Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

“TANAMAN TUMPANGSARI JAGUNG DAN KACANG


KEDELAI + INTENSIF”

Disusun Oleh :

NAMA : ANGGA RATNA SANJAYA


NIM : D1A017102
KELAS : H AGRONOMI

Dosen Pengampu :

- Ir. Refliaty, M.S.


- Ir. Zurhalena, M.P.

Asisten Praktikum :

- Yosepin Pangaribuan S.P


- Ovanny Thalia Sinaga

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

PEMINATAN AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian - bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah
tersebut terjadi oleh media alami yaitu air dan angin.Erosi oleh angin disebabkan
oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air.Erosi
sering terjadi di daerah beriklim basah, sedangkan erosi angin merupakan
peristiwa yang terjadi di daerah beriklim kering, sedangkan Indonesia adalah
daerah tropis yang umumnya beriklim basah atau agak basah (Arsyad 2010).
Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan laju erosi yang
masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan (permissible atau tolerable erosion)
sudah bias ditetapkan, dapat ditentukan kebijaksannan penggunaan dan tindakan
konservasi tanah yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga
tanah dapat digunakan secara produktif dan lestari (Arsyad, 2012). Prediksi erosi
pada sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan
terjadi dari tanah yang digunakan dalam suatu penggunaan lahan dan pengelolaan
tertentu.
Penanaman beberapa jenis tanaman dalam system ganda (multiple cropping)
merupakan satu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian, dengan
memperhatikan pemilihan kombinasi tanaman yang tepat, sehingga tidak
menimbulkan medan persaingan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal
mendapatkan radiasi matahari, air dan nutrisi yang akan berpengaruh pada
pertumbuhan maupun hasil (Dwie. M, cit. Nurngaini, et. al. 2003).
Salah satu cara dalam meningkatkan efisiensi lahan adalah pola tanam
Intercropping (tumpangsari), pemanfaatan cahaya,air dan hara, mengontrol gulma,
hama dan penyakit serta merupakan jalur alternatif untuk pertanian yang
berkelanjutan (Lithourgidis et al.,2011). Tumpangsari dari dua jenis tanaman
menimbulkan interaksi, akibat masing-masing tanaman membutuhkan ruangan
yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi,
sehingga pada sistem tumpangsari ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, umur panen tiap tanaman
dan arsitektur tanaman (Suwarto et al., 2005).
Keuntungan dalam pemanfaatan lahan pada tumpangsari yaitu sumberdaya
pertumbuhan seperti cahaya, air, hara lebih efisien pada masing-masing yang
ditumpangsarikan secara kompetitif seperti tingkat perkembangan kanopi, lebar
dan tinggi kanopi, adaptasi kondisi radiasi, dan kedalaman perakarannya
(Kipkemori et al. 1997).
Pengolahan lahan secara intensif dalam jangka panjang cenderung akan
menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah yang menurun juga akan menurunkan
sifat fisik tanah. Oleh karena itu dibutuhkan pengolahan tanah yang sesuai dengan
kebutuhan tanah

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat laju erosi pada tanah yang
Di olah secara intensif dengan pola tanam tumpang sari, menggunakan tanaman
jagung dan kedelai. Kedelai di harapkan mampu menghasilkan nitrogen dari hasil
fiksasi oleh bakteri rhizobium, sehingga menjadi cadangan unsur hara bagi
jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea Mays) Kacang Kedelai
(Glycine max L)
Jagung (Zea Mays) adalah salah satu  tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana
bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Morfologi
tanaman jagung adalah sebagai berikut
 Akar Tanaman Jagung
Sistem perakaran pada tanaman jagung adalah akar serabut dengan
kedalaman hingga 8 meter, namun sebagian besar berada pada kedalaman
sekitar 2 meter. Tanaman jagung yang sudah dewasa akan tumbuh akar
adventif dari buku-buku batang tanaman jagung bagian bawah yang dapat
membantu tanaman jagung menjadi tegak.
 Batang
Tanaman jagung memiliki batang yang tegak, mudah terlihat dan beruas-
ruas. Ruas terbungkus oleh pelepah daun yang muncul dari buku. Tanaman
jagung memiliki batang yang tidak mengandung banyak lignin.
 Daun
Daun pada tanaman jagung merupakan daun sempurna dengan bentuk
yang memanjang. Daun yang dimiliki oleh tanaman jagung ini berwarna hijau
muda pada saat masih muda, dan berwarna hijau tua pada saat tanaman
dewasa, serta berwarna kuning pada saat tanaman sudah tua. Selain itu terdapat
ligula antara pelepah daun dengan helai daun. Tanaman jagung memiliki daun
yang tulang daunnya sejajar dengan ibu tulang daun tanaman jagung.
Permukaan daun pada tanaman jagung ada yang berambut dan ada yang licin.
Daun tanaman jagung memiliki stomata yang berbentuk halter yang merupakan
ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan yang termasuk ke dalam famili atau
suku poaceae. Setiap stomata pada tanaman daun dikelilingi oleh sel – sel
epidermis yang berbentuk seperti kipas. Struktur tersebut memiliki peran
penting dalam melakukan respon tanaman untuk menanggapi defisit air pada
sel-sel daun tanaman jagung.
 Bunga
Bunga yang dimiliki oleh tanaman jagung terdiri atas bunga jantan dan
bunga betina, yang masing-masing terpisah atau diklin dalam satu tanaman
atau monoecious. Setiap kuntum bunga tanaman jagung memiliki struktur yang
khas dari bunga yang termasuk ke dalam famili / suku poaceae yang disebut
sebagai floret. Pada tanaman jagung, sepasang glumae atau gulma membatasi
dua floret. Bunga jantan dapat tumbuh pada bagian puncak dari tanaman
jagung, yang berupa karangan bunga atau inflorescence. Pada bunga tanaman
jagung terdapat serbuk sari yang berwarna kuning dengan memiliki aroma
yang khas.
 Tongkol
Tongkol yang dimiliki oleh tanaman jagung tumbuh dari buku dan
terdapat di antara batang daun dengan pelepah daun dari tanaman jagung.
Secara umum dalam satu tanaman jagung hanya dapat menghasilkan satu buah
tongkol yang produktif, meskipun tanaman jagung memiliki sejumlah bunga
betina. Bunga jantan melakukan penyerbukaan sebanyak 2 hingga 5 hari lebih
dulu daripada bunga betinanya.
Klasifikasi tanaman jagung.
 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

 Divisi atau fillum : Angiospermae

 Kelas : Monocotyledoneae (Tumbuhan dengan biji berkeping satu)

 Ordo / bangsa : Poales

 Famili atau suku : Poaceae

 Genus atau marga : Zea

 Spesies / jenis : Zea mays L.

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan


oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa
Tenggara, dan pulau- pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan
beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948
telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah,
yaitu Glycine max (L.) Merill.

Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.

2.2 Erosi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya


Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan
kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi
(Hardjowigeno, 2015). Erosi juga dapat disebut pengikisan atau kelongsoran
sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau
kekuatan air dan angin, baik berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat
tindakan/perbuatan manusia (Kartasapoetra, 2010). Erosi menyebabkan hilangnya
lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta
berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air (Arsyad,
2012).
Erosi dibagi menjadi dua macam, yaitu erosi geologi dan erosi dipercepat.
Erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat dimana jumlah tanah
yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini tidak berbahaya
karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangkan erosi dipercepat merupakan
erosi yang dipercepat (accelerated erosion) akibat kegiatan manusia yang
mengganggu keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak
daripada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah di
permukaan (top soil) menjadi hilang (Hardjowigeno, 2015).
Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau
ditoleransikan adalah perlu, karena tidaklah mungkin menekan laju erosi menjadi
nol dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah-tanah
yang berlereng. Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun
yang terbesar dan masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu
kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman sehingga memungkinkan
tercapainya produktivitas tanah yang tinggi secara lestari disebut erosi yang masih
dapat dibiarkan atau ditoleransikan, yang disebut nilai T (Arsyad. 2012).
Untuk dapat terjadi erosi, tanah harus dihancurkan oleh curah hujan dan
aliran permukaan, kemudian diangkut ke tempat lain oleh curah hujan dan aliran
permukaan. Penghancuran tanah ini disamping menjadi mudah untuk diangkut ke
tempat lain, juga partikel-partikel tanah yang menjadi halus dapat mentup pori-
pori tanah sehingga menyebabkan peresapan air ke dalam tanah terhambat.
Akibatnya aliran permukaan (run off) menjadi lebih besar, sehingga kemungkinan
terjadinya erosi juga meningkat (Hardjowigeno, 2015).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi Beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya erosi yang terpenting adalah curah hujan, tanah, lereng,
vegetasi, dan manusia (Hardjowigeno, 2015).
a. Curah Hujan
Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui adalah intensitas hujan,
jumlah hujan, dan distribusi hujan. Sifat hujan yang terpenting yang
mempengaruhi besarnya erosi adalah intensitas hujan yang menunujukan
banyaknya curah hujan per satuan waktu (mm/jam atau cm/jam). Jumlah
hujan rata-rata tahunan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang
berat apabila hujan tersebut menjadi merata, sedikit demi sedikit
(intensitas hujan rendah), sepanjang tahun. Sebaliknya curah hujan rata-
rata tahunan yang rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat bila
hujan tersebut jatuh sangat deras (intensitas hujan tinggi) meskipun hanya
sesekali (Hardjowigeno, 2015).
b. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi.
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang
berbeda-beda. Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi
adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat
tanah yang berpengaruh terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan
kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah, dan
kandungan bahan organik (Arsyad, 2012).
c. Lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin
panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan
meningkat sehingga kekuatan mengangkut semakin meningkat pula.
Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir
menjadi semakin besar (Hardjowigeno, 2015).
d. Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah (1) Menghalangi air hujan
agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga kekuatan tanah
untuk menghancurkan dapat dikurangi, (2) Menghambat aliran permukaan
dan memperbanyak air infiltrasi dan (3) Penyerapan air ke dalam tanah
diperkuat oleh tranpirasi (penguapan air) melalui vegetasi (Hardjowigeno,
2015).
e. Manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi
lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang
berlereng curam merupakan pengaruh baik dari manusia karena dapat
mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah-daerah
pegunungan merupakan pengaruh manusia yang buruk karena dapat
menyebabkan erosi (Hardjowigeno, 2015).
2.3 Metode Dalam Konservasi Tanah Dan Air
Metode-metode konservasi (pengawetan) tanah pada umumnya dilakukan
dengan maksud, sebagai berikut (Hardjowigeno, 2015):
 Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
 Menikatkan kapasitas infiltrasi tanah
 Mengurangi run off
 Meningkatkan stabilitas agregat tanah
Usaha konservasi tanah yang pertama-tama perlu dilakukan adalah
penggunaan tanah sesuai dengan kemampuannya seperti yang dikemukakan
dalam klasifikasi kemampuan lahan. Tiap kelas penggunaan tanah memerlukan
teknik pengawetan tanah tertentu. Ada beberapa metode konservasi tanah antara
lain adalah (Hardjowigeno, 2015):
2.3.1 Metode Vegetatif
Metode vegetative memiliki fungsi untuk melindungi tanah dari daya
perusak butir-butir hujan, melindungi tanah dari perusak daya aliran permukaan
(run off), dan memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah (Hardjowigeno, 2015).
Menurut Hardjowigeno (2015), yang termasuk dalam metode vegetative dalam
KTA yakni:
 Penghutanan/Penghijauan kembali.
 Penanaman dengan rumput makanan ternak (permanent pasture).
 Penutup lahan permanen (cover crop).
 Mulching (Penggunaan sisa-sisa tanaman)
Mulching adalam menutup permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman.
fungsinya yaitu untuk melindungi tanah dari curah hujan langsung dan
mengurangi kecepatan run off. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami
yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang.
Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Penggunaan mulsa dalam
budidaya tanaman dapat berfungsi untuk menghambat aliran permukaan dan laju
erosi (Anwarudinsyah et al., 1993). Selain itu mulsa sisa tanaman dapat menekan
pertumbuhan gulma; memperbaiki struktur tanah; meningkatkan kapasitas tanah
menahan air, pori aerasi, dan infiltrasi; serta mempertahankan kandungan bahan
organik sehingga produktivitas tanahnya terpelihara (Kadarso, 2008; Arsyad,
2010). Mulsa dapat membantu mencegah kehilangan air pada musim kemarau dan
mencegah terakumulasinya air pada zona perakaran pada saat air berlebih atau
musim hujan. Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dapat dipergunakan tanaman
untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu juga, mulsa dapat
menghalangi radiasi matahari mencapai tanah sehingga dapat mengurangi
evaporasi tanah. Infiltrasi dan evaporasi tanah ini merupakan proses yang
menentukan ketersediaan air tanah pada pertanian lahan kering. Menurut Ghuman
dan Sur (2001) mulsa dapat menurunkan bulk density di permukaan tanah,
sedangkan bahan organik tanah dapat meningkat karena adanya dekomposisi dari
mulsa.
Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah
didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik
dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang/ jerami, ataupun cacahan
batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.Sedangkan
kekurangannya seperti tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat
musim panen tadi. Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah
yang jauh dari pusat budidaya padi membutuhkan biya ekstra untuk transportasi
Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya.

2.3.2 Metode Mekanik


Metode mekanik memiliki fungsi untuk memperlambat aliran permukaan,
menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak
(Hardjowigeno, 2015).
Menurut Hardjowigeno (2015), yang termasuk dalam metode mekanik
dalam KTA yakni:
1. Pengolahan tanah.
Pengolahan tanah memiliki akibat positif dan negative. Akibat positifnya
yaitu tanah menjadi gembur, air mudah meresap, dan mengurangi aliran
permukaan. Sedangkan akibat negatifnya yaitu tanah mudah tererosi, lebih baik
kalau terdapat lapisan tapak bajak.
2. Pengolahan tanah menurut kontur.
Pengelolaan dilakukan memotong lereng atau menurut kontur. Lebih
efektif kalau diikuti dengan penanaman menurut kontur.
3. Gelengan dan saluranmenurut kontur (contour ridges and furows).
Memiliki fungsi yaitu untuk menghambat alran permukaan dan
mengalirkan air dengan kecepatan rendah (oleh saluran-saluran).
4. Teras.
Memiliki fungsi yaitu untuk mengurangi panjang lereng dan mengurangi
kecepatan aliran permukaan dengan menambah air infiltrasi.
5. Perbaikan drainase dan perbaikan irigasi.
Pembuatan saluran-saluran drainase dan fasilitas-fasilitas irigasi adalah
usaha-usaha pengaturan air sehingga tanah lebih dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Usaha-usaha ini sesuai dengan dasar pengawetan tanah yaitu
memperlakukan tiap bidang tanah sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan
untuk dapat digunakan dalam produksi dan tidak terjadi kerusakan tanah.

2.4 Pola Tanam


Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi tanaman dan polikultur
(Anwar, 2012).
a. Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman
sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja.
Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian
yang tidak mantap. Hal ini terbukti dari tanah pertanian harus selalu diolah,
dipupuk dan disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap hama.
b. Rotasi Tanaman (crop rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua jenis atau
lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam periode
waktu tertentu. Seperti tanaman semusim yang ditanam secara bergilir dalam
satu tahun, dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan ubi kayu.
Rotasi tanam dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Faktor-faktor tersebut adalah:
 Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya
pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat
terlalu sering diolah dapat dihindari
 Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan
meningkatkan produktivitaslahan
 Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
 Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah
terjadinya erosi
 Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk hijau.
c. Polikultur
Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa pola tanam, pola tanam
tersebut adalah :
 Tumpang Sari (Intercropping)
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu
atau periode tanam yang bersamaan pada lahan yang sama (Thahir,
1999).
 Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis
tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau
waktu yang berbeda).Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang
ke dua dapat melindungi lahan yang mudahlongsor dari hujan sampai
selesai panen pada tahun itu.
 Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada
lahan dan waktu yang samaatau jarak waktu tanam yang singkat,
tanpapengaturan jarak tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan
sistem ini dapat melawan atau menekan kegagalan panen total
(Kustantini, 2012).

2.5 Pengolahan Tanah


Sistem pengolahan tanah modern dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengolahan
tanah konvensional dan pengolahan tanah konservasi (Gajri,dkk.,2002).
A. Pengolahan Tanah Konvensional
Pengolahan tanah konvensional dikenal juga dengan istilah Olah Tanah
Intensif (OTI) yang menjadi pilar intensifikasi pertanian sejak program Bimas
dicanangkan, dan secara turun menurun masih digunakan oleh petani. Pada
pengolahan tanah intensif, tanah diolah beberapa kali baik menggunakan alat
tradisional seperti cangkul maupun dengan bajak singkal. Pada sistem OTI,
permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan mulsa, sertalapisan olah tanah
dibuat menjadi gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan
baik(Utomo, 2012).

B. Pengolahan Tanah Konservasi


Menurut Suwardjo et al. (1989), olah tanah konservasi merupakan alternatif
penyiapan lahan yang dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap
tinggi. Cara yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
1. Tanpa olah tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-
sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan
melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan yaitu
pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan dengan tugal.
Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida
2. Pengolahan tanah minimal (Minimum Tillage), tidak semua permukaan
tanah diolah, hanya barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa
tanaman dibiarkan pada permukaan tanah
3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan memotong
lereng sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut
kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih
efektif jika diikuti, dengan penanaman menurut kontur juga yang
memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Jambi. Percobaan ini dilakukan selama kurang lebih 2 Bulan,
terhitung dari tanggal 28 Februari 2020. Jadwal pengamatan dilakukan seminggu
sekali yaitu setiap hari Rabu jam 08.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2 Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu cangkul, pupuk, patok kayu, parang, tali rapiah,
alat tulis ( buku, pena/pensil, dan penggaris), handphone, meteran, gembor, dan
paranet. Bahan yang digunakan adalah mulsa tanaman ( 50%), pupuk organik,
pupuk NPK, benih kedelai dan jagung.

3.3 Prosedur Kerja


1. Pembukaan lahan dengan luas 10 x 15 meter dalam satu kelas.
2. Membersihkan lahan dan mengumpulkan gulma sebagai mulsa.
3. Membagi petakan dengan ukuran 6 x4 meteran/ kelompok.
4. Penggemburan tanah pada setiap kelompok.
5. Pemupukan awal dengan pupuk organic pada petakan yang telah dibuat/
kelompok. Inkubasi selama satu minggu.
6. Pemberian mulsa bagi yang menggunakan perlakuan mulsa, cara
perhitungan mulsa dengan cara pertama kita buat petakan dengan ukuran 1
x 1 m, kemudian kita beri mulsa yang telah kita kering angin kan sampai
merata kurang lebih setebal 2 cm, selanjutya kita timbang berapa bnyak
mulsa tersebut misalnya dalam petakan 1 x1 meter terdapat sebanyak 1 kg
mulsa, kita menggunakan ukuran bedengan yaitu 6 x4 meter = 24 meter
jadi kalau digunakan mulsa nya sebanyak 50%, kita tinggalkan kali aja
setengah dari jumlah berat mulsa tersebut.
7. Membuat Jarak Tanam, pada pembuatan jarak tanaman ini berbeda setiap
kelompok. Pada kelompok kami menggunakan tanaman jagung dengan
jarak tanaman 100 cm x 50 cm, lalu tanaman kedelai bakal ditanam
ditengah-tengah antar barisan jagung. Setelah kita membuat jarak tanam,
kita selanjutnya membuat tanda pada jarak tanam tersebut dengan
menggunakan patok kayu.
8. Selanjutnya dilakukan penanaman sesuai dengan jarak tanaam yang telah
dibuat.
9. Salah satu perawatan dalam praktikum ini adalah peyiangan gulma yang
ada pada lahan praktikum.
10. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupun NPK dengan system
larikan ( 04 Maret 2020).
11. Lakukan pengamatan pada tanaman setiap seminggu sekali dan
dokumentasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel I Kelompok 1 Monokultur (Zea mays L.)

Minggu Hari/ Tanggal Tinggi tanaman Jumlah daun


ke- (cm)
1 Rabu/ 18-3-2020 J5 =55,2 4
J16 = 74,2 5
J28 = 60 4
J31 =70,8 4
J44 = 62 6
J52 = 80,6 6

2 Rabu/ 25-3-2020 J5 = 81,5 5


J16 = 90 6
J28 = 77,9 5
J31 = 84,3 5
J44 = 76,5 6
J52 = 95,9 6

Tabel II Kelompok 2 Monokultur Kacang Tanah.

Minggu Hari/ Tanggal Tinggi tanaman


ke- (cm)
1 Rabu/ 25-3-2020 K1 = 13
K2 = 16
K3= 16
K4 = 14
K5 = 17
K6 = 18
K7 = 17
K8 = 15
K9 = 14
K10 = 15
K11 = 13
K12 = 13
K13 = 17
K14 = 15
K15 = 15
K16 = 16
K17 = 14
K18= 14
K19 = 13
K20 = 14
K21 = 16
K22 = 14
K23 = 13
K24 = 14
K25 = 14
K26= 14
K27 = 17
K28 = 15
K29 = 15
K30 = 12

Tabel III Kelompok 3 Tumpangsari Jagung Dan Kedelai

Minggu Hari/ Tanggal Tinggi tanaman Jumlah daun


ke- (cm)
1 Rabu/ 18-3-2020 J1 =58 7
J2 =51 6
J3 =45 5
J4 =47 5
J5 = 57 8
J6 = 49 7

2 Rabu/ 25-3-2020 J1 =92 10


J2 = 92,7 9
J3 =66,6 7
J4 =58,2 7
J5 =97,7 10
J6 =87,7 9

Minggu Hari/ Tanggal Tinggi tanaman Jumlah daun


ke- (cm)
2 Rabu/ 25-3-2020 K1 = 22,6 2
K2 = 17 2
K3 = 19 2
k4 = 15,2 2
K5 = 20,3 2

Tabel IV Kelompok 4 Tumpangsari Jgung Dan Kedelai+Intensif


M1 M2
Sampel
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
Jagung
tanaman Daun tanaman Daun
J1 33,1 5 45 7
J2 57,1 7 83,3 10
J3 37,1 6 63,5 9
J4 49,5 6 68 7
J5 37,1 5 53,9 6
J6 48 5 68 7

M1 M2
Sampel
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
Kedelai
tanaman Daun tanaman Daun
K1 18,3 2 25 4
K2 21,5 6 28,4 6
K3 12 3 18,5 3
K4 14 4 19,7 4
K5 13 4 17,1 4

4.2 Pembahasan

Hasil pengamatan pada kelompok 1, dengan menggunakan tanaman


monokultur jagung (Zea Mays) + minimum tillage + mulsa 50%, pada kelompok
1 menggunakan 6 sampel yang diamati, pada praktikum ini kami hanya bisa
mengamati dari tinggi tanaman tersebut yang dilakukan pengamatan selama 1
minggu sekali dan bisa dilihat pada Tabel 1. Hasil pengamatan kelompok 2,
dengan menggunakan tanaman monokultur kacang kedelai (Glycine max (L.)
Merr) + minimum tillage + mulsa 50%, pada kelompok 2 ini sampel yang
digunakan sebanyak 30 sampel tanaman yang diamati tinggi tanaman yang dapat
dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan pada kelompok 3, dengan menggunakan
tanaman tumpangsari jagung (zea Mays) dan kacang kedelai (Glycine max (L.)
Merr) + minimum tillage + mulsa 50%, pada kelompok 3 ini sampel yang
digunakan pada tanaman jagung (zea Mays) sebanyak 6 sampel sedangkan pada
tanaman kacang kedelai (Glycine max (L.) Merr) digunakan sebanyak 5 sampel
yang diamati tinggi tanaman yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Hasil
pengamatan kelompok 4, dengan menggunakan tanaman tumpangsari jagung (zea
Mays) dan kacang kedelai (Glycine max (L.) Merr) + intensif, pada kelompok 4
pada tanaman jagung (Zea Mays) menggunakan 6 sampel dan pada tanaman
kacang kedelai (Glycine max (L.) Merr) menggunakan 5 sampel yang diamati
tinggi tanaman yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

Menurut Doring, Heimbach, Thieme, Finckh, dan Saucke (2006)


menyatakan bahwa penggunaan mulsa dapat meminimalkan fluktuasi suhu tanah
dari siang dan malam hari serta dapat mengurangi evaposi tanah. Dengan suhu
tanah yang stabil maka oeganisme tanah yang menguntungkan dalam
pertumbuhan tanaman dapat optimal. Sofyan (2011) menyatakan bahwa sistem
pengolahan tanah minimum (dicangkul hanya sekali) menghasilkan permukaan
tanah yang relatif kasar dibandingkan tanah yang tidak diolah. Permukaan yang
kasar memberi kesempatan pada aliran per-mukaan untuk berinfiltrasi lebih
banyak yang pada gilirannya akan meningkatkan kandungan air tanah dan
menurunkan aliran permukaan. Pengolahan lahan secara intensif dalam jangka
panjang cenderung akan menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah yang menurun
juga akan menurunkan sifat fisik tanah. Oleh karena itu dibutuhkan pengolahan
tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanah. Pervaiz et al., (2009) menyatakan
bahwa Mulsa dan pengolahan tanah secara signifikan mempengaruhi sifat fisik
tanah dan pertumbuhan tanaman serta meingkatkan kadar air tanah, bahan
organik tanah, tinggi tanaman, hasil gabah padi dan penurunan kepadatan massal
dan kekuatan tanah. Sehingga dalam memperbaiki sifat fisik tanah dapat
dikombinasikan dengan aplikasi mulsa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Endriani (2010), bahwa pengolahan tanah minimum disertai penutupan mulsa
30% dan 60% dapat mem-perbaiki sifat fisika tanah, antara lain meningkatkan
kandungan bahan organik tanah, pori aerase dan pori air tersedia dibandingkan
pengolahan tanah konvensional, olah tanah intensif, dan tanpa olah tanah dengan
penutupan mulsa 30 % dan 60%.
Dalam praktikum ini banyak kendala yang kami alami, terutama dari
dampak pandemi Covid-19. Pandemi ini membuat seluruh kegiatan di Universitas
harus di berhentikan, sehingga akses untuk ke lahan praktikum cukup sulit dan
dibatasi. Selama pendemi kami hanya di perboleh kan 1 orang saja untuk melihat
lahan, sehingga berdampak kurang nya perawatan dan pengawasan lahan dari
serangan hama. Kami telah ber usaha untuk mengurangi serangan hama dengan
membuat paranet sekeliling lahan praktikum, namun paranet ini hanya mampu
menghalangi hama babi, ayam dan tikus untuk masuk, sedangkan hama monyet
tidak dapat di halangi. Dikarenakan sulit nya akses untuk masuk ke kampus,
mengakitbatkan kurang nya pengawasan pada lahan, pada bulan 4 pertengahan
kami melihat lahan kami telah habis diserang monyet, batang-batang jagung yang
telah tumbuh dipatahkan keseluruhan, tongkol jagung yang mulai ber isi dimakan
hama monyet. Jadi praktikum sebenarnya tidak laksankan sampai selesai namun
sampai sebatas pengukuran terkahir sebelum tanaman diserang hama monyet.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini, penggunaan mulsa 50 % berdampak baik untuk
mengurangi laju erosi pada lahan praktikum. Hujan yang jatuh tidak langsung
mengenai tanah, namun daya hancur air hujan terhalangi oleh adanya mulsa,
sehingga tanah tetap terjaga lapisan top soil. Tanaman kedelai juga berpengaruh
baik untuk tanaman jagung, dimana kedelai membuat persediaan nitrogen di
dalam tanah tetap terjaga, sebagai cadangan unsur hara bagi tanaman jagung.
Untuk pengolahan tanah minimum tillage belum saya lihat pengaruh yang nyata
perbedaan nya dengan pengolahan tanah intensif. Namun hasil dari dua
pengolahan tanah ini belum dapat dijadikan kesimpulan, dikarenakan pada
praktikum ini belum dilihat sampai hasil panen.

5.2 Saran
Pada praktikum ini harus di perhatikan sekali dalam hal penimbangan
mulsa, harus konsisten dalam penimbangan nya. nurut dengan asisten dosen
maupun dosen. Kemudian lakukan praktikum ini dengan sungguh-sungguh karena
sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri didalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwarudinsyah, M.J., Sukarna, Satsijati. 1993. Pengaruh tanaman lorong dan


mulsa pangkasnya terhadap produksi tomat dan bawang merah dalam
lorong. J. Hort. 3:7-12

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Baru. IPB Press, Bogor.

Doring T., Udo Heimbach, Thomas Thieme, Maria Finckch, and Helmut Saucke.
2006. Aspect Of Straw Mulching In Organic Potatoes-I, Effects On
Microlimate, Phytoptora Infestans, And Rhizoctonia Solani. Nachrictenbl,
Deut, Pflanzenschutzd. 58 (3):73-78.

Endriani. 2010. Sifat fisika dan kadar air tanah akibat penerapan olah tanah
konservasi.

Ghuman, B.S., H.S. Sur. 2001. Tillage and residue management effects on soil
properties and yields of rainfed maize and wheat in a subhumid
subtropical climate. Soil Till. Res. 58:1-10.

Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.


Kadarso. 2008. Kajian penggunaan jenis mulsa terhadap hasil tanaman cabai
merah varietas Red Charm. Agros 10:134-139.

Kartasapoetra, A.G, dan M.M Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan
Air. Jakarta: Rineka Cipta.
Pervaiz, M.A., Iqbal, M., Shahzad, K. and Hassan, A.U. 2009. Effect of mulch on
soil physical properties and N, P, K, concentration in maize (Zea mays)
shoots under two tillage systems. International Journal of Agriculture and
Biology 11: 119-124.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai