Apa sih yang menjadi penyebab permukiman kumuh di kota? Kenapa sekarang kota tampak
kumuh, padahal dahulu tidak? Sebenarnya, apa penyebabnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sering terlontarkan oleh penduduk asli kota yang sudah lama tinggal. Mungkin salah satu
jawabannya adalah, Banyak pendatang dari desa nih yang cari kerja di kota, modalnya cuman
pas-pasan, atau cuma nekat. Jadinya, mereka tinggal sembarangan deh.
Perpindahan penduduk dari desa ke kota, atau yang biasa dikenal dengan istilah urbanisasi,
seolah-olah menjadi salah satu kambing hitam semakin padat dan kumuhnya permukiman di
perkotaan. Benarkah urbanisasi yang menjadi faktor utama penyebab permukiman kumuh di
perkotaan? Apa sebenarnya yang menjadi kelebihan kota maupun kekurangan desa sehingga
perpindahan penduduk desa ke kota kian meningkat? Lalu, dampak apa saja yang timbul dari
peningkatan urbanisasi tersebut?
Kedua, kemiskinan petani. Jumlah petani kita banyak, tetapi hasil produknya tidak signifikan,
sehingga akhirnya petani tidak bisa sejahtera, dan tetap dipeluk kemiskinan. Padahal, pemerintah
telah membangun berbagai prasarana dan sarana infrastruktur pengairan, mulai dari bendungan,
bendung, hingga jaringan irigasi kemiskinan petani memang menjadi awal permasalahan yang
membuat banyak petani beralih profesi serta memilih mencari kerja di perkotaan. Mereka
terpaksa keluar dari daerah asalnya ialah akibat rendahnya kualitas hidup atau adanya daerah
yang menjanjikan kesempatan untuk hidup lebih layak. Seringkali seseorang memutuskan
bermigrasi karena kombinasi dari kedua faktor di atas. Pilihan yang tersedia adalah menambah
penghasilan mereka dengan pekerjaan tambahan yang tidak terkait dengan sektor pertanian, baik
pekerjaan di desa maupun di kota untuk sementara, sebagai buruh bangunan, pembantu rumah
tangga, pedagang kaki lima, dan pekerjaan informal lainnya, yang umum ditemukan di
perkotaan.
Faktor ketiga, kurangnya angkatan kerja produktif di perdesaan. Banyaknya penduduk desa usia
produktif kerja yang bekerja di kota membuat penduduk yang tinggal desa lebih banyak anak-
anak dan orang tua. Oleh karena itu, pembangunan di perdesaan tidak semaju perkotaan. Para
pemuda desa juga makin enggan mengolah sawah dan lebih tertarik pergi ke kota untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Di sisi lain, okupasi lahan pertanian semakin marak untuk berbagai
keperluan nonpertanian.
Dengan demikian, tujuan para migran untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian
dengan datang ke kota belum tentu dapat terwujud. Peningkatan urbanisasi justru lebih banyak
menimbulkan permasalahan, terutama dengan menjamurnya permukiman-permukiman kumuh di
perkotaan. Memang kota tidak selalu manis bagi pendatang, tetapi juga memberikan
kepahitan. Dampak-dampak dari permukiman kumuh tersebut masih menjadi pekerjaan rumah
(PR) bagi pemerintah kota sebagai penentu kebijakan agar dapat meminimalisir permasalahan-
permasalahan tersebut. Permukiman kumuh memang menjadi permasalahan bagi kota, akan
tetapi menjadi alternatif bagi mereka pendatang yang kurang beruntung.(nld)