TINJAUAN PUSTAKA
Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah
suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk yang berasal dari Asia
tropik, ifik Barat Melinjo dikenal pula dengan nama melinjo atau bago (bahasa Melayu dan,
Khalet ( BahasaKamboja). Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau
pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya, melinjo berbentuk pohon.
Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah
dua dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi
terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan berbentuk oval
dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang
dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang
berdaging. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya
mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai
ketinggian 25 m dari permukaan tanah Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara
generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek).
Menurut Herbarium Medanense (2015), hasil identifikasi tumbuhan melinjo adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Gnetophyta
Kelas : Gnetopsida
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
banyak ditemukan di tanah-tanah pekarangan penduduk desa maupun penduduk perkotaan. Buah
melinjo yang masih muda kulit luarnya berwarna hijau, kemudian semakin tua warna kulitnya
semakin kuning dan berubah menjadi oranye, dan setelah tua sekali kulitnya berwarna merah tua
Biji melinjo terbungkus 3 lapisan kulit. Lapisan pertama, kulit luar yang lunak, lapisan ke
dua agak keras berwarna kuning bila biji muda, dan coklat ke hitaman bila biji tua dan lapisan
ketiga berupa kulit tipis berwarna putih kotor. Daging biji terletak di bawah lapisan kulit ketiga,
sebagai persediaan makanan, bagi lembaga biji bila akan berkecambah (Sunanto, 1991).
Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa panen buah melinjo
terjadi dua kali dalam setahun. Hasil panen melinjo berupa buah, bunga dan daun. Bunga dan
buah umumnya dikonsumsi sebagai sayuran. Panen buah melinjo untuk bahan baku emping
harus dilakukan setelah cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas
emping yang dihasilkan. Lain halnya dengan bunga dan daun melinjo untuk sayuran, justru
Melinjo dapat ditemukan di daerah yang kering sampai tropis. Untuk tumbuh dan
berkembang, melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi tinggi atau iklim khusus. Melinjo
dapat beradaptasi dengan rentang suhu yang luas. Hal inilah yang menyebabkan melinjo sangat
mudah untuk ditemukan di berbagai daerah kecuali daerah pantai karena tumbuhan ini tidak
dapat tumbuh di daerah yang memilik kadar yang tinggi. Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak
hanya dapat dijumpai dan beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah
Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang, seperti halnya
tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo yang tumbuh dari hasil
perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek, tidak berakar tunggang.
Batang
Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter. Bentuk
percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang pertumbuhannya
tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok selalu tampak lebih jelas. Sistem
percabangan yang demikian ini membuat perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.
Daun
Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm serta lebarnya 2-10 cm
dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi rata. Jenis daunnya tunggal dengan
Bunga
Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua, yaitu pohon melinjo
jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan, pohon betina hanya memiliki
bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga
betina sekaligus.
pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta. Sarcotesta
(kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah warna menjadi kuning dan
merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah) berwarna cokelat dan keras apabila biji telah
tua. Kulit yang keras dan kedap air ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan
biji. Sedangkan endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji
melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji masak dan jatuh
dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama, bisa mencapai setahun atau lebih.
Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah (Tim Penulis PS, 2000).
Varietas
Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk pohon, variasi bentuk
dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa varietas melinjo. Jenis tanaman
2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil ini meskipun
telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh cangkangnya tetap lunak
kepulauan Maluku
3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di hutan-hutan pantai
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo bercangkang keras,
perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh, bibit bermutu serta faktor
lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas
berdasarkan bentuknya yaitu varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani,
2011).
Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas, yaitu varietas kerikil (buah
bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan
varietas gentong (buah paling besar diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga
jenis melinjo tersebut, varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk
Syarat Tumbuh
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan berkapur. Walaupun
demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang
berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo didapatkan dari daerah pantai yang
berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut.
Di dataran rendah dan daerah pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan
dengan kelembaban tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan
musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di daerah
pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut daun so itu bila
Panen
Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah cukup umur karena biji
yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat
dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun.
Dalam hal ini, dikenal ada istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar
bulan MeiJuli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya disimpan
tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan mempengaruhi kualitas
Tim Penulis PS., 2000. Melinjo ; Usaha Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran.
Sunanto H. 1991. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Kanisius. Yogyakarta.