Anda di halaman 1dari 46

1

PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN IDENTIFIKASI


INVERTEBRATA DILINGKUNGAN SEKITAR MA/MTS
IBADURRAHMAN

OLEH

Liana Aprianti
Nim : 160104032

PENDIDIKAN IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2023
2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dibuat untuk menciptakan proses

belajar pada peserta didik.Proses belajar mengajar merupakan hubungan

interaksi antara guru dan peserta didik serta interaksi subjek dengan objek

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, proses belajar

mengajar berperan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, serta

keterampilan peserta didik. Peserta didik seringkali jenuh karena materi yang

abstak dan pengajaran yang monoton. Permasalahan tersebut dapat diatasi

dengan pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual mengutamakan keaktifan dan keterlibatan

peserta didik dalam memahami materi dan mengimplementasikannya ke

dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi langsung peserta didik di lapangan

dapat memberikan pengalaman baru dan nyata, memotivasi dalam belajar, dan

meningkatkan pengetahuan yang lebih luas bagi peserta didik. Pembelajaran

kontekstual dapat memicu kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui

sumber belajar yang ada.Penggunaan sumber belajar, metode pembelajaran,

dan media ajar yang bervariasi dapat meningkatkan perhatian peserta didik

terhadap materi, merangsang minat terhadap pengetahuan, dan meningkatkan

kemampuan peserta didik.


3

Sumber belajar dapat berupa bahan ajar, buku ajar, media pembelajaran,

lingkungan sekitar, dan lain-lain. Peserta didik harus dikenalkan dengan objek

yang berasal dari potensi lokal atau lingkungan alam sekitar. Lingkungan

sekitar berperan penting dalam menghadirkan gejala alam, persoalan sains,

dan fenomena yang sangat dekat dengan kehidupan peserta didik. Salah satu

kawasan lingkungan yang dapat dijadikan sumber belajar adalah lingkungan

sekolah.

Mata pelajaran Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan

Alam yang mempunyai sasaran studi menyangkut isi alam. Pada garis

besarnya, isi alam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : makhluk

hidup dan makhluk tak hidup, Ditinjau dari etimologinya, biologi berasal dari

kata bios (hidup) logos (pembicaraan/ilmu) .Dalam pelajaran Biologi,

diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif baik pada saat penyampaian materi

maupun secara praktek.

Penggunaan sumber belajar ataupun media pembelajaran secara tepat

dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu memberikan pengalaman

belajar yang baik kepada siswa sehingga mampu terlibat secara aktif dan

mampu mengembangkan potensi kognitif dan afektif siswa. Media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima.Salah satu materiyang perlu penggunaan

media dalam proses pembelajarannya adalah pada materi dunia hewan

khususnya hewan invertebrata. Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak

bertulang belakang, invertebrata dibagi menjadi 8 filum yaitu sebagai berikut :


4

Porifera, Ceoelenterata, Platyhelminthes, Nematyhelminthes, Annelida,

Arthropoda, Molusca, dan Echinodermata.


1

Invertebrata merupakan salah satu materi kompleks dalam pembelajaran

biologi yang menyajikan karakteristik, klasifikasi, dan peran atau manfaat

invertebrata sehingga memerlukan peta konsep untuk mempermudah

pemahaman klasifikasi dan karakteristik invertebrata yang dianggap sulit oleh

peserta didik,Beberapa masalah yang dialami oleh siswa, diantaranya sulit

mempelajari obyek yang abstrak, sulit mengamati obyek yang terlalu besar

atau terlalu kecil, sulit memperoleh pengalaman langsung, sulit memahami

pelajaran yang diceramahkan, sulit memahami konsep yang rumit, dan

terbatasnya waktu untuk belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi MA/MTS

IBADURRAHMAN mengenai permasalahan yang dialami oleh peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran peserta didik pada materi invertebrata,

permasalahan yang dialami oleh peserta didik adalah membedakan

karakteristik dan klasifikasi filum invertebrata yang mereka anggap sulit

sehingga perlu adanya pengembangan bahan ajar yang bisa memperjelas

perbedaan karakteristik dan klasifikasi filum invertebrata. Penjelasan

mengenaia keanekaragaman jeinis invertebrata dijelaskan dalam Al-Qur’an

surah Al- Fathir ayat 28 sebagai berikut :

ِ َّ‫ف َأ ْل َوانُهُ َو ِم َن الن‬


ِّ‫اس َوال َّد َواب‬ ٌ ِ‫ِم ْن َواَأْل ْن َع ِام ُم ْختَل‬
1
Suwarni, E. (2015). Pengembangan Buku Ajar Berbasis Lokal Materi Keanekaragaman Laba-laba
di Kota Metro Sebagai Sumber Belajar Alternatif Biologi untuk Siswa SMA Kelas X. Jurnal
Pendidikan Biologi, 6(2), 86-92.
5

َ ِ‫َغفُور ِإ َّن هَّللا َ َع ِزي ٌز ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء َك ٰ َذل‬


َ ‫ك ۗ ِإنَّ َما يَ ْخ َشى هَّللا‬

Artinya : dan demikian pula diantara manusia, binatang-binatang


melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya) sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hambaNya hanyalah ulama. (Q.S. Fathir ayat 28).

Ayat di atas telah menjelaskan bahwasanya terdapat berbagai jenis


hewan dengan perbedaan yang sangat beragam, keberagaman berbagai jenis
hewan termasuk invertebrata yang menjadi salah satu materi dalam
pembelajaran biologi menjadi salah satu kendala peserta didik dalam
memahami ateri invertebrata tersebut.

Berdasarkan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran tersebut


peneliti bermaksud untuk mengembangkan bahan ajar pembelajaran
invertebrate dengan melakukan penelitian yang berjudul : Pengembangan
buku panduan identifikasi invertebrata dilingkungan sekitar MA/MTS
Ibadurrahman.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1) Bagaimana mengembangkan buku panduan identifikasi invertebrata di
lingkungan sekitar MA/MTS Ibadurrahman ?
2) Bagaimana tingkat identifikasi invertebrta di lingkungan sekitar
MA/MTS Ibadurrahman ?
3) Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran
invertebrata ?
2. Batasan Masalah
6

Agar pembahasan dalam penelitin ini tidak mengambang dan

meluas, maka peneliti membatasi penelitian dalam satu atau lebih

variabel.2 Dari uraian di atas maka peneliti membatasi pada masalah

sebagai berikut:

a. Penelitian berfokus pada pengembangan buku panduan idnetifikasi

invertebrate dilingkungan sekitar MA/MTS Ibadurrahman

b. Lingkup penelitian ini dibatasi pada materi invertebrata

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuannya yaitu:

1) Untuk mengembangkan buku panduan identifikasi invertebratadi

lingkungan sekirar MA/MTS Ibadurrahman.

2) Untuk mengetahui tingkat identifikasi invertebrata dilingkungan

sekitar MA/MTS Ibadurrahman.

3) Untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran

invertebrata.

2. Manfaat penelitian

Setiap masalah yang diteliti atau diangkat sebagai suatu objek

penelitian merupakan sebuah masalah yang dianggap penting dan peneliti

diharapkan dapat memberi manfaat penelitian.Adapun manfaat dari

penelitian ini dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

2
Indawati, T.I. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SMA.Skripsi sarjana. Universitas Jember, Jember. Tidak
dipublikasikan.
7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu


pengetahuan dalam bidang pendidikan mengenai identifikasi
invertebrat
b. Manfaat Praktis
Secara praktis bermanfaat bagi berbagi pihak yang
memerlukannya untuk memperbaiki kinerja,terutamaa bagi
sekolah,guru,dan peserta didik serta seorang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
1) Madrasah
Dapat dijadikan sebagai alternatif bagi madrasah dalam
menerapkan idedentifikasi khususnya pada pelajaran IPA.
2) Guru
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
pendidik ( Guru ) tentang cara mempermudah siswa dalam
meningkatkan identifikasi invertebrata
3) Siswa
Membantu siswa untuk meningkatkan identifikasi
invertebrata dalam pelajaran IPA sehingga standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran IPA dapat tercapai secara
optimal.
4) Peneliti
Sebagai calon guru diharapkan hasil penelitian ini dapat
memperkaya, menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai
penerapan melalui literasi sains.
D. Spesifikasi produk
Spesifikasi produk yang diharapkan dalam pengembangan buku panduan
identifikasi berbasis bergambar pada materi invertebrata dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Produk yang dikembangkan merupakan buku panduan identifikasi pada
materi invertebrate.
8

2. Bahan ajar disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar


pada materi invertebrate.
3. Bahan ajar yang dikembangkan dilengkapi dengan gambar untuk
mempermudah pemahaman materi invertebrata.
4. Jenis sumber belajar yang dibuat hanya dibatasi pada sumber belajar bahan
ajar yang dikemas dengan desain menarik dan gambar pendukung materi
untuk memperjelas pemahaman materi invertebrata.
9

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Jenis-Jenis Invertebrata
1. Ciri – Ciri dan Klasifikasi Invertebrata
Kelompok hewan invertebrata meliputi delapan filum yaitu
Porifera,Coelenterata(Cnidaria),Platyhelminthes,Nemathelminthes,Anneli
da,Mollusca,Echinodermata,dan Arthropoda.Simaklah urain berikut untuk
mengetahui ciri dan klasifikasi setiap hewan dalam filum tersebut.
a. Filum Porifera
Karakteristik :
1. Umumnya hidup dilaut, sesil.
2. Tubuh memiliki spongosoel (rongga), oskuulum (lubang
pengeluaran), dan ostium (pori).
3. Pencernaan dilakukan oleh sel koanosit.
4. Bernapas melalui permukaan tubuh.
5. Reproduksi aseksual dengan membentuk kuncup dan gemula,
reproduksi seksual dengan gamet yang dibentuk oleh sel arkeosit,
bersifat hermaprodit.
6. Memiliki 3 tipe saluran air, yaitu tipe askon, sikon, dan leukon.
7. Klasifikasi ada 3 kelas yaitu, Calcarea (rangka dari spikula dan zat
kapur, contoh Sycon sp), Hexactinellida (rangka dari spikula dan
zat kersik, contoh :Pheronema sp), dan Demospongia (rangka dari
spongin, contoh :Euspongia sp).
b. Cnidaria
Karakteristik :
1. Umuumnya hidup dilaut.
10

2. Lubang dimulut dikelilingi oleh tentakel;pada permukaan tentakel


terdapt Knidoblas ( sel beracun) yang mengandung Nematosista
(sel penyengat)
3. Pencernaan oleh rongga gastrovaskuler;sisa pencernaan
dikeluarkan melalui mulut.
4. Pernapasan dan ekskresi melalui permukaan tubuh.
5. Memiliki sistem saraf jala; reproduksi aseksual dengan kuncup,
reproduksi seksual dengan menghasilkan planula (larva bersilia)
6. Klasifikasi : ada 3 kelas, yaitu hydrozoa (fase polip dan medusa ,
contoh ; Hydra sp), anthozoa (hanya fase polip, contoh ;tubifora
sp) dan scyphozoa (dominan fase medusa, contoh Aurelia aurita ).
c. Platyhelminthes
Karakteristik :
1. Bertubuh pipih, simetris bilateral, tidak bersegmen, dan tidak
berongga tubuh,bergerak dengan kontraksi otot tubuh
2. Tidak memiliki sistem peredaran,pencernaan dengan sistem
gastrovaskuler.
3. Bernapas dengan permukaan tubuh.
4. Ekskresi dilakukan oleh sel-sel api,memiliki sistem saraf tangga
tali.
5. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi, reproduksi seksual
bersifat hermaprodit. Klasifikasi: ada 3 kelas, yaitu :
a) Tubellaria (cacing bulu getar), ciri-ciri: hidup bebas, daya
regenerasi tinggi, bersilia, contoh : Planaria sp
b) Trematoda (cacing isap), ciri-ciri:parasit, memiliki alat
pengisap, contoh: Fasciola hepatica (cacing hati pada ternak)
c) Cestoda (cacing pita), ciri-ciri: parasit,tubuh panjang dapat
melipat,terdiri atas segmen-segmen proglotid,contoh:Taenia
solium (cacing pita babi).
11

d. Namatoda
Karakteristik:
1. Bertubuh gilik silindris, simetris bilateral,tidak beruas, tidak
bersilia; memiliki pseudoselomata (rongga tubuh semu; bergerak
dengan kontraksi otot
2. Memiliki mulut, usus, dan anus.
3. Bernapas dengan permukaan tubuh
4. Ekskresi melalui nefridium
5. Reproduksi sekusual, antar individu jantan dan betina
6. Contoh Ascaris lumbricoides (cacing usus) dan Enteerobius
vermicularis (cacing kremi)
e. Annelida
Karakteristik :
1. Bertubuh gilik, beruas-ruas, pada setiap ruas terdapat rambut (seta) dan
alat tubuh yang sama (metameri); memiliki rongga tubuh; bergerak
dengan kontraksi otot.
2. Memiliki mulut, usus, dan anus
3. Bernapas melalu permukaan tubuh
4. Ekskresi melalui nefridium
5. Sistem peredaran darah tertutup
6. Sistemsaraf tangga tali
7. Reproduksi seksual, bersifat hermaprodit.
Klasifikasi ada 3 kelas, yaitu:
a) Polychaeta, ciri-ciri berambut banyak, setiap ruas tubuh memiliki
sepasang parapodia, contoh : Lysidice oele (cacing wawo).
b) Oligochaeta,, ciri-ciri,berambut sedikit, tanpa parapodia, contoh:
Pheretima sp(cacing tanah)

3
Monica & Laura, C. J. (2011). Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan. Humaniora, 2(2),
1084-1096.
12

c) Hirudinea, ciri-ciri: tidak berambut, tanpa parapodia, pengisap


darah dan menghasilkan zat anti koagulan: contoh Hirudo
medicinalis(lintah), dan Haemadipsa javanica (pacet).
f. Mollusca
Karakteristik :
1. Bertubuh lunak, simetris bilateral, umumnya bercangkang
2. Memiliki mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.
3. Bernapas dengan insang atau paru-paru
4. Ekskresi melalui nefridium
5. Sistem peredaran darah tertutup
6. Reproduksi seksual, beberapa bersifat hermaprodit.
Klasifikasi ada 5 kelas :
a) Polyplacophora, ciri-ciri: tubuh pipih bulat telur, punggung
bercangkang yang terdiri atas 8 keping kapur yang tersusun seperti
genting, memiliki lidah parut (radula) contoh: Chiton sp.
b) Scapopoda, ciri-ciri : cangkang mengerucut dan berlubang dikedua
ujungnya, tubuh diselubungi mantel,contoh: Dentalium vulgare.
c) Pelecypoda, ciri-ciri: berkaki pipih,insang tersusun berlapis-lapis,
bercangkang dua(bivalvia), cangkang tersusun atas lapisan
perriostrakum, prismatik, dan nakreas (lapisan mutiara); contoh :
Pinctada margaritifera (kerang mutiara).
d) Chepalophoda, ciri-ciri: berkaki dikepala, umumnya tidak
bercangkang, memiliki sel kromatofora, dan memiliki kantong tinta;
contoh: Loligo sp(cumi-cumi), Octopus sp (gurita), Sepia
sp(sotong)
e) Gastropoda, ciri-ciri : berkaki perut, memiliki lidah parut,
hermaprodit; contoh : Achatina fulica ( bekicot)
g. Arthropoda
Karakteristik :
1. Tubuh dan kaki beruas-ruas, tubuh simetris bilateral, memiliki selom
(rongga tubuh)
13

2. Eksoskeleton berupa kutikula dan kitin; mengalami metamorfosis dan


ekdisis.
3. Memiliki saluran pencernaan dari mulut sampai anus.
4. Ekkresi umumnya oleh buluh Malpighi
5. Sistem peredaran darah terbuka 6
6. Sistem saraftangga tali; reproduksi seksual, ada yang partenogenesis
Klasifikasi (sub filum) :
a) Insecta/hexapoda (serangga): ciri-ciri :hidup disemua habitat
kecualli laut, tubuh terdiri atas kepala (caput), dada (toraks), dan
perut (abdomen), kaki pasang di dada, memiliki antena,mata
tunggal (oseli) dan mata majemuk(faset), tipe mulut penggigit dan
pengunyah (belalang), penusuk (kutu), pengisap (lebah), penusuk
dan pengisap(nyamuk), belalai pengisap(kup-kupu), mengalami
metamorfosis sempurna, bernapas dengan trakea,
b) Crustacea (udang-udangan), ciri-ciri : hidup diperairan, tubuh terdiri
atas abdomen dan sefalothoraks (jepala dada), kaki disemua ruas
tubuh,memiliki antena, mandibulla (rahang bawah), dan maksilla
(rahang atas), bernapas dengan insang.
c) Arachnida (laba-laba), ciri-ciri : umumnya hidup ditanah, tubuh
terdiri dari abdomen dan sefalothoraks, bernapas dengan paru-paru
buku, kaki4 pasang di sefalothoranks, memiliki alat sengat
(kelisera) dan pedipalpus (alat capit), tidak memiliki antenna.
d) Myriapoda (berkaki banyak), ciri-ciri : hidup ditanah, tubuh terdiri
atas kepala dan perut, kaki disemua ruas tubuh, memiliki antena,
bernapas dengan trakea.
h. Echinodermata
Karakteristik :
1. Kulit berduri, tubuh simetri radial, eksoskeleton dari zat kapur atau kiti
2. Memiliki sistem ambulakral (sistem salauran air), anggota tubuh
kelipatan 5, bergerak dengan kaki tabung (kaki ambulakral)
3. Daya regenerasi tinggi
14

4. Memiliki saluran pencernaan dari muut sampai anus


5. Respirasi dan ekskresi melalui papula
6. Sistem saraf cincin mengelilingi mulut
7. Reproduksi seksual menghasilkan lava bersilia (bipinnaria)
Klasifikasi, ada 5 kelas :
a) Asteroidea (bintang laut), ciri-ciri : organ dalam bercabang kelima
lengan, anus, lubang kelamin, dan madreporit terdapat di
permukaan atas tubuh sedangkan mulut dipermukaan bawah.
Contoh : Astropecten irregularis
b) Echinoidea (landak laut), ciri-ciri : tidak berlengan, bentuk
agakbulat,berduri panjang; anus, lubang kelamin, dan madreporit
terdapat dipermukaan atas tubuh, sedangkan mulut dipermukaaan
bawah tubuh; contoh : bulu babi dan landak laut
c) Ophiuroidea (bintang ular laut), ciri-ciri : lengan panjang dapat
digerakkan;mulut dan madreporot terdapat dipermukaan bawah
tubuh; tidak memiliki anus; contoh Ophionereis
d) Crinoidea (lilia laut), ciri-ciri: bentuk mirip tumbuhan, mulut dan
anus terdapat dipermukaan bawah tubuh, tidak memiliki
madreporit. Contoh : Holopus sp dan Antendon sp
e) Holothuroidea (teripang/timun laut), ciri-ciri : kulit lunak dan
halus, bentuk seperti timun, tidak berlengan, contoh Holothuria sp.
2. Invertebrata
a. Kupu-Kupu
15

Kupu-kupu termasuk ke dalam ordo Lepidoptera. Lepidoptera


mudah dikenali dengan adanya sisik-sisik halus pada sayap dan
permukaan tubuhnya. Sisik-sisik ini mengandung pigmen yang
memberikan variasi warna pada sayap dan tubuh kupu. Variasi warna
kupu-kupu merupakan salah satu karakter penting dalam mengidentifikasi
kupu-kupu.
a) Klasipikasi kupu – kupu
Kristensen et al. (2007) memasukkan famili Riodinidae ke dalam
superfamili Papilionoidea. Sebelumnya, pada buku Handbook of
Zoology (2007) Riodinidae dimasukkan ke dalam Famili Lycanidae.
Klasifikasi kupu-kupu menurut Kristensen et al. (2007) adalah sebagai
berikut:
Kingdom :Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Superfamili : Papilionoidea
Famili : famili Papilionidae, famili Pieridae, famili Riodinidae, famili
Lycaenidae, dan famili Nymphalidae
b) Morfologi kupu – kupu
16

a. Kepala
Anatomi kepala kupu-kupu terdiri atas antena, mata, palpi
dan proboscis.
b. Mata
Kupu-kupu dan hampir semua serangga dewasa memiliki
sepasang mata majemuk spheris, tiap mata dapat tersusun atas
17000 ommatidia. Mata majemuk relatif besar dan terdiri atas
banyak mata faset (ommatidia), yang berfungsi untuk mengenali
bentuk, warna, dan gerakan. Mata tunggal berfungsi untuk
mengetahui intensitas cahaya.
c. Antena
Antena bersegmen muncul diantar kedua mata kupu.
Antena ini dapat digerakkan secara volunter dan berfungsi seperti
radar. Salah satu fungsi yang nyata adalah mendeteksi feromon di
udara untuk mendeteksi dan mengenali lokasi pasangan. Kupu-
kupu menggunakan antenanya untuk mendeteksi angin dan bau di
udara. Antenanya bervariasi dalam bentuk dan warna, antena
berbentuk filamen panjang dengan ujung yang membesar. Antena
kaya akan organ sensorik yang dikenal dengan nama sensillae.
Kemampuan mengecap kupu-kupu 200 kali lebih kuat dari pada
kemampuan mengecap manusia. Kemampuan ini dikoordinasikan
dengan kemoreseptor yang terdapat pada tarsi atau kaki yang
bekerja hanya pada saat kontak.
d. Organ Johnston
Di pangkal antena terdapat organ Johnston. Organ ini
ditutupi oleh sel saraf, yang sensitif terhadap regangan dan
digunakan untuk mengetahui posisi dari antena ketika terpengaruh
oleh angin ataupun gravitasi. Organ ini memungkinkan kupu-kupu
untuk mengetahui orientasi dan keseimbangan ketika terbang dan
memungkinkan kupukupu untuk mengatur secara halus arah
terbang dan kecepatan terbang, dan salah satu teori mengatakan
17

organ ini juga mungkin memiliki peranan dalam mendeteksi medan


magnetic ketika bermigrasi.
e. Palpi
Labial palpi adalah sebuah tonjolan kecil yang mencuat dari
bagian depan kepala kupu. Bagian ini ditutupi oleh sensor
pendeteksi bau. Sensor seperti ini ditemukan pula di antena, thorax,
abdomen, dan kaki. Terdapat berbagai macam variasi bentuk dari
sensor ini dan masing-masing memiliki peranan yang berbeda.
Sensillae di bagian antena sangat berperan dalam mendeteksi
feromon pasangan. Sedangkan sensor di kaki berfungsi untuk
mengenali senyawa kimia yang dilepaskan oleh tumbuhan. Secara
logika, sensor yang ada di labial palpi sangat mungkin berfungsi
untuk mengenali sumber makanan untuk kupu dewasa seperti
nektar, urin, getah pohon, dan lain-lain.
f. Proboscis
Proboscis tersusun dari sebuah pasang separuh lingkaran
berbentuk huruf C yang saling berkaitan. Proboscis merupakan
sebuah “belalai” yang berfungsi sebagai sedotan untuk makan.
Ketika keluar dari pupa, proboscis ini belum bersatu, dan kupu-
kupu harus mempersatukan atau kupu-kupu akan mati. Kupu-kupu
mendapatkan nutrisi dalam bentuk liquid. Terdapat enzim yang
disekresikan melalui proboscis untuk memecah nutrien yang
dihisap. Bila proboscis tersumbat dengan cairan kental, proboscis
dapat dilepaskan dan dibersihkan. Jarang sekali terdapat kupu-kupu
yang memiliki tipe mulut pengunyah seperti pada saat fase larva
(ulat).
g. Torak
Torak terdiri atas tiga ruas atau disebut juga dengan
segmen. Pada thorax terdapat tiga pasang tungkai, dua pasang
sayap, dan sekumpulan otot yang digunakan untuk terbang.
Pasangan tungkai pertama terdapat pada bagian protorax atau ruas
18

dada pertama. Pasangan tungkai kedua dan pasangan sayap depan


terdapat pada bagian mesothorax atau ruas dada tengah. Pasangan
tungkai ketiga dan pasangan sayap kedua berada pada bagian
metathorax atau ruas dada terakhir.
h. Tungkai
Kupu dewasa memiliki 3 pasang tungkai, kecuali
Nymphalidae dan beberapa jantan dari grup lain dimana pasangan
kaki depan tereduksi menjadi tonjolan sapu dan termodifikasi
menjadi kemoreseptor. Tungkai kupu-kupu terdiri atas 9 ruas,
yaitu coxa, trochanter, femur, tibia, 5 ruas tarsus dengan dua cakar
di ruas tarsus yang paling ujung. Pada semua kelompok kupu-
kupu, pasangan tungkai tengah dan belakang selalu berkembang
dengan baik, kecuali Nymphalidae dimana pasangan kaki depan
tereduksi menjadi tonjolan dan termodifikasi menjadi
kemoreseptor. Pada bagian tungkai ini juga mungkin terdapat
struktur khusus seperti duri atau cakar, yang juga berfungsi
sebagai dasar penggolongan kupu-kupu ke dalam tingkat suku.
Tibia dari setiap tungkai memiliki organ subgenual yang dapat
mendeteksi dan mengamplifikasi getaran kecil. Hal ini
meningkatkan kewaspadaan kupu terhadap getaran di tanah yang
disebabkan oleh binatang yang mendekat sehingga dapat
merespon dengan cepat. Biasanya respon kupu-kupu adalah
terbang menyelamatkan diri (evasion), Namun beberapa terdapat
pula jenis ngengat yang akan merespon dengan membuka
sayapnya dan menampilkan “mata palsu” yang akan memberikan
kebingungan pada predator.
i. Sayap
Sayap kupu-kupu berupa selaput yang ditutupi sisik.
Ukuran, pola, dan warna sayap sangat bervariasi pada masing-
masing spesies. Sistem venasi sayap sangat penting dalam
identifikasi. Sayap merupakan karakter penting spesies kupu-
19

kupu. Banyak spesies kupu-kupu menunjukkan dimorfisme


seksual yang mempunyai pola warna sayap berbeda pada kupu-
kupu jantan dan betina. Pasangan sayap depan biasanya lebih
besar dari pada pasangan sayap belakang. Sayap pada kupu-kupu
dan ngengat ditutupi oleh sisik-sisik yang tidak hanya dijumpai
pada sayap, tetapi juga pada bagian tubuh yang lainnya. Sisik
pada sayap berperan dalam insulator, pengatur suhu tubuh dan
produksi feromon (pada kupu-kupu jantan). Selain itu sisik pada
sayap juga memberikan perlindungan kamuflase atau mimikri.
j. Abdomen
Dalam abdomen terkandung sistem digestif, alat
pernapasan, jantung tabung, dan organ seksual. Eksoskleton
abdomen pada kupukupu multi segmen. Setiap 10 segmen
dikuatkan dengan kitin berbentuk cincin. Segemen ini
terhubungkan dengan jaringan fleksibel yang memungkinkan
abdomen untuk melengkung yang diperlukan saat kopulasi dan
bertelur. Abdomen pada kupu-kupu terdiri dari 10 ruas, tergum
pada bagian dorsal dan sternum pada bagian ventral. Pada ruas
pertama sampai ruas ke tujuh terdapat spirakel yang berfungsi
untuk jalan masuknya udara. Dua atau tiga ruas terakhir abdomen
mengalami modifikasi membentuk alat genitalia. Alat genitalia
luar terlihat di 3 ruas terakhir di ujung abdomen, pada kupu-kupu
jantan berupa valva (clasper) di ujung abdomen dan pada kupu-
kupu betina berupa lubang di ruas kedua sebelum ruas terakhir.
k. Spirakel
Pada sisi setiap segmen terdapat lubang yang dikenal
dengan nama spirakel yang tertutup oleh sisik-sisik. Spirakel ini
merupakan lubang pernafasan yang terhubung dengan trachea di
dalam tubuh. udara dapat mengalir masuk atau meninggalkan
tubuh. Pergerakan ritmik dari tubuk kupu-kupu terkoordinasi
dengan terbuka atau tertutupnya spirakel. Spirakel pada kupu-
20

kupu berjumlah 9 pasang terdapat pada bagian depan ruas dada


tengah (mesothorax), ruas dada terakhir (metathorax), dan pada
ruas abdomen.
4

b. Lalat

Lalat termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Hexapoda dan ordo


Diptera. Serangga dalam ordo diptera memiliki dua sayap dan pada bagian
belakang terdapat sepasang halter yang digunakan sebagai alat
keseimbangan. Lalat mempunyai sepasang antena dan mata majemuk,
dengan mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain,
tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian yaitu, kapala dengan sepasang
antena ,toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai metamorfosis yang
sempurna yaitu, telur, larva, pupa, dan dewasa.) Klasifikasi lalat rumah
(Musca domestica)
1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia

4
Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. DIVAPress: Yogyakarta.
21

Phylum : Arthrropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Famili : Muscidae, Sarcophagidae, Challiporidae
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia
Spesies : Musca Sp. Stomoxys Sp. Phenesia Sp. Fannia Sp.
Sarchopaga Sp.
2. Siklus Hidup.
Lalat mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan
stadium telur, larva, pupa, dan dewasa dengan rata-rata waktu
perkembangbiakan antara 7-22 hari tergantung dari faktor lingkungan.
a) Telur
Telur lalat mempunyai warna putih dan diletakkan pada tempat
lembab yang mengandung bahan organik membusuk yang tidak
terkena sinar matahari langsung. Lalat betina mampu
menghasilkan telur sekitar 2000 butir dalam sepanjang hidupnya
dan menetas setelah 8-30 jam, tergantung dari faktor
lingkungannya.
b) Larva
Saat larva mengalam kondisi kekurangan nutrisi atau bisa juga
perubahan lokasi hidupnya, maka larva akan mempercepat
metabolisme tubuhnya dan mempersingkat waktu
perkembanganya.Larva berkembang baik pada suhu 30-350C
dengan tempat yang berpindah- pindah, contohnya pada sampah
organik. Stadium larva mempunyai 3 tingkatan, yaitu larva instar
1, larva instar 2, dan larva instar 3. Tingkat 1 berukuran 2 mm
berwarna putih dan membutuhkan waktu 1-4 hari untuk menjadi
larva instar 2.Setelah menjadi larva instar 2, berukuran 2 kali dari
larva instar 1 dan setelah satu sampai beberapa hari menjadi larva
instar 3. Pada tingkat yang terakhir ini berukuran 12mm/lebih
dengan waktu 3-9 hari untuk menjadi pupa.
22

c) Pupa
Setelah melalui fase menjadi larva, lalat akan berubah menjadi
pupa dan berkembang dengan waktu 3-9 hari baik pada suhu
kurang lebih 350C.
d) Lalat dewasa
Fase terakhir yaitu berkembang menjadi lalat dewasa yang
siap mencari makannya sendiri dengan cara hinggap pada satu
makanan ke makanan lainya. Pada saat lalat mulai dewasa, lalat
akan menjadi vektor penyakit dengan cara hinggap dari satu
makanan ke makanan satunya. Lalat dewasa mempunyai umur 2-4
minggu.
3. Habitat Lalat rumah.
Habitat Lalat rumah (Musca domestica) merupakan pemakan
makanan yang berbau busuk biasanya dia memakan bahan berbentuk
cairan seperti: sirup, susu, buah-buahan dan sayuran yang basah dan
membusuk, sputung, kotoran, air. Dia juga mencemari makanan pada
kulit atau tubuh yang basah seperti: mulut, lubang hidung, mata pada
luka serta pada daging kemudian lalat rumah juga biasa hinggap pada
keju, gula dan makanan lain. Lalat rumah (Musca domestica)
memakan makanan kering dengan bantuan dia mengeluarkan air
liurnya yang mengandung penyakit kemudian dihisapnya kembali
makanan tadi.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Hidup Lalat
a. Tempat Berkembangbiak
Lalat secara natural tertarik pada tempat yang mempunyai bau
busuk dan berkembangbiak pada bahan organik yamg membusuk
seperti tinja, sampah, karkas, dan bangkai.
b. Jarak Terbang
Kemampuan lalat dalam jarak terbang sejauh kira-kira 1-2 mil
dan dalam 24 jam lalat mampu terbang sampai 3 km
c. Kebiasaan Makan
23

Makanan lalat adalah zat gula yang ada pada makanan


manusia Pada saat hinggap lalat mempunyai mekanisme
mengeluarkan air liur dan melakukan defekasi
d. Lama Hidup.
Tanpa air lalat tidak bisa hidup, dan hanya bisa bertahan
tidak lebih dari 46 jam. Lama hidup lalat tergantung pada faktor
lingkungan. Pada musim panas mampu berumur 2-4 minggu,
sedangkan pada musim dingin berumur 70 hari5
c.Lebah Madu

1. klasifikasi
kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :Hymenoptera
Famili : Apidae
Genus : Apis
2. Deskripsi
Lebah madu dengan ciri – ciri : rambur – rambut yang melindungi mata
majemuk panjang dan berdiri,hal tersebut berfungsi untuk mengambil

5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Mata Pelajaran Biologi.Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.Jakarta.
24

polen;scutellum ( bagian belakang dari dada/thorak serangga ) sangat


cembung;dan ada lobus juga pada sayap belakang.Individu dewasa berwarna
hitam dengan empat buah garis – garis kuning dibagian perutnya.Terdapat
perbedaan antara ratu lebah,lebah pekerja,dan lebah jantan.Ratu lebah
memiliki tubuh yang lebih besar daripada lebah pekerja,karena organ
reproduksinya besar;lebah pekerja memiliki organ tambahan berupa
“pemencet polen”pada kaki belakang guna mengangkut polen,dan
organ”penyengat”untuk menaruh telur;Lebah jantan memiliki mata yang
besar,tidak ada organ penyengat dan bennttuk perut.
6

d. Capung

Capung berasal dari kelompok serangga (insecta) yang termasuk dalam ordo
odonata. Odonata adalah serangga yang ukurannya relatif besar dan kebanyakan
serangga golongan ordo odonata ini mempunyai tubuh yang berwarna indah dan
bervariasi. Sebagian besar hidupnya dalam penerbangan. Tahapantahapan
pradewasa adalah akuatik, sedangkan yang dewasa biasanya terdapat dekat air.

6
Riefani, M.K. (2019a). Pengembangan Handout Keanekaragaman Jenis Capung di Kawasan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tesis Magister. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
25

Semua tahapan adalah pemangsa dan makan berbagai seranggaserangga


organisme lain.
1. Klasifikasi Capung (Ordo Odonata)
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata Subordo : - Anisoptera - Zygoptera
2. Morfologi Capung (Ordo Odonata
Capung termasuk dalam kelompok insekta atau serangga yang
memiliki ciri-ciri terdiri atas tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen). Kepala capung berukuran relatif besar dibanding
tubuhnya, bentuknya membulat atau memanjang ke samping dengan bagian
belakang berlekuk ke dalam.Fungsi utama kepala sebagai penerima perasaan,
perpaduan syaraf dan mengumpulkan makanan. Capung mempunyai mata
majemuk besar dan berfaset banyak dan seringkali menempati hampir seluruh
kepala. Mata capung mampu melihat banyak warna-warna yang berada di
sekitarnya atau dihadapannya, bahkan dengan bentuk mata tersebut capung
mampu melihat 360 derajat. Capung juga mempunyai antena atau
embelanembelan yang terletak dikepala, biasanya terletak dibawah mata
majemuk. Antena pada serangga bentuknya beruas-ruas terdiri dari ruas
pertama yaitu ruas dasar (skape), ruas kedua yaitu tangkai (pedikel) dan
sisanya yaitu flagelum. Tipe antena pada capung yaitu Setaceous Antenna atau
berbentuk kecil seperti duri.
3. Siklus Hidup Capung (Ordo Odonata)
1. Telur
Capung betina meletakan telur-telur mereka di dekat air dengan
mencelupkan abdomennya di dalam air dan melepaskan telur-telurnya.
Telurtelur tersebut biasanya di letakan tepat dibawah permukaan air, tidak
jauh dari yang dapat di capai oleh betina. Ada beberapa capung betina yang
meletakan telurnya di sebuah batang tanaman dan menyelipkan telurnya ke
26

dalam tumbuhan sekali atau beberapa kali dibawah permukaan air. Telur-telur
biasanya menetas dalam waktu 1 sampai 3 minggu.
2. Nimfa
Setelah terlur menetas, kemudian tumbuh menjadi nimfa. Nimfa bersifat
akuatik dan nimfa makan berbagai macam organisme organisme akuatik yang
kecil. Biasanya mereka tinggal menunggu kobran-korban mereka yang
berukuran kecil, tetapi bebera nimfa yang lebih besar (terutama Aeshnidae)
biasanya menyerang kecebong dan ikan kecil. Nimfa-nimfa mempunyai
labium yang mengalami modifikasi menjadi struktur beruas yang khusus
dimana korban ditangkap. Labium dilipat apabila tidak dipakai. Bila dipalao
labium disorongkan ke depan dan sangat cepat. Korban ditangkap denan
gelembir-gelembir seperti kuku yang dapat bergerak. Bila seekor nimfa
tumbuh sepenuhnya, nimfa merayap keatas tumbuhan atau batu-batuan dan
keluar dari air kemudian berganti kulit. Nimfa berganti kulit dan
mengembangkan ukuran sepenuhnya sekitar setengah jam untuk menjadi
capung dewasa
3. Capung Dewasa
Penerbangan capung dewasa yang baru muncul secara relatif agak
lemah, dan mereka dengan mudah dapat ditangkap. Mereka belum
mempunyai warna yang sepenuhnya dan tubuh mereka sangat lunak. Warna
tubuh capung dewasa akan terlihat setelah satu atau dua minggu. Serangga
yang baru muncul bertubuh lunak dan berwarna pucat di sebut sebagai
individu-individu teneral. Penerbangan capung dewasa hanya dalam jangka
beberapa minggu tiap tahun, sedangkan yang lainnya sepanjang musim.
Beberapa capung dewasa dapat hidup 6 atau 8 minggu. Capung dewasa
mempunyai satu keturuanan setiap tahun dengan telur dan nimfa dalam musim
dingin.

7
Zunaidah, F. N. & Amin, M. (2016) Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah Bioteknologi
Berdasarkan Kebutuhan dan Karakter Mahasiswa Universitas Nusantara PGRI Kediri. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1), 19-30. Suratsih. (2010). Pengembangan Modul Pembelajaran
27

e. Belalang

Orthoptera berarti bersayap lurus, serangga yang tergolong dalam ordo ini
melipatkan sayapnya pada saat istirahat secara lurus di atas tubuhnya. Ukuran
tubuh sedang sampai besar. Banyak diantaranya yang menjadi hama tanaman
pertanian, ada pula yang bersifat predator.
a. Klasifikasi Orthroptera
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordon :Orthoptera
Family : Acrididae
Biologi Berbasis Potensi Lokal dalam Kerangka Implementasi KTSP SMA di Yogyakarta. Penelitian
Unggulan UNY (Multitahun). Lembaga Penelitian UNY. Yogyakarta.
28

Genus :Oxya
Species :Oxya chinensis
b. Karakteristik Ordo Orthroptera
1. Memiliki dua pasang sayap. Sayap depan lebih sempit dari pada sayap
belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina.
Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur.
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat dibawah sayap depan.
2. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah
(sepasang) ,ata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana
(occceli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax.
Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat
pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat
pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun
thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen
(segmen terakhir abdomen).
3. Mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah yang memiliki bagian-
bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-
masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus
labialisnya.
4. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) dengan perkembangan
melalui tiga stadia yaitu telur-nimfa-dewasa (imago). Tidak memiliki
fase pupa dan larva, telur menetas langsung menajdi nimfa.
5. Pada umunya merupakan serangga pemakan tumbuah-tumbuhan,
beberapa serangga ada yang bersifat preador atau pemangsa dan ada
juga yang omnivora.
6. Memiliki bentuk tubuh panjang dan tungkai (femur) membesar yang
teradaptasi untuk meloncat, antenna berbetuk benang.
7. Hidup pada berbagai habitat diantaranya pada kanopi atau tajuk pohon
belukar dan lahan pertanian.
c. Morfologi Belalang
a. Kepala (caput )
29

Kepala pada serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer


tubuh. kepala serangga berfungsi untuk mengumpulkan makanan,
manipulasi, penerima sensoris dan perpaduan saraf. Pada kepala
serangga terdapat alat mulut,antena, mata majemuk, dan mata tunggal
(osellus).
b. Mulut
Bagian mulut serangga tersusun atas labrum, sepasang
mandibula, sepasang maksila, labium dan hypofaring. Pada dasarnya
bentuk mulut pada serangga dapat digolongkan menjadi menggigit
mengunyah (Seperti pada: Ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan
pada larva serangga), menusuk- menghisap (seperti pada Ordo
Homoptera dan Hemiptera), menghisap (seperti pada Ordo
Lepidoptera), menjilat-menghisap (seperti pada Ordo Diptera).
c. Antena
Serangga mempunyai sepasang angtena pada kepala berbentuk tampak
seperti benang yang memanjang. Antena pada serangga bervariasi
bentuknya dengan fungsi sebagai alat sensor. Fungsi antena pada
serangga merupakan alat perasa dan bertindak sebagai organ-organ
pengecap, organ pembau, serta organ untuk mendengar.
d. Mata Majemuk dan mata Tunggal (Ocelli)
Menurut serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu mata
tunggal dan smata majemuk.,mata tunggal dinamakan ocellus (jamak:
ocelli). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva, nimfa, maupun pada
serangga dewasa. Mata majemuk sepasang dijumpai pada serangga
dewasa dengan letak masing-masing pada sisi kepala dan posisinya
sedikit menonjol ke luar, sehingga mata majemuk ini mampu
menampung semua pandangan dari berbagai arah. Mata majemuk
(mata faset), terdiri atas ribuan ommatidia.
e. Dada (thorax)
Toraks merupakan tagma (segmen) lokomotor tubuh dan toraks
mangandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Toraks terdiri atas tiga
30

ruas, bagian anterior protoraks, mesotoraks, dan bagian posterior


metatoraks. Spirakel yang satu berkaitan dengan mesotoraks dan yang
lain berkaitan dengan metatoraks. Meso dan metahoraks mengalami
beberapa perubahan yang berkaitan dengan penerbangan.
f. Sayap
Sayap-sayap serangga adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang
keluar dari dinding tubuh yang terletak pada dorso-lateral antara notum
dan pleura . Mereka timbul sebagai pertumbuhan keluar seperti
kantung, tetapi bila berkembang dengan sempurna, maka akan
berbentuk gepeng dan seperti sayap dan diperkuat oleh suatu deretan
rangka-rangka sayap. Pada serangga, sayap berkembang sempurna dan
berfungsi dengan baik hanya ada dalam stadium dewasa, kecuali pada
Ordo Ephemeroptera, sayap berfungsi pada instar terakhirnya.Tidak
semua serangga memiliki sayap. Serangga tidak bersayap digolongkan
ke dalam sub kelas Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki
sayap dimasukkan ke dalam golongan sub kelas Pterygota. Sayap
serangga juga mengalami modifikasi.
g. Kaki
Tungkai thoraks serangga bersklerotisasi (mengeras) dan
selanjutnya dibagi menjadi sejumlah ruas. Secara khas, terdapat 6
ruas pada kaki serangga. Ruas yang pertama yaitu koksa yang
merupakan merupakan ruas dasar; trokhanter, satu ruas kecil
(biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur, biasanya ruas pertama
yang panjang pada tungkai; tibia, ruas kedua yang panjang;
tarsus,biasanya beberapa ruas kecil di belakang tibia; pretarsus, terdiri
dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta
pada ujung tarsus. Sebuah bantalan atau gelambir antara kuku-kuku
biasanya disebut arolium dan bantalan yang terletak di dasar kuku
disebut pulvili.,tungkai-tungkai serangga mengalami modifikasi.
h. Perut (abdomen)
31

Abdomen merupakan tempat organ dalam yang mana fungsi-


fungsi fisiologis tubuh berada di sana. Pada umumnya abdomen
serangga terdiri dari 11 segmen metameri (berulang). Tiap segmen
metamer memiliki satu sklereit dorsal tergum (jamak: terga), satu
sklereitventral sternum (jamak: sterna) dan satu selaput daerah lateral
pleuron (jamak: pleura) Bagaimana pun sistem itu mulanya berasal
dari saluran yang dimulai dari bagian kepala, melewati thoraks dan
salurannya sampai sejauh mana pada abdomen. Alat kelamin serangga
biasanya terletak pada atau kira-kira pada ruas abdomen 8 dan 9. Ruas-
ruas ini memiliki kekhususan yang berkaitan dengan kopulasi dan
peletakan telur.
f. Kaki seribu

Kaki seribu adalah hewan pengurai yang sama seperti cacing,tetapi


mempunyai banyak kaki.
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Diplopoda
Ordo : Polydesmida
Famili : Eurymerodesmidae
Genus :Eurymerodesmus
b. Morfologi
1) Bentuk
32

Kaki seribu mempunyai tubuh berbentuk memanjang dan


pipih.Tubuhnya mempunyai banyak segmen metamerik yang
terdiri dari emapt pelat chitinous yaitu tergite ( pelat atas ),pleurit
( di setiap sisi tubuh ),dan sternite ( pelat bagian bawah tempat kaki
)
2) Warna
Pada umumnya mereka mempunyai tubuh berwarna
cokelat atau hitam walaupun ada juga beberapa spesies yang
berwarna cerah.
3) Ukuran
Ukuran tubuh kaki seribu beragam dan tergantung dari
spesiesnya.Panjang tubuhnya mulai dari 2 mm atau 0,2 cm hingga
35 mm atau 3,5 cm.
4) Kepala
Kepala hewan ini biasanya bulat di bagian atas dan rata di
bagian bawahnya.Mereka mempunyai sepasang rahang besar di
depan struktur yang bentuknya seperti piring atau bisa disebut
sebagai gnathochilarium yang berarti bibir rahang.
5) Kaki
Nama hewan ini berasal dari Bahasa latin yaitu mili berarti
seribu dan ped berarti kaki.Namun,terlepas dari namanya ternyata
hewan yang satu ini tidak mempunyai jumlah kaki hingga
seribu.Ada beberapa spesies langka yang bisa mempunyai sekitar
750 kaki,tetapi pada umumnya mereka hanya mempunyai 80-400
kaki.
Spesies ini mempunyai dua pasang kaki yang ada pada
setiap ruas tubuhnya kecuali ruang paling depan di belakang kepala
dan beberapa ruas berikutnya yang hanya mempunyai satu pasang
kaki.Saat mereka berjalan maka setiap pasang kaki akan diangkat
secara bersamaan dan bergerak mengikuti gerakan gelombang.
c. Habitat dan Sebaran
33

Habitat hewan ini ada di tempat yang lembap dan gelap di


dalam tanah.Mereka bisa ditemukan di beberapa tempat lain,missal di
bawah rumah hewan,bebatuan,kebun,kayu mati,dan tumpukan dau
mati.Habitat lainnya adalah hutan jenis konifera,ekosistem
pegunungan,taiga,padang rumput,gurun,dan gua.

g. Laba – Laba

a. Klasifikasi Laba-Laba
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnidae
Ordo : Aroneceae
Famili : Lycosidae
Genus : Lycosa
Spesies : Lycosa sp.
b. Morfologi Laba-laba
1. Cephalothorax
Pada bagian bagian atas prosoma, terdapat pelat punggung
prosoma yang disebut karapas. Karapas ini memiliki lekukan yang
berbeda di sepanjang garis tengahnya. Area lekukan ini memanjang
34

di bagian dalam karapas sebagai punggung kutikula padat, yang


berfungsi sebagai tempat perlekatan otot-otot punggung perut
penghisap.Bagian kepala dari prosoma memiliki mata dan
chelicerae. Kebanyakan laba-laba memiliki delapan mata, yang
tersusun dalam pola tertentu dalam berbagai famili. Pada umumnya
matanya terletak dalam dua baris (terkadang dalam tiga baris), oleh
karena itu disebut sebagai mata lateral anterior (ALE), mata median
anterior (AME), mata lateral posterior (PLE), dan mata median
posterior (PME).
2. Abdomen
Untuk menghubungkan antara chepalothorax dengan
dihubungkan oleh penghubung tipis yang bernama pedicle atau
pedicellus. Gambaran segmentasi eksternal abdomen laba-laba.Pada
bagian abdomen terdapat alat pencernaan, peredaran, pernafasan,
eksresi, reproduksi dan produksi benang atau spinneret. Lebih lanjut
terdapat dua belas segmen perut yang masing-masing terdiri dari
tergit dorsal dan sternit ventral. Kedua dihubungkan oleh pleura
yang lentur, yang tidak tersegmentasi, tetapi membentuk pita
kontinu di setiap sisi gela
b. Anatomi Laba-laba
Struktur anatomi laba-laba merupakan struktur yang sangat unik,
dimana struktur anatomi laba-laba ini organ-organ di dalamnya tersebar
di dua bagian utama tubuh laba-laba yakni pada bagian chepalothorax
dan pada bagian abdomen. Struktur anatomi laba-laba terdiri dari
organ-organ dalam yang secara fisiologis sangat berperan penting
dalam ke berlangsungan hidup laba-laba itu sendiri, organ-organ
tersebut memiliki peran dalam sistem pernapasan, sistem pencernaan,
sistem peredaran darah, sistem saraf dan sistem reproduksi, organ-organ
tersebut.
35

C. Kajian keislaman dalam materi invertebrate


Invertebrata merupakan jenis hewan yang tidak memiliki tulang belakang
yang keberagaman jenisnya lebih banyak dari hewan vertebrata yang memiliki
tulang belakang. keberagaman jenis hewan di bumi telah dijelaskan dalam
beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
Artinya : dan tidaklah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat (makhluk) juga
seperti kamu, dan tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam alkitab, kemudian
kepada tuhanlah mereka dihimpun (Q.S. Al-An’am ayat 38) Ayat diatas telah
menjelaskan bahwasanya Allah telah menciptakan segala sesuatu yang terdapat
dibumi termasuk binatang melata yang jenisnya sangat beragam. Ayat diatas juga
menjeaskan bahwa tidak hanya manusia saja yang terdapat dibumi melainkan
banyak mahklukmakhluk lain yang bahkan belum diketahui oleh manusia dan
sebagai satu-satunya makhluk yang diberi akal sudah semestinya manusia harus
bias menjaga dan melestarikan segala sesuatu yang ada dibumi termasuk hewan
invertebrata, salahsatu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari
jenis-jenis hewan tersebut. Beberapa karakteristik hewan juga telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an sebagai bahan untuk mempelajari karakteristik hewan yang ada
seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nuur ayat 45 yang menjelaskan
mengenai alat gerak beberapa jenis makhluk hidup, berikut bacaan surat An Nuur
ayat 45 dan terjemahannya :
Artinya : dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan diatas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah

8
Riefani, M.K. Badruzsaufari. & Dharmono. (2020) The practicality of odonata handout in
invertebrate zoology course, Journal of Physics: Conference Series. Vol. 1422 (1). doi:
10.1088/1742- 6596/1422/1/012028.
36

menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah maha kuasa segala


sesuatu.(Q.S. An-Nuur ayat 45).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman
jenis makhluk hidup telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan menjadi dasar
bahwasanya terdapat berbagai macam jenis makhluk hidup dengan berbagai
karakter atau cirri khas yang membedkan antara satu makhluk hidup dengan
makhluk hidup yang lain. Invertebraa merupakan jenis makhluk hidp yang paling
beragam di bumi dengan berbagai macam habitat, bentuk warna dan struktur
tubuh dengan fungsinya masing-masing, sebagai makhluk hidup yang diberikan
akal untuk berfikir sudah semestinya manusia juga haru bias menjaga
keseimbangan jinis makhluk hidup dan alah satu cara yang bias dilakukan adalah
dengan mempelajari makhluk hidup tersebut termasuk invertebrata.
ii. Kajian Terdahulu
1. Skripsi yang disusun oleh Hidya Indasari (UIN Sunan Kalijaga : 11680043)
dengan judul “Pengembangan Bio-Bahan ajar Filum Echinodermata sebagai
Sumber Belajar Mandiri Kelas X SMA/MA”.Berdasarkan hasil
penelitian,kualitas produk sangat baik dan layak digunakan sebagai sumber
belajar mandiri kelas X SMA/MA.Adapun analisis data yang digunakan
adalah analisis kualitatif dengan hasil penelitian ahli materi sangat baik
(SB), ahli media sangat baik (SB), 3 peer reviewer sangat baik (SB), guru
biologi baik (B), dan respon siswa sangat baik (SB). (Indasari, 2016)
2. Skripsi yang disusun oleh “Afifah Aslami ( UIN Sunan Kalijaga :
12680039) dengan judul “Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji Sekitar
Imogiri Timur Bantul dan Pengembangan Bahan ajar sebagai sumber
Belajar Mandiri Siswa Kelas X SMA/MA”. Penelitian dilakukan dengan dua
tahap yaitu, penelitian keanekaragaman tumbuhan berbiji dengan metode
purposive sampling yang menghasilkan 200 spesies tumbuhan berbiji dalam
69 famili dan penelitian R&D menggunakan model.
3. Jurnal yang dibuat oleh jailani (jurnal serambi PTK, Vol. III, N0. 2. 2
Desember 2016) dengan judul “penggunaan peta konsep untuk belajar
bermakna dan peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi”.
37

Dalam jurnal ini menyaakan bahwa penyusunan peta konsep yang menarik
akan mempermudah pemahaman peserta didik pada materi yang dipelajari.
(Jailani, 2016)

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan.Pada metode penelitian dan pengembangan terdapat
beberapa jenis model.Model yang digunakan adalah pengembangan model
4-D.Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan
perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S.Thiagarajan,
DorothyS.Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974: 5).Model pengembangan
4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: Define (Pendefinisian),Design
(Perancangan),Develop(Pengembangan)danDisseminate(Penyebaran).
Metode dan model ini dipilih karena bertujuan untuk menghasilkan
produk berupa media pop-up. Produk yang dikembangkan kemudian diuji
kelayakannya dengan validitas dan uji coba produk untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik setelah
pembelajaran menggunakan media pop-up pada materi organisasi
kehidupan.
B. Prosedur Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.(Sugiyono, 2012:
407).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian pengembangan model 4-D (Four D Models)menurut
38

Thiagarajani.Hal ini meliputi 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define),


perancangan(design),pengembangan (develop) dan diseminasi (disseminate)
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap pendefinisian (define)
Tahap pendefisian berguna untuk menentukan dan
mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran
serta mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk
yang akan dikembangkan.Dalam tahap ini dibagi menjadi beberapa
langkah yaitu :
a. Analisis Awal (Front-end Analysis)
Analisis awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan dasar
dalam pengembangan media pop-up. Pada tahap ini dimunculkan
fakta-fakta dan alternatif penyelesaian sehingga memudahkan untuk
menentukan langkah awal dalam pengembangan media pop-up yang
sesuai untuk dikembangkan.
b. Analisis Peserta Didik (Learner Analysis)
Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal
perencanaan.Analisis peserta didik dilakukan dengna cara
mengamati karakteristik peserta didik.Analisis ini dilakukan dengan
mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik,
baik sebagai kelompok maupun individu. Analisis peserta didik
meliputi karakteristik kemampuan akademik, usia, dan motivasi
terhadap mata pelajaran.
c. Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas
utama yang akan dilakukan oleh peserta didik. Analisis tugas terdiri
dari analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) terkait materi yang akan dikembangkan melalui media pop-up.
d. Analisis Konsep (Concept Analysis)
Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi dalam
media pop-up yang dikembangkan. Analisis konsep dibuat dalam
39

peta konsep pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai sarana


pencapaian kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi dan
menyusun secara sistematis bagian-bagian utama materi
pembelajaran.
e. Analisis Tujuan Pembelajaran (Specifying Instructional Objectives)
Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan
indikator pencapaian pembelajaran yang didasarkan atas analisis
materi dan analisis kurikulum.Dengan menuliskan tujuan
pembelajaran, peneliti dapat mengetahui kajian apa saja yang akan
ditampilkan dalam media pop-up, menentukan kisi-kisi soal, dan
akhirnya menentukan seberapa besar tujuan pembelajaran yang
tercapai.
2. Tahap Perancangan (design)
Setelah mendapatkan permasalahan dari tahap pendefinisian,
selanjutnya dilakukan tahap perancangan. Tahap perancangan ini
bertujuan untuk merancang suatu media pop-up yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPA. Tahap perancangan ini meliputi:
a. Penyusunan Tes (criterion-test construction)
Penyusunan tes instrumen berdasarkan penyusunan tujuan
pembelajaran yang menjadi tolak ukur kemampuan peserta
didikberupa produk, proses, psikomotor selama dan setelah kegiatan
pembelajaran.
b. Pemilihan Media (media selection)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media
pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Media dipilih untuk menyesuaikan
analisis peserta didik, analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik
target pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang
bervariasi dari media yang berbeda-beda. Hal ini berguna untuk
membantu peserta didik dalam pencapaian kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang diharapkan.
40

c. Pemilihan Format (format selection)


Pemilihan format dilakukan pada langkah awal.Pemilihan
format dilakukan agar format yang dipilih sesuai dengan materi
pembelajaran.Pemilihan bentuk penyajian disesuaikan dengan
media pembelajaran yang digunakan. Pemilihan format dalam
pengembangan dimaksudkan dengan mendesain isi
pembelajaran,pemilihan pendekatan, dan sumber belajar,
mengorganisasikan dan merancang isi pop-up, membuat desain
pop-up. yang meliputi desain layout, gambar, dan tulisan.
d. Desain Awal (initial design)
Desain awal (initial design) yaitu rancangan media pop-up yang
telah dibuat oleh peneliti kemudian diberi masukan oleh dosen
pembimbing, Masukan dari dosen pembimbing akan digunakan
untuk memperbaiki media pop-up sebelum dilakukan produksi.
Kemudian melakukan revisi setelah mendapatkan saran perbaikan
media pop-up dari dosen pembimbing dan nantinya rancangan ini
akan dilakukan tahap validasi. Rancangan ini berupa Draft I dari
media pop-up.
3. Tahap Pengembangan (develop)
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media
pop up yang sudah direvisi berdasarkan masukan ahli dan uji coba
kepada peserta didik.Terdapat dua langkah dalam tahapan ini yaitu
sebagai berikut:
a. Validasi Ahli (expert appraisal)
Validasi ahli ini berfungsi untuk memvalidasi konten materi
IPA dalam media pop-up sebelum dilakukan uji coba dan hasil
validasi akan digunakan untuk melakukan revisi produk awal. Media
pop-up yang telah disusun kemudian akan dinilai oleh dosen ahli
materi dan dosen ahli media, sehingga dapat diketahui apakah media
pop-up tersebut layak diterapkan atau tidak. Hasil dari validasi ini
digunakan sebagai bahan perbaikan untuk kesempurnaan media pop-
41

up yang dikembangkan. Setelah draf I divalidasi dan direvisi, maka


dihasilkan draf II.Draf II selanjutnya akan diujikan kepada peserta
didik dalam tahap uji coba lapangan terbatas.

b. Uji Coba Produk (development testing)


Setelah dilakukan validasi ahli kemudian dilakukan uji coba
lapangan terbatas untuk mengetahui hasil penerapan media pop-up
dalam pembelajaran di kelas, meliputi pengukuran motivasi
belajarpeserta didik, dan pengukuran hasil belajar peserta didik.
Hasil yang diperoleh dari tahap ini berupa media pop-up yang telah
direvisi.
4. Tahap Diseminasi (diseminate)
Setelah uji coba terbatas dan instrumen telah direvisi, tahap
selanjutnya adalah tahap diseminasi. Tujuan dari tahap ini adalah
menyebarluaskan media pop-up. Pada penelitian ini hanya dilakukan
diseminasi terbatas, yaitu dengan menyebarluaskan dan
mempromosikan produk akhir media pop-up secara terbatas kepada
guru IPA di MA/MTS Ibadurrahman.
C. Subjek penelitian
Penilitian ini diujicobakan kepada peserta didik kelas X MA
Ibadurrahman semester genap tahun ajaran 2022/2023 karena peserta
didik pada kelas terebut sudah memperoleh materi invertebrata saat kelas
X semester genap. Subjek penelitian uji coba skala terbatas adalah
peserta didik kelas XI sebanyak 20 orang dan guru biologi MA
Ibadurrahman.
D. Teknik pengumpulan data

9
Depdiknas (2008) dan Azhar Arsyad (2011) Paul Jackson (1993) dan Donna & Camelle (2006)
42

Data penelitian diperoleh melalui hasil validasi terhadap produk


sumber belajar yang telah dirancang dan dibuat untuk menentukan
kelayakan produk tersebut. Pengambilan data diperoleh melalui uji
kelayakan produk oleh para ahli media dan ahli materi, serta data dari
responden yang diperoleh melalui angket.

10

Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara tidak


terstruktur dan angket.Pengambilan beberapa teknik instrumen penelitian
dilakukan untuk memperoleh data yang valid dari beberapa responden
yang terdiri dari ahli media, ahli materi, dan peserta didik. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
a. Observasi
Observasi dilakukan di MA Ibadrrahman.Observasi dilakukan
untuk mengetahui gambaran secara langsung mengenai kegiatan
belajar biologi dan untuk mendapatkan data mengenai kebutuhan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawara yang telah
tersususun secara sistematis dan lengkapa untuk pengumpulan
datanya. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi
awal mengenai permasalahan yang ingin diselesaikan melalui sebuah
penelitian. Dalam konteks penelitian, wawancara digunakan untuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kelas tentang
kebutuhan sumber belajar pendukung yang dapat mempermudah
kegiatan pembelajaran dan dapat menyampaikan pesan dari materi
pembelajaran yang diajarkan.
c. Lembar Validasi Media pop-up

10
Prosedur Pengembangan Model 4-D (Sumber: Diadaptasi dari Thiagarajan 1974: 6-9) S.
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974: 5), Sugiyono, 2012: 407
43

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang


penilaian dari ahli terhadap media pop-up yang dikembangkan. Hasil
penilaian ini dijadikan dasar untuk perbaikan produk sebelum
diujicobakan. Lembar validasi media pop-up diisi oleh dosen ahli
dan guru IPA.Lembar validasi media pop-up terdiri dari lembar
penilaian kelayakan media pop up yang disusun menggunakan skala
Likert. Penyusunan lembar validitas ini dikembangkan berdasarkan
kisi-kisi instrument penilaian media pop up untuk ahli materi dan
ahli media yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Materi

NO INDIKATOR Julmah
Butir

A. Aspek Kelayakan Isi

1 Kesesuaian materi dengan kompetensi dasar 1

2 Kedalaman materi sesuai dengan perkembangan 1


kognitif peserta didik

3 Kebenaran konsep yang disajikan 1

4 Kelengkapan bahan ajar 1

5 Kebermanfaatan media pop-up 1

B. Aspek Kebahasaan

1 Kesesuaian dengan kaidah EYD Bahasa 1


Indonesia

2 Efektifitas dan efisiensi bahasa 1

C. Aspek Penyajian

1 Kejelasan tujuan dan indikator pada media 1


44

2 Kelengkapan informasi 1

3 Penyajian materi secara logis dan sistematis 1

4 Penyajian materi memotivasi peserta didik 1

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Media

No Butir Jumlah Butir

A. Tampilan dan Konten

1 Komposisi warna 1

2 Gambar 1

3 Huruf 1

4 Tata letak (layout) 1

5 Petunjuk Penggunaan 1

B. Karakteristik

6 Penggunaan 1

7 Daya Tarik 1

8 Unsur 3D 1

E. Teknik analisis data


Data akan diambil dengan microsof excel
Jawaban tingkat kelayakan produk dapat dilihat dari jawaban
dari responden yang memberikan penilaian dengan memberikan tanda
cheklist (√) pada lembar instrumen penilaian produk sesuai dengan tingkat
kelayakan produk yang diujikan.
45

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif presentase yang


didapat dari angket yang telah diisi.Berikut ini langkah langkah untuk
menganalisis data dari angket yaitu:
1. Memeriksa jawaban
Angket yang telah diisi oleh responden diperiksa kelengkapan
jawabannya yang masih berupa data kasar dan kemudian disusun
sesuai jawaban responden
2. Membuat tabulasi data
Analisis data dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan
menggunakan prinsip analisis kualitatif dengan mencari jumlah skor,
nilai ratarata, nilai maksimum dan nilai minimum
3. Membuat persentase
Penentuan persentase variabel penelitian dilakukan dengan
melakukan persentase penilaiaan tiap variable soal dan keseluruhan
penilaian setiap aspek penilain untuk selanjtnya dipersentasekan secara
keseluruhan dari semua aspek yang diujikan dalam uji kelayakan
produk. Penentuan persentase penilaiaan dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
X=∑X÷N
Keterangan :
X : rata – rata
∑𝑋 : jumlah skor keseluruhan
𝑁 : jumlah individu skor
46

Anda mungkin juga menyukai