Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MANDIRI

FISIOLOGI BIJI
PENGARUH PERENDAMAN DAN MEDIA TANAM TERHADAP
PERKECAMBAHAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)
OLEH
KELOMPOK III
ANGGOTA : REINI
ASIH MAHARANI
ELVIRA

(1210423042)
(1210422026)
(121042
)

DOSEN MATA KULIAH : DR. SUWIRMEN, M.Si

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminoceae yang cukup penting di
Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun
ke tahun sedangkan luas panennya cenderung menurun (Marzuki dan Soeprapto,
2004).
Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan pangan,
pakan ternak, dan pupuk hijau. Dalam tatanan makanan sehari-hari, kacang hijau
dikonsumsi sebagai bubur, sayur (taoge), dan kue-kue. Kacang hijau merupakan
sumber gizi, terutama protein nabati. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram kacang
hijau yaitu kalori 345, protein 22 g, lemak 1,2 g, karbohidrat 62,9 g, kalsium 125 mg,
fosfor 320 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin A 157 SI, vitamin B1 0,64 mg, vitaminC 6
mg, air 10 g (Rukmana, 2004).
Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah
lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor antara lain keadaan biji (keadaan khusus yang menghambat
perkecambahan biji kacang hijau adalah tidak mempunyai endosperm sebagai
cadangan makanan pada awal perkecambahan biji), permeabilitas kulit biji, dan
tersedianya air di sekeliling biji (Abidin, 1991).
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh
benih adalah : sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang
tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi
tergantung pada jenis benih (Sutopo, 2002).
Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji kacang hijau
karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi penutup dan
pelindung embrio. Kulit biji berperan dalam menentukan derajat dan kecepatan
imbibisi air. Jumlah air yang diserap benih menentukan kecepatan berkecambah
benih. Hsu et al. (1983) melaporkan suhu, konsentrasi larutan, dan kadar air awal
benih berkorelasi kuat dengan laju penyerapan air maksimal pada biji kacangkacangan dan jaringan palisade menjadi faktor penentu permeabilitas kulit biji.

Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman


yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi
dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan
(Agustrina, 2008).
Sehubungan dengan lamanya waktu yang

diperlukan bagi biji untuk

berkecambah, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh


perendaman dan suhu perendaman serta media tanam terhadap perkecambahan benih
kacang hijau (Phaseolus radiatus).
1. 2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman dan

suhu

perendaman serta media tanam terhadap perkecambahan biji kacang hijau


(Phaseolus radiatus L).
1. 3 Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan pengaruh perendaman dan suhu perendaman serta media tanam
terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus L).
1. 4 Manfaat Penelitian
Penelitian berguna untuk mengetahui bagaimana pengaruh perendaman dan suhu
perendaman serta media tanam terhadap perkecambahan biji kacang hijau
(Phaseolus radiatus L).

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di
Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun
ke tahun sedangkan luas panennya cenderung menurun (Marzuki dan Soeprapto,
2004).
Adapun sistematika dari tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut :
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Rosales

Famili

: Papilionaceae

Genus

: Phaseolus

Spesies

: Phaseolus radiatus L.
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi

menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak


cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara
xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah
(Purwono dan Hartono, 2008).
Kacang hijau mempunyai batang yang berukuran kecil, berbulu, berwarna
hijau kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian
30 cm - 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk,
tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan
berwarna hijau (Rukmana, 2004).
Daun kacang hijau tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun
setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna
hijau muda hingga hijau tua. Letak daun berseling. Tangkai daunlebih panjang
daripada daunnya sendiri (Purwono dan Purnamawati, 2009). Bunga kacang hijau
berkelamin sempurna (hermaprodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning.
Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan
mekar dan pada sore hari menjadi layu (Rukmana, 2004).
Polong pada kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm

dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua
berwarna hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji (Marzuki dan Soeprapto,
2004). Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan
dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5 - 0,8
mg. Kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau taoge
(Purwono dan Hartono, 2008).
Syarat Tumbuh
Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama
hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter
di atas permukaan laut (Marzuki dan Soeprapto, 2004). Jumlah curah hujan dapat
mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim
kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah (Rukmana, 2004).
Tanaman kacang hijau termasuk tanaman golongan C3. Artinya, tanaman ini
tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Fotosintesis tanaman kacang
hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul 10.00. Radiasi yang terlalu terik
tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum
10 jam/hari (Purwono dan Hartono, 2008).
Tanah yang cocok untuk kacang hijau adalah tanah yang tidak terlalu berat,
yaitu tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Tanah dengan kandungan
bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun
dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air
tanahnya tetap terjaga dengan baik (Purwono dan Hartono, 2008). Kacang hijau
menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium,
dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya
(Marzuki dan Soeprapto, 2004).
Perendaman Benih Kacang Hijau
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan
benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah :
sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada
medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis

benih. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang
tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air (Sutopo, 2002).
Untuk menghasilkan perkecambahan yang optimum sebagian besar benih
membutuhkan media perkecambahan dalam kondisi kapasitas lapang. Tahap awal
perkecambahan tetap dapat berlangsung menggunakan air yang tersedia dari kondisi
kelembaban udara yang tinggi, meskipun kondisi ini tidak cukup untuk mendukung
terjadinya perkecambahan secara lengkap. Perkecambahan pada umumnya terhambat
apabila terlalu banyak air, hal ini disebabkan karena keterbatasan oksigen yang
tersedia (Direktorat Jenderal Pangan, 2005).
Air di dalam proses perkecambahan berfungsi untuk mencairkan zat-zat
makanan yang berada dalam keping biji yang disalurkan di dalam lembaga. Dalam
lembaga

telah tersedia bahan baku auksin dalam bentuk amino, yang dalam

perkembangan pertumbuhan kecambah berubah menjadi auksin. Penyebarluasan


auksin ke dalam tubuh kecambah akan berlangsung hingga ke pucuk akar. Untuk
kelangsungan penyebaran ini secara mutlak dibutuhkan cukup air, tanpa air
pertumbuhan kecambah akan gagal total (Rismundar, 1999).
Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses,
difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses
difusi yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang
interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman
inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses imbibisi juga
memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji
tanaman (Wachid, 2005).
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau
peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan
mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah
adanya gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang
diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung) antara komponen adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi (Gardner, 1991).
Imbibisi

menyebabkan

biji

mengembang

dan

memecahkan

kulit

pembungkusnya serta memicu perubahan metabolik pada embrio sehingga dapat


melanjutkan pertumbuhannya. Enzim-enzim akan menghidrolisis bahan-bahan yang

disimpan dalam kotiledon dan nutrient-nutrien di dalamnya. Enzim yang berperan


dalam hidrolisis cadangan makanan adalah enzim -amilase, -amilase dan protease
(Surya, 2010). Enzim -amilase mampu memecah pati menjadi dekstrin dan maltosa
yang diperlukan untuk pertumbuhan/perkecambahan biji. Aktivitas enzim -amilase
dapat ditingkatkan dengan proses perendaman selama pengecambahan (Abidin et al.,
2000).

III. METODE PENELITIAN


3. 1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2015 di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas andalas, Padang.
3. 2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Termometer, Bekker Glass,
Botol Plastik, Kamera, Hot Plate, Penggaris dan alat tulis lainnya. Adapun bahan
yang digunakan yaitu biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), tanah biasa dan tanah
pasir.
3. 3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangn Acak Lengkap (RAL) dengan faktor
Perendaman (Direndam air panas, air dingin dan tanpa perendaman), Media Tanam
(Tanah biasa dan tanah pasir). Adapun faktor yang diamati adalah waktu
perkecambahan, persentase perkecambahan dan tinggi perkecambahan.
3. 4 Prosedur Penelitian
Biji kacang hijau yang telah disiapkan direndam di dalam air panas (suhu 30 0C), air
dingin. Setelah itu, biji yang telah direndam air panas dan air dingin serta biji tanpa
perendaman ditanam di dalam media yang telah disediakan yaitu di dalam tanah
biasa dan tanah pasir. Setiap kombinasi perlakuan ditanam sejumlah 10 biji.
Setelah itu dilakukan pemeliharaan berupa penyiraman air dengan volume yang sama
pada setiap perlakuan. Selanjutnya dilakukan pengamatan selama 1 minggu
pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Waktu perkecambahan dan Persentase perkecambahan dari Phaseolus
radiatus selama 1 minggu pengamatan
Media
Tanam

Perlakuan
Air Panas

Tanah
Biasa

Air Dingin
Tanpa
Perendaman
Air Panas

Tanah
Pasir

Air Dingin
Tanpa
Perendaman

Ulangan

Waktu
Perkecambahan

Rata-rata
Tinggi

Persentase
Perkecambahan

1
2
1
2
1
2

1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari

6,1
15,2
17,7
16,5
14,7
16,7

30%
30%
70%
70%
50%
70%

1
2
1
2
1
2

1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
2 hari
2 hari

7,2
8,6
14,7
16,3
6,3
7,4

40%
30%
50%
50%
20%
30%

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah didapatkan dapat diketahui bahwa kacang
hijau (Phaseolus radiatus) dapat berkecambah di tanah biasa dan tanah pasir. Hal ini
sesuai dengan yang terdapat di literatur bahwa tanah berpasir juga dapat digunakan
untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap
terjaga dengan baik (Purwono dan Hartono, 2008).
Perkecambahan yang paling baik terdapat pada tanah biasa dimana persentase
perkecambahan pada tanah biasa lebih besar daripada persentase perkecambahan
pada tanah pasir. Hal ini disebabkan oleh tanah biasa mengandung unsur hara yang
lebih banyak dibandingkan dengan tanah pasir. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Purwono dan Hartono (2008) bahwa tanaman kacang hijau sangat
menyukai tanah dengan kandungan organik yang tinggi, tanah yang tidak terlalu
berat atau mengandung tanah liat. Kacang hijau menghendaki tanah dengan
kandungan hara

yang cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan

produksinya (Marzuki dan Soeprapto, 2004).


Kacang hijau yang ditanam pada tanah biasa, rata-rata kecepatan
berkecambahnya adalah satu hari dimana yang paling baik adalah kecambah yang

diberi perlakuan perendaman dengan air dingin. Tetapi pada tanah pasir, kacang hijau
yang diberi perlakuan perendaman terlebih dahulu sebelum ditanam menunjukkan
kecepatan untuk berkecambah yang lebih cepat dibandingkan dengan kecambah yang
tidak diberi perlakuan perendaman terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena air
merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan
benih (Sutopo, 2002). Air di dalam proses perkecambahan berfungsi untuk
mencairkan zat-zat makanan yang berada dalam keping biji yang disalurkan di dalam
lembaga. Tanpa air pertumbuhan kecambah akan gagal total (Rismundar, 1999).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa
kacang hijau memiliki tipe perkecambahan epigeal dimana hipokotil memanjang dan
menarik kotiledon ke atas permukaan tanah. Menurut Direktorat Jenderal Pangan
(2005), proses perkecambahan kacang hijau dimulai dengan mengimbibisi air
melalui kulit benih dan mikropil. Akar primer menembus kulit benih, memanjang
dengan cepat membentuk kecambah didalam tanah. Pada saat yang sama hipokotil
memanjang. Hipokotil terletak antara akar primer dan kulit benih masih di dalam
tanah. Untuk mencapai permukaan dibentuk sebuah lengkungan dan membantu
hipokotil menembus tanah. Kulit benih bias muncul ke permukaan tanah bersama
kotiledon, tapi seringkali kulit benih tertinggal dalam tanah dan kotiledon keluar
karena pemanjangan hipokotil lebih lanjut. Plumula dan daun primer terlindung
diantara kotiledon, setelah kotiledon muncul dari tanah hipokotil menguat epikotil
memanjang, kotiledon membuka dan daun primer mengembang. Di atas tanah
kotiledon menjadi hijau dan dapat melakukan fotosintesis, setelah daun pertama
mengembang, kotiledon akan lepas.

Gambar 1. Tipe perkecambahan epigeal pada kacang hijau


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kacang

hijau

yang

diberi

perlakuan

perendaman

menunjukkan

perkecambahan yang lebih baik dibandingkan kecambah tanpa perendaman.


2. Kecambah yang direndam air dingin menunjukkan persentase perkecambahan
yang lebih baik dibandingkan dengan kecambah yang direndam air panas dan
kecambah tanpa perendaman.
3. Kacang hijau yang ditanam pada tanah biasa tumbuh lebih baik dibandingkan
dengan kacang hijau yang ditanam pada tanah pasir.
5. 2 Saran
Adapun saran untuk penelitian berikutnya yaitu diharapkan untuk mengamati
perkecambahan dengan pengaruh suhu yang lebih bervariasi lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Bandung : Angkasa
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya
Berkecambah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Perbenihan.
Depok.
Gardner, F.P: R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan Diah, R.L dan Sumaryono. Ui Press. Jakarta.
Hsu, K.H., C.J. Kim, and L.A. Wilson. 1983. Factors Affecting Water Uptake by
Soybeans During Soaking. Cereal Chemistry 60:208-211.
Marzuki, A. R. dan Soeprapto HS., 2004. Bertanam Kacang Hijau. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismunandar. 1999. Hormon Tanaman dan Ternak. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R., 2004.
Yogyakarta.

Kacang Hijau: Budidaya dan

Pascapanen. Kanisius,

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


Wachid. M.2005. Optimalisasi Zat Gizi pada Proses Perkecambahan Pembuatan
Taoge
:
Kajian
Suhu
dan
Lama
perendaman.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/viewFile/67/68_umm_scien
tific_journal.doc. Malang

Anda mungkin juga menyukai