawa masyarakat
dari tradisional, terbelakang, dan tribal menuju masyarakat yang modern, maju, dan progress. Apabila
masyarakat mengalami transformasi menjadi masyarakat yang modern, aspek politik akan bergerak ke
arah demokrasi. Dua konsep ini: kapitalisme dan demokrasi adalah poros utama teori pembangunan.

Fondasi filosofis teori pembangunan terletak pada ide akan kemajuan (the idea of progress). Konsep
tentang progress sudah ada sejak para filsuf zaman Yunani kuno membicarakan tentang politik dan
masyarakat. J. B. Bury (1920) dan Robert Nisbet (1980) menelusuri ide tentang progres sejak era Yunani
kuno sampai dengan hari ini.

Pertanyaan yang diajukan adalah, jika pembangunan berarti kemajuan, bagaimana kemajuan itu
diukur? Bentuk masyarakat seperti apa yang dituju oleh teori pembangunan? Meskipun masyarakat
senantiasa berubah dan dinamis, perubahan yang terjadi tidak selalu mengarah pada kemajuan. Bury
berpendapat bahwa masyarakat yang meninggalkan situasi barbar, artinya sedang menuju ke arah
kemajuan. Kata ’barbar’ di sini sangat problematis karena Bury sebenarnya melihat masyarakat zaman
dahulu dengan konteks sekarang. Nisbet berpendapat bahwa ide tentang kemajuan adalah proses linier
dari kondisi primitif menuju pada tahap yang lebih baru. Proses ini terus berlangsung linier ke masa
depan.

Meskipun fondasi filosofisnya sudah ada sejak lama, pembangunan sebagai sebuah konsep dalam
teori politik baru muncul pada 1950an. Pada mulanya, konsep pembangunan diterapkan pada institusi
formal level negara. Penerapannya melalui proses legal ditopang oleh konstitusi dan hukum. Tujuannya
menciptakan negara yang stabil dengan sokongan konstitusi yang jelas tentang pertumbuhan ekonomi.

Negara-negara di Eropa Barat, Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah negara-negara awal yang
mengutamakan stabilitas politik agar proses pembangunan dapat terlaksana. Pada praktiknya, sistem
politik yang dikembangkan oleh negara-negara tersebut pasca perang dunia kedua tidak seragam.
Keberagaman ini disambut munculnya beberapa studi komparatif tentang teori pembangunan. Tetapi
umumnya studi-studi tersebut dilakukan di negara-negara yang secara ekonomi relatif lebih mapan.

Pada perkembangannya, teori pembangunan menjadi instrumen negaranegara yang lebih dulu maju
untuk menjalin kerjasama politik dan ekonomi dengan negara-negara berkembang. Negara-negara yang
lebih dulu maju umumnya adalah negara kolonial pada masa perang dunia. Paradigma pembangunan
yang dikenalkan oleh negara maju diharapkan mampu mengangkat kondisi perekonomian negara-negara
berkembang. Pada akhirnya, negara berkembang mengikuti jejak negara maju yang kapitalis dan
demokratis.

Harapan lain dari negara maju adalah negara berkembang nantinya dapat menjadi aliansinya pada
konteks hubungan internasional pasca perang. Tujuan ini tentu menuai perdebatan, terutama dari
pandangan kritis yang menganggap bahwa bantuan ekonomi untuk pembangunan negara-negara
berkembang akan menciptakan ketergantungan. Sehingga teori pembangunan yang diterapkan sebenarnya
hanyalah kedok dari bentuk kolonialisme dan imperialisme baru.

Seymour Martin Lipset, dalam bukunya ”Political Man: The Social Bases of Politics” (1960), Lipset
berpendapat bahwa beberapa faktor sosial dan organisasional diperlukan untuk mencapai negara yang
demokratis. Beberapa faktor tersebut antara lain: industrialisasi, urbanisasi, pendidikan tinggi, dan angka
kekayaan yang tinggi. Untuk mencapai tahap kedewasaan demokrasi, Lipset menambahkan pertumbuhan
ekonomi dan legitimasi sebagai dua faktor utamanya. Lagi-lagi, kita melihat bahwa pertumbuhan
ekonomi sebagai prasyaraat untuk mencapai pembangunan sosial dan politik.

Lipset secara lebih detail menguraikan bagaimana pembangunan ekonomi dapat mengubah struktur
sosial. Di negara berkembang, struktur sosial terlihat seperti piramid dimana segelintir elit mengontrol
mayoritas masyarakat yang miskin. Lipset berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan menaikkan
beberapa dari mayoritas kelas bawah ke tengah dan mengurangi jumlah segelintir elit ke tengah, sehingga
bentuk piramid akan berubah seperti diamon, dimana masyarakat kelas menengah menjadi mayoritas.

Negara yang kondisi masyarakatnya mayoritas adalah kelas menengah, kecil kemungkinan menjadi
radikal dan revolusioner. Kecil kemungkinan pula masyarakat akan berpihak pada komunisme.
Singkatnya, pembangunan ekonomi akan mengurangi potensi konflik sosial dan memfasilitasi transisi
menuju sistem politik demokrasi.

Fungsionalisme melihat individu sebagai bagian dari masyarakat yang berada dalam sistem sosial
yang besar. Sistem sosial ini bekerja untuk menciptakan stabilitas tatanan sosial. Masyarakat, dengan
demikian adalah kumpulan dari individu-individu yang bekerja dalam sebuah sistem untuk menjaga
stabilitas sosial. Durkheim sendiri melihat masyarakat sebagaimana organisme. Organisme tersusun atas
beberapa komponen yang memainkan peranannya masing-masing. Apabila masing-masing komponen
bergerak sendiri, organisme akan mengalami disfungsi atau gagal berfungsi. Teori struktural fungsional
melihat institusi atau lembaga sosial sebagai komponen dari sistem sosial. Masing-masing lembaga
didesain untuk menjalankan fungsinya.

Dalam kacamata fungsionalisme, institusi sosial akan eksis apabila berhasil menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya. Bila tidak, institusi sosial akan lenyap dengan sendirinya. Dalam sosiologi,
beberapa institusi sosial yang dimaksud antara lain: keluarga, pemerintah, ekonomi, media, agama, dan
sebagainya. Jika institusi sosial tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka sistem sosial akan collapse
dan perlu waktu lama untuk pulih seperti semula. Kondisi pasca perang merupakan contoh dimana sistem
sosial rusak dan gagal berfungsi akibat perang. Pasca perang, ekonomi tidak berjalan, pemerintah
mengalami kekosongan kekuasaan, dan aspek lain kehidupan sosial bubar. Teori struktural fungsional
melihat ini sebagai destabilitas dan rusaknya sistem sosial.

PENUTUP

Didapat bahwa setelah pembangunan jalan tol Malang-Pandaan, membawa perubahan terhadap
masyarakat Kelurahan Madyopuro, dimana setelah jalan ini besar dan adanya spekulasi-spekulasi
masyarakat terhadap jalan tol Pandaan-Malang, membuat tempat tersebut ramai menjadi titik transaksi
ekonomi yang secara tidak langsung membuat perubahan mata pencaharian masyarakat seperti: pekerja
non produktif menjadi produktif, perubahan satu mata pencaharian menjadi beberapa pencaharian
(terbukanya pilihan beberapa pekerjaan), dan juga adanya tambahan peluang kerja baru.

Bertambahnya maupun berubahnya matapencaharian berdampak terhadap jumlah pendapatan


yang diterima masyarakat, dimana setelah adanya pembangunan jalan tol Pandaan-Malang pendapatan
yang diperoleh oleh sebagian besar masyarakat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Razif, Mohammad. 2019. ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN JALAN TOL SEBAGAI
BAGIAN DARI MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR & FASILITAS. JURUSAN TEKNIK
LINGKUNGAN, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya. 3 (1).

Sumaryoto. 2010. DAMPAK KEBERADAAN JALAN TOL TERHADAP KONDISI FISIK, SOSIAL,
DAN EKONOMI LINGKUNGANNYA. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. 1 (2).

Hadiyanti, Anggia. DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA-MOJOKERTO


TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEBEKAN
KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai