Anda di halaman 1dari 32

Penerapan Sistem Manajemen Lalu Lintas Untuk Menanggulangi Kemacetan Lalu

Lintas di Kawasan Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang

Dosen Pengampu:
Dr. Drs. Burhamtoro, ST., MT.

Disusun Oleh:
Nama : Wildhan Askhari
Kelas : 3 MRK 4
NIM : 2041320066

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023
Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi
dengan judul "Penerapan Sistem Manajemen Lalu Lintas untuk Menanggulangi Kemacetan
Lalu Lintas di Kawasan Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang".
Penulisan Skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan kemacetan lalu lintas yang terjadi di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Kota
Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Skripsi ini, tidak lepas dari
bantuan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak/Ibu Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan
masukan yang sangat berharga dalam proses penyusunan Skripsi ini.
2. Keluarga penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
3. Teman-teman penulis yang telah memberikan dukungan, semangat, dan motivasi
selama proses penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan
yang perlu diperbaiki di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan Skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangsih
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang Teknik Sipil.
Semoga Skripsi ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi penelitian dan pengembangan di
masa yang akan datang.

Malang, 8 Maret 2023

(Wildhan Askhari)
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kota terus meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah dan
aktivitas penduduk dimana semakin beragamnya aktivitas penduduk suatu kota semakin
cepat pula kota itu berkembang. Realisasinya penduduk membutuhkan sejumlah ruang kota
untuk melaksanakan aktivitas. Kawasan kota merupakan tempat kegiatan penduduk dengan
segala aktivitasnya. Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung aktivitas kota.
Transportasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sama
halnya seperti makanan, rumah, pakaian, dan lain sebagainya. Salah satu fungsi dasar
transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja, atau para
pembuat barang dengan para pelanggannya. Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas
transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar, sarana, dan
rekreasi serta menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan, dan, sarana
lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa transportasi memiliki manfaat ekonomi, sosial,
politik dan kewilayahan (Nasution, 2008).
Permasalahan transportasi selalu terjadi hampir diseluruh kota-kota besar di dunia,
dan bahkan sudah dalam keadaan yang sangat kritis. Bila di suatu wilayah perkotaan
populasinya mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, maka secara linier terjadi pula
peningkatan jumlah kendaraan. Hal ini disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk
di daerah perkotaan yang berarti semakin meningkatnya mobilitas warga masyarakat yang
berakibat pada kepemilikan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Sektor transportasi
merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak yang cukup besar terhadap
lingkungan. Seiring dengan perkembangan zaman maka tujuan dari pengembangan
transportasi menjadi beragam, sistem transportasi menjadi hal yang sangat penting dalam
mendukung aktivitas sehari-hari seperti kegiatan ekonomi, aktivitas dalam dunia
pendidikan dan aktivitas dalam dunia kerja. Tingginya aktivitas masyarakat mengakibatkan
penggunaan sarana transportasi juga ikut meningkat khususnya peningkatan jumlah
angkutan pribadi dan angkutan umum. Permasalahannya adalah peningkatan jumlah
kendaraan tidak dibarengi dengan peningkatan kapasitas ruas jalan, akibatnya menimbulkan
keresahan bagi masyarakat seperti kemacetan lalu lintas.Akibatnya, kemacetan, tundaan,
kecelakaan, gangguan kesehatan, dan permasalahan lingkungan yang tidak dapat dihindari
lagi. Kemacetan lalu lintas dapat disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana
transportasi, urbanisasi yang cepat, tingkat kedisiplinan lalu lintas yang rendah, semakin
jauh pergerakan manusia setiap harinya, dan mungkin juga sistem perencanaan transportasi
yang kurang baik (Haerany, 2013).
.Lalu lintas adalah salah satu dari sekian banyak hal penting dari penataan suatu
kota atau kawasan, dimana beragam permasalahan yang bersifat multi dimensional dengan
tingkat sebab akibat yang juga sangat variatif, penataan lalu lintas yang baik akan menjadi
penentu bagi berbagai sektor lain seperti perekonomian, sosial, kesehatan, hingga
kebudayaan. Sebaliknya apabila penataan lalu lintas pada suatu kota atau daerah tidak
tertata dengan baik, maka berbagai dampak negatif pun tentu akan datang dengan
sendirinya mempengaruhi sektor – sektor lain, dalam artian bahwa transportasi memiliki
korelasi yang kuat dengan berbagai sektor lainnya.
Malang merupakan kota metropolitan ke dua dari kota surabaya yang ada diwilayah
jawa timur. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 820.243 jiwa, dengan
tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun. Belum lagi ditambah para pelajar yang datang dari
berbagi daerah di indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan
malang tidak hanya terkenal sebagai kota pelajar malang juga memiliki potensi tempat
pariwisata yang cukup banyak sehingga mengundang banyak pengunjung. Dengan
banyaknya penduduk yang berada dikota malang ini maka akan memberikan dampak pada
kemacetan lalulintas karena mereka menggunakan alat transportasi untuk beraktifitas ke
tempat kerjanya.
Kemacetan merupakan suatu kondisi padatnya suatu tempat dikarenakan banyak
sekali kendaraan yang melewati jalan tersebut, mulai dari alat transportasi umum maupun
alat transportasi pribadi dalam bentuk roda dua dan roda empat. Upaya yang dilakukan
untuk menghindari dan menangani kemacetan ini yaitu dengan dibangunya trafficlight
untuk mengatur proses penggunaan jalan. Namun usaha ini tidak begitu efektif dikarenakan
banyaknya kendaraan yang ada.
Jumlah kendaraan di Kota Malang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang
cukup tinggi, akan tetapi tidak diimbangi dengan infrastruktur lalulintasnya, yang akhirya
menyebabkan kemacetan. Beberapa ruas jalan yang kerap dilanda kemacetan panjang dan
lama sering terjadi di pertigaan lampu merah Jalan Dinoyo, perempatan lampu merah ITN
dan pertigaan jembatan Soekarno Hatta. Jika dilihat dari ketiga kawasan tersebut, kawasan
tersebut yakni merupakan sebuah kawasan dari Universitas Brawijaya. Kondisi ini
membuat penggunaan BBM meningkat karena mesin menyala lebih lama sehingga
pengendara harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk pembelian BBM.
Pengguna jalan yang bekerja juga dapat kehilangan jam kerja mereka karena terlambat
masuk kantor sehingga disini mereka kehilangan waktu yang terjadi akibat kemacetan.
Selain itu juga pengguna jalan mengalami suatu perubahan kondisi fisik maupun mental
yang berdampak seperti stress dan lelah yang hal ini berhubungan dengan kenyamanan
pengguna jalan dalam berkendara
Sering terjadi permasalahan lalu lintas khususnya daerah persimpangan,
permasalahan berupa kemacetan adalah hal yang memerlukan perhatian lebih. Hal ini
disebabkan karena dampak negatif dari kemacetan lalu lintas tersebut sangat besar di tinjau
dari bebrapa aspek. Sehingga berpengaruh pula terhadap kenyamanan masyarakat dalam
beraktivitas. Salah satu titik kemacetan di kota Malang adalah di Bundaran simpang tiga Jl.
Borobudur Atas, akses keluar Permata Jingga, Jalan Soekarno-Hatta, Jl. Kalpataru, dan
seterusnya. Pada jalur berbeda, dari barat serbuan kendaraan dari Jalan MT Haryono
menumpuk parah pada jalur putar balik, sehingga penumpukan terjadi di Jembatan
Soekarno Hatta. Akses kendaraan di poros jalan utama Soekarno Hatta menumpuk karena
luberan kendaraan yang keluar dan masuk dari jalan-jalan terobosan di kiri kanan jalan
utama. Jalan Raya Soekarno Hatta adalah jalan arteri primer dimana karakteristik jalan ini
memiliki lebar minimal 11 m. Namun kondisi pada jalan raya ini tidak mampu menampung
kendaraan yang lewat, dengan kondisi persimpangan tanpa sinyal maka banyak konflik
antar kendaraan, karena arus kendaraan yang melewati simpang ini bebas ke segala arah
tanpa ada pengaturan, selain itu adanya hambatan samping dari angkutan kota yang
berhenti di badan badan jalan dan banyaknya pejalan kaki juga kurangnya kesadaran bagi
pemakai jalan untuk mentaati peraturan yang berlaku mengakibatkan sering terjadi antrian
kendaraan terutama pada jam-jam sibuk.
Pada pertigaan ruas jalan raya Borobudur Atas ke arah jalan Soekarno Hatta rawan
terjadi kemacetan yang ditimbulkan banyak kendaraan bermotor dan kendaraan yang keluar
masuk kawasan pertokoan disekitar daerah pertigaan tersebut. Kemacetan disebabkan
karena pergerakan masyarakat pada jam-jam sibuk untuk berangkat sekolah dan berangkat
kerja. Oleh karena itu perlu ada kajian tentang manajemen lalu lintas yang memadai untuk
mengatasi masalah transportasi. Permasalahan kemacetan yang terjadi di seluruh ruas jalan
di sepanjang Jalan Borobudur, Jalan Soekarno-Hatta, Jalan MT Haryono, Jalan Mayjen
Panjaitan, sebagian besar dipengaruhi oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Ruas Jalan
MT Haryono, ruas Jalan MT Haryono memiliki peran penting dalam struktur kota Malang,
pada saat ini Jalan MT Haryono adalah jalan utama yang digunakan sebagai penghubung
kota Malang dengan kota – kota pada bagian barat, seperti kota Batu, Kota Kediri, Kota
Jombang, dan kota lain nya.
Kemacetan dalam berlalu lintas merupakan hal yang wajar kita lihat di kota-kota
besar khususnya Kota Malang sebagai kota yang sedang berkembang. Kondisi ini dapat
dilihat pada ruas jalan Soekarno Hatta yang merupakan jalan penghubung antara Jalan
Borobudur menuju Jalan Mayjen Panjaitan dan Jalan MT. Haryono, atau sebaliknya,
dimanaikondisii lalui lintasnyaipadatidani tidaki teraturi dikarenakani wilayahi tersebuti
dekati dengani lokasiikampusi Universitasi Brawijayai dani Politeknik Negeri Malang,
apalagi pada saat jam sibuk dan pada jalur ini terjadi sering terjadi kemacetan yang dapat
mengakibatkan keterlambatan dan keselamatan penggunan jalan.i Hal ini dapat
memperngaruhi terjadinya kurangnya kenyamanan berkendaraan, kecelakaan lalu lintas,
antrian panjang bahkan dapat terjadi kemacetan lalu lintas. Tingginya volume lalu lintas
yang melintasi jalan-jalan tersebut menimbulkan kemacetan terutama pada saat jam puncak
pagi hari.
Jika dilihat dari perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut badan pusat
statistic (BPS) tercatat sejak tahun 2000 jumlah kendaraan di Indonesia total berjumlah
18.975.344 yang dalam lima tahun awal mengalami peningkatan rata rata 4 juta unit
pertahunnya,di tahun 2005 jumlah kendaraan mencapai 37.623.432. Hingga tahun 2008 rata
rata pertumbuhan jumlah kendaraan semakin meningkat yakni mencapai 7 juta unit
pertahunnya yang totalnya pada saat itu 61.336.644. Dan untuk pada tahun 2009 hingga
2011 jumlah kendaraan di Indonesia mengalami peningkatan yang lebih tinggi lagi dari
tahun sebelumnya, yakni pertumbuhannya sekitar 9 juta unit pertahunnya yang pada tahun
2011 total jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 85.601.351 unit 1.
Dari besarnya tingkat pertumbuhan tersebut juga berdampak pada perekonomian
Indonesia yang jika dipresentasekan rata rata sekitar 10-15% pertahunnya. Pertumbuhan ini
mempengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor berpotensi memunculkan masalah kemacetan yang luar biasa
dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, beberapa ruas jalan di Kota Malang kerap
terjadi kemacetan dan antisipasi pelebaran tampaknya sulit untuk dilakukan.
Sebagai salah satu kota pendidikan dan kota wisata di Jawa Timur, Kota Malang
diprediksi akan terancam terjadi kemacetan total. Prediksi tersebut dilihat dari kinerja
Pemkot yang sampai kini belum ada upaya perencanaan pembuatan jaringan jalan untuk
tahun 2010-2030.
Agar permasalahan transportasi dapat diantisipasi dan diatasi, dibutuhkan
mekanisme dan sistem manajemen pengelolaan terpadu yang dapat memahami sesuatu
yang bersifat kompleks dalam pendekatan sistem dan adanya perubahan dinamis setiap
waktu. Terwujudnya berbagai kebijakan berupa Undang-Undang No.38 Tahun 2004
tentang jalan, dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan, dan berbagai peraturan daerah, merupakan wujud pelayanan pemerintah kepada
masyarakat dalam berlalu lintas, walaupun kebijakan-kebijakan tersebut belum maksimal
untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas.
Pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas melalui Manajemen Lalu Lintas
dengan mengoptimasikan penggunaan prasarana yang ada untuk memberikan kemudahan
kepada lalu lintas dipandang sebagai cara yang efisien dalam penggunaan ruang jalan serta
memperlancar sistem pergerakan lalu lintas. Oleh karena itu, dari beberapa uraian diatas

1
Azhar Aris, 2012. Analisis Dampak Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Akibat Kemacetan Lalulintas,
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya (Skripsi)
penyusun tertarik meneliti tentang Penerapan Manajemen Lalu Lintas Untuk
Menanggulangi Kemacetan Lalu Lintas di Kawasan Soekarno Hatta Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan adalah suatu hambatan, rintangan atau kendala yang dihadapi dalam
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Rumusan masalah dalam penelitian ini
meliputi :
1. Bagaimanakah karakteristik lalu lintas pada ruas Jalan Soekarno Hatta Kota Malang?
2. Bagaimana penerapan manajemen lalu lintas di Kawasan Soekarno Hatta, kota
Malang?

1.3 Batasan Masalah


Ruang lingkup bahasan dalam penelitian ini adalah :
1. Berfokus pada kawasan Jalan Soekarno Hatta Kota Malang.
2. Karakteristik lalu lintas di kawasan Jalan Soekarno Hatta Kota Malang.
3. Manajemen lalu lintas untuk menganggulangi kemacetan.

1.4 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai setelah melakukan penelitian adalah untuk mengetahui
penerapan model manajemen lalu lintas yang ideal untuk menanggulangi kemacetan lalu
lintas di Kawasan Soekarno-Hatta, Kota Malang.

1.5 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian di harapkan dapat memperluas dan memperkaya wawasan
dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang penerapan Sistem Manajemen Lalu
Lintas dalam menanggulangi kemacetan di Jalan Soekarno Hatta Kota Malang
sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan teori ilmu-ilmu sosial
khususnya Teknik Sipil.
2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan masukan bagi pemerintah Kota Malang, khususnya
Dinas Perhubungan Kota Malang, dalam menerapkan manajemen lalulintas sebagai
upaya penanggulangan kemacetan lalu lintas.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni yang berkaitan dengan rangkaian aktivitas
terpadu untuk mensinergikan tenaga manusia, sumber daya alam dan teknologi untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, serta dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup. Manajemen merupakan suatu proses tahapan kegiatan yang
terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan
memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi, atau lebih
dikenal dengan istilah POAC (planning, organizing, actuating dan controlling) (Terry.,
2005).
Manajemen pada hakekatnya merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan
dengan mempergunakan cara-cara pemikiran yang rasional maupun praktis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan melalui kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga
kerja tanpa mengabaikan sumber-sumber yang lain dan waktu yang tersedia dengan cara
yang setepat-tepatnya. Kegiatan manajemen terdapat metode:
1. Planning (perencanaan).
Merupakan proses pemikiran, dugaan, rencana dan penentuan prioritasprioritas
yang harus dilakukan secara rasional sebelum melaksanakan tindakan yang
sebenarnya. Planning merupakan kegiatan non fisik (kejiwaan) sebelum melaksanakan
kegiatan fisik dan sangat diperlukan dalam rangka mengarahkan tujuan dan sasaran
organisasi serta tujuan suatu program pembangunan.
2. Organizing (pengorganisasian)
Merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan
fungsi-fungsinya serta penempatan mengenai orang yang menduduki fungsi-fungsi
tersebut secara tepat. Organizing dilakukan demi perencanaan, pelaksanaan dan
pembagian kerja yang tepat.
3. Motivating (pendorongan)
Merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan
mendorong semangat dan kerelaan kerja para pegawai. Motivating mencakup segi-segi
perangsang baik yang bersifat rohaniah seperti kenaikan pangkat, pendidikan dan
pengembangan karier, pemberian cuti dan sebagainya maupun yang bersifat jasmaniah
seperti sistem upah yang menggairahkan pemberian tunjangan, penyediaan fasilitas
yang lengkap dan sebagainya.
4. Accounting (pelaporan)
Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus dilakukan untuk menunjukkan
sikap & rasa tanggung jawab dari pengurus kepada anggotanya ataupun kepada
struktur yang berada diatasnya.
5. Controlling (pengendalian)
Merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mengadakan
pengawasan, penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti
yang direncanakan. Controlling sangat penting untuk mengetahui sampai di mana
pekerjaan sudah dilaksanakan sehingga dapat dilakukan evaluasi, penentuan tindakan
korektif ataupun tindak lanjut, sehingga pengembangan dapat ditingkatkan
pelaksanaannya.

2.2 Lalu Lintas

2.2.1 Pengertian Lalu Lintas


Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55)
menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal
perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan dengan sebuah tempat dengan tempat
lainnya. Ada juga yang mengartikan lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari
komponen - komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu
antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi
semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu
jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis
kendaraan lain yang menyelenggarakan proses pengangkutan, yaitu memindahkan orang
atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang dibatasi jarak tertentu (Sumarsono,
1996). Lalu lintas di dalam Undang - Undang No. 22 Tahun 2009 didefinisikan gerak
kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana
yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan
dan fasilitas penumpang. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan lalu lintas
adalah kegiatan kendaraan bermotor dengan menggunakan jalan raya sebagai jalur lintas
umum sehari – hari. Lalu lintas identik dengan jalur kendaraan bermotor yang ramai yang
menjadi jalur kebutuhan masyarakat umum.
Berkaitan dengan lalu lintas, maka terdapat tiga komponen manajemen yang
menyebabkan terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan
yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan
dikendalikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan menempuh jalan
yang memenuhi persyaratan geometrik.
a. Manusia Sebagai Pengguna
Manusia sebagai pengguna bisa bertindak sebagai pengemudi atau pejalan kaki
yang dalam keadaan normal memiliki kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda
(waktu reaksi, konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh
keadaan phisik dan psykologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar
seperti cuaca, penerangan/lampu jalan dan kelola ruang.
b. Kendaraan
Kendaraan digunakan oleh pengemudi memiliki karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan
ruang lalu lintas yang secukupnya untuk mampu bermanuver dalam lalu lintas.
c. Jalan
Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan bermotor
maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan
untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung
beban muatan sumbu kendaraan serta lepas sama sekali dari bahaya, sehingga bisa
meredam angka kecelakaan lalu-lintas.
2.2.2 Arus Lalu Lintas
Menurut UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, lalu lintas
didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan
ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan,
orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Pemerintah memiliki tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang
selamat, lepas sama sekali dari bahaya, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien
menempuh manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Kelola cara berlalu lintas di jalan
diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas memakai
jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian aliran di persimpangan.
2.2.3 Volume Lalu-Lintas
Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas digunakan volume. Volume lalu lintas
menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan
waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan
jalan yang lebih lebar, sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan. Sebaliknya jalan yang
terlalu lebar untuk volume lalu lintas yang rendah cenderung membahayakan, karena
pengemudi cenderung mengemudikan kendarannya pada kecepatan yang lebih tinggi
sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan (Sukirman S, 1994). Volume adalah
jumlah kendaraan yang melalui satu titik yang tetap pada jalan dalam satuan waktu.
Volume lalu lintas pada suatu jalan akan bervariasi tergantung pada volume total dua arah,
arah lalu lintas, volume harian, bulanan, dan tahunan. Pada umumnya kendaraan yang
bergerak lambat dan yang bergerak sangat lambat akan menjadi persoalan. Untuk
mendesain jalan dengan kapasitas yang memadahi, maka volume lalu lintas yang
diperkirakan akan menggunakan jalan harus ditentukan terlebih dahulu.
Volume lalu lintas yang terjadi pada kawasan perkotaan disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya adalah bangkitan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas adalah banyaknya lalu
lintas yang ditimbulkan oleh suatu zona atau daerah persatuan waktu. Jumlah lalu lintas
tergantung pada kegiatan kota, karena adanya kebutuhan manusia untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan dan mengangkut barang kebutuhan.
Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun istilah aliran lebih tepat untuk
menyatakan arus lalu lintas dan mengandung pengertian jumlah kendaraan yang terdapat
dalam ruang yang diukur dalam satu interval waktu tertentu, sedangkan volume lebih sering
terbatas pada suatu jumlah kendaraan yang melewati satu titik dalam ruang selama satu
interval waktu tertentu. Arus lalu lintas merupakan susunan dari beberapa individu
pengemudi dan kendaraan yang saling berinteraksi satu sama lain dengan cara yang unik
dalam elemen jalan dan lingkungan umum.
2.2.4 Kapasitas jalan
Kapasitas jalan adalah kemampuan suatu jalan yang menerima beban lalu lintas atau
jumlah kendaraan maksimal yang dapat melewati suatu penampang melintang jalan pada
jalur jalan selama satu jam dengan kondisi serta arus lalu lintas saat tertentu. Kapasitas
jalan terdiri dari tiga golongan, yaitu:
a. Kapasitas dasar adalah kapasitas jalan dalam kondisi ideal.
b. Kapasitas rencana adalah kapasitas yang digunakan untuk perencanaan.
c. Kapasitas yang mungkin dengan memperhatikan terciptanya percepatan.
Menurut Handayani (2006), Kapasitas lalu lintas bergantung pada kondisi
diantaranya:
a. Sifat fisik jalan (seperti lebar jalan, jumlah dan tipe persimpangan, permukaan jalan,
dan lain-lain).
b. Komposisi lalu lintas dan kemampuan kendaraan (seperti proporsi berbagai jenis
kendaraan).
Oglesby. C. H dan R. Gary Hicks ( 1990), mendefinisikan kapasitas adalah jumlah
kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan cukup untuk melewati arus jalan
tersebut dalam satu maupun dua arah pada waktu periode tertentu dan dibawah kondisi
jalan dan lalu lintas yang umum. Pengukuran kapasitas melibatkan beberapa faktor antara
lain, kecepatan dan waktu perjalanan, gangguan lalu lintas, keamanan dan kenyamanan
pemakai jalan, biaya perjalanan dan keleluasaan bergerak. Kapasitas jalan merupakan suatu
ukuran kuantitas dan kualitas yang mengijinkan evaluasi kecukupan dan kualitas pelayanan
kendaraan dengan fasilitas jalan yang ada. Kapasitas merupakan masukan bagi evaluasi
selanjutnya dari analisis rekayasa lalu lintas :
a. sistem jalan yang ada seperti mungkin di evaluasi dengan membandingkan volume (v)
dengan kapasitas (c),
b. usulan perubahan sistem kerangka jalan yang ada seperti perubahan geometri simpang
jalan, simpang bersinyal, peraturan perpakiran, merubah menjadi jalan satu arah, dan
merubah larangan di jalan, semuanya dievaluasi untuk efeknya pada kapasitas,
c. perancangan fasilitas baru harus selalu didasarkan pada analisis kapasitas dengan
kebutuhan (demand).
d. perbandingan efektifitas relatif dari berbagai alternatif moda transportasi dalam
melayani suatu kebutuhan sering didasarkan pada analisis kapasitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan adalah jika jalan dalam kondisi
ideal, jalan tersebut dapat menampung volume maksimumnya. Namun apabila kondisi dan
lalu lintas suatu jalan kurang ideal, maka kapasitas jalan harus disesuaikan, dengan
berbagai faktor yang berpengaruh. Yang dimaksud dengan kondisi ideal adalah sebagai
berikut:
a. Arus lalu lintas tidak terganggu (tidak ada pengaruh dari kendaraan dan pejalan kaki).
b. Pada umumnya lalu lintas terdiri dari kendaraan penumpang saja.
c. Jalan mempunyai lebar lajur yang mengikuti lebar standar (katakan 3,75 m) dengan
bahu jalan yang cukup dengan tidak ada gangguan lateral di antara ujung perkerasan.
d. Untuk jalan antar kota, alinemen horizontal dan alinemen vertikalnya memadai untuk
kecepatan rencananya (atau kecepatan yang lebih besar), tidak ada jarak pandang yang
di bawah standar perencanaan.

2.3 Manajemen Lalu Lintas


Manajemen lalu lintas adalah proses pengaturan dan penggunaan sistem jalan yang
sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu kepentingan tertentu, tanpa perlu
penambahan, pembuatan infrasrtuktur baru (Malkhamah, 1996). Kegiatan pengaturan lalu
lintas meliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas
jalan tertentu (antara lain dengan rambu, marka dan lampu lalu lintas), sedangkan kegiatan
pengawasan meliputi pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan lalu lintas dan
tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pengendalian
lalu lintas meliputi pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu
lintas dan pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan lalu lintas.
Manajemen lalu lintas merupakan serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan
jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas (Lubis, 2020). Manajemen lalu lintas meliputi cara
perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas
bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan
diperagakan selang lain dengan :
a. usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan;
b. pemberian prioritas untuk jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu;
c. penyesuaian selang permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu dengan
mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda;
d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah untuk pemakai jalan.
Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dengan
melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada untuk memberikan kemudahan kepada
lalu lintas secara efisien dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem
pergerakan. Hal ini berhubungan dengan kondisi arus lalu lintas dan sarana penunjangnya
pada saat sekarang dan bagaimana mengorganisasikannya untuk mendapatkan penampilan
yang terbaik.
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006, Manajemen
dan rekayasa lalu lintas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan
seluruh jaringan jalan, guna peningkatan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Demikian juga Malkhamah Siti (1996) mengatakan, bahwa Manajemen lalu lintas adalah
proses pengaturan dan penggunaan sistem jalan yang sudah ada dengan tujuan untuk
memenuhi suatu kepentingan tertentu, tanpa perlu pertambahan atau pembuatan
infrastruktur baru. Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi kegiatan penetapan
kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu (antara lain dengan
rambu, marka dan lampu lalu lintas), sedangkan kegiatan pengawasan meliputi 1)
pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan lalu lintas, dan 2) tindakan korektif
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi : 1) pemberian arahan dan petunjuk
dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, dan 2) pemberian bimbingan dan penyuluhan
kepada masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
Manajemen lalu lintas akan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan transportasi, baik
saat ini maupun di masa mendatang, dengan mengefisiensikan pergerakan orang/kendaraan
dan mengidentifikasikan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dibidang teknik lalu lintas,
angkutan umum, perundang-undangan, road pricing dan operasional dari sistem
transportasi yang ada. Tidak termasuk didalamnya pembangunan fasilitas transportasi baru
dan perubahan-perubahan besar dari fasilitas yang ada (Munawar, 2005).
Menurut Hobbs, F., D. (1995), tujuan pokok manajemen lalu lintas adalah
memaksimumkan pemakaian sistem jalan yang ada dengan meningkatkan keamanan jalan,
tanpa merusak kualitas lingkungan. Manajemen lalu lintas dapat menangani perubahan-
perubahan pada tata letak geometri, pembuatan petunjuk-petunjuk tambahan dan alat-alat
pengaturan seperti rambu-rambu, tanda-tanda jalan untuk pejalan kaki, penyeberangan dan
lampu untuk penerangan jalan.
2.3.1 Tujuan Manajemen Lalu Lintas
Tujuan dilaksanakannya Manajemen Lalu Lintas adalah :
a. Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan
tingkat aksesibilitas (ukuran kenyamanan) yang tinggi dengan menyeimbangkan
permintaan pergerakan dengan sarana penunjang yang ada.
b. Meningkatkan tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat diterima oleh semua
pihak dan memperbaiki tingkat keselamatan tersebut sebaik mungkin.
c. Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan dimana arus lalu lintas
tersebut berada.
d. Mempromosikan penggunaan energi secara efisien.
2.3.2 Sasaran Manajemen Lalu Lintas
Sasaran manajemen lalu lintas sesuai dengan tujuan diatas adalah :
a. Mengatur dan menyederhanakan arus lalu lintas dengan melakukan manajemen
terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan
gangguan untuk melancarkan arus lalu lintas.
b. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menambah kapasitas atau
mengurangi volume lalu lintas pada suatu jalan. Melakukan optimasi ruas jalan dengan
menentukan fungsi dari jalan dan terkontrolnya aktifitas-aktifitas yang tidak cocok
dengan fungsi jalan tersebut.
2.3.3 Strategi dan Teknik Manajemen Lalu Lintas
Terdapat tiga strategi manajemen lalu lintas secara umum yang dapat
dikombinasikan sebagai bagian dari rencana manajemen lalu lintas (Munawar, 2005).
Teknik-teknik tersebut adalah :
Tabel 2. 1 Strategi dan Teknik Manajemen Lalu Lintas
Strategi Teknik
Manajemen Kapasitas 1) Perbaikan persimpangan
2) Manajemen ruas jalan :
− Pemisahan tipe kendaraan
− Kontrol “on-street parking” (tempat, waktu)
− Pelebaran jalan
3) Area traffic control :
− Batasan tempat membelok
− Sistem jalan satu arah
− Koordinasi lampu lalu lintas
Manajemen Prioritas Prioritas bus, misal jalur khusus bus
Akses angkutan barang, bongkar dan muat
Daerah pejalan kaki
Rute sepeda
Control daerah parkir
Manajemen Demand Kebijaksanaan parkir
Penutupan jalan
(irestraint)
Area and cordon licensing
Batasan fisik
Sumber : Traffic Managenent, DPU-Dirjen Bina Marga DKI Jakarta
a. Manajemen Kapasitas, terutama dalam pengorganisasian ruang jalan. Langkah pertama
dalam manajemen lalu lintas adalah membuat penggunaan kapasitas dan ruas jalan
seefektif mungkin, sehingga pergerakan lalu lintas yang lancar merupakan syarat
utama. Arus di persimpangan harus di survai untuk meyakinkan penggunaan kontrol
dan geometrik yang optimum. Right of Way harus diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga setiap bagian mempunyai fungsi sendiri, misal parkir, jalur pejalan kaki,
kapasitas jalan. Penggunaan ruang jalan sepanjang ruas jalan harus dikoordinasikan
secara baik.
Jika akses dan parkir diperlukan, survai dapat dengan mudah menentukan
demandnya. Perlunya fasilitas pejalan kaki dapat dengan mudah disurvai. Oleh sebab
itu, manajemen kapasitas adalah hal yang termudah dan teknik manajemen lalu lintas
yang paling efektif untuk diterapkan.
b. Manajemen Prioritas
Terdapat beberapa ukuran yang dapat dipakai untuk menentukan prioritas
pemilihan moda transportasi, terutama kendaraan penumpang (bus dan taksi) :
1. Jalur khusus bus
2. Prioritas persimpangan
Karena bus bergerak dengan jumlah penumpang yang banyak setiap ukuran,
untuk memperbaiki kecepatannya walaupun dengan jumlah sedikit akan
menguntungkan orang banyak. Juga sering ditemui taksi yang mendapat prioritas.
Kendaraan barang tidak perlu prioritas kecuali pada waktu mengantar barang.
Metode utama adalah dengan mengizinkan parkir (short term) untuk pengantaran pada
lokasi dimana kendaraan lainnya tidak diperbolehkan berhenti.
c. Manajemen Demand
Manajemen demand terdiri dari :
1. Merubah rute kendaraan pada jaringan dengan tujuan untuk memindahkan
kendaraan dari daerah macet ke daerah tidak macet.
2. Merubah moda perjalanan, terutama dari kendaraan pribadi ke angkutan umum
pada jam sibuk. Hal ini berarti penyediaan prioritas ke angkutan umum.
3. Yang menyebabkan adanya keputusan perlunya pergerakan apa tidak, dengan
tujuan mengurangi arus lalu lintas dan juga kemacetan.
4. Kontrol pengembangan tata guna tanah
Strategi manajemen lalu lintas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Sistem pengontrol lalu lintas.
Sistem pengontrol lalu lintas merupakan pengaturan lalu lintas yang berupa
perintah atau larangan. Perintah atau larangan tersebut dapat berupa rambu-rambu lalu
lintas. Sistem pengontrolan lalu lintas terbagi menjadi beberapa bagian seperti berikut.
1. Pada persimpangan jalan, meliputi:
a) optimalisasi lampu lalu lintas berupa pengaturan cycle time, waktu hijau atau
merah dari lampu lalu lintas dan jumlah fase,
b) pemasangan/pemindahan lampu lalu lintas,
c) prioritas kepada bus kota pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dan
d) koordinasi lampu lalu lintas.
2. Pada jalan masuk atau keluar, meliputi:
a) jalan satu arah,
b) ke kiri terus jalan pada lampu merah,
c) larangan belok kanan, dan
d) jalan hanya khusus untuk penduduk di daerah tersebut.
3. Penggunaan jalur, meliputi:
a) larangan untuk mobil yang kurang dari tiga penumpang yang dikenal dengan
sebutan 3 in 1,
b) jalur yang dapat dibalik arah, dan
c) jalur khusus untuk angkutan umum.
4. Penggunaan tepi jalan, meliputi:
a) larangan parkir,
b) penenempatan halte bus,
c) penentuan daerah bongkar muat, dan
d) pelebaran atau penyempitan jalan kaki lima.
5. Kecepatan kendaraan, meliputi:
a) pemasangan polisi tidur, dan
b) pemasangan road stud.
6. Parkir:
a) parkir khusus untuk angkutan umum,
b) pembatasan waktu parkir, dan
c) pengontrolan tempat parkir.
b. Informasi kepada pemakai jalan.
Informasi kepada pemakai jalan dapat dilakukan melalu hal-hal sebagai berikut.
1. Pendidikan.
Pendidikan yang dilakukan adalah pendidikan tertib lalu lintas. Pendidikan
lalu lintas adalah pendidikan mengenai tata cara menggunakan kendaraan
(mengemudi, parkir) yang baik, yang mematuhi semua peraturan lalu lintas yang
dapat dilakukan dengan memperbaiki kurikulum sekolah mengemudi kendaraan,
mengadakan cara mengemudi kendaraan umum, serta brosurbrosur tentang cara
mengemudi yang baik.
a) Informasi sebelum melakukan perjalanan, mengenai:
1) informasi tentang kondisi lalu lintas melalui radio tentang kemacetan di
jalan tertentu,
2) informasi tentang kemungkinan menumpang kendaraan orang lain, dan
3) jadwal dan jalur angkutan umum.
b) Informasi pada saat melakukan perjalanan, mengenai:
1) kondisi lalu lintas,
2) kecepatan yang disarankan, dan
3) rute yang disarankan.

c. Tarif (pricing).
Pricing yang dimaksud untuk menekan jumlah pemakai fasilitas transportasi
dengan jalan membebani pemakai fasilitas tersebut dengan biaya tertentu. Pricing
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu road pricing, tarif parkir, dan tarif angkutan umum
yang dapat dilihat sebagai berikut :
1. Road pricing, yang berarti memberi beban kepada pemakai jalan. Road pricing
terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) tarif toll, yaitu memberi beban biaya bagi kendaraan yanag melewati jalan
tertentu,
b) pajak kendaraan, yaitu memberi beban biaya berdasarkan jenis kendaraan, dan
c) pajak penggunaan kendaraan, yaitu memberi beban biaya berdasarkan lama
penggunaan kendaraan atau jarak yang ditempuh.
2. Tarif parkir, yaitu memberi beban biaya kepada pengguna fasilitas parkir
berdasarkan waktu atau lokasi.
3. Tarif angkutan umum, yaitu untuk meningkatkan daya Tarik angkutan umum serta
meratakan beban angkutan umum, meliputi:
a) pengurangan tarif,
b) perbedaan tarif pada jam puncak,
c) pembebasan tarif pada waktu pindah kendaraan,
d) perbedaan tarif berdasarkan umur/ pekerjaan , dan
e) karcis langganan.

d. Modifikasi Operasi Angkutan Umum.


Modifikasi operasi angkutan umum meliputi perbaikan operasi, perpindahan
moda, efisiensi manajemen dan jenis angkutan umum yang dapat dilihat sebagai
berikut.
1. Perbaikan operasi, meliputi:
a) modifikasi jalur/trayek dengan meninjau kembali jalur-jalur bus kota secara
periodik,
b) modifikasi jadwal, ditinjau untuk mengetahui kemungkinan penambahan
ataupun pengurangan frekuensi serta ketepatan waktu perjalanan,
c) efisiensi jumlah penumpang, ditinjau jumlah penumpang pada jam sibuk
maupun pada jam biasa dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan
penambahan kapasitas, dan
d) efisiensi pembayaran karcis, agar tidak mengganggu perjalanan dan tidak
mengurangi kenyamanan penumpang saat pembayaran karcis.
2. Perpindahan moda, meliputi:
a) letak halte, untuk mengetahui apakah letak halte sudah cukup strategis untuk
berpindah dari satu jalur bus ke jalur lainnya maupun dari satu moda
kendaraan ke moda lainnya,
b) fasilitas park and ride, memberi kesempatan kepada pemilik kendaraan pribadi
untuk menggunakan transportasi umum,
c) integrasi antar moda dengan maksud memungkinkan penumpang berpindah
dari satu jenis moda angkutan ke moda angkutan yang lainnya, dan
d) perbaikan kenyamanan di halte.
2.4 Kemacetan
2.4.1 Pengertian
Kemacetan identik dengan kepadatan (density), yang didefinisikan sebagai jumlah
kendaraan yang menempati suatu panjang jalan tertentu dari lajur atau jalan, dirata-rata
terhadap waktu. Kemacetan dalam Buku Laporan Lalulintas adalah terakumulasinya
lalulintas dengan penggunaan moda yang tidak efisien pada waktu yang sama, pada rute
yang sama, pada tujuan yang sama dan karena keinginan untuk melakukan perjalanan yang
bersamaan.
Kemacetan adalah keadaan dimana pada saat tertentu kendaraan yang sedang
berjalan melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama.
Kemacetan merupakan bukti ketidakberesan pengaturan lalu lintas yang terjadi pada daerah
perkotaan, tetapi kemacetan bukanlah sebuah fenomena baru. Hampir semua kota besar
baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang masih menghadapi masalah
kemacetan paling sedikit pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari (Clarkson H. Oglesby & R.
Gary Hicks, 1988).
Situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak
terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.
Kemacetan lalu lintas terjadi bila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan yaitu pada kondisi
lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang
timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar,
jika tingkat pelayanan sudah mencapai maksimal aliran lalu lintas menjadi tidak stabil
sehingga terjadilah tundaan berat yang disebut dengan kemacetan lalu lintas.
Kemacetan merupakan kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan
yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan
bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan
terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan
akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih
dari 0,5 ((MKJI), 1997).
Sudradjat, Sumartono, Asropi (2011) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa
kemacetan lalu lintas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya mobilitas manusia
pengguna transportasi, terutama pada saat-saat sibuk. Kemacetan terjadi karena berbagai
sebab diantaranya disebabkan oleh kelemahan sistem pengaturan lampu lalu lintas,
banyaknya persimpangan jalan, banyaknya kendaraan yang turun ke jalan, musim, kondisi
jalan, dan lain-lain.
Menurut Meyer (1984), kemacetan lalulintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus
kendaraan lalulintas meningkat seiring bertambahnya permintaan perjalanan pada suatu
periode tertentu serta jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada.
Menurut Wohl et al (1984), kemacetan lalulintas terjadi apabila kapasitas jalan tetap
sedangkan jumlah pemakai jalan terus meningkat, yang menyebabkan waktu tempuh
perjalanan menjadi lebih lama. Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami
berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah
keadaan normal. Kemacetan akan sangat merugikan bagi para pengguna jalan, karena akan
menghambat waktu perjalanan mereka.
2.4.2 Penyebab Kemacetan
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan
semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan
satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak
sangat lambat (Tamin O. Z., 2000).
Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya lalu lintas yang ingin
bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidakdapat menampung, maka lalu lintas yang ada
akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum
(Sinulingga, 1999). Terdapat 7 penyebab kemacetan, yaitu physical bottlenecks, kecelakaan
lalu lintas (traffic incident), area pekerjaan (work zone), cuaca buruk (bad weather), alat
pengatur lalu lintas yang kurang memadai (poor signal timing), acara khusus (special
event), dan fluktuasi pada arus normal (fluctuations in normal traffic)2.
Kemacetan lalu lintas telah menjadi fenomena umum di daerah perkotaan. Beberapa
faktor spesifik seperti jumlah penduduk, urbanisasi, penambahan pemilikan kendaraan, dan
penambahan jumlah perjalanan juga turut menambah masalah kemacetan lalu lintas.
Penambahan jumlah penduduk dan urbanisasi biasanya terjadi di negara yang sedang
berkembang. Perkembangan penduduk kota yang pesat menyebabkan lebih banyak
penduduk yang datang dan menetap. Hal ini bisa dilihat dengan berkembangnya jumlah
pemukiman penduduk di berbagai wilayah. Penduduk memerlukan tempat tinggal yang
akan menyebabkan kota menjadi lebih padat. Mobilitas penduduk meningkatkan kebutuhan
akan angkutan umum. Sesuai dengan peningkatan pendapatan penduduk, pemilikan
kendaraan dan jumlah perjalanan juga akan meningkat sehingga menghasilkan lebih banyak
kebutuhan akan fasilitas dan pelayanan transportasi. Faktor-faktor ini turut pula
mempercepat peningkatan kemacetan lalu lintas.
Untuk ruas jalan perkotaan, apabila perbandingan volume per kapasitas
menunjukkan angka diatas 0,80 sudah dikategorikan tidak ideal lagi yang secara fisik
dilapangan dijumpai dalam bentuk permasalahan kemacetan lalu lintas (Tamin O. Z.,
2000). Jadi kemacetan adalah turunnya tingkat kelancaran arus lalulintas pada jalan yang
ada, dan sangat mempengaruhi para pelaku perjalanan, baik yang menggunakan angkutan
umum maupun angkutan pribadi. Hal ini berdampak pada ketidak nyamanan serta
menambah waktu perjalanan bagi pelaku pengguna jalan. Kemacetan mulai terjadi jika arus
lalu lintas mendekati besaran kapasitas jalan. Kemacetan semakin meningkat apabila arus
begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total
terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat. Adapun beberapa
faktor penyebab kemacetan yang di antara lain disebabkan oleh pengguna jalan, jenis
kendaraan, jalan raya itu sendiri, dan beberapa faktor lain. Pengguna jalan dianggap sebagai

2
Cambridge Systemics Inc and Texas Transportation Institute. (2005). Traffic Congestion and
Reliability: Trends and Advanced Strategies for Congestion Mitigation. Technical Report, Federal Highway
Administration–U.S. Department of Transportation. www.ops.fhwa.dot.gov/congestion_report Diakses pada 8
Mei 2022
salah satu penyebab terjadinya kemacetan karena sifat pengguna jalan yang berbedabeda.
Baik umur, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Contohnya para pemuda remaja kadang-
kadang lebih suka berkendara dengan kecepatan tinggi, kurang berpengalaman dalam
mengemudi, tidak mau mematuhi rambu-rambu lalu lintas, dan pelanggaran lainnya yang
dapat memicu gangguan pada pengguna jalan lainnya.
Kemacetan merupakan salah satu indikasi dari ketidakaturan pemanfaatan atau
aturan atas suatu barang publik yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya jalan
raya. Keberadaan suatu barang publik dimana setiap orang berhak untuk menggunakan atau
mengambil manfaatnya tanpa bisa dilarang oleh pengguna lainnya.
Kemacetan , ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level Of Service= LOS), pada
saat LOS < C.LOS < C , kondisi arus lalu-lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi
menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil.
Pada kondisi ini nisbah volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8( V/ C >0,8 ).
Jika LOS (Level Of Service) sudah mencapai E, aliran lalu-lintas menjadi tidak stabil
sehingga terjadilah tundaan berat, yang disebut dengan kemacetan lalu-lintas (Tamin &
Nahdalina, 1998).
Kemacetan disebabkan oleh tuntutan arus kedatangan kendaraan pada suatu sistem
yang membutuhkan pelayanan yang mempunyai keterbatasan mengenai ketersediaan dan
disebabkan oleh ketidak beraturan pada tuntutan maupun sistem pelayanannya (Hobbs,
1995). Hal ini merupakan sistem antrian dan lalu lintas dapat disebut sebagai antrian bila
pengemudi yang mengikuti kendaraan harus cepat-cepat bereaksi terhadap pengurangan
kecepatan oleh kendaraan yang berada di depannya. Kemacetan adalah situasi atau keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah
kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,
terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik atau sistem lalu lintas yang tidak
baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan
penduduk.
2.4.3 Dampak Kemacetan Lalu Lintas
Salah satu masalah yang ada di perkotaan yaitu masalah kemacetan lalu lintas.
Masalah kemacetan lalu lintas diperkotaan telah banyak memberikan kerugian bagi
berjalannya roda ekonomi suatu negara. Tak jarang masalah-masalah kemacetan ini selalu
menjadi masalah yang menyulitkan pemerintah dalam suatu negara untuk membuat
kebijakan mengenai lalu lintas.
Beberapa macam dampak atau akibat yang ditimbulkan dari kemacetan transportasi
lalu lintas, diantaranya yaitu :
a. Pemborosan bahan bakar, kerugian waktu dan pemborosan energi. Hal demikian dapat
terjadi karena kendaraan yang berjalan pelan akan menyita banyak waktu dan energi
yang terbuang.
b. Jalanan yang macet juga mudah menimbulkan kerusakan kendaraan, karena pada
kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada
kondisi yang optimal.
c. Akan mengganggu aktivitas ekonomi, misalnya aktivitas pengiriman barang.
d. Menggangu kendaraa Darurat Seperti : Ambulance dan Pemadam Kebakaran yang
sedang menjalankan tugas

2.5 Kerangka Pikir


Penerapan Manajemen Lalu Lintas menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk
menanggulangi kemacetan lalu lintas di Jalan Soekarno Hatta Kota Malang. Gambaran
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

Penanggulangan Kemacetan Lalu


Lintas Jalan Soekarno Hatta Kota
Malang

Manajemen Lalu Lintas :


1. Manajemen Kapasitas
2. Manajemen Proiritas
3. Manajemen Demand

Kelancaran Lalu Lintas


Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Pikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
References
(MKJI), D. J. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Andriansyah. (2015). Manajemen Transportasi dalam Kajian dan Teori. . Jakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr Moestopo Beragama.
Bintoro, T. (1990). Perencanaan Pembangunan. . Jakarta: CV. Masagung.
Clarkson H. Oglesby & R. Gary Hicks. (1988). Teknik Jalan Raya, . Jakarta: Erlangga.
Djoko Setijowarno, R. B. (2001). Pengantar Sistem Transportasi, . Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata.
Haerany, H. G. (2013). Transportasi perkotaan. Makassar : University Press.
Handayani. (n.d.). Transpostasi Jalan Raya Kota Yogyakarta. Retrieved from
http://www.scribd.com/doc/14095084/Kepadatan-Transportasi-Jalan-Raya
Hobbs. (1995). Perencanaan Teknik Lalu Lintas. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil.
Universitas Gadjah Mada.
Kamaluddin. (2003). Ekonomi Transportasi, . Jakarta: Ghalia Indonesia .
Lubis, M. (2020). Penerapan Managemen Lalu Lintas Pada Jaringan Jalan di Kota Kisaran
Kabupaten Asahan. . Jurnal Online Universitas Islam Sumatera Utara, 1.
Malkhamah, S. (1996). Manajemen Lalu Lintas. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. .
Meyer, M. D. (1984). Urban Transportation Planning. Mc Grawhill Book.
Miro, F. (2004). Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi.
Jakarta: Erlangga.
Morlok, E. (1998). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,. . Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Munawar, A. (2005). Dasar-Dasar Teknik Transportasi. Yogyakarta : Beta. Offset. .
Nasution. (1996). Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution, N. M. (2008). Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prawirosentono, S. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan. Kinerja
Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Sinulingga, D. B. (1999). Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal, . Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Sumarsono. (1996). Perencanaan Lalu Lintas. . Yogyakarta: UGM.

Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Edisi kedua. Bandung: ITB.

Tamin, O., & Nahdalina. (1998). Analisis Dampak Lalu Lintas (Andall). Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota. Bandung: ITB.

Terry., G. R. (2005). Prinsip-prinsip Manajemen. . Jakarta: Bumi Aksara.

Wohl, M. &. (1984). Transportation Investment Pricing Principles: An Introduction for Engineers
Principles: An Introduction for Engineers. New York: John Wiley &Sons.

Haerany, H. G. (2013). Transportasi perkotaan. Makassar : University Press.


Miro, F. (2004). Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi.
Jakarta: Erlangga.
Nasution, N. M. (2008). Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudradjat, Tony Sumartono, Asropi (2011) Pengertian Kemacetan Lalu lintas [Online]
Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43273/Chapter%20II.pdf;js
essionid=2044D9AD8EED5E133894D93E1248FBD1?sequence=3 [6 Mei 2023]
E.

Anda mungkin juga menyukai