Anda di halaman 1dari 63

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada masa era reformasi di Indonesia telah diiringi pula dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi sehingga pemerintah secara bertahap mulai membuka diri. Demokrasi merupakan tuntutan masyarakat agar keberadaan mereka lebih dihargai oleh pemerintah, masyarakat juga menuntut agar Hak-hak Asasi Manusia (HAM) diakui. Mereka juga ingin turut serta dalam pengambilan kebijakan, dimana kebijakan tersebut berhubungan dan diperuntukkan bagi masyarakat. Salah satu langkah awal dari pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah dengan memberdayakan pemerintah daerah melalui otonomi daerah. Pelaksanaan demokrasi melalui otonomi daerah juga dapat memberdayakan pejabat daerah dan masyarakatnya. Otonomi daerah selain memberdayakan pemerintah daerah dan

masyarakatnya juga bertujuan agar Indonesia dapat mewujudkan good governance. Prinsip-prinsip good governance diantaranya partisipasi, tegaknya hukum, transparansi, responsif, musyawarah untuk mufakat, keadilan dan perlakuan yang sama untuk semua orang, efektif dan ekonomis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Melalui otonomi daerah maka pemerintah daerah dan masyarakatnya dapat diberdayakan, karena dengan otonomi daerah partisipasi masyarakat dapat langsung ditangkap pemerintah. Pengambilan kebijakan termasuk kebijakan mengenai pembangunan daerah dengan melalui otonomi daerah akan menjadikan kebijakan tersebut lebih dekat pada masyarakat karena pemerintah daerah memiliki kewenangan luas untuk mengurus rumah tangganya. Kebijakan pemerintah pusat yang bersifat pedoman bagi daerah, dilaksanakan di daerah melalui Peraturan Daerah. Dari hal tersebut pemerintah mengharapkan agar kebijakannya lebih dekat dengan masyarakat karena telah disesuaikan oleh pemerintah daerah masing-masing. Diharapkan pula dengan kebijakan tersebut dapat dilaksanakan sebaik mungkin di daerah.

Dalam kaitannya dengan tugas pemerintah daerah terhadap pelaksanaan pembangunan daerah maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan sebab pembangunan yang baik adalah pembangunan yang disertai dengan perencanaan. Perencanaan pembangunan daerah ini dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Perencanaan pembangunan daerah itu sendiri meliputi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek sehingga dalam perencanaan pembangunan daerah Kota Malang selalu disesuaikan dengan visi misi Kota Malang. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan badan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan dan tugas dalam membuat perencanaan pembangunan daerah baik perencanaan jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Perencanaan pembangunan daerah oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang sangat diperlukan agar pelaksanaan pembangunan daerah khususnya pembangunan Kota Malang dapat bersifat pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan daerah yang baik adalah apabila dalam pelaksanaan pembangunan tersebut sesuai dengan kebutuhan daerah. Kebutuhan daerah untuk melaksanakan pembangunan, baik pembangunan infrastuktur daerah maupun pembangunan guna meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dalam hal ini Wali Kota dan Wakil Wali Kota beserta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang memiliki kewajiban untuk melaksanakan perencanaan pembangunan daerah guna mewujudkan visi misi Kota Malang tersebut. Mahasiswa sebagai Agent of Change memiliki peran dalam melakukan perubahan positif di dalam kehidupan sosial masyarakat. Mahasiswa yang siap terjun dalam masyarakat adalah mahasiswa yang beriman, berkemampuan tinggi dan tanggap terhadap masalah sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Tantangan sumber daya manusia tersebut merupakan tanggung jawab bersama baik dari kalangan civitas akademika, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat lain yang merupakan emansipator output perguruan tinggi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pihak Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Administrasi Publik memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti latihan kerja (magang) sebagai hal yang perlu dipelajari mahasiswa untuk mendukung penerapan dan aplikasi dari teori-teori ilmu yang diterima di perguruan tinggi. Sehingga diharapkan mahasiswa mempunyai gambaran tentang solusi, tantangan di masa mendatang, mampu mandiri, dan mempersiapkan diri terjun ke masyarakat. Kegiatan KKN/Magang ini salah satu kebijakan yang diambil oleh pihak fakultas dalam rangka memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan. Hal ini dikarenakan adanya kesadaran bahwa sering seorang lulusan dari perguruan tinggi tidak siap untuk langsung terjun kedalam dunia kerja nyata yang diakibatkan oleh kurangnya pengalaman dan wawasan, sehingga dengan kegiatan KKN/Magang yang dilaksanakan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang ini dapat menerapkan ilmu yang sedang diperdalam untuk membantu mengatasi beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh Kantor Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang dalam melakasanakan tugas dan kewenangannya sebagai perencana pembangunan daerah. Dari kegiatan magang ini penulis tertarik untuk mengupas lebih jauh mengenai obyek masalah dan judul pada Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Dalam Pembangunan Daerah Kota Malang. Praktek KKN/Magang ini kami laksanakan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang, selama 1 bulan yang bertujuan untuk dapat mengkaji secara terperinci dan mendalam baik secara teoritis maupun praktis yang terkait dalam bidang ilmu administrasi khususnya administrasi publik.

B. Tujuan Kegiatan Magang Adapun tujuan-tujuan terlaksanakannya magang ini, yaitu: 1. Tujuan Umum:

a. Mengetahui peranan dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang dalam pembangunan daerah. b. Mengetahui visi dan misi serta strategi kebijakan pembangunan daerah Kota Malang. c. Membantu pelaksanaan administrasi di Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang. 2. Tujuan Khusus: a. Menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku pendidikan. b. Sebagai pengalaman kerja dan bekal pengetahuan bagi mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat. c. Mengetahui tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang dalam pembangunan daerah.

C. Manfaat Kegiatan Magang Manfaat yang diharapkan dari kegiatan magang pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa a. Dapat mengenal lebih jauh realita ilmu yang telah diterima di perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan. b. Dapat menguji kemampuan pribadi dalam berkreasi pada bidang ilmu yang dimiliki serta dalam tata cara hubungan masyarakat di lingkungan kerjanya. c. Memperdalam dan meningkatkan ketrampilan dan kreativitas diri dalam lingkungan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya. d. Dapat menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk

menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya di masa datang. e. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman selaku generasi yang dididik untuk siap terjun langsung di masyarakat khususnya di lingkungan kerjanya. 2. Bagi Fakultas

a. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana program atau kurikulum yang telah diterapkan sesuai kebutuhan masyarakat pengguna lulusan program. b. Mencetak sarjana yang terampil dan jujur dalam menghadapi tugas dan pekerjaan di dunia nyata. c. Sarana untuk membangun kerjasama dan memperluas jaringan antara Fakultas Ilmu Administrasi dengan instansi yang terkait. 3. Bagi Instansi a. Merupakan sarana untuk alih ilmu di bidang administrasi khususnya publik dan lain-lain bagi kemajuan instansi yang bersangkutan. b. Merupakan sarana penghubung antara instansi dengan Lembaga Pendidikan Tinggi. c. Membantu instansi dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Sejarah Pada tahun 1978 Gubernur Kepala Daerah Jawa Timur mengintruksikan kepada semua Bupati/Walikota di Jawa Timur agar membentuk organisasi baru Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Atas dasar hal tersebut, maka Pemerintahan Daerah Malang membentuk Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dengan surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Malang Nomor V/110/VII/1979 tanggal Juli 1979 kemudian mengangkat Drs. Widomoko sebagai Ketua BAPPEDA Kota Malang yang pertama didampingi seorang sekretaris dan empat kepala Bidang. Untuk membentuk BAPPEDA seluruh Daerah Tingkat II se-Jawa Timur telah diterbitkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Jawa Timur Nomor BPPD. 053/388/1980 tanggal 23 Mei 1980 Tentang Pembentukan BAPPEDA Tingkat II. Surat Keputusan ini dibuat dengan memperhatikan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185 Tahun 1980 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Tingkat I dan Tingkat II dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1981 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Laksana BAPPEDA Kotamadya Daerah Tingkat II Malang. Bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjut terhadap ketentuan pasal 60 UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah serta untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna, maka Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan dan Kantor sebagai Lembaga Teknis Daerah perlu dilaksanakan penyesuaian dengan melakukan penataan kembali.

Dalam kapasitas sebagai entry point pembangunan daerah itulah keberadaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang yang dikenal dengan sebutan BAPPEKO dibentuk untuk menjalankan tugas pokok untuk melaksanakan kewenangan di bidang perencanaan pembangunan daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Pembentukkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang serta Keputusan Walikota Malang Nomor 349 Tahun 2004 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang. Sehubungan dengan penyelenggaraan urusan-urusan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu membentuk dan menata organisasi Perangkat Daerah Inspektorat, Badan dan Kantor. Dalam rangka pelaksanaan ketentuan pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 15 Peraturan Pemerintahan Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, perlu meninjau kembali Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan dan Kantor sebagai Lembaga Teknis Daerah, maka dibentuklah Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Lembaga Teknis Daerah dan telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Malang Nomor 63 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang, ini yang menjadi landasan keberadaan BAPPEDA Kota Malang yang saat ini berlokasi di JL. Tugu No. 1 Malang, Kota Malang, Jawa Timur.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Walikota Malang No. 63 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang, maka tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai berikut: Tugas Pokok: Menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan Daerah. 2. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja ) di bidang perencanaan pembangunan daerah. 3. Penyiapan dan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KU-APBD). 4. Penyiapan dan Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembanguna Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). 5. Penyiapan dan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). 6. Penyusunan program dan perumusan kebijakan operasional penelitian dan pengembangan. 7. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan. 8. Pelaksanaan pengurusan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 9. Pengkoordinasian penelitian dan mengadakan kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga penelitian lainnya. 10. Penyiapan bahan dalam rangka publikasi hasil-hasil penelitian dan pengembangannya. 11. Pemeliharaan hasil-hasil penelitian dan pengembangannya serta

penyusunan statistik perkembangan penelitian dan pengembangannya. 12. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsinya.

13. Pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah dan antara daerah dengan swasta, dalam dan luar negeri. 14. Pelaksanaan kerjasama antar lembaga untuk mengembangkan statistik. 15. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan. 16. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan. 17. Pengevaluasian pelaksanaan Rencana strategis dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). 18. Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,

ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan. 19. Pelaksanaan Standart Pelayanan Minimal (SPM). 20. Penyusunan dan pelaksanaan Standart Pelayanan Publik (SPP). 21. Pelaksanaan fasilitas pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan. 22. Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang perencanaan pembangunan. 23. Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait layanan publik secara berkala melalui web site Pemerintah Daerah. 24. Pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional. 25. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. 26. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsinya.

C. Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang yang memiliki tugas dan kewenangan dalam perancangan pembangunan daerah memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi: Mewujudkan Perencanaan Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat.

10

Misi: 1. Meningkatkan perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. 2. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian Kota Malang yang merata sebagai motor penggerak pertumbuhan perekonomian kawasan sekitarnya. 3. Mengembangkan perencanaan pembangunan kota melalui penyusunan Rencana Pembangunan Kota melalui penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah maupun penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya dan penyusunan rencana tata ruang wilayah merujuk pada hasil penelitian maupun database potensi wilayah. 4. Mewujudkan pelayanan publik yang prima.

D. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Lembaga Teknis Daerah dan telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Malang Nomor 63 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang, berikut susunan strutur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang: 1. Kepala Badan Merupakan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang memiliki tugas menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi

mengkoordinasikan dan melakukan pengawasan melekat terhadap unit kerja di bawahnya serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sekretariat Sekretariat badan ini terdiri dari tiga subbagian, yaitu: a. Subbagian Penyusunan Program Subbagian penyusunan program mempunyai tugas penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja), pelaksanaan

11

penyusunan Dokumen Pelaksana Anggara (DPA), dan penyusunan Penetapan Kinerja (PK). b. Subbagian Keuangan Subbagian keuangan mempunyai tugas pengelolaan anggaran dan barang, pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran gaji pegawai, pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan dan pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan. c. Subbagian Umum Subbagian umum mempunyai tugas pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan dan pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan. 3. Bidang Pendataan dan Evaluasi Bidang pendataan dan evaluasi terdiri dari dua subbidang, yaitu: a. Subbidang pendataan dan pelaporan Subbidang pendataan dan pelaporan memiliki tugas penyiapan dan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM), Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan daerah. b. Subbidang monitoring dan evaluasi Subbidang monitoring dan evaluasi memiliki tugas pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah skala kecamatan/kelurahan. 4. Bidang Tata Kota Bidang tata kota ini terdiri dari dua subbidang, yaitu: a. Subbidang prasarana dan sarana Subbidang prasarana dan sarana memiliki tugas pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan program dan kegiatan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan,

12

penyusunan keserasian pengembangan perkotaan dan pelaksanaan petunjuk pelaksanaan keserasian pengembangan perkotaan. b. Subbidang tata ruang Subbidang tata ruang memiliki tugas pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan program dan kegiatan perencanaan tata

ruang, penyusunan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan, penyusunan dan pelaksanaan petunjuk

pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan. 5. Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Bidang ekonomi, sosial dan budaya terdiri dari dua subbidang, yaitu: a. Subbidang ekonomi Subbidang ekonomi mempunyai tugas pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan program dan kegiatan perencanaan pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan budaya, penyusunan petunjuk pelaksanaan pengembangan pembangunan skala kota di bidang ekonomi, sosial dan budaya serta pelaksanaan pedoman dan standar pengembangan pembangunan perwilayahan skala kota di bidang ekonomi, sosial dan budaya. b. Subbidang sosial dan budaya Subbidang sosial dan budaya memiliki tugas pelaksanaan bimbingan, supervisi dan koordinasi keserasian pengembangan perkotaan dan di kecamatan/kelurahan, pelaksanaan pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta pelaksanaan bimbingan, supervisi dan koordinasi pelayanan perkotaan di kecamatan/ kelurahan. 6. Bidang Penelitian dan Pengembangan Bidang penelitian dan pengembangan ini terdiri dari dua subbidang, yaitu: a. Subbidang penelitian Subbidang penelitian memiliki tugas pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan program dan kegiatan penelitian dan

pengembangan pembangunan daerah, pelaksanaan penelitian dan pengembangan kajian di bidang pemerintahan, keuangan,

13

pemberdayaan masyarakat, kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat, pengembangan hasil penelitian dalam rangka perumusan kebijakan pembangunan kegiatan serta pelaksanaan dan pembinaan dan pada

pengkoordinasian Perangkat Daerah.

penelitian

pengembangan

b. Subbidang publikasi dan dokumentasi Subbidang publikasi dan dokumentasi memiliki tugas pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait kegiatan penelitian dan pengembangan, pelaksanaan sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan serta pendokumentasian hasil penelitian dan

pengembangannya.

14

Gambar Bagan I Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang
KEPALA BADAN

SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN PENYUSUNAN PPROGRAM

SUBBAGIAN KEUANGAN

SUBBAGIAN UMUM

BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BIDANG EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

BIDANG TATA KOTA

BIDANG PENDATAAN DAN EVALUASI

SUBBIDANG PENELITIAN

SUBBIDANG EKONOMI

SUBBIDANG PRASARANA DAN SARANA

SUBBIDANG PENDATAAN DAN PELAPORAN

SUBBIDANG PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI

SUBBIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

SUBBIDANG TATA RUANG

SUBBIDANG MONITORING DAN EVALUASI

15

BAB III RENCANA KERJA

A. Jumlah Peserta Peserta KKN/Magang pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, berjumlah 5 (lima) orang Mahasiswa, yang terdiri dari: 1. Aprianto Agung Saputro 2. Alfian Achmad Rifai 3. Ayu Puspitasari 4. Dwi Kartika Sari 5. Astrida Puspita Sari (0810310015) (0810310006) (0810310028) (0810310046) (0810313067)

B. Tempat dan Waktu Dalam rangka melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi, yang diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan secara teoritis yang diperoleh dalam perguruan tinggi terhadap dunia kerja. Maka kegiatan ini dilaksanakan pada: Tempat : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang Jl. Tugu No. 1 Malang, Kota Malang, Jawa Timur (pada waktu pelaksanaan KKN/Magang) Waktu : 1 April 2011-30 April 2011

C. Metode Pelaksanaan Dari sejak awal rencana praktek kerja (magang) dilaksanakan, penulis menyadari berbagai keterbatasan dan kendala. Oleh sebab itu, walaupun dirasa tidak mungkin dapat melakukan pengamatan secara intensif terhadap pokok masalah yang sedang dikaji, maka tetap diupayakan agar penulisan laporan hasil praktek kerja nyata (magang) ini memperoleh data dan informasi yang memenuhi persyaratan dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

16

1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari teori-teori yang relevan dan mendukung pokok masalah yang sedang dibahas. 2. Pendekatan lapangan yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan atau kegiatan di masing-masing bidang. Untuk ini digunakan teknik pengumpulan data : a. Dokumenter yaitu mempelajari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, laporan serta dokumen-dokumen yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Kota Malang. b. Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui tatap muka dengan pejabat yang berwenang. Wawancara ini tetap diperlukan untuk memperoleh data yang diperlukan yang tidak diperoleh malalui metode dan teknik lainnya. Disamping itu, tidak kalah pentingnya adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dengan jalan menggali informasi dari andalan yang telah ditunjuk, tentang berbagai potensi organisasi, perkembangan yang dicapai, macam atau jenis program yang dilaksanakan, permasalahan dan kendala yang dihadapi serta upaya-upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan.

D. Jadwal Kegiatan Kegiatan Kerja Praktek di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang ini dimulai dengan permohonan pengajuan kegiatan magang, konfirmasi penerimaan, penerimaan dari instansi, pelaksanaan Kerja Praktek dan pembuatan laporan. Adapun perincian kegiatan ini adalah sebagai berikut :

17

Tabel 1 Rencana Kegiatan Kuliah Kerja Nyata / Magang Universitas Brawijaya Jurusan Administrasi Publik Di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang No. 1. Waktu Minggu I Pelaksana Kegiatan Rencana Kegiatan Perkenalan lingkungan Kuliah (KKN). Mengurus Koordinasi pegawai di surat-surat Kerja Nyata

yang dibutuhkan. 2. Minggu II dengan bidang

masing-masing. Mengerjakan Aprianto Agung S. Alfian Achmad R. Ayu Puspitasari 3. Minggu III Dwi Kartika Sari Astrida Puspita S. yang diberikan tugas oleh

pembimbing di tempat magang. Mengikuti yang kegiatan

diselenggarakan

instansi. Mengerjakan yang diberikan tugas oleh

pembimbing di tempat magang. 4. Minggu IV Mengerjakan tugas

yang diberikan oleh pembimbing di tempat magang. Mencari data-data yang dibutuhkan untuk

18

penyusunan magang. Berkonsultasi pembimbing instansi 5. Minggu V Berkonsultasi pembimbing instansi Mengerjakan magang.

laporan

dengan dari

dengan dari

laporan

E. Pembagian Kerja Pihak pelayanan intern menetapkan kebijakan untuk membagi peserta KKN/Magang pada empat bidang atau bagian, diantaranya: Dua orang pada bidang sekretariat. Satu orang pada bidang ekonomi, sosial dan budaya. Satu orang pada bidang evaluasi dan pendataan. Satu orang pada bidang penelitian dan pengembangan.

19

BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan Kemudian untuk penempatan mahasiswa dibagi dalam empat bidang secara menetap dengan kata lain tidak mengalami pergantian bidang dalam setiap minggunya. Adapun kegiatan yang kami lakukan tertulis pada table berikut: Tabel 2 Pelaksanaan Kegiatan No. Waktu Bidang Kerja Pelaksana Kegiatan 1. Minggu Ke I Jumat, 1 April 2011 Aprianto Agung S. Perkenalan Alfian Achmad R. Ayu Puspitasari Dwi Kartika Sari Astrida Puspita S. lingkungan KKN/Magang. Mempelajari aturanUraian Kegiatan

aturan yang berlaku di tempat KKN/Magang sekaligus beradaptasi dengan para karyawan yang bekerja di

instansi tersebut. Mempelajari struktur organisasi, pembagian tugas dan fungsi

sekaligus jumlah dan nama-nama yang bagian pegawai di sama,

bekerja yang

dengan tujuan agar lebih cepat

20

bersosialisasi dengan para pegawai. 2. Minggu Ke II Senin, 4 April 2011 s/d Jumat, 8 April 2011 Bidang Sekretariat Aprianto Agung S. Alfian Achmad R. Ayu Puspitasari Dwi Kartika Sari Astrida Puspita S. Alfian Achmad R. Astrida Puspita S. Membantu mengerjakan laporan keuangan rapat dinas. Bidang Ekonomi, Sosial Budaya dan Ayu Puspitasari Mengerjakan tugas yang diberikan oleh pembimbing dari instansi, yaitu membuat surat undangan rapat TKPKD dan membantu persiapan pelaksanaan kegiatan rapat TKPKD. Bidang Pendataan dan Evaluasi Dwi Kartika Sari Mengevaluasi Program / kegiatan dan penganggaran DBH CHT TA. 2011. Bidang Penelitian dan Pengembangan 3. Bidang Sekretariat Alfian Achmad R. Astrida Puspita S. Aprianto Agung S. Membantu pelatihan pengadaan Membantu surat keluar. barang Pembagian masing-masing bidang. pada

dan jasa di Unmer. mendata dan

masuk

21

Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Bidang Pendataan dan Evaluasi

Ayu Puspitasari

Membantu surat

mencatat masuk,

mengetik surat dan mengedit data. Dwi Kartika Sari Meneruskan evaluasi Membantu tugas program

pada minggu kedua. Bidang Penelitian dan Pengembangan Bidang Sekretariat Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Bidang Pendataan dan Evaluasi Bidang Penelitian dan Pengembangan 4. Minggu Ke IV Senin 18 April 2011 s/d Kamis 21 April 2011 Bidang Ekonomi, Sosial Budaya dan Ayu Puspitasari Bidang Sekretariat Alfian Achmad R. Astrida Puspita S. Aprianto Agung S. Alfian Achmad R. Ayu Puspitasari Dwi Kartika Sari Astrida Puspita S. Aprianto Agung S. pelatihan

pengadaan barang dan jasa di Unmer. Melakukan diskusi

terkait peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam

pembangunan daerah Kota Malang dengan pegawai/pejabat masing-masing bidang. Membantu mencari di

artikel sebagai bahan topik pelaksanaan

musrenbang. Melanjutkan melaksanakan tugas

yang diberikan oleh pembimbing dari

instansi seperti pada minggu ketiga, yaitu

22

mencatat

surat,

mengetik surat dan mengedit nota dinas. Bidang Pendataan dan Evaluasi Dwi Kartika Sari Foto copy dan mengantar surat ke tiap SKPD di Kota Malang. Bidang Penelitian dan Pengembangan Aprianto Agung S. Membantu membuat arsip dan dokumendokumen pengadaan dan jasa. 5. Minggu Ke V Senin 25 April 2011 s/d Jumat 29 April 2011 Bidang Sekretariat Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Bidang Pendataan dan Evaluasi Bidang Penelitian dan Pengembangan Alfian Achmad R. Astrida Puspita S. Ayu Puspitasari Dwi Kartika Sari Aprianto Agung S. Menyerahkan sumber evaluasi meminta sekaligus penilaian pelatihan barang

pembimbing terhadap kinerja penulis selama kegiatan KKN/Magang. Memeriksa kelengkapan data

yang diperlukan untuk penyusunan KKN/Magang. Mengerjakan tugaslaporan

tugas yang diberikan oleh pembimbing. Mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan pembimbing di

23

instansi. Meminta pembimbing paraf di

instansi pada lembar kegiatan KKN/Magang. Berpamitan dan harian

mengucapkan terima kasih pihak pada di seluruh tempat yang

KKN/Magang telah kelancaran pelaksanaan KKN/Magang. Dokumentasi.

membantu

B. Hambatan Peran BAPPEDA dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi Pembangunan Kota Malang Dalam pelaksanaan kegiatan KKN/Magang yang telah kami laksanakan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang, kami memperoleh informasi dari instansi terkait peran Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam pembangunan daerah. Informasi tersebut kami peroleh baik dari diskusi yang kami lakukan dengan pejabat atau pegawai instansi maupun dari sumber-sumber data yang ada di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang. Dari informasi yang kami peroleh tersebut, maka kami dapat menarik suatu pemikiran bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) sebagai perencana pembangunan daerah juga mengalami hambatan-hambatan sebagai berikut: 1. Koordinasi antar dinas di Kota Malang

24

Dalam

melaksanakan

perencanaan

pembangunan

kurang

adanya

koordinasi antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dengan dinas-dinas terkait. Hal ini dapat dibuktikan dalam beberapa kasus pembangunan sebagai contoh ketika Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) melakukan pembangunan jalan-jalan di Kota Malang seringkali terjadi bongkar bangun jalan-jalan yang sudah selesei dibangun. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari PDAM yang menginginkan penggalian jalan untuk membangun saluran air maka pembangunan jalanjalan yang sudah selesei dibangun seringkali mengalami pembongkaran yang merupakan cerminan dari kurangnya koordinasi antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dengan PDAM dalam perencanaan pembangunan infrastruktur daerah. Kasus ini banyak terjadi di wilayah Dinoyo. 2. Ketepatan kebijakan dan strategi perencanaan pembangunan dengan sasaran wilayah. Sering kali produk-produk kebijakan yang telah dibuat oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam melaksanakan pembangunan tidak sesuai dengan wilayah dan kondisi lingkungan. Kasus pembangunan Mall yang dibangun di wilayah pendidikan, apartemen yang dibangun di wilayah daerah aliran sungai. Dua contoh kasus tersebut membuat produk kebijakan dan strategi perencanaan pembangunan kurang berkualitas. 3. Tidak ada inovasi dalam pembuatan program-program kebijakan. Dalam pembuatan program-program kebijakan kebanyakan hanya mengadopsi program kebijakan yang lalu tanpa adanya inovasi sehingga program-program kebijakan yang dibuat tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi di masyarakat.

25

C. Hambatan dan Dukungan Terhadap Kegiatan KKN/ Magang Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang dalam mengoptimalisasikan kegiatan KKN/Magang mengalami hambatanhambatan sebagai berikut: 1. Kurangnya koordinasi antara instansi dengan lembaga pendidikan dalam mendukung pelaksanaan KKN/Magang di BAPPEDA Kota Malang. 2. Kurangnya kegiatan yang diberikan kepada peserta KKN/Magang oleh instansi dalam pelaksanaan kegiatan KKN/Magang di BAPPEDA Kota Malang sehingga terkesan pasif. Sedangkan dukungan terhadap kegiatan magang pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang adalah sebagai berikut: 1. Sikap ramah yang ditunjukkan staf masing-masing bidang dalam memberikan kerjasama terhadap peserta magang, sehingga memungkinkan peserta untuk lebih bersemangat melaksanakan kegiatan magang ini. 2. Fleksibilitas yang diberikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang kepada peserta dalam menyelesaikan tugas selama kegiatan magang ini, sehingga memudahkan untuk menyesuaikan dengan jadwal akademik di fakultas. 3. Suasana ruang kerja yang kondusif, yang dimana hal ini didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap seperti beberapa unit komputer dalam keadaan yang layak pakai.

D. Hasil Perolehan Data Di dalam kegiatan KKN/Magang yang telah kami lakukan, sesuai dengan latar belakang pembangunan yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perencanaan daerah merupakan unsur terpenting dalam pelaksanaan

pembangunan sebab pembangunan tanpa perencanaan yang baik maka pembangunan daerah tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam kegiatan KKN/Magang yang kami lakukan maka kami memperoleh beberapa pengetahuan

26

terkait dengan peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam pembangunan daerah Kota Malang seperti yang akan teruraikan pada bahasan di bawah ini. 1. Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah a. Kebijakan dan Strategi Penetapan Sistem Fungsi dan Perwilayahan Struktur tata ruang merupakan unsur yang terpenting dalam pengembangan sebuah kota. Perencanaan infrastruktur harus mengacu pada struktur ruang yang telah ditetapkan, hal ini agar tidak terjadi kesenjangan antar wilayah dalam satu kota. Sistem kepusatan suatu kota dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penduduk yang dilayani, yang digambarkan sebagai suatu struktur hirarki mulai dari tingkat pelayanan yang tertinggi sampai terendah. Ditinjau dari skala suatu kota untuk membentuk suatu sistem kepusatan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu skala regional, skala kota, dan skala lokal. Kebijaksanaan sistem pusat pelayanan diarahkan sebagai berikut : 1) Pusat Kegiatan Nasional Pusat Kegiatan Nasional (PKN) didefinisikan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala nasional atau beberapa propinsi. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ditetapkan dengan kriteria yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa propinsi dan kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa propinsi. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap daerah yang dilayani, terutama lokasi yang terletak atau mudah dicapai dari jalur regional.

27

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, penetapan PKN di Jawa Timur salah satunya adalah Kota Malang. 2) Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Malang Raya Kawasan andalan dapat didefiniskan sebagai bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor unggulan bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kota Malang ditetapkan sebagai pusat pelayanan dari kawasan andalan Malang Raya yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu. Adapun sektor unggulan dari kawasan andalan Malang Raya meliputi sektor pendidikan, sektor pertanian, sektor perikanan, sektor industri, sektor perkebunan dan sektor pariwisata. 3) Pusat Pelayanan Berskala Regional Pusat pelayanan berskala regional didefinisikan sebagai fasilitas yang lingkup pelayanannya mencakup wilayah kecamatan atau wilayah yang lebih luas dari kecamatan. Pusat pelayanan berskala regional terdiri dari fasilitas pemerintahan, kesehatan, perdagangan dan jasa yang melayani tingkat kecamatan atau wilayah yang lebih luas dari kecamatan. Lokasinya diarahkan pada wilayah yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kecamatan yang sudah ada. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap daerah yang dilayani, terutama lokasi yang terletak atau mudah dicapai dari jalur regional. 4) Pusat Pelayanan Berskala Kota Pusat Pelayanan berskala kota didefinisikan sebagai fasilitas yang lingkup pelayanannya mencakup wilayah kota bersangkutan.

28

Pusat pelayanan skala kota meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan. Lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota yang sudah ada dan diarahan pada tempat yang cenderung sentris dengan maksud agar bisa dicapai secara lebih merata dari setiap pusat pelayanan kota. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap pusat pelayanan kota yang dilayani. 5) Pusat Pelayanan Berskala Lokal Pusat pelayanan berskala lokal adalah fasilitas yang lingkup pelayanannya mencakup pusat pelayanan kota. Pusat pelayanan berskala lokal meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, serta perdagangan eceran yang melayani pusat pelayanan kota. Diarahkan pada lokasi yang mempunyai kemudahan aksesbilitas dan bisa dicapai secara lebih merata dari setiap lingkungan. Pada kawasan terbangun, lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan bagian kota yang telah ada. Penempatan pusat pelayanan lokal digunakan sebagai salah satu strategi untuk mengacu perkembangan kawasan baru. Berikut strategi struktur ruang Kota Malang: 1) Pusat Kota Malang diarahkan di Kawasan alun-alun dan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena aktifitas berpusat di kawasan alun-alun dan sekitarnya, seperti: pemerintahan, perdagangan serta fasilitas sosial yang berskala regional.

29

2) Pembagian Kota Malang hingga tahun 2029 diarahkan menjadi 6 (enam) pusat pelayanan kota yang dikelompokkan berdasarkan pada kedekatan dan persamaan fungsi kegiatan. 3) Masing-masing pusat pelayanan kota memiliki Pusat dan Sub Pusat yang saling berhubungan dimana antara pusat yang satu dengan pusat yang lain dihubungkan dengan jaringan jalan dengan pola pergerakan yang bersifat Concentric Linier, yaitu semua kegiatan berpusat pada satu titik yaitu Kawasan Alun-alun dan sekitarnya. 4) Menetapkan rencana jalan lingkar barat dan lingkar timur untuk menunjang aksesibilitas menuju pusat dan sub pusat dari masing-masing pusat pelayanan kota serta menuju pusat kota. b. Kebijakan dan Strategi Penataan Kawasan Perkotaan Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya. Penetapan pusat sub satuan wilayah pengembangan dan wilayah

pelayanannya didasarkan atas pertimbangan faktor ketersediaan fasilitas pelayanan umum (kapasitas pelayanan), utilitas (kapasitas pelayanan) dan aksesibilitas (kemudahan jangkauan). Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing pusat pelayanan kota yakni sebagai pusat kegiatan pertumbuhan pusat pelayanan kota. Dalam hal ini kegiatan pusat pelayananan kota tetap ditujukan untuk menunjang dan melengkapi pertumbuhan dari kegiatan utama sektor pendidikan. Strategi penataan ruang di kawasan perkotaan ditujukan pada fungsi dan peran kota, yaitu mengusahakan keseimbangan antara kota dengan kawasan ekonomi yang dilayaninya dengan mengusahakan pola hirarki kota sesuai dengan fungsi dan perannya, mendorong perwujudan dan

perkembangan jaringan pusat pertumbuhan baru, meningkatkan mutu dan jumlah fasilitas pelayanan umum kota serta menciptakan iklim yang

30

meningkatkan kegiatan ekonomi dengan perbaikan kondisi permukiman. Dalam penataan kawasan perkotaan di Kota Malang disesuaikan dengan visi Kota Malang yaitu Terwujudnya Kota Malang sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas, Berbudaya, Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Sejahtera. Adapun makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut : Kota Pendidikan yang Berkualitas, mengandung makna bahwa

pembangunan Kota Malang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam arti yang luas. Pengertian pendidikan yang berkualitas adalah bahwa : 1) Penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang di Kota Malang harus memiliki kualitas tinggi. 2) Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan SDM yang memiliki keunggulan kompetitif dalam hal penguasaan, pemanfaatan dan pengembangan IPTEK, serta memiliki wawasan global dengan kearifan lokal (berbudi pekerti luhur). 3) Kebijakan pemerintah kota diarahkan pada kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kepentingan pendidikan dalam arti luas, yang meliputi: (1) peningkatan kapasitas SDM pemerintah kota sebagai pengemban fungsi pelayanan publik; (2) peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di semua level melalui pengembangan SDM dan kelembagaan; (3) membuka akses seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang kurang/tidak mampu secara ekonomi, untuk dapat menuntut ilmu melalui jalur formal (sekolah). Kota Sehat dan Ramah Lingkungan, mengandung makna bahwa pembangunan di Kota Malang diarahkan untuk mewujudkan kota yang sehat dan berwawasan lingkungan. Pengertian kota sehat dan ramah lingkungan adalah sebagai berikut :

31

1) Kota sehat adalah kota yang memiliki kualitas lingkungan fisik dan sosial kemasyarakatan yang baik sehingga menjadi kota yang memberikan rasa aman, nyaman dan sehat bagi warga kotanya (City fit to live in). 2) Kota yang ramah lingkungan adalah kota yang dalam melaksanakan pembangunan lingkungan. Kota Pariwisata yang Berbudaya, mengandung makna bahwa selalu memperhatikan kelestarian daya dukung

pembangunan di Kota Malang diarahkan untuk mewujudkan Kota Malang sebagai kota tujuan wisata dengan tetap melestarikan budaya khas malangan. Pengertian Kota Pariwisata yang berbudaya adalah sebagai berikut : 1) Kota pariwisata adalah kota yang menjadi tujuan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Obyek wisata yang akan dikembangkan adalah obyek wisata pendidikan, wisata sejarah, wisata belanja maupun wisata lainnya. 2) Kota pariwisata yang berbudaya adalah kota pariwisata yang tetap melestarikan budaya khasnya beserta nilai-nilai yang dikandungnya. Menuju Masyarakat yang Maju dan Mandiri, mengandung makna bahwa tujuan pembangunan yang akan dilakukan adalah untuk mewujudkan masyarakat Kota Malang yang maju dan mandiri. Pengertian masyarakat yang maju dan mandiri adalah sebagai berikut : 1) Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang maju dalam penguasaan ilmu dan teknologi, maju dalam derajat kesehatannya dan maju dalam mengembangkan budaya dan pariwisatanya. 2) Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu membiayai sendiri semua kebutuhan dan aktifitas yang dilakukannya. Dalam penataan ruang kota di Kota Malang khususnya di bidang pendidikan strategi yang dilakukan sebagai upaya mewujudkan Kota

32

Pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Penetapan kawasan strategis pendidikan di Kota Malang. 2) Penyediaan sarana dan prasarana transportasi. 3) Penyediaan sarana prasarana telematika. 4) Penyediaan sarana prasarana penunjang lainnya dalam pengembangan Kota Malang sebagai Kota Pendidikan. 2. Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah Berdasarkan perkembangan fisik di Kota Malang dalam 5 tahun ini mengalami perkembangan pesat, terutama perdagangan (kawasan pusat kota) dan perumahan (Malang bagian Timur Laut dan Malang bagian Barat Laut). Tapi perkembangan tersebut tidak merata, dimana pada kawasan timur dan selatan (Malang bagian Tenggara dan Malang bagian Barat Daya) perkembangannya tidak terlalu cepat (bahkan tidak berkembang sesuai dengan rencana RTRW lama). Sehingga terjadi beberapa penyimpangan antara rencana tata ruang yang ada (RTRW Kota Malang tahun 2001/2002) dengan kondisi eksisting. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan penetapan pola ruang Kota Malang. Pemanfaatan ruang di wilayah Kota Malang dibagi menjadi dua yaitu kawasan lindung dan budidaya. Pola pemanfaatan ruang wilayah di Kota Malang diarahkan untuk menciptakan keseimbangan antara fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pemanfaatan kawasan lindung terdiri dari kawasan sempadan sungai, kawasan lindung untuk cagar budaya, dan kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota. Sedangkan kawasan budidaya terdiri atas: kawasan pertanian, kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan perdagangan. a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung meliputi langkah-langkah untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.

33

Kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung berdasarkan persyaratan sebagai berikut: 1) Kawasan lindung untuk sempadan sungai Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang-kurangnya 5 meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang. Garis sempadan yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang. 2) Kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota Lokasi sasaran terbuka hijau kota termasuk didalamnya hutan kota antara lain: di kawasan permukiman, industri, tepi sungai, jalan yang berada di kawasan perkotaan. Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota dengan luas hutan minimal 0,25 Ha. Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-pohonan bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun etnis asli domestik. 3) Kawasan rencana bencana alam Mempertahankan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai resapan air, sehingga run off dari air hujan berkurang karena terjadinya peresapan. Pada kawasan-kawasan permukiman padat khususnya di Kecamatan Klojen diharapkan membuat sumur resapan yang disesuaikan dengan kebutuhan sehingga meskipun lahan didominasi dengan tutupan bangunan tapi masih bisa meresapkan air, selain itu bisa juga dilakukan dengan metode biopori.

34

Pemeliharaan dan normalisasi saluran drainase dengan mengangkat sedimen dan sampah yang ada di saluran, untuk semua saluran drainasi.

Inventarisasi saluran-saluran yang berfungsi ganda sebagai saluran drainase dan saluran irigasi.

Dibangunnya inlet di kanan-kiri jalan pada kawasan genangan dan pada jalan-jalan yang belum ada inlet drainasenya.

Sosialisasi kepada masyarakat untuk hidup sehat dan memelihara lingkungannya diantaranya dengan tidak membuang sampah ke sungai/saluran air serta tidak mendirikan bangunan di atas sempadan sungai atau jaringan drainase.

4) Kawasan lindung untuk cagar budaya dan ilmu pengetahuan Merupakan tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun strategi yang diperlukan dari kebijakan pengembangan kawasan lindung di Kota Malang adalah sebagai berikut: Strategi pemantapan kawasan lindung mutlak ini adalah menjaga dan mengembalikan fungsi kawasan, sedangkan pada kawasan yang telah digunakan tidak direkomendasikan untuk ditingkatkan. Kawasan ini mutlak harus menjadi kawasan lindung sedangkan kegiatan atau aktifitas manusia yang diijinkan hanya sebatas menikmati

pemandangan alam dan pos informasi wisata dan perlindungan kawasan saja, atau memiliki kepentingan fungsi strategis. Strategi pemantapan kawasan resapan air ini adalah pemantapan kawasan sebagai area yang mampu menjaga kelestarian sumberdaya air dengan tidak mengijinkan perubahan fungsi kawasan. Peningkatan daya dukung sumber air dilakukan dengan meningkatkan populasi vegetasi di kawasan lindung mutlak sesuai dengan fungsi kawasan,

35

serta dengan mendayagunakan potensi tanah kritis, padang alangalang, tanah tandus yang menjadi bagian dari kawasan lindung mutlak. Pengamanan berbagai kawasan lindung dari kegiatan penduduk yang cenderung akan mengganggu penggunaan kawasan tersebut. Pemanfaatan kawasan lindung bawahannya serta kawasan lindung lainnya diarahkan untuk menunjang fungsi lindung yang telah ditetapkan. Pemanfaatan kawasan lindung wilayah perkotaan dilakukan melalui pemanfaatan kawasan-kawasan tersebut untuk kegiatan jalur hijau dan ruang terbuka hijau. Pemanfaatan kawasan lindung jangan sampai mengganggu sistem ekologi yang telah berjalan dan sesuai dengan kondisi yang ada. Penetapan ruang evakuasi dan jalur evakuasi bencana di sekitar kawasan rawan bencana serta melakukan pelatihan simulasi pada penduduk sebagai cara untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang terjadi. Peningkatan kerjasama antar intansi pemerintah yang berwenang dalam pengelolaan fungsi lindung baik untuk perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya untuk menjaga fungsi kawasan lindung. b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Kebijakan dan strategi kawasan budidaya meliputi pengembangan berbagai usaha dan kegiatan pengembangan sistem permukiman,

pengembangan jaringan transportasi nasional, pengembangan energi dan jaringan kelistrikan nasional, pengembangan jaringan telekomunikasi nasional serta pengembangan infrastruktur air baku nasional. Untuk mewujudkan keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan

36

lainnya yang saling mendukung serta mencegah dampak negatif yang dapat terjadi terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kehidupan politik, sosial dan budaya masyarakat setempat maka perlu dilakukan penetapan kawasan budidaya berdasar kriteria kawasan budidaya. Di dalam kawasan budidaya dipilih kawasan-kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya, serta dapat mewujudkan pemerataan ruang di wilayah nasional. Pengembangan kawasan budidaya ini perlu ditunjang oleh adanya strategi terhadap keseimbangan perkembangan dan keserasian lingkungan yang ditunjang oleh pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan dan mempermudah kegiatan perekonomiaan. Maka strategi yang perlu dilakukan dalam rangka pemanfaatan kawasan budidaya di Kota Malang adalah sebagai berikut: Pengembangan dan pembangunan infrastruktur yang akan menunjang pemanfaatan kawasan budidaya perlu dilakukan agar dalam pemanfaatan kawasan budidaya tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Pemanfaatan kawasan budidaya yang ada perlu disesuaikan dengan kondisi fisik yang mendukungnya. Pemanfaatan kawasan budidaya yang lokasinya berdekatan dengan kawasan lindung perlu pengawasan yang cukup ketat. Pemanfaatan kawasan budidaya dilakukan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Pemanfaatan kawasan budidaya diharapkan tidak mengganggu ekosistem yang ada. 3. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Kota Malang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

37

Jenis kawasan strategis sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, antara lain: 1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, antara lain adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer. 2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. 3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia. 4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, antara lain adalah kawasan pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir. 5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain adalah kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman Nasional Lorentz, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Komodo. Sesuai dengan jenis kawasan strategis yang tercantum dalam Undang-

38

Undang Nomor 26 Tahun 2007, kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis di Kota Malang diarahkan dengan mengacu pada Undang-Undang

tersebut serta pola perkembangan Kota Malang. Adapun kebijakan penetapan kawasan strategis Kota Malang meliputi: 1) Penetapan kawasan strategis di Kota Malang meliputi kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan (kawasan militer), pertumbuhan ekonomi (kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan tinggi, pariwisata, industri), dan sosial budaya (kawasan cagar budaya dan bangunan bersejarah). Penetapan kawasan strategis ini bertujuan untuk mempermudah dalam meningkatkan pertumbuhan di masing-masing kawasan khususnya sektor ekonomi yang berdampak juga pada peningkatan pendapatan daerah. Penetapan kawasan strategis di Kota Malang dibentuk berdasarkan persamaan karakter dan kedekatan lokasi antar masing-masing unit. Adapun strateginya yaitu: Kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan militer) diarahkan agar lokasinya jauh dari kegiatan umum perkotaan dan masyarakat umum tidak diijinkan memakai atau menempati lahan yang ada dan telah ditetapkan sebagai kawasan khusus. Kawasan khusus tertutup digunakan sebagai kepentingan pertahanan keamanan nasional (TNI), dan kawasan yang digunakan dengan fungsi kegiatan militer dikategorikan sebagai kawasan khusus mencakup daerah pangkalan, lokasi latihan, basis dan daerah demobilisasi. Kawasan pertumbuhan ekonomi (perdagangan dan jasa) dilakukan dengan membentuk sentra ekonomi sebagai kawasan pengembangan sentra industri kecil, kawasan industri dan pergudangan, dan lain-lain. Kawasan pendidikan dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan di Kota Malang yang ditunjang dengan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pendidikan di Kota Malang.

39

Kawasan

sosial

budaya

dapat

dilakukan

dengan

optimasi

pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan, antara lain pemanfaatan sebagai aset wisata, penelitian dan pendidikan, pengendalian perkembangan lahan terbangun di sekitar kawasan, pelestarian kawasan sekitar serta memberikan gambaran berupa relief atau sejarah yang menerangkan obyek/situs tersebut serta pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya. 2) Pengembangan terhadap: Tata ruang di wilayah sekitarnya. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. kawasan strategis diarahkan agar dapat berpengaruh

Kawasan strategis ini menjadi sebuah kawasan yang memiliki tingkat pelayanan hingga skala regional sehingga tetap dipertahankan dan dikembangkan keberadaannya. 4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana Wilayah a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Fasilitas Fasilitas merupakan salah satu komponen yang menunjang dalam hal pembangunan suatu kota. Ketersediaan fasilitas dari segi jumlah serta skala pelayanan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan fungsi suatu kota. Kota dengan ketersediaan fasilitas dengan skala pelayanan regional akan menjadikannya sebagai kota orde satu demikian seterusnya untuk kota yang dilengkapi fasilitas dengan skala pelayanan kota dan skala pelayanan lokal akan menjadi kota orde ke 2 dan ke 3 dalam lingkup propinsi. Fasilitas dalam menunjang kehidupan suatu wilayah didasarkan pada jumlah penduduk yang ada, sehingga besar kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah fasilitas yang ada. Standar

40

penyediaan fasilitas merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk penyediaan fasilitas, sehingga penyediaan fasilitas tersebut akan sesuai dengan tingkat kebutuhan dari masyarakat. Ketersediaan fasilitas berupa sarana perdagangan dan jasa, pendidikan, peribadatan, kesehatan, dan olahraga di Kota Malang berdasarkan segi kuantitasnya yang didasarkan pada standart permukiman perkotaan untuk mencukupi kebutuhan penduduknya. Namun jika ditinjau dari persebarannya maka diperlukan penditribusian pembangunan fasilitas umum secara merata di masing-masing kecamatan sehingga tidak terjadi kesenjangan pembangunan terutama fasilitas-fasilitas yang hingga saat ini masih cenderung terpusat di pusat-pusat pertumbuhan, serta peningkatan kulitas tiap-tiap jenis fasilitas yang sudah ada sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Pengembangan fasilitas di Kota Malang menjadi sangat penting karena keberadaan fasilitas tersebut merupakan salah satu pertimbangan dalam penentuan pusat-pusat pelayanan yang akan memacu perkembangan kota di wilayah pengaruhnya. Kelengkapan fasilitas akan menarik penduduk dalam memenuhi kebutuhannya dan menciptakan pusat-pusat perkembangan kota. Selaras dengan tujuan tersebut, maka strategi pengembangan fasilitas di Kota Malang adalah sebagai berikut: 1) Mendukung terciptanya pusat-pusat pelayanan baru yang diharapkan dapat menciptakan pemerataan pembangunan di Kota Malang dengan

pengembangan fasilitas yang memperhatikan rencana struktur tata ruang yang ada. 2) Mendukung terciptanya hirarki sistem kegiatan kota dengan meningkatkan skala pelayanan fasilitas yang memenuhi arahan untuk fasilitas dengan skala pelayanan regional, kota serta lokal yang menciptakan fungsi kegiatan primer, sekunder dan tersier. 3) Menciptakan efisiensi serta efektifitas pelayanan yang ada sehingga mampu menjangkau seluruh penduduk di semua bagian kota yang ada dengan cara:

41

Membatasi

dan

mengarahkan

perkembangan

fasilitas

yang

berkelompok pada pusat pelayanan kota tertentu. Melakukan upaya pemerataan penyediaan fasilitas pada bagian-bagian kota yang memerlukan dengan pertimbangan konsentrasi penduduk. b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Kebijakan pengembangan sistem transportasi harus terintegrasi dengan sistem struktur tata ruang di Kota Malang. Disamping itu, kebijakan pengembangan sistem transportasi juga harus mencakup penyelesaian permasalahan disparitas perkembangan kawasan seperti wilayah di sekitar pusat kota dengan Kecamatan Kedungkandang. Strategi pengembangan sistem transportasi di Kota Malang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan jaringan jalan, sarana dan prasarana transportasi serta sarana penunjang jalan. Berikut ini merupakan strategi khusus terkait pengembangan sistem transportasi di Kota Malang: 1) Jaringan Jalan Jaringan jalan di Kota Malang berfungsi sebagai terminal jasa distribusi bagi pengembangan wilayah dan juga sebagai pencapaian berbagai macam kebutuhan bagi daerah penyangga Kota Malang. Kebijakan dan strategi pengembangan jaringan jalan di Kota Malang adalah sebagai berikut: Untuk menghindari terjadinya penumpukan jumlah pergerakan pada sebuah jalur jaringan (kemacetan) dibutuhkan sebuah pengaturan rute arus pergerakan/lalu lintas melalui peraturan khusus, seperti pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk menghindari penumpukan jumlah pergerakan. Selain itu juga dibutuhkan upaya-upaya lain yang dapat mengurangi beban kapasitas jalan yang dipertegas dengan hukum yang bersifat mengatur dan mengikat. Peninjauan/pengkondisian kembali fungsi-fungsi jalan di Kota Malang agar terdapat kesesuaian antara kondisi fisik dengan persyaratan pada masing-masing fungsi jaringan jalan.

42

Pembangunan

jaringan

jalan

baru

(jalan

lingkar)

yang

dapat

mengakomodasi kebutuhan masyarakat dengan aksesibilitas yang tinggi sehingga memacu perkembangan wilayah disepanjang jalan lingkar dan memunculkan pusat-pusat pertumbuhan baru yang akan mengurangi bangkitan dan tarikan pergerakan menuju pusat kota dengan tujuan akhir dapat mengurangi beban pusat kota. 2) Sarana Transportasi Strategi pengembangan sarana transportasi di Kota Malang adalah sebagai berikut: Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum terutama pada wilayah-wilayah yang belum terlayani agar dapat lebih

mengoptimalkan fungsi angkutan umum sebagai alat transportasi publik sehingga dapat mengurangi jumlah pergerakan kendaraan pribadi. Kota Malang memiliki potensi SAUM yang sangat besar, oleh karena itu diperlukan pengadaan angkutan umum massal seperti angkutan umum bus metro, bus kota dan kereta komuter sebagai pengantisipasi kebutuhan perangkutan masyarakat pada tahun-tahun ke depan. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas-fasilitas penunjang

beroperasinya sarana transportasi di Kota Malang. 3) Prasarana Transportasi Strategi pengembangan prasarana transportasi di Kota Malang adalah sebagai berikut: Peningkatan dan perbaikan kualitas sarana dan prasarana terminal dan sub terminal yang ada di Kota Malang untuk mendukung pergerakan masyarakat dari atau menuju Kota Malang. Pengalihan fungsi Terminal Gadang menuju ke Terminal Tlogowaru sebagai salah satu upaya untuk mengurangi beban jalan disekitar Terminal Gadang saat ini.

43

Pengadaan terminal kargo di sekitar jalan lingkar sebagai terminal angkutan barang di Kota Malang. Pengadaan alat dan lokasi untuk melakukan uji KIR di Kota Malang dengan sasaran tahun-tahun ke depannya tidak hanya diujikan untuk kendaraan bermuatan terbuka saja, namun juga untuk kendaraan pribadi pula. Pengadaan stasiun/shelter dan halte baru dalam mendukung rencana pengembangan kereta api komuter dan angkutan umum bus metro. 4) Sarana Penunjang Jalan Strategi pengembangan sarana penunjang jalan di Kota Malang adalah sebagai berikut: Penambahan sarana penunjang jalan pada wilayah-wilayah yang membutuhkan, seperti pada : Pada persimpangan jalan dan perlintasan kereta api. Pada jaringan jalan yang mempunyai fisik lahan yang bergelombang dan berbukit. Pada kawasan kegiatan umum. Peremajaan dan pembaharuan kembali sarana-sarana penunjang jalan yang telah rusak atau mengalami penurunan kualitas fisik, seperti pada marka jalan, rambu, zebra cross dan trotoar. Optimalisasi keberadaan sempadan rel kereta api agar tidak dijadikan kawasan permukiman atau kegiatan lain. 5) Jaringan Pejalan Kaki Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat

meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki. Trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan, diberi lapisan permukaan, diberi elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas

44

kendaraan. Adapun strategi penyediaan dan pemanfaatan jaringan pejalan kaki di Kota Malang adalah sebagai berikut: Pemasangan fasilitas pejalan kaki pada lokasi-lokasi dimana pemasangan fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan, kenyamanan ataupun kelancaran perjalanan bagi pemakainya. Penambahan dan perbaikan fasilitas pejalan kaki pada lokasi-

lokasi/kawasan yang terdapat sarana dan prasarana umum, seperti : Daerah-daerah industri Pusat perbelanjaan Pusat perkantoran Sekolah Terminal bus Perumahan Pusat hiburan c. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana 1) Sistem Air Bersih Perkembangan Kota Malang memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kebutuhan produksi tambahan yang diperlukan. Disisi lain, peningkatan pelayanan utilitas kota merupakan salah satu program utama Kota Malang. Dengan demikian, kebijakan dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih dilakukan dengan: Kebijakan penambahan tingkat pelayanan PDAM menjadi 90% yang dapat menjangkau semua wilayah Kota Malang, dengan strategi: Penambahan sambungan rumah tangga Peningkatan kualitas air bersih yang secara bertahap dapat berkembang menjadi air minum.

45

Kebijakan mempertahankan keseimbangan kebutuhan air bersih antara kapasitas dan volume air bersih dengan jumlah pelanggan PDAM. Dilakukan dengan strategi menambah kapasitas dan volume sistem tandon (reservoir) sebagai sistem distribusi ke pelanggan PDAM. Kebijakan penambahan sumber mata air menjadi salah satu kebijakan dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih, dengan strategi: Mengadakan penelitian kualitas air sumur yang dipergunakan penduduk selain dari PDAM. Pembuatan sumur atau pompa yang memanfaatkan air bawah tanah sebagai penyedia air bersih selain PDAM harus diawasi oleh pemerintah atau PDAM agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti penurunan tanah. 2) Listrik Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang kelistrikan di Indonesia, dimana sejak berlakunya Undang-Undang tersebut telah terjadi perubahan struktur organisasi PT. PLN Indonesia sebagai satusatunya penyelenggara kelistrikan di Indonesia. Kebijakan dalam

pengembangan sumberdaya energi adalah optimalisasi tingkat pelayanan, perluasan jangkauan listrik sampai menjangkau wilayah kota. Sehingga kebijakan pengembangan sistem utilitas listrik akan mengikuti pada karakteristik kebutuhan di masing-masing kecamatan dan pembangunannya akan mengikuti pola pembangunan transportasi Kota baik pada jalan arteri, kolektor maupun lokal. Penduduk Kota Malang telah mendapatkan pelayanan listrik. Strategi pengembangan listrik di Kota Malang antara lain: Mengembangkan dan menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan yang berlaku. Pembangunan instalasi baru, pengoperasian instalasi penyaluran dan peningkatan jaringan distribusi, dan pengoptimalan sumber-sumber tenaga listrik.

46

Peningkatan jaringan listrik ke seluruh wilayah perkotaan. Mengembangkan sumberdaya energi secara optimal dan efisien dengan memanfaatkan sumber energi domestik serta energi yang bersih, ramah lingkungan dan teknologi yang efisien, guna menghasilkan nilai tambah untuk pembangkitan tenaga listrik sehingga terjamin tersedianya tenaga listrik yang diperlukan. Penghematan penggunaan listrik tiap harinya. Penyelarasan pengembangan pelayanan listrik yang disesuaikan dengan pengembangan perumahan dan kebutuhannya. 3) Telematika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang telekomunikasi yaitu liberalisasi penyelenggaraan telekomunikasi di

Indonesia oleh berbagai macam penyelenggara (provider), sehingga masyarakat semakin mandapatkan banyak pilihan pelayanan telekomunikasi. Sarana telekomunikasi yang dimaksud disini adalah telepon, penyediaan fasilitas telematika ini sangat diperlukan untuk menunjang perkembangan kota yang semakin meningkat. Diharapkan sarana dan prasarana telematika di Kota Malang dapat tersebar secara merata sehingga penduduk dapat memanfaatkan teknologi tersebut sebagai salah satu kebutuhan di era globalisasi seperti ini. Adapun kebijakan dan strategi pengembangan di sektor telematika adalah: Kebijakan peningkatan kualitas sambungan telepon, dengan strategi: Perbaikan kabel telepon. Perluasan jaringan telepon yang diutamakan pada kawasan komersial, industri, fasum, dan permukiman. Kebijakan penyediaan sarana prasarana telematika, dengan strategi: Mengikuti pada karakteristik kebutuhan di masing-masing kecamatan dan pembangunannya akan mengikuti pola pembangunan transportasi kota baik pada jalan arteri, kolektor maupun lokal.

47

Penempatan telepon umum dan wartel diarahkan pada pusat perbelanjaan, perkantoran, pendidikan, kesehatan, pusat unit

lingkungan, pusat pelayanan umum, terminal, dan sekitar permukiman. Penempatan hotspot yang diarahkan pada ruang-ruang publik utama di pusat kota, pendidikan, dan perkantoran. Penetapan dan pemanfaatan tower bersama dalam penyediaan antena telekomunikasi. 4) Sistem Persampahan Perkembangan aktivitas dan jumlah penduduk Kota Malang menyebabkan meningkatnya produksi sampah. Peningkatan produksi dalam jumlah besar memberikan implikasi pada menurunnya kualitas lingkungan dan estetika Kota Malang. Kondisi tersebut ditambah dengan sistem pengelolaan sampah di TPA yang masih bersifat open dumping sehingga timbunan sampah di Kota Malang terus bertambah seiring dengan jumlah penduduk dan buangan sampah yang dihasilkan. Dari kondisi di atas, arahan kebijakan dan strategi pengembangan pengelolaan kebersihan melalui sistem persampahan adalah: Kebijakan sistem penanganan sampah Pengelolaan sampah mengacu pada Tata Cata Pengelolaan Sampah di Permukiman (SK SNI-T-12-1991-03), Tata cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan (SK SNI-T-13-1990-F). Tata cara pengelolaan sampah perkotaan yang direncanakan pada kawasan perencanaan meliputi kegiatan: Pewadahan sampah : merupakan tahap awal dalam pengelolaan sampah, sampah dari sumber timbulan dimasukkan dalam wadah untuk memudahkan pengumpulan sampah dan meminimalkan kontak langsung sampah dengan lingkungan di sekitarnya. Pengumpulan sampah : pengumpulan sampah dari sumber timbulan sampai transfer depo atau lokasi pembuangan sampah sementara (TPS).

48

Pengangkutan sampah : pengangkutan sampah dari tranfer depo/TPS ke lokasi pengolahan sampah atau pembuangan akhir. Pengolahan sampah : tempat dimana sampah diolah sehingga mengurangi dampak terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagi cara. Seluruh kegiatan pengelolaan sampah tersebut harus dilaksanakan secara terpadu. Sehingga kegiatan pengelolaan sampah dapat optimal dan dampak terhadap lingkungan dapat dikurangi. Pengendalian volume persampahan, yang dapat dilakukan melalui daur ulang dan komposting pada skala kawasan/TPS dan rumah tangga, memberikan penyuluhan dan sosialisasi kebersihan. Penyediaan sarana prasarana persampahan di Kota Malang dilakukan melalui strategi: Pembangunan TPS di beberapa lokasi yang membutuhkan terutama pada kelurahan/daerah yang tidak memiliki TPS dan jarak dengan TPS terdekat >1000 meter. Perbaikan sistem pengangkutan persampahan dan penyediaan sarana prasarana penunjang. Kebijakan sistem pengelolaan sampah di TPA Supiturang Dilakukan melalui strategi: Penetapan system sanitary landfill sepenuhnya dengan system Reduce (pengurangan volume sampah), Re-use (pemanfaatan sampah untuk kegunaan lain seperti bahan bakar atau energi alternatif), Recycle (daur ulang sampah menjadi barang bermanfaat). Penataan kembali lahan yang terlanjur menggunakan system open dumping menjadi system sanitary landfill. Peningkatan pelayanan dan optimalisasi sumberdaya yang ada, melalui peningkatan peran serta masyarakat. 5) Sistem Sanitasi

49

Pengolahan limbah on site system diarahkan dengan sumur resapan sehingga tidak mencemari tanah kemudian dialirkan ke saluran pematusan kota.

Pengolahan limbah dengan off site system: Penanganan IPLT Supiturang agar tidak menimbulkan pencemaran. Mengoptimalkan penggunaan IPAL yang ada di Kota Malang. Sosialisasi pengolahan limbah komunal terpadu khusunya pada permukiman padat dan bantaran sungai.

6) Sistem Drainase Di Kota Malang sering terjadi beberapa titik genangan sebagai akibat berkurangnya lahan resapan air serta sistem drainase yang kurang baik. Penanganan masalah drainase tersebut dapat dilakukan dengan mengarahkan kebijakan dan strategi pengembangan sistem drainase kota yang meliputi: Kebijakan perbaikan terhadap sistem drainase yang telah ada, dengan strategi: Penurunan debit dengan pembuatan bangunan resapan air. Perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase. Pembuatan sudetan pada saluran drainase yang bermasalah. Perencanaan terhadap sistem drainase yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan akan guna lahan yang terus meningkat dengan menerapkan kebijakan sistem terpisah antara saluran drainase dengan limbah. Zona Permukiman dan Pertokoan Dengan strategi: Sistem drainase yang disarankan adalah sistem drainase terpisah antara limbah rumah tangga/aktivitas pertokoan dengan air limpasan permukaan. Zona Perdagangan Skala besar

50

Zona yang dimaksud contohnya adalah Malang Town Square, Matahari, Ramayana, dan mall-mall lain yang tedapat di Kota Malang. Dengan strategi: Alternatif saluran drainase yang digunakan adalah basement storage yang dapat langsung disalurkan ke saluran primer/sekunder terdekat. Zona Pasar Dengan strategi: Pada zona ini dapat diterapkan sistem drainase terpisah. Zona Industri Dengan strategi: Pada zona ini dibutuhkan instalasi pengolahan limbah sebelum akhirnya dibuang ke sungai. Setelah diolah, limbah pabrik dapat langsung dibuang menuju saluran sekunder/primer yang terdekat. Zona Permukiman Padat Dengan strategi: Pada zona ini biasanya hampir tidak dapat membangun saluran drainase yang baru dikarenakan pemanfaatan lahannya telah penuh. Sehingga alternatif saluran drainasenya adalah pembuatan saluran bawah tanah atau menggunakan sumur resapan kolektif. Untuk rumah yang memiliki sisa lahan yang cukup luas, dapat juga

membuat sumur resapan. Selain itu dapat juga dilakukan suatu pemeliharaan saluran seperti pengerukan atau pembersihan saluran drainase. Zona Permukiman Baru Dengan strategi: Pada kawasan tersebut bisa dibuat sumur resapan pada tiap-tiap rumah dan merencanakan saluran drainase yang ideal, yaitu merencanakan agar jalan lebih tinggi daripada saluran dan sistem saluran drainase yang bisa diterapkan di kawasan ini adalah sistem

51

drainase terpisah. Untuk pemukiman baru yang memiliki luas lahan yang terbatas, dapat juga dibuat kolam resapan kolektif yang bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Zona Pendidikan Dengan strategi: Diarahkan pada saluran drainase terbuka untuk air buangannya (misal dari kamar mandi, tempat buangan air wudhu), saluran drainase dan sumur resapan untuk menampung limpasan permukaan air hujan dari jalan atau talang/roof drainage, serta pipa bawah tanah/sub surface drainage pada lapangan olahraganya. Zona Wisata Dengan strategi: Pada zona ini diterapkan air kolam hujan. terbuka sebagai tempat air

penampungan

limpasan

Sedangkan

untuk

buangan/limbah disalurkan melalui pipa menuju sumur resapan sebelum dialirkan menuju ke saluran drainase sekunder/primer terdekat. Zona Olahraga Dengan strategi: Di zona ini diterapkan sub surface drainage Zona Terminal Angkutan Umum Dengan strategi: Alternatif sistem drainase yang diterapkan di zona ini adalah sistem drainase terpisah. Zona Hijau Zona Hijau terbuka: Dengan strategi: Pada kawasan ini juga memerlukan tampungan sementara untuk menampung limpasan permukaan yang terjadi yang akan langsung dibawa ke saluran drainase terdekat.

52

Zona Hijau Median Jalan: Dengan strategi: Membuat sistem inlet menuju ke taman median jalan tersebut dan pada median jalan dapat ditambahkan saluran pipa porous dan sumur resapan sebagai tampungan limpasan hujan di jalan raya.

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase. d. Kebijakan dan Strategi Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebijakan penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kota Malang adalah untuk kelestarian keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan sosial dan budaya. Penyediaan dan pemanfaatan fungsi RTH kota sebagai upaya untuk memperbaiki, menjaga iklim mikro, nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka pada setiap wilayah perkotaan perlu ditetapkan kawasan RTH sesuai dengan tata guna lahan dan sektor tertentu, dalam rangka penyelenggaraan RTH kota secara menyeluruh. Pengelolaan RTH sejak awal, yaitu dari proses penunjukan, pembangunan, penetapan, pemeliharaan merupakan pengelolaan menyeluruh (integratif) yang disesuaikan dengan fungsi pokok RTH kota tersebut yaitu antara lain untuk perlindungan lingkungan kota. Keberadaan RTH sangat penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan.

Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Dalam perencanaan RTH di Kota Malang, maka harus memperhatikan beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Pola Pergerakan di Kota Malang

53

Perencanaan RTH Kota Malang akan memperhatikan pola pergerakan kota yang dapat membentuk pola tata ruang kota Malang. Bila diperhatikan pola pergerakan Kota Malang ini terbentuk akibat dari hubungan antara kota Malang dengan kota lain disekitarnya yaitu koa Surabaya, Batu, dan Blitar, hal ini di tunjukan oleh jalan-jalan utama yang menghubungkan bagian utaraselatan kota dan jalan-jalan yang menghubungkan bagian barat kota. Sehingga pola kota Malang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian oleh pola pergerakan kota. Pola utama kota tidak hanya dibentuk oleh jalan penghubung antar kota tersebut, tetapi juga oleh adanya pola jalan lingkar kota yang masih dalam rencana. 2) Pola Tata Guna Lahan Dalam perencanaan RTH Kota Malang tidak lepas dari pola tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota. Sehingga penataan RTH akan tetap merujuk pada pola tata guna lahan yang ada. 3) Kondisi Fisik (Topografi) Kondisi fisik dan topografi Kota Malang sangat berpengaruh dalam perencanaan RTH kota, secara makro kota malang memiliki topografi yang cekung, dimana bagian selatan, timur dan barat kota merupakan daerah yang tinggi, sedangkan bagian tengah dan utara kota merupakan daerah yang rendah. Pada daerah-daerah tertentu kota malang memiliki topografi yang tajam, sehingga perlu adanya penataan RTH yang mampu menahan limpasan air dan bahaya longsor, dan sebaiknya dijadikan kawasan konservasi. 4) Ketersediaan Lahan Kota Malang merupakan kota yang cukup padat, terutama di kawasan pusat kota, sehingga ketersediaan lahan merupakan faktor yang perlu diperhatikan, agar tidak terjadi masalah sosial. Penempatan RTH akan disesuaikan dengan ketersediaan lahan di lapangan. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang terbuka hijau adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

54

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau terbagi menjadi 2 yaitu ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya. Untuk proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Sedangkan strategi penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kota Malang adalah sebagai berikut: Untuk jalur hijau yang ada di jalan-jalan utama Kota Malang difungsikan sebagai RTH yang mempunyai fungsi utama sebagai paru-paru kota

55

(mengurangi polusi udara dan suara) dan juga sebagai estetika dengan memberi tanaman bunga yang sesuai dengan ekologis lingkungannya supaya Malang sebagai kota bunga kelihatan keberadaanya. Untuk kawasan konservasi yang ada di bantaran sungai di Kota Malang difungsikan juga sebagai RTH yang berfungsi untuk menjaga

lingkungannya terutama erosi, dan juga difungsikan sebagai taman kota dan daerah peresapan air. Untuk kawasan-kawasan yang merupakan daerah aliran air (tangkapan air) terutama pada musim hujan diupayakan sebagai RTH yang berfungsi sebagai daerah peresapan air. Perlu dibuat taman-taman kota baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Dibuatnya buffer zone (kawasan penyangga) terutama antara kawasan industri berdekatan dengan kawasan permukiman. Pengembangan hutan kota selain hutan kota yang ada dan dipertahankan keberadaanya. Pengembangan kawasan pasar kuliner di daerah Pasar Besar. Untuk makam yang ada di Kota Malang selain difungsikan sebagai fasilitas umum, juga difungsikan sebagai RTH untuk peresapan air dan lainnya. Terkait dengan ini untuk makam Sukun disarankan sebagai hutan kota untuk menambah hutan kota yang ada di Kota Malang. Untuk itu perlu adanya studi lebih lanjut mengenai hal ini terutama dampak positip dan negatif mengenai peralihan fungsinya. Pengembangan konsep Malang Kota Bunga dapat dilakukan dengan cara pembuatan pot bunga sepanjang jalan utama, jalan kampung/perumahan, melakukan kontrak kerjasama dengan investor/swasta misalnya pembuatan taman seperti yang ada di Jalan Bandung-Jalan Veteran, atau dengan membuat taman bunga mulai dari pengelolaan tanahnya, pembibitan sampai perawatannya hingga jadi bunga disekitar bantaran sungai tanpa mengabaikan fungsi utamanya untuk menjaga lingkungannya (erosi).

56

Untuk Ruang Terbuka Hujau (RTH) ada sekarang keberadaanya tetap dipertahankan dan dihindari peralihan fungsi maupun pemanfaatan selain RTH. e. Kebijakan dan Strategi Penyediaan dan Pemanfaatan Sektor Informal Rencana penyediaan dan pemanfaatan sektor informal di Kota Malang dibedakan menjadi 3 kelompok yakni pedagang permanen, pedagang semi permanen, dan pedagang mobile (bergerak). Pedagang permanen merupakan pedagang yang menggunakan suatu tempat bisa publik atau privat secara tetap untuk melakukan aktivitas perdagangannya serta meninggalkan perangkat utamanya di tempat tersebut misal PKL yang berjualan di trotoar, pedagang semi permanen yang menggunakan ruang bisa publik atau privat secara tetap pada waktu-waktu tertentu tetapi kemudian membereskan semua perangkatnya setelah jam dagang usai, misal pkl yang berjualan di pasar, pedagang yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, yang selanjutnya terbagi dua yakni pedagang asongan dan pedagang keliling. Adapun strategi penyediaan dan pemanfaatan sektor informal di Kota Malang adalah sebagai berikut : 1) Pengaturan persebaran pedagang pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan jenisnya. 2) Memberikan kemudahan dalam proses penyediaan modal dan bantuan teknis bagi untuk sektor informal. 3) Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain agar sektor informal lebih berkembang. 4) Penetapan regulasi yang tepat bagi keberadaan sektor informal. 5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kependudukan Penduduk merupakan unsur yang penting dalam pengembangan kota karena pada dasarnya selain berfungsi sebagai sektor pembangunan juga

57

merupakan pihak yang akan selalu menjadi sasaran dampak pembangunan kota. Kebijakan dan strategi kependudukan dirumuskan sebagai dasar bagi perumusan kebijakan dan strategi lainya sebab pada dasarnya penduduk merupakan obyek utama dari pelaksanaan pembangunan di wilayah perencanaan yang akan terlayani oleh permukiman, fasilitas, utilitas dan sistem transportasi yang akan dikembangkan serta sekaligus akan menjadi subyek utama penggerak struktur penduduk yang seimbang dalam hubungannya dengan pola

pengembangan kota yang direkomendasikan. Adapun kebijakan pengembangan kependudukan di Kota Malang adalah sebagai berkut: 1) Kebijakan pengembangan kependudukan Kota Malang diarahkan untuk menyeimbangkan pertumbuhan penduduk pada tiap Kecamatan. 2) Pendistribusian penduduk ke seluruh wilayah Kota Malang diarahkan agar terjadi keseimbangan aktivitas yang dapat memicu pemerataan dan persebaran infrastruktur antar kecamatan. 3) Pendistribusian penduduk pada kecamatan dengan kepadatan penduduk tinggi diarahkan ke kecamatan dengan kepadatan rendah atau sedang. a. Kebijakan dan Strategi Distribusi Penduduk Pendistribusian penduduk ke seluruh wilayah Kota Malang diarahkan agar terjadi keseimbangan aktivitas yang dapat memicu pemerataan persebaran infrastruktur antar Kecamatan di Kota Malang. Kebijakan pendistribusian penduduk harus mempertimbangkan: Kebijakan struktur tata ruang Kota Malang dan penyebaran pusat pelayanannya. Perkiraan jumlah penduduk Kota Malang hingga akhir tahun perencanaan. Tingkat kepadatan penduduk. Luasan lahan belum terbangun yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan permukiman. dan

58

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka strategi distribusi penduduk Kota Malang adalah sebagai berikut: 1) Pendistribusian penduduk pada kecamatan dengan kepadatan penduduk tinggi diarahkan ke kecamatan dengan kepadatan rendah/ sedang. Sebelum melakukan distribusi penduduk perlu dilakukan proyeksi untuk memperkirakan jumlah penduduk sehingga dapat dilakukan

pendistribusian penduduk sesuai dengan perkiraan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan. Selanjutnya mengetahui tingkat

kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan Kota Malang. Adapun tingkat kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kepadatan penduduk tinggi (>100 jiwa / Ha) Kepadatan penduduk sedang ( >75-100 jiwa / Ha) Kepadatan penduduk rendah ( 10-75 jiwa / Ha)

Dengan melihat pada klasifikasi tingkat kepadatan tersebut, maka pertumbuhan penduduk dari Kecamatan Klojen yang memiliki tingkat kepadatan tinggi (118 jiwa/Ha) akan didistribusikan ke kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk rendah seperti Kecamatan Kedungkandang (46 jiwa/ Ha) dan kecamatan dengan kepadatan penduduk sedang seperti Kecamatan Sukun (81 jiwa/Ha), Lowokwaru (84 jiwa/Ha), dan Blimbing (94 jiwa/Ha). 2) Prioritas pendistribusian penduduk ke daerah dengan lahan kosong lebih banyak daripada daerah lain. Hal ini terkait dengan luasan lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan permukiman baru untuk penambahan jumlah penduduk. Semakin besar luasan lahan kosong yang dapat dimanfaatkan, maka semakin besar jumlah penduduk yang dapat didistribusikan ke daerah tersebut. Pada tiap kecamatan di Kota Malang memiliki lahan kosong luasnya tidak sama. Pendistribusian penduduk akan diprioritaskan pada Kecamatan tersebut dengan luasan lahan kosong lebih paling besar.

59

b. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pengendalian pertumbuhan penduduk merupakan salah satu tujuan untuk mencapai optimalisasi penggunaan tanah dan kegiatannya agar tidak terjadi penambahan bangunan secara berlebihan seperti perumahan, penyediaan infrastruktur, dan juga dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Dalam melakukan pengendalian pertumbuhan penduduk harus mempertimbangkan: 1) Perkiraan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan. 2) Luasan lahan belum terbangun yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan permukiman. 3) Ambang batas wilayah dalam menampung pertumbuhan penduduk. Strategi pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Malang adalah: 1) Pembatasan pertumbuhan penduduk pada Kecamatan Klojen dikarenakan lahan belum terbangun yang dapat digunakan sebagai permukiman di Kecamatan ini terbatas (sekitar 43,65 Ha) sehingga untuk penambahan jumlah penduduk diharapkan dapat ditekan menjadi tetap atau stabil hingga akhir tahun perencanaan. Langkah yang dapat diterapkan antara lain: Membatasi jumlah penduduk yang ingin bermigrasi ke Kecamatan Klojen. 2) Pembatasan jumlah penduduk di kecamatan lain di Kota Malang tidak terlalu diprioritaskan dalam waktu dekat mengingat masih terdapat kecamatan dengan kepadatan rendah sehingga pertumbuhan penduduk masih dimungkinkan. Namun pembatasan tetap perlu dilakukan mengingat pada tahun ke depan jumlah penduduk dikhawatirkan akan menjadi tidak terkendali. Untuk itu diperlukan tindakan preventif misalnya seperti:

60

Penerapan dan penyebaran informasi mengenai manfaat Keluarga Berencana.

Pembatasan perkawinan usia muda.

c. Kebijakan Ketenagakerjaan Tenaga kerja merupakan faktor utama penggerak perekonomian. Di Kota Malang masih terdapat penduduk yang tidak bekerja(pengangguran) pada usia produktif (20-59) tahun dengan rasio sebesar 25,73 pada tahun 2006. Dengan demikian kebijakan peningkatan kualitas ketenagakerjaan di Kota Malang harus didukung dengan strategi-strategi: 1) Meningkatan kualitas fasilitas pendidikan siap kerja seperti SMK, dan lembaga pelatihan tenaga kerja. 2) Membuka lapangan pekerjaan baru yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. 3) Memberi kesempatan lebih besar bagi penduduk Kota Malang dalam mendapatkan pekerjaan di Kota Malang. Dari kelima kebijakan dan strategi yang dibuat oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dengan masing-masing bidang yang berbeda terkait perencanaan pembangunan daerah Kota Malang, maka kami memiliki suatu pola pemikiran dalam menganalisa kebijakan dan strategi yang dibuat tersebut seperti yang tertulis di bawah ini yang antara lain adalah: 1. Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah. Dalam kebijakan ini jika dilihat dari visi Kota Malang Terwujudnya Kota Malang sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas, Berbudaya, Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Sejahtera , maka ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan visi dari Kota Malang itu sendiri. Ketidaksesuaian tersebut antara lain terkait masalah pendidikan dimana kawasan pendidikan banyak didirikan mall-mall. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan masalah pendidikan tetapi jika dilihat dari segi ekonomi pendirian mall-mall itu sangat menguntungkan. Selain masalah pendidikan

61

dalam visi Kota Malang juga terdapat sebagai kota sehat dan ramah lingkungan tetapi kondisi lingkungan Kota Malang banyak yang didirikan ruko-ruko dan pusat perbelanjaan inilah yang tidak sesuai dengan visi Kota Malang. 2. Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah. Dalam kurun waktu 5 tahun dalam kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah khususnya masalah perdagangan dan perumahan

berkembang sangat pesat tetapi tidak tepat dan merata sehingga terjadi penyimpangan RTRW dengan kondisi existing. 3. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Kota Malang. Kebijakan ini mengatur kawasan-kawasan di Kota Malang dengan membagi ke berbagai kawasan strategis, terdapat kawasan pertahanan keamanan, pertumbuhan ekonomi, social budaya, sumber daya alam, teknologi tinggi, daya dukung lingkungan hidup. Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kawasan yang di salah gunakan dan tidak sesuai dengan kebijakan di awal. 4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Srana dan Prasarana Wilayah. Dalam kebijakan ini ada beberapa kebijakan yang kurang tepat, contohnya dalam bidang prasarana transportasi perlu banyak pembenahan terkait pembangunan halte untuk menanggulangi kekacauan angkutan di berbagai titik jalan juga kawasan di sekitar rel yang seharusnya tidak dibangun pemukiman setempat. 5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kependudukan. Kebijakan ini diharapkan untuk pemerataan penduduk di Kota Malang dan menyeimbangkan pertumbuhan penduduk pada tiap kecamatan. Tetapi di lapangan penerapan kebijakan ini cukup sulit karena untuk melakukan penerapan pemerataan ini langsung berhadapan dengan masyarakat yang sulit untuk diajak mendukung penerapan pemerataan penduduk.

62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Semenjak diberlakukannya otonomi daerah pada era reformasi di Indonesia ini, maka pemerintah daerah memiliki tugas dan kewenangan terhadap pelaksanaan pembangunan daerahnya sendiri sehingga dalam pelaksanaannya pembangunan daerah diperlukan suatu perencanaan pembangunan.

Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang disertai dengan perencanaan dengan kata lain perencanaan pembangunan daerah ini dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. 2. Tugas dan wewenang untuk melaksanakan perencanaan pembangunan daerah khususnya pembangunan daerah Kota Malang dilakukan oleh Wali Kota dan Wakil Wali Kota dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang sebagai badan pemerintah yang turut membantu tugas dan wewenang pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah. 3. Dalam pelaksanaan kegiatan KKN/Magang yang telah kami lakukan, kami telah mendapatkan informasi terkait peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam pembangunan daerah Kota Malang. Dalam hasil informasi yang kami peroleh selama pelaksanaan KKN/Magang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Malang memiliki lima kebijakan dan strategi pembangunan daerah dengan masing-masing bidang yang berbeda. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: (1) Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah yang terdiri dari kebijakan dan strategi penetapan sistem fungsi dan perwilayahan serta kebijakan dan strategi penataan kawasan perkotaan. (2) Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah yang terdiri dari kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya. (3) Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis Kota Malang. (4) Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan sarana dan

63

prasarana wilayah yang terdiri dari kebijakan dan strategi pengembangan fasilitas, kebijakan dan strategi pengembangan sistem transportasi, kebijakan dan strategi pengembangan prasarana, kebijakan dan strategi penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), kebijakan dan strategi penyediaan dan pemanfaatan sektor informal. (5) Kebijakan dan strategi pengembangan kependudukan yang terdiri dari kebijakan dan strategi distribusi penduduk, kebijakan dan strategi pengendalian pertumbuhan penduduk, kebijakan ketenagakerjaan.

B. Saran 1. Dengan adanya otonomi daerah maka diharapkan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan daerah harus melalui suatu perencanaan

pembangunan yang ditetapkan dalam perencanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal tersebut dimaksudkan untuk pembangunan berkelanjutan. 2. Dalam pembangunan daerah kota malang diharapkan melibatkan pihak-pihak terkait yang meliputi masyarakat dan aparatur yang berwenang dalam perencanaan serta pelaksanaan pembangunan daerah Kota Malang sehingga visi misi Kota Malang dapat terwujud. 3. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah harus konsisten dengan teori perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan sehingga pembanggunan dapat berjalan secara optimal. 4. Dalam pelaksanaan pembangunan harus adanya koordinasi antara BAPPEDA sebagai dinas yang berwenang dengan dinas-dinas yang terkait. 5. Harus ada pendampingan dan evaluasi dalam menjalankan program-program terkait agar tepat sasaran. 6. Perlu adanya inovasi dalam membuat kebijakan agar pembangunan yang akan dilaksanakan lebih berinovasi dan dapat berkembang dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai