Anda di halaman 1dari 18

PENGAMATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI LAHAN

RAWA DI TANJUNG SENAI KECAMATAN INDRALAYA,


KABUPATEN OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

OLEH :

NAMA : ALI ZAINAL ABIDIN SHAHAB


NIM : 08041381722104
DOSEN PENGAMPU : Drs. AGUS PURWOKO, M.Sc.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
BAB 1

UniversitasSriwijaya
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki lahan basah sekitar 396.462 km2 sekitar 20,8% luas
wilayah Indonesia yang tersebar terutama di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua. Wilayah lahan basah memiliki beberapa karakteristik yang unik yaitu
merupakan dataran rendah yang membentang sepanjang pesisir, merupakan
wilayah yang mempunyai elevasi rendah, beberapa tempat dipengaruhi oleh
pasang surut untuk di wilayah dekat dengan pantai, dipengaruhi oleh musim yang
terletak jauh dari pantai.
Lahan basah memiliki peran penting secara langsung sebagai pendukung
kehidupan. Selain itu, lahan basah juga berperan sebagai habitat beranekaragam
mahluk hidup dan memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pencegah intrusi air
laut, erosi dan pencemaran lingkungan, serta pengendali banjir dan iklim global.
Menurut Konvensi Ramsar, lahan basah adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan
gambut, dan perairan, tetap atau sementara, dengan air yang tergenang atau
mengalir, tawar, payau, atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang
kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu surut.
Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah yang sangat produktif dan
mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik hayati maupun non hayati.
Penilaian keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa lahan basah adalah salah
satu sistem penyangga kehidupan yang sangat potensial. Adapun fungsi ekologi
dari lahan basah antara lain penambat sedimen sistem perakaran, batang, dan daun
vegetasi tertentu di lahan basah dapat menambat sedimen serta penjernih air.
Penahan dan penyedia unsur hara, badan air dan vegetasi yang terdapat pada lahan
basah dapat menahan dan mendaur ulang unsur hara. Penahan dan penawar
pencemaran, serta stabilisasi iklim mikro dan pengendali iklim global.
Tipe ekosistem lahan basah yang perlu dikelola dan diperhatikan
keseimbangan ekologisnya ialah rawa, karena rawa memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan rentan terhadap perubahan
lingkungan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang
penggenangannya dapat bersifat musiman atau permanen dan ditumbuhi oleh

UniversitasSriwijaya
tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal dari hujan atau luapan air sungai.
Rawa musiman pada musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada
musim kemarau rawa akan menjadi kering. Rawa musiman adalah kawasan lahan
basah alami yang tergenang air secara musiman atau tidak permanen.
Rawa lebak adalah lahan yang kualitas airnya dipengaruhi oleh hujan, baik
yang turun didaerah setempat maupun yang turun didaerah sekitarnya.
penggenangan air didaerah rawa lebak biasanya lebih dari enam bulan, hal itu
diakibatkan adanya cekungan pada lahan rawa lebak. Berdasarkan kedalamannya
rawa lebak terbagi menjadi tiga yaitu lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak
dalam. Lebak dangkal merupakan lahan yang berpotensi untuk dikembangkan
untuk tanaman pangan, jika dibandingkan dengan lebak tengahan dan lebak
dalam. Pada lahan ini umumnya mempunyai kesuburan tanah yang lebih baik
karena adanya proses tambahan unsur hara dari luapan air sungai yang membawa
lumpur dari daerah hulu.
Lahan rawa lebak di Sumatera Selatan merupakan wilayah cekungan yang
secara alami berfungsi sebagai tampung air permukaan dan tempat deposit
mineral sekunder yang tersangkut didalamnya. Demikian pula di lahan rawa lebak
terjadi dinamika tampung air secara musiman yang bergantung pada besarnya
aliran permukaan dari curahan air hujan maupun air sungai.
Lahan rawa lebak terbagi menjadi tiga yaitu lebak dangkal, lebak tengah,
lebak dalam. Lebak dangkal memiliki tinggi genangan air maksimal 50 cm selama
sekitar 3 bulan, dan akan kering lebih cepat menjelang musim kemarau. Tanaman
yang dikembangkan pada lahan ini sering mengalami kekeringan apabila waktu
tanam tidak tepat. Genangan air lebak tengahan sekitar 50 cm sampai 100 cm
selama 3 bulan sampai 6 bulan. Budidaya pada rawa lebak kemungkinan kecil
mendapat resiko, kekeringan atau kebanjiran. Lebak dalam mempunyai genangan
air lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan.

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati keanekaragaman hayati lahan rawa
di tanjung senai kecamatan Indralaya, kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
BAB 2

UniversitasSriwijaya
HASIL DAN DESKRIPSI

2.1. List Flora yang Ditemukan di Lahan Rawa Tanjung Senai


Beberapa flora yang ditemukan di lahan rawa Tanjung Senai dengan status
konservasi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/ MENLHK/ SETJEN/ KUM.1/6/2018 dapat
dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Flora yang Ditemukan di Lahan Rawa Tanjung Senai


Nama Spesies Nama Lokal Status Konservasi
Fimbristylis acuminata Purun kudung Tidak Dilindungi
Eichhornia crassipes Eceng gondok Tidak Dilindungi
Hymenocardia punctate Kayu sepang Tidak Dilindungi
Ipomoea aquatic Kangkung air Tidak Dilindungi
Melaleuca cajuputi Gelam Tidak Dilindungi

2.2. List Fauna yang Ditemukan di Lahan Rawa Tanjung Senai


Beberapa fauna yang ditemukan di lahan rawa Tanjung Senai dengan status
konservasi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/ MENLHK/ SETJEN/ KUM.1/6/2018 dapat
dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Fauna yang Ditemukan di Lahan Rawa Tanjung Senai

Nama Spesies Nama Lokal Status Konservasi


Channa striara Ikan gabus Tidak Dilindungi
Varanus salvator Biawak air Tidak Dilindungi
Occidozyga lima Bancet hijau Tidak Dilindungi
Bubulcus ibis Kuntul kerbau Tidak Dilindungi
Bubalus bubalis carabanesis Kerbau rawa Tidak Dilindungi

2.3. Lahan Rawa Tanjung Senai

UniversitasSriwijaya
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai
berikut :

Gambar 1. Lahan Rawa di Tanjung Senai


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Deskripsi :
Tanjung Senai merupakan salah satu kawasan rawa lebak musiman yang
terdapat di wilayah Sumatera Selatan. Tanjung Senai menjadi kawasan yang unik,
karena mempunyai banyak potensi seperti perikanan, peternakan, pertanian,
perkebunan dan ekowisata. Potensi yang menarik untuk dikembangkan pada
kawasan ini salah satunya yaitu potensi ekowisata. Aspek-aspek dari potensi
ekowisata dikawasan Tanjung Senai Ogan Ilir berupa flora, fauna dan landscape.
Vegetasi rawa lebak Tanjung Senai Ogan Ilir Sumatera Selatan pada musim
hujan kondisinya tergenang akibat air hujan yang pasang. Beberapa jenis
tumbuhan tenggelam sampai tidak terlihat, tetapi juga terdapat beberapa jenis
tumbuhan yang masih nampak terlihat setengah bagian. Vegetasi rawa lebak
Tanjung Senai Ogan Ilir Sumatera Selatan pada musim kemarau memiliki tanah
yang kering, tumbuhan yang tumbuh gersang bahkan organ generatif seperti
bunga dan buahnya tidak terlihat.

UniversitasSriwijaya
2.4. Flora
2.4.1. Fimbristylis acuminate
Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Monokotil
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Fimbristylis
Spesies: Fimbristylis acuminata

Deskripsi:
Fimbristylis acuminata jenis tumbuhan dari anggota famili Cyperaceae yang
banyak ditemukan pada vegetasi rawa lebak Tanjung Senai. Hal ini disebabkan
karena Fimbristylis acuminata mempunyai kisaran toleransi yang luas terhadap
air. F.acuminata merupakan tumbuhan herba yang berumpun dengan akar serabut,
daunnya banyak berkumpul pada pangkal batang berbentuk garis kerapkali
membengkok serupa sabit, batangnya tidak pipih, berbunga banyak berbentuk
payung atau bongkol.

UniversitasSriwijaya
2.4.2. Eichhornia crassipes
Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Commelinales
Famili: Pontederiaceae
Genus: Eichhornia
Spesies: Eichhornia crassipes

Deskripsi:
Enceng gondok atau Eichornia crassipes termasuk tumbuhan herba yang
mengapung, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat
tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 tumbuhan ini memiliki
bentuk fisik berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap
tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut.
Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang
melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat.

UniversitasSriwijaya
2.4.3. Hymenocardia punctata

Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Phyllantaceae
Genus: Hymenocardia
Spesies: Hymenocardia punctata

Deskripsi:
Hymenocardia punctata diduga sebagai tumbuhan ciri khas rawa Tanjung
Senai, hal ini dikarenakan beberapa penelitian tentang tumbuhan rawa seperti di
rawa Tanjung Lago Banyuasin Sumatera Selatan tidak ditemukannya tumbuhan
H. punctata. Hal tersebut menjadi sesuatu baru yang ditemukan pada vegetasi
rawa lebak di Tanjung Senai Ogan Ilir, selain karena distribusinya yang luas juga
bentuk buahnya yang sangat menarik. H. punctata memiliki buah berbentuk hati,
daunnya berwarna hijau bertepi rata dan ujungnya meruncing. Bunga
aktinomorfik, pedicel (anak tangkai bunga) sangat pendek, terdapat 5 calyx (daun
pelindung bunga) utama dan merupakan bunga jantan yang mempunyai 5 benang
sari.

UniversitasSriwijaya
2.4.4. Ipomoea aquatica
Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledoneae
Ordo: Convolvulales
Famili : Convolvulacae
Genus: Ipomoea
Spesies: Ipomoea aquatica
Deskripsi:
Kangkung air termasuk jenis sayuran yang dibudidayakan oleh masyarakat
di sekitar rawa Tanjung Senai. Habitat tumbuh tanaman kangkung air di tempat
yang lembab, daerah rawa, parit, sawah, pinggir-pinggir jalan yang tergenang.
Kangkung air memiliki daun licin berwarna dan berbentuk mata panah, batang
yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal
daun. Tumbuhan ini berwarna hijau pucat dan menghasilkan bunga berwarna.
Akar kangkung air tumbuh menjalar dengan percabangan yang cukup banyak.
Habitat tumbuh tanaman kangkung air di tempat yang lembab, daerah rawa, parit,
sawah, pinggir-pinggir jalan yang tergenang.

UniversitasSriwijaya
2.4.5. Melaleuca cajuputi
Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo:  Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Melaleuca
Spesies: Melaleuca cajuputi

Deskripsi:
Melaleuca cajuputi memiliki duduk daun yang berseling, helaian daun
berbentuk lanset bertepi rata dengan ujung yang runcing dan bunga majemuk
berbentuk bulir muncul di ujung pangkal percabangan daun. Gelam jenis tanaman
yang penting karena mendominansi berbagai tipe lahan rawa di daerah Sumatera
Selatan. Gelam tumbuh dominan pada lahan rawa sulfat masam. Habitat alami
Gelam diantaranya tepian sungai kecildan rawa lebak yang sering ditemui di dekat
wilayah Palembang.

UniversitasSriwijaya
2.5. Fauna
2.5.1. Channa striata
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Channidae
Genus: Channa
Spesies: Channa striata
Deskripsi:
Ikan gabus termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai
penyebaran yang luas, dan secara alami dapat hidup di danau, sungai, rawa air
tawar, dan sawah. Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat sampai hitam pada
bagian atas dan coklat muda sampai keputihputihan pada bagian perut. Kepala agak
pipih dan bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Sisi atas
tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau
kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih mulai dagu ke belakang. Sisi samping
bercoret tebal dan agak kabur, warna tersebut seringkali menyerupai lingkungan
sekitarnya. Mulut ikan gabus besar, dengan gigi-gigi yang tajam. Sirip punggung
memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya.

UniversitasSriwijaya
2.5.2. Varanus salvator

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Famili: Varanidae
Genus: Varanus
Spesies: Varanus salvator

Deskripsi:
Varanus salvator termasuk spesies semiakuatik dan umumnya ditemukan di
dekat badan air, seperti sawah, rawa, sungai, dan danau. Bentuk sisik dorsal pada
bagian kepala berbentuk segi lima, yang terdapat pada bagian moncong lebih
besar dari pada bagian di pelipis. Warna dan pola warna pada bagian kepala,
badan, punggung, perut, dan ekor dominan hitam dengan bintikbintik kuning
menyebar secara merata. Biawak melakukan aktivitas pada hutan rawa karena
pada tipe habitat ini biawak lebih mudah menjumpai mangsa yang sedang
melakukan aktivitas mencari makan dan minum pada perairan.

UniversitasSriwijaya
2.5.3. Occidozyga lima

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura

Famili: Dicroglossidae
Genus: Occidozyga
Spesies: Occidozyga lima

Deskripsi:
Occidozyga lima memiliki tubuh yang pendek dan tebal dengan bintil-bintil
seperti mutiara menutupi seluruh tubuh. Mata terletak ke arah dorsal, jelas
menonjol. Jari kaki berselaput penuh sampai ke ujungujungnya. Garis lateral
masih tampak pada spesimen dewasa. Kulit seluruhnya tertutup oleh bintil-bintil
seperti mutiara, permukaan ventral juga berbintil-bintil. Biasanya ukuran tubuh
sekitar 40 mm. Habitat biasanya di sawah ataupun rawa, selalu berenang dengan
mata di atas permukaan air. Jantan bersuara siang dan malam.

UniversitasSriwijaya
2.5.4. Bubulcus ibis
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Pelecaniformes
Famili: Ardeidae
Genus: Bubulcus
Spesies: Bubulcus ibis

Deskripsi:
Burung Bubulcus ibis berukuran kecil (±50cm) berwarna putih. Leher
panjang, paruh berwarna kuning, kaki berwarna hitam. Pada saat berbiak warna
putih pada bagian. kepala dan dada kuntul berubah warna jadi kuning kemerahan.
Pada waktu tidak berbiak: putih, kecuali sapuan jingga pada dahi sebagian
burung. Dapat dibedakan dengan kuntul lainnya karena tubuh lebih tegap, lebih
pendek, kepala bulat, serta paruh lebih pendek dan tebal. Habitat Bubulcus ibis di
area berair dan bersemak seperti persawahan dan rawa. Pemakan ikan, cacing,
kutu-kutu pada tubuh kerbau dan sapi.

UniversitasSriwijaya
2.5.5. Bubalus bubalis

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Artiodactyla ·
Famili: Bovidae
Genus: Bubalus
Spesies: Bubalus bubalis carabanesis

Deskripsi:
Bubalus bubalis carabanesis atau kerbau rawa termasuk anggota kelas
mamalia yang sering ditemukan di lahan rawa Tanjung Senai. Kerbau rawa
memiliki postur tubuh serta ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan
kerbau sungai. Selain itu, kerbau rawa lebih menyukai habitat berupa rawa dan
lumpur dibandingkan dengan kerbau air yang lebih menyukai habitat di mana
terdapat air yang cukup melimpah seperti sungai untuk mandi atau berendam.
Kerbau rawa umumnya tipe kerbau pengasil daging. Kerbau rawa biasanya
memiliki kulit berwarna abu-abu dengan warna yang lebih cerah di bagian kaki.
Warna yang lebih terang dan menyerupai garis kalung juga terdapat di bawah
dagu dan leher.

UniversitasSriwijaya
BAB 3
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap
keanekaragaman hayati lahan rawa di Tanjung Senai, didapatkan beberapa
kesimpulan bahwa Tanjung Senai merupakan salah satu kawasan rawa lebak
musiman yang terdapat di wilayah Sumatera Selatan. Di lahan rawa Tanjung
Senai memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Beberapa flora yang
ditemukan di sekitar lahan rawa Tanjung Senai diantaranya Fimbristylis
acuminata., Eichhornia crassipes., Hymenocardia punctate., Ipomoea aquatica.,
dan Melaleuca cajuputi. Beberapa fauna yang ditemukan di sekitar lahan rawa
Tanjung Senai diantaranya Channa striata., Varanus salvator., Occidozyga lima.,
Bubulcus ibis., dan Bubalus bubalis carabanesis.

3.2. Saran
Saran yang dapat Saya berikan adalah dapat dilakukan pengamatan lanjutan
untuk mengamati lebih banyak keanekaragaman hayati yang ada di lahan rawa
Tanjung Senai, terutama keanekaragaman flora dan fauna yang ada di lahan rawa
Tanjung Senai.

UniversitasSriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ayubi, M.Ch. 2007. Studi Kesetimbangan Adsorpsi Merkuri (II) pada


Biomassa Daun Enceng Gondok (Eichhornia crassipes). Skripsi: UIN
Malang.

Arman, B. dan F. Nisma. 2008. Pengaruh Umur Eceng Gondok (Eichornia


Crassipes) Dan Genjer (Limnocharis Flava) Terhadap Penyerapan Logam
Pb, Cd, Dan Cu dalam Ember-Ember Perlakuan Dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom. Laporan Penelitian: Universitas
Muhammadiyah Pro. Dr. Uhamka.

Djafar, Z. R. 2013. Kegiatan Agronomis Untuk Meningkatkan Potensi Lahan


Lebak Menjadi Sumber Pangan. Jurnal Lahan Suboptimal. 2(1): 58-67.

Helmi. 2015. Peningkatan Produktivitas Padi Lahan Rawa Lebak Melalui


Penggunaan Varietas Unggul Padi Rawa. Jurnal Pertanian Tropik.
2(2): 78-92.

Imsyar, A. H. 2010. Studi Karakteristik Morfologi Kerbau Rawa Di Kabupaten


Pasaman, Sumatera Barat. Skripsi: Institut Pertanian Bogor.

Iyai, D. A., dan Pattiselanno, F. 2006. Diversitas dan Ekologi Biawak (Varanus
indicus) di Pulau Pepaya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Irian Jaya
Barat. Biodiversitas. 7(2): 182-184.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Pengelolahan Lahan Basah Indonesia.


Jakarta : Komite Nasional Pengolahan Lahan Basah. 153 hlm.

Kusrini, M. D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor:


Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati.

Laumonier, Y. 1997. The Vegetation and Physiography of Sumatera. Netherland :


Kluwer Academic Publisher. 220 hlm.

Listyanto, N., dan Andriyanto, S. 2009. Ikan Gabus (Channa striata) Manfaat
Pengembangan Dan Alternatif Teknik Budidayanya. Media Akuakultur. 4(1):
18-20.

Mainanda, Y. 2019. Keanekaragaman Jenis Burung Air Di Kawasan Lahan


Basah Tanjung Senai Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir Sumatera
Selatan. Skripsi: Universitas Sriwijaya.

Pardede, D., Barus, T.A., dan Rusdi, L. 2016. Laju Produktivitas Primer Perairan
Rawa Kongsi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
13(3): 1-10.

UniversitasSriwijaya
Poniman, A., Nurwadjedi, dan Suwahyuono. 2006. Penyediaan Informasi Spasial
Lahan Basah Untuk Mendukung Pembangunan Nasional. Jurnal Geografi.
20(2): 120-1134.

Prasetyawati, Reni. 2007. Uji Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) dan
Kadmium (Cd) Pada Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forks). Di Perairan
Taman Wisata Wendit Kabupaten Malang. Skripsi: Universitas Islam Negeri
Malang.

Siahaan, H., dan Agus, S. 2015. Indeks Kualitas Tempat Tumbuh dan
Pertumbuhan Tegakan Gelam (Melaleuca Leucadendron L.) Pada Lahan
Rawa Di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 11(3): 29-40.

Steenis, V.C.G.G.J. 2006. Flora Terjemahan. Jakarta : PT Pradnya Paramita. 495


hlm.

Waluyo, Alkasuma, Susilawati& Suparwoto. 2012. Inventarisasi Potensi Daya


Saing Spasial Lahan Rawa Lebak untuk Pengembangan Pertanian di
Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal. 1(1): 64-71.

Welzen, P.C.V. 2016. Bischofia and Hymenocardia (Phyllanthaceae) in Malesia.


Journal Blumea. 61(3): 272-279.

UniversitasSriwijaya

Anda mungkin juga menyukai