Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urbanisasi merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu negara yang
tingkat pembangunannya tidak merata. Fenomena urbanisasi menyebabkan
timbulnya pemukiman-pemukiman baru, dan pusat-pusat kegiatan masyarakat
baik industri maupun jasa yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh kesiapan kota untuk
menampung aktivitas dan menanggung segala dampak dari perkembangan
tersebut mengakibatkan kota berkembang secara tidak terkendali.
Proses memadatnya penduduk diikuti dengan proses meluasnya
pembagian kerja, meningkatnya spesialisasi makin mudahnya menggunakan
tenaga non insani, makin cepatnya revolusi ilmiah dan teknologi, serta turunnya
biaya umum. Selain itu padatnya jumlah penduduk akan memperbesar golongan
penduduk yang mendapat layanan umum. Pembangunan ekonomi akan selalu
terkait dengan adanya urbanisasi, yaitu pembangunan ekonomi dapat
mempercepat proses urbanisasi dan sebaliknya adanya urbanisasi akan mendorong
cepat pembangunan ekonomi.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,
seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan,
informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain
sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang
mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun
dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik
1.2 Perumusan Masalah
1. Seberapa besar faktor ekonomi berpengaruh terhadap urbanisasi dan
pertumbuhan kota?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan dengan adanya urbanisasi?
3. Strategi apakah yang tepat diterapkan dalam mengurangi arus
urbanisasi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Urbanisasi


Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah
suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai
suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan
dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan
secara esensial unsur fisik dan social, ekonomi budaya wilayah karena percepatan
kemajuan ekonomi karena adanya kegiatan industri. Pengertian kedua adalah
banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota karena adanya penarik di
kota, misal kesempatan kerja.
Urbanisasi memiliki pengertian perpindahan penduduk dari desa menuju
perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya,
a. Menurut Prof.Dr.Herlianto urbanisasi memiliki pengertian:
1. Proses pertumbuhan daerah pertanian / pedesaan menjadi perkotaan.
2. Daerah pedesaan yang berkembang menuju kota atau desa yang
mempunyai ciri-ciri seperti kota.
3. Proses yang dialami manusia dari bentuk kehidupan agraris pedesaan
menjadi kehidupan industri perkotaan.
4. Proses perpindahaan penduduk dari desa ke kota atau dari pekerjaan
pertanian di desa ke pekerjaan industri di kota.
b. Menurut J.H De Goede urbanisasi memiliki pengertian:
1. Adanya perpindahan penduduk ke kota.
2. Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja di sektor industri dan jasa.
3. Tumbuhnya pemukiman menjadi kota.
4. Munculnya pemukiman kumuh.
5. Mulusnya pengaruh kota di daerah pedesaan meliputi segi ekonomi,
sosial, psikologi, politik dan kebudayaan dalam arti luas.
Urbanisasi memiliki pengertian yang berbedabeda tergantung sudut
pandang yang di ambil. Jika dilihat dari segi Geografis, urbanisasi ialah sebuah
kota yang bersifat integral, dan yang memiliki pengaruh atau merupakan unsur
yang dominan dalam sistem keruangan yang lebih luas tanpa mengabaikan adanya
jalinan yang erat antara aspek politik, sosial dan aspek ekonomi dengan wilayah
sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, urbanisasi memiliki Pandangan inilah
yang mejadi titik tolak dalam menjelaskan proses urbanisasi.
Menurut King dan Colledge (1978), urbanisasi dikenal melalui empat
proses utama keruangan (four major spatial processes), yaitu:
1) Adanya pemusatan kekuasaan pemerintah kota sebagai pengambil
keputusan dan sebagai badan pengawas dalam penyelenggaraan
hubungan kota dengan daerah sekitarnya.
2) Adanya arus modal dan investasi untuk mengatur kemakmuran kota
dan wilayah disekitarnya. Selain itu, pemilihan lokasi untuk kegiatan
ekonomi mempunyai pengaruh terhadap arus bolakbalik, kotadesa.
3) Difusi inovasi dan perubahan yang berpengaruh terhadap aspek sosial,
ekonomi, budaya dan politik di kota akan dapat meluas di kota-kota
yang lebih kecil bahkan ke daerah pedesaan. Difusi ini dapat
mengubah suasana desa menjadi suasana kota.
4) Migrasi dan permukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh kota
secara terus menerus masuk ke daerah pedesaan. Perubahan pola
ekonomi dan perubahan pandangan penduduk desa mendorong mereka
memperbaiki keadaan sosial ekonomi.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota


Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya
beberapa kebijakan gegabah orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi
makro (1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi
antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan
(manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada
metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor
pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para
sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama
yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini melahirkan
dua faktor penyebab adanya urbanisasi yaitu:
a. Faktor Penarik (Pull Factors)
Alasan orang desa melakukan migrasi atau pindah ke kota didasarkan
atas beberapa alasan, yaitu:
1) Lahan pertanian yang semakin sempit
2) Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3) Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4) Terbatasnya sarana dan prasarana di desa, misalnya sarana
hiburan yang belum memadai
5) Diusir dari desa asal, sehingga ke kota menjadi tujuan.
6) Memiliki impian kuat menjadi orang kaya, karena tingkat upah di
kota lebih tinggi
7) Melanjutkan sekolah, karena di desa fasilitas atau mutunya kurang
8) Pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari
pekerjaan, atau mudahnya membuka usaha kecil-kecilan
9) Kebebasan pribadi lebih luas
10) Adat atau agama lebih longgar
b. Faktor Pendorong (Push Factors)
Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat
hidup di desa umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal
ini menjadi faktor pendorong timbulnya urbanisasi. Faktor pendorong
yang dimaksud diantaranya adalah:
1) Keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis
(tidak mengalami perubahan yang sangat lambat). Hal ini bisa
terjadi karena adat istiadat yang masih kuat atau pun pengaruh
agama.
2) Keadaan kemiskinan desa yang seakanakan abadi
3) Lapangan kerja yang hampir tidak ada karena sebagian besar
hidup penduduknya hanya bergantung dari hasil pertanian
4) Pendapatan yang rendah yang di desa
5) Keamanan yang kurang
6) Fasilitas pendidikan sekolah atau pun perguruan tinggi yang
kurang berkualitas
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya
urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para
migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan. Penyebab lain dari
terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya overruralisasi yaitu tingkat dan
cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.

2.3 Dampak Urbanisasi


Urbanisasi juga menimbulkan berbagai akibat (dampak) tertentu yang
dirasakan oleh oleh daerah penerima dan daerah yang ditinggalkan meskipun
urbanisasi ini oleh sebagaian ahli, dianggap membawa dampak positif terutama
bagi perkembangan kota, tetapi tidak sedikit pula dampak negatif yang
ditimbulkannya.
Bagi mereka yang memandang urbanisasi membawa dampak positif
mengatakan, antara lain:
a. Urbanisasi merupakan faktor penting dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
b. Urbanisasi merupakan suatu cara untuk menyerap pengetahuan dan
kemajuan-kemajuan yang ada di kota.
c. Urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perkembangan kota, selanjutnya
memberikan getaran (resonansi) perkembangan bagi daerah-daerah
perdesaan sekitarnya.
Selain dampak positif yang ditimbulkan juga menimbulkan dampak yang
negatif, baik dampak yang negatif itu dirasakan daerah perkotaan juga dirasakan
pula oleh daerah perdesaan.
Urbanisasi di kota dapat menimbulkan masalah over urbanization dan
urban primacy. Over urbanization yaitu kelebihan penduduk sehingga
melebihi daya tampung kota. Ini merupakan gejala makin meningkatnya daya
tarik kota besar yang menimbulkan dysfunctional condition. Hal ini dapat dilihat
dengan ketimpangan antar daerah dan semakim beratnya beban pemerintah kota.
Sedangkan urban primacy adalah timbulnya dominasi kota besar terhadap kota-
kota kecil sehingga tidak berkembang, dominasi tersebut dapat dilihat dari
konsentrasi ekonomi, alokasi sumber daya, pusat pemasaran, pusat pemerintahan
dan nilai-nilai sosial politik.
Over urbanization dan urban primacy adalah merupakan masalah yang di
rasakan oleh kota dimana akan menimbulkan masalah-masalah yang akan
mempengaruhi perkembangan suatu kota, adapun masalah-masalah yang dapat
ditimbulkan antara lain:
1) Pengangguran
Hal ini merupakan masalah yang cukup serius yang banyak dihadapi oleh
kota-kota besar. Masalah ini timbul berkaitan dengan terjadinya over urbanization.
Karena sebagian migran yang masuk ke kota tidak memiliki keterampilan sesuai
dengan keahlian yang dibutuhkan, maka para migran tersebut kebanyakan hanya
bekerja sebagai buruh kasar secara temporer (sektor informal). Setelah pekerjaan
mereka selesai, maka mereka sepenuhnya menjadi mengangur. Besarnya tingkat
pengangguran di kota merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
pekerjaan kurang layak bagi kemanusiaan seperti mengemis, mencopet dan
sebagainya, tingginya tingkat pengangguran tersebut dapat meningkatkan angka
kriminal.
2) Perumahan/Permukiman Kumuh
Salah satu karakteristik kota adalah tingginya tingkat kepadatan
penduduik, dimana kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan tidak
seimbangnya antara ruang dan jumlah penduduk, sehingga masalah permukiman
merupakan salah satu masalah yang ditimbulkan oleh over urbanization.
Hal ini menimbulkan masalah daya dukung kota dalam bentuk yang tidak
seimbang antara ruang dan lahan yang dibutuhkan dengan jumlah penduduk yang
ada. Masalah permukiman selanjutnya merupakan salah satu sebab timbulnya
lingkungan hidup yang tidak sehat, berupa permukiman liar dan perkampungan
kumuh (slum area), sehingga pendirian rumah-rumah liar ini sangat menganggu
tata kota dan keindahan kota.
3) Transportasi / Lalu Lintas
Kepadatan penduduk dan tingginya tingkat mobilitas penduduk
diperkotaan menjadikan sarana transportasi menjadi penting artinya. Sarana
transportasi diperkotaan dapat menimbulkan masalah apabila jumlah kendaraan
tidak seimbang dengan panjang jalan yang ada. Rasio jumlah kendaraan dan
panjang jalan menentukan terjadinya masalah lalu lintas seperti kemacetan,
pelanggaran-pelanggaran dan tingginya tingkat angka kecelakaan lalu lintas.
Kepadatan lalu lintas ini menurut Sadono Sukirno dalam Khairuddin
(1999), menimbulkan beberapa jenis biaya sosial dan ekonomi pada masyarakat:
a) Mempertinggi tingkat kecelakaan
b) Mempertinggi biaya pemeliharaan kendaraan karena penggunaan minyak
yang lebih banyak dan mempercepat kerusakan kendaraan
c) Mempertinggi ongkos pengangkutan
d) Menimbulkan masalah pencemaran udara yang serius.
Kepadatan lalu lintas di kota-kota besar sangat terasa pada jam-jam
puncak/sibuk, yaitu pada waktu pagi hari dan siang hari atau sore hari dimana
pada saat itu semua orang melaksanakan aktivitasnya sehari-hari seperti ke
kantor, ke sekolah dan sebagainya.
4) Degradasi Moral dan Kejahatan
Sebagai mana yang diketahui bahwa masyarakat kota mempunyai ciri-ciri
heterogenitas yang tinggi dan satu sama lain kurang/tidak saling mengenal. Hal ini
akan menimbulkan sikap acuh tak acuh dan semakin lemahnya kontrol sosial.
Kondisi ini akan menyebabkan sikap individu lebih bebas untuk melakukan suatu
tindakan yang dianggap menguntungkan bagi dirinya sendiri meskipun itu sudah
bersifat deviasi atau menyimpang dari nilai-nilai moral yang berlaku. Tindakan
patologis ini semakin besar dengan besarnya pula permisiveness terhadap
perbuatan-perbuatan menyimpang yang dilakukan anggota-anggota masyarakat.
Sikap menegur dan memberi nasehat bagi sebagian orang sudah dianggap
mencampuri urusan orang lain, sehingga sangat jarang timbul reaksi dari
masyarakat terhadap pelanggaran-pelanggaran moral tersebut
Kejahatan adalah suatu tindakan yang kalau boleh dikatakan sifatnya
sangat klasik, dari zaman dahulu orang sudah mengenal tindak kejahatan dengan
segala bentuknya, yang mungkin berbeda dari zaman ke zaman adalah kapasitas
kejahatan, tindak kejahatan dari hari kehari semakin bervariasi dan sudah
mengarah kepada tindakan sadisme, hal ini terutama terjadi pada kota-kota besar
sebab lemahnya kontrol sosial dari kalangan masyarakat, sehingga semakin sulit
untuk memberantasnya.

2.4 Strategi Kebijakan Untuk Mengurangi Arus Urbanisasi


Berdasarkan analisis aspek demografis secara umum masalah urbanisasi
belum sampai pada kondisi kritis atau menghawatirkan, akan tetapi bila dilihat
dari segi kecepatannya maka semesti pemerintah memperhatikan atau melakukan
tindakan antisipasi sejak awal, oleh karena itu perhatian pemerintah harus
diarahkan pada bagaimana mengontrol atau mengendalikan arus urbanisasi
sedemikian rupa sehingga selalu berjalan serasi dengan kemajuan di berbagai
bidang pembangunan yang ada.
Proses urbanisasi di Indonesia sangat berkaitan dengan kebijakan
pembangunan yang diambil oleh pemerintah pada masa lampau, baik menyangkut
pembangunan spasial maupun sektoral. Sebagai akibat dari kebijakan spasial
maka migrasi desa-kota sangat mempercepat tempo urbanisasi di beberapa daerah
perkotaan.
Selain itu kebijaksanaan yang bersifat sektoral sangat diperlukan karena
secara tidak langsung juga mempengaruhi urbanisasi, kebijakan sektoral ini antara
lain bidang pendidikan, kependudukan, kebijakan harga, industri dan kebijakan
transportasi serta komunikasi, kebijakan upah dan lain-lain.
Menurut Todaro (1997) berpendapat bahwa adapun strategi yang tepat
untuk menanggulangi persoalan migrasi dan kaitannya dengan kesempatan kerja
secara komprehensif, adalah sebagai berikut:
1) Penciptaan keseimbangan ekonomi yang memadai antara desa - kota.
Keseimbangan kesempatan ekonomi yang lebih layak antara desa dan kota
merupakan suatu unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam strategi untuk
menanggulangi masalah pengangguran di desa-desa maupun di perkotaan, jadi
dalam hal ini perlu ada titik berat pembangunan ke sektor perdesaan.
2) Perluasan industri-industri kecil yang padat karya.
Komposisi atau paduan output sangat mempengaruhi jangkauan
kesempatan kerja karena beberapa produk. Membutuhkan lebih banyak tenaga
kerja bagi tiap unit output dan tiap unit modal dari pada produk atau barang
lainnya.
3) Penghapusan distorsi harga faktor-faktor produksi
Untuk meningkatkan kesempatan kerja dan memperbaiki penggunaan
sumber daya modal langka yang tersedia maka upaya untuk menghilangkan
distorsi harga faktor produksi, terutama melalui penghapusan berbagai subsidi
modal dan menghentikan pembakuan tingkat upah diatas harga pasar.
4) Pemilihan teknologi produksi padat karya yang tepat
Salah satu faktor utama yang menghambat keberhasilan setiap program
penciptaan kesempatan kerja dalam jangka panjang baik pada sektor industri di
perkotaan maupun pada sektor pertanian diperdesaan adalah terlalu besarnya
kekaguman dan kepercayaan pemerintah dari negara-negara dunia ketiga terhadap
mesin-mesin dan aneka peralatan yang canggih (biasanya hemat tenaga kerja)
yang diimpor dari negara-negara maju.
5) Pengubahan keterkaitan langsung antara pendidikan dan kesempatan
kerja.
Munculnya fenomena pengangguran berpendidikan dibanyak negara
berkembang mengundang berbagai pertanyaan tentang kelayakan pengembangan
pendidikan khususnya pendidikan tinggi secara besar-besaran yang terkadang
kelewat berlebihan.
6) Pengurangan laju pertumbuhan penduduk melalui upaya pengentasan
kemiskinan absolut dan perbaikan distribusi pendapatan yang disertai
dengan penggalakan program keluarga berencana dan
penyediaan pelayanan kesehatan di daerah perdesaan.
Selain itu dikena pula pembangunan agropolitan yang dapat mendorong
kegiatan sektor pertanian dan sektor komplemennya di wilayah perdesaan. Untuk
itu diharapkan adanya kebijaksanaan desentralisasi, sehingga terjadi
keseimbangan ekonomi secara spasial antar wilayah perdesaan dengan kawasan
perkotaan yang lebih baik dan sekaligus mampu menyumbang pada pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi.
Adapun komponen dari strategi pembangunan agropolitan, antara lain:
1) Melakukan dan menggalakan kebijaksanaan desentralisasi dan penentuan
keputusan alokasi investasi dengan mempermudah ijin-ijin kepada pihak
swasta yang didelegasikan dari pusat kepada pemerintah daerah dan lokal.
2) Meningkatnya partisipasi kelompok sasaran dalam pembayaran sub-sub
proyek untuk membangun rasa memiliki terhadap proyek yang dibangun
bersama mereka.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penjabaran permasalahan pada makalah


ini, antara lain:
1. Faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama
yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap urbanisasi.
2. Urbanisasi di kota dapat menimbulkan masalah over urbanization dan
urban primacy.
3. Proses urbanisasi di Indonesia sangat berkaitan dengan kebijakan
pembangunan yang diambil oleh pemerintah pada masa lampau, baik
menyangkut pembangunan spasial maupun sektoral.
DAFTAR PUSTAKA

Herlianto.1997.Urbanisasi ,Pembangunan dan Kerusuhan Kota.Bandung:Penerbit


Alumni.
Khairuddin.2000. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Liberty
King and Golledge. 1978. Cities, Space and Behavior. New Yersey: Prentice Hal,
ind.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh,
Jilid I. Terjemahan Hasris Munandar. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai