Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.2 Tujuan
1. Mengetahui gaya berkecambah dan kecepatan berkecambah suatu biji.
2. Mengetahui faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan biji.
3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap perkecambahan biji.
III.1 Perkecambahan
Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal
perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini,
embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami
sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar
biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah
membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam
bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji
karena [[sel {biologi)|sel]]-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini
murni fisik.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim
perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara
giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model
Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang
mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3),
FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya
(downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan
meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2,
GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses
perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin
(disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.[1]
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang
aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran
radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada
akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup
lunak bagi embrio untuk dipecah.
III.2 Botani Sengon (Albazia Falcataria)
Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili
Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa
nama daerah seperti berikut :
a. Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut,
atau sengon sabrang (jawa).
b. Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui
(Tidore)
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon
adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan
diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir.
Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat
jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas,
peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas
dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun
daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda
dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau
pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen
dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam
tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol
kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh
karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon
sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu
kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di
sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar
0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum
bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan
yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 –
12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan
jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Eudicots
(unranked): Asterids
Order: Lamiales
Family: Lamiaceae
Genus: Gmelina
Species: G. arborea
IV. 1 Tempat
Praktikum dilaksanakan di laboratorium silvikultur fakultas kehutanan
Universitas Kuningan.
IV.2 Alat dan Bahan
1. Media semai
2. Bak persemaian
3. Termometer
4. Biji sengon dan gemelina sebanyak 6 buah tiap jenis
5. Alat tulis
V.1 Hasil
Setelah diamati dalam 2 (dua) minggu, maka didapat hasil biji yang tumbuh
masing-masing sebagai berikut:
Selin itu kami mencatat suhu harian di lokasi praktikum antara pagi dan sore
dan didapatkan hasil sebagai beikut:
Rata-rata suhu hariannya adalah 28 Co pada pagi hari dan 31 Co pada sore hari.
Setelah pengamatan suhu, diamati pula bentuk dan gambaran pertumbuhan
kecambah yang mulai aktif selama dua minggu tersebut. Demikian adalah aktifitas
perkecambahan yang terjadi.
Minggu ke Sengon Gemelina
1 • Satu butir biji mulai • Pada Gemelina tidak tampak
menampakan perubahan yang berarti, selain
perkembangan pada warna biji yang semakin tua.
kotiledonnya. Biji yang
tumbuh ini mulai
memiliki akar seiring
sengan membelahnya
biji.
2 • Pada minggu ke-2 ini • Setelah diamati lebih
tampak pertumbuhan lanjut, tidak ada satupun
dari biji sengon yang biji Gemelina yang tumbuh
lain sebanyak 3 biji yang sampai minggu ke-2 ini.
menyusul tumbuh. Kondisi biji saat ini masih
Perkembangannya tidak berwarna tua, menampakan
jauh berbeda dari biji biji ini masih bisa tumbuh.
yang paling awal
tumbuh. Hanya saja dua
diantaranya belum
menampakan daun.
V.2 Pembahasan
Ada beberapa yang menjadi faktor penyebab kegagalan pada perkecambahan tanaman
Gemelina, yaitu diantaranya karena faktor benih itu sendiri. Namun ada beberapa hal juga
yang menjadi penentu kegagalan perkecambahan ini yaitu diantaranya:
1. Suhu harian; Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kita dapat melihat bahwa suhu harian
pada saat itu berkisar antara 28 Co pada pagi hari dan 31 Co pada sore hari dan
dapat dikatakan suhu saat itu sangat tinggi. Suhu mempengaruhi beberapa proses
fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan
nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro
tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah (STAF
LAB. ILMU TANAMAN 2008).
2. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya
berkisar antara 600 - 1000 lux . Perkecambahan dan inisiasi akar umumnya
dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah (Anonim 2003). Hal tersebut
berkaitan dengan kondisi tempat dan alur musim perkecambahan tersebut.
3. Dormansi biji; Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
* Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
* Proses respirasi tertekan / terhambat.
* Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
* Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika
masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh
keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan
kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Aldrich 1984).
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Perkecambahan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkecambahan
Jati putih
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Jati_putih
DITANAM..
[berakar, tumbuh dan buah]
Mazmur 92:1316; Mazmur 52:10
http://209.85.175.132/search?q=cache:vFQdFXq7bKYJ:www.gpdisingapura.org/do
wnloads/bc/2007-
Planted.pdf+FAKTOR+PERKECAMBAHaN&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id&client
=firefox-a
TROPIS. Muhammad Wiharto, Email: m_wiharto@yahoo.com