Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA

Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan Kota


Semester 1 Tahun Akademik 2019 – 2020

Disusun Oleh:
WAFID IRSYADUNNAS L. Z. 25419045

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
1. Isu Pembangunan Perkotaan Indonesia
A. Urbanisasi
Semakin berkembanganya suatu wialyah perkotaan dapat menimbulkan masalah tersendiri
bagi kota tersebut. Penduduk perkotaan yang semakin meningkat menyebabkan meluasnya
kebutuhan kebutuhan akan lahan di pekotaan terutama di daerah pinggiran perkotaan. Peningkatan
penduduk perkotaan ini disebabkan semakin banyaknya penduduk daerah pedasaan yang tinggal
dan menetap menjadi penduduk kota. Dengan melihat fenomena ini diperkirakan pada tahun 2025
mendatang, penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan akan mencapai 60% dan jumlah
penduduk pedesaan akan semakin menurun.
Isu terkait urbanisasi merupakan dampak dari kebijakan pemerintah yang ‘gegabah’ pada
masa orde baru dimana kebijakan yang dimaksud antara lain ekonomi makro (kota sebagai pusat
ekonomi), kombinasi antara kebijakan substitusi impor dan investasi asing di sektor manufakturing
yang memicu polarisasi pembangunan terpusat pada area kota, dan menurunnya nilai dari sektor
pertanian yang menyebabkan akademisi enggan kembali ke daerahnya untuk mengembangkan
sektor tersut (Harahap, 2013).

B. Kemiskinan Perkotaan
Urbanisasi yang tidak terkontrol pada suatu kota akan mengakibatkan meningkatnya
jumlah penduduk miskin di kota tersebut. Masalah kemiskinan ini disebabkan oleh para pendatang
yang datan ke kota merupakan mereka yang tidak mendapatkan pendidikan yang cukup atau
dengan kualitas pendidikan yang rendah. Dengan kemampuan dan pendidikan dibawah mereka
yang mendapat pendidikan yang cukup, daya saing dilapangan kerja para pendatang pun sangat
kecil sehingga mereka jatuh miskin di kota-kota dan menjadi pengangguran.
Dalam pembangunan perkotaan kemiskinan di perkotaan merupakan penyebab lain dari
munculnya area-area kumuh (slum & squatter) di tengah kota, karena pada pendatang ini tidak
memiliki biaya yang cukup untuk membeli atau bahkan menyewa tempat mereka tinggal.
Tingginya harga sewa dari permuhana menyebabkan mereka memilih lahan kosong sebagai tempat
mereka tinggal yang lambat laun lahan tersebut menjadi sebuat perumahan informal yang
ditinggali oleh penduduk miskin pada kota tersebut.

C. Polarisasi Sosial
Polarisasi sosial dalam sebuah kota merupakan salah satu bentuk ketidak seimbangan
mengenai masalah disparitas antara masyarakat dengan kesejahteraan kelas atas dan masyarakat
dengan kesejahteraan kelas bawah. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diiringi
ketersediaan lapangan kerja juga menjadi salah satu penyebab polarisasi sosial. Mereka yang tidak
mampu bersaing dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin miskin, dan mereka yang mampu
bersaing dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin kaya. Hal ini yang kemudian mengakibatkan
munculnya polarisasi sosial pada suatu kota berkembang dan menjadi masalah bagi kota tersebut.

D. Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan


Menurunnya kualitas hidup di kota merupakan akibat yang disebabkan oleh semakin
menurunnya kualitas lingkungan hidup suatu kota tersebut. Masalah terkait lingkungan hidup ini
merupakan persoalan yang dialami oleh mayoritas kota-kota besar di Indonesia. Persoalan
lingkungan hidup (seperti pemcemaran air dan udara, banjir kekeringan, kemacetan, serta sampah
yang menumpuk) menjadi suatu hal yang terus menerus dialamai oleh penduduk kota dalam
kesehariannya selama mereka hidup di kota. Pembangunan kota yang terus menerus beralan
ternyata berimplikasi pada menurunnya daya dukung lingkungan hidup kota tersebut.
Sedari dulu, kota memang telah menarik banyak orang berdatangan untuk bekerja dan
menetap di dalamnya. Pendatang ini pada umumnya merupakan penduduk-penduduk pedesaan
yang dimana mereka sudah tidak mendapat pekerjaan lagi di daerah asalnya, berkurangnya sumber
daya alam yang dapat mereka olah disana, dan menurunnya hasil produksi pertanian dan
peternakan. Hal ini lah yang kemudian menjadi pemacu bagi mereka untuk berpindah ke kota demi
mendapatka kesempatan hidup yang lebih baik. Akibatnya, pertumbuhan penduduk di perkotaan
semakin tinggi dan tidak terkontrol. Proses ini merupakan akibat logis dari pembangunan kota
yang cenderung pro kota atau urban bias.
Seiring dengan hal tesebut, munculah permasalahan terkait lingkungan hidup, dan
bentuknya pun semakin kompleks karena penangannannya yang seolah dibiarkan berlarut larut.
Sebagai contoh masalah banjir di Jakarta dan masalah sampah di Sleman. Masalah lingkungan
muncul karena pengaruh dari beratnya beban dan jumlah penduduk serta aktivitas yang mampu
kota tersebut tanggung.

E. Kemacetan Perkotaan
Kemacetan lalu lintas sering terjadi di daerah perkotaan besar. Kemacetan mengganggu
kegiatan aktivitas masyarakat sehari-hari seperti bekerja, sekolah, dan belanja. Kemacetan lalu
lintas terjadi karena ruas jalan tersebut sudah mulai tidak mampu menerima dan mendukung beban
dari arus kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut. Kemacetan diakibatkan oleh beberapa
pengaruh hambatan atau gangguan yang tinggi. Dalam pembangunan suatu wilayah, struktur jalan
yang baik dapat meningkatkan penghasilan suatu wilayah dan menjadi wilayah cepat berkembang.
Pada pengembangan pembangunan kota, pemanfaatan permukaan lahan menjadi sasaran
bagi lokasi berbagai macam kegiatan. Hubungan antara pembangunan dan transportasi sangat
mempengaruhi hal ini. Dimana pergerakan pembangunan distribusi angkutan merupakan faktor
penentu utama dalam menjalankan pengembangan pembangunan. Semakin besarnya pergerakan
suatu kegiatan dan semakin bergerak cepatnya pengembangan kota tersebut pasti akan lebih
banyak membutuhkan transportasi.
Penjabaran penyebab kemacetan yaitu masalah kapasitas jalan. Lalu lintas tergantung pada
kapasitas jalan, banyaknya lalu lintas yang ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat
menampung, maka lalu lintas yang ada akan terhambat. Masalah lain berupa kurangnya lahan
parkir. Bangunan bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa yang berdiri tanpa menyediakan
lahan parkir bagi masyarakat, menyebabkan pengguna fasilitas menggunakan bahu jalan sebagai
tempat mereka parkir, dimana hal ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab kemacetan di
kota kota berkembang di Indonesia

2. Konsep Perencanaan Pembangunan Kota Malang


Kota Malang
A. Karakteristik Dasar
Kota Malang terletak pada ordinat 7O58’48’’LS dan 112 O37’12’’BT. Malang terletak
ditengah-tengah Kabupaten Malang dan sisi selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki luas 145,28-
kilometer persegi (56,09 mil persegi). Kota ini berbatasan dengan Kecamatan Singosari
danKarangploso di sisi utara; Kecamatan Pakis dan Tumpang di sisi timur; Kecamatan dan
kecamatan Pakisaji di sisi selatan; dan kecamatan Wagir dan Dau di sisi barat yang semuanya
merupakan kecamatan di Kabupaten Malang. Kota Malang dilewati oleh salah satu sungai
terpanjang di Indonesia dan yang terpanjang kedua di Jawa setelah Bengawan Solo, Sungai
Brantas yang sumbernya terletak di lereng Gunung Arjuno di barat laut kota. Sungai terpanjang
kedua di Malang adalah Sungai Metro melalui Malang di desa Karangbesuki, Kecamatan Sukun.
Kota Malang terletak di dataran tinggi. Kota ini terletak di ketinggian antara 440-667 meter di atas
permukaan laut. Titik tertinggi di kota ini adalah CitraGarden City Malang, sebuah pengembangan
real estat, sedangkan daerah terendah di Malang adalah di daerah Dieng. Kota Malang dikelilingi
oleh gunung dan pegunungan. Kota ini dikelilingi oleh Gunung Arjuno di utara; Gunung Semeru
di timur; Gunung Kawi dan Gunung Butak di barat; Gunung Kelud di selatan. Kota Malang
merupakan kota orde II dengan sistem ruang kota yang secara konseptual, pembangunan dan
konstelasi ruang secara spasal sudah konsisten.
Wilayah Kota Malang memiliki luas 145.28 km2 dengan total penduduk sebanyak
895,387 jiwa serta kepadatan penduduk sebesar 6,200/km2 dan merupakan kota dengan urutan ke
21 dari segi total penduduk setelah Kota Padang dan Kota Pekanbaru, dan menempati urutan ke
18 setelah Kota Medan dan Kota Bogor dari segi kepadatan penduduk.
Malang merupakan sebuah kota di Jawa Timur dengan letak yang strategis dimana kota ini
menjadi bagian dari lalu lintas utama area utara Jawa Timur (Gresik, Surabaya, dan Lamongan)
dengan area timur Jawa Timur (Banyuwangi, Blitar, Lumajang). Karena lokasi nya tersebut
menjadikan kota ini sebagai kota kedua terbesar di Jawa Timur setelah Surabaya. Pada awal tahun
1900, kota Malang merupakan kota kabupaten kecil di daerah pedalaman. Tonggak perkembangan
kota ini terjadi pada tahun 1920 dimana kota ini dijadikan sebagai destinasi wisata karena
keindaahan alamnya dan kondisi udara yang sejuk, dan terus berkembang hingga saat ini.
Secara administratif, Kota Malang dibagi kedalam 6 kecamatan, yaitu Kecamatan
Lowokwaru (Malang Utara), Kecamatan Blimbin (Malang Timur Laut), Kecamatan Klojen
(Malang Tengah), Kecamatan Sukun(Malang Barat), dan Kecamatan Kedungkandang(Malang
Tenggara, dan Timur).

Gambar1. Peta Pola Ruang Kota Malang


(Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030)
Berdasarkan peta pola ruang Kota Malang, kawasan Kota Malang dibagi kedalam 2
kawasan, kawasan lindung dan kawasan lindung budidaya. Kawasan lindung melingkupi kawasan
lindung setempat dan ruang terbuka hijau. Sedangkan kawasan lindung budidaya melingkupi
kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri dan pergudangan,
kawasan militer, dan kawasan fasilitas umum/fasilitas sosial.
Kota Malang memiliki visi kota berupa ‘Kota Malang Bermartabat’, dan 4 Misi
pembangunan daerah berdasarkan visi kota tersebut yang antara lain
1. Menjamin akses dan kualitas pendidikan, kesehatan dan layanan dasar lainnya bagi
semua warga
2. Mewujudkan kota produktif dan berdasya saing berbasis ekonomi kreatif,
keberlanjutan dan keterpaduan
3. Mewujudkan kota yang rukun dan toleran berasaskan keberagaman dan
keberpihakan terhadap masyarakat rentan dan gender
4. Memastikan kepuasan masyarakat atas layanan pemerintah yang tertib hukum,
profesional dan akuntabel
B. Isu Kota Malang
Berdasarkan RPJMD Kota Malang 2018-2023 berikut merupakan pemetaan isu strategis
RPJMD Kota Malang
Bidang
Isu Strategis Prioritas Isu Kota Malang Misi Kota Malang
Pembangunan
1. Pemerataan pelayanan
pendidikan formal
2. Peningkatan mutu dan
standar pelayanan Peningkatan Menjamin Akses dan
kesehatan dasar dan pemerataan kualitas Kualitas Pendidikan,
Sumber Daya pelayanan kesehatan pendidikan dan Kesehatan dan
Manusia rujukan yang dapat kesehatan serta Layanan Dasar
dijangkau masyarakat tidak layanan dasar Lainnya Bagi Semua
mampu lainnya Warga
3. Optimalisasi
pembudayaan minat baca
masyarakat.
1. Pengembangan sistem
transportasi perkotaan yang
unggul dan berdaya saing;
2. Pengembangan industri Peningkatan Mewujudkan Kota
kreatif potensial Kota produktifitas dan Produktif dan Berdaya
Malang; daya saing daerah Saing Berbasis
Ekonomi
3. Penataan ulang sistem dengan dukungan Ekonomi Kreatif,
(saluran) drainase yang infrastruktur yang Keberlanjutan dan
terintegrasi dan holistik berkelanjutan Keterpaduan
4. Optimalisasi eksplorasi
karakter dan identitas Kota
sebagai pengembangan
Bidang
Isu Strategis Prioritas Isu Kota Malang Misi Kota Malang
Pembangunan
destinasi pariwisata
perkotaan.
1.Meningkatnya Mewujudkan Kota
kesejahteraan masyarakat Mewujudkan yang Rukun dan
dan kerukunan sosial; dan kehidupan Toleran Berasaskan
Sosial 2.Optimalisasi penyiapan masyarakat yang Keberagaman dan
kompetensi tenaga kerja harmonis dan Keberpihakan terhadap
yang sesuai kebutuhan pasar toleran Masyarakat Rentan dan
tenaga kerja Gender
1. Pembaharuan
Optimalisasi
manajemen sistem Memastikan Kepuasan
pelaksanaan
kepegawaian secara Masyarakat atas
reformasi birokrasi
profesional guna Layanan Pemerintah
Pemerintahan untuk mendukung
mendukung gerakan yang Tertib Hukum,
tata kelola
antikorupsi, budaya kerja Profesional dan
pemerintahan yang
dan pelayanan publik yang Akuntabel
baik
prima

C. Permasalahan Kota Malang


Kota Malang merupakan kota yang setiap tahunnya dibanjiri oleh pendatang baru dengan
berbagai kepentingan. Dengan keberadaan kampus kampus besar di kota ini menjadikan Kota
Malang sebagai salah satu destinasi untuk menuntut ilmu. Sebuah kampus ternama di Malang,
pada tahun 2019, tercatat menerima jumlah pendaftar baru terbanyak se Indonesia. Datangnya
puluhan ribu mahasiswa tiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan terhadap fasilitas publik kota
yang mendukung alur sirkulasi para pendatang tersebut, salah satunya berupa sektor trasnportasi.
Pada tahun 2017, sarana jalan yang tercatat di Kota Malang sepanjang 1,221.29km dengan
rasio jumlah penduduk diangka 713 jiwa, yang artinya tiap 1km jalan di Kota Malang harus mampu
melayani 713 penduduk. Angka tersebut menginformasikan tingkat penggunaan jalan di Kota
Malang. Kepadatan jalan Kota Malang terkonsentrasi di Kecamatan Lowokwarum dimana
terdapat belasan kampus dan tiga universitas besar di dalamnya. Berdasarkan riset yang dilakukan
lembaga internasional Inrix, pengendara di Kota Malang menghabiskan waktu selama 45 jam
dalam setahun ditengah kemacetan dengan persentase kemacetan sebesar 23%. Pada jam sibuk
(peak hour) tingkat kemacetan meningkat menjadi 27% dan diluar jam sibuk tingkat kemacetan
sebesar 24%. Dengan persentase tersebut menempatkan Kota Malang pada urutan ke tiga dalam
tingkat kemacetan setalah Kota Jakarta dan Kota Bandung.
Kepemilikan kendaraan di Kota Malang setiap tahunnya terus meningkat. Berdasarkan
data BPS yang merujuk pada Kantor Samsat Kota Malang memaparkan di tahun 2012 tercatat
sebanyak 471,272-unit kendaraan bermotor di Kota ini, dan pada tahun 2017, jumlah kendaraan
bermotor sudah meningkat menjadi 584,772 unit. Dalam kurun waktu lima tahun terjadi
pertambahan unit kendaraan bermotor sebanyak 113,500 unit, dengan rata-rata pertambahan
pertahunnya sebanyak 22,700-unit kendaraan bermotor, dengan 80% dari total kendaraan berupa
kendaraan dengan jenis sepeda motor.
D. Potensi Kota
Berkaitan dengan visi dan misi Kota Malang tersebut dirumuskan sebuah konsep Malang
Future, dimana The Future of Malang memiliki 6 konsep yang dibangun berdasarkan pemahaman
terhadap potensi kota yang selanjutnya diwujudkan sebagai ‘wajah’ Kota Malang di masa
mendatang melalui pencanangan visi pembangunan kota.
Ke enam konsep tersebut ialah
1. Malang City Heritage (icon sejarah dan jejak perjuangan)
2. Malang 4.0 (literasi teknologi informasi disegala bidang)
3. Malang Creative (center of creative economic)
4. Malang Halal (center of halal tourism)
5. Malang Sevices (role models pemerintahan colaborative)
6. Malang Nyaman (tata kota yang ramah berkelanjutan)

Gambar2. Konsep the future of Malang

Selain itu Kota Malang juga memiliki tiga terminal besar yang dimana ketiga terminal ini
dapat berperan sebagai sub pusat Kota Malang dalam mengatasi kemacetan. Ketiga terminal besar
tersebut adalah Terminal Arjosari, Terminal Landungsari, dan Terminal Gadang. Kota Malang
juga merupakan salah satu kota dengan jalur pedestrian terbaik di Indonesia, dimana fasilitas
perabot jalan pada ruang pejalan kaki di kota ini juga cukup tersedia lengkap.

Mengatasi Persoalan Kota Malang


Yang menjadi fokus dalam mengatasi persoalan kota tersebut adalah perbaikan terhadap
fasilitas transportasi dan peningkatan sarana bagi pejalan kaki. Transportasi massa merupakan
salah satu solusi terbaik bagi kota ini. Karena kondisi jalan dan geografis kota ini, penerapan
angkutan besar seperti trem dan bus sebagai moda transportasi massal bukan merupakan pilihan
yang tepat. Karena hal tersebut, mikrolet masih tetap menjadi pilihan terbaik dalam mengatasi
kemacetan di kota ini. Namun yang menjadi masalah lain adalah, kondisi mikrolet dan kualitas
layanan yang rendah banyak pengguna mikrolet mulai beralih kepada angkutan online karena
kualitas dan efisiensi mereka yang lebih unggul.
Selain itu merubah pola kebiasaan masyarakat dari penggunaan kendaraan bermotor
menjadi berjalan kaki juga dapat mengatasi masalah kemacetam kota ini. Namun untuk
membangun pola ini dibutuhkan fasilitas yang juga mendukung hal tersebut. Jika keberadaan
transportasi massal di kota ini dapat dikelola dengan baik pola dan kebiasaan pengguna jalan
kemungkinan akan beralih dari yang semula mengandalkan kendaraan bermotor untuk mencapai
lokasi tujuan, menjad penggunaa kendaraan umum, dan nantinya dapat mengurangi kemacetan
kota ini.

Transit Oriented Development Sebagai Pendekatan dan Konsep Perencanaan Pembangunan


Kota Malang
Transit Oriented Development merupakan salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan
tranportasi yang ada pada kota ini. Yang menjadi kendala adalah kondisi geografis dan jalan yang
ada di kota ini, penggunaan angkutan besar seperti bus untuk sarana TOD dirasa tidak cocok untuk
kota ini. Namun konsep dari TOD tetap digunakan hanya saja skala dari sarana yang digunakan
diperkecil dan dirubah menjadi mikrolet.

Gambar3. Peta Jaringan Jalan Kota Malang


(Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030)

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang tahun 2010-2030, dalam
pengembangan Kota Malang, sudah di tetapkan lima kawasan sub pusat kota ini, dua kawasan sub
pusat yang ada dalam rencana tersebut berada dekat dengan 2 terminal utama Kota Malang (sub
pusat kawasan Pasar Blimbing dengan Terminal Arjosari dan sub pusat kawasan Pasar Gadang
dengan Terminal Gadang). Model yang diadopsi adalah seperti sistem transit Trans Jakarta,
dimana terdapat pemberhentian pada titik titik tertentu dan beberapa jalur khusus yang bebas
hambatan. Titik titik pemberhentian nanti dapat diletakan pada sub pusat 3, yang dimana jarak dan
waktu tempuh menuju suatu lokasi tidak terlalu lama. Hal ini diharapkan dapat menarik minat
masyarakat untuk menggunakan tranportasi umum dan mengurangi masalah kemacetan.
Selain dengan penyediaan fasilitas jalan dan transit khusus, perbaikan sistem dan fisik
mikrolet juga perlu diperhatikan. Dengan di tetapkannya transit khusus ini nantinya dapat
mengurangi waktu tunggu bagi mikrolet dalam menarik penumpang, dan tarif nya dapat
disesuaikan.
Setelah tersedianya fasilitas jalan yang mendukung, perbaikan sistem dan fisik mikrolet,
hal selanjutnya yang dapat dikembangkan adalah titik transit pada sub pusat3 kota ini, diamana
perlu dilengkapi fasilitas penunjang seperti ruang pejalan kaki yang ditata dengan baik sehingga
minat masyarakat untuk berjalan kaki meningkat
Daftar Pustaka
Kompasiana.com. 2018. Degradasi Lingkungan Hidup di Perkotaan. [online] diakses melalui
https://www.kompasiana.com/firkan/5b7531576ddcae0eba0c1f02/degradasi-lingkungan-
hidup-di-perkotaan?page=all pada 5 Desember 2019
Jatimpos.id. 2019. Solusi Kemacetan di Kota Malang [online] diakses melalui
https://www.jatimpos.id/kabar/solusi-kemacetan-di-kota-malang-b1WZy98r pada 6
Desember 2019
Detik.com. 2019. Beban Berat Jalan Raya Kota Malang [online] diakses melalui
https://news.detik.com/kolom/d-4675013/beban-berat-jalan-raya-kota-malang pada 5
Desember 2019
Republika.co.id 2017. Mencari Solusi Polemik Transportasi Publik di Kota Malang [online]
diakses melalui https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/17/03/12/ompftn408-mencari-solusi-polemik-transportasi-publik-di-kota-
malang pada 5 Desember 2019
Ardiansyah, A. 2009. Dampak Kemiskinan Kota Terhadap Permukiman di Kota-Kota Besar
Indonesia. Bulettin TERAS
Harahap, F. 2013. Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota di Indoensia. Jurnal Society, Vol
1(1): 35-45
Yuniarto, P. 2014. Masalah Globalsasi di Indonesia: Antara Kepentingan, Kebijakan, dan
Tantangan. Kajian Wilayah, Vol 5(1), 67-95
Pemerintah Kota Malang. 2019. RPJMD Kota Malang 2018-2023. Pemerintah Kota Malang.
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai