Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MAKALAH

..Mangrove Famili Rubiaceae, Spesies Scyphiphora..

Andre D Batlolona

2014-63-058

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan
dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil (Arief, 2003). Menurut Steenis (1978)
dalam Rahmawaty (2006) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut.
Sementara menurut Nybakken (1992) dalam Rochana (2010) bahwa hutan mangrove adalah sebutan
umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi
oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh pada perairan asin.

Kathiresan dan Bingham (2001) dalam Taher (2011) mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan
yang tumbuh pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air
laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops
sp, Lumnitzera sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Aegiceras sp, Scyphyphora sp dan Nypa sp.

Ezwardi (2009) menyatakan bahwa hutan mangrove disebut sebagai hutan payau atau bakau. Hutan
mangrove ini dianggap sebagai salah satu ekosistem yang khas, menempati habitat pada garis pantai
daerah tropis.

BAB II

PEMBAHASAN
A.Deskripsi Mangrove Scyphiphora

Scyphiphora adalah genus monotip tanaman berbunga dalam keluarga Rubiaceae . Ini adalah satu-
satunya genus dalam suku Scyphiphoreae. Bentuk umum dari spesies ini adalah Semak tegak, selalu
hijau, seringkali memiliki banyak cabang, ketinggian mencapai 3 m. Kulit kayu kasar berwarna coklat,
cabang muda memiliki resin, kadang-kadang terdapat akar tunjang pada individu yang besar, daunnya
berseberangan, bilah daunnya luas dan berbentuk drop, kuncup - kuncup terminalnya dan daun-daun
muda dilapisi dengan zat mirip pernis, bunganya berbentuk tabung dan memiliki empat lobus putih yang
diwarnai merah muda, mereka diatur dalam kelompok padat, buahnya berbentuk bulat panjang dan
bergerigi dalam, menjadi cokelat muda dan apung saat matang .

B. Klasifikasi

Secara taksonomi tumbuhan mangrove scyphiphora diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan: Plantae

Keluarga: Rubiaceae

Subfamili: Ixoroideae

Suku: Scyphiphoreae

Marga: Scyphiphora CFGaertn.

Jenis: S. hydrophylacea

C. Karakterisik Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Mangrove Scyphiphora

Morfologi mangrove Scyphiphora dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.


Gambar: Mangrove Scyphiphora

Ciri-ciri tumbuhan mangrove Scyphiphora adalah sebagai berikut :

Daun

Daun berkulit dan mengkilap. Pinak daun berkelenjar, terletak pada pangkal gagang daun membentuk
tutup berambut. Gagang daun lurus panjangnya hingga 13 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4-9 x 2-5 cm.

Bunga

Warna putih, hampir tak bertangkai, biseksual, terdapat pada tandan yang panjangnya hingga 15
mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-7 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4-5; putih-agak
merah, elips, 2-4 x 2- 2,5 mm, mulut berambut kasar. Kelopak bunga: 4-5; berbentuk mangkok,
bawahnya seperti tabung (panjang 5mm). Benang sari: 4-5.

Buah

Silindris, berwarna hijau hingga coklat, berurat memanjang dan memiliki sisa daun kelopak bunga.
Tidak membuka ketika matang. Terdapat 4 biji silindris. Ukuran: buah: panjang 8 mm, biji: 1 x 2 mm.

Akar

Memiliki bentuk akar tunjang. Akar ini merupakan akar udara yang tumbuh di atas permukaan tanah,
mencuat dari batang pohon dan dahan paling bawah serta memanjang ke luar dan menuju ke
permukaan tanah.

D. Habitat

Tumbuh pada substrat lumpur, pasir dan karang pada tepi daratan mangrove atau pada pematang
dan dekat jalur air. Nampaknya tidak toleran terhadap penggenangan air tawar dalam waktu yang lama
dan biasanya menempati lokasi yang kerap tergenang oleh pasang surut. Dilaporkan tumbuh pada lokasi
yang tidak cocok untuk dikolonisasi oleh jenis tumbuhan mangrove lainnya. Perbungaan terdapat
sepanjang tahun, kemungkinan diserbuki sendiri atau oleh serangga. Nektar diproduksi oleh cakram
kelenjar pada pangkal mahkota bunga. Banyak buah yang dihasilkan, akan tetapi pembiakan biji relatif
rendah. Buah teradaptasi dengan baik untuk penyebaran oleh air karena kulit buahnya yang ringan dan
mengapung.

E. Manfaat Mangrove Scyphiphora

Menurut Arief (2003) bahwa kawasan mangrove umumnya mempunyai beberapa keterkaitan
dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan, serta
lingkungan dibedakan menjadi lima fungsi :

1. Fungsi fisik :

a. Menjaga garis pantai agar tetap stabil.

b. Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap
tiupan angin kencang dari laut ke darat.

c. Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru.

d. Kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin
menjadi tawar.

2. Fungsi kimia:

a. Tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen.

b. Penyerap karbondioksida.

c. Pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan.

3. Fungsi biologis :

a. Penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil
pemakan bahan pelapukan (detritus), yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan
yang lebih besar.

b. Kawasan pemijah atau asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan, kepiting, kerang dan
sebagainya.

c. Kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain.

d. Sumber plasma nutfah atau sumber genetika.

e. Habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.
4. Fungsi ekonomi kawasan mangrove adalah sebagai berikut :

a. Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang, serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah
tangga.

b. Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, alkohol,
penyamak kulit, kosmetika, dan zat warna.

c. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung, dan madu.

5. Fungsi lain (wanawisata) kawasan mangrove adalah sebagai berikut :

a. Kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa, serta berperahu di sekitar
mangrove.

b. Tempat pendidikan, konservasi, dan penelitian.

F. Biota Asosiasi pada Mangrove

Komunitas fauna mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok yaitu:

1. Kelompok fauna daratan /terestial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri
atas: insekta, ular, primata dan burung. Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk
hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya di luar jangkauan
air laut pada pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan
laut pada saat air surut.

2. Kelompok fauna akuatik/perairan, terdiri atas dua tipe, yaitu: (a) yang hidup di kolom air, terutama
jenis ikan dan udang (b) yang menempati substrat baik keras (akar dan batang mangrove) maupun lunak
(lumpur) terutama kepiting, kerang dan bernagai jenis invertebrate lainnya.

G. Parameter Lingkungan yang Mempengaruhi Vegetasi Mangrove

Kusmana (2005) dalam Taher (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor lingkungan yang
mendukung/ mempengaruhi mangrove (struktur vegetasi, komposisi dan distribusi spesies, pola
pertumbuhan, serta zonasi) yakni sebagai berikut:

1. Topografi pantai
Topografi pantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur vegetasi,
komposisi spesies, distribusi spesies dan ukuran serta luas mangrove. Semakin datar pantai dan semakin
besar pasang surut maka semakin lebar mangrove yang tumbuh.

2. Angin

Angin berpengaruh terhadap gelombang dan arus pantai, yang dapat menyebabkan abrasi dan
mengubah struktur vegetasi mangrove, meningkatkan evapotranspirasi dan angin kuat dapat
menghalangi pertumbuhan dan menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, tetapi angin diperlukan
untuk penyebaran benih tanaman.

3. Pasang surut

Pasang surut menentukan zonasi dan komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut
berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Perubahan tingkat salinitas pada
saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi spesies mangrove terutama
distribusi horizontal.

4. Salinitas

Kisaran salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10‰-30‰.
Beberapa spesies dapat tumbuh didaerah dengan salinitas yang tinggi. Menurut Dahuri (2003) bahwa
spesies vegetasi mangrove memiliki mekanisme adaptasi yang tinggi terhadap salinitas, namun bila
suplai air tawar tidak tersedia, hal ini akan meyebabkan kadar garam dalam tanah dan air mencapai
kondisi ekstrim sehingga mengancam kelangsungan hidup mangrove. Faktor yang mempengaruhi
fluktuasi salinitas yaitu pola sirkulasi air, ketersediaan dan pasokan air tawar, penguapan, curah hujan,
dan aliran sungai (Nontji, 2003).

5. Suhu

Suhu berperan penting dalam proses fisiologi yang dapat mempengaruhi proses-proses dalam suatu
ekosistem mangrove seperti fotosintesis dan respirasi. Aksornkoae (1993) dalam Taher (2011)
mengemukakan bahwa tinggi rendahnya suhu pada habitat mangrove disebabkan oleh intensitas cahaya
matahari yang diterima oleh badan air, banyak sedikitnya volume air yang tergenang pada habitat
mangrove, keadaan cuaca, dan ada tidaknya naungan (penutupan) oleh tumbuhan. Kisaran suhu
optimum untuk pertumbuhan mangrove adalah 18-30oC (Saenger, 1979 dalam Setyawan, dkk, 2002).

6. Derajat Keasaman (pH) tanah

Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma dari aktivitas-aktivitas ion hidrogen. Derajat keasaman tanah
mempengaruhi transportasi dan keberadaan nutrien yang diperlukan tanaman. Arief (2003) mengatakan
bahwa jenis tanah banyak dipengaruhi oleh keasaman tanah yang berlebihan, yang mengakibatkan
tanah sangat peka terhadap terjadinya proses biologi. Jika keadaan lingkungan berubah dari keadaan
alaminya, keadaan pH tanah juga akan dapat berubah. Proses dekomposisi bahan organik pada
umumnya akan mengurangi suasana asam. Menurut Murdiyanto (2003) dalam Kristoper (2011) bahwa
umumnya pH tanah tmangrove berkisar antara 6-7, kadang-kadang turun menjadi lebih rendah dari 5.

7. Substrat

Substrat mangrove dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari pantai dan erosi hulu sungai.
Secara umum hutan mangrove dapat tumbuh pada berbagai macam substrat (tanah berpasir, lempung,
tanah lumpur, tanah lumpur berpasir, tanah berbatu dan sebagainya). Dahuri (2001) mengemukakan
bahwa mangrove dapat tumbuh pada berbagai jenis substrat yang bergantung pada proses pertukaran
air untuk memelihara pertumbuhan mangrove. Soeroyo (1993) dalam Bahri (2007) menyatakan bahwa
Rhizophora dapat tumbuh baik pada substrat yang dalam/tebal dan berlumpur.

Menurut Irwanto (2006) bahwa tanah mangrove merupakan tanah alluvial yang dibawa sebagai
sedimen dan diendapkan oleh sungai dan laut. Tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai pasir (sand),
lumpur/debu halus (silt) dan lempung/tanah liat (clay). Tanah disusun oleh ketiganya dengan komposisi
berbeda-beda, sedangkan lumpur (mud) merupakan campuran dari lumpur halus dan lempung yang
keduanya kaya bahan organik (detritus).

H. Zonasi Mangrove

Pertumbuhan komunitas vegetasi mangrove secara umum mengikuti suatu pola zonasi. Pola zonasi
berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah, keterbukaan terhadap hempasan
gelombang, salinitas, serta pengaruh pasut (Dahuri, 2003). Jalur – jalur atau zonasi vegetasi hutan
mangrove disebutkan secara berurutan dari yang paling dekat dengan laut ke arah darat sebagai berikut
(Indriyanto, 2006):

1. Jalur pada yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Avicennia sp, Scyphiphora, dan Sonneratia sp.

2. Jalur bakau yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Rhizophora sp. dan kadang - kadang Bruguiera
sp., Ceriops sp., dan Xylocarpus sp.

3. Jalur tancang yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Bruguiera sp. dan kadang – kadang Kandelia
sp., Xylocarpus sp., dan Aegiceras sp.

4. Jalur transisi antara hutan payau dengan hutan rendah yang umumnya adalah hutan nipah
dengan spesies Nypa fruticans
Gambar Zonasi vegetasi Mangrove (White dkk, 1989 dalam Noor dkk, 2006)

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.

2. Mangrove umumnya menpunyai 5 struktur anatomi yaitu daun, buah, bunga, akar, dan batang.

3. Fungsi mangrove diantaranya fungsi fisik; fungsi biologis; fungsi kimia; dan fungsi ekonomi.

4. Faktor pembatas pertumbuhan mangrove diantaranya topografi pantai, salinitas, aliran air masuk,
suhu, ph, substrat, pasut, dan angin.

5. kerusakan mangrove disebabkan oleh Faktor alam, seperti : banjir, kekeringan dan hama penyakit,
yang merupakan faktor penyebab yang relatif kecil. Faktor penyebab yang relatif besar adalah kegiatan
Manusia.

REFERENSI
JURNAL "INVENTARISASI KARAGAMAN JENIS FLORA MANGROVE DI PULAU MECAN KOTA
BATAM.

JURNAL: "ZONASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI PESISIR KABUPATEN MERAUKE

JURNAL: "STUDI ZONASI DAN KERAPATAN HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN MORO TIMUR
KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/ Makalah-ekosistem-mangrove. FPIK- Univesitas


Khairun Ternate

Anda mungkin juga menyukai