Anda di halaman 1dari 8

Journal of Biology Learning

Journal of Biology Learning p-ISSN 2622 – 1476


Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020 e-ISSN 2623 - 2243

Keanekaragaman dan Kemelimpahan Tumbuhan Paku di Cagar Alam


Donoloyo sebagai Bahan Pengembangan Multimedia Interaktif Biologi di
SMA

Fitria Nur Hasanah


Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Email : fitria_n100@yahoo.com

Abstract
This study aims 1) to determine the index of species abundance, characteristics, morphology of ferns in the
nature reservearea of Donoloyo, Watusomo, slogohimo 2) to obtain an alternative source of learning biology in
high school about the abundance of ferns based on interactive multimedia in the form CD 3) to find out the
multimedia validation of interactive learning biology of ferns. This research method is descriptive quantitative
exploration, the instrument used is a direct observation technique with the quadrat method and validation sheet.
The results of the study showed that in the Donoloyo nature reserve, 12 species of ferns were found in 2 classes
and 5 families which showed in the medium category. Observations of ferns are used as learning resources in
the form of interactive multimedia learning. The quality of interactive media assessed by 3 validators namely
material experts, media experts, and biology teacher get a percentage >80% (very valid) interactive multimedia
is ready to be used as a learning media for biology in high school.

Keywords: diversityand abundance , multimedia interactive learning, ferns

PENDAHULUAN biologi berwujud kumpulan fakta-fakta


Pendidikan di sekolah pada dasarnya maupun konsep-konsep sebagai hasil dari
merupakan kegiatan belajar mengajar, yaitu proses keilmuan biologi (Sudjoko, 2001:2).
interaksi antara guru dan siswa. Keberhasilan Pada perkembangan saat ini, ilmu
suatu pendidikan itu tergantung pada proses pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
belajar mengajar di sekolah. Seiring dengan berkembang secara pesat dan tersebar secara
Perkembangan ilmu pengetahuan dan meluas sehingga mempengaruhi segenap
teknologi yang semakin pesat, dunia bidang kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan juga berkembang dengan pesat pendidikan. Komputer sebagai salah satu
pula. Perkembangan itulah yang memberikan perkembangan teknologi telah bergeser
peluang pada guru sebagai pengelola proses penggunaannya sebagai sumber belajar.
pembelajaran, untuk memanfaatkan suatu Dalam kegiatan pembelajaran penggunaan
obyek sebagai sumber belajar sesuai dengan komputer digunakan untuk menerapkan
kurikulum yang berlaku. Siswa dituntut konsep efektivitas, membantu manusia
untuk aktif dan mampu mandiri dalam mengerkjakan tugas-tugas tertentu dengan
belajar. baik, cepat, tepat, dan menyenangkan.
Biologi sebagai ilmu memiliki Berdasarkan hasil wawancara dengan
kekhasan tersendiri dibandingkan dengan guru SMA N 1 Slogohimo, SMA N 1
ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan Jatisrono dan SMAN 1 Girimarto diketahui
salah satu ilmu pengetahuan yang bahwa kebanyakan nilai mata pelajaran
mempelajari makhluk hidup dan biologi pada bab plantae materi tumbuhan
kehidupannya dari berbagai aspek persoalan paku masih banyak yang belum tuntas dan
dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan masih belum bisa memahami materi tersebut.

104 journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/


Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

Prosentase nilai yang tuntas di bawah 60% sumber belajar atau wahana fisk yang
dari KKM yang telah ditetapkan di SMA. mengandung materi instruksional
Pembelajaran biologi kelas X ini banyak dilingkungan siswa yang dapat merangsang
dilakukan di kelas dan media yang digunakan siswa untuk belajar (Gagna dan Briggs, 1925
hanya terbatas pada buku saja yang akan dalam Surtikanti dan Sri Hartini, 2009:4).
mengakibatkan siswa bosan yang akan Hutan merupakan salah satu
mengakibatkan nilainya di bawah KKM. ekosistem yang didalamnya terdapat berbagai
Seiring dengan perkembangan zaman, komponen dan memiliki keanekaragaman
sumber-sumber belajar yang tersedia di hayati yang sangat tinggi. Hal ini merupakan
lingkungan sekitar masih kurang di suatu kekayaan yang tidak ternilai dan
manfaatkan sehingga pelaksanaan proses mempunyai potensi genetic yang besar pula.
belajar mengajar juga kurang optimal yang Hutan merupakan gudang plasma nutfah dari
mengakibatkan mutu pendidikan belum bisa berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Jika
tercapai. Seperti halnya kita bisa hutan rusak, dapat dipastikan akan terjadi
memanfaatkan lingkungan di sekitar kita erosi plasma nutfah yang akan berakibat
sebagai sumber belajar dan dapat punahnya bernbagai kehidupan yang awalnya
dikembangkan sebagai media pembelajaran. berada dihutan serta menurunnya
Kebanyakan kegiatan pembelajaran di keanekaragaman hayati merupakan sumber
sekolahan hanya memanfaatkan konsep yang daya alam sangat bermanfaat.
berasal dari buku, tidak langsung Tumbuhan paku merupakan suatu
menggunakan objek nyata. Ini yang divisi yang warganya telah jelas mempunyai
menyebabkan siswa kurang memahami kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat
konsep materi yang disampaikan oleh guru. dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu
Padahal siswa mampu mengingat materi jika akar, batang, dan daun. Namun demikian,
memanfaatkan objek secara nyata atau secara pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji
langsung. (Gembong Tjitrosoepomo, 2003:219).
Proses pembelajaran merupakan Berbagai jenis tumbuhan paku dapat
proses komunikasi dan berlangsung dalam dijumpai mulai dari daerah pantai (hutan
suatu system, maka media pembelajaran bakau), dataran rendah, rawa, sawah tegalan,
menempati posisi yang cukup penting kebun, sampai kawasan pegunungan.
sebagai salah satu komponen system Tumbuhan paku dapat hidup di tempat yang
pembelajaran. Tanpa media, komunikasi lembab, umumnya jumlah jenis tumbuhan
tidak akan terjadi dan proses pembelajaran paku di daerah pegunungan lebih banyak dari
sebagai proses komunikasi juga tidak akan pada di dataran rendah. Hal ini disebabkan
berlangsung secara optimal. oleh kelembaban yang tinggi, banyaknya
Media pembelajaran meliputi alat aliran air dan adanya kabut, banyaknya curah
yang secara fisik digunakan untuk hujan pun mempengaruhi jenisnya
menyampaikan isi materi pengajaran yang (Sastrapradja, 1979:7, dalam Anita C Devi,
terdiri dari antara lain buku, tape recorder, 2016).
kaset, video kamera, video recorder, film, Kawasan Cagar Alam Donoloyo yang
slide (gambar bingkai) dan computer. terletak di Desa Watusomo menyimpan
Dengan kata lain media adalah komponen pesona keanekaragaman hayati yang tinggi,
105
journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/
Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

tentunya berbagai jenis tumbuhan yang Serta Mengaitkan Peranannya dalam


terdapat di Cagar Alam Donoloyo tersebut Kelangsungan Kehidupan di Bumi”, Untuk
melimpah dan dapat tumbuh dengan baik. mengetahui validasi multimedia
Meskipun tumbuhan paku memiliki pembelajaran interaktif dalam pembelajaran
keanekaragaman yang tinggi serta mampu biologi materi tumbuhan paku.
hidup dalam kondisi lingkungan yang
bervariasi, berbagai jenis tumbuhan tertentu METODE
terancam kelestariannya karena rusaknya Penelitian dilakukan di Kawasan
ekosistem akibat tekanan ekonomi dan Cagar Alam Donoloyo Desa Watusomo
teknologi yang ditebangi untuk kepentingan Kecamatan Slogohimo yang dilakukan pada
sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan bulan Mei-Juli 2018.
Bapak Totok selaku Mandor di Kawaan Penelitian ini merupakan penelitian
Cagar Alam Donoloyo bahwa belum pernah deskriptif kuantitatif eksplorasi dimana
ada yang melakukan penelitian di tempat deskriptif kuantitatif ini telah memenuhi
tersebut khususnya terhadap tumbuhan paku. kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,
Berdasarkan alasan di atas salah satu obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.
tempat yang merupakan vegetasi tumbuhan Metode penelitian kuantitatif karena data
paku di Indonesia adalah kawasan Cagar penelitian berupa angka-angka dan analisis
Alam Donoloyo kecamatan Slogohimo, menggunakan statistik (Sugiyono, 2014).
kabupaten wonogiri, Jawa Tengah. Peneliti menggambarkan keadaan suatu
Tumbuhan paku di daerah ini belum variable secara kuantitatif dan di analisis
dieksplorasi jenisnya, maka dari itu peneliti setelah data terkumpul. Instrument yang
tertarik untuk melakukan penelitian dengan digunakan pada penelitian ini berupa teknik
judul “Studi Eksistensi Keanekaragaman dan pengamatan langsung, dengan metode
Kemelimpahan Tumbuhan Paku di Kawasan kuadrat. Populasi yang akan diteliti adalah
Cagar Alam Donoloyo Desa Watusomo seluruh tumbuhan paku yang ada di Kawasan
Kecamatan Slogohimo Sebagai Bahan Cagar Alam Donoloyo Desa Watusomo
Pembuatan Multimedia Pembelajaran Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri.
Interaktif Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas Teknik pengambilan sampel. Dalam
X Semester Genap”. penelitian ini membagi lokasi penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menggunakan plot. Plot ditempatkan pada
mengetahui indeks kemelimpahan jenis, ciri, setiap stasiun berdasarkan purposive
morfologi tumbuhan paku di kawasan Cagar sampling dengan metode kuadrat. Metode
Alam Donoloyo Desa Watusomo Kecamatan kuadrat adalah persegi dengan berbagai
Slogohimo, Untuk memperoleh salah satu ukuran dari 10 m2 sampai 100m2 (Fachrul,
alternative sumber belajar biologi di SMA 2007). Dengan pengamatan dibagi menjadi 3
tentang kemelimpahan jenis tumbuhan paku lokasi dengan tiap lokasi dibagi menjadi 3
yang berbasis Multimedia Interaktif berupa stasiun ditentukan berdasarkan metode
CD pada KD “Menerapkan Prinsip kuadrat. Teknik analisis data dengan
Klasifikasi Untuk Menggolongkan mengidentifikasi tumbuhan paku dan
Tumbuhan ke dalam Divisio Berdasarkan menghitung keanekaragaman dengan
Pengamatan dan Metagenesis Tumbuhan menggunakan rumus Shannon dan Wiener
106 journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/
Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

(1949). Besarnya indeks keanekaragaman


jenis menurut Shannon-Wienner di HASIL DAN PEMBAHASAN
definisikan sebagai berikut. Dalam penelitian ini di ambil tiga
1) Besaran H’ < 1.5 menunjukkan lokasi penelitian meliputi lokasi I bagian
keanekaragaman jenis tergolong rendah timur Cagar Alam Donoloyo yang dekat
2) Besaran H’ = 1.5 -3.5 menunkkan dengan sungai, lokasi II bagian tengah Cagar
keanekaragaman jenis tergolng sedang Alam, dan lokasi ke III bagian barat Cagar
3) Besaran H’ > 3.5 menunjukkan Alam Donoloyo. Tiap lokasi penelitian
keanekaragaman tergolong tinggi dibagi menjadi 3 stasiun pembagian stasiun
(Rusdianto 2014). dari tiap lokasi penelitian, tiap lokasi
Kemudian menyusun angket yang akan penelitian pada stasiun 1 yaitu bagian utara
diberikan kepada 3 validator untuk menilai Cagar Alam Donoloyo, stasiun 2 bagian
kualitas media. Data yang sudah diperoleh tengah Cagar Alam Donoloyo, sedangkan
dari 3 validator kemudian dihitung stasiun 3 bagian selatan dari kawasan Cagar
prosentase kelayakan produk dengan rentang Alam Donoloyo.
nilai kelayakan produk menurut Sudjana Kegiatan pengamatan tumbuhan paku
(2005) dengan modifikasi. di kawasan Cagar Alam Donoloyo dilakukan
Pembuatan media dilakukan melalui pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB dan
data hasil identifikasi jenis-jenis tumbuhan sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Dari
paku yang telah didapat di Kawasan Cagar ketiga lokasi penelitian tidak hanya
Alam Donoloyo Desa Watusomo Kecamatan dilakukan perhitungan jumlah tumbuhan
Slogohimo, selanjutnya dari hasil penelitian paku yang di temui tetapi juga dilakukan
tersebut dibuat media pembelajaran perhitungan faktor lingkungan yang meliputi
berbentuk multimedia interaktif. Multimedia suhu, kelembaban, ketinggian tempat, Ph
interaktif yang dimaksud adalah powerpoint tanah dan kecepatan angina dengan
dengan indikator pencapaian, tujuan menggunakan alat yang sudah tersedia dari
pembelajaran, video, materi, dan evaluasi Laboratorium Biologi Universitas Veteran
dalam bentuk soal post tes. Selanjutnya Bangun Nusantara Sukoharjo.
perencanaan kegiatan pembuatan media Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
berbasis multimedia interaktif kemudian berupa indeks keanekaragaman dan
dikembangkan berupa powerpoint dan uji kemelimpahan, sumber belajar biologi dan
kelayakan ahli media dan materi oleh dosen, validasi media pembelajaran interaktif
dan uji kelayakan praktisi oleh guru Biologi
SMA.
Tabel 1. Tabel yang Tidak Cukup ditulis dalam Setengah Halaman
Kelas
No Spesies
Psilophytinae Lycopodinae Equisetinae Filicinae
1. Lycopodium clavatum √
2. Pteris ensiformis √
3. Pteris vittata √
4. Nephrolepis falcate √
5. Adiantum tenerum √

107
journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/
Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

Kelas
No Spesies
Psilophytinae Lycopodinae Equisetinae Filicinae
6. Adiantum sp √
7. Lygodium sp √
8. Lygodium microphyllum √
9. Marsilea crenata √

10. Tectaria crenata √


Pityrogramme √
11.
calomelanos
12. Davallia sp √
13. Nephrolepis biserrata √

H'
2.5
2.4
2.3
2.2 H'

2.1
2
LOKASI I LOKASI II LOKASI III

Gambar 1. Grafik indeks keanekaragaman pada lokasi 1, II dan III.

Kemelimpahan tumbuhan paku atau bab sebelumnya bahwa beberapa tumbuhan


INP di kawasan cagar alam donoloyo pada paku tidak dapat tumbuh di tempat yang
lokasi I yang paling tinggi adalah pada dikenai sinar matahari (Holtum, 1986).
Famili Polipodiaceae yaitu spesies Untuk mengetahui tingkat
Lycopodium microphyllum sebesar 21,733 % kemelimpahan tumbuhan paku dapat
dan INP yang terendah pada Famili diketahui dari INP pada masing-masing
Marsileaceae pada spesies Marsilea crenata spesies yang ditemukan. Dari data yang
sebesar 6,395%. Indeks Tingkat diperoleh dianalisis terlihat bahwa INP
keanekaragaman Pteridophyta pada Lokasi I tertinggi yaitu Famili Polipodiaceae pada
yaitu sebesar H’=2.525 termasuk pada spesies Pteris vittata yaitu sebesar 27,83%,
kriteria keanekaragaman sedang. sedangkan INP terendah yaitu Famili
Berdasarkan hasil pengukuran faktor Marsileaceae pada spesies Marsilea crenata
pengaruh pertumbuhan pada lokasi II suhu 5,28%. Indeks keanekaragaman tumbuhan
udara 25⁰C, kelembaban 70%, ketinggian paku di Kawasan Cagar Alam Donoloyo
445 mdpl, dan pH tanah 6, dimana tumbuhan pada lokasi II dianalisis dengan
tidak terlalu banyak tumbuh karena sinar menggunakan H’ Indeks Shannon and
matahari yang langsung menyinari tanah Wiener. Dari data yang diperoleh H’ sebesar
menyebabkan suhu agak terlalu tinggi sesuai 2,214.
dengan kajian teori yang sudah di bahas pada
108 journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/
Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

Berdasarkan pengukuran faktor penelitian I saja. Spesies ini kebanyakan


lingkungan pada lokasi III dengan suhu dapat hidup di daerah air dikarenakan pada
28⁰C, kelembaban 62%, ketinggian 445mdpl lokasi 1 berada di tepi sungai berbeda dengan
dan pH tanah 6. Pada lokasi penelitian III lokasi 2 dan lokasi 3.
mengalami perbedaan hasil pengukuran Tumbuhan paku yang paling banyak
kelembaban udara dikarenakan kelembaban ditemukan adalah dari kelas Flicinae dan
udara berbanding terbalik dengan suhu udara, paing sedikit yaitu dari kelas Lycopodinae
semakin tinggi kelembaban udara maka suhu sesuai dengan teori yang menyatakan di
udara semakin rendah (Ardhana, 2012). kawasan kepulauan Indonesia diperkirakan
INP tumbuhan paku pada pengamatan terdapat 4000 jenis tumbuhan paku yang
lokasi III yang tertinggi yaitu spesies Pteris mayoritasnya dari kelas Filicinae (1995).
ensiformis sebesar 26,66 % dan yang Kebanyakan jenis tumbuhan paku yang
terendah yaitu spesies Pityrogramme ditemukan hidupnya secara terestrial.
calomelanos sebesar 20,14 %. Indeks Keanekaragaman di Kawasan Cagar
keanekaragaman tumbuhan paku pada lokasi Alam Donoloyo menunjukkan bahwa indeks
ini yaitu sebesar H’=2.18 masih termasuk keanekaragaman tumbuhan paku tergolong
dalam kategori indeks keanekaragaman kategori sedang karena berada pada kisaran
sedang. angka diatas 1,5 – 2,5 = indeks
Dari seluruh lokasi penelitian spesies keanekaragaman sedang (Rusdianto, 2014).
yang paling banyak adalah spesies dari kelas Validator Penguji Media Skor
Filicinae. Menurut Tjitrosoepomo (1989) Validator 1 Ahli Materi 83,33 %
kelas Filicinae dari segi ekologis tumbuhan 95,83 %
Validator 2 Ahli Media
ini termasuk higrofit, banyak tumbuh di
Validator 3 Guru Biologi 78,75 %
tempat-tempat yang teduh dan lembab.
Menurut Morgan (2001) tumbuhan paku ini Berdasarkan hasil penilaian yang
tumbuh di daerah tropis pada umumnya dilakukan oleh ahli materi diperoleh skor
menghendaki kisaran suhu 21-27⁰C untuk 110. Skor tersebut kemudian dianalisis
pertumbuhannya. Dengan keadaan dengan menggunakan teknis analisis data
temperature yang sesuai menyebabkan presentase yaitu skoryang yang
penyebaran jenis tumbuhan paku banyak di diperolehdibagi dengan skor maksimal
hutan tropis. Dari kelas Filicinae spesies kemudian dikonversi dalam presentase. Skor
yang banyak ditemukan yaitu dari Famili maksimal dalam penilaian materi ini adalah
Polipodiceae, yaitu tumbuhan paku yang 132. Setelah dikonversi dalam bentuk
memiliki jumlah jenis tertinggi. Hal ini presentase skor menjadi 83.33% . presentase
sesuai dengan teori Lawrence (1985), famili tersebut menunjukkan bahwa materi masuk
Polipodiceae merupakan famili dari dalam kategori sangat layak berdasarkan
tumbuhan paku yang paling banyak rentan ppresentase 82% - 100 % termasuk
jumlahnya, yaitu sekitar 170 genus dan 7000 dalam kriteria sangat layak, sehingga secara
jenis yang tersebar di seluruh dunia. Untuk keseluruhan berdasarkan validasi ahli materi
spesies yang paling sedikit ditemukan yaitu pada materi Pteridophyta (Tumbuhan paku)
Marsilea crenata dari Famili Marsileaceae yang dijadikan sebagai bahan pembuatan
yang hanya ditemukan pada Lokasi
109
journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/
Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

multimedia interaktif termasuk dalam (Pteridophyta) untuk Sekolah Menengah


kategori sangat layak. Atas kelas X Semester Genap. Kegiatan-
Berdasarkan hasil penilaian yang kegiatan belajar dan hasil penelitian
dilakukan oleh ahli media, diketahui skor padamodul ini diharapkan dapat menarik
yang diperoleh sebanyak 92 dengan skor motivasi dan meningkatkan hasil belajar
maksimal 96. Skortersebut kemudian siswa. Hasil penelitian Sulastri, Wiharti,
dianalisis dengan menggunakan teknis Nugroho (2019) dalam penelitiannya juga
analisis data presentase yaitu skor yang mengembangkan modul biologi berbasis
diperoleh dibagi dengan skor maksimal penelitian. Modul biologi yang berbasis
kemudian dikonversi dalam bentuk penelitian dapat meningkatkan aktivitas dan
presentase. Setelah dikonversi dalam bentuk hasil belajar siswa.
presentase skor menjadi 95.83%. Presentase
tersebut menunjukkan bahwa media masuk KESIMPULAN DAN SARAN
kategori sangat layak yaitu antara 82%-100. Berdasarkan data pengamatan dan
Sehingga secara keseluruhan berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan
validasi ahli media multimedia pembelajaran bahwa Indeks keanekaragaman tumbuhan
interaktif masuk pada kategori sangat layak paku di Kawasan Cagar Alam Donoloyo dari
untuk dimanfaatkan sebagai bahan ketiga lokasi termasuk dalam kategori sedang
pembelajaran. yaitu berada pada angka 1,5≥H’≥3,5.
Sedangkan untuk penilaian validasi Keanekaragaman tumbuhan paku yang
pengguna/praktisi diperoleh skor sebanyak termasuk tinggi yaitu pada lokasi I dengan
63 dan skor maksimal 80. Skor tersebut nilai H’=2.442 dan terendah pada lokasi II
kemudian dianalisis dengan menggunakan dengan nilai H’ sebesar 2,214 dan lokasi III
teknis analisis data presentase yaitu skor dengan nilai H’=2.18, tumbuhan paku yang
yang diperoleh dibagi dengan skor maksimal diperoleh sebanyak 12 spesies dengan ciri
kemudian dikonversi dalam bentuk dan morfologi tumbuhan paku yang berbeda.
presentase. Setelah dikonversi dalam bnetuk Produk penelitian ini dapat digunakan
presentase, skor menjadi 78.75%. presentase sebagai bahan pembuatan multimedia
tersebut menunjukkan bahwa media tersebut pembelajaran interaktif tentang dunia
masuk dalam kategori layak dengan tumbuhan (plantae) pteridophyta dengan
berdasarkan rentan presentase yaitu 63%- memanfaatkan lingkungan sekitar untuk
81% termasukdalam kategori layak. pengamatan dan untuk pendamping pada saat
Sehingga secara keseluruhan berdasarkan pembelajaran berlangsung dengan bentuk
validasi pengguna/ahli guru Biologi terhadap CD. Kualitas media interaktif yang dinilai
multimedia pembelajaran interaktif masuk oleh 3 validator yaitu ahli media, ahli materi,
pada kategori layak. dan guru biologi/pengguna memperoleh
Hasil penilaian ahli materi, ahli media prosentase >80% (sangat valid) multimedia
dan ahli pengguna bahwa multimedia interaktif siap digunakan sebagai media
pembelajaran interaktif yang dibuat pembelajaran biologi di SMA.
menunjukkan kategori sangat layak dalam
mendukung aktivitas pembelajaran peserta
didik dengan materi tumbuhan paku
110 journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/
Journal of Biology Learning
Volume 2, Issue 2, page 104-111, September 2020

DAFTAR PUSTAKA
Devy, A Candra. (2016). Keanekaragaman dan
Kelimpahan Tumbuhan Paku di Kawasan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dago
Pakar Bandung. Diakses dari:
http//repository.unpas.ac.i/13882/ (Diakses
12 Desember 2017 pukul 11:31 WIB).
Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&G. Bandung: Alfabeta
Sulastri, S., Wiharti, T., & Nugroho, A. A. (2019).
Keanekaragaman Tumbuhan Paku di
Kawasan Wisata Alam Candi Muncar
Wonogiri Sebagai Bahan Penyusunan Modul
Pembelajaran. Journal of Biology
Learning, 1(1).
Tjitrosoepomo, Gembong. (1989). Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

111
journal homepage : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/JBL/

Anda mungkin juga menyukai