Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK URBANISASI DI KOTA SEMARANG

Ramadhan Budiarta
1706026078

Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu pertumbuhan ekonomi.


Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk untuk
berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan
urbanisasi. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada
pengendalian di dalamnya. Masalah ini lah yang dihadapi Negara Indonesia saat ini
yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak
diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini
akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih. Pertumbuhan ekonomi di Kota
Semarang telah membawa akibat berupa terjadinya kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas,
meningkatnya sektor informal dan pengangguran, kriminalitas, serta berbagai konflik sosial
politik lainnya. Fenomena ini menjadi kajian bahwa Kota Semarang tengah mengalami
urbanisasi berlebih yakni ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
ekonominya.

Proses urbanisasi berlebih di Kota Semarang berlangsung sejak jaman kolonial hingga proses
kapitalisasi yang terkait dengan pasar global. Urbanisasi berlebih di Kota Semarang adalah
gabungan antara tekanan perdesaan dan daya tarik kota yang dipandang selalu dapat
menyediakan lapangan kerja. Dampak urbanisasi berlebih di Kota Semarang adalah involusi
perkotaan yang ditandai pertumbuhan sektor jasa dan sektor informal, dan sektor informal
seakan selalu bisa dimasuki oleh pekerja baru. Dengan kata lain Kota Semarang dan daerah di
belakangnya justru mengalami deindustrialisasi. Sektor industri dan pertanian menurun
perannya, sebaliknya sektor informal semakin meningkat. Di wilayah tersebut telah terjadi
kecenderungan urbanisasi dengan pola menyebar yang ditandai pertumbuhan penduduk
perkotaan yang tinggi di kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Semarang. Dampak lain adalah
kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas dan tingginya angka kejahatan. Hal yang perlu
diperhatikan lebih lanjut adalah mengusahakan keterkaitan antara lokalitas dengan sistem
produksi dan ekonomi global di wilayah tersebut untuk menyejahterakan penduduk dan
mencegah arus migrasi ke kota-kota besar.

Menurut Tjiptoherijanto (2007), meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari


kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan
oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif
dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa aktivitas
perekonomian akan terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang
cukup tinggi. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi
ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan
apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan

Karakteristik urbanisasi yang berada di Semarang hampir sama dengan kota-kota yang berada di
Indonesia di tandai dengan peningkatan jumlah penduduk kota yang terjadi setiap tahun.
Semarang menjadi ibu kota di Jawa Tengah yang menyebabkan aktivitas masyarakat tertuju pada
satu kawasan yang merubah struktur keruangan kota.

Dampak Urbanisasi di Semarang


Lahan terbangun dan lahan hijau/terbuka
Kota Semarang yang semakin berkembang menimbulkan beberapa permasalahan dalam
kebutuhan perumahan dan transportasi. Pembangunan perumahan baik swasta atau pemerintah
berdampak pada meningkatnya jumlah lahan yang terbangun, bahkan lahan konserasi menjadi
korban untuk di jadikan sebagai perluasan permukiman kota. Jumlah lahan yang terus di bangun
untuk di jadikan lahan terbangun menyebabkan sulit di jumpai lahan hijau / terbuka sebagai
ruang public yang semestinya bisa di manfaatkan oleh masyarakat. Dapat di pastikan hampir
seluruh lahan di Kota Semarang sudah terbangun untuk bangunan perumahan, mall, perkantoran
dan kawasan industri pabrik pabrik.

Sebaran fasilitas perkotaan


Kota Semarang menjadi aktivitas perkotaan tidak terlepas dari fungsinya menjadi ibu kota Jawa
Tengah. Fungsi ini menjadi pusat pelayanan seluruh Kabupaten di Jawa Tengah dan berinteraksi
dengan daerah daerah lainya. Disamping sebagai pusat pemerintahan, pusat industry dan
perdagangan dan aktivitas pelayanan jasa yang ada di Jawa Tengah, Semarang menjadi pintu
masuk dan keluarnya transportasi baik skala nasional dan internasional yang memiliki mobilitas
sangat tinggi, sehingga Semarang memiliki fasilitas transportasi Terminal terbesar di Jawa
Tengah, Pelabuhan, Stasiun, dan Bandara. Dengan demikian muncul berbagai kawasan
perdagangan, kawasan industry serta fasilitas perekonomian.Oleh karena itu efek yang
ditimbulkan adanya pemusatan aktivitas di beberapa kawasan yang mengakibatkan aktivitas
transportasi semakin padat.

Pemukiman kumuh
Kemunculan kampung kota merupakan fenomena yang banyak terjadi terutama di negara-negara
berkembang dan sebenarnya adalah sebuah bentuk asli dari kota-kota di Indonesia. Disisi lain,
dalam kampung kota yang padat juga terdapat berbagai masalah yang selanjutnya dapat
menyebabkan munculnya pemukiman kumuh dalam kampung kota tersebut (Budihardjo, 1997).
Pemukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan
kualitas fungsi sebagai tempat hunian (UU No.1 tahun 2011).Seiring dengan meluasnya
urbanisasi, tumbuh subur kantung-kantung pemukiman kumuh dan kampong-kampung di tengah
kota yang serba menyesakkan dan liar. Semakin banyak penduduk kota yang tinggal berhimpit-
himpit di berbagai pusat pemukiman yang sebenarnya tidak pantas dihuni oleh manusia. Namun
pemukiman-pemukiman ini terus saja mendapat tambahan para pemukim tetap dengan jumlah
dua kali lipat setiap lima hingga sepuluh tahun. Pemukiman-pemukiman kumuh di Semarang
dapat dilihat di daerah pinggiran sungai, di bawah jembatan, daerah pinggiran rel, pusat
perdagangan, dan sebagainya. Seperti yang ada di bawah jembatan Kalibanteng sebuah kampung
korban penggusuran sejak tahun 2006 hingga sekarang yaitu kampung Madani sebagai contoh
masih ada permukiman kumuh di perkotaan.

Permasalahan lingkungan
Pengalihan fungsi lahan secara berlebihan menimbulkan ketidak seimbangan alam akibat
pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan terpadu. Pengelolaan sarana dan prasarana kota
yang tidak baik juga turut menyumbang terhadap semakin tingginya angka kerusakan alam di
Kota Semarang. Banjir, tanah longsor, polusi udara, tanah, air dan suara merupakan
permasalahan lingkungan yang sangat mudah dijumpai di Kota Semarang. Sebagian daerah kota
Semarang merupakan kawasan pantai. Seperti yang kita ketahui, karakteristik air laut adalah
memiliki kandungan garam yang tinggi. Air laut harus diproses terlebih dahulu agar bisa
digunakan. Proses yang dibutuhkan pun sangatlah mahal. Untuk itu, masyarakat pesisir pantai
memanfaatkan air sumur untuk melakukan segala aktivitas Sayangnya, tindakan pemanfaatan air
tanah di kawasan pantai dinilai sudah berlebihan. Dengan demikian sering terjadi banjir di
daerah Kaligawe, Genuk dan disekitar kawasan Semarang Utara, dan di pusat kota di kawasan
Simpang 5 sering terjadi banjir ketika hujan turun dalam waktu 30 menit air sudah bisa
menggenangi di kawasan Simpang 5, kenaikan permukiman yang ada di perkotaan dan
penurunan permukaan tanah menjadi penyebab terjadinya banjir.

Pengangguran dan kemiskinan


Meledaknya jumlah pencari tenaga kerja baik di sektor formal maupun sektor informal
diakibatkan oleh tingkat penawaran tenaga kerja jauh melebihi tingkat permintaan yang ada,
sehingga mengakibatkan tingginya angka pengangguran dan semi pengangguran di daerah
perkotaan. Terbatasnya pendidikan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki juga menjadi
penghalan bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Tingginya angka pengangguran
akhirnya menyumbang pada semakin besarnya komposisi orang-orang atau masyarakat miskin di
perkotaan sebagaimana yang terlihat di Kota Semarang.

Kriminalitas.
Tekanan untuk bertahan hidup (survive) misalnya, akan mendorong manusia bertindak apapun,
termasuk tindakan kriminal. Hal ini pulalah yang menjadi penyebab mengapa angka kriminalitas
di Kota Semarang semakin hari semakin meningkat. Himpitan akan tuntutan hidup yang tidak
dapat dipenuhi membuat sebagian individu memilih bertahan dengan cara tersebut. Tindakan
kriminal seperti mencuri, merampok, membunuh, dan sebagainya menjadi pemandangan yang
tidak asing di Kota Semarang. Kriminalitas terjadi juga karena pengangguran dan kemiskinan,
kebutuhan yang tidak tercukupi dan kebutuhan ekonomi di kota yang sangat tinggi menyebabkan
kriminalitas terjadi. Dengan adanya Tim Elang Hebat Semarang team yang memilki kemampuan
khusus dari pihak kepolisian untuk melaksanakan keamanan dan ketertiban masyarakat
menjadikan Kota Semarang aman, tentram dan nyaman.

Dapat di simpulkan pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu pertumbuhan


ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk
untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan
urbanisasi. Urbanisasi berlebih di Kota Semarang adalah gabungan antara tekanan perdesaan dan
daya tarik kota yang dipandang selalu dapat menyediakan lapangan kerja. Dampak urbanisasi
berlebih di Kota Semarang adalah involusi perkotaan yang ditandai pertumbuhan sektor jasa dan
sektor informal, dan sektor informal seakan selalu bisa dimasuki oleh pekerja baru. Karakteristik
urbanisasi yang berada di Semarang hampir sama dengan kota-kota yang berada di Indonesia di
tandai dengan peningkatan jumlah penduduk kota yang terjadi setiap tahun. Pembangunan
perumahan baik swasta atau pemerintah berdampak pada meningkatnya jumlah lahan yang
terbangun, bahkan lahan konservasi menjadi korban untuk di jadikan sebagai perluasan
permukiman kota. Disamping sebagai pusat pemerintahan, pusat industry dan perdagangan dan
aktivitas pelayanan jasa yang ada di Jawa Tengah, Semarang menjadi pintu masuk dan keluarnya
transportasi baik skala nasional dan internasional yang memiliki mobilitas sangat tinggi,
sehingga Semarang memiliki fasilitas transportasi Terminal terbesar di Jawa Tengah, Pelabuhan,
Stasiun, dan Bandara. Seiring dengan meluasnya urbanisasi, tumbuh subur kantung-kantung
pemukiman kumuh dan kampong-kampung di tengah kota yang serba menyesakkan dan liar.
Semakin banyak penduduk kota yang tinggal berhimpit-himpit di berbagai pusat pemukiman
yang sebenarnya tidak pantas dihuni oleh manusia. Pengelolaan sarana dan prasarana kota yang
tidak baik juga turut menyumbang terhadap semakin tingginya angka kerusakan alam di Kota
Semarang. Banjir, tanah longsor, polusi udara, tanah, air dan suara merupakan permasalahan
lingkungan yang sangat mudah dijumpai di Kota Semarang. Meledaknya jumlah pencari tenaga
kerja baik di sektor formal maupun sektor informal diakibatkan oleh tingkat penawaran tenaga
kerja jauh melebihi tingkat permintaan yang ada, sehingga mengakibatkan tingginya angka
pengangguran dan semi pengangguran di daerah perkotaan. Tekanan untuk bertahan hidup
(survive) misalnya, akan mendorong manusia bertindak apapun, termasuk tindakan kriminal. Hal
ini pulalah yang menjadi penyebab mengapa angka kriminalitas di Kota Semarang semakin hari
semakin meningkat.
Daftar Pustaka
Fitri, Ramdhani Harahap. 2013. Dampak Urbanisasi bagi Perkembangan Kota di
Indonesia. Jurnal Society. fisip.ubb.ac.id.
Adam,Fp. 2010. Tren Urbanisasi di Indonesia. researchgate.net
D Nandang ,Tatal. 2011. Pengaruh Urbanisasi Terhadap Tumbuhnya Rumah Bedeng di
Semarang. e-jurnal.unisfat.ac.id.
Wilonoyudho, Saratri. 2010. Urbanisasi dan Dampak Lingkungan di Koridor KENDAL-
SEMARANG-DEMAK (Urbanization and Environmental Impact in Kendal-Semarang-
Demak Corridor). Jurnal Manusia dan Lingkungan – journal.ugm.ac.id.
Tjiptoherijanto, Prijono,. Urbanisasi, Mobilitas dan Perkembangan Perkotaan di
Indonesia, 2007, http://robbyalexandersirait.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai