Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN INDIVIDU

HASIL STUDI LAPANGAN

STUDI KEPEMIMPINAN KINERJA

KABUPATEN KULON PROGO

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Oleh

Slamet, S.T., M.URP (14);

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR (PKA)


ANGKATAN III TAHUN 2020

Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wil V Yogyakarta


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN 2020

LESSONT LEARNT KINERJA PELAYANAN DILIHAT DARI ASPEK KEPEMIMPINAN


KINERJA DAN MANAJEMEN KINERJA
1. Deskripsi Lokus (Gambaran Umum Kabupaten Kulonprogo)

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa


Yogyakarta yang terletak di bagian barat DIY. Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12
kecamatan, setiap kecamatan memiliki karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda
ditinjau dari kondisi fisik maupun non fisiknya. Berdasarkan karakteristik topografinya,
wilayah Kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi 3 zona yakni wilayah utara, tengah
dan selatan, dengan karakteristik topografi demikian menyebabkan perbedaan
karakteristik kegiatan ekonomi yang berbeda di tiap zona.
Ditinjau dari Aspek geografis dan demografi, kabupaten Kulonprogo memiliki
karakteristik fisik dan potensi pengembangan wilayah, kerentanan wilayah terhadap
bencana, serta luas wilayah menurut batas administrasi pemerintah kabupaten. Aspek
geografi dan demografi merupakan informasi dasar untuk mengidentifikasi potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia untuk memetakan pengembangan
wilayah dalam menunjang kemajuan pembangunan daerah.
Lokasi Kabupaten Kulon Progo dilihat secara posisi geostrategic mempunyai posisi
yang menguntungkan. Kabupaten Kulon Progo yang terletak di bagian barat Provinsi
DI Yogyakarta dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, merupakan
“pintu gerbang‟ Provinsi DI Yogyakarta yang menghubungkan Provinsi DI Yogyakarta
dengan pusat dan pemerintahan yang terletak dengan bagian barat dan utara pulau
jawa.
Dengan adanya pembangunan bandara baru yang di bangun “New Yogyakarta
Airport” di Kecamatan Temon dan telah ditetapkannya KSPN (Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional) Borobudur, tentunya akan banyak wisatawan yang akan
menggunakan bandara baru tersebut. Jalur wisata dari bandara baru menuju
Borobudur akan menjadi suatu koridor pertumbuhan ekonomi baru di Kulon Progo.
Adanya Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di sepanjang pantai Kulon Progo juga
membuka akses atau jalur baru bagi distribusi barang maupun jasa khususnya untuk
Jawa bagian selatan.memicu menggeliatnya perekonomian lokal, juga mendorong
branding Kulon Progo sebagai tujuan wisata di Yogyakarta. Posisi geostrategic
tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan wilayah kabupaten
maupun perkembangan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Adopsi Lesson Learnt Kabupaten Kulonprogo

Berdasarkan hasil Studi lapangan (STULA) di Pemerintah Daerah Kabupaten


Kulonprogo, terdapat beberapa pembelajaran yang dapat diambil sebagai salah satu
Kabupaten di DIY Yogyakarta yang telah mengadopsi dan mengadaptasikan Kinerja
Pelayanan ditinjau dari aspek Kepemimpinan Kinerja dan Manajemen Kinerja sebagai
penyelenggara negara dalam hal pelayanan publik di instansi pemerintah. Dalam hal
pembelajaran terhadap best practice yang diterapkan di Kab. Kulon progo,
penyusunan laporan ini dititik beratkan pada beberapa cakupan, yaitu terdiri dari :

A. Peran Kepemimpinan
Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi
fenomenal melalui berbagai terobosan yang telah dilakukan. Kabupaten yang
beribukota di Wates ini menjadi daerah tujuan wisata, studi banding dan
benchmarking para pegawai termasuk para peserta pendidikan dan pelatihan
(diklat) dari daerah lain. Sebelumnya, kabupaten ini juga mendapatkan beberapa
penghargaan terkait dengan prestasinya dalam inovasi sektor publik, antara lain
dari MenPAN dan RB memberikan penghargan atas inovasi Kelompok Asuh
Keluarga Dinangun (KAKB) dan inovasi “Mengganti Beras Miskin (Raskin) menjadi
Beras Daerah (Rasda). Inovasi ini menjadikan Kabupaten Kulon Progo masuk
dalam Top 99 Inovasi
Pelayanan Publik Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Kemenpan dan RB.
Sedangkan pada pelayanan publik, RSUD Wates dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil masing-masing mendapatkan penghargaan sebagai unit
penyelenggaraan pelayanan publik kategori sangat baik dan baik tahun 2018
Capaian-capaian tersebut tentu bukan datang begitu saja, tetapi merupakan
apresiasi atas upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat mulai dari
level staf bawah hingga pimpinan tertinggi. Memimpin perubahan merupakan
salah satu faktor tanggung jawab kepemimpinan terpenting dan tersulit.
Dibutuhkan peran kepemimpinan yang efektif untuk memperbaharui organisasi
dan dapat merubah suatu daerah sehingga lebih maju.
Keberhasilan program perubahan yang terpusat pada peran pimpinannya akan
lebih besar kemungkinannya berhasil. Peran pemimpin sangat penting dalam
memotivasi karyawan untuk melakukan pekerjaan dan menumbuhkan perilaku
yang inovatif. Peran kepemimpinan dalam menumbuhkan inovasi di lingkungan
organisasi pemerintah juga terlihat menonjol, misalnya di Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT)
Kabupaten Kulon Progro, OPD Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga (Disdikpora), bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah
dan PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo. Pergantian pemimpin dari
Bupati periode sebelumnya (Hasto) kepada suksesornya (Sutedjo) membawa
perubahan gaya kepemimpinan, dan pemimpin yang memiliki visi dan komitmen
terhadap perubahan berpotensi melahirkan terobosan atau inovasi di masa
kepemimpinannya. Lesson Learnt yang paling utama dari peran kepemimpinan
bupati Kulonprogro adalah keberhasilan dalam hal transformasional
kepemimpinan yang dapat melanjutkan visi dan misi yang telah dicanangkan serta
kemampuan dalam membangun sinergitas dengan stakeholder internal dan
eksternal dalam bentuk komunikasi yang efektif untuk mewujudkan masyarakat
Kulonprogo kearah yang lebih baik,

B. Inovasi Pelayanan dan Pemanfaatan Teknologi


Seiring dengan perkembangan jaman, inovasi sektor publik merupakan suatu
keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan sebagai respon atas perubahan
lingkungan sosial dan iptek serta meningkatnya tuntutan masyarakat untuk
mewujudkan pelayanan publik yang semakin berkualitas. Inovasi di lingkungan
sektor publik sudah banyak ditemukan di berbagai instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah. Setiap unit penyelnggara pelayanan harus bisa memberikan
pelayanan yang terbaik. Berbagai terobosan dan inovasi dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya. Kreatifitas dan peran kepemimpinan
dibutuhkan untuk akselerasi proses inovasi sektor public serta proses inovasi ini
juga banyak menghadapi tantangan dalam merealisasikannya.

Terobosan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kulonprogo


dipengaruhi oleh faktor internal organisasi yaitu kepemimpinan dan faktor
eksternal yaitu masyarakat sebagai pengguna produk atau layanan. Faktor
kepemimpinan (leadership) yang merupakan bagian dari faktor internal organisasi
dalam menghasilkan berbagai terobosan atau inovasi yang telah dilakukan di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo boleh dikatakan berhasil dan
sukses serta memdapatkan apresiasi dan perhatian luas sejak tahun 2011 di
masa kepemimpinan Bupati Hasto Wardoyo dan dilanjutkan kisah suksesnya
kepada bupati periode setelahnya (saat ini) yaitu Bupati Sutedjo
Terobosan Inovasi pada sebuah organisasi bergantung kepada empat elamen
utama yaitu sumberdaya, infrastruktur, budaya dan proses. Dalam hal melakukan
Rancangan disain inovasi, berdasarkan pengamatan kami, pemimpin pemerintah
daerah kabupaten Kulonprogo, telah memiliki kemampuan untuk
mengintegrasikan keempat eleman tersebut sehingga menyatu (cohesive),
pendekatan sistematik tersebut dapat meningkatkan hasil dari investasi yang
dilakukan untuk tercapainya sebuah inovasi.

Inovasi tidak dapat dilepaskan dari peran kepemimpinan. Meskipun tidak


seutuhnya dihasilkan dari model kepemimpinan, kepemimpinan memerlukan
pemimpin dan pengikut yang kreatif dan inovatif. Lesson Learnt dari pelayanan
inovasi dan pemanfaatan teknologi ini adalah peranan pemimpin yang tidak hanya
harus mempunyai kreatifitas dan inovasi yang tinggi, tetapi juga harus
mengembangkan budaya kreatifitas dan inovasi dalam organisasinya. Budaya
kreatifitas mendorong semua pengikutnya untuk kreatif dan inovatif, mendorong
mereka untuk lebih produktif.

C. Pembangunan Jejaring Kerja dan Kolaborasi

Hal hal yang bisa dipetik dari kabupaten Kulonprogo dalam membangun jejaring
kerja dan Kolaborasi adalah kemampuan membangun komunikasi efektif antara
Bupati dan pimpinan organisasi perangkat daerah dibawahnya serta stakeholder
terkait dalam mendukung pencapaian sasaran program dan kegiatan untuk
mewujudkan visi kabupaten Kulonprogo yaitu “Terwujudnya masyarakat Kulon
Progo yang sejahtera, aman, tentram, berkarakter, dan berbudaya berdasarkan
iman dan taqwa”.

Jejaring kerja dan kolaborasi dengan stakeholder eksternal yang dibangun


Pemkab Kulonprogo telah dimanifestasi dalam beberapa program dalam lingkup
masing masing OPD. Komunikasi yang dibangun telah terbukti efektif dalam hal
meningkatkan tingkat pemenuhan standar pelayanan minimal dibidang pelayanan
penyelenggaraan pemerintahan; Kerjasama dengan perguruan tinggi dibidang
Kesehatan (Peer to Peer), membangun jejaring kerja serta kolaborasi dengan
Investor dalam hal penanaman modal untuk pembangunan infrastruktur,
bersinergi dengan swasta dalam hal Coorporate Social Responbiliy (CSR) serta
berhasil menumbuhkan karakter dan semangat gotong royong dengan
masyarakat kulonprogo dibidang kesejahteraan rakyat. Hal-hal tersebut diatas
menjadi beberapa kunci pembelajaran yang dapat dipetik (lesson learnt) dari
keberhasilan Kulonprogo dalam membangun jejaring kerja dan kolaborasi.

D. Penerapan Manajemen Kinerja dan Manajemen Resiko

Hal potensial yang mempengaruhi kualitas tatakelola suatu organisasi ialah


perubahan yang masif dan cepat dalam sektor ekonomi dan lingkungan disekitar
organisasi yang merupakan stakeholders organisasi. Upaya yang
sungguhsungguh dalam membangun kerangka tatakelola yang kuat dan sesuai
perlu dilakukan dalam menjaga keberlangsungan organisasi. Untuk membangun
kerangka tersebut, dibutuhkan hubungan dan komunikasi yang baik antara
pimpinan dan seluruh tingkatan struktural organisasi yang memastikan
berjalannya sistem pengendalian internal berjalan secara efektif.

Dalam hal mewujudkan Sistim Tata Kelola Pemerintahan yang baik (Good
Governance), penerapan sistem pengendalian instansi pemerintah dilingkungan
kabupaten Kulonprogo sejauh ini telah efektif berjalan dengan memperhitungkan
factor analisis resiko serta membangun dan menumbuhkan budaya resiko dalam
pelaksanaan program dan kegiatan pemerintahan. Penerapan SPIP secara efektif
diharapkan dan diyakini dapat membangun tata pemerintahan yang baik yang
berdampak pada peningkatan efisiensi serta efektifitas atas pemanfaatan seluruh
sumber daya yang ada di seluruh jajaran pemerintahan. Best practice penerapan
manajemen kinerja yang telah dilakukan oleh Pemkab Kulonprogo dapat dilihat
dari capaian output dan outcome (manfaat) yang telah dirasakan oleh masyarakat
dalam hal penyelenggaraan pelayanan public. Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) Kab. Kulonprogo sejauh ini telah meningkat setiap tahunnya berdasarkan
hasil survey yang dilakukan sehinga menumbuhkan public trust kepada pemimpin
dan organisasi yang dipimpinnya. Outcome (manfaat) yang diperoleh masyarakat
Kulonprogo berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat tersebut menjadi tolak
ukur keberhasilan pelayanan penyelenggaraan pemerintah yang dapat dipetik dan
sebagai bahan pembelajaran (lesson learnt) dari Kabupaten Kulonprogo.

E. Program dan Penganggaran dan Akuntabilitas Kinerja

Pemerintah kabupaten Kulonprogo dalam hal manajemen dan penganggaran


pemerintah, telah mengacu kepada pendekatan perencanaan penganggaran
sesuai UU nomor 17 tahun 2003 terkait Keuangan Negara dan pengelolaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Penyusunan pengelolaan
keuangan daerah Kab. Kulonprogo dilaksanakan dengan cara menganalisis
capaian dan memperoleh proyeksi yang tepat mengenai kemampuan daerah
dalam mendanai perencanaan pembangunan daerah. Dengan melakukan analisis
keuangan daerah yang tepat akan melahirkan kebijakan yang efektif dalam
pengelolaan keuangan daerah.
Pelaksanaan pendekatan pelaksanan anggaran pemerintah daerah Kulonprogo
yang dimulai dari proses planning, programming , budgeting, pelaksanaan dan
pengendalian serta evaluasi kinerja penganggaran berdasakan pendekatan
penganggaran berbasis kinerja (PBK) sesuai system penganggaran pemerintah
(UU Nomor 17 tahun 2003) yang menekankan penggunaan alokasi anggaran
yang berorientasi kepada output dan kinerja, fleksibilitas pengelolaan anggaran
dengan berprinsip kepada akuntabiltas, dan alokasi anggaran program/kegiatan
didasarkan pada tugas/fiungsi unit kerja yang dilekatkan pada struktur organisasi
(money follow function). Dengan mengacu kepada prinsip akuntabilitas kinerja
tersebut, dari seluruh proses pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo secara umum telah dicapai hasil
perbaikan tata kelola yang ditunjukkan dengan opini dari BPK RI.
. Laporan Akuntabilitas yang transparan dan kredibel ditopang oleh laporan
keuangan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendapatkan opini
dari Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pemegang otoritas atas laporan
keuangan di Indonesia. Untuk pemerintah Kabupaten Kulonprogo, realisasi kinerja
pengelolaan keuangan daerah dapat dilihat dari Opini BPK-RI atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Pada 2007-2012 Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), namun mulai 2013
sampai dengan 2016 telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Bahkan pada opini tahun terakhir 2016 berhasil memperoleh WTP tanpa paragraf
penjelas. Hal ini menunjukkan pengelolaan keuangan telah memenuhi standar
akuntansi pemerintahan melalui tertib pengelolaan pendapatan, tertib pengelolaan
belanja dan tertib pengelolaan asset daerah. Lesson Learnt dari manajemen
penganggaran dan akuntabilitas kinerja tercermin dari Opini BPK terhadap
Laporan Keuangan Daerah yang dicapai atas keberhasilan Pemkab Kulonprogo
dalam membangun sinergitas antar setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
sesuai dengan arah dan kebijakan yang dituangkan dalam kerangka RPJMD dan
renstra pemerintah daerah serta bekerjasama dalam menjalankan visi dan misi
Bupati sebagai kepala daerah Kabupaten Kulonprogo.
3. Rencana Aksi (Action Plan) adopsi dan adaptasi di tempat kerja

Berdasarkan hasil Studi lapangan (STULA) di Pemerintah Daerah Kabupaten


Kulonprogo, terdapat beberapa pembelajaran yang dapat diambil sebagai salah satu
Kabupaten di DIY Yogyakarta yang telah mengadopsi dan mengadaptasikan Kinerja
Pelayanan ditinjau dari aspek Kepemimpinan Kinerja dan Manajemen Kinerja sebagai
penyelenggara negara dalam hal pelayanan publik di instansi pemerintah. Beberapa
hal berupa best practice yang telah dilaksanakan di Pemkab. Kulonprogo terkait
aspek aspek yang telah diuraikan sebelumnya dapat kita adopsi untuk dapat
diterapkan (adaptasi) dilingkungan kerja kemeterian PUPR khususnya di Balai Besar
Pelaksanaan jalan Nasional Sulawesi Selatan. Program dan kegiatan yang bisa
diadopsi dan diadaptasi yaitu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Tepadu (DPMPT). Secara garis besar DPMPT
memiliki Tugas melaksanakan kegiatan penanaman modal, kegiatan pelayanan ijin
secara terpadu termasuk pengendalian dan pengawasannya serta memiliki Fungsi
merumuskan kebijakan teknis dibidang penanaman modal danpelayanan perijinan
terpadu. Adaptasi Terobosan Inovasi pelayanan kinerja dan pemanfaatan teknologi
yang berbasis digital yang dapat diimplementasikan di BPJN Sulawesi Selatan yaitu
menggabungkan empat elemen utama yaitu sumberdaya, infrastruktur, budaya dan
proses dan mengintegrasikan keempat eleman tersebut sehingga menyatu (cohesive)
untuk mempermudah pelayanan Perijinan pemanfaatan bagian-bagian jalan yang
diamanahkan dalan Undang undang nomor 20 tahun 2010. Rencana aksi BBPJN
Sulawesi Selatan
1. Mengintegerasikan layanan perijinan pemanfaatan bagian bagian jalan pada ruas
jalan nasional di propinsi Sulawesi Selatan beserta pengendalian (monitoring)
secara digital (aplikasi Web ataupun Mobile application) untuk mempercepat waktu
pelayanan dengan ketentuan yang berlaku
2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Ijin pemanfaatan bagian bagian jalan masih
konvensional dan belum berupa aplikasi mobile sehingga kedepan diupayakan
lebih digital based berupa layanan berbasis android system
3. Pembayaran konpensasi pelayanan yang berupa PNBP masih pencatatan manual
sehingga kedepannya akan mengadaptasikan fitur pembayaran melalui e-mobile
dan memudahkan pengguna jasa ataupun stakeholder dalam hal pengawasan
secara transparan dan akuntable
4. Penyederhanaan birokrasi dan meminimalkan pertemuan tatap muka dengan
layanan daring untuk rapat pertemuan dan pembahasan ijin pada tahap awal
kecuali hal hal lainnya terkait koordinasi finalisasi ijin pelaksanaan.
5. Membangun jejaring kerja dan komunikasi yang efektif dengan penyedia jasa dan
pemohon ijin lainnya dari sektror swasta agar dapat menjalankan Coorporate
Social Responsibility (CSR) terhadap pelaksanaan kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
6. Inventarisasi dan evaluasi ulang terhadap pengendalian ijin pelaksanaan
pemanfaatan jalan diruas jalan nasional yang berupa sewa atau pinjam pakai
asset Barang Milik negara (BMN) yang mendekati akhir masa layanan
7. Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan stakeholder lain dan melaksanakan
Forum Group Diskusi (FGD) dalam menyamakan persepsi terkait pengelolaan
asset Barang Milik Negara

4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil Studi lapangan (STULA) melalui media daring dengan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kulonprogo, terdapat beberapa hal yang dapat kami simpulkan sebagai
berikut :
1. Capaian dan perolehan yang diraih pemerintah daerah kabupaten Kulonprogo tidak
terlepas dari keberhasilan melakukan transformasi kepemimpinan serta corak
pemimpin yang memiliki karakter kuat (strong leadership) dalam meminpin
daerahnya. Peran pemimpin pengganti sangat vitaldalam meneruskan tongkat
estafet kepemimpinan terhadap program dan kegiatan sebelumnya secara
berkesinambungan.
2. Terobosan inovasi yang sebelumnya manual bergeser dan bertransformasi secara
digital telah diterapkan dalam pelayanan penyelenggaraan pemerintahan di
kabupaten Kulonprogo dengan baik sehingga dapat menimbulkan kepercayaan
masyarakan dan menumbuhkan public trust.

Saran yang dapat kami sampaikan kepada Pemkab Kulonprogo dimasa mendatang adalah
agar dapat menjaring sebanyak banyaknya investor untuk membangun infrastruktur dan
membangun sumber daya manusia kulonprogo sesuai analisis beban kerja ASN
dilingkungan Pemkab. Kulonprogo sehingga dapat mewujudkan visi kabupaten Kulonprogo
yaitu “Terwujudnya masyarakat Kulon Progo yang sejahtera, aman, tentram, berkarakter,
dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa”.

Anda mungkin juga menyukai