Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

PENGARUH AKTIVITAS SAMPING TERHADAP


TINGKAT PELAYANAN JALAN KEMAKMURAN
KABUPATEN PANGKEP

INFLUENCE 0F ACTIVITY FROM OTHER SIDE


TO LEVEL SERVICE OF ROAD KEMAKMURAN
OF SUB-PROVINCE PANGKEP

Mahmud
Teknik Transportasi Pascasarjana
Universitas Muslim Indonesia
mahmudpabo@ymail.co m
Pembimbing :
1. Ir. H. Lambang Bansri Said, MT,Ph.D
2. Ir. Dr. Hj. St. Maryam Hafram, MT
Abstrak
Hambatan samping merupakan salah satu penyebab terjadinya kemacetan lalulintas yang dapat
mempengaruhi tingkat kinerja pelayanan suatu jalan. Hambatan samping dinyatakan sebagai interaksi
antara arus lalulintas dengan aktivitas dipinggir jalan yang berkaitan dengan tata guna lahan disepanjang
jalan Kemakmuran Kota Pangkep yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besar kecilnya
kapasitas efektif jalan, begitu juga sebaliknya. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Untuk
mengkaji penggunaan lahan dan jaringan jalan terhadap karakteristik ruas jalan Kemakmuran. 2). Untuk
menganalisis faktor-faktor hambatan samping terhadap tingkat pelayanan ruas jalan Kemakmuran Kota
Pangkep. Perkembangan tata guna lahan kota Pangkep berawal dari perkembangan inti sebagai pusat
aktivitas kota, berkembang ke arah fungsi-fungsi pendukung lainnya dan menyebar mengisi lahan-lahan
yang belum intensif penggunaannya. Tata guna lahan pada ruas jalan ini bervariasi penggunaannya
seperti perumahan, SPBU, kegiatan perdagangan dan perkembangan kegitan sektor informal (warung
makan). Jaringan jalan terhadap moda angkutan yang berada atau lewat di Jalan Kemakmuran sangat
beragam, seperti becak, motor, truk, mobil angkutan umum dan kendaraan pribadi. Akibatnya terjadi
percampuran yang menyebabkan adanya perlambatan, khususnya pada moda becak. Bahwa hambatan
samping memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kinerja jalan di wilayah studi Jalan
Kemakmuran dengan rata-rata sebesar 17,28%. Dengan demikian, hambatan samping di jalan
Kemakmuran memberikan kontribusi bagi menurunnya tingkat pelayanan Jalan Kemakmuran sebagai
akibat aktivitas guna lahan di sekitarnya. Jalan Kemakmuran difungsikan sebagai Jalan Arteri Primer, hal
tersebut sudah tidak sesuai dengan peruntukannya sehingga pada saat ini Jalan Kemakmuran sudah tidak
dapat disebut sebagai Jalan Arteri Primer.

Kata Kunci : Tingkat pelayanan jalan, Hambatan samping

Abstract
Resistance from other side to represent one of cause the happening stuck of traffic able to influence
service performance level on road. Resistance from other side to be expressed as interaction between
current of traffic with roadside activity related arranging to utilize land alongside kemakmuran of pangkep
having influence which is significant to big the so small effective capacities of road, so also on the contrary.
smaller of road capacities will cause performance / mount service of road become progressively lower.
Target of this research shall be as follows: 1). To study usage of network and area walke to kemakmuran
streets characteristic. 2). For analysing resistance factors from other side to level service of joint streets
kemakmuran of Pangkep. Growth arrange to utilize town farm of Pangkep early from growth of core as
town activity center, expanding up at other supporter functions and disseminate to fill area which not yet
intensive its use., commercial activity and growth activity of informal sector (booth Arrange to utilize area
this joint streets vary its use like housing, SPBU eat). Network walke to moda transportation of residing in
or pass on Road kemakmuran very immeasurable, like pedicab, motor, truck, publik transport car and
vehicle of person. As a result happened mixing causing the existence of deceleration, specially at pedicab
moda. That resistance from other side to give big enough contribution to performance walke study region
Kemakmuran street with mean equal to 17,28%. Thereby, resistance from other side in Kemakmuran
street give contribution to decrease level it service of Kemakmuran Street as effect of activity utilize farm
around him. Kemakmuran street functioned as Road Artery Primary, the mentioned have disagree with
allotment of so that at the moment Kemakmuran street have cannot be conceived of Road Artery Primary.

Keyword : Mount service of road, Resistance from other side.

1
PENDAHULUAN

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak dibagian barat dari Kota


Makassar Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pusat pelayanan wilayah bagi
Kabupaten Pangkajene dan Kepualauan, selain itu karena letaknya yang sangat
strategis Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki luas wilayah 12.362,29
km2. Luas wilayah tersebut meliputi : Daratan seluas 898,29 km2 dan laut 4 mil

seluas 11.464 km2, jumlah penduduk 326.357 jiwa (BPS, 2012)7.


Kecendurungan volume lalu lintas yang tinggi di jalan Kemakmuran terjadi pada
pagi hari, siang hari dan sore hari. Pada jam ini aktivitas di jalan Kemakmuran
mengalami puncaknya, Aktivitas yang menonjol adalah pergerakan orang pada
saat masuk dan pulang kerja. Selain itu pada pagi hari aktivitas Bank BRI,
Pertokoan, Warung Makan (PKL) dan lain-lain. Kawasan ini merupakan salah
satu kawasan yang berpotensi tinggi menimbulkan bangkitan pergerakan. Jam-
jam puncak aktivitas ditunjukkan pada pagi hari antara pukul 06.00 – 07.00 wita,
siang hari antara pukul 12.00 – 14.00 wita dan sore hari pukul 17.00 – 20.00 wita.
Volume lalu lintas yang cukup tinggi pada jam-jam puncak berpotensi
menimbulkan permasalahan seperti kemacetan, apalagi dikaitkan dengan
indikasi kapasitas ruas jalan Kemakmuran yang tidak sebanding dengan
fungsinya sebagai jalan arteri primer. Jika dikaitkan dengan penggunaan lahan
disisi jalan Kemakmuran, maka dapat diperoleh hubungan antara penggunaan
lahan dengan permasalahan kemacetan yang terjadi. Benang merah yang
menghubungkan keduanya adalah teridentivikasinya hambatan samping jalan
yang dipengaruhi oleh guna lahan dan aktivitas–aktivitas disisi jalan
Kemakmuran akan mempengaruhi kapasitas jalan Kemakmuran dan tingkat
pelayanan jalan.
Fenomena hambatan samping pada jalan Kemakmuran perlu untuk
diidentifikasi guna memperoleh gambaran aktual mengenai pengaruhnya bagi
kemacetan, atau menurunnya kinerja jalan. Indikasi yang muncul adalah
hambatan samping cukup berperan dalam mengakibatkan kemacetan diruas
jalan Kemakmuran. Bahkan hambatan samping yang terjadi pada jalan
kemakmuran menjadi faktor penting penyebab kemacetan arus lalu lintas
Tujuan dari penelitian ini adalah; 1). Untuk mengkaji penggunaan lahan
dan jaringan jalan terhadap karakteristik ruas jalan Kemakmuran. 2). Untuk
menganalisis faktor-faktor hambatan samping terhadap tingkat pelayanan ruas
jalan Kemakmuran Kota Pangkep.

2
PUSTAKA DAN METODE

Kajian Mengenai Perkembangan Kota

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prinsipnya menggambarkan


proses perkembangan suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian
secara kuantitas, dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang
dipergunakan oelh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti
ada peningkatan permintaan yang meningkat. Indikasi ini dapat dilihat pada
struktur kegiatan perekonomian dari primer, sekunder atau tersier. Secara umum
kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan
aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan
sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan (Hendarto,
1997:34).Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan
kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan kota pada dasarnya
adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996:65).

Kajian Mengenai Sistim Transpotasi

Kebutuhan traspotasi sabagai hasil interaksi antara aktivitas sosial dan


ekonomi yang tersebar didalam ruang atau tata guna lahan. Penyebaran
aktivitas dan pola interaksi yang demikian komplek menimbulkan permasalahan
yang sangat beragam dan banyak faktor penentu yang harus dipertimbangkan
(Button, 1993:123). Transportasi untuk orang atau barang umumnya tidak
dilakukan hanya untuk keinginan itu saja, tetapi untuk mencapai tujuan lainnya.
Dengan demikian kebutuhan transpotasi dapat disebut sebagai kebutuhan ikutan
(derived demand) yang berasal dari kebutuhan untuk semua komoditi atau
pelayanan (Morlok Edword K, 1985:87).

Sistem Jaringan Jalan

Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan [26],
fungsi jalan dibedakan sebagai berikut: 1). Jalan arteri primer menghubungkan
Kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. b). Jalan arteri sekunder yaitu jalan
yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau

3
menghubungkan kawasan sekunder kesatu lainnya, menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. c). Jalan kolektor primer,
yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua
lainnya, atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. d). Jalan Kolektor
sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan dengan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua lainnya, atau antara pusat jenjang kedua dengan ketiga. e).
Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota pada
semua jenjang. f). Lokal sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan pemukiman
dengan semua kawasan sekunder. Jalan kolektor primer dalam kota dirancang
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam, lebar badan jalan
tidak kurang dari 7 meter, Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi
secara efesien. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,
marka jalan serta dianjurkan tersedia jalur khusus untuk sepeda dan kendaraan

lambat lainnya[23]. Satuan mobil penumpang menurut Pelly (dalam


Ahmadi,2002) adalah bilangan kesetaraan yang merefleksikan pengaruh satu
jenis kendaraan dibandingkan dengan pengaruh sebuah mobil penumpang. Ini
berarti mobil penumpang mempunyai smp = 1, kendaraan yang lebih
besar mempunyai nilai smp > 1, dan kendaraan yang lebih kecil akan mempunyai
smp < 1.

Tingkat Pelayanan

Level of servies merupakann suatu ukuran kualitatif yang


menggambarkan kondisi operasi lalu lintas pada suatu potongan jalan. Dengan
kata lain tingkat pelayanan jalan adalah ukuran yang menyatakan kualitas
pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu (Martin,
1961:135). Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada
suatu jalur gerak per satuan waktu, biasanya digunakan kendaraan per satuan

waktu[17]. Dalam menghitung volume jam dipilih pada waktu tertentu untuk
menggambarkan kondisi lalu lintas maksimal yang melewati jalan yang
dimaksud. Tingkat pelayanan suatu jalan telah pula didefinisikan menjadi dua
kondisi ; pertama, tingkat pelayanan tergantung pada rasio antara volume
dengan kapasitas, kedua yaitu tingkat palayanan tergantung fasilitas dimana hal

ini sangat tergantung dari jenis fasilitas pada ruas jalanan [22].

4
Volume Lalu lintas

Volume lalu lintas Merupakan salah satu variabel yang menentukan


tingkat pelayanan jalan. Yaitu jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi
tertentu. Terdiri dari berbagai jenis kendaraan seperti kendaraan penumpang,
truk, bus dan sepeda motor. Ukuran volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan
Mobil Penumpang (SMP). Data berbagai jenis kendaraan dikonversikan ke
satuan tersebut dengan mengalikan faktor tertentu atau Ekivalen Mobil
Penumpang (EMP). Untuk kendaraan penumpang dan mobil ringan yang
casisnya mirip EMP =1,0 (MKJI 1997). Setiap jenis kendaraan mempunyai
karakteristik pergerakan yang berbeda karena dimensi, kecepatan maupun
kemampuan manuver masing-masing tipe kendaraan berbeda serta berpengaruh
terhadap geometrik jalan. Oleh karena itu digunakan suatu satuan yang
biasa dipakai dalam prencanaan lalu lintas yang disebut satuan mobil

penumpang (SMP) [1].

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari, dan


menganalisis fakta-fakta dengan memeriksa, mengusut, menelaah, dan
mempelajari secara cermat sehingga diperoleh suatu pencapaian kebenaran,
memperoleh jawaban tentang pengembangan ilmu yang berkaitan pengaruh
aktivitas samping terhadap tingkat pelayanan jalan Kemakmuran Kabupaten
Pangkep.
Penelitian ini sifatnya deskriptif dengan analisis kuantitatif yang
merupakan jenis studi kasus dengan survei dan pengamatan langsung di
lapangan (observasi) untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan dalam hal ini
meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena
hambatan samping yang kompleks sepanjang ruas jalan Kemakmuran
Kabupaten Pangkep.

Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan


sebagai berikut: 1). Ruas jalan tersebut merupakan jalan nasional yang berfungsi
5
sebagai jalan Arteri, menghubungkan Kabupaten Pangkep dengan kabupaten
lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan. 2). Adanya pencampuran arus lalu lintas
menerus dan arus lokal, merupakan jalan yang mempunyai volume lalu lintas
yang cukup tinggi yang seharusnya memiliki tingkat pelayanan yang memadai.
3). Tata guna lahan pada ruas jalan ini bervariasi penggunaannya seperti
perumahan, SPBU, kegiatan perdagangan dan Perkembangan kegitan sektor
informal (warung makan).
Pada penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) segmen yaitu ruas I merupakan
jalan yang dipengaruhi oleh aktivitas samping seperti kegiatan perdagangan
skala kecil, kegiatan sektor informal (warung makan, PKL, ruko, dan
perkantoran). Sedangkan ruas II dianggap tidak dipengaruhi oleh kegiatan pada
ruas I.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Pangkep selama  2 (dua) bulan.


Lokasi penelitian dibagi menjadi 2 ruas selama 14 jam mulai pukul 06.00 wita –
20.00 wita, dipilih dengan sengaja Jalan Kemakmuran yang berfungsi sebagai
jalan arteri.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa alat bantu dalam


pengambilan data di lapangan. Alat survei yang dipergunakan dalam
pengambilan data di lapangan antara lain jam tangan digital dan analog, formulir
survei, alat tulis, alat ukur panjang (meter gulung), stop watch, dan sepeda
motor.
Untuk sampel yang diambil dari populasi pada penelitian ini yaitu: 1).
Ruas Jalan Kemakmuran Kabupaten Pangkep yang dibagi 2 (dua) ruas). 2).
Sampel pada arus lalu lintas diambil seluruh arus lalu Iintas yang melewati ruas
Jalan Kemakmuran selama 14 jam yaitu mulai dari pukul 06.00 - 20.00 wita. 3).
Sampel pejalan kaki yang diambil adalah seluruh pejalan kaki yang melewati
kedua sisi ruas jalan yang diamati. Pengamatan untuk pejalan kaki ditempatkan
pada suatu titik yang dianggap paling padat dengan jarak pengamatan 200
meter. 4). Kendaraan yang parkir, pengamatan untuk kendaraan parkir

6
ditempatkan pada suatu titik yang dianggap paling padat dengan jarak
pengamatan 200 meter.
TEKNIK ANALISI DATA

Menghitung derajat kejenuhan, Langkah pertama menjelaskan secara


umum gambaran data pada ruas jalan seperti jumlah penduduk, guna lahan,
panjang jalan, tipe jalan dan data geometrik jalan. a). Langkah kedua adalah
menetapkan kondisi lalu Iintas berdasarkan hasil survei perhitungan lalu Iintas.
Arus lalu lintas (Q) dihitung langsung dengan survei perhitungan volume lalu
Iintas (kendaraan per jam) untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda
motor. Semua nilai arus lalu Iintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan
mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang
(emp). Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan
tergantung pada tipe jalan dan arus lalu Iintas total yang dinyatakan dalam
kendaraan/jam. b). Langkah ketiga menetapkan kelas hambatan samping
berdasarkan pengamatan tentang kondisi hambatan yang ada di sepanjang ruas
jalan. c). Langkah Keempat adalah analisis kecepatan arus bebas. d). Langkah
Kelima adalah analisis kapasitas. e). Langkah Keenam adalah menentukan
derajat kejenuhan yang didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas yang
merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat pelayanan suatu ruas jalan.
Untuk menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
pelayanan jalan digunakan analisis program microsoft excel yang mengahasilkan
matriks korelasi, hubungan antar variabel, koefesien korelasi dan persamaan
regresi.

PEMBAHASAN

Jalan Kemakmuran merupakan salah satu ruas jalan di kota Pangkep


yang menurut RDTRK kota Pangkep sebagai jalan arteri primer dengan skala
pelayanan lokal dan regional. Jalan ini menjadi penting melihat aktivitas dari luar
maupun dari dalam kota. Aktivitas dari luar dipengaruhi oleh fungsinya sebagai
jalan arteri yang menghubungkan bagian selatan dan utara kota Pangkep.
Aktivitas dari dalam dipengaruhi oleh fungsi-fungsi perkantoran perdagangan dan
jasa, permukiman, pasar, dan terminal.
Jalan Kemakmuran juga merupakan salah satu jalan penghubung menuju
pusat kota Pangkep dan merupakan jalur utama beberapa angkutan kota yang

7
akan menuju terminal kota Pangkep (RTRW 2010-2015). Disamping itu, Jalan
Kemakmuran merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan kota
Pangkep dengan kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kemacetan menjadi salah satu
permasalahan utama jalur tersebut. Hal ini tidak terlepas dari kondisi pelayanan
yang buruk yang dipicu oleh hambatan samping akibat aktivitas sepanjang sisi
jalan, tingginya volume kendaraan, menyempitnya badan jalan akibat aktivitas
pinggir jalan, bahkan ramainya aktivitas perempatan jalan.
Penggunaan lahan di ruas Jalan Kemakmuran didominasi aktivitas
perkantoran, perdagangan dan jasa. Disamping itu, aktivitas Rumah Makan dan
PKL yang berkembang di sepanjang ruas Jalan Kemakmuran dan di sepanjang
trotoar, aktivitas parkir, pejalan kaki yang menggunakan sebagian badan jalan
sehingga dapat menyebabkan lalu lintas terhambat. Fungsi-fungsi aktivitas di sisi
Jalan Kemakmuran yang berpotensi menimbulakn bangkitan lalu lintas yang
besar adalah perkantoran, pertokoan proyek, Rumah Makan (PKL), Kantor
Perbankan. Fungsi-fungsi tersebut merupakan karakteristik guna lahan Jalan
Kemakmuran yang tidak pernah sepi dari aktivitas.
Kondisi transportasi di Jalan Kemakmuran dipengaruhi oleh titik-titik
pelayanan transportasi dan merupakan jalan Nasional sangat potensial dalam
membangkitkan aktivitas disamping fungsi perkantoran, perdagangan dan jasa
Kondisi fisik Jalan Kemakmuran secara umum dalam kondisi baik, hanya di oprit
jembatan pangkajene terjadi penyempitan akibat terhambat dengan pembebasan
lahan belum selesai. Lebar efektif bahu jalan kurang lebih 10 meter. Sarana jalan
yang ada adalah trotoar di sisi kiri-kanan jalan tidak ada. Lahan parkir tidak
disediakan oleh tiap-tiap fungsi yang ada seperti Rumah Makan, PKL,
perkantoran proyek, tempat perbelanjaan di sisi kiri dan kanan jalan. Jalan
Kemakmuran merupakan jalan yang memiliki peran penting dalam
perkembangan kota Pangkep pada umumnya. Di sisi jalan ini terdapat fungsi
utama yaitu pusat pemerintahan kota Pangkep. Fungi-fungsi aktivitas lain yang
menyertai perannya sebagai pusat pemerintahan adalah fungsi pengembangan
transportasi dan kawasan perdagangan dan jasa.
Penggunaan lahan di sisi Jalan Kemakmuran sangat intensif untuk
perdagangan dan jasa serta kompleks perkantoran. Disamping itu lahan di sisi
jalan ini sangat intensif bagi kegiatan perumahan. Berdasarkan data tahun 2010,
perbandingan antara lahan terbangun dan tidak terbangun adalah 96%
berbanding 4%. Hal ini menimbulkan bahwa intensifikasi penggunaan lahan di
sisi Jalan Kemakmuran sangat tinggi. Sebagai kawasan yang ditetapkan sebagai

8
pusat kegiatan utama kota Pangkep, jumlah tersebut sangat wajar mengingat
nilai lahan sangat tinggi di kawasan-kawasan seperti ini.
Sisi Jalan Kemakmuran menurut tata ruang kota Pangkajene dan
Kepulauan difungsikan sebagai kawasan pusat pemerintahan. Kondisi eksisting
di lapangan menunjukkan adanya fungsi yang didominasi oleh rumah
makan,perkantoran, perdagangan barang dan jasa.
Aktivitas ekonomi masyarakat di sisi Jalan Kemakmuran sangat
dipengaruhi oleh fungsi-fungsi tersebut di atas. Aktivitas tersebut bertujuan untuk
melayani kebutuhan masyarakat kota Pangkep pada umumnya. Mata
pencaharian penduduk didomonasi oleh pedagang, penyedia layanan jasa, dan
sektor informal. Kondisi seperti ini mengakibatkan penggunaan lahan sangat
intensif bagi aktivitas perkantoran, perdagangan dan jasa, dan kegiatan informal
perkotaan, seperti kaki lima, layanan ojek, becak, dll.
Aktivitas penduduk yang beragam dengan mobilitas yang tinggi serta
kondisi perekonomian yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya aktivitas di
sektor informal yang ada di sisi Jalan Kemakmuran adalah Rumah makan,
pedagang kaki lima (PKL), dan penyedia jasa transportasi tradisional (becak dan
ojek). Bahkan di ruas Jalan Kemakmuran di depan Rumah Makan, kompleks
Pertokoan proyek, PKL, Kantor Kantor Perbankan, aktivitas di sektor informal
tersebut sangat mengganggu aktivitas pergerakan menerus. Badan jalan yang
ada di manfaatkan untuk kegiatan informal pedagang kaki lima (PKL).
Faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan kemacetan-kemacetan di
beberapa titik rawan. Titik-titik rawan kemacetan di jalan Kemakmuran tersebut
adalah : 1). Kemacetan di depan rumah makan dan pedagang kaki lima (PKL),
yang dikarenakan a). Banyak mobil angkutan umum yang berhenti untuk menaik-
turunkan penumpang. Sedangkan di sisi lain jumlah kendaraan yang melewati
jalan tersebut cukup banyak. Kemacetan terjadi khususnya pada jam-jam
puncak, yaitu pagi sekitar jam 07.00–08.00 wita pergi bekerja dan sore hari
antara pukul 16.00–20.00 wita. b). Ruas jalan Kemakmuran di depan warung
makan masih banyak kendaraan parkir sehingga menyebabkan lebar jalan yang
dilewati semakin sempit, sementara kendaraan yang melewati cukup banyak. c).
Moda angkutan yang berada atau lewat di Jalan Kemakmuran sangat beragam,
seperti becak, motor, truk, mobil angkutan umum dan kendaraan pribadi.
Akibatnya terjadi percampuran yang menyebabkan adanya perlambatan,
khususnya pada moda becak. d). Terdapat persimpangan jalan yang menuju
Pasar sentral pangkajene dari permukiman, apabila melintasi atau melewati jalan

9
Nasional. Akibatnya terjadi antrean mobil di jalan tersebut yang menyebabkan
mobil yang akan melewati jalan Kemakmuran terjadi kemacetan. 2). Kemacetan
di kompleks pertokoan ‘proyek’ yang disebabkan oleh ; a). Kurangnya lahan
parkir yang tersedia khususnya di sepanjang depan kawasan pertokoan ini.
Karena banyaknya kendaraan serta kurangnya lahan parkir, menyebabkan
beberapa mobil parkir dengan sistem bertumpukan. Kondisi parkir seperti ini
menyebabkan badan jalan efektif semakin berkurang dan terjadi perlambatan. b).
Tidak teraturnya moda angkutan umum menaikturunkan penumpang. Kondisi ini
ikut diperparah dengan keberadaan becak/bentor yang biasanya mengikuti
angkutan umum yang akan menurunkan penumpang. Di kompleks ini
becak/bentor beroprasi sepanjang hari dan malam hari. Hal ini ikut membuat
kemacetan di kompleks ini bertambah parah. c). Adanya persimpangan jalan
yang menuju Pasar dan permukiman, setiap persimpangan menyebabkan jalan
ini dipenuhi oleh antrean moda angkutan. Antrian mobil ini menutupi jalan
Kemakmuran, sehingga kendaraan yang melewati jalan Kemakmuran kesulitan
untuk meneruskan pergerakan menerus. d). Kemacetan di depan Bank BNI,
Bank.Sul-Sel, Alpha Midi dan Terminal. Kemacetan di kawasan ini terjadi hampir
setiap saat di siang hari hingga malam hari pukul 20.00. kemacetan terparah
terjadi pada pukul 06.00–09.00 dan sore antara pukul 16.00–19.00 wita. e).
Badan jalan yang semakin sempit akibat trotoar sebagian digunakan parkir becak
atau bentor sehingga menyebabkan para pejalan kaki menggunakan badan
jalan. Kondisi ini tentu saja menyebabkan mobil pribadi serta angkutan umum
yang ingin menuju terminal terhambat. f). Banyak beroperasinya becak dan
bentor. Becak dan bentok ini sering seenaknya menggunakan jalan, baik itu
searah jalan maupun berlawanan dengan arah jalan apabila beroprasi. Antrean
becak yang menunggu penumpang turut menambah kemacetan di jalan.

HASIL

Hasil analisis dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Faktor Penyebab Hambatan Diskripsi


1 2 3
1 Aktivitas guna lahan sisi Berupa pemotongan arus lalu lintas
jalan akibat kendaraan yang masuk-keluar
dari aktivitas samping jalan, berhentinya
kendaraan pada badan jalan, aktivitas

10
penyebrang menuju samping jalan, dan
melintasnya kendaraan lambat.
1 2 3
2 Penggunaan badan jalan Jalan Kemakmuran yang pada
untuk parkir kendaraan umumnya tidak memiliki tempat parkir
khusu yang memadai untuk tiap
aktivitas guna lahannya. Parkir
dilakukan secara on street.
3 Penggunaan badan jalan Berupa pemotongan arus lalu lintas
untuk aktivitas menaik- akibat kendaraan menaik-turunkan
turunkan penumpang dan penumpang angkutan umum dan
barang. barang dari kendaraan angkutan
barang. Tidak adanya fasilitas halte
angkutan dan tempat khusus untuk
bongkar-muat barang menjadikan
aktivitas tersebut berlangsung di tepi
jalan.
4 Aktivitas pejalan kaki dan Berupa aktivitas pejelan kaki yang
pedagang kaki lima sering tidak memanfaatkan trotoar
akibat trotoar banyak yang beralih
fungsi menjadi tempat kegiatan
informal seperti PKL. Kedekatan fungsi-
fungsi aktivitas yang menimbulkan
bangkitan pergerakan yang besar
menyebkan angka pejalan kaki di jalan
Kemakmuran cukup tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; ( 1 ) . Mengkaji


penggunaan lahan dan jaringan jalan terhadap karakteristik ruas jalan
Kemakmuran, ditinjau dari ; a). Perkembangan tata guna lahan kota Pangkep
berawal dari perkembangan inti sebagai pusat aktivitas kota, berkembang ke
arah fungsi-fungsi pendukung lainnya dan menyebar mengisi lahan-lahan yang
belum intensif penggunaannya. Tata guna lahan pada ruas jalan ini bervariasi
penggunaannya seperti perumahan, SPBU, kegiatan perdagangan dan
perkembangan kegitan sektor informal (warung makan). b). Jaringan jalan
11
terhadap moda angkutan yang berada atau lewat di Jalan Kemakmuran sangat
beragam, seperti becak, motor, truk, mobil angkutan umum dan kendaraan
pribadi. Akibatnya terjadi percampuran yang menyebabkan adanya perlambatan,
khususnya pada moda becak. 2). Menganalisis faktor-faktor hambatan samping
terhadap tingkat pelayanan ruas jalan Kemakmuran Kota Pangkep. Bahwa a).
hambatan samping memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kinerja
jalan di wilayah studi Jalan Kemakmuran dengan rata-rata sebesar 17,28%.
Dengan demikian, hambatan samping di jalan Kemakmuran memberikan
kontribusi bagi menurunnya tingkat pelayanan Jalan Kemakmuran sebagai akibat
aktivitas guna lahan di sekitarnya. b). Jalan Kemakmuran difungsikan sebagai
Jalan Arteri Primer, hal tersebut sudah tidak sesuai dengan peruntukannya
sehingga pada saat ini Jalan Kemakmuran sudah tidak dapat disebut sebagai
Jalan Arteri Primer.
Disarankan serta diperlukan ; 1). Adanya peraturan daerah yang
mengatur pemanfaatan lahan kota yang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lalu lintas. 2). Perlu ditinjau dan dievaluasi fungsi Jalan Kemakmuran
sebagai jalan arteri primer dalam Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Pangkep
(RTRW). 3). Diperlukan penataan program : a). Jangka pendek : management
traffic. b). Jangka menengah : pembuatan fasilitas persimpangan tidak sebidang
di lokasi-lokasi crossing antara jalan raya-jalan raya seperti halnya diruas ini
dibuat under pass raill way. c). Jangka panjang : memindahkan fungsi arteri
primer Jalan Kemakmuran ke jalan lain (misal: jalan lingkar dan atau dengan
membuat jalan layang).

12
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar I. dkk, 1999, Rekayasa Lalu Lintas, DBSLLAK Direktorat Jenderal


Perhubungan darat departemen Perhubungan, Jakarta.

Abubakar I. dkk, 1999, Pedoman Pengumpulan Data lalu Lintas Jalan,


DBSLLAK Direktorat Jenderal Perhubungan darat departemen
Perhubungan, Jakarta .

Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Departemen Pekerjaan


Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Jakarta.

Anonim, 1997, Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah Kota. Keputusan


Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Departemen
Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta.

Anonim, 2004, Tentang Jalan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38


Tahun 2004, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

Anonim, 2004, Tentang Penetapan Ruas-ruas dalam Jaringan Jalan Primer


menurut Peranannya sebagai jalan Arteri, Jalan Kolektor 1,
Jalan Kolektor 2 dan Jalan Kolektor 3 (Lampiran 26 A dan
Lampiran 26 B). Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor 3/5/KPTS/M/2004, Jakarta.

Anonim, 2014, Kabupaten Pangkep dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pangkep, Pangkep.

Arsyad, 2005, Pengaruh Lokasi Pasar Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan


Kolektor Di Kabupaten Jeneponto, Tesis Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

13
Botha NAG, 2004, Studi Tingkat Pelayanan Jalan Arteri dan Kolektor (Kasus:
Jalan M. Hatta dan A.Yani, Kota Kupang, Propinsi Nusa
Tenggara Timur), Tesis Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Hobbs, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Edisi Kedua Gajah Mada
University Press.Jogyakarta.

Lambang B. Said, 1997, Studi Distribusi Pergerakan Transportasi Kota Makassar


dan Sekitarnya, Laporan Riset, Lembaga Penelitian UMI,
Makassar.

Lambang B. Said, 2003, Penentuan Sistem Angkutan Umum Massal dalam


Mengatasi Kemacetan Lalu Lntas pada Koridor Jalan Utama
Kota Makassar, Laporan Riset, Pusat Studi Transportasi,
Lembaga Penelitian UMI, Makassar.

Lambang B. Said, 2006, Studi Sensitivitas Pengguna Moda Angkutan Umum


Massal Kota Makassar, Laporan Riset, Pusat Studi
Transportasi, Lembaga Penelitian UMI, Makassar.

Lambang B. Said, 2009, Studi Penataan Lalu Lintas Pada Beberapa Ruas dan
Simpang Jalan Kota Makassar, Laporan Riset, Pusat Studi
Transportasi, Lembaga Penelitian UMI, Makassar.

Lambang B. Said, 2009, Survey Manajemen dan Rekayasa Lalulintas pada


Persimpangan Jalan AP. Pettarani - Jalan Urip Sumoharjo,
Laporan Riset, Pusat Studi Transportasi, Lembaga Penelitian
UMI, Makassar.

Lambang B.Said, 2013, Studi Karakteristik dan Penanggulangan Kemacetan


Lalulintas Kota Makassar, Laporan Riset, Pusat Studi
Transportasi, Lembaga Penelitian UMI, Makassar.

14
Morlock, E.K., 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga,
Jakarta.

Oglesby,Clarkson HR, Garrry Hicks. 1993. Teknik Jalan Raya, Jilid I Edisi
keempat. Jakarta, Erlangga.

Rosytawati, N.N. 2004. Analisis Karakteristik dan Konflik Pejalan Kaki dan Arus
Lalu Lintas (Studi Kasus di Ruas Jalan Sulawesi, Denpasar).
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.

Siti Anugrah Mulya Putri Ofrial, (2013), “Analisis Pengaruh Hambatan Samping
Terhadap kinerja Lalu lintas Di jalan Raden Inten Bandar
Lampung”, Teknik Sipil Universitas Lampung,

Sujana, 1996, Metoda Statistika, Tarsito , Bandung

Tamin O.Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung.

Tamin O.Z, dkk, 2000, Jurnal Sistem Trasnportasi Perkotaan Terpadu Di wilayah
Bandung Raya, Bandung

Tyas, S.A.K., Priyanto S,. 2005, Pengaruh Hambatan Samping Terhadap


Kapasitas Jalan (Studi Kasus di Ruas Jalan Dr. Rajiman
depan Pasar Klewer). Simposium VIII FSTPT. Palembang.

Usman Latif dkk, 2005, Modul Praktikum Statistik dan Probabilitas, Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar

Warpani W.P, 2002, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ITB, Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai