Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925)
Agung Pribadi [11.312.011]
1
KOTA CIREBON DIPANDANG DARI TEORI STRUKTUR RUANG KONSENTRIS (BURGESS,1925)
Sejarah Singkat Kota Cirebon. Kota Cirebon adalah ibu kota kabupaten Cirebon yakni kabupaten paling kecil di Jawa Barat, yang memiliki 29 kecamatan, dengan wilayah Kotamadya Cirebon sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, sebelah Timur dibatasi Laut Jawa, sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, sebelah Barat dibatasi sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon. Geografi kota pesisir ini terletak pada koordinat 108 33 BT dan 6 42 LS.2, posisi strategis menjadi simpul pergerakan transportasi jalur Pantura dan lintasan utara kereta api pulau Jawa. Bentang alam kota ini berupa dataran rendah, dengan luas wilayah pantai 3.810 Ha. Pasang surut (back water) laut Jawa berpengaruh menghambat proses pembuangan airsungai ke laut. Terutama bila kondisi air sungai maksimum memperparah genangan kota pada kawasan pesisir kota ini. Akibat kondisi banjir. Karakter pesisir Utara dipengaruhi oleh abrasi laut yang mengikis kawasan pesisir dan pada pesisir Selatan dipengaruhi oleh proses sedimentasi sungai dan laut. Pengaruh sedimentasi ini yang menyebabkan kawasan pesisir selatan ini memiliki fenomena tanah tumbuh yang telah menambah luas wilayah administrasi kota, menjadi 75 ha. Morfologi kota Cirebon tidak terlepas dari terbentuk dan perkembangan tiga kraton di kota ini, yaitu: (1). Kesultanan Kasepuhan, (2). Kesultanan Kanoman, dan (3). Panembahan / Kesultan Kaceribonan. Dari sejarah diketahui Kota Cirebon ini telah berdiri 530 tahun, tepatnya pada 2 April 1482, dihitung setelah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Sebelumnya abad ke-13 kota ini ditandai dengan kehidupan yang masih tradisional. Berdirinya Kesultanan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati sebagai bandar perdagangan yang aktivitasnya berkembang sampai ke kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 1447 M kota ini telah dikenal sebagai bandar dan banyak didatangi orang Sunda, Jawa, Arab, dan Cina, sehingga dinamakan daerah ini Caruban, artinya campuran. Pada tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran dan kerajaan Islam terutama di wilayah Jawa Barat, hingga kedatangan pedagang Belanda tahun 1596. Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Agung Pribadi [11.312.011]
2
Awal perkembangan struktur kota terencana tumbuh secara signifikan pada era berkuasanya penjajahan Belanda, yang membangun jaringan jalan raya darat Groote Postweg oleh Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels tahun 1808-1810, melintas kota Cirebon dalam menghubungkan Anjer (Banten) hingga ke Penarukan (Jawa Timur). Disamping itu pemerintahan kolonial juga membangun jalur kereta api dengan dua stasiun kereta api, yakni Stasiun Kejaksaan dan Stasiun Prujakan di pusat kota, yang berhubungan dengan pelabuhan di pesisir kota, untuk memperlancar pengiriman surat, komoditi dagang dan kepentingan strategis pertahanan keamanan. Pelabuhan Cirebon dibangun tahun 1865, dan pada tahun 1890 diperluas dengan pembangunan kolam pelabuhan dan pergudangan. Kebijakan ini memicu peran kota menjadi kota transit dan berpengaruh pula bagi pertumbuhan industri dan perdagangannya. Perubahan status pemerintahan kota Cirebon terjadi pada tahun 1906, menjadi Gemeente Cheribon, tahun 1926 Gemeente Cirebon ditingkatkan statusnya menjadi stadgemeente dan dirubah menjadi Kota Praja pada tahun 1957, yang kemudian ditetapkan menjadi Kotamadya pada tahun 1965. Selanjutnya statusnya, berubah lagi menjadi Kota Cirebon hingga sekarang. Di masa sekarang Kota Cirebon telah berkembang pesat dan terbuka dari sumber daya lingkungan, laju perekonomiannya dan sosial budaya sebagai sebuah kota pantai, dengan aksesibilitas tinggi. Peran kota berkembang sebagai kota pelabuhan, kota dagang dan jasa, karena posisinya yang strategis pada jalur transportasi utama pulau Jawa. Pelabuhan Cirebon berperan penting menjadikan kota sebagai salah satu pintu masuk mendukung kota-kota di Jawa Barat, disamping sebagai kota transit di jalur Pantura, dan sebagai kota Wisata Kesejarahan. yang memiliki sejarah panjang sebagai komunitas berkarakter. Struktur Ruang Kota cirebon Menurut Eko Budiharjo, Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang paling rumit dan muskil sepanjang peradaban. Struktur merupakan bentuk dan wajah serta penampilan kota, merupakan hasil dari penyelesaian konflik perkotaan yang selalu terjadi, dan mencerminkan perkembangan peradaban warga kota maupun pengelolanya. Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005: 97, yaitu: Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan. Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul pada Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Agung Pribadi [11.312.011]
3
suatu tempat. Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka hijau. Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas. Struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai. (UU Penataan Ruang, 2007) Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa Struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan berisi : a) Arahan pengembangan dan distribusi penduduk; b) Arahan pengembangan sistem pusat-pusat permukiman, termasuk sistem pusat jasa koleksi dan distribusi; c) Arahan pengembangan kawasan permukiman, perindustrian, pariwisata, jasa perniagaan, dan kawasan lainnya; d) Arahan pengembangan sistem prasarana dan sarana primer yang meliputi prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana pengelolaan lingkungan. Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Secara ideal Ernest W.Burgess, mengenai urban areas yang dikenal dengan teori pola zone konsentris. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa daerah Perkotaan dapat dibagi dalam lima (5) zone, yaitu : 1. Zone pusat daerah kegiatan atau Central Bistricts atau Loop. Dalam zona PDK ini terdapat toko-toko besar, bangunan-bangunan kantor yang kadang-kadang atau sering juga bertingkat, bank, rumah makan, museum dan sebagainya. 2. Zone peralihan atau sering Disebut Zone Transisi. Zone ini merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah kegiatan. Penduduk zone ini tidak stabil, baik ditinjau dari segi tempat tinggal maupun dari segi social ekonomi. Daerah ini dikategorikan dalam daerah yang berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini akan diubah menjadi daerah yang lebih baik dan berguna, antara lain untuk kompleks Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Agung Pribadi [11.312.011]
4
perhotelan, tempat-tempat parker dan jalan-jalan utama yang menghubungkan inti kota dengan daerah-daerah di luarnya. 3. Zone Pemukiman Klas Proletar. Nampak dalam zone ini bahwa perumahannya sedikit lebih baik dari perumahan mereka yang bertempat tinggal di zone peralihan. Daerah-daerah ini didiami oleh para pekerja yang kurang mampu,rumah-rumahnya kecil dan daerah ini tidak begitu menarik. Zone ini dikenal dengan istilah Workingmens Home. 4. Zone pemukiman Klas Menengah atau Residentatial Zone, ini merupakan kompleks perumahan dari para karyawan klas menengah, mereka memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik di bandingkan dengan perumahan di daerah klas proletar. 5. Zone penglaju atau Zone Commuters, merupakan suatu daerah yang sudah memasuki daerah belakang atau hinterland. Penduduk dari daerah ini bekerja di kota. Mereka pergi ke kota dengan naik sepeda, naik bus, kereta api pada pagi hari dan sore harinya mereka pulang ke rumah masing-masing. Oleh karena itu zone ini disebut zone penglaju.
*Gambar Pola Keruangan Daerah Perkotaan Menurut Teori Konsentris Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Agung Pribadi [11.312.011]
5
Pola keruangan seperti di atas bukan berarti sudah tepat menggambarkan pola keruangan kota cirebon, Berdasarkan peta rencana struktur ruang kota cirebon tahun 2010-2030 pola keruangan kota cirebon tidak benar-benar berbentuk lingkaran akan tetapi lebih berbentuk setengah lingkaran yang pada sisi bagian atas yang menjadi pusat kota ( lihat gambar ). Adapun Wilayah kota cirebon yang termasuk dalam teori konsentris adalah: 1. Zona pusat daerah kegiatan. Meliputi : Kel. Kejaksan dan sebagian wilayah Kel. Pekalangan 2. Zona Peralihan. Meliputi : Kel. Pekalipan, Kel. Panjunan, Kel Pekiringan, dan Kel. Kesambi 3. Zona Pemukiman Kelas Proletar. Meliputi : Kel Jagasatru, Kel. Kasepuhan, Kel. Pulasaren, Kec. Drajat, dan Kec. Lemah Wungkuk 4. Zona Pemukiman Kelas Menengah. Meliputi : Kel, Pegambiran, Kel, Harjamukti, Kel. Kecapi, Kel. Kalijaga, dan Kel. Karya Mulya. 5. Zona Penglaju. Meliputi : Kel. Argasunya. Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Agung Pribadi [11.312.011]
6
*Gambar Pola Keruangan Daerah Perkotaan Menurut Teori Konsentris Kota Cirebon; Dipandang Dari Teori Struktur Ruang Konsentris (Burgess,1925) Agung Pribadi [11.312.011]
7
Pola keruangan seperti di atas bukan berarti sudah ideal, jadi tidak selalu tepat dengan nyata. Oleh karna itu kemudian timbulah teori yang lain seperti yang dikemukakan Homer Hoyt yang terkenal sebagai pembentuk teori sektor mengenai perkembangan daerah perkotaan. Menurut teori ini perkembangan unit-unit kegiatan di daerah perkotaan tidak mengikuti zone-zone yang teratur secara konsentris atau melingkar tetapi dengan membentuk sektor-sektornya. Pembentukan menurut sektor-sektor ini meskipun masih ada penampakan yang konsentris, tetapi sifatnya lebih bebas. Dari teori diatas, kemudian muncul beberapa kritik, diantaranya yang dikemukakan oleh Maurice R. Devie dalam bukunya The pattern of Urban Growth. Keberatan-keberatan yang diajukan sebagai berikut: Bentuk PDK tidaklah bulat, tetapi cendrung berbentuk segi empat atau persegi panjang . Penggunaan tanah perdagangan meluar keluar secara radial sepanjang jalan dan memusat pada tempat-tempat tertentu yang strategis dan membentuk pusat-pusat sub atau sub centers. Daerah industri terletak dekat jalan raya, dekat sungai sehingga tidak akan terjadi daerah-daerah industri yang mengelompok. Perumaan kelas rendah dapat di jumpai dekat daerah-daerah indusri dan transportasi. Perumahan kelas rendah dan kelas tinggi terdapat dimana-mana, jadi tidak akan terjadi pengelompokan-pengelompokan. Kritik ini dapat dibenarkan juga, tetapi sudah di nyatakan lebih dahulu, bahwa teori Burgess adalah teori ideal sifatnya dan tentunya tidak selalu tepat, karena perbedaan kondisi geografis, ekonomi, kultral dan politik. Demikian dengan teori-teori lainya. Teori ini sebenarnya merupakan suatu usaha pendekatan akademis terhadap proses dan pola perkembangan daerah perkotaan.