Anda di halaman 1dari 22

PENGEMBANGAN BUKU SAKU BERBASIS KERAGAMAN JAMUR

MAKROSKOPIS DI AREA DANAU SARI EMBUN KABUPATEN TANAH LAUT

Muhammad Rio Fadil1, Aulia Ajizah2,Sri Amintarti3


Prodi Pendidikan Biologi ,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
1,2,3

Universitas Lambung Mangkurat,Jalan Brigjen Hasan Basri,Banjarmasin, Indonesia


*Email:riofadil24@gmail.com/Hp. 081255036706 / 085654849210

ABSTRAK

Jamur makroskopis yaitu jamur dengan tubuh buah yang relatif besar yang dapat diamati secara
langsung tanpa mikroskop. Paperback bersifat sistematis, terencana, dan dapat digunakan secara
mandiri. Berdasarkan keanekaragaman jamur makroskopis di kawasan Danau Sari Embung
Kabupaten Tanah Laut, penelitian ini mengeksplorasi spesies jamur makroskopis dan kesesuaiannya,
kelayakannya, keterbacaannya, dan respon siswa paperbacknya. Pengumpulan data spesies jamur
makroskopis dilakukan dengan target sampling. Pengamatan spesies jamur makroskopis diidentifikasi
dari literatur dan dikembangkan menjadi materi edukasi berbasis paperback berbasis keanekaragaman
jamur makroskopis kelas X SMA. Pengembangan paperback menggunakan model 4-D Thiagarajan
direduksi menjadi fase pemodelan yang terbatas dan sederhana. Hasil penelitian mengungkapkan 10
spesies jamur makroskopis. Buku saku jamur yang dikembangkan sangat praktis. Hasil tes bakat
dinilai dengan skor rata-rata 30 (sangat sesuai) dan tes kelayakan dengan skor rata-rata 30 (sangat
layak). Peserta memiliki skor rata-rata 17 (baik) pada tes keterbacaan, dan skor rata-rata tanggapan
siswa yaitu 45 (sangat baik).

Kata kunci : Pengembangan buku saku, jamur makroskopis, danau sari embun kabupaten tanah
laut, sangat layak
ABSTRACT

Macroscopic mushrooms are fungi that have relatively large fruiting bodies that can be
observed directly without the aid of a microscope. Pocket books are systematic, planned, and
can be used independently. This study aims to describe the types of macroscopic fungi and
their suitability, feasibility, legibility and student responses to pocket books based on the
diversity of macroscopic fungi in the Sari Embun Lake Area, Tanah Laut Regency. Data
collection of macroscopic mushroom types was obtained by purposive sampling. The results
of the observations of the types of macroscopic mushrooms were identified based on the
literature and developed into a teaching material in the form of a pocket book based on the
diversity of macroscopic mushrooms for class X SMA. The development of a pocket book
using a 4-D model by Thiagarajan is limited to a limited and simple Desimination stage. The
results found 10 types of macroscopic fungi, namely: Cookeina speciosa, Auricularia
auricular, Lentinellus sp., Geastrum saccatum, Microporus xanthopus, Formitopsis sp.,
Trametes gibbosa, Lentaria surculus, Dacryopinax spathularia, Pleurotus ostreatus. The
Fungi pocket book developed is very feasible to use. The results of the suitability test
obtained an average score of 30 (very suitable), the feasibility test obtained an average score
of 30 (very feasible). The readability test of participants obtained an average score of 17
(good) and student responses obtained an average score of 45 (very positive)

Keywords : Pocket book development, macroscopic mushrooms, Sari dew lake in Tanah Laut
district, very feasible,
PENDAHULUAN
Jamur yaitu heterotrof, tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu melakukan
fotosintesis, dan dapat menjadi parasit, saprofit, atau simbiosis (timbal balik) untuk
membentuk lumut kerak. Tubuh berbentuk hifa atau sel soliter (hifa digunakan untuk
menyerap makanan), sel eukariotik, dan dinding sel terbuat dari kitin atau selulosa.
Reproduksi yaitu vegetatif/aseksual dan reproduksi/seksual. Nutrisi oleh spora, tunas, konidia
dan fragmentasi. Produksi secara konjugasi membentuk zigospora, askospora, dan
basidiospora. Memiliki keturunan diploid yang pendek (berumur pendek). Menghuni tempat
lembab yang mengandung bahan organik, tempat asam lemah yang tidak terkena sinar
matahari. Berdasarkan bentuk tubuh buahnya, jamur dibedakan menjadi jamur makroskopis
dan jamur mikroskopis. Fungi makroskopis yaitu fungi dengan tubuh buah (fruiting
body/fruiting body) yang relatif besar yang dapat diamati secara langsung oleh mata tanpa
alat seperti kaca pembesar atau mikroskop (Herliyana, 2014). Keberadaan jamur makroskopis
mendukung aktivitas ekosistem hutan, yaitu sebagai dekomposer utama, proses dekomposisi
bahan organik mempercepat siklus ekosistem hutan (Ilmi, 2019). Kelestarian spesies jamur
di hutan dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Menurut Hawksworth dan Rossman (1997)
(dalam Herliyana, 2014), masih banyak spesies jamur makroskopis yang belum ditemukan di
hutan tropis dan habitat yang belum terjamah.
Banyak yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran: konsolidasi di bidang
teknologi, perbaikan proses dan model pembelajaran, penyederhanaan bahan ajar. Proses
pembelajaran berbantuan digital telah mentransformasi kegiatan pembelajaran khususnya di
perguruan tinggi dan perguruan tinggi., pada prakteknya proses pembelajaran yang
melibatkan teknologi masih kurang, sehingga interaksi antara pendidik dan peserta didik
dalam proses pembelajaran belum efektif. Melalui pengembangan media pembelajaran
seperti handout, booklet, brosur, paperback, buku ilmiah, buku IPA umum, ensiklopedia, dan
aplikasi berbasis Android, Anda dapat melakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap hasil belajar.
Sebagian besar pembelajaran yang berlangsung saat ini menggunakan perangkat
smartphone dan siswa sudah terbiasa menggunakan perangkat mobile (Fahreza, 2017). Siswa
dapat menggunakan smartphone mereka untuk memperoleh pengetahuan dan materi secara
efektif dan efisien. Guru sebagai pengajar dan penyedia sumber belajar memiliki akses ke
berbagai jenis sumber belajar melalui internet. Bagian dari sumber belajar pilihan yaitu
materi pendidikan. Materi yaitu kumpulan materi yang disusun secara sistematis yang
merepresentasikan kebutuhan kompetensi yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran
yang interaktif dan terpadu dengan multimedia (Sriwahyuni et al., 2019).
Jika Anda memiliki perangkat seperti smartphone atau komputer, Anda dapat
mengakses bahan ajar kapan saja, di mana saja. Paperback yaitu buku kecil dan ringan yang
dapat dimasukkan ke dalam tas, nyaman dibawa, dan dibaca kapan saja, di mana saja (Sari,
2016). Siswa cenderung menyukai bacaan yang menarik dengan sedikit penjelasan dan
banyak gambar dan warna. Warna dapat menjadi bagian dari bentuk komunikasi nonverbal
untuk menyampaikan pesan secara langsung dan lebih bermakna (Laksita et al., 2013). Saat
ini, hasil survei kebutuhan siswa menunjukkan maka siswa umumnya tidak memiliki
motivasi yang cukup dalam proses pembelajaran menggunakan buku teks. Pengembangan
presentasi diperlukan, seperti menambahkan gambar yang berwarna dan berkualitas tinggi
untuk memotivasi siswa untuk belajar. Paperback yakni bagian dari sarana yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran, dan karena proses pemberian materi dalam paperback
bersifat satu arah, maka dapat meningkatkan potensi siswa untuk menjadi siswa yang lebih
mandiri (Sulistiyani et al., 2013).
Menurut Sutopo (2012), beberapa keuntungan penggunaan media pembelajaran
dalam sistem buku yaitu (1) kemudahan; Pengguna dapat mengakses konten pembelajaran
dari mana saja, termasuk kuis, jurnal, dan game. (2) Kolaborasi. (3) portabilitas,
memungkinkan pembelajaran waktu nyata kapan saja; Penggunaan buku digantikan oleh
pembelajaran yang diatur dan ditautkan, (4) RAM yang kompatibel. Pembelajaran dirancang
untuk digunakan pada perangkat seluler. (5) Menarik. Pembelajaran yang dipadukan dengan
tampilan animasi menjadi lebih menyenangkan. Menurut Desa Bentok Darat, Kecamatan
Bati-Bati, Kabupaten Tanah, terdapat kawasan perkebunan karet yang cukup luas dan
kawasan danau yang kaya akan keanekaragaman flora dan fauna. Jamur makroskopis yang
mengandung flora ditemukan di kawasan danau Sari Embung. Bakteri yang dapat dilihat
dengan mata telanjang juga dapat terlihat di sekolah dan pemukiman tempat tinggal siswa,
sehingga menjadi lingkungan yang mudah diamati oleh siswa. Memiliki keanekaragaman
hayati jamur makroskopis di satu tempat yaitu kekayaan alam dan peluang lokal. Secara
historis, berdasarkan hasil wawancara,
Hasyiati (2019) mempelajari spesies jamur kayu dari daerah Pucok Krueng Alue
Seulaseh sebagai bahan ajar biologi kelas SMA Negeri 3 Aceh Barat Daya dan
menyimpulkan maka penggunaan bahan ajar tersebut efektif. Aroyandini et al., (2020)
mengeksplorasi keanekaragaman jamur di agrowisata Jejamuran dengan membuat media aria
jamur, modul, dan video edukasi yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran biologi
melalui karyawisata.
Nugroho et al., (2017) mengembangkan modul berbasis respon pada materi jamur
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA dengan hasil yang sangat
efektif dan praktis. Berdasarkan penelitian ini, peningkatan keanekaragaman makroskopis
jamur sebagai sumber pembelajaran, khususnya biologi materi jamur, menjadi sangat
penting. Berdasarkan hasil survey kebutuhan yang dilakukan pada siswa kelas X MIA
diketahui maka bahan ajar yang paling banyak digunakan yaitu poster dan video. Atau
kondisi aktual yang menyebabkan kebosanan. Saat menggunakan bahan-bahan ini.
Selanjutnya berdasarkan angket dari guru biologi tingkat MIA X, kami menemukan maka
perlu untuk mengembangkan bahan ajar jamur tingkat SMA X. Oleh karena itu, hasil
pengamatan jamur makroskopis yang ditemukan di lapangan dan pengamatan di laboratorium
akan diubah menjadi bahan ajar berupa paperback tentang jamur makroskopis di kawasan
Danau Sariyenbung Provinsi Tanaraut. Berdasarkan uraian tersebut, media pembelajaran
jenis paperback berbasis keanekaragaman jamur makroskopis di kawasan Danau Sariembung
perlu dikembangkan sebagai bahan ajar mikologi di SMA. Media pembelajaran ini
diharapkan dapat membantu siswa belajar dan mengeksplorasi jamur makroskopis kapan
saja, di mana saja, baik online maupun offline, serta membantu proses pembelajaran siswa
dan pendidik mencapai tujuan pembelajarannya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian pengembangan, Research and
Development. Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D oleh Thiagarajan
(1974). Model pengembangan 4D oleh Thiagarajan et al. (1974) yakni bagian dari jenis
model pengembangan yang dapat digunakan dalam mengembangkan media pembelajaran.
Dalam Thiagarajan et al. (1974) disebutkan maka model 4D memiliki empat tahapan utama
yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Langkah-langkah metode penelitian
pengembangan yang dilakukan sesuai alur 4-D yaitu: Define (pendefinisian) yang yakni
kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan produk apa yang nantinya akan dikembangkan
beserta spesifikasinya.Analisis Data dengan Uji KelayakanmUji Kesesuaian ,Uji
Keterbacaan dan Uji Respon Peserta Didik Terhadap Buku Saku

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Keragaman Jenis Jamur Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten
Tanah Laut
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Danau Sari Embun Kabupaten
Tanah Laut diperoleh sebanyak 10 Spesies jamur makroskopis yang berbeda. Melalui
deskripsi setiap jenis jamur yang ditemukan, proses identifikasi dan rujukan dengan
literatur diketahui jenis-jenis jamur yang ditemukan sebagaimana hasil pada tabel 1
Berikut: Tabel 1 Jenis-jenis jamur makroskopis yang ditemukan
No. Takson Nama Ilmiah Substrat/Habitat
1. Pezizales, Sarcosyphaceae Cookeina speciosa Batang lembab yang ditutupi serasah
2. Auriculariales,Auriculariaceae Auricularia auricula Batang pohon yang sudah mati
3. Russulales, Kayu lapuk yang ditutupi serasah
Lentinellus sp
Auriscalpiaceae
Geastrales, Di tanah yang ditutupi serasah bambu
Geastrum saccatum
Geastraceae
5. Polyporales, Microporus Batang pohon yang tertutupi serasah
Polyporaceae xanthopus
6. Polyporales, Batang pohon mati yang sudah
Formitopsis
Formitopsidaceae ditebang
7. Polyporales, Batang pohon yang sudah mati
Trametes sp
Polyporaceae
8. Gomphales, Tanah yang ditutupi oleh serasah
Lentaria surculus
Lentariaceae
9. Dacrymycetales, Dacryopinax Sisa-sisa kayu bakar yang telah lapuk
Dacrymycetaceae spathularia
10. Agaricales, Batang pohon manga yang mati
Pleurotus ostreatus
Pleurotaceae

Hasil pengukuran parameter lingkungan sebagai penunjang analisis deskriptif,


meliputi kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah, suhu udara, dan intensitas
cahaya matahari. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali yang dijabarkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2. Hasil pengukuran faktor lingkungan
No. Parameter Hasil pengukuran
Satuan Kisaran
lingkungan 1 2 3
1. Suhu ºC 29 30 29 29-30
2. Intensitas cahaya Lux 4280- 5770- 4190-9150 4190-
8260 15990 15990
3. Kelembaban udara % 76,2-76,9 80,3-80,8 75,8-80,6 75,8-80,8
Keasaman Tanah pH 6,5 6,7 6,8 6,5-6,8
5. Kelembaban Tanah % 100 84 93 84-100

2. Uji Kesesuaian Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur Makroskopis di Area


Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Tabel 3 Rekapitulasi Kesesuaian Buku Saku
Skor Rata-Rata
No. Aspek yang Dinilai
A1 A2 A3 Skor
1. Relevansi tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai 4 5 4 33
2. Bermakna bagi guru guna Tujuan pembelajaran 4 5 4 33
3. bermakna bagi peserta didik guna Tujuan pembelajaran 4 5 4 33
Sumber dari tujuan pembelajaran yang diturunkan jelas
5 5 4 67
(selain buku paket)
5. Tujuan pembelajaran ini sumber yang lain berasal dari
4 5 4 33
(selain buku paket)
6. Relevansi isi (konten) sesuai dengan tujuan pembelajaran 4 4 4 00
7. Secara lengkap dalam disajikan pada dalam teoritis 5 4 4 33
8. disajikan secara lengkap pada Definisi dan penjelasan 4 5 4 33
9. pada buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis
4 5 4 33
hasil penelitian Contoh-contoh disajikan
10. disajikan asli, mutakhir dan sesuai dengan kehidupan sehari-
4 5 4 33
hari dengan Contoh-contoh yang diberikan
11. Keahlian dari penulis pada mengembangkan buku saku
5 4 4 33
berbasis keragaman jamur makroskopis
Total Skor Akhir 47 52 43 47.33
Rata-Rata Skor Akhir 27 73 3.91 30
Skor Kesesuaian 30
Kesimpulan Skor Kesesuaian Sangat Sesuai
Keterangan: A1(Ahli 1),A2(Ahli 2),A3(Ahli 3)
Berdasarkan data pada tabel diketahui maka hasil uji kesesuaian mencapai
skor 30. berdasarkan tingkat kesesuaian yang diadaptasi dari Widyoko (2013) skor
kesesuaian mencapai sangat baik/sangat sesuai dapat digunakan tanpa perbaikan. Pada
tabel juga dapat dilihat aspekyang memperoleh skor terbesar terdapat pada aspek
sumber dari tujuan pembelajaran diturunkan dengan jelas sebesar 67 sedangkan aspek
yang mencapai skor terkecil yaitu relevansi isi (konten) sesuai dengan tujuan
pembelajaran sebesar 00.
Tabel 4.Hasil saran dan revisi pada Uji Kesesuaian Buku Saku
No Saran Revisi
1. Memperbaiki rumusan tujuan pembelajaran Mengganti rumusan tujuan pembelajaran sesuai
dengan konten buku saku
2. Memperbaiki kaidah penulisan nama ilmiah Penulisan nama ilmiah dan istilah asing sudah
dan istilah asing diperbaiki
3. Mengganti foto-foto yang tidak repsesetatif Foto-foto yang tidak representative sudah
dengan hasil pengamatan diganti
Mencantumkan sumber pada foto-foto yang Memberi sumber pada foto dari sumber lain
diambil dari sumber lain
Berdasarkan tabel dapat dilihat maka saran yang diberikan oleh ahli meliputi berbagai
macam aspek yang telah diperbaiki. Saran dan perbaikan dari ahli digunakan dalam
tahap revisi untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku saku menjadi lebih baik.
3. Uji Kelayakan Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur Makroskopis di Area
Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Tabel 5. Rekapitulasi Kelayakan Buku Saku
Skor
No Aspek yang Dinilai Rata-Rata Skor
A1 A2 A3
1. Kemasan buku-buku berdasarkan
4 5 4 33
keragaman jamur makroskopis
2. Tersedianya materi tambahan sesuai
5 5 4 67
kompetensi
3. Buku-buku yang dapat digunakan kembali
berdasarkan keragaman jamur 5 5 4 67
makroskopis
4 Kisaran materi pembelajaran terpenuhi 4 5 4 33
5. Alokasi waktu untuk penggunaan buku-
buku berdasarkan keragaman jamur 3 5 4 00
makroskopis tersedia
6. Buku saku makroskopis berdasarkan
keanekaragaman jamur dapat digunakan 5 4 4 33
secara mandiri
7. Rencana sesi buku-buku berdasarkan
keragaman jamur makroskopis disajikan 3 4 4 3.67
sepenuhnya sesuai dengan silabus
8. Panduan pengguna tersedia untuk
menggunakan buku-buku berdasarkan 4 5 4 33
keragaman jamur makroskopis
9. Buku-buku yang mudah digunakan
berdasarkan keragaman jamur 5 5 4 67
makroskopis
10. Kesederhanaan bahasa dan terminologi
dalam penggunaan buku-buku
4 5 4 33
berdasarkan keragaman jamur
makroskopis
11. Buku-buku berdasarkan keragaman
jamur makroskopis dapat diterima oleh 4 4 4 00
pendidik (guru/dosen).
Total Skor Akhir 46 52 44 47.33
Rata-Rata Skor Akhir 18 73 00 30
Skor Kelayakan 30
Kesimpulan Skor Kelayakan Sangat layak
Keterangan: A1 (Ahli 1), A2 (Ahli 2), A3 (Ahli 3
Berdasarkan tabel 7. diketahui maka buku saku yang dikembangkan termasuk
dalam kategori sangat layak sesuai dengan kriteria yang diadaptasi dari Widyoko
(2013). Dengan perolehan skor akhir sebesar 30 dengan aspek yang memperoleh skor
terbesar yaitu kemudahan penggunaan buku saku, aspek ketersediaan materi sesuai
dengan kompetensi, dan buku saku yang dokembangkan dapat digunakan berulang
kali sebesar 67. aspek yang mendapatkan skor terkecil yaitu jadwal pertemuan yang
disajikan dalam buku saku sesuai dengan silabus sebesar 3.67.
Tabel 6 Hasil saran dan revisi pada Uji Kelayakan Buku Saku
No Saran Revisi
1. Konsistensi tata letak penulisan isi Memperbaiki tata letak, ukuran dan jenis font
materi
2. Mencatumkan alokasi waktu dan Menambahkan alokasi waktu pada panduan eksplorasi
jadwal praktikum jamur makroskopis

Berdasarkan tabel 8 Dapat dilihat maka saran yang diberikan oleh ahli
meliputi berbagai macam aspek yang telah diperbaiki. Saran dan perbaikan dari ahli
digunakan dalam tahap revisi untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku saku
menjadi lebih baik
4. Uji Keterbacaan Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur Makroskopis di Area
Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Tabel 7.Tingkat kognitif peserta didik
KKM Sekolah Nilai Kuantitatif Indikator Jumlah Peserta didik
<70 Kurang -
70 < x ≤ 80 Cukup 3 orang
70
80 < x ≤ 90 Baik 3 orang
90 < x ≤ 100 Sangat Baik 3 orang
(sumber: diadaptasi dari Kemdikbud, 2019
Peserta didik menilai menggunakan buku saku yang telah dikembangkan dan
diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran dari ahli pada uji kesesuaian dan uji
kelayakan. Hasil dari keterbacaan yang telah dinilai oleh peserta didik dapat dilihat
pada rekapitulasi hasil keterbacaan buku saku di bawah ini
Tabel 10 Rekapitulasi Keterbacaan Buku Saku
No. Aspek yang Dinilai Rata-Rata Skor
A. Menyenangkan
Pembelajaran Buku-buku Menyenangkan Berdasarkan
1 44
Keanekaragaman Makroskopis Jamur
Baca Buku-buku Berdasarkan Keanekaragaman Jamur
2 00
Makroskopis
Buku tentang keanekaragaman makroskopis jamur
3 44
Sederhana dan mudah dipahami
B. Kegunaan
Empat buku catatan berdasarkan keragaman jamur
4 33
makroskopis meningkatkan pemahaman membaca siswa
buku-buku berdasarkan keragaman jamur makroskopis
5 33
dapat meningkatkan pemahaman membaca
C. Stimulasi
Buku-buku berdasarkan keragaman jamur makroskopis
6 44
dapat meningkatkan pengetahuan (kemampuan kognitif)
D. Kekuatan
Buku-buku berdasarkan keragaman jamur makroskopis
7 11
memotivasi siswa untuk belajar
E. Efektif
Buku saku berdasarkan keanekaragaman jamur
8 makroskopis dapat dicapai sesuai dengan tujuan 3.67
pembelajaran
Buku-buku Berdasarkan Keanekaragaman Jamur
9 Makroskopis Dapat Meningkatkan Hasil Belajar 11
F. Kejelasan
Sistem pembuatan buku-buku berdasarkan keragaman
10 3.56
jamur makroskopis jelas
Gambar buku-buku berdasarkan keragaman jamur
11 11
makroskopis dalam warna dan transparansi
G. Relevan
Isi Sumber Belajar Buku-buku Berdasarkan
12 00
Keanekaragaman Jamur Makroskopis Terkait Silabus
Materi pembelajaran Buku saku berbasis keragaman
13 11
jamur makroskopis berkaitan dengan kompetensi dasar
Topik/Pengembangan Materi Buku-buku Berdasarkan
14 44
Keanekaragaman Jamur Makroskopis pada Topik
H. Praktis
Buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis
15 67
sederhana, mudah digunakan kapan saja
Konsep yang disajikan dalam Buku saku berbasis
16 keragaman jamur makroskopis dapat dipahami dengan 00
baik
Bahasa yang digunakan dalam Buku saku berbasis
17 00
keragaman jamur makroskopis mudah dimengerti
I. Membantu
Buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis
18 menjadikan peserta didik lebih memahami tentang 44
konsep
Buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis
19 membantu dalam menambah minat belajar peserta didik 3.89
tentang konsep
J. Sesuai
Kombinasi huruf, warna dan gambar dalam Buku saku
20 3.89
berbasis keragaman jamur makroskopis sudah sesuai
Ilustrasi dalam buku-buku berdasarkan keanekaragaman
21 00
jamur makroskopis setelah membaca wacana/teks
K. Bermanfaat
Materi yang disajikan dalam buku-buku berdasarkan
22 berbagai jamur makroskopis berguna dalam kehidupan 3.89
sehari-hari
L. Baru
Desain buku-buku berdasarkan varietas jamur
23 00
makroskopis yang berwarna-warni dan unik
Materi yang disajikan Buku saku berbasis keragaman
24 11
jamur makroskopis mutakhir dan terkini
M. Kepentingan
Buku saku yang dikembangkan berdasarkan keragaman
25 jamur makroskopis penting untuk digunakan dalam 44
pembelajaran
Buku-buku dikembangkan berdasarkan bantuan
26 44
keragaman jamur makroskopis dalam pemahaman materi
N. Menarik
Buku-buku berdasarkan keragaman jamur makroskopis
27 33
memiliki penampilan yang menarik
28 Gambar yang disajikan berwarna-warni dan menarik 44
O. Efisiensi
Belajar Lebih Efisien dengan Buku Saku Berbasis
29 11
Keanekaragaman Jamur Makroskopis
Buku saku berbasis keanekaragaman jamur makroskopis
30 44
yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar
Total Skor 125.22
Rata-Rata Skor Keterbacaan 17
Kesimpulan Skor Keterbacaan Baik
Berdasarkan hasil keterbacaan peserta didik, disimpulkan buku saku yag
dikembangkan memiliki skor 17 dan tingkat keterbacaan berdasarkan Millah et al.,
(2012) pada kategori baik. Skor terbesar pada aspek kepentingan dengan rata-rata skor
44, sedangkan aspek dengan skor terkecil yaitu aspek kejelasan dengan rata-rata skor
3.83.
Tabel 9 Hasil saran dan revisi pada Uji keterbacaan Buku Saku
No Saran Revisi
1. Perhatikan kata-kata yang salah atau typo. Memperbaiki kata-kata yang salah
2. Terdapat beberapa kalimat yang tergabung dengan Sudah memperbaiki kata-kata yang
tanda baca. tergabung
3. Huruf, ukuran dan jenis font lebih baiknya di atur Huruf, ukuran dan gaya tulisan sudah
lagi agar variatif. divariasikan
Gambar lebih besarkan Gambar sudah diperbesar

5. Uji Respon Peserta Didik Terhadap Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur
Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Tabel 10. Rekapitulasi Respon Peserta Didik Terhadap Buku Saku
No
Pernyataan Skor
.
1 Membaca buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis 42
tidak membuang waktu saat belajar
2 Menurut saya buku saku jamur berbasis keragaman jamur 42
makroskopis ini untuk tingkat menengah
3 Buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis ini sangat 46
menyenangkan
4 Buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis dapat 67
digunakan secara mandiri
5 Buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis 79
memberikan pengalaman berharga dalam proses belajar
6 Saya lebih menyukai membaca buku saku jamur berbasis 33
keragaman jamur makroskopis dibandingkan membaca buku
pelajaran pada umumnya
7 Buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis ini cocok 42
untuk saya
8 Belajar dengan buku saku jamur berbasis keragaman jamur 42
makroskopis lebih menarik daripada kegiatan pada kelas
9 Saya belajar banyak hal yang berguna ketika membaca buku saku 50
jamur berbasis keragaman jamur makroskopis
10 Saya senang menggunakan buku saku jamur berbasis keragaman 21
jamur makroskopis dibandingkan sumber belajar lain
11 Pembelajaran dengan menggunakan buku saku jamur berbasis 58
keragaman jamur makroskopis membuat pembelajaran menarik
12 Buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis lebih baik 38
dari buku teks biasa
13 Jika saya seorang guru, saya akan menggunakan buku saku jamur 46
berbasis keragaman jamur makroskopis ini dalam pembelajaran
14 Saya suka menggunakan buku saku jamur berbasis keragaman 33
jamur makroskopis seperti ini
15 Saya bisa membaca buku saku jamur berbasis keragaman jamur 42
makroskopis dengan terus-menerus
16 Membaca buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis 25
dengan banyak gambar tidak menghilangkan makna materi tersebut
17 Belajar menggunakan buku saku jamur berbasis keragaman jamur 63
makroskopis dapat meningkatkan kemampuan belajar
18 Materi yang dipelajari dengan buku saku jamur berbasis keragaman 38
jamur makroskopis tidak mudah dilupakan peserta didik
19 Buku saku jamur berbasis keragaman jamur makroskopis 50
memberikan pengalaman belajar
Total Skor 854
Rata-Rata Skor Respon Peserta Didik 45
Sangat
Kesimpulan Skor Respon Peserta Didik
Positif

Berdasarkan hasil tabel uji respon peserta didik terhadap buku didapatkan
hasil akhir skor sebesar 45 dengan kategori sangat positif berdasarkan kategori
adaptasi dari Widoyoko (2020). Skor terbesar berasal dari pernyataan buku saku
membeirkan pengalaman berharga dalam belajar sebesar 79 sedangkan skor terkecil
berasal dari pernyataan peserta didik merasa senang menggunakan buku saku
daripada sumber belajar yang lain sebesasr 21.
Tabel 11. Hasil saran dan revisi pada Uji respon peserta didik terhadap Buku Saku
No Saran Revisi
1. Tampilan belakang buku saku kurag menarik Mendesain ulang tampilan belakang buku
saku agar lebih menarik
2. Beberapa gambar yang buram sebaiknya bisa Gambar yang kurang jelas diganti dengan
ditingkatkan lagi kualitas gambarnya gambar yang lebih jelas

6. Desiminasi Terbatas Untuk Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur


Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut di Kelas X
MIA 1 SMA Negeri 1 Karang Intan
Desiminasi pada pengembangan buku saku dilakukan secara terbatas pada
kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Karang Intan. Penyebaran buku saku menggunakan
media digital dalam bentuk PDF pada 24 orang peserta didik. Pada tahapan
desiminasi, peneliti melakukan secara sederhana dan terbatas. Tahapan pengemasan
dilakukan dengan mengirimkan berkas digital buku saku yang dikembangkan ke
peserta didik dan guru melalui aplikasi whatsapp dalam bentuk PDF.
Buku saku yang telah disebarkan tersebut digunakan dalam proses
pembelajaran singkat selama 30 menit oleh peneliti. Pada proses pembelajaran
tersebut peneliti melakukan demonstrasi untuk mengidentifikasi jamur dan
determinasi jamur menggunakan buku saku yang telah dikembangkan.

PEMBAHASAN
A. Keragaman Jenis Jamur Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten
Tanah Laut
Berdasarkan hasil pengambilan data penelitian pada tanggal 4 Februari 2022
dan 24-26 Maret 2022 di area Danau Sari Desa Bentok Darat Kecamatan Bati-Bati
kabupaten Tanah Laut diperoleh sebanyak 10 jenis jamur makroskpis, di antaranya:
1. Cookeina speciosa
Hasil penelitian Literatur
(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Cheype, 2018)
Gambar 1. hasil pengamatan dan literature Cookeina speciosa
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui jamur Cookeina speciosa
memiliki tudung buah (pileus) seperti corong/mangkuk. Pada sisinya terdapat bulu-
bulu halus yang cukup pendek dan ketika dipegang tekstur jamur ini cukup elastis dan
berdaging. Jamur ini memiliki himenium seperti jeli dan berwarna jingga terang
secara keseluruhan. Tangkainya berada di tengah-tengah tudung jamur dan berukuran
sama dari pangkal sampai ujungnya. Tangkai ini berwarna putih dan kecoklatan
semakin ke ujungnya serta menempel pada substrat secara langsung. Secara
keseluruhan bentuk tubuh buah jamur ini seperti corong/mangkuk dan ditemukan
pada substrat berupa kayu mati. Habitat jamur ini yakni pada hutan lembab.
2. Auricularia auricula
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Bjorns, 2018)


Gambar 2. hasil pengamatan dan literature Auricularia auricula
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui maka jamur ini memiliki bentuk seperti
kuping dengan permukaanya seperti jeli dan tekstur yang kenyal. Jamur ini berwarna
coklat kemerahan dengan tepi yang rata. Jamur ini menempel pada substrat dengan
menggunakan semacam tangkai yang sangat pendek serta sebagian lain yang diamati
ada yang tak bertangkai. Bentuk tubuh buahnya secara keseluruhan seperti kuping dan
hidup menempel pada batang pohon tua ataupun pada batang bambu yang telah mati.
Jamur ini umumnya hidup pada daerah lembab yang banyak terdapat pohon-pohon
mati.
Lentinellus sp
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Yunakov, 2020)


Gambar 3. hasil pengamatan dan literature Lentinellus sp
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui maka jamur ini memiliki
tudung buah (pileus) seperti kipas dengan permukaan yang kasar. Tekstur jamur ini
jika diraba terasa seperti beralur dan cukup berdaging. Warna tudung jamur ini krem
kecoklatan dan memiliki corak konsentris pada bagian pangkalnya serta tepi yang
bergelombang. Bentuk bilahnya berpori cukup rapat dan kecil-kecil terletak di bagian
bawah tudungnya hingga pangkal yang tampak.
3. Geastrum saccatum
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Peruca, 2013)


Gambar 4. hasil pengamatan dan literature Geastrum saccatum

Jamur yang memiliki bentuk unik seperti bintang ini memiliki warna kecoklatan
pada bagian tengahnya yang membulat sedangkan tepi-tepinya yang terbelah seperti
bintang memiliki warna yang lebih terang yakni putih krem. Jamur ini sering dikenal
dengan istilah jamur bintang bumi (Earthstar mushroom) yang yakni kelompok jamur
dari famili Geastraceae. Geastrum berasal dari kata geo yang berarti bumi dan Astrum
yang berarti bintang. Selain itu jamur ini juga disebut dengan istilah jamur perut
(stomatch fungi) karena perkembangannya yang serupa bola atau perut pada saat
muda. Perut atau bola ini nantinya akan terbuka dan menyebarkan spora (Putra, 2020)
4. Microporus xanthopus
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Wahyudi, et al., 2016)


Gambar 5. hasil pengamatan dan literature Microporus xanthopus

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui maka jamur Microporus


xanthopus memiliki bentuk tudung buah jika muda seperti corong yang belum
sempurna dan ketika dewasa berbentuk setengah lingkaran, permukaannya halus dan
tipis dengan warna coklat dengan motif konsentris yang bewarna lebih gelap dan
tepinya rata. Bentuk tangkai sangat pendek dan menempel langsung pada substrat.
Ditemukan di ranting pohon yang mati. Habitat dan cara tumbuhnya di hutan lembab
yang banyak terdapat kayu lapuk, hidup dengan menempel langsung pada kayu lapuk.
5. Formitopsis sp
Hasil penelitian Literatur
(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber:Kutoi, 2015)

Gambar 6. hasil pengamatan dan literature Formitopsis sp

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan jamur ini memiliki bentuk


seperti ginjal/kipas dengan ukuran besar. Permukaanya kasar dan bertekstur
keras serta tebal. Permukaan atasnya berwarna coklat muda dengan setiap
konsentrisnya berwarna coklat tua dan tepi rata serta berwarna putih sedangakan
permukaan bawahnya berpori dan berwarna putih. Jamur ini ditemukan pada batang
pohon dan umumnya hidup pada habitat hutan-hutan yang banyak terdapat pohon-
pohon besar.

6. Trametes sp
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Barres, 2014)


Gambar 7. hasil pengamatan dan literature Trametes gibbosa
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan jamur ini berbentuk seperti
ginjal/kipas dengan permukaan berkerut dan bertekstur keras. Warna permukaan
atasnya putih pucat sedangkan permukaan bawahnya berwarna lebih muda dengan
gurat-gurat seperti sidik jari. Jamur ini ditemukan tumbuh pada batang pohon dan hidup
pada habitat hutan dengan pepohonan yang cukup besar. Jamur Trametes gibbosa yakni
spesies dari ordo Polyporales yang memiliki bentuk setengah lingkaran dengan bagian
tepi tidak beraturan. Jamur ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dengan
membentuk zona. Jamur ini berwarna putih dan memiliki tangkai yang pendek dan
tidak berbau.
Lentaria surculus
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Kirk, et al., 2018)


Gambar 8. hasil pengamatan dan literature Lentaria surculus
Jamur Lentinus surculus yakni anggota family Lentariaceae yang memiliki
tubuh buah bentuk subiculum (koral) berwarna putih serta tubuh buah yang bercabang
dengan pertumbuhan ke berbagai arah menyerupai karang laut, permukaan tudung dan
bentuk lamella yang halus. Habitat jamur Lentaria surculus pada tanah lembab
7. Dacryopinax spathularia
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Amadej, 2008)


Gambar 9. hasil pengamatan dan literature Dacryopinax spathularia

Jamur Dacryopinax spathularia dikenal dengan sebutan “jamur jeli” karena


bertesktur kenyal atau secara etimologi disebut “tanduk lilin”. Tubuh buah berwarna
kuning menyerupai tanduk. Memiliki lebar 3 mm dan tinggi 1,6 cm (emberger, et al.,
2008). Mucnul secara berkelompok setelah hujan berupa kumpulan tubuh buah yang
licin dan berbentuk silinder denngan ujung bulat atau agakk tajam. Menyusut pada
cuaca kering dengan perubahan warna jingga. Bau tidak khas, tidak termakan karena
teksturnya, kurangnya rasa dan proporsi yang sangat kecil.
8. Pleurotus ostreatus
Hasil penelitian Literatur

(Dokumentasi penelitian, 2022) (Sumber: Kuo, 2015)


Gambar 10. hasil pengamatan dan literature Pleurotus ostreatus

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui maka jamur Pleurotus


ostreatus memiliki bentuk tudung buah setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung, berwarna putih hingga krem. Ukuran tangkai
sangat pendek dan menempel pada substrat secara langsung. Dietmukan di batang
pohon yang sudah mati.
Petumbuhan jamur juga dapat dipengaruhi oleh factor lingkungan. Factor
lingkungan yang mempengaruhiya yaitu kelembaban udara, suhu udara, intensitas
cahaya, keasaman tanah (pH), dan kelembaban tanah. Berikut yakni keadaan
lingkungan yang memepngaruhi keragaman jamur makroskopis di area Danau Sari
Embun kabupaten Tanah Laut:
1. Kelembaban udara
2. Suhu udara
3. Intensitas cahaya matahari
4. Keasaman tanah (pH)
5. Kelembaban tanah
Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban tanah ketika penelitian dilakukan
berkisar 84 – 100 %. Kelembaban tanah berhubungan dengan ketersediaan air pada
tanah sebagai tempat tumbuh jamur. Pada lokasi penelitian, danau Sari Embun selain
digunakan sebagi lokasi wisata, digunakan juga sebagai sumber air untuk mengairi
perkebunan karet di sekeliling danau. hal ini menyebabkan banyaknya kandungan air
pada tanah. Walaupun demikian, jamur yang ditemukan tumbuh langsung dari tanah
lebih sedikit karena berhubungan dengan factor lain sepeti pH dan ketersediaan
nutrisi. Menurut Khousma (2012) jamur dapat tumbuh pada kisaran kelembaban 70-
90%

B. Pengembangan Bahan Ajar Berupa Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur


Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Sub Konsep Jamur Makroskopis yakni bagian dari konsep yang tergabung
dalam konsep ciri-ciri ascomycotina dan basidiomycotina pada Bab Fungi yang
diajarkan di kelas X SMA pada semester ganjil. Materi yang diajarkan pada konsep
tersebut meliputi morfologi dan ciri jamur ascomycotina da basidiomycotina, daur
hidup jamur ascomycotina dan basidiomycotina, habitat dan peranan jamur
ascomycotina dan basidiomycotina serta peranan jamur ascomycotina dan
basidiomycotina (Kemendikbud, 2016). Pengembangan bahan ajar berupa buku saku
berbasis keragaman jamur makroskopis dilakukan berdasarkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi guru dan peserta didik terkait penggunaan bahan ajar
selama proses pembelajaran yang diketahui melalui kegiatan analisis.
Pengembangan bahan ajar berupa buku saku mengambil materi Fungi sub
konsep jamur makroskopis kelas X SMA yang didasari atas hasil analisis kebutuhan
di SMA Negeri 1 Karang Intan yang memerlukan suatu bahan ajar yang dapat
menampilkan gambar-gambar secara nyata di lingkungan sekitar ataupun dekat
dengan lingkungan tempat tinggal peserta didik. Berdasarkan hasil analisis angket
yang dilakukan kepada guru dan peserta didik diketahui maka dalam pembelajaran di
SMA Negeri 1 Karang Intan umumnya sudah dilengkapi dengan sumber belajar
seperti buku paket namun untuk penggunaan buku saku masih jarang dilakukan.
Selain itu peserta didik juga menyatakan maka mereka menginginkan adanya bahan
ajar yang dapat menampilkan keadaan dan contoh-contoh secara nyata. Hal ini
dibuktikan dari hasil angket sebanyak 68,4% peserta didik menyatakan memerlukan
sumber belajar yang menampilkan keadaan nyata karena mereka masih sangat jarang
belajar menggunakan bahan ajar yang menampilkan keadaan nyata tesebut. Pada
pembelajaran materi fungi mereka mengatakan maka kebanyakan masalah utamanya
yaitu belum ada contoh nyata di lingkungan sekitar pada sumber belajar mereka,
selain itu juga bahasa yang digunakan pada buku-buku paket biasa terkesan cukup
rumit dan materinya masih belum terstruktur, mereka juga mengatakan maka banyak
gambar yang kurang jelas dan masih belum banyak disertakan kegiatan untuk peserta
didik. Penggunaan bahan ajar saat ini seperti buku paket dan LKS tidak praktis
digunakan oleh peserta didik karena ukurannya dan kebutuhan yang terlalu umum.
Sehingga jika dikembangkan bahan ajar berupa buku saku yang memuat hasil
penelitian secara langsung, praktis digunakan dan tersepsifikasi peserta didik sangat
setuju.
Berdasarkan hasil angket kebutuhan guru oleh 1 orang guru mata pelajaran
Biologi di SMA Negeri 1 Karang Intan menyatakan jika dalam pembelajaran hanya
menggunakan handout dan video yang bersumber dari internet. Respon peserta didik
terkait sumber belajar masih terdapat kesulitan memahami materi diajarkan melalui
sumber belajar yang digunakan guru. Berdasarkan angket kebutuhan peserta didik
kelas X MIA SMA Negeri 1 Karang Intan menjawab sumber belajar yang paling
sedikit digunakan untuk mempelajari konsep Biologi Kelas X yaitu melalui buku saku
yaitu sebesar 12,3%. Peserta didik sebesar 87,7% menjawab memerlukan sumber
belajar berupa buku saku untuk menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
angket tersebut, maka perlu dikembangkannya buku pengayaan berupa buku saku
agar memudahkan peserta didik dalam memahami materi Fungi dengan baik. Menurut
guru Biologi SMA Negeri 1 Karang Intan, buku saku yang akan kembangkan
sebaiknya didalamnya diberikan materi jenis-jenis jamur yang dapat dimanfaatkan
dan dikenal luas oleh peserta didik. Berdasarkan respon peserta didik perlu adanya
pengembangan sumber belajar yang lebih menarik untuk menunjang pembelajaran
terutama sumber belajar yang berbasis potensi local.
Proses yang dilakukan pada tahap design tentunya berdasarkan atas materi-
materi terkait dengan materi Fungi yang telah disesuaikan dengan silabus materi kelas
X kurikulum 2013. Selain itu produk yang dikembangkan berbasis hasil penelitan
jamur makroskopis di area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut sehingga hasil
penelitian dimasukkan ke dalam buku saku tersebut. Buku saku ini kemudian
dirancang sedemikian rupa agar menjadikan buku saku tidak menoton dan mampu
menarik perhatian peserta didik untuk terus belajar. Proses perancangan dilakukan
dengan aplikasi Canva yang dapat diakses secara gratis. Hasil penelitian di lapangan
juga dimuat beserta hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium dan kemudian
disisipkan dalam materi pembelajaran didalam buku saku sehingga peserta didik dapat
terbawa seperti benar-benar telah melakukan penelitian.
C. Uji Kesesuaian Bahan Ajar Berupa Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur
Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Uji kesesuaian yakni langkah untuk mendeskripsikan objektivitas dan isi dari
bahan ajar berupa buku saku. Uji ini dilakukan oleh 3 ahli yang terdiri atas 2 orang
dosen pendidikan biologi FKIP ULM serta 1 orang guru mitra pengajar mata
pelajaran Biologi kelas X SMA Negeri 1 Karang Intan. Uji ini dilakukan dengan
mengisi angket kesesuaian berdasarkan produk yang telah dikembangkan. Uji
kesesuaian berguna untuk mengetahui hasil kesesuaian sumber belajar yang
dikembangkan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik
(Thiagarajan et al., 1974).
Proses penilaian kesesuaian yang dilakukan ahli meliputi 11 aspek yakni:
relevansi tujuan pembelajaran, kebermaknaan tujuan pembelajaran bagi guru dan
peserta didik, kejelasan sumber turunan tujuan pembelajaran, relevansi isi, penyajian
isi, definisi dan penjelasan yang disajikan, keaslian dan kemutakhiran contoh-contoh
yang disajikan, serta kemampuan penulis dalam mengembangkan buku saku.
Berdasarkan hasil skor uji kesesuaian pada Tabel 5. diketahui maka bahan ajar yang
dikembangkan sudah “Sangat sesuai”. Merujuk pada kriteria penilaian Akbar (2013)
maka Bahan Ajar berbasis Keragaman Jamur Makroskopis di Area Danau Sari
Embun Kabupaten Tanah Laut mendapatkan skor kesesuaian rata-rata 30. .dengan
kriteria “Sangat sesuai” dan dapat digunakan sebagai bahan ajar konsep fungi di
SMA. Hasil uji pakar buku saku yang dikembangkan dikatakan sangat sesuai setelah
sudah dilakukan perbaikan sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan oleh 3
validator.
Berdasarkan aspek-aspek kesesuaian yang dinilai, dikelompokkan menjadi
kesesuaian isi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian isi materi yang disajikan, dan
kesesuaian format standar buku saku. Kesesuaian isi dengan tujuan pembelajaran
terdiri atas aspek “relevansi tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai”, aspek
“tujuan pembelajaran bermakna bagi guru”, aspek “tujuan pembelajaran bermakna
bagi peserta didik”, aspek “relevansi isi (konten) sesuai dengan tujuan pembelajaran”.
Berdasarkan hasil perhitungan, secara berurutan menghasilkan skor 33, 33, 33, 00.
Hal ini menunjukkan maka produk bahan ajar berupa buku saku sudah memenuhi
kesesuaian berdasarkan Akbar (2013).
Aspek kesesuaian isi materi yang disajikan terdiri atas aspek “sumber dari tujuan
pembelajaran yang diturunkan jelas”, aspek “tujuan pembelajaran berasal dari sumber
yang lain”, aspek “isi teoritis disajikan secara lengkap” dan aspek “definisi dan
penjelasan disajikan secara lengkap”. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui secara
berurutan skor aspek tersebut 67., 33., 33., 33.
Teknik penyajian terdiri dari konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan dan
keruntutan konsep. Sistematika penyajian materi menjadi aspek yang penting dalam
penyusunan buku ajar, karena susunan materi yang runtut akan memudahkan untuk
memahami materi secara keseluruhan (Prasetyo & Pratiwi, 2017). Materi pendukung
Buku Saku sudah disajikan dengan materi yang lengkap dan runut. Selain itu, pada
Buku Saku yang disusun juga telah dicantumkan glosarium, apabila ada istilah atau
kata- kata yang sulit dipahami dan informasi tambahan untuk peserta didik.
Berdasarkan perhitungan, terdapat aspek yang tertinggi dan terendah. Pada aspek
dengan skor terbesar yaitu “Sumber dari tujuan pembelajaran yang diturunkan jelas”
sebesar 67., dan aspek dengan skor terkecil yaitu “relevansi isi (konten) sesuai dengan
tujuan pembelajaran” sebesar 00.
Aspek yang mendapatkan skor tekecil yaitu aspek “Relevansi isi (konten) sesuai
dengan tujuan pembelajaran”. Hal ini berarti buku dsku yang dikembangkan
dinyatakan belum maksimal dengan tujuan uji kesesuaian yaitu kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang baik yaitu media harus sesuai dengan
karakteristik berupa fakta, konsep, prinsip, prosedural atau generalisasi dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Asyhar, 2012).
D. Uji Kelayakan Bahan Ajar Berupa Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur
Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Uji kelayakan yakni langkah yakni langkah untuk mendeskripsikan media
pembelajaran berupa E-Booklet yang dikembangkan dapat digunakan dalam
pembelajaran Biologi. Sama halnya seperti uji kesesuaian, uji ini dilakukan oleh 2
orang ahli yaitu dosen pendidikan biologi FKIP ULM, serta 1 orang guru mitra
pengajar mata pelajaran Biologi kelas X SMA Negeri 1 Karang Intan. Uji ini
dilakukan dengan mengisi angket kelayakan berdasarkan produk yang telah
dikembangkan. Uji kelayakan berguna untuk mengetahui hasil kelayakan apakah
dapat digunakan sebagai sumber belajar (Thiagarajan et al., 1974).
Berdasarkan hasil dari uji kelayakan, produk buku saku yang dikembangkan
tergolong sangat layak dengan total skor rata-rata sebesar 30. skor ini menunjukkan
maka buku saku yang dikembangkan sangat layak digunakan sebagai bahan
pembelajaran pada Konsep fungi di SMA. Pengembangan sumber belajar
memerlukan evaluasi atau penilaian untuk mengetahui mutu dari sumber belajar
tersebut (Isnaini, 2014).
Buku saku ini dapat dikatakan snagat layak karena mulai dari sisi pengemasan
buku saku dikemas secara rapi dan bagian cover menggunakan kertas khusus cover.
Buku saku yang dikembangkan juga dapat digunakan secara mandiri karena petunjuk
penggunaan buku saku yang jelas, alokasi dan jadwal yang telah disajikan serta
penggunaan bahasa dalam buku saku yang tidak terlalu rumit (sederhana). Struktur
buku inilah yang kemudian membuat buku saku dapat mudah diterima bagi
penggunanya. Menurut Hamdani dalam Fajarini et al, (2016) struktur buku saku
sebagai bahan ajar sebaiknya dibuat sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan
peserta didik. Hal ini terlihat pada buku saku kebermanfaatan materi telah disesuaikan
dan dilengkapi dengan contoh gambar-gambar nyata yang ada di lingkungan.
Instrumen kelayakan terdiri atas 11 butir aspek penilaian yang meliputi
pengemasan bahan ajar, ketersediaan materi tambahan, bahan ajar dapat digunakan
berulang, ruang lingkup materi pembelajaran, alokasi waktu, bahan ajar dapat
digunakan secara mandiri, jadwal pertemuan, panduan penggunaan, kemudahan dan
kesederhanaan penggunaan bahan ajar serta penerimaan oleh guru dan peserta didik.
Berdasarkan tabel 7. didapatkan maka aspek yang mendapatka skor terbesar yaitu
aspek “ketersediaan materi tambahan sesuai dengan kompetensi”, aspek “ buku saku
berbasis keragaman jamur makroskopis dapat digunakan secara berulang” dan aspek
“kemudahan menggunakan buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis”
sebesar 67. aspek yang mendaptkan skor terkecil yaitu aspek “jadwal pertemuan
dalam buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis disajikan secara lengkap
sesuai silabus” sebesar 3.67.
Aspek “ketersediaan materi tambahan sesuai dengan kompetensi” memang yakni
bagian dari kelebihan dari buku saku ini. Berdsarkan silabus mata pelajaran biologi
kurikulum 2013. Materi fungi di SMA memuat materi jamur zygomycotina,
ascomycotina, basidiomycotina dan deuteromycotina. Aspek “buku saku berbasis
keragaman jamur makroskopis dapat digunakan secara berulang” dan aspek
“kemudahan menggunakan buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis” dapat
mencapai kriteria sangat layak karena buku saku dibuat dalam bentuk cetak dan dapat
dibagikan dalam bentuk file. Bahan ajar dalam bentuk buku memberikan kemudahan
bagi peserta didik untuk mengakses tanpa menggunakan internet. Selain itu bentuk
dari buku saku yang berukuran kecil dan mudah dibawa, memenuhi tujuannya untuk
digunakan ketika eskplorasi di lokasi penelitian atau lokasi yang serupa.
Aspek yang memiliki skor terkecil yaitu “jadwal pertemuan dalam buku saku
berbasis keragaman jamur makroskopis disajikan secara lengkap sesuai silabus”. Hal
ini juga yang disarankan ahli untuk ditambahkan agar buku saku lebih layak
digunakan oleh peserta didik. Menurut Mulyasa (2013) bahan ajar perlu ditambahkan
alokasi waktu da pnjadwalan pertemuan karena untuk mengetahui lamanya kegiatan
pembelajaran di kelas. Alokasi waktu yakni lamanya kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam kelas atau laboratorium yang dibatasi oleh kondisi alokasi
waktu ketat biasnaya dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan beberapa
program yang berbeda dalam jumlah waktu yang sama.

E. Uji Keterbacaan Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur Makroskopis di Area


Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Uji keterbacaan dilakukan oleh 9 orang peserta didik yang memiliki tingkat
kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kognitif ini didasarkan pada tabel 9. Uji
keterbacaan dilakukan dengan mengisi angket keterbacaan berdasarkan produk yang
telah dikembangkan dan diperbaiki sesuai saran dan masukan dari ahli pada uji
kesesuaian dan uji kelayakan. Peserta didik yang melakukan uji keterbacaan telah
menempuh bab Fungi. Uji keterbacaan berguna untuk mengetahui kemudahan dalam
membaca produk buku saku oleh peserta didik (Thiagarajan et al., 1974). Menurut
Asyhar (2012), uji keterbacaan dapat dilakukan dengan peserta 5 sampai 10 orang
peserta didik.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, produk buku saku berbasis keragaman Jamur
Makroskopis di Area Danau Sari Embun kabupaten Tanah Laut yang dikembangkan
tergolong baik dengan presentase keterbacaan 17. Hal ini menunjukkan maka secara
teknis produk buku saku yang dikembangkan baik untuk sebagai bahan ajar untuk bab
Fungi. Buku saku dikembangkan agar peserta didik dapat belajar dengan
menyenangkan karena banyak ditemukan adanya gambar-gambar. gambar-gambar
yang disajikan yakni gambar yang didapat secara langsung di alam, sehingga akan
menambah daya tarik peserta didik. Sistematika, warna dan tulisan disusun dengan
jelas dan mudah dipahami. Oleh karena itu, buku saku memiliki presentase
keterbacaan yang baik.
Terdapat perbedaan terhadap peserta didik dalam memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dari 1-5, hal tersebut karena setiap peserta didik memiliki
pandangan dan selera yang berbeda-beda terhadap buku saku elektronik yang
dikembangkan, hal ini menggambarkan maka peserta didik memahami dan mengerti
tentang materi yang disajikan dalam buku saku elektronik sehingga secara
keseluruhan dapat digunakan sebagai penunjang pada mata pelajaran Biologi di SMA.
Diadaptasi dari Triyanti (2015), mudah tidaknya peserta didik memahmi bahan
ajar dilakukanlah uji keterbacaan yang meliputi 4 aspek penilaian, yaitu kelayakan
kegrafisan, kelayakan isi, kelayakan kebahasaan dan kelayakan navigasi.
Secara keseluruhan untuk aspek efektif, praktis, dan efisien secara berturut-turut
mendapatkan skor 3.89., 22., 28. Syahroni et al. (2016) menyatakan maka buku saku
yakni buku yang sederhana dan dapat dibawa kemana-mana, berisikan informasi
berupa teks atau gambar yang digunakan tidak hanya untuk pembelajaran formal,
namun juga dapat digunakan untuk pembelajaran-pembelajaran lain. Dengan
demikian, buku saku elektronik dapat menjadi solusi sebagai media pembelajaran
yang tepat untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Aspek menyenangkan, stimulus, kekuatan motivasi, membantu dan menarik
secara berturut-turut mendapatkan skor 30., 4, 11., 17. dan 39. Hal ini menandakan
maka secara keseluruhan tampilan buku saku dinilai dengan baik. Sitepu (2012)
menyatakan maka daya tarik sebuah buku tidak terlepas dari aspek grafis, seperti
desain/tata letak, jenis dan bentuk huruf, penggunaan warna, dan ilustrasi yang
digunakan. Bahan ajar yang menarik yaitu bahan ajar yang dapat menciptakan suatu
pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat membantu peserta didik dalam
memahami suatu konsep dan materi pembelajaran. Isi dalam buku saku hendaknya
berisi materi yang mudah dipahami dan dapat memberikan motivasi belajar serta
mendorong peserta didik agar bisa belajar secara mandiri. Motivasi belajar dan minat
peserta didik akan meningkat ketika peserta didik menggunakan sumber belajar yang
sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Bahan ajar yang menarik akan mendorong
peserta didik untuk mempelajari materi dengan lebih baik (Bahtiar, 2015)
Kelompok aspek baru, sesuai, relevan, dan kejelasan secara berturut-turut
mendapatkan skor 06., 3.9, 19., 3.83. Hal ini menandakan maka isi materi yang
disajikan dalam Buku Saku mudah dipahami dengan baik oleh peserta didik dan
materi pada Buku Saku telah sesuai dengan kompetensi dasar. Bahan ajar yang baik
harus dapat memenuhi syarat sebagai bahan ajar pendamping sebagai penunjang
peserta didik dalam proses pembelajaran (Wulandari & Purwanto, 2017). Kelompok
aspek kepentingan, kebermanfaatan, dan kegunaan.secara berturut-turut mendapatkan
skor 4, 3.89., dan 33. hal ini menandakan peserta didik membutuhkan pengembangan
buku saku ini untuk dijadikan bagian dari sumber belajar ketika proses pembelajaran
dilakukan. Menurut Zaini., et al., (2020) pengembangan bahan ajar hendaknya
didasarkan pada pendapat peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Pengembangan buku saku dalam bentuk cetak dan
disebarkan secara digital memicu kemampuan kognitif peserta didik, hal ini
didasarkan oleh Sujarwo, et al., (2017) yang menjelaskan maka kemampuan kognitif
peserta didik mengacu pada cara peserta didik melihat, memperhatikan, mengingat,
berpikir dna memahami pelajaran. Pada buku saku disematkan cara identifikasi yang
memicu peseta didik untuk memperhatikan dan berpikir kritis untuk mengidentifikasi
jamur yang ditemukan di lokasi penelitian atau lokasi serupa.
Buku saku yang dikembangkan masih dalam kategori baik karena masih ada
beberapa masukan dari peserta didik yang belum dapat dipenuhi ketika uji
keterbacaan dilakukan. Dilihat pada tabel 10. aspek kejelasan mendapatkan rerata
skor paling kecil yaitu 3.83. menurut peserta didik buku saku yang diujikan masih
lemah dalam hal kreatifitas penyajian serta belum dapat menyajikan gambar-gambar
yang berkualitas untuk memperjelas materi pada buku saku. Hal ini menjadi
kelemahan dalam produk untuk diperbaiki sebelum memasuki uji respon peserta
didik.
Aspek dengan skor terbesar dilihat pada aspek kepentingan sebesar 4 hal ini
sejalan dengan keinginan peserta didik yang ingin diadakannya kegiatan langsung
mengamati di lingkungan sekitar. Buku saku yang dikembangkan pun memuat
pembelajaran yang mengaitkan materi dengan situasi nyata dan mendorong hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki, sehingga dapat diterapkan pada kehidupan sehari-
hari (Lepiyanto & Pratiwi, 2015).
F. Uji Respon Peserta Didik Terhadap Buku Saku Berbasis Keragaman Jamur
Makroskopis di Area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
Siswa paperback dimodifikasi dari tes keterbacaan sebelumnya sesuai dengan
saran dan masukan siswa. Kuesioner didasarkan pada adaptasi Thiagarajan et al.
(1974), berisi 19 pernyataan dalam skala Likert dari 1 sampai 5. Siswa yang
mengikuti tes paperback response sebanyak 24 siswa kelas X MIA 1. Ini terdiri dari
proposal dan masukan untuk uji kesesuaian, kelayakan dan keterbacaan. Menurut
Fuad, dkk., (2020), Student Response Test digunakan untuk mengetahui apakah
materi praktikum yang digunakan. Mukholifah, et al., (2019) menemukan bahwa
lembar validasi angket respon siswa terdiri dari tiga aspek yaitu petunjuk penilaian,
bahasa, dan jangkauan respon siswa.
Berdasarkan Tabel 12, hasil tes respon siswa mendapat respon positif dengan
skor 45. minat belajar. Hal ini dapat terjadi karena siswa belum pernah melakukan
proses pembelajaran dengan menggunakan materi faktual dan kegiatan langsung di
lingkungan. Siswa kurang sepenuhnya nyaman dengan paperback dibandingkan
dengan sumber belajar lainnya, karena mereka umumnya terbiasa menggunakan buku
teks kelas dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan wawancara langsung dengan siswa, Mereka merasa bahwa belajar
menggunakan paperback dan buku teks lain menawarkan manfaat yang sama. ini,
kami merasa bahwa perspektif kami lebih terbuka. Untuk alasan ini, aspek 'paperback
memberikan pengalaman berharga dalam proses pembelajaran' dinilai paling tinggi.
Motivasi dan minat belajar siswa meningkat ketika mereka menggunakan sumber
belajar yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Materi yang menarik mendorong
siswa untuk mempelajari materi dengan lebih baik (Bahtiar, 2015)
G. Desiminasi Terbatas Peserta Didik Kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Karang Intan
Mendistribusikan paperback dalam format PDF kepada 24 siswa
menggunakan media digital. Menurut Meydiantoro (2017), fase difusi dilakukan
untuk mendorong diterimanya produk yang dikembangkan oleh individu, kelompok
atau pengguna sistem. Untuk membuat formulir yang benar, paket bahan harus dapat
dipilih. Deployment memiliki tiga fase utama: pengujian validasi, pengemasan, serta
penerapan dan adopsi. Analisis pengguna, strategi dan tema, waktu transmisi, dan
pemilihan media transmisi harus dipertimbangkan saat melakukan transmisi/transmisi.
Berdasarkan prosedur investigasi yang dilakukan, pendistribusian hanya dilakukan
secara terbatas dan sederhana yang melibatkan pengemasan dan pendistribusian tanpa
memperhatikan apa yang penting dalam langkah pendistribusian menurut Thiagaran
(1974). Hal ini dikarenakan keterbatasan penelitian karena keterbatasan waktu
penelitian dan kemampuan sekolah sebagai wadah untuk menyebarluaskan hasil
pengembangan yang dilakukan. Handout adalah untuk melihat apakah siswa dapat
menggunakan paperback dalam proses belajar mereka. Peneliti tidak mengikuti proses
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Proses
pembelajaran berlangsung hanya dengan metode sederhana yang mendemonstrasikan
proses menggunakan buku saku yang dirancang untuk identifikasi dan penentuan
jamur makroskopis.

PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
1. Jenis-jenis jamur makroskopis yang ditemukan di Aea Danau sari Embun Kabupaten
Tanah Laut sebanyak 10 spesies yakni Cookeina speciosa, Auricularia auricular,
Lentinellus sp., Geastrum saccatum, Microporus xanthopus, Formitopsis sp.,
Trametes gibbosa, Lentaria surculus, Dacryopinax spathularia, Pleurotus ostreatus.
2. Hasil pengembangan Buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis di area
Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut mendapatkan rerata skor kesesuaian dari
subjek ahli sebesar 30 yang termasuk kategori sangat sesuai dengan tujuan
pembelajaran
3. Hasil pengembangan Buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis di area
Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut mendapatkan rerata skor kelayakan dari
subjek ahli sebesar 30 yang termasuk dalam kategori sangat layak digunakan sebagai
bahan pembelajaran.
4. Hasil pengembangan Buku saku berbasis keragaman jamur makroskopis di area
Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut mendapatkan rerata skor keterbacaan oleh
peserta duduk sebesar 17 yang termasuk dalam kategori baik untuk dibaca peserta
didik.
5. hasil uji respon peserta didik terhadap Buku saku berbasis keragaman jamur
makroskopis di area Danau Sari Embun Kabupaten Tanah Laut
6. mendapatkan rerata skor sebesar 45 yang termasuk dalam kategori positif ketika
digunakan sebagai bahan belajar pada proses pembelajaran.
7. Terdapat peningkatan nilai pretest dan posttest ketika sebelum dan sesudah peserta
didik menggunakan buku saku sebagai bahan pembelajaran untuk materi fungi di
SMA

Anda mungkin juga menyukai