Anda di halaman 1dari 6

Atik prihatiningrum

Penataan Koridor Jalan Urip Sumoharjo Pasar Gede ( Dari Balaikota hingga
persimpangan Jalan Ir.Juanda ) Sebagai Kawasan Perdagangan
Penggal jalan Urip Sumoharjo merupakan simpul perdagangan aktif di Surakarta.
ditunjang dengan lokasinya yang strategis di tengah kota serta komoditi perdagangan.
Pembangunan lingkungan fisik kota merupakan suatu usaha manusia untuk meningkatkan
kualitas lingkungan sehingga dapat meningkatkan kinerja manusia dalam melaksanakan
kegiatannya. Pembangunan fisik kawasan kota tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan
manusia sebagai pelaku utama kegiatan di kota. Beragam warisan budaya dapat tampil dalam
suatu setting warisan uang perkotaan yang terbentuk oleh bermacam potensi local yang
bernilai antara lain abiotik, biotic serta kegiatan social budaya (Andhisakti, 1999) Pola ruang
kota dan komponen fisik pembentuknya dapat mencerminkan adanya pertumbuhan dan
perkembangan temporal lingkungannya.Dalam pembentukan fisik kota terdapat 8 elemen
urban design yang dapat menjadikan kota yang diinginkan. Hal ini juga berlaku untuk
pembentukan

kawasan

perdagangan

dari

penggal

jalan

Urip

sumoharjo

hingga

Balaikota.Adapun 8 elemen tersebut yakni:


1. Tata guna lahan
Kawasan koridor jalan Urip sumoharjo merupakan kawasan perdagangan dengan
jenis kegiatan berupa penjualan, pembelian dan penawaran dengan volume kegiatan
yang padat dari pagi hingga malam. Teori figure ground (Roger Trancik, 1986) terdiri
dari 2 komponen utama yakni solid(figure) yang merupakan blok blok massa
bangunan dan voids(ground) yang merupakan ruang luar yang terbentuk dari blok
blok tersebut. Bangunan yang terletak disepanjang penggal jalan Urip sumoharjo
hingga pasar Gede di dominasi oleh bangunan ruko yang tidak memiliki jarak antara 1
ruko dengan ruko lain. Voids( ground) hanya terdiri dari jalur lambat dengan lebar 5m
di sisi kanan kiri jalan urip sumoharjo.Diperkirakan prosentasi lahan terbangun
dengan yang tidak terbangun 80%: 20%. Dominansi massa bangunan pada pola tata
ruang area ini dipengaruhi oleh fungsi lahan sebagai area komersial. Pasar gede
sebagai sentra perdagangan pada kawasan ini memicu perkembangan tata guna lahan
ke area komersial dimana efisiensi penggunaan lahan sangat diperhatikan , oleh
karena itu sebagian besar lahan yang ada adalah massa bangunan.Menurut RUTRK
Surakarta, Floor Area Ratio untuk jalan Urip sumoharjo 5 hingga 9 lantai. Namun

Atik prihatiningrum
kenyataannya, bangunan pada jalan ini di dominasi bangunan berlantai 3 sekitar 45%,
bangunan berlantai 2 20% dan bangunan berlantai 1 30%,5% bangunan berlantai 4

2. Bentuk dan massa bangunan


Menurut Roger Trancik dalam teorinya yakni teori Urban Solid bahwa menampilkan
karakteristik kota seperti bangunan monumental atau instansi yang merupakan pusat
dari struktur kota. Objeknya adalah bangunan yang dapat mengungkapkan cirri social
budaya. Penggal jalan urip sumoharjo menjadi path dari elemen simpul kawasan pasar
Gede. Pasar Gede sebagai nodes dan landmark karena pasar gede mempunyai peranan
dalam pembentukan citra koridor yakni sebagai titik aktivitas masyarakat dalam
bidang perdagangan dan memiliki karakter kuat di dalam kegiatan tersebut.Bangunan
di kanan kiri koridor jalan membentuk garis serta edges dari elemen citra kawasan.
Posisi fasade bangunan yang terbentuk tidak sejajar,kubisme, flat, berbentuk tidak
seragam. Hal ini disebabkan karena kondisi social, ekonomi dan budaya para
pedagang disana membuat toko sekaligus rumah tempat mereka tinggal. Dengan
bentuk dan massa bangunan pasar gede yang menonjol disana menjadikan simpul
kawasan kurang kontekstual namun menciptakan landscape dominan karena masih
ada keseragaman struktur antara ruko ruko dan pasar gede yang menjadi bangunan
paling berbeda diantara ruko ruko tersebut.

Sehingga pelu adanya penataan

bangunan yang baru pada kawasan koridor jalan ini mengikuti karakter bangunan
ruko lainnya sehingga pasar gede tetap menjadi node dominan pada kawasan ini.

3. Sirkulasi dan parkir


Sirkulasi dengan volume kendaraan 500 kendaraan/30menit serta aktivitas kegiatan
perdagangan yang padat menjadikan pemerintah kota Surakarta harus membuat

Atik prihatiningrum
alternative regulasi parkir karena sering terjadi kesemrawutan jalan akibat parkir
dibahu jalan menghalangi sirkulasi .Menurut Teori Roger Trancik pada teori Figure
ground, pasar gede sebagai nodes. penanda merupakan ciri atau tanda visual yang
dapat menarikm perhatian dalam suatu koridor, penanda juga merupakan penunjuk
kunci identitas suatu kawasan. Terdapat beberapa titik penanda pada simpul kawasan
pasar gede diantaranya bangunan pasar gede, bangunan ruko ruko di pasar gede dan
tugu jam yang berada di pasar gede. Melalui wujud bangunan yang mudah ditangkap
oleh pandangan mata, serta bentuk dan gaya arsitektur colonial yang menonjol
disbanding dengan bentuk bangunan disekitarnya, bangunan pasar gede dijadikan
penanda kawasan. Keberadaan bangunan pasar gede sebagai kawasan diperkuat
dengan fungsinya sebagai nodes kawasan serta sebagai vista atau pemandangan akhir
dari serial visison yang dapat dilihat pada akhir koridor jalan sudirman atau awal dari
jalan urip sumoharjo..

4. Ruang terbuka
Sebuah jalan semakin sempit dan tertutup jalan maka akan terangsang gerak maju.
Sebuah jalan dapat diperlebar tidak hanya untuk menampung lebih banyak lalu lintas,
tetapi untuk menciptakan tempat tempat pemberhentian,

untuk beristirahat, atau

menikmati pemandangan.Jalan dapat diperbesar dengan menyatukan ruang ruang


yang ditembusnya(DK ching 269: 1996)
Ruang terbuka pada koridor jalan urip sumoharjo hingga Balaikota ini berupa jalur
lambat yang juga digunakan sebagai ruang publik, tidak adanya halaman bangunan
yang tersisa untuk ruang terbuka. Pasar gede yang terletak di pusat kota merupakan

Atik prihatiningrum
tempat pertemuan semua unsur masyarakat, yang banyak mengundang segala macam
aktifitas. Problem utama yang dihadapi adalah kesibukan yang berlebihan, bangunan
dan lalulintas yang masuk pada area yang terbatas. Problem ruangnya adalah
penyediaan floor space dan ruang untuk kendaraan ( jalan, tempat parkir, pedestrian,
pemberhentian bus, dan sebagainya ) dengan keadaan lebar jalan hanya 12 m dan
lebar jalur lambat 5 m. Pertimbangan dalam penataan koridor jalan ini harus dapat
menampilkan karakter urbannya, sebagai ruang yang terorganisir yang membawa
kepada impresi solo kota budaya kepada lingkungan koridor jalan urip sumoharjo
secara keseluruhan. Fungsi fisik dari ruang terbuka adalah untuk menggabungkan
jalur jalur pendestrian dan mengintegrasikan kawasan dengan pelaku /pedagang pada
koridor jalan urip sumoharjo dengan kegiatan dan budaya setempat. Ruang terbuka
pada kawasan koridor jalan urip sumaharjo sangat penting

untuk mendukung

aktivitas perdagangan yang berpusat pada pasar gede, perlu adanya perencanaan
ruang terbuka yang buka hanya berada di depan masing masing halaman ruko namun
juga didukung ruang terbuka di depan pasar gede sebagai muara dari area pendestrian
di sepanjang koridor jalan urip sumoharjo

5. Area pendestrian
Ruang sirkulasi dapat berbentuk terbuka pada kedua sisinya, tertutup, terbuka salah
satu sisinya (DK. Ching,1996 ). Area pendestrian pada koridor jalan urip sumoharjo
hingga Balaikota berupa jalur lambat dengan lebar jalurnya 5m merupakan area yang
terbuka pada kedua sisinya. Area pendestrian ini belum mendukung kegiatan
pedagang kaki lima yang dapat menghidupkan vitality selama 24 jam pada kawasan
ini karena muka bangunan dengan jalan berjarak dekat. Belum adanya plaza sebagai
people to attract people seperti teori Whyte (1980) serta pendestrian yang tidak
dilengkapi dengan sarana seperti lajur pendesrtian yang benar benar hanya untuk
pejalan kaki, elemen pedestrian seperti bangku taman untuk duduk beristirahat.
Pentingnya pedestrian dalam penataan kawasan terpadu

karena kawasan

perdagangan merupakan adanya aktivitas multifungsi dalam suatu kawasan. Antar

Atik prihatiningrum
ruko yang tidak memiliki halaman masing masing dapat menggunakan area
pendestrian untuk berinteraksi social.
6. Tanda tanda (signage)
Signage pada penggal koridor jalan urip sumoharjo belum merefleksikan special
karakter untuk kawasan pasar gede. Billboard, spanduk, dan perpapannamaan yang
ada digunakan untuk iklan produk perdagangan yang tidak teratur sehingga
menimbulkan ketidakteraturan pada pemandangan bangunan dan tidak kontekstual
dengan lingkungan.

7. Aktivitas pendukung
Aktivitas pendukung berupa adanya departemen store atau kawasan perbelanjaan
yang dapat mendukung pendestrian dan ruang terbuka pada kawasan koridor jalan
urip sumoharjo ini berupa toko toko makanan, restaurant, perkantoran dan lain lain
yang belum terpola dengan baik. Hal ini dikarena belum adanya jalur pendestrian
yang mumpuni. Vegetasi yang terdapat di kanan kiri jalan dan menaungi jalur lambat
juga tidak terpelihara dengan baik. Aktivitas shopping yang berjajar di sepanjang
penggal jalan urip sumoharjo dapat mendukung area pendestrian dan ruang terbuka .
8. preservasi
Pasar gede sebagai bangunan preservasi yang telah dibangun sejak tahun 1930 dan
dipreservasipada tahun 1981 dan 2001.preservasi adalah melestarikan suatu bangunan
tunggal dengan cara merawat atau membangun ulang agar kedepannya bangunan
tersebut dapat menjadi potensi pada suatu wilayah/ kawasan. preservasi termasuk
kedalam konsep konservasi. Pasar gede yang dijadikan sebagai bangunan Preservasi
memberikan Pontensi yang baik untuk kegiatan Perdagangan di koridor jalan Urip
sumoharjo.

Daftar pustaka

Atik prihatiningrum
DK Ching, Francis.1996.Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.Jakarta:Erlangga
Lynch, Kevin.1960. The image of The City.USSA: the M.I.T. Press
Sirvani, Hamid.1985.The Urban Design Process. New York:Van Nostrand Reinhold
Company
Trancik, Roger.1986. Finding Lost Space New York: Van Nostrand Reinhold Company

Anda mungkin juga menyukai