Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BOTANI

MORFOLOGI TUMBUHAN MONOKOTIL & DIKOTIL

DOSEN PENGAMPU : Ir. Lisa Mawarni, M.P

Ir. Meriani, M.P

Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.P

Disusun oleh:

Kelompok 3 (TEP-A) ;

Adrian Abimayu (170308007),

Elsaday Juditha Situmorang (170308032),

Vincent (170308069),

Risthu Mahendra (170308044),

Riki Jaswandi (170308005),

Firman Suranta (170308002 ),

Rizki Khairani Nasution (170308066),

Gatra Pratama (170308010),

Indra Soripada (170308033)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KETEKNIKAN PERTANIAN

2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Botani tentang Morfologi Tumbuhan Monokotil
dan Dikotil ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 5
April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….

1.3 Tujuan ……………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..

2.1 Tumbuhan Monokotil……………………………….

2.1.1. Tumbuhan Tebu……………………….

a. Klasifikasi Tumbuhan Tebu……………………..

b. Morfologi Tumbuhan Tebu……………………….

2.1.2. Tumbuhan Pinang Merah

a. Klasifikasi Tumbuhan Pinang Merah

b. Morfologi Tumbuhan Pinang Merah

2.2 Tumbuhan Dikotil………………………….

2.2.1. Tumbuhan Rambusa……..

a. Klasifikasi Tumbuhan Rambusa……..

b. Morfologi Tumbuhan Rambusa…..

2.2.2. Tumbuhan Sawo Kecik

a. Klasifikasi Tumbuhan Rambusa………..

b. Morfologi Tumbuhan Sawo Kecik………..

BAB III PENUTUP…..


DAFTAR PUSTAKA…………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Tumbuhan yang ada di dunia ini banyak macam dan jenisnya. Secara kasat mata, tumbuhan
dapat dibagi menjadi tumbuhan yang menghasilkan biji dan tumbuhan yang tidak menghasilkan
biji. Tumbuhan biji disebut juga spermatophyta yang dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbiji
tertutup (Angiospermae) dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Angiospermae sendiri
dibedakan menjadi tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan tumbuhan berkeping dua (dikotil).
Biji merupakan alat untuk melestarikan keturunan tumbuhan yang bersangkutan. Biji
biasanya dihasilkan oleh tumbuhan yang berbunga. Selain untuk perkembangbiakan, biji juga
merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan yang digunakan oleh organisme lain untuk
memenuhi kebutuhan makanannya.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa jenis tumbuhan monokotil dan ciri-cirinya?
2. Apa jenis tumbuhan dikotil dan Ciri-cirinya?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami tumbuhan monokotil dan dikotil
2. Untuk mengetahui dan memahami contoh, suku dan peranan tumbuhan monokotil dan dikotil.
I. Tumbuhan Monokotil

Pengertian tumbuhan monokotil adalah kelompok tumbuhan berkeping biji tunggal dan hanya
memiliki satu daun lembaga.

Ciri-ciri tumbuhan monokotil adalah kebalikan dari tumbuhan dikotil diantaranya :

 Berakar serabut.
 Ttulang daun berbentuk sejajar atau melengkung.
 Tidak memiliki kambium.
 Kelopak bunga berjumlah tiga atau kelipatannya.
 Batang beruas-ruas.
 Memiliki tudung akar.
 Akar dan batang tidak bisa tumbuh membesar.
 Berkas pengangkut pada batang dalam bentuk tersebar.

Dua contoh Tumbuhan Monokotil yang kami ambil Yakni :

1. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)

Klasifikasi tanaman tebu

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Tebu – Tebu ini memiliki nama latin atau ilmiah Saccharum
officinarum yang termasuk dalam famili Graminae ( suku rumpu – rumputan ) adalah salah satu
jenis tanaman semusim yang banyak di gunakan sebagai bahan utama penghasil gula. Tanaman
ini di perkiraan berasal dari India, namun ada beberapa pendapat tanaman ini juga berasal dari
Papua.

Tanaman tebu ini memiliki kandungan manis yang sangat tinggi, yang banyak di temukan pada
bagian batangnya. Tebu ini memiliki banyak jenis dan varietesnya mulai dari tebu kuning, tebuh
merah dan bahkan tebuh lainnya. Namun, berdasarkan pakar botani tanaman tebu ini dapat
diklasifikasi dan morfologi adalah sebagai berikut :

Klasifikasi tanaman tebu


Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembuluh )

Super divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )

Divisi : Magniliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Liliopsida ( berkepig satu / monokotil )

Sub kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum L

Morfologi tanaman tebu

Morfologi tanaman tebu ini dapat dilihat berdasarkan ciri – ciri tanaman diantara adalah :

1. Akar

Akar tanaman tebu berserabut, tunggang, dengan panjang 20-30 cm, berwarna keputihan kotor
hingga kecoklatan, dapat menembus permukaan tanah berkisar 20 cm bahkan lebih tergantung
dengan pertumbuhan.

2. Batang

Batang tanaman tebu bulat, berdiamater 4 – 10 cm, tumbuh tegak, berbuku – buku dengan jarak
3-5 cm, panjang batang tanaman ini mencapai 3-5 meter. Selain itu, batang tanaman tebu ini
memiliki perkulitan tebal, keras, dengan warna yang sangat beragam jenis mulai dari merah,
kuning dan juga keungguan.

3. Daun

Daun tanaman tebu termasuk daun tidak lengkap, karena terdiri dari pelepah dan beberapa
helaian daun. Selain itu, daun pada tanaman tebu tidak bertangkai panjang, namun langsung
daunnya memanjang dengan panjang 1-2 meter, daun ini juga memiliki garis – garis yang
memanjang, dan juga berbulu, biasanya daun ini tumbuh di bagian ketiak daun serta daun
tanaman tebu ini berwarna kehijauan muda hingga tua.
4. Bunga

Bunga tanaman tebu ini termasuk kedalam bunga majemuk, yang tersusun dari beberapa malai
yang terbatas. Bunga tanaman ini memiliki panjang sekitar 70-90 cm, dengan memiliki tiga daun
kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua kepala putik. Pada umumnya, bunga pada
tanaman tebu ini jarang kelihatan atau tampak karena bunga tanaman sangat rentan berguguran
atau berjatuhan keketika masih muda atau proses pertumbuhan.

2. PINANG MERAH

Pinang merah adalah sebutan umum bagi jenis palem hias yang memiliki kelopak berwarna
merah atau kemerahan. Nama ini sebetulnya diberikan kepada Areca vestiaria Giseke, namun
ternyata digunakan juga untuk palem merah.Palem Merah atau Pinang Merah (Cyrtostachys
renda) yang kemudian ditetapkan menjadi flora maskot provinsi Jambi adalah tanaman hias.
Dinamakan Palem Merah lantaran pelepah pinang ini berwarna merah menyala. Dan lantaran
warna merah pada pelepah daunnya itu Pinang Merah (Cyrtostachys renda) acapkali disebut
Pinang Lipstik.
Sayangnya keberadaan Pinang Merah di habitat aslinya makin terancam lantaran eksploitasi
besar-besaran untuk diperdagangkan sebagai tanaman hias. Palem ini pun termasuk salah satu
dari 14 jenis palem yang dilindungi di Indonesia.
Selain disebut Palem Merah tanaman ini juga dikenal sebagai Pinang Merah dan Pinang Lipstik.
Sedang dalam bahasa Inggris, flora identitas provinsi Jambi ini dikenal sebagai Lipstick Palm,
Scarlet Palm, Sealing Wax Palm, Red Palm, dan Sumatra Wax Palm.

Palem Merah tumbuh berumpun dengan tinggi berkisar antara 6-


14 meter. Diameter batangnya ramping dan tidak terlalu besar.
Daunnya berwarna hijau cemerlang, bersirip agak melengkung
dengan anak-anak daun agak kaku. Ciri khas jenis palem ini
adalah pelepah daunnya berwarna merah. Lantaran pelepahnya
inilah palem ini dinamai.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo :Arecales
Famili :Arecaceae
Genus :Cyrtostachys
Spesies :Cyrtostachys renda
MORFOLOGI PALEM MERAH/ PINANG MERAH
a. Batang
Pinang merupakan tanaman soliter (tumbuh secara individual), berbatang lurus dan mampu
mencapai tinggi 20 – 30 meter dengan diameter antara 25-30 cm. Batang pinang memiliki ruas
bekas daun (nodus) yang jelas dengan jarak antar ruas 15-20 cm, tergantung varietas. Makin
rapat jarak antar ruas batang makin baik .
b. Daun
Jumlah daun pinang bervariasi antara 7-10 helai. Daun pinang berbentuk menyirip majemuk
dengan panjang antara 1-1,5 m, memiliki anak daun (leaflet) berjumlah antara 30-50 pinak daun .
c. Bunga
Bunga pinang berumah satu, bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu rangkaian bunga
(inflorescence). Bunga betina terletak pada bagian dasar dari tangkai rangkaian bunga (spikelet),
sedangkan bunga jantan ukurannya lebih kecil, jumlahnya banyak dan terletak menyebar meluas
dari bagian luar sampai bagian ujung tangkai rangkaian bunga (Gambar 3). Baik bunga jantan
maupun bunga betina memiliki 6 petal, tetapi tidak memiliki tangkai bunga dan berwarna putih
susu. Bunga jantan memiliki 6 benang sari (stamen). Bunga betina berukuran panjang 1.3 – 2.0
cm dan lebih besar dari bunga jantan, memiliki 6 benang sari yang steril dan 3 indung telur
(ovary) yang memiliki stigma berbentuk segi tiga .
d. Buah
Buah pinang termasuk buah drupe (buah batu) karena lapisan bagian dalamnya atau endocarp
liat, tebal dan keras seperti batu; berwarna kuning sampai oranye pada saat masak. Pericarp
bersabut dengan ketebalan 5-6 mm. Biji berbentuk lonjong, bulat.
II. TUMBUHAN DIKOTIL

Pengertian tumbuhan dikotil adalah tumbuhan yang memiliki dua buah keping biji yang pada
tahap perkecambahan keping bijinya akan membelah menjadi dua daun lembaga.

Ciri-ciri tumbuhan dikotil adalah sebagai berikut :

 Berakar tunggang.
 Ttulang daunnya berbentuk atau berpola menjari atau menyirip.
 Memiliki kambium yang dapat tumbuh dan membesar pada bagian akar dan batang.
 Tidak mempunyai tudung akar yang akan melindungi akar.
 Kelopak bunga berjumlah dua, empat, lima, atau kelipatannya.
 Memiliki batang yang bercabang-cabang.
 Berkas pengangkut pada batang tersusun dalam bentuk lingkaran, serta tipe berkas
pengangkutnya kolateral terbuka.

1. Tumbuhan Rambusa (Passiflora foetida L)

Sistematika Bahan
Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Violales

Family : Passifloraceae

Genus : Passiflora

Spesies : Passiflora foetida L. ( nama latin )

Rambusa (nama daerah)


Morfologi Tumbuhan Rambusa

a. Akar

Akar rambusa (Passiflora foetida L.)termasuk ke dalam sistem perakaran serabut, akar rambusa
berwarna kuning kecoklatan dan akarnya tumbuh menjalar. Akar rambusa biasanya tumbuh
menjalar pada tanaman lain. Pada akar rambusa memiliki banyak percabangan dan banyak
terdapat bulu – bulu halus.

b. Batang

Batang rambusa (Passiflora foetida L.)tumbuh menjalar atau tumbuh memanjat, batangnya agak
lunak, berpenampang bulat dan di tumbuhi rambut-rambut yang rapat, panjangnya 1,5 – 5 m.
Duduk daun tersebar secara spiral, pada buku-bukunya terdapat sulur cabang pembelit untuk
memanjat.

c. Daun

Daun rambusa (Passiflora foetida L.) helai daun berbentuk hati dengan tiga tonjolan membulat
yang ujungnya runcing, tonjolan di tengah lebih besar, permukaannya berambut halus dan rapat,
ukurannya 4,5-14,5 cm panjang dan 3,5-13 cm lebar, tangkai daun berambut halus dan rapat,
panjangnya 2-10 cm.

d. Bunga

Bunga rambusa (Passiflora foetida L.) merupakan bunga tunggal yang tumbuh dari ketiak daun,
merupakan bunga sempurna (hermaprodit), helaian ganda, kelopak lonjong, berlepasan, ujung
membulat,panjang 2-3 cm, hijau, benang sari jumlah banyak, ungu, mahkota berlepasan, bentuk
oval, ujung membulat.

e. Buah

Buah rambusa (Passiflora foetida L.) merupakan buah buni, seluruhnya diselubungi oleh daun
pembalut yang menyerupai lumut, berbentuk bulat, warnanya hijau bercorak hijau tua dan merah
kuning bila masak, panjangnya 1,5 – 2 cm diameter 5-8 cm, permukaan licin. Sewaktu buah
masak setelah daun pembalut lepas.

f. Biji

Biji rambusa (Passiflora foetida L.) memiliki bentuk bulat pipih. Biji rambusa memiliki selaput
yang keras. Biji rambusa memiliki warna hitam. Biji rambusa di kelilingi oleh daging nya. Biji
rambusa tidak memiliki rambut-rambut atau bulu-bulu halus di seluruh permukaan bijinya.
2. Sawo Kecik (Manilkara kauki)

Klasifikasi tanaman sawo kecik,menurut Sugati dan


Johny (1991) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Manilkara
Spesies : Manilkara kauki
Sawo Kecik disebut juga sebagai Sawo Jawa. Sedangkan dalam bahasa Inggris, tanaman
yang mulai langka ini disebut sebagai Caqui dan Manilkara. Di beberapa negara lain disebut Khirni
(India), dan Lámút Sida atau Lámút Thai (Thailand). Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) Sawo
Kecik disebut sebagai Manilkara kauki yang bersinonim dengan Mimusops
kauki, dan Manilkara kaukii.
Sawo Kecik (Manilkara kauki) diperkirakan berasal dari India dan tersebar serta
dibudidayakan di kawasan Asia Tropis dan Amerika Tropis. Di Indonesia, Sawo
Kecik (Manilkara kauki) meskipun sudah mulai langka karena mulai jarang yang
membudidayakan namun masih dapat ditemui di seluruh Indonesia kecuali Kalimantan.
Di Yogyakarta, Sawo Kecik (Manilkara kauki) yang biasa disebut sawo jawa dijadikan tanaman
pertanda bahwa orang yang menanamnya adalah abdi dalem kraton. Bahkan di daerah Bali dan
Nusa Tenggara pohon langka ini ditemukan tumbuh liar di pesisir pantai yang beriklim kering
hingga daerah berketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut.
Sawo Kecik (Manilkara kauki Dubard) dari keluarga Sapotaceae. Tumbuhan ini
biasanyaberfungsi sebagai tanaman hias dan pelindung.Pohon yang mudah hidup di dataran rendah
hingga sedang.Sawo kecik pohon terpilih terbaik untuk tanaman hias, pelindung dan penjaga
kehidupan. Dijuluki sebagai pohon Prosperous, Providential danProgressive (Kemakmuran,
Keberuntungan dan Kemajuan)(Sari,2010).
Akar (radix) tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) termasuk akar tunggang,berwarna
coklat,dan perakarannya cukup kuat. Batang (caulis) tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki)
berkayu, keras,berwarna coklat kotor, tipe percabangannya adalah monopodial karena batang
pokok lebih besar dan lebih panjang sehingga tampak jelas dan dapat dibedakan antara batang dan
cabang-cabangnya. Menurut Tjitrosoepomo (1985), cara percabangan monopodial, yaitu jika
batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat
pertumbuhannya) dari pada cabang-cabangnya. Menurut Efrizal (2009) Pohon Sawo Kecik
(Manilkara kauki) berukuran sedang dengan tinggi mencapai 25 m. Diameter (garis tengah) batang
pohon Sawo Kecik mampu mampu mencapai 100 cm. Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibua.
. Daun-daun Sawo Kecik mengelompok pada bagian ujung batang. Daun (folium) Sawo
Kecik (Manilkara kauki) Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata Di permukaan
bawah daun Sawo Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru dengan tangkai daun
menebal, kuncup bunga Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk bulat telur. Bunga (flos) pada
tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) merupakan bunga majemuk, di ketiak daun(flos
axillaris), menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga sampai delapan, daun kelopak
bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar, mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning
mudah ukiran dan harganya mahal.
Buah Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang
,mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis namun mudah dikelupas,bila mask mempunyai
rasa yang manis dan kadang-kadang terasa sedikit agak sepat. Biji-biji buah Sawo Kecik
(Manilkara kauki) ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat
dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat,
tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah(mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan,
berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-
biji terletak bebas dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
buah Manilkara kauki merupakan buah sejati, tunggal, berdaging dan buni. Menurut
Tjitrosoepomo (1985), yang termasuk buah sejati tunggal yang berdaging umumnya tidak pecah
jika sudah masak,walaupun ada juga yang jika telah masak kemudian pecah, misalnya buah pala
(Myristica fragrans Hountt.). Sedangkan buah buni(bocca) adalah buah yang dindingnya
menpunyai dua lapisan ,yaitu lapisan luar yang agak menjangat atau kaku seperti kulit
(belulang)dan lapisan dalam yang tebal , lunak , dan berair, seringkali dapat dimakan. Biji-bijinya
terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu.
2.1 Habitus Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub.)
Habitus merupakan istilah biologi yang berarti tndakan naluriah (instinktif) hewan atau
kecenderungan alamiah bentuk suatu tumbuhan. Dalam botani,penggunan habitus lebih sering
dipakai untuk menggambarkan penampilan umum atau arsitektur suatu tumbuhan. Habitus
biasanya diperjelas lagi dengan suatuistilah morfologi penjelas atau kisaran ukuran yang dapat
dijumpai pada keadaan alamiah.
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub) berupa pohon karena tinggi tanamannya
lebih dari 2 meter. Menurut Laurie (1986) dan Djuwita (2007), tanaman pohon adalah jenis
tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan
yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah tanaman yang membentuk batang sekunder dan
jaringan xylem yang banyak. Namun demikian pengelompokan pohon lebih dicirikan oleh
ketinggian tanamannya yang mencapai lebih dari 8 meter.

2.2. Morfologi Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji Tanaman Sawo Kecik (Manilkara
kauki Dub )
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk mentukan apakah fungsi darimasing-masing
bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal
bentuk dan susunan tubuh yang demikian tadi.salain itu morfologi juga harus dapat menjawab
pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan yang
beraneka ragam itu (Tjitrosoepomo,1985).
2.2.1 Akar (Radix)
Akar adalah bagian pokok yang nomer tiga (di samping batang dan daun ) bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormus. Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub )
mempunyai jenis akar tunggang yang bercabang (ramosus). Menurut Tjitrosoepomo,(1985) akar
tunggang (Radix primaria),jika akar lembaga tumbuh terus-menerus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar kecil.dan akar pokok itulah yang disebut akar tunggang.
Sedangkan akar tunggang yang bercabang (Ramosus) adalah akar tunggang yana berbentuk
kerucut panjang.Tumbuh lurus kebawah,bercabang-cabang banyak,dan cabang-cabangnya
bercabang lagi,sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang,dan juga daerah
perakaram menjadi amat luas,hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
2.2.2 Batang (Caulis)
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan.Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan (Tjitrosoepomo,1985).
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) merupakan tumbuhan yang jelas
berbatang, batang (caulis) tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) berkayu(lignosus), keras dan
kuat,permukaan batang beralur (sulcatus) karena terdapat alur-alur yang jelas yang
memperlihatkan berkas-berkas daun penumpu dan lepasnya kerak (bagian kulut yang
mati),berbentuk bulat (teres),berwarna coklat kotor, arah tumbuh batang Tanaman Sawo Kecik
(Manilkara kauki) tegak lurus (arahnya lurus ke atas), tipe percabangannya adalah monopodial
karena batang pokok lebih besar dan lebih panjang sehingga tampak jelas dan dapat dibedakan
antara batang dan cabang-cabangnya.Menurut Tjitrosoepomo (1985), cara percabangan
monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang
(lebih cepat pertumbuhannya) dari pada cabang-cabangnya.
Cabang-cabang Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) merupakan sirung
pendek (Virgula atau Virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang
pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat
menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan Sawo Kecik disebut pula cabang yang subur
(Fertill). Sedangkan arah tumbuh percabangannya tegak(fastigiatus),dimana sudut antara batang
dan cabang mat kecil,sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke
atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokok.
Menurut panjang atau pendeknya umur tumbuhan, tanaman Sawo Kecik (Manilkara
kauki) tergolong tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur
sampai bertahun-tahun belum juga mati.Bahkan ada yang dapat mencapai umur sampai ratusan
tahun.

2.2.3. Daun (Folium)


Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan
memiliki sejumlah besar daun. Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) mempunyai daun yang
tidak lengkap,karena hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja.Daun-daun Sawo Kecik
(Manilkara kauki) mengelompok pada bagian ujung batang.
Tangkai Daun (Petiolus) merupakan bagian daun pendukung helaian. Tangkai daun pada
tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk pipih dan tepinya melebar (bersayap) dan juga
pada pangkal dan ujung tangkai daunnya menebal.
Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur sungsang, ujung daunnya berbentuk
tumpul (Obtusus),yaitu tepi daun yang semula agak jauh dari ibu tulang,cepat menuju ke suatu
titik pertemuan hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90’).Untuk Pangkal daun
(Basis folli) pada Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk meruncing (Acuminatus),yaitu biasa
pada daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip, bertulang daun menyirip
(Penninervis). Daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung,dan
merupakan terusan tangkai daun. Tepi Daun (Margo folli) Sawo Kecik(Manilkara
kauki) berbentuk rata(Integer).
Menurut dari bagian daging daun (Intervium) tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki,
memiliki daging daun yang bersifat seperti perkamen (Perkamenteus),tipis tetapi cukup kaku.
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki)mempunyai warna hijau yang sebagian besar dimiliki
semua daun pada umumnya yang berubah menjadi coklat apabila sudah tua, mempunyai
permukaan licin (laevis) dan kelihatan mengkilap (Nitidus). Di permukaan bawah daun Sawo
Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru.
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) termasuk tanaman yang berdaun majemuk
menyirip gasal (Imparipinnatus),yang menjadi pedoman ialah ada tidaknya satu anak daun yang
nenutup ujung ibu tangakainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan didapati bilangan yang
benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedangkan di ujung ibu tangkai terdapat anak
daunyang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih besar daripada yang lainnya)

2.2.4 Bunga (flos)


Bunga (flos) adalah bagian dari tumbuhan yang merupakan penjelmaan dari suatu tunas
(batang dan daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan
tumbuhan,sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya
dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan (Tjitrosoepomo,1985).
Bunga (flos) pada tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) merupakan bunga majemuk, di
ketiak daun (flos axillaris), berkelamin dua (hermaphroditus), daun kelopak (sepalae)
bulat,memiliki enam benang sari (stamen), putik (pistillum) menjulang ke luar, mahkota (corolla)
bentuk tabung.

2.2.5 Buah (fructus)


Sebelum mendapatkan buah atau hasil dari sebuah tananaman biasanya kita mengenal istilah
penyerbukan atau peristiwa jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Setelah penyerbukan terjadi pada
bunga dan kemudian akan di ikuti pula oleh pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi
buah dan bakal biji yang terdapat pada bakal buah akan tumbuh menjadi bakal biji. Pada
pembentukan buah, ada kalanya bagian bungan selain bakal buah ikut dan merupakn suatu bagian
buah, sedangkan umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan pembuahn bagian-bagian
bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur. Dengan putik sendiri dengan tegas disebut
hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala putiknya gugur pula seperti halnya
dengan bagian-bagian yang lain(Endry,2012)
Berdasarkan pengamatan, buah Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk bulat telur atau
bulat telur sungsang ,mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis namun mudah dikelupas,bila
masak mempunyai rasa yang manis dan kadang-kadang terasa sedikit agak sepat. Buah Manilkara
kauki merupakan buah sejati, tunggal, berdaging dan buni.
Menurut Tjitrosoepomo (1985), yang termasuk buah sejati tunggal yang berdaging umumnya
tidak pecah jika sudah masak,walaupun ada juga yang jika telah masak kemudian pecah, misalnya
buah pala (Myristica fragrans Hountt.). Sedangkan buah buni (bocca) adalah buah yang
dindingnya menpunyai dua lapisan ,yaitu lapisan luar yang agak menjangat atau kaku seperti kulit
(belulang)dan lapisan dalam yang tebal , lunak , dan berair, seringkali dapat dimakan. Biji-bijinya
terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu.
2.2.6 Biji (semen)
Biji (semen) bagi tumbuhanSpermatophyta, biji ini merupakan alat untuk
perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Denga
dihasilkanya biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya dan dapat pula terpencar ke lain
tempat. Semula biji itu duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni
(plancenta). Tangkai pendukung biji itu di sebut tali pusar (funiculus). Bagian biji tempat
pelekatan tali pusar dinamakan pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali pusarnya akan
terputus, sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya akan nampak jelas
pada biji (Endry,2012).
Biji-biji buah Sawo Kecik (Manilkara kauki) ini berwarna hitam. Dinding
buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit
luar (epicarpium),lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit
tengah (mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda sampai coklat
kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas
dalam mesocarpium.Sehingga termasuk buah buni.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tjitrosoepomo (1985), buah buni (bocca) adalah buah
yang dindingnya menpunyai dua lapisan ,yaitu lapisan luar yang agak menjangat atau kaku seperti
kulit (belulang) dan lapisan dalam yang tebal , lunak , dan berair, seringkali dapat dimakan. Biji-
bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu. Pada biji Sawo Kecik terdapat bagian-
bagiannya :
1. Kulit biji (Spremodermis)
Kulit luar (Sarcotesta),tebal berdaging masih muda berwarna hijau,kemudian berubah
menjadi merah.Dalam kulit luar biji Sawo Kecik juga terdapat pusar biji (Hilus),kelihatan kasar
dan mempunyai warna yang lebih gelap. kulit tengah (Sclerotesta),lapisan kuat dan
keras,berkayu,menyerupai kulit dalam (Endocarpium).Kulit dalam (Endotesta),tipis seperti
selaput dan melekat erat pada inti biji.
2. Tali pusar (Funiculus)
Tali Pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dangan tembuni,jadi merupakan
tangkainya biji.Jika biji masak,biasanya biji terlepas dari tali pusarnya (tangkai biji),dan pada biji
hanya tampak berkasnya yang dikenal sebagai pusar biji (pada kulit luar).
3. Inti Biji (Nucleus seminis)
Lembaga (embryo),yang merupakan calon individu baru. Putih lembaga
(albumen),jaringan berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan baru
(kecambah),sebelum dapat mencari makanan sendiri.

2.3 Manfaat dari Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub )


Meskipun Sawo Kecik merupakan pohon penghasil buah, namun tidak hanya buahnya saja
yang dapat dimafaatkan. Batangnya banyak dipergunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah
tangga, dan karya-karya seni seperti patung, ukiran, bahkan peralatan musik seperti rebana dan
badan biola. Pohon Sawo Kecik mampu tumbuh di daerah bertanah kurang subur bahkan mampu
berfungsi sebagai pohon perintis dan tanaman pemulih areal-areal yang kurang subur dan kritis.
Karena itu banyak yang menjadikan pohon Sawo Kecik sebagai batang bawah untuk okulasi atau
penyambungan dengan pohon Sawo Manila (Manilkara zapota).
PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah
ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak
berharap kepada para pembaca memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca
khusus pada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologiundip2012.blogspot.co.id/2012/12/morfologi-tumbuhan-sawo-kecik.html?m=1
https://karyatulisilmiah.com/taksonomi-dan-morfologi-pinang-merah-areca-cathechu-l/
http://www.biodiversitywarriors.org/isi-katalog.php?idk=1767&judul=Rambusa
http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-tebu/

Anda mungkin juga menyukai