Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pacar Air (Impatiens balsamina L)


Pacar air (I balsamica L), berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, ada juga
yang menyebutkan dari India. Tanaman ini diperkenalkan di Amerika pada abad ke-
19. Tanaman ini memiliki bunga dengan beragam warna, semisal pink, merah, putih,
oranye, peach, atau salem. Tinggi dari tanaman pacar air ini mencapai 30-80 cm,
biasanya bagian yang dijadikan ekstrak yaitu daun, batang, dan bunga. Habitat dari
tanaman pacar air ini dapat hidup pada daerah beriklim semi tropical, namun tidak
dapat hidup pada daerah yang kering dan gersang. Tanaman pacar air merupakan
tumbuhan yang dapat di pelihara dengan gampang, tingginya 30 – 80 cm. Tanaman
ini sangat peka terhadap hama, begitu terkena hama, tanaman akan langsung busuk,
biasanya tumbuh di pekarangan rumah pada ketinggian 1-900 m dengan hanya
menebar biji dari buah tanaman pacar air (Daliamarta, 2014).
Balsaminaceae yang sangat mudah tumbuh dipekarangan rumah. Tanaman ini
banyak ditemukan belahan bumi utara, India dan di daratan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Pada umumnya, setiap bagian tanaman memiliki banyak manfaat, baik itu
akar, batang, daun, bunga ataupun buahnya. Menemukan bahwa daun pacar air
memiliki aktivitas sebagai antikanker. Biji pacar air memiliki kandungan flavonoid,
alkaloid, terpenoid dan tannin yang berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi dan
antidiabetes (Paramitha et al., 2018)
Salah satu tumbuhan yang selama ini hanya dikenal sebagai tanaman hias adalah
pacar air (Impatiens balsamina L.) termasuk famili Balsaminaceae. Masyarakat
Bengkulu telah memanfaatkan tanaman pacar air sebagai obat luka potong, bengkak-
bengkak, koreng, obat panas dalam dan susah kencing bagi anak kecil, disamping itu
tanaman pacar air juga digunakan untuk memerahkan kuku. Disisi lain penelitian
yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol bunga putih pacar air memberikan efek
antihistamin, anti anapilaktik, anti bodi, anti puritik dan menurunkan tekanan darah.
Dalam pengobatan Cina, pacar air digunakan untuk mengobati penyakit encok, luka
memar dan beri-beri, serta pacar air di India digunakan juga sebagai racun ikan (Adfa,
2008).
Daun pacar air mengandung senyawa naftaquionon, turunan kumarin, flavonoid,
dan steroid. Hal ini didukung oleh penelitian Adfa dari uji pendahuluan metabolit
sekunder daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin, dan
steroid. Senyawa aktif tersebut mempunyai kemampuan sebagai antimikroba yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Batang pacar air juga berpotensi
sebagai sumber senyawa antibakteri, kandungan naftaquinon yang memiliki aktifitas
antibakteri pada batang pacar air lebih besar dibandingkan dengan bagian daun pacar
air. Senyawa ini memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
jerawat (Ismarani et al., 2014).

2.2. Cahaya
Sinar matahari menghasilkan cahaya polikromatik yang dapat dibiaskan menjadi
cahaya monokromatik. Cahaya monokromatik inilah yang digunakan tanaman untuk
berfotosintesis. Klorofil mampu menangkap cahaya monokromatik dari matahari pada
panjang gelombang tertentu. Cahaya yang mampu diserap tanaman pada kisaran
panjang gelombang antara 400 sampai 700 nm. Klorofil berfungsi dengan baik dalam
proses fotosintesis pada panjang gelombang 660 nm pada sinar merah dan paling
buruk pada panjang gelombang 430 nm pada sinar biru. Sinar kuning dan hijau
dipantulkan tanaman, namun jika diteruskan kembali ke tanaman akan terserap dan
mampu membantu proses fotosintesis (Musdarina,et al., 2019).
Cahaya merupakan sebagian dari gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat
mata dengan komponennya yaitu cahaya merah, jingga, hijau, biru, nila dan ungu.
Panjang gelombang cahaya berada pada kisaran 0,2 µm - 0,5 µm yang bersesuian
dengan frekuensi antara 6x1015 Hz hingga 20 x 1015 Hz. Warna cahaya berhubungan
dengan panjang gelombang atau frekuensi cahaya tersebut. Cahaya tampak yaitu
cahaya yang sensitif pada mata kita jatuh pada kisaran 400nm - 750nm. Kisaran ini
dikenal sebagai spektrum tampak, dan didalamnya terdapat warna ungu sampai merah
(Hasanah et al., 2018).
Cahaya merah dan biru merupakan cahaya utama yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hal tersebut dikarenakan kedua cahaya
tersebut merupakan sumber energi utama untuk asimilasi CO2 dalam fotosintesis.
Cahaya merah memiliki gelombang cahaya yang paling efisien untuk fotosintesis,
sedangkan cahaya biru sangat diperlukan untuk memicu pertumbuhan tanaman yang
sehat dan memicu pembungaan (Nurunisa et al., 2018).
2.2.1. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik
(air, karbonsioksida) dengan pertolongan energi cahaya matahari. Karena bahan baku
yang dipergunakan adalah zat karbon (karbon dioksida) maka dapat juga disebut
asimilasi zat karbon. Proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi
gula dengan menggunakan energi cahaya matahari. Proses fotosintesis umumnya
hanya berlangsung pada tumbuhan yang berklorofil pada waktu siang hari asalkan ada
sumber cahaya. Fotosintesis terjadi melalui 2 reaksi yaitu, reaksi terang dan reaksi
gelap.
Reaksi terang terjadi di grana sedangkan rekasi felap terjadi di stroma. Grana dan
stroma terdapat pada kloroplas tumbuhan. Didalam kloroplas terdapat pigmen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Pigmen tersebut antara lain
klorofil a, klorofil b, dan karotenoid. Klorofil a mampu menyerap cahaya merah dan
biru-ungu serta memantulkan cahaya hijau karena klorofil a terlihat hijau. Klorofil b
menyerap cahaya biru dan oranye serta memantulkan cahaya hijau- kuning.
Karotenoid menyerap cahaya biru-hijau. Klorofil b dan karotenoid menyerap energi
cahaya lalu ditransfer ke klorofil a (Hasanah et al., 2018).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24 februari 2020 pada pukul
08.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada pratikum ini antara lain luxmeter, gelas plastik,
kardus, cutter, gunting, kapas, air, double tape, plastik kertas mika (merah dan biru),
kertas label, polybag dan tissue. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan
inj antara lain benih bunga pacar air (Impatiens balsamina L).

3.3. Cara Kerja


Alat dan bahan disiapkan, media yang digunakan adalah kapas yang telah diberi
air sebanyak 15 ml. Benih yang digunakan pada tiap perlakuan sebanyak 5 benih.
Benih diberikan tiga perlakuan warna yang berbeda (Perlakuan pertama adalah
tumbuhan yang diberi kertas mika berwarna kuning, perlakuan kedua tumbuhan yang
diberi kertas mika merah, dan perlakuan ketiga tumbuhan yang diberi kertas mika
biru). Benih ditanam pada media lalu disimpan dalam polybag dan diberi plastik mika
yang memiliki warna sama pada tiap kardus. Pengamatan dilakukan selama 4 hari.
Data diperoleh dari analisis pengamatan jumlah daun, diameter batang, dan tinggi
tanaman. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur penggaris. Hasil
pengamatan akan diolah dalam bentuk grafik dan dibandingkan manakah hasil yang
paling sesuai bagi pertumbuhan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L).
DAFTAR PUSTAKA

Adfa, M. 2008. Senyawa Antibakteri Dari Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina
Linn.). Jurnal Gradien. 4(1): 318-322.

Dalimartha, 2014. Tanaman Obat Di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Penerbit


Puspa Swara.

Hasanah, F., Sari, S, M., Legowo, S.,Saefullah, A., dan Fatimah,S. 2018.
Pengaruh Intensitas Spektrum Cahaya Warna Merah Dan Hijau Terhadap
Perkecambahan Dan Fotosintesis Kacang Hijau ( Vigna Radiata L.). Gravity: Jurnal
Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika. 4(2): 25-32.

Ismarani, D.,Pratiwi, L.,danKusharyanti, I. 2014. Formulasi Gel Pacar Air


(Impatiens balsamina Linn.) terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis. Pharm Sci Res.1(1): 30-45.

Musdarina., Hernawati., dan Fitriyanti. 2019. Studi Perbandingan Pengaruh


Berbagai Warna Lampu Dan Bunyi Terhadap Pertumbuhan Sayuran Sawi Hijau
(Brassica Rapa Var. Parachinensis L). JFT. 6(1): 26-30.

Nurunisa, D., Sasongko, B, A., dan Indrianto, A. 2018. Pengaruh Warna Cahaya
Light-Emitting Diodes (LED) Intensitas Rendah Dan Cekaman Dingin Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Phalaenopsis Hibrida. Jurnal Biota. 4(1): 41-48.

Pramitha, I, A, D., Suaniti, M, N., dan Sibarani, J. 2018. Aktivitas Antioksidan


Bunga Pacar Air Merah (Impatiens balsamina L.) dan Bunga Gemitir (Tagates erecta
L.) dari Limbah Canang. Chimica et Natura Acta. 6(1): 8-11.

Anda mungkin juga menyukai