Anda di halaman 1dari 14

PENGAMATAN FLORA DAN FAUNA PADA

EKOLOGI SAWAH DI DESA PAJAR BULAN, KEC.


SDU, KAB. MUARA ENIM, PROV. SUMATERA
SELATAN

OLEH :

NAMA : HANIFAH KHAIRUNNISA


NIM : 08041181722002
DOSEN PENGAMPU : Drs. AGUS PURWOKO, M.Sc.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

UniversitasSriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara
langsung, seperti sumber air minum dan habitat beraneka ragam mahluk, tapi juga
memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air
laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global. Kawasan lahan basah juga
akan sulit dipulihkan kondisinya apabila tercemar, dan perlu bertahun-tahun untuk
pemulihannya. Dengan demikian, untuk melestarikan fungsi kawasan lahan basah
sebagai pengatur siklus air dan penyedia air permukaan maupun air tanah perlu
dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara
bijaksana dengan memperhatikan keseimbangan ekologis dan kepentingan
generasi sekarang dan mendatang (Makarim, 2004).
Lahan adalah hamparan di muka bumi berupa suatu tembereng, (segment)
sistem terestik yang merupakan suatu perpaduan sejumlah sumberdaya alam dan
binaan. Lahan juga merupakan wahana sejumlah ekosistem. Lahan merupakan
suatu wilayah (regional), yaitu suautu satuan ruangan berupa suatu lingkungan
hunian masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain. Lahan basah dapat
diartikan sebagai suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan air, memiliki
karakteristik terresterial dan aquatic. Lahan basah dicontohkan seperti daerah
rawa-rawa, mangrove, payau, daerah genangan banjir, hutan genangan serta
wilayah sejenis lainnya (Harianto dan Bainah, 2017).
Pengertian fisik lahan basah yang digunakan untuk menyamakan persepsi
semua pihak mulai dikenal secara baku sejak diratifikasinya Konvensi Ramsar
tahun 1991 yaitu: “Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan;
tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau,
atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari
enam meter pada waktu surut.” Untuk tujuan pengelolaan lahan basah dibawah
kerangka kerjasama Internasional, Konvensi Ramsar, mengeluarkan sistem
pengelompokan tipe-tipe lahan basah menjadi 3 (tipe) utama yaitu lahan basah

UniversitasSriwijaya
pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain terumbu karang dan estuari.
Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai dan danau. Lahan
basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan kolam (Makarim, 2004).
Teknologi dengan pendekatan secara ekologi seperti lahan basah buatan
(LBB sebagai pengolah air limbah menawarkan solusi perlindungan dan restorasi
lingkungan yang inovatif dan baru, dengan biaya relatif murah dan bisa menjadi
alternatif pengolahan air limbah terutama untuk menangani air limbah
pemukiaman di perkotaan untuk negara berkembang seperti Indonesia. Sistem
LBB merupakan lahan basah (wetlands) yang didisain dan dikontruksi mirip
dengan sistem lahan basah alami untuk mengeliminasi berbagai jenis polutan atau
memperbaiki kualitas air perairan (Harianto dan Bainah, 2017).
Sawah merupakan ekosistem lahan basah buatan yang sangat berguna bagi
kehidupan manusia sebagai penghasil bahan pangan. Sawah juga merupakan
ekosistem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan
dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi.
Berbagai jenis fauna ini ada yang merupakan penghuni asli habitat sawah dan ada
pula yang sengaja diintroduksi oleh manusia untuk keperluan budidaya. Jenis-
jenis fauna yang biasa ditemukan dalam ekosistem sawah antara lain reptil, ikan,
amfibi, serangga, unggas dan mamalia. Sawah selain memiliki fungsi dan manfaat
sebagai penghasil bahan pangan (khususnya beras), namun juga memiliki fungsi
dan manfaat ekologis dan sosial budaya (Pamungkas et al, 2018).
Ekosistem sawah adalah salah satu ekosistem buatan di darat karena sawah
terbentuk karena campur tangan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia. Dalam setiap ekosistem selalu ada komponen pembentuknya, yaitu
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik sawah adalah makhluk
hidup yang hidup di habitat persawahan dan membentuk rantai makanan. Rantai
makanan terdiri dari produsen, konsumen dan pengurai. Sawah adalah sebidang
lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air
yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang ( Harianto dan Bainah, 2017).

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mendeskripsikan flora dan


fauna pada ekologi lahan basah buatan berupa sawah.

UniversitasSriwijaya
BAB 2
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1. flora
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai
berikut :
4.1.1. Colocasia esculenta
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa tanaman
ini ditemukan pada pematang-pematang sawah dan terdapat pada kondisi tanah
yang lembab. Menurut Andarini dan Andari (2018), Talas (Colocasia esculenta)
merupakan tanaman yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia yang berasal
dari genus Colocasia dan termasuk ke dalam famili Araceae. Famili ini terdiri atas
118 genus dan lebih dari 3.000 spesies. Tanaman talas merupakan salah satu
tanaman umbi-umbian minor yang dapat digunakan sebagai tanaman pangan dan

UniversitasSriwijaya
termasuk jenis tanaman monokotil yang seringkali dibudidayakan di daerah tropis
dengan curah hujan cukup (175–250 cm/tahun). Tanaman ini dapat hidup di
dataran rendah sampai ketinggian 2.700 mdpl dengan suhu sekitar 21–27ºC.

4.1.2. Oryza sativa


Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
tanaman padi di tanam di ekologi lahan basah buatan tepatnya di lahan sawah
yang sudah diolah. Menurut Makarin (2004) Sawah bisa ditemukan di dataran
rendah hingga dataran tinggi. Keberadaan padi di sawah umumnya tergantung
pada keberadaan irigasi air tawar. Persoalan suplai dan distribusi air (irigasi/
pembangunan dam), ketidakefisienan penggunaan air tawar, alih fungsi lahan
sawah menjadi bentuk-bentuk lain, penurunan kesuburan tanah, pencemaran tanah
akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebih, serta serangan hama dan
penyakit merupakan beberapa isu penting yang berkaitan dengan keberadaan
lahan basah sawah. Lahan basah bentuk buatan seperti persawahan, tambak,
kolam industri.Baik lahan basah alami maupun buatan ternyata keberadaannya
sangat penting bagi ekosistem dunia. Bahkan penduduk di beberapa bagian dunia

UniversitasSriwijaya
ini sangat bergantung pada lahan ini. Contohnya adalah masyarakat Asia yang
sebagian besar hidupnya tergantung pada beras yang ditanam di ekologi lahan
basah.
4.1.3. Ipomoea aquatica
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulacae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
kangkung air ditemukan tumbuh pada sawah secara alami selain itu juga
ditemukan pada tanah yang lembab. Menurut Hadi et al. (2016), kangkung air
(Ipomoea aquatica Forsk) yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit.
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara
500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya
sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar.
Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar,
sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak
rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat
sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman
kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat
kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang.

UniversitasSriwijaya
4.1.4. Limnocharis flava
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Alismatales
Famili : Limnocharitacea
Genus : Limnocharis
Spesies : Limnocharis flava

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa
tumbuhan genjer dapat ditemukan di lahan sawah dan juga dapat ditemukan di
tanah berlumpur yang memiliki kadar air yang banyak . Menurut Chaidir et al.
(2016), genjer merupakan tanaman yang tumbuh liar di area persawahan, rawa,
atau sungai yang keberadaannya sering dianggap sebagai gulma. Tanaman genjer
memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai bahan penyerap logam berat dalam
tanah dan sebagai obat yang memiliki banyak kandungan gizi. Warna batang
tanaman genjer menunjukkan adanya variasi perbedaan warna batang tanaman,
yaitu: warna hijau, hijau tua, hijau muda, kuning kehijauan dan hijau kecoklatan.
Pada dataran rendah warna daun yang mendominasi hijau tua sedangkan pada
dataran sedang berwarna hijau kekuningan.

UniversitasSriwijaya
4.2. Fauna
4.2.1. Mabouya multifasciata
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
kadal ditemukan diserasah tepatnya di pematang sawah yang ditumbuhi tumbuhan
talas. Menurut Origia et al. (2016), Didapatkan jenis kelamin jantan. Warna coklat
tua kehitaman dengan bintik-bintikputih. Kadal ini memiliki tubuh yang kekar,
sisik kepala yang kasar dan sisik punggung (dorsal) berlunas tiga. Moncong
pendek, vertebrals 43 dan lamellae di bawah jari kaki berjumlah 17. Lubang
hidung terletak di perisai nasal bagian belakang, perisai postnasal 1 (sepasang)
demikian pula perisai supranasal. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan deskripsi
punggung berwarna cokelat zaitun, dengan jalur coklat gelap bertepi terang
keputih-putihan atau kekuning kuningan di sisi badannya. Kerongkongan, pada
hewan jantan dewasa merah terang kadang-kadang berbintik gelap, pada hewan
betina berwarna krem tak berpola. Perut berwarna putih kehijauan.

UniversitasSriwijaya
4.2.2. Fejervarya cancrivora
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
katak jenis ini ditemukan pada lahan sawah yang terdapat genangan air yang
berisi padi yang baru ditanam dan terdapat juga di rerumputan yang ada di
pematang sawah. Menurut Saputra et al. (2014), penyebaran F. cancrivora
mencakup daerah persawahan, rawa, kolam, selokan, tempat tempat berair di
hutan, dataran rendah di pesisir pantai, sungai-sungai dan lembah yang luas.
Sedikitnya jumlah kodok dan katak yang dijumpai, menandakan bahwa area di
sekitar aliran sungai sudah sangat terganggu, artinya banyak sekali aktivitas
manusia yang dilakukan di sekitar sungai. Berbagai jenis katak umumnya tidak
dapat menempati area dengan aktivitas manusia yang sangat tinggi. Katak jenis
Fejervarya menunjukkan bahwa area di tepian atau sekitar hilir sungai sudah
menjadi area persawahan.

UniversitasSriwijaya
4.2.3. Orthetrum sabina
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
capung ditemukan terbang di sekitar tanaman padi dan tanaman yang ada di
pematang sawah serta di serasah. Menurut Septiani et al. (2018), Capung
merupakan salah satu predator nyamuk, mulai dari tahap limfa maupun serangga
dewasa. Capung memiliki kemiripan habitat berkembang biak dengan Aedes
aegypti yaitu pada daerah yang berair. Capung mencari mangsa pada siang hari
denagn makanannya berupa serangga kecil seperti nyamuk. Odonata merupakan
kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan seringkali berwarna
menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang.
Memiliki dua pasang sayap, berpembuluh darah yang tersusun seperti jala, antena
pendek berbentuk rambut, alat mulut tipe pengunyah dan mata majemuk yang
besar. Hidup di dua habitat yaitu pada saat pradewasa dalam air dan saat dewasa

UniversitasSriwijaya
berada di dekat air. Sebagian besar spesies ditemukan di dekat air atau kolam,
sungai, rawa-rawa dan di padang rumput, hutan dan perbukitan.

4.2.4. Scania sp.


Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Scania
Spesies : Scania sp.

Deskripsi :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
ngengat ditemukan pada tumbuhan yang ada di pematang sawah dan di temukan
saat pagi hari. Menurut Hadi et al. (2016), ngengat merupakan serangga yang
umum dikenal, karena memiliki ciri-ciri yang khas, terutama adanya sisik-sisik
pada sayap yang mudah terlepas jika dipegang, tidak menggigit dan menyengat
dan dalam bentuk dewasa bukanlah serangga perusak yang serius. Memiliki
jumlah populasi yang paling banyak dari pada ordo lainnya dalam kelas insekta
dan tersebar dari dataran rendah sampai ketinggian 750 m dpl serta ditemukan
pada daerah hutan, pinggiran hutan, ladang, semak belukar, dan di sepanjang

UniversitasSriwijaya
aliran air. Ngengat cukup tahan banting dan lebih tidak rentan pada pembasmi
hama dibandingkan nyamuk dan lalat. Dalam suatu ekosistem ngengat berperan
penting dalam memelihara keanekaragaman hayati, karena fungsinya sebagai
polinator yang mendorong terjadinya penyerbukan pada tumbuhan.
BAB 3
KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada ekologi lahan basah


pada sawah, didapatkan beberapa kesimpulan bahwa beberapa jenis flora yang
diketahui jenisnya yang telah di temukan pada ekosistem sawah tersebut adalah
Colocasia esculenta, Oryza sativa, Ipomoea aquatic dan Limnocharis flava,
sedangkan beberapa jenis fauna yang diketahui jenisnya yang telah di temukan
pada ekosistem sawah tersebut adalah Mabouya multifasciata, Fejervarya
cancrivora, Orthetrum Sabina dan Scania sp. tumbuhan yang menyukai tempat
tempat berlumpur dan lembab dapat hidup di sawah.

UniversitasSriwijaya
DAFTAR PUSTAKA.

Andarini, Y. N., dan Andari, R. Variabilitas Karakter Morfologi Plasma Nutfah


Talas (Colocasia esculenta) Lokal Pulau Jawa. Bul. Plasma Nutfah. 24 (1) :
63–76
Chaidir, Liberty., Kristi, Y., dan Budy, F. T. Q. 2016. Eksplorasi Dan
Karakterisasi Tanaman Genjer (Limnocharis Flava (L.) Buch) Di Kabupaten
Pangandaran Berdasarkan Karakter Morfologi Dan Agronomi. Jurnal Agro.
3 (2) : 53-66.
Hadi, S., Ratna S., Siti, N. M., Rury, E., Donan, S. Y., Hastin, A.A., dan
Purnomo. 2016. Keanekaragaman Flora dan Fauna Daerah Aliran Sungai
Pakerisan Kabupaten Gianyar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press.
Harianto, S. P., dan MaidaH, S. D. 2017. Biodiversitas Fauna Di Kawasan
Budidaya Lahan Basah. Lampung : Universitas Lampung.
Makarim, N. 2004. Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan
Basah Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional.
Origia, K., Wilson, N., dan Djong, H. T. 2012. Jenis-Jenis Kadal (Sub-Ordo
Sauria) di Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1(1) :
86-92.
Pamungkas, A., Trisna I. N., dan Dede, S. 2018. Multifungsi Lahan Sawah Di
Kelurahan Kersanagara, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya,
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. 3 (4) : 908-
919.
Saputra, D., Tri, R.S., dan Ari, H. Y. 2014. Karakteristik Populasi Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat.
Protobiont 3 (2) : 81 – 86.
Septiani, M., Fina, I. S., Malia, U., Ria, T. U., Siti, F. M., Sinta, D. R., Afrizal,
D. A., dan A’tourrohman. 2018. Karakterisasi Dan Identifikasi Orthetrum
Sabina (Odonata: Lebullidae) Di Lapangan Rusunawa Jerakah Purwoyoso
Semarang. Artikel. Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang.

UniversitasSriwijaya
UniversitasSriwijaya

Anda mungkin juga menyukai