Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fazriah

NPM : 1906288713

Kelas : DSWU – C

Urbanisasi di Kota Makassar

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari pedesaan menuju perkotaan, namun


pengertian ini tidak selalu benar merujuk pada kondisi kontekstual. Urbanisasi yang
sesungguhnya adalah proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan/urban area
(Tjiptoherianto,1999). Dimana, menurut Herlianto (1986) urbanisasi dapat ditinjau secara spasial
atau melalui konsep keruangan dan ekologis sebagai suatu gejala geografis. Konsep
pemikirannya didasarkan pada adanya gerakan atau perpindahan suatu penduduk dalam suatu
wilayah atau perpindahan penduduk keluar dari suatu wilayah tertentu. Gerakan atau
perpindahan penduduk yang terjadi tersebut disebabkan adanya salah satu komponen dari
ekosistemnya yang kurang atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi ketimpangan
dalamekosistem setempat, serta terjadinya adaptasi ekologis baru bagi penduduk yang pindah
dari daerah asalnya ke daerah baru (perkotaan). Menurut Haryono (1999) ada beberapa faktor
yang disinyalir menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi yaitu terdapat perbedaan
pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas, semakin meluas dan membaiknya sarana
dan prasarana transportasi, terjadinya pertumbuhan industri di kota besar yang banyak membuka
peluang kerja, terjadinya pembangunan pertanian, khususnya melalui paket program revolusi
hijau. Namun, secara umum ekonomi dianggap sebagai faktor utama sebagai pendorong arus
urbanisasi. Sedangkan, menurut Yeates&Garner (1980) urbanisasi merupakan proses yang
kompleks dari berbagai perubahan ekonomi, sosial dan politik, yang memunculkan nilai-nilai
baru, pemikiran, perilaku, lembaga dan organisasi dalam masyarakat.

Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2013) menjelaskan bahwa urbanisasi merupakan suatu
proses perubahan yang mencakup ukuran, kepadatan dan komposisi dari populasi, struktur
ekonomi dan kebiasaan manusia. Urbanisasi sangat memiliki keterkaitan erat dengan dinamika
perkembangan suatu kota. Dinamika perkotaan mengkaji mengenai proses pergerakan,
perubahan, perkembangan fenomena sosial yang terjadi di wilayah perkotaan. Dinamika
perkotaan adalah proses peningkatan pembangunan kota dengan potensi fisik spasial dan
demografi karena fungsi dan penggunaan perkotaan yang semakin beragam. Kawasan perkotaan
merupakan wilayah yang secara fungsional menunjukan ciri – ciri kota sedangkan kota
merupakan lokasi dimana terdapat berbagai macam kemungkinan adanya suatu lingkungan hudp
yang beraneka ragam dan gaya hidup yang berbeda. Dalam kamus Merriam Webster, kota
diartikan sebagai “an inhabited place of greater size, population, or importance than a town or
village”. Kota dibagi menjadi 2 jenis yaitu kota alami dan kota buatan manusia. Kota alami
adalah kota yang terbentuk secara alamiah dari sebuah pusat kegiatan sedangkan kota buatan
manusai adalah kota yang secara sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan tertentu.

Kota Makassar merupakan kota yang berada di ujung selatan pulau Sulawesi dan
merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan data pusat pengembangan kawasan
perkotaan kota Makassar merupakan kota internasional yang terbesar di kawasan indonesia timur
dan difungsikan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Secara geografis, Kota
Makassar terletak di pesisir pantai barat bagian selatan sulawesi selatan, pada koordinat antara
119° 18' 27,97” sampai 119° 32´31,03” BT dan 5° 30´18” - 5° 14' 49” LS. Bagian barat Kota
Makassar berbatasan langsung oleh Selat Makassar, di sebelah utara dan timur berbatasan
langsung dengan Kabupaten Maros, dan disebelah selatan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Gowa. Makassar sejak awal abad ke-20, berada dalam pusaran kemodernan ala
Hindia Belanda. Gelombang modernisasi khas Barat mulai tampak pada paroh akhir abad ke-19
dan semakin masif perkembangannya pada awal abad ke-20. Pemukiman yang teratur dan bersih,
listrik, Societeit de Harmoni, dansa, pasar malam, kanal- kanal, jalan beraspal, hotel, arsitektur
avantgarde, kebersihan, hingga penataan kampung (kampung verbetering) adalah beberapa yang
bisa dihubungkan dengan citra modern. Hingga tahun 1930-an, Kota Makassar telah menjelma
sebagai kota modern dan kosmopolitan11, dengan segala fasilitas yang menjadikan kota ini
sebagai bagian dari sebuah jaringan komunikasi dan transportasi yang menghubungkannya
dengan segala penjuru dunia. Dalam realitas historisnya, modernitas di Kota Makassar tidak
memperlihatkan bentuk yang tunggal, tetapi justru memperlihatkan wajah beragam. Wujud
maupun perubahannya berlangsung pada satu fase tertentu maupun pada periode yang berbeda.
Terutama pada tiga aspek utama yang saling terkait yakni ruang fisik kota, manusia dan
masyarakat modern, serta ironi atau persoalan masyarakat perkotaan yang muncul sebagai akibat
proses modernisasi.
Seiring perkembangan zaman Kota Makassar juga mengalami perkembangan secara
pesat baik secara ekonomi, sosial, perkembangan penduduk, dan sebagainya. Berdasarkan
proyeksi tahun 2016 total penduduk kota makasar mencapai 1.469.601 jiwa dan jika
dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015 Kota Makassar mengaami
pertumbuhan penduduk sebesar 1,39% dengan angka kepadatan penduduk pada tahun 2016
mencapai 8.361 jiwa/km2. Urbanisasi dan kaitannya dengan dinamika perkotaan dapat ditinjau
melalui beberapa aspek yaitu aspek pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan industrialisasi,
pertumbuhan pembangunan kota dan pariwisata. Aspek pertumbuhan ekonomi memiliki
keterkaitan yang cukup erat dengan urbanisasi dimana banyaknya penduduk yang berada di Kota
Makassar merupakan akibat dari proses urbanisasi sehingga memberikan pengaruh pada kondisi
perekonomian. Perkembangan Kota Makassar yang menjadi ibukota provinsi memberikan
dorongan yang cukup kuat dalam kegiatan ekonomi hal itu ditandai dengan meningkatnya
jumlah perusahaan perdagangan yang mencapai 14.584unit usaha yang meliputi perdagangan
besar, menengah hingga kecil (Pemkot Makassar). Selain dari segi perdagangan pertumbuhan
ekonomi di Kota Makassar di dukung oleh sektor perbankan dimana pada tahun 2016 tercatat
bahwa jumlah dana simpanan masyarakat mencapai Rp. 42.606.968,00 juta dengan kenaikan
pengeluaran perkapita perbulan penduduk naik sebesar 44,70% yang menandakan kesejahteraan
penduduk Kota Makassar mengalami peningkatan. Dalam aspek pertumbuhan industrialisasi,
Kota Makassar memiliki industri sebanyak 140 perusahaan (Data Statistik Kota Makassar 2017)
dimana sektor industri menjadi sektor unggulan yang memberikan peran yang cukup signifikan
terhadap total PDRB Kota Makassar yaitu sebesar 20,30% dengan pertumbuhan 6,03% tahun
2015. Pesatnya aspek perdagangan membuat pemerintah daerah mengantisipasi dengan
menyediakan lahan untuk kawasan industri seluas 200 ha yang dinamakan dengan PT Kawasan
Industri Makassar (KIMA). Pada aspek pembangunan kota proses urbanisasi memberikan
dampak yang cukup besar bagi morfologi Kota Makassar dimana sebagai ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan kota ini menjadi pusat kawasan pendidikan, kawasan budaya dan wisata
dimana berdasarkan data statistik kota makassar pada tahun 2016 hotel yang berada di Makassar
mencapai 217 hotel dan semakin berkembang hingga sekarang dengan berbagai macam wisata
yang ditawarkan. Faktor terjadinya urbanisasi di Kota Makassar meliputi keanekaragaman
industri, kemajuan sarana dan prasarana di kota yang mendukung kebutuhan beberapa
masyarakat pedesaan seperti ketersediaan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) yang lebih
kompleks sehingga mengundang para pelaku rumah tangga memilih Makassar sebagai tempat
persinggahan, makassar sebangai kawasan pendidikan, tersedianya lapangan pekerjaan yang
beragam dan besaran upah yang ditawarkan dengan keanekaragaman lapangan pekerjaan yang
berada di Kota Makassar tentunya dapat menarik para pendatang dari luar daerah sehingga
terjadi gejala transformasi ruang melalui komersialisasi dan kapitalisasi. Serta pemadatan ruang
kota terutama di pusat Kota Makassar. Sehingga wujud urbanisasi Kota Makassar hingga saat ini
berupa perubahan gaya hidup yang semakin modern dan perluasan pengaruh/pelayanan kota.
Gejala urbanisme yang terlihat pada Kota Makasar dari awal abad ke 20 hingga saat ini yaitu
lonjakan pertambahan penduduk sehingga menimbulkan dampak urbanisasi yang juga dirasakan
oleh Kota Makassar dimana urbanisasi dapat menimbulkan permasalahan seperti kemacetan,
menurunnya kualitas lingkungan hidup, lonjakan pendapatan perkapita, dan ketimpangan. Selain
itu, kebijakan pemerintah daerah kota semarang yang menyediakan lahan untuk kawasan industri
menandakan bahwa akan dibangunnya “lingkungan buatan” dimana kawasan tersebut menjadi
lahan terbangun yaitu kawasan industri modern. Pembuatan kebijakan tersebut tentunya
memperlihatkan manusia sebagai “aktor yang aktif” dimana Kota Makassar nantinya bukan
sekedar desain fisik yang bersifat fungsional tetapi merupakan sebuat human process.

Referensi :
Emas2.ui.ac.id
Masry N. 2017. Analisis Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Pertumbuhan Perkotaan. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Makassar
Prasetyo F. 2017. Jurnal Car Free Day: Transformasi Ruang dan Globalisasi Urbanisme
Kontemporer di Bandung. Universitas Gajah Mada
Makkelo I. 2018. Jurnal Menjadi Kota Modern: Transformasi Kota Makassar Pada Abad ke-20.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BPS Kota Makassar. 2017. Publikasi Makassar dalam angka 2017
Gallion A, Eisner S. 1975. The Urban Pattern
Alexander C. 1965. “A City is Not a Tree” (Part 1)
Firman, T. (1997). Urbanisasi, Persebaran Penduduk dan Tata Ruang di Indonesia. Dalam:
Budhy
Harahap, Fitri Ramdhani. (2013). Dampak Urbanisasi beagi Perkembangan Kota di Indonesia.
Journal Society, Vol. 1, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai