Anda di halaman 1dari 10

Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90

J.Biol.Educ. 7 (1) (2018)


Jurnal Pendidikan Biologi
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe Pengembangan
Katalog Pteridophyte Curug Lawe
Petungkriyono sebagai Sumber Belajar untuk Siswa SMA
Destri Nurul Husna1✉Ngabekti, Sri1, Muhammad Abdullah2
Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel:
Diterima: Desember 2017 Diterima: Maret 2018 Diterbitkan: April 2018
82 Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai spesies pakis di Curug Lawe, kawasan Taman Hutan Tekno,
Petungkriyono; kemudian kembangkan katalog, selidiki validitas dan analisis efektivitas katalog sebagai sumber belajar Biologi
untuk siswa sekolah menengah atas. Penelitian dilakukan di Curug Lawe Petungkriyono sebagai tempat eksplorasi dan SMA N 1
Petungkriyono untuk uji validitas. Desain katalog menggunakan Sugiyono (2012) dan metode penelitian untuk efektivitas Kata kunci:
tes adalah One-Shoot Study Case. Objek penelitian adalah semua tanaman pakis yang ditemukan melalui cara pelestarian
Arthropod;
Curug Lawe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase validitas katalog oleh pakar dan biologi Kontekstual; Selebaran; ;
Hasil belajar
guru adalah 94,5%. Persentase ketuntasan klasikal siswa atas hasil belajar siswa adalah 78%, sedangkan persentase siswa tidak
tuntas adalah 22%. Rerata angket respons siswa setelah pembelajaran adalah 83% dengan kriteria sangat baik. Secara umum, guru
dan siswa memberikan respon positif dan sangat baik terhadap pembelajaran terapan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Katalog
Pteridophyte layak dan efektif untuk digunakan sebagai sumber belajar Biologi untuk siswa SMA.
© 2018 Universitas Negeri Semarang
✉ Alamat Korespondensi:
Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran Gunungpati Semarang
E-mail: destrinurul.husna@yahoo.com
p-ISSN 2252-6579 e-ISSN 2540-833X
Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90

PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan
juga sumber belajar dalam lingkungan belajar (Kemendikbud, 2016). Selain itu, peran guru dalam
pembelajaran juga membutuhkan sumber belajar. Hasil observasi awal menunjukkan sumber belajar yang
digunakan di SMA N 1 Petungkriyono masih terbatas pada buku teks dan salinan materi dari guru. Buku
cetakan yang digunakan masih didominasi oleh kata-kata dan sedikit gambar yang memberi kesan Biologi
terlalu banyak hafalan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sumber belajar yang menarik, seperti katalog.
Katalog adalah salah satu sarana informasi yang dicetak, online dan file yang menyajikan gambar.
Menurut Widalismana et.al (2016), penggunaan katalog dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan aktivitas dan pembelajaran siswa. Hilmi (2016) menyatakan bahwa penggunaan katalog
tanaman untuk mendukung kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna jika gambar yang digunakan
adalah gambar dari habitat asli sehingga lebih representatif.
Pencapaian tujuan pembelajaran Biologi adalah dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan
oleh guru. Proses pembelajaran melibatkan banyak komponen pembelajaran seperti guru, siswa, media
dan sumber belajar. Namun sejauh ini guru belum menggunakan sumber belajar secara maksimal.
Sumber belajar, yang digunakan oleh guru, terbatas hanya untuk siswa dan pemberian guru saja. Selain
itu, buku-buku Biologi di sekolah berisi deskripsi terlalu panjang dan gambar-gambar kecil yang memberi
kesan Biologi terlalu banyak hafalan. Buku itu belum memberikan gambaran nyata tentang objek yang
diteliti. Sumber belajar yang ada belum memanfaatkan sumber belajar potensial di sekitarnya.
Lingkungan adalah salah satu sumber belajar. Sumber belajar lingkungan sekolah dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran di luar kelas. Belajar di luar kelas bisa dilakukan di hutan, kebun,
taman, dan lainnya. Belajar di luar kelas dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa
jika terstruktur dengan baik, terencana dengan baik, diajarkan dengan baik, dan diikuti secara efektif
(Dillon et al., 2006). Kesulitan sekolah dalam mengatur pembelajaran luar adalah dalam penentuan
waktu karena itu membutuhkan waktu, biaya, transportasi, dan energi yang lama. Keterbatasan itulah
yang membuat guru lebih suka membawa benda-benda pembelajaran ke dalam kelas untuk kegiatan
belajar. Objek pembelajaran tanaman kuku adalah spesimen, gambar atau foto tanaman kuku yang
diawetkan sebagai sumber belajar yang diperoleh dari habitat aslinya.
Widhiono (2009) telah menjelajahi kekayaan biologis flora dan fauna di hutan lindung di kawasan
Taman Hutan Tekno, Petungkriyono. Salah satu hasil penelitiannya adalah ditemukan 19 spesies tanaman
kuku. Variasi tanaman kuku adalah salah satu lingkungan potensial yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar siswa. Sumber belajar dari pemanfaatan lingkungan sekitar diharapkan dapat meningkatkan
kemungkinan peserta didik terhadap lingkungan sehingga berdampak pada upaya bersama untuk
melestarikan lingkungan.
Curug Lawe adalah bagian dari kawasan Taman Hutan Tekno di Petungkriyono. Taman Tekno-
kehutanan Petungkriyono adalah kawasan hutan di Jawa Tengah yang berpotensi menjadi sumber
pembelajaran Biologi. Hal ini karena kawasan Taman Hutan Tekno Petungkriyono adalah salah satu hutan
terkecil di Jawa Tengah yang belum terfragmentasi dan digunduli menjadi lahan pertanian (Ranny, 2013).
Namun, potensi ini belum dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejauh ini.
Abdullah (2012) menyatakan bahwa sumber belajar yang cenderung dimanfaatkan adalah buku,
kertas, papan, peta, bola dunia, film, gambar, diagram, majalah, jurnal, dan surat kabar. Gambar adalah
salah satu sumber belajar yang sering digunakan karena gambar memberikan gambaran umum tentang
objek yang sedang dipelajari.
Menurut Widalismana et.al (2016) penggunaan katalog dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar. Katalog adalah salah satu sarana informasi yang dapat
dicetak,

83
Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90

online dan file yang menyajikan gambar. Hilmi (2015) menyatakan penggunaan citra asli dalam kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan representatif.
Berdasarkan pengamatan terhadap kebutuhan dan latar belakang di atas, diperlukan penelitian untuk
mengeksplorasi keanekaragaman pakis (Pteridophyta) di Taman Hutan Curug Lawe Techno-forestry
Petungkriyono sebagai sumber belajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Curug Lawe yang merupakan bagian dari kawasan Taman Hutan Tekno di
Petungkriyono sebagai area untuk mengumpulkan data varietas tanaman paku dan SMA N 1
Petungkriyono untuk uji efektivitas katalog. Penelitian ini dilakukan pada Mei – Desember 2017. Desain
penelitian untuk mengembangkan katalog mengadopsi desain R&D oleh Sugiyono (2012), sedangkan
untuk uji efektivitas menggunakan desain pra-eksperimental dengan studi kasus satu-shot. Uji keefektifan
dilakukan pada siswa kelas X MIPA SMA N 1 Petungkriyono.
Data yang dikumpulkan berupa data utama dan data pendukung. Data utama adalah berbagai spesies
tanaman kuku di kawasan Curug Lawe Techno-forestry Park Petungkriyono, hasil uji validitas oleh para
ahli materi, ahli media dan guru biologi serta hasil belajar untuk menguji efektivitas katalog. Data
pendukung adalah dalam bentuk lembar tanggapan (siswa). Pelajaran terapan di kelas didasarkan pada
sintaksis pendekatan pembelajaran Kooperatif.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah identifikasi tanaman kuku, penyajian analisis deskriptif
untuk validitas katalog dan keterbacaan katalog oleh siswa, analisis reliabilitas, daya pembeda, validitas
dan tingkat kesulitan siswa untuk analisis masalah dan analisis deskriptif persentase untuk data hasil
belajar siswa. .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Spesies Pteridophyte di Taman Tekno-kehutanan Curug Lawe


Petungkriyono
Tanaman paku yang ditemukan di Curug Lawe di kawasan Taman Technoforestry adalah 40 spesies
yang terdiri dari 3 kelas. Spesies yang diidentifikasi paling banyak adalah kelas Filicopsida. Berdasarkan
jenis spora yang diperoleh oleh pakis, pakis homospore didominasi. Homospore paku adalah tanaman
kuku yang menghasilkan jenis dan ukuran spora yang sama. Perbandingan persentase homospore,
transisi, dan heterospore disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Perbandingan homospore, transisi, dan heterospora diTeknologiCurug Lawe


kawasan TamanHutandi Petungkriyono

Berdasarkan habitatnya 70% dari tanaman paku yang hidup di daerah penelitian adalah paku
terestrial. Pabrik paku terestrial adalah paku yang suka tempat lembab, tanah berpasir dan tempat
terbuka

84
7.5% Heterospora
2.5%
Peralihan
yang
Homospora

90%

terpapar langsung ke matahari. Curug Lawe adalah bagian dari kawasan wisata alam Tekno-forestry Park Petungkriyono. T
Park Petungkriyono adalah kawasan hutan dingin dengan lingkungan lembab di mana tingkat kelembapannya 75,2% -98%
intensitas cahaya rendah yaitu 137,9 Lux-3440,8 Lux (RPKH Pekalongan Timur, 2003).
Kondisi lingkungan Curug Lawe yang lembab dan intensitas cahaya yang rendah menyebabkan beragamnya jenis tanaman
Lawe Petungkriyono. Tanaman kuku cocok di lingkungan yang lembab karena dalam siklus hidupnya membutuhkan air un
sperma masuk ke sel telur (Campbell, et.al, 2012).

Karakteristik Katalog Pteridophyte dari Curug Lawe Petungkriyono


Pteridophyta Katalog Curug Lawe Petungkriyono adalah sumber belajar sub materi Plantae Pteridophyta. Katalog berisi kea
spesies kuku yang diidentifikasi. Desain sumber belajar katalog dirancang dan disesuaikan dengan kompetensi dasar, indikat
kompetensi, dan karakteristik pembelajaran materi paku. Isi katalog menampilkan foto-foto dari setiap jenis tanaman kuku (Pter
didukung oleh nama umum, nama ilmiah, deskripsi, klasifikasi dan manfaat.
Sampul depan katalog Pteridophyte terdiri dari judul katalog, nama penulis, lembaga dan gambar salah satu pakis yang
Taman Hutan Tekno-hutan Curug Lawe di Petungkriyono. Sampul belakang terdiri dari judul katalog dan contoh salah satu
yang ditemukan. Sedangkan isi katalog misalnya, tinjauan umum tanaman kuku, cara identifikasi tanaman kuku, sampel kun
klasifikasi tanaman kuku, deskripsi pengumpulan data, berbagai bentuk dan lokasi sorus, kekayaan spesies tanaman kuku, co
data analisis fenetik pakis, contoh penyajian data analisis filogenetik tanaman kuku dan glosarium.
Katalog ini dirancang dengan sampul depan dan belakang yang menarik dan isinya berisi informasi baru untuk siswa. Itu
tampilan buku yang menarik, minat baca siswa juga dipengaruhi oleh penyajian informasi baru (Cambria & Guthrie, 2010). Pres
pada katalog diberi caption bagian tanaman. Gambar hasil pengamatan diberi caption untuk menambah pengetahuan dan
(Mustofa, M. et. Al. 2013). Pandangan Katalog Pteridophyte desain Curug Lawe Petungkriyono disajikan pada tabel 1. Va
Pteridophyte Curug Lawe Petungkriyono sebagai sumber belajar bagi siswa SMA.

Tabel 1 Tampilan Katalog Pteridophyte Desain Curug Lawe Petungkriyono


Sampul Depan Judul Halaman Isi
Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90
85

Sampul Belakang Judul Halaman Konten

Hasil validasi katalog adalah dilakukan oleh para ahli materi, ahli media, dan guru biologi. Katalog dinilai menggunakan stan
bahan ajar menurut BSNP 2016 yang mencakup 4 komponen kelayakan, yaitu konten, bahasa, presentasi, dan grafik. Pakar
komponen konten dan bahasa. Pakar media menilai komponen presentasi dan grafik. Guru biologi menilai semua komponen.
digunakan untuk merevisi kekurangan sehingga katalog tersebut layak digunakan dalam pembelajaran. Hasil validasi ditu
Gambar 2.

Gambar 2 Hasil Validasi Katalog Pteridophyte

Hasil validasi katalog kuesioner oleh pakar materi adalah 87,9%, sedangkan untuk koreksi dari ahli materi dapat dijelask
beberapa foto tanaman kuku bagian yang kurang jelas, sehingga perlu diperbesar agar terlihat jelas. Penulisan nama
(Pteridophyta) yang tidak sesuai dengan aturan penulisan nama ilmiah harus diperbaiki. Ada kurangnya konsistensi an
penggunaan katalog dan isi katalog juga. Selain itu, penyajian glosarium tidak berurutan, sehingga harus diurutkan dalam uru
Hasil validasi katalog oleh pakar media adalah 90%. Hasil koreksi ahli media dapat dijelaskan bahwa penulisan KD dan In
katalog harus tebal atau miring untuk dibedakan dengan yang lain sehingga mudah dibaca. Instruksi penulisan untuk menggu
akan lebih mudah dipahami ketika ditampilkan dengan grafik. Sebelum menunjukkan gambar spesies tanaman paku (Pter
baiknya memberikan pendahuluan, misalnya deskripsi kawasan Taman Technoforestry Curug Lawe sebagai tempat eksplorasi
(Pteridophyte).
Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90
Gambar 2. Hasil Validasi Katalog Pteridophyte

105.00%

100.00%

95.00%

90.00%

85.00% 85.00%

80.00%
Ahli Bahan Pakar Media Ahli Biologi Guru

86
Destri Nurul Husna, et al / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90
Hasil validasi oleh guru biologi adalah 100%. Hasil tanggapan guru biologi dapat dijelaskan bahwa bahan dalam katalog P
dikembangkan adalah baik. Sumber belajar yang dikembangkan telah memenuhi standar kelayakan bahan ajar sesuai dengan
layak digunakan sebagai sumber pembelajaran bahan pteridofit.
Validitas katalog yang dinyatakan oleh pakar materi, pakar media, dan guru biologi adalah 94,5% dengan kriteria yang sangat va
komponen kepraktisan, persentase penyelesaian konten adalah 91,1%, kelayakan bahasa 96,9%, kelayakan presentasi 100%
grafis 90%. Ini menunjukkan bahwa katalog yang dikembangkan layak digunakan sebagai sumber belajar untuk materi Biologi Pt
Keterbacaan Katalog Pteridophyte Curug Lawe Petungkriyono
Hasil respon siswa terhadap katalog tanaman paku (Pteridophyte) di Curug Lawe Taman Tekno-forestry area Petungkriyono dap
tabel 2.
Tabel 2 Tanggapan Siswa terhadap Pteridophyte Katalog No Pernyataan Skor Persentase 1 Layar menarik 4 78% 2 Komposisi wa
katalog 5 80% 3 Ukuran huruf dan huruf dalam katalog mudah dibaca 7 84% 4 Ada kesalahan ketik / pengetikan yang membuat katalog
Gambar / foto dalam katalog jelas dan mudah
70% 5 Bahasa yang digunakan dalam katalog mudah dimengerti 7 84% 6
4 78% Presentasi mate
dimengerti 7 Deskripsi gambar mudah dimengerti 6 82% 8 Istilah yang digunakan mudah dipahami 2 75% 9
menarik dan
8 86%
mudah dipahami 10 Instruksi studi jelas dan mudah dipahami 7 84% 11 Tujuan pembelajaran didefinisikan dengan jelas dalam
Hutan Tekno ry Park Petungkriyono membawa kembali 8 86% 13 Variasi tanaman paku di daerah sekitar lingkungan 1 91% 14 Bah
mudah dipahami dengan menggunakan katalog 8 86%
15
87 Lingkungan sekitar termasuk Taman Hutan Tekno kawasan Petungkriyono dapat digunakan sebagai sumber belajar bahan Pteridop
9 87%
16
Setelah mempelajari berbagai tanaman kuku (Pteridophyte) dan manfaatnya membangkitkan pentingnya melindungi lingkungan agar
hayati tetap ada
1 91%
17
Setelah mempelajari materi dalam katalog, didorong untuk melihat tanaman kuku (Pteridophyta) di sekitar rumah dan sekolah dengan m
langkah identifikasi.
7 84%
Sangat
Rata-rata 789 83% Kriteria
Tepat
Respon siswa terhadap katalog tanaman kuku (Pteridophyte) secara umum sebagai sumber bahan pembelajaran Pteridophyta dip
789 dengan skor maksimum adalah 952, sehingga diperoleh persentase rata-rata 83 %.
Pernyataan kesalahan pengetikan yang menyulitkan untuk membaca katalog mendapat persentase 70%. Berdasarkan hasil kuesi
kesalahan pengetikan atau pengetikan. Ini tidak tepat, karena katalog Pteridophyta hanya berisi kesalahan ketik 1%. Hasil
Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90

dari kuesioner 70% tulisan mungkin karena pernyataan "Ada kesalahan pengetikan / pengetikan yang membuat sulit untuk
"adalah satu-satunya pernyataan negatif dalam kuesioner. Ini menyebabkan kesalahpahaman pada siswa. Adams (2014) meny
persiapan instrumen yang kurang tepat seperti penempatan kata dapat menyebabkan penurunan pemahaman makna oleh s

Pteridophyte yang menghadirkan berbagai spesies pakis (Pteridophyta) diCurug Taman Tekno-hutanLawe di Petungkr
manfaat di beberapa bidang seperti kesehatan, ekonomi, dan makanan. Variasi spesies tanaman kuku harus dijaga agar man
diselamatkan. Keberadaan penyampaian pengetahuan kepada siswa yang menggunakan lingkungan sekitar diha
menumbuhkan kesadaran siswa. Menurut Ramadoss & Moli (2011), pembelajaran yang berasal dari lingkungan sekitar
membangun konsep yang komprehensif seperti pengembangan kognitif, afektif dan perilaku siswa. Perilaku bawaan siswa dih
mendorong siswa untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga potensi dan keanekaragaman spesies kuku lokal.

Efektivitas Katalog Pteridophyte Curug Lawe Petungkriyono


Pembelajaran menggunakan Katalog Pteridophyta Curug Lawe Petungkriyono telah dilakukan pada uji coba skala kecil di
SMA N 1 Petungkriyono dengan 14 siswa. Perbandingan siswa yang melengkapi dan tidak memenuhi kriteria ketuntasan minim
pada gambar 2.

GAMBAR 2. PERBANDINGAN KOMPLEEN KLASIK SISWA


Gambar 2 SiswaPerbandingan Kelengkapan Klasik Siswa

Berdasarkan hasil penyelesaian klasikal hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria yaitu persentase siswa tuntas adalah 78
belajar siswa dinilai dari LKS (Lembar Kerja Studnets) dan tes evaluasi. Bobot nilai untuk LKS adalah 1 dan tes evaluasi 2, de
ketuntasan klasikal siswa dapat terbantu oleh nilai LKS. Nilai LKS diambil dari hasil diskusi kelompok sedangkan tes dila
individual. Ada 2 siswa yang mendapat nilai tes di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimum) (di bawah 70), tetapi karena didu
LKS yang tinggi, siswa itu selesai.
Materi yang disajikan dalam katalog Pteridophyte didasarkan pada kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kom
belajar yang baik menunjukkan penguasaan materi yang baik. Selain itu, hasil belajar juga menunjukkan pemahaman siswa ten
penggunaan katalog, klasifikasi dan deskripsi tanaman kuku. Siswa juga memiliki pengamatan foto / gambar yang baik, sehingg
memahami materi yang disajikan dalam katalog dengan baik.
Kelengkapan klasik prestasi belajar siswa mencapai 78%, hal ini membuktikan lebih dari 50% siswa dapat menyerap pemb
menggunakan katalog dengan baik. Tetapi masih ada siswa yang belum

88
menyelesaik
an

% 22%
tidak 78%
menyelesaikan
Destri Nurul Husna, et al / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90

selesai; siswa yang tidak menyelesaikan karena beberapa faktor termasuk penggunaan bahasa, penggunaan istilah dan nama
tanaman kuku dalam katalog.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 22% siswa tidak memahami istilah yang digunakan dalam katalog. Penggunaan
tanaman paku dalam katalog juga memengaruhi nilai yang belum selesai bagi siswa. Nama ilmiah tidak dapat dihindari dalam
Biologi, guru dapat menerapkan beberapa metode yang dapat membantu siswa dalam mengingat nama ilmiah tanaman kuku
Beberapa metode yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa dalam mengingat nama-nama ilmiah termasuk meto
dan berulang. Metode mnemonik adalah metode menghafal menggunakan kombinasi singkatan. Metode lain yang dapat digu
metode pengulangan. Metode berulang dilakukan dengan mengulang nama ilmiah yang akan dihafal. Menurut Amri & Jafar
satu cara efektif yang dapat digunakan untuk menghafal nama ilmiah adalah dengan pengulangan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Katalog Pteridophyte Curug Lawe Petungk
dan efektif sebagai sumber belajar siswa SMA. Hasil uji validitas katalog oleh pakar dan guru Biologi sangat tepat dan ketun
siswa disahkan. Secara umum, guru dan siswa memberikan respons positif dan sangat baik terhadap pembelajaran
menggunakan Katalog Pteridophyte.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. 2012. Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar. Jurnal Imliah DIDAKTIKA, Vol. XII
No. 2, 216-231: 2012. Adams, WK, & CE Wieman. 2014. Pengembangan dan Validasi Instrumens untuk Mengukur Pembelajaran
Berpikir Seperti Pakar. Jurnal Internasional Pendidikan Sains, Vol. 33, No. 9, 1289-1312. Amri & J. Jafar. 2016. Analisis Kesulitan
Menghafal Nama-nama Latin di Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2014 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita
Muhammadiyah Parepare. Jurnal Biotek Vol. 4, No. 2. Cambria, J. & JT Guthrie. 2010. Memotivasi dan Melibatkan Siswa dalam Mem
NERA Jornal Volume 46
Nomor 1. Campbell, NA, JB Reece, LA, Urry, Kain ML, SA Wasserman, PV Minorsky, & RB Jackson. 2012.
BIOLOGI, edisi ke-8, jilid 2. Jakarta: Erlangga. Dillon, J., Rickinson M., Teamey K., Morris M., Choi MY, Sanders D., & Benefield P
Pembelajaran Luar Ruang: Bukti dari Penelitian di Inggris dan di tempat lain. Ulasan Sekolah Sains 87 (320): 107- 111. Hilmi. 2016.
Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Lantanida Jurnal, Vol.
4, No. 2. Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (SMA / MA). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mustofa, M., Ngabekti, S., & Iswari, RS 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Be
Observasi di
Taman Sekolah sebagai Sumber Belajar Sains. Jurnal Pendidikan Biologi Unnes, Vol. 2 No. 1. Perum Perhutani KPH Pekalongan
Rencana Pengelolaan dan Konservasi Hutan 2003-2008. Salatiga:
Bagian Prencanaan Hutan. Ramadoss, A. & GP Moli. 2011. Konservasi Keanekaragaman Hayati melalui Pendidikan Lingkungan
Pembangunan Berkelanjutan - Studi Kasus dari Puducherry, India. Jurnal Elektronik Internasional Pendidikan Lingkungan, Vol. 1, Ed
2011. Ranny, I. 2013. Habitat Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert) di Bukit Sirondo. Hutan Soko Kembang, Petungkriyono,
Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Gajah Mada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian dan Pengembangan
penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Alfabeta.

89
Destri Nurul Husna, dkk / Jurnal Pendidikan Biologi 7 (1) (2018): 82-90

Widalismana, M., Baedhowi, & H. Sawiji. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Katalog untuk Meningkatkan Hasil Be
pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal FKIP, Vol 1 no 2: 2016. Widhiono, I. 2009. Konservasi Kekayaan H
Petungkriyono Melalui Ekowisata (Konservasi Keanekaragaman Hayati Sisa-sisa Hutan Petungkriyono Dengan Ekowisata). Diakses
28 Maret 2017 20:41 WIB dari http://widhiono.wordpress.com/
90

Anda mungkin juga menyukai