Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Adellah (07012682327014)
2. Cheryl Amelia Artanti (07012682327007)
3. Kiki Kurnia Pangga (07012682327013)
4. M. Prawira Pakpahan (07012682327005)
JUDUL
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusa Masalah.......................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................. 5
A. Deskripsi Pengembangan Wilayah Kota Baru Jakabaring Palembang ….....5
B. Kinerja Pelaksanaan Pengembangan Wilayah Kota Baru Jakabaring
Palembang.................................................................................................... 9
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Wilayah
Jakabaring Kota Palembang Berdasarkan Model Implementasi Merilee
S.Grindle ...................................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................ 20
A. Kesimpulan................................................................................................ 20
B. Saran ......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah utama yang dihadapi kota adalah ketidakseimbangan dalam
pengembangan penduduk perkotaan dengan ketersediaan perumahan, infrastruktur,
utilitas publik dan fasilitas layanan. Selain itu, kekurangan lahan adalah masalah
utama dalam pengembangan kota. Perkembangan wilayah yang terbangun secara
sporadis di pinggiran wilayah kota merupakan fenomena yang terjadi di sebagian
besar kota besar di Indonesia, seperti di kota Palembang. Menghadapi masalah ini
negara-negara berkembang telah mengembangkan ide untuk dapat menyerap
penduduk dengan mengembangkan pusat-pusat baru adalah kota baru di wilayah
baru untuk menahan migrasi ke kota-kota besar yang telah ada.
Pengembangan kota baru selain bertujuan untuk mengalihkan
pembangunan yang awalnya hanya ditarik ke kota-kota besar yang sudah ada, itu
juga dimaksudkan untuk menunjuk kota baru sebagai katalis untuk pembangunan
ekonomi baru yang dapat mempengaruhi daerah di sekitarnya menjadi semakin
berkembang. Selain itu kota baru juga dikembangkan sebagai bagian dari sistem
perkotaan. Pengembangan kota-kota baru dalam sistem perkotaan dimaksudkan
untuk memperkuat fungsi kota dan asosiasi secara fungsional dan spasial berfungsi
secara optimal dalam penyediaan layanan sosial dan ekonomi di kota dan ke daerah
sekitarnya dalam tingkat cakupan nasional, regional, kegiatan lokal atau strategis di
daerah berkembang yang baru.
Kota palembang merupakan ibu kota provinsi sumatera selatan, letak kota
palembang cukup strategis dikarenakan adanya jalan raya sumatera yang melintasi
sebagian pulau sumatera. Kota Palembang memiliki permasalahan dalam
melaksanakan pembangunan untuk mempertahankan pertumbuhan. Perbedaan
fasilitas, jarak antar wilayah, jumlah penduduk dan perbedaan kualitas sumber daya
baik kandungan sumber daya alam maupun sumber daya manusia merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Palembang
(perkotaan.bpiw.go.id)
Jumlah penduduk Kota Palembang pada tahun 2016 sebanyak 1.602.071
jiwa, terdiri dari 802.990 laki-laki dan 799.081 perempuan, dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,36%. Kepadatan penduduk kota Palembang pada
tahun 2016 mencapai 3.999 jiwa/km2, tertinggi di kecamatan Ilir Timur I, terendah
di kecamatan Gandus 916 jiwa/km2 (palembangkota.bps.go.id). Selain masalah
kependudukan, pertumbuhan ekonomi kota Palembang juga berasal dari perbedaan
utilitas yang ada di setiap kecamatan. Mengutip hasil penelitian Imelda dkk
(2013:22), pusat pertumbuhan utama kota Palembang pada tahun 2013 adalah
Kecamatan Ilir Timur I dan II. Pusat pertumbuhan sekunder adalah Ilir Barat 1 dan
II (barat Palembang), Sukarami (utara Palembang), Kalidoni (timur) dan Seberang
Ulu 2 (selatan Palembang) dan Sako (timur Palembang) sedangkan kabupaten
lainnya adalah pedalaman Kota Palembang.
Jika melihat dari simpulan tersebut, hanya ada satu kecamatan di kawasan
Seberang Ulu yang menjadi pusat pertumbuhan kota Palembang pada tahun 2013,
yaitu kecamatan Seberang Ulu II dan dapat disimpulkan bahwa kecamatan lain di
kawasan Seberang Ulu di kota Palembang hanyalah daerah pedalaman. Hal ini
terjadi karena adanya ketimpangan pembangunan infrastruktur dan non
infrastruktur antara kawasan Seberang Ulu dan Ilir kota Palembang. Banyak pusat
pemerintahan, kantor pemerintahan dan gedung pusat yang terletak di distrik
Seberang Ilir Palembang. Hal ini merupakan salah satu faktor tidak seimbangnya
pembangunan antara kawasan pemukiman Seberang Ulu dan Ilir di kota Palembang
(Apriansyah, 2018).
Berdasarkan Perda No. 15 Tahun 2012 Bab VI Kawasan Strategis Kota
Palembang berdasarkan sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 64 huruf a yang berisi : kawasan jakabaring diarahkan menjadi kawasan
terpadu dengan berbagai fasilitas perkantoran pemerintahan provinsi, perdagangan
skala regional, pusat kegiatan olahraga dan pusat perumahan. Proses perkembangan
kawasan jakabaring sangat erat kaitannya dengan adanya pelaksanaan PON XVI
tahun 2004 yang mempengaruhi proses percepatan pengembangan kawasan
setidaknya ada beberapa gedung perkantoran, infrastruktur dan beberapa komplek
perumahan yang dipakai untuk kepentingan pelaksanaan PON XVI di kota
Palembang.
Selama perkembangannya, kawasan Seberang Ilir lebih maju dibandingkan
kawasan Seberang Ulu. Kawasan Seberang Ilir dijalankan lebih sebagai pusat
pelayanan utama di tingkat nasional, provinsi dan kota. Sebagian besar pusat niaga
berskala besar seperti pasar tradisional, pasar daerah, dan pusat niaga terkonsentrasi
di kawasan ini. Kantor-kantor pemerintah dan swasta juga berdesakan di kawasan
ini. Begitu pula perumahan dan permukiman yang juga berkembang pesat di
kawasan Seberang Ilir. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pembangunan perkotaan
tidak terlalu seimbang antara Seberang Ilir dan Seberang Ulu.
Pembangunan kota terkonsentrasi di kawasan seberang ilir terjadi
urbanisasi. Jembatan Ampera yang menghubungkan bagian utara (seberang iir) dan
selatan (seberang ulu) dari dua pemukiman yang telah terpisah selama berabad-
abad ini memang mempercepat pergerakan berbagai aktivitas dari selatan ke utara.
Utara berkembang pesat dan selatan tertinggal. Urbanisasi, perkembangan
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan kondisi geografis kota Palembang
menyebabkan pemusatan kegiatan di seberang Ilir, dimana pertumbuhan penduduk
cukup tinggi (3,82%/tahun) dan pertumbuhan ekonomi yang pesat mengakibatkan
penggunaan lahan di sepanjang lahan seberang Ilir hingga secara
sporadis.(Wicaksono, 2003).
Dalam pengelolaan pengembangan kawasan Jakabaring tentunya tidak
dapat dipisahkan dari adanya yang melibatkan khalayak umum atau masyarakat.
Misalnya dalam pembuatan keputusan atau pembuatan mengenai kebijakan dan
hasil dari keputusan tersebut akan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
Pengembangan wilayah di Kecamatan Jakabaring terdapat beberapa hal yang
menjadi sorotan masyarakat mulai dari hal yang menjadi alasan pemerintah
mengalihkan kawasan perkantoran yang akan dialihkan ke Kawasan Keramasan
seperti yang dikatakan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Provinsi
dalam wawancara di Tribun Sumsel bahwa Kawasan Keramasan ini menjadi prime
mover atau penggerak perekonomian di kawasan tersebut.Serta pembenahan
kawasan khususnya di tepian sungai, hingga tahapan-tahapan dalam penentuannya.
Sehingga atas dasar pemikiran iniliah peneliti tertarik untuk melakukan
analisis mengenai “Pengembangan Wilayah Kota Baru Jakabaring Palembang”.
Berdasarkan indikator yang digunakan maka penulis menggunakan model
implementasi Merilee S.Grindle.
B. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan implementasi pengembangan wilayah kota baru
Jakabaring Palembang?
2. Bagaimana pelaksanaan implementasi kebijakan dalam pengembangan
wilayah kota baru Jakabaring Palembang?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan implementasi
kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Baru Jakabaring Palembang
berasarkan model implementasi Merilee S.Grindle?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Pengembangan kota baru dimaksudkan untuk memperkuat fungsi kota dan
asosiasi secara fungsional dan spasial berfungsi secara optimal dalam penyediaan
layanan sosial dan ekonomi di kota dan ke daerah sekitarnya dalam tingkat cakupan
nasional, regional, kegiatan lokal atau strategis di daerah berkembang yang baru.
Sehingga berdasarkan hal tersebut pemerintah kota Palembang melakukan
pengembangan wilayah kota baru di Kecamatan Jakabaring.
Dalam pengembangan wilayah di Kecamatan Jakabaring, bahwa dalam
pelaksanaan pengembangan wilayah tidak terlepas dari berbagai aspek baik dari
segi perencanaan, kesepakatan hingga pengimplementasian. Contohnya dilihat dari
aspek perencanaan seperti keterlibatan aspek politik. Dengan adanya kekuatan
politik dalam proses pengesahan rencana pengembangan wilayah yang dilakukan
oleh DPRD dan Walikota implementasi pengembangan wilayah di Kecamatan
Jakabaring dapat dilakukan.
Dalam pengimplementasian program pengembangan wilayah kota baru
Jakaaring terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya berdasarkan
model implementasi Merilee S.Grindle. Pengembangan wilayah realisasinya sudah
bisa dilihat dan berjalan dengan baik. Karena Pemkot belum sepenuhnya
mensosialisasikan kepada masyarakat sehingga akan muncul berbagai kendala yang
dihadapi dalam pengembangan kawasan Jakabaring, baik dari segi stakeholdersnya,
wilayah, penduduk, ataupun kondisi tanah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka
saran yang dapat di berikan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah kota perlu menyiapkan solusi yang lebih baik dalam
mengahadapi kendala-kendala dalam pengelolaan pengembangan kawasan
jakabaring.
2. Adanya partisipasi dan kesadaran masyarakat sehingga rencana
pengembangan wilayah di kawasan jakabaring akan terlaksana dengan baik.
3. Diharapkan terjadinya hubungan kerja sama yang baik antara masyarakat,
pemerintah dan pengusaha disana sehingga rencana pengelolaan
pengembangan kawasan di kecamatan jakabaring berjalan dengan sukses.
DAFTAR PUSTAKA