Disusun Oleh:
WAFID IRSYADUNNAS L. Z. 25419045
B. Kemiskinan Perkotaan
Urbanisasi yang tidak terkontrol pada suatu kota akan mengakibatkan meningkatnya
jumlah penduduk miskin di kota tersebut. Masalah kemiskinan ini disebabkan oleh para pendatang
yang datan ke kota merupakan mereka yang tidak mendapatkan pendidikan yang cukup atau
dengan kualitas pendidikan yang rendah. Dengan kemampuan dan pendidikan dibawah mereka
yang mendapat pendidikan yang cukup, daya saing dilapangan kerja para pendatang pun sangat
kecil sehingga mereka jatuh miskin di kota-kota dan menjadi pengangguran.
Dalam pembangunan perkotaan kemiskinan di perkotaan merupakan penyebab lain dari
munculnya area-area kumuh (slum & squatter) di tengah kota, karena pada pendatang ini tidak
memiliki biaya yang cukup untuk membeli atau bahkan menyewa tempat mereka tinggal.
Tingginya harga sewa dari permuhana menyebabkan mereka memilih lahan kosong sebagai tempat
mereka tinggal yang lambat laun lahan tersebut menjadi sebuat perumahan informal yang
ditinggali oleh penduduk miskin pada kota tersebut.
C. Polarisasi Sosial
Polarisasi sosial dalam sebuah kota merupakan salah satu bentuk ketidak seimbangan
mengenai masalah disparitas antara masyarakat dengan kesejahteraan kelas atas dan masyarakat
dengan kesejahteraan kelas bawah. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diiringi
ketersediaan lapangan kerja juga menjadi salah satu penyebab polarisasi sosial. Mereka yang tidak
mampu bersaing dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin miskin, dan mereka yang mampu
bersaing dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin kaya. Hal ini yang kemudian mengakibatkan
munculnya polarisasi sosial pada suatu kota berkembang dan menjadi masalah bagi kota tersebut.
E. Kemacetan Perkotaan
Kemacetan lalu lintas sering terjadi di daerah perkotaan besar. Kemacetan mengganggu
kegiatan aktivitas masyarakat sehari-hari seperti bekerja, sekolah, dan belanja. Kemacetan lalu
lintas terjadi karena ruas jalan tersebut sudah mulai tidak mampu menerima dan mendukung beban
dari arus kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut. Kemacetan diakibatkan oleh beberapa
pengaruh hambatan atau gangguan yang tinggi. Dalam pembangunan suatu wilayah, struktur jalan
yang baik dapat meningkatkan penghasilan suatu wilayah dan menjadi wilayah cepat berkembang.
Pada pengembangan pembangunan kota, pemanfaatan permukaan lahan menjadi sasaran
bagi lokasi berbagai macam kegiatan. Hubungan antara pembangunan dan transportasi sangat
mempengaruhi hal ini. Dimana pergerakan pembangunan distribusi angkutan merupakan faktor
penentu utama dalam menjalankan pengembangan pembangunan. Semakin besarnya pergerakan
suatu kegiatan dan semakin bergerak cepatnya pengembangan kota tersebut pasti akan lebih
banyak membutuhkan transportasi.
Penjabaran penyebab kemacetan yaitu masalah kapasitas jalan. Lalu lintas tergantung pada
kapasitas jalan, banyaknya lalu lintas yang ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat
menampung, maka lalu lintas yang ada akan terhambat. Masalah lain berupa kurangnya lahan
parkir. Bangunan bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa yang berdiri tanpa menyediakan
lahan parkir bagi masyarakat, menyebabkan pengguna fasilitas menggunakan bahu jalan sebagai
tempat mereka parkir, dimana hal ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab kemacetan di
kota kota berkembang di Indonesia
Selain itu Kota Malang juga memiliki tiga terminal besar yang dimana ketiga terminal ini
dapat berperan sebagai sub pusat Kota Malang dalam mengatasi kemacetan. Ketiga terminal besar
tersebut adalah Terminal Arjosari, Terminal Landungsari, dan Terminal Gadang. Kota Malang
juga merupakan salah satu kota dengan jalur pedestrian terbaik di Indonesia, dimana fasilitas
perabot jalan pada ruang pejalan kaki di kota ini juga cukup tersedia lengkap.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang tahun 2010-2030, dalam
pengembangan Kota Malang, sudah di tetapkan lima kawasan sub pusat kota ini, dua kawasan sub
pusat yang ada dalam rencana tersebut berada dekat dengan 2 terminal utama Kota Malang (sub
pusat kawasan Pasar Blimbing dengan Terminal Arjosari dan sub pusat kawasan Pasar Gadang
dengan Terminal Gadang). Model yang diadopsi adalah seperti sistem transit Trans Jakarta,
dimana terdapat pemberhentian pada titik titik tertentu dan beberapa jalur khusus yang bebas
hambatan. Titik titik pemberhentian nanti dapat diletakan pada sub pusat 3, yang dimana jarak dan
waktu tempuh menuju suatu lokasi tidak terlalu lama. Hal ini diharapkan dapat menarik minat
masyarakat untuk menggunakan tranportasi umum dan mengurangi masalah kemacetan.
Selain dengan penyediaan fasilitas jalan dan transit khusus, perbaikan sistem dan fisik
mikrolet juga perlu diperhatikan. Dengan di tetapkannya transit khusus ini nantinya dapat
mengurangi waktu tunggu bagi mikrolet dalam menarik penumpang, dan tarif nya dapat
disesuaikan.
Setelah tersedianya fasilitas jalan yang mendukung, perbaikan sistem dan fisik mikrolet,
hal selanjutnya yang dapat dikembangkan adalah titik transit pada sub pusat3 kota ini, diamana
perlu dilengkapi fasilitas penunjang seperti ruang pejalan kaki yang ditata dengan baik sehingga
minat masyarakat untuk berjalan kaki meningkat
Daftar Pustaka
Kompasiana.com. 2018. Degradasi Lingkungan Hidup di Perkotaan. [online] diakses melalui
https://www.kompasiana.com/firkan/5b7531576ddcae0eba0c1f02/degradasi-lingkungan-
hidup-di-perkotaan?page=all pada 5 Desember 2019
Jatimpos.id. 2019. Solusi Kemacetan di Kota Malang [online] diakses melalui
https://www.jatimpos.id/kabar/solusi-kemacetan-di-kota-malang-b1WZy98r pada 6
Desember 2019
Detik.com. 2019. Beban Berat Jalan Raya Kota Malang [online] diakses melalui
https://news.detik.com/kolom/d-4675013/beban-berat-jalan-raya-kota-malang pada 5
Desember 2019
Republika.co.id 2017. Mencari Solusi Polemik Transportasi Publik di Kota Malang [online]
diakses melalui https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/17/03/12/ompftn408-mencari-solusi-polemik-transportasi-publik-di-kota-
malang pada 5 Desember 2019
Ardiansyah, A. 2009. Dampak Kemiskinan Kota Terhadap Permukiman di Kota-Kota Besar
Indonesia. Bulettin TERAS
Harahap, F. 2013. Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota di Indoensia. Jurnal Society, Vol
1(1): 35-45
Yuniarto, P. 2014. Masalah Globalsasi di Indonesia: Antara Kepentingan, Kebijakan, dan
Tantangan. Kajian Wilayah, Vol 5(1), 67-95
Pemerintah Kota Malang. 2019. RPJMD Kota Malang 2018-2023. Pemerintah Kota Malang.
Indonesia