Anda di halaman 1dari 12

RESUME SEMINAR

PERAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS POTENSI LOKAL


DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Umum yang diampu oleh:
Iing Dwi Lestari M.Si.

Disusun Oleh:

 Iis Susilawati (222441190027)


 Rizka Chaerunisa (2224190066)
 Dian Ayu Cahyani (2224190068)
 Hilmiatul Hilda Hadzami (2224190070)
 Ardia Regita Cahyani (2224190071)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN 2019
1. RESUME SEMINAR

PERAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS POTENSI LOKAL


DALAM MENGANTISIPASI ERA DIGITALISASI 4.0

Oleh

Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M.Pd

Revolusi 4.0 merupakan suatu era dimana teknologi ini berperan sangat
besar , semua hal dihubungkan di internet atau dengan istilah lainnya semua hal
serba modern . Banyak anak anak yang belajar melalui internet seperti yuotube atau
khan education sehingga peran guru mengalami disrupsi .Pendidikan global adalah
pendidikan yang kreatif kearah perubahan, menyadarkan siswa tentang pentingnya
kebersamaan sehingga dapat memebekali siswa dengan keterampilan ,pengetahuan
dan sikap agar siswa mendapatkan keberhasilan hidup.

Pada era ini siswa melek teknologi namun softskliinya kurang . pendidikan
sekarang hanya sekedar knowing education tidak being education , maksudnya
siswa hanya mengetahui ilmu saja tapi tidak bisa menerapkannya . Ini adalah salah
satu peran guru yang tidak bisa dilepas atau dilupakan begitu saja , karena being
education itu di dapatkan dari guru tidak bisa di dapatkan dengan belajar dari
internet . Jadi agar guru tidak terdisrupsi maka guru harus mau dam mampu
mengelola pembelajaran untuk membekali siswa dengan keterampilan
keterampilan yang tidak mereka miliki dan tidak dilakukan oleh computer. Karena
sebanyak 75% orang belajar melalui pengamatan khususnya keterampilan dan sikap
khususnya pada anak usia dini .

Kearifan lokal adalah segala sesuatu yang mengacu kepada semua bentuk
peristiwa ,objek,perkataan yang mengandung nilai nilai kebijaksanaan yang
terdapat di wilayah setempat , tidak terbatas hanya pada budaya lokal namun bisa
juga budaya dari daerah lain . Dalam pembelajaran guru harus menerapkan kearifan
lokal sebagai konten materi pelajaran,inspirasi dan pengembangan karakter agar
siswa tidak melupakan kearifan lokal budayanya sendiri karena terlena dengan
perkembangan teknologi yang ada .
Dalam pembelajaran biologi juga harus berbasis kearifan lokal agar dapat
membentuk siswa yang berpengetahuan ,berketerampilan dan bersikap positif serta
memilliki soft skills sehingga mampu hidup di era digital 4.0 dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi. Salah satu contoh pembelajaran biologi dapat
membangun karakter siswa adalah dengan menganalogikan setiap kejadian atau
peristiwa makhluk hidup dengan sebuah sikap , seperti proses metamorphosis kupu
kupu . Saat menjadi ulat kita analogikan sebagai sebuah sikap yang rakus , merusak
alam dan hal ini berarti buruk dan tidak boleh dilakukan . pada tahap kepompong
kita bisa belajar tetang pengendalian diri dan sabar .

Proses perkecambahan juga bisa dijelaskan sebagai cara untuk


mengembangkan karakter peserta didik , salah satunya yaitu kotiledon yang ada
pada tumbuhan yang digunakan sebagai cadangan makanan sampai tumbuhan
tumbuh dewasa dan mampu membuat makanannya sendiri .hal ini dapat diartikan
sebagai bahwa orang tua tidak boleh membiarkan anaknya begitu saja namun harus
memberikan bekal kepada anak untuk bisa bertahan hidup asampai anak
tersebutmandiri.

PERAN BIOLOGI DALAM PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN


HAYATI INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0

Oleh :

Dr.Cahyo Rahmadi

Saat ini terdapat 1 juta spesies hewan dan tumbuhan yang terancam punah ,hal
yang menyebabkan kepunahan tersebut ialah

1. Penutupan lahan
Saat ini lahan banyak yang dijadikan sebagai bangunan atau tempat
tinggal manusia , sehingga hewan dan tumbuhan yang tadinya hidup di
tempat tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan akhirnya mati atau
punah
2. Pemburuan satwa
Banyak orang yang ingin memburu satwa karena tergiur oleh
harganya yang mahal sehingga manusia berlomba lomba untuk menangkap
satwa baik untuk dikoleksi atau dijadikan hewan peliharaan bagi dirinya
sendiri , atau dijual kepada orang lain .hal ini membuat banyak satwa yang
dibunuh sehingga jumlahnya berkurang dan akhirnya teerancam punah.
3. Perubahan iklim
Global warming membuat suhu di bumu menjadi sangat panas dan
ini pun berpengaruh pada perubahan iklim sehingga banyak hewan yang
terkena dampak dari perubahan iklim ini .
4. Membuang sampah sembarangan
5. Invasi alien spesies

Biologi berperan sebagai pondasi dalam pengetahuan tentang keanekaragaman


hayati yang ditopang oleh ilmu taksonomi ,klasifikasi,herbarium dan lain lain
.biologi akan menopang pengetahuan tentang keanekaragaman hayati sebagai
upaya membangun status,monitoring ,tren ,kajian dan modeling .
Biologi dapat mengontrol apa apa saja yang berhubungan dengan
keanekaragaman hayati , baik ketika proses jual beli hewan atau tumbuhan yang
terdapat beberapa aturan yang harus dipenuhi agar proses transaksi dapat terjadi
seperti jumlah populasi hewan atau tumbuhan yang akan di transaksikan. Kita juga
harus paham tentang taksonomi dan klasifikasi dalam biologi agar dapat menjadi
pedoman dalam pengelolaan dan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan
dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 .

ETNOSAIN DAN KEARIFAN LOKAL : IMPLEMENTASI DALAM


PEMBELAJARAN BIOLOGI KONSERVASI

Suroso Mukti Laksono

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Kearifan lokal adalah pengetahuan lokal yang dikembangkan berdasarkan
pengalaman , penggunaannya selama berabad abad dan telah diadaptasikan dengan
budaya dan lingkungan setempat . Banyak kearifan lokal yang selaras dengan
pengetahuan modern sehingga dapat dijadikan konten dalam pembelajaran di
sekolah . Pemanfaatan pembelajaran dengan kearifan lokal tersebut dapat
meningkatkan hubungan peserta didik dengan masyarakat sekitar dan dapat
mengaitkan pengetahuan lokal dengan pengetahuan modern . Pengetahuan
tradisional biasanya masih dalam bentuk cerita lisan dan belum di dokumentasikan
sehingga akan hilang atau tergusur oleh pengetahuan modern jika tidak diajarkan
di sekolah .

Dalam biologi konservasi , terdapat kearifan lokal yang secara tidak


langsung dapat menyelamatkan keanekaragaman hayati . Kearifan lokal dan
kebiasaan masyarakat adat dapat menyelamatkan biodiversitas . Kearifan lokal
dalam bidang pertanian yang membantu pelestarian alam adalah (1) pada saat
musim panen ,tidak semua buah di petik oleh petani namun disisakan untuk
reproduksi (2) hanya buah yang benar benar matang saja yang dipetik (3)
menggunakan beberapa jenis tanaman sebagai penangkal hama .

Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul juga memiliki kearifan lokal yang


berhubungan dengan konservasi biodiversitas yaitu dalam pengelolaan
ekosistemnya . konsep pembagian lansekap yang terdiri dari lembur ,sawah , huma
, kebun, talun,sampalan ,reuma ngora,reuma kolot,leuweung cadangan,leuweung
titipan ,leuweung tutupan . Penggolongan hutan oleh masyarakat Kasepuhan
Banten Kidul ini sesuai dengan pengelolaan dan penggolongan hutan secara
modern dalam konsep Taman Nasional . Masyarakat kasepuhan Banten juga
mampu memanfaatkan tumbuhan dengan tepat , mereka sadar jika tumbuhan
tersebut memiliki manfaat maka akan melindungi tumbuhan tersebut sehingga bisa
diwariskan ke generasi selanjutnya.

Oleh karena itu model pembelajaran untuk konservasi biodiversitas


seharusnya memanfaatkan konteks kearifan lokal , sehingga peserta didik akan
memahami arti penting nilai biodiversitas dengan melihat contoh langsung dalam
kehidupan sehari hari . Pembelajaran tersebut dimulai dari mencari tahu kearifan
lokal daerah tempat mereka tinggal ,lalu menganalisis untuk menemukan alasan
dan manfaatnya , setelah mengetahui itu maka siswa akan melindungi kearifan lokal
yang berhubungan dengan konsevasi tersebut agar tetap terjaga.

2. RANGKUMAN ARTIKEL 1
EKOSISTEM KARST DAN GUA : Gudangnya keanekaragaman hayati
yang unik
Oleh : Dr. Cahyo Rahmadi

Lingkungan gua adalah lingkungan yang memiliki ciri khas tersendiri.


Lingkungan gua mempunyai ciri khas dengan lingkungannya yang gelap.
Lingkungan gua biasanya terbagi menjadi 4 zona, yaitu :
1. Mulut Gua
Daerah yang menghubungkan bagian liar gua dengan bagian dalam gua. Di
bagian ini masih mendapatkan cahaya matahari, kondisi lingkungan seperti
temperatur dan kelembapan mulut gua juga dipengaruhi kondisi luar gua.
Flora dan fauna yang terdapat pada mulut gua masih sama dengan flora dan
fauna di lingkungan luar gua.
2. Zona Peralihan atau Zona Remang-Remang
Daerah ini sudah mulai gelap, tetapi masih terdapat seberkas cahaya.
Kondisi lingkungan juga masih dipengaruhi kondisi luar gua. Flora dan
Fauna mulai berbeda dengan bagian mulut gua baik jenis maupun
jumlahnya.
3. Zona Gelap
Daerah ini sudah gelap total. Kondisi temperatur dan kelembapan
mengalami fluktuasi yang kecil. Flora dan Fauna sudah mulai khas dan
teradaptasi pada lingkungan yang gelap.
4. Zona Gelap Total
Pada daerah ini tidak terdapat cahaya, tidak terdapat aliran udara, kondisi
temperatur dan kelembapan fluktuasinya kecil. Daerah ini biasanya memliki
karbondioksida yang tinggi. Daerah ini biasanya terdapat pada bagian
lorong sempit dan berkelok-kelok.
Berdasarkan aliran sungai, gua terbagi menjadi :
 Gua fosil, tidak terdapat aliran sungai.
 Gua aktif, terdapat aliran sungai.
Di dalam gua terdapat sistem lorong, yaitu :
 Lorong aktif. Terdapat aliran air, dan pembentukan ornamen seperti stalagtit
dan stalagmit masih berjalan.
 Lorong vadose. Lorong sepenuhnya dialiri air dan butuh teknik khusus
untuk melewatinya.
 Lorong pasif. Tidak ditemukan aliran air.
Terdapat bentuk adaptasi di dalam gua, baik morfologi, fisiologi, maupun
perilaku. Karena itu. Karena itu fauna dalam gua memiliki perilaku yang berbeda
dari fauna di lingkungan luar gua. Contohnya :
 Arthropoda : indra penglihatan diganti dengan indra peraba yaitu antena.
 Arachnida : kaki depan laba-laba menjadi indra peraba.
Berdasarkan tingkat adaptasi, fauna gua dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu :
 Trogloxenes : gua sebagai tempat tinggal, cari makan di luar gua.
 Troglophiles : bisa hidup di luar ataupun dalam gua.
 Troglobites : hidup sepenuhnya di dalam gua.

Sumber energi masuk ke dalam gua melalui beberapa cara. 5 sumber pakan gua
diantaranya : guano kelelawar, telur dan guano jangkrik gua, mikroorganisa,
kotoran mamalia, bangkai hewan, tanaman yang terbawa banjir.
5 tipe gua berdasarkan kelimpahan dan jenis sumber pakan, yaitu :
1) Oligotrophic
2) Eutrophic
3) Distrophic
4) Mesotrophic
5) Poecilotrophic
Catatan :
 Flora dan Fauna gua itu khas.
 Potensi. Contoh : sarang burung walet.
 Ancaman. Contoh : Penambangan kapur.
 Harus dilakukan konservasi.

3. RANGKUMAN ARTIKEL 2

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI

BERBASIS ETNOPEDAGOGI

Suroso Mukti Leksono, A. Syachruroji, dan Pipit Marianingsih

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

email: sumule56@yahoo.com
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas, karena
mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Walaupun
luas Indonesia hanya 1,3% dari luas total daratan dunia,Indonesia memiliki
sedikitnya 90 tipe ekosistem, dan kekayaan spesies yang luar biasa (Indrawan,
Primack, & Supriatna,2007). Namun sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
menyadarinya. Hal ini terbukti bahwa kerusakan lingkungan terus berlangsung,
seperti penebangan pohon secara ilegal, penangkapan ikan dengan bom,
perdagangan satwa liar, dan masih banyak lagi aktivitas manusia yang cenderung
merusak lingkungan, yang pada akhirnya menimbulkan bencana alam serta akan
berdampak pada menurunnya biodiversitas.

Rendahnya pemahaman masyarakat tentang arti penting biodiversitas,


menurut Leksono & Rustaman (2012) disebabkan oleh sistem pembelajaran yang
tidak sesuai. Pembelajaran konservasi biodiversitas seharusnya melibatkan siswa
secara aktif dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
(Dikmenli, 2010; Ramadoss & Moli, 2011; Leksono, 2011), dengan tujuan akhir
meningkatkan literasi konservasi biodiversitas (Erdogan, 2009). Literasi
konservasi biodiversitas menurut Leksono dan Rustaman (2012) adalah
kemampuan seseorang untuk memahami biodiversitas dan mengkomunikasikan
biodiversitas, serta menerapkan pengetahuan konservasibiodiversitas untuk
memecahkan masalah-masalah biodiversitas, sehingga memiliki sikap dan
kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah. Pembelajaran
berbasis lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dimaksudkan untuk
dapat meningkatkan kepedulian mereka terhadap arti penting biodiversitas
dengan contoh-contoh nyata pada kehidupan sehari-hari.

Penelitian awal terhadap 31 guru biologi SMA di Kota Serang menunjukkan


bahwa materi lingkungan sekitar hampir tidakpernah digunakan dalam
pembelajaran biodiversitas di Provinsi Banten, padahal Banten mempunyai
kekayaan biodiversitas yang tinggi. Selain mempunyai kawasan konservasi yang
luas, seperti Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, Banten juga mempunyai binatang endemik, seperti Badak Jawa.
Propinsi Banten juga menyimpan banyak kearifan lokal yang berhubungan
dengan konservasi biodiversitas, seperti kearifan lokal dalam memperlakukan
alam pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul. Agenda 21
merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang
pentingnya biodiversitas, pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran
berbasis budaya lokal atau pendekatan etnopedagogi. Pemanfaatan konten
kearifan lokal dalam pembelajaran, selain dapat menyelamatkan pengetahuan
kearifan lokal itu sendiri, juga meningkatkan kepedulian peserta didik tentang
konservasi biodiversitas (Snively & Corsiglia, 2001). Berdasarkan latar belakang
tersebut penelitian ini bertujuan mengembangkan buku ajar berbasis
etnopedagogi untuk meningkatkan literasi konservasi mahasiswa calon guru
biologi. Bahan ajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman calon
guru tentang arti penting biodiversitas, dampak kegiatan manusia terhadap
spesies, komunitas, dan ekosistem serta upaya-upaya penyelamatan
biodiversitas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan literasi konservasi, dan
mampu mengajarkan konservasi biodiversitas berbasis budaya dan kearifan lokal
setempat, sehingga akan terwujud pembangunan berkelanjutan.

Metode untuk mendapatkan contoh kearifan lokal yang berhubungan dengan


konservasi biodiversitas, penelitian mengekplorasi kearifan lokal di masyarakat
adat yang berada di Banten, yaitu di desa Adat Kasepuhan Banten Kidul, di Desa
Cisungsang, Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Penelitian
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2014. Pada tahap ekplorasi
kearifan lokal, metode yang digunakan adalah wawancara dengan key person
untuk mendapatkan data yang akurat tentang pengetahuan lokal yang
berhubungan dengan konservasi biodiversitas yang meliputi cara pengolahan
lahan, cara bercocok tanam dan pemanfaatan makhluk hidup untuk keperluan
sehari-hari, seperti untuk tanaman pangan, sayuran dan lalapan, bumbu
dapur/rempah-rempah, buah-buahan, obat-obatan, bahan bangunan, bahan
pewarna, dan untuk bahan kerajinan yang terdapat di masyarakat adat.

Hasil penelitian.Tahap pertama penelitian ini adalah mengekplorasi kearifan


lokal masyarakat Banten yang berhubungan dengan konservasi biodiversitas.
Kearifan lokal yang digali sebagai dasar pengembangan buku ajar adalah contoh
kearifan lokal yang berhubungan dengan kearifan dalam pengelolaan ekosistem,
jenis dan genetika sesuai dengan pengelompokkan biodiversitas menurut
Maclaurin & Sterelny (2008) bahwa tiga tingkatan biodiversitas yaitu ekosistem,
jenis, dan genetika. Dalam pengelolaan wilayah, masyarakat Kasepuhan
Cisungsang di Banten Kidul memiliki konsep pembagian lansekap secara
tradisional. Pembagian lansekap tersebut meliputi wilayah yang disebut Lembur,
Pekarangan, Sawah, Huma, Kebun, Talun/Dudukuhan, Sampalan (Ladang
Pengembalaan), Reuma Ngora, Reuma Kolot, Leuweung Cadangan, Leuweung
Titipan dan Leuweung Tutupan (Hutan Konservasi). Konsep pembagian
lansekap pada masyarakat Kasepuhan Banten Kidul ini dapat menjadi konten
pembelajaran konservasi biodiversitas pada tingkat ekosistem. Masing-masing
satuan lansekap mempunyai fungsi yang mencerminkan keharmonisan
ekosistem. Pembagian lansekap ini pula menunjukkan adanya kearifan lokal
dalam memenuhi kebutuhan hidup tanpa merusak lingkungan karena di setiap
satuan lansekap tersebut terdapat aturan atau batasan akses dalam pemanfaatan
sumber daya yang ada di dalamnya.Wiratno, dkk. (2001) menyatakan bahwa
berdasarkan analisis historis terhadap peran beberapa sistem pengetahuan lokal
dalam bentuk praktik penggunaan lahan masyarakat tradisional menunjukkan
bahwa telah terdapat cukup bukti pentingnya mengadopsi dan mengintegrasikan
sistem-sistem tersebut dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi. Penelitian
Daniels (2002) juga menyatakan bahwa konsep kearifan lokal dapat menjaga
kelestarian biodiversitas, oleh sebab itu dalam merencanakan konservasi
biodiversitas sebaiknya melibatkan kearifan lokal. Contoh kearifan lokal dalam
pengelolaan spesies tercermin dalam pemanfaatan tumbuhan. Masyarakat
Kasepuhan Cisungsang di Banten Kidul masih menggunaan tumbuhan yang
terdapat di sekitarnya untuk menopang hidupnya. Pemanfaatan jenis tumbuhan
untuk keperluan sehari-hari di Kasepuhan Cisungsang berdasarkan fungsinya
dapat dikelompokkan menjadi tanaman pangan, sayuran dan lalapan, bumbu
dapur/rempah-rempah, buah-buahan, obat-obatan, bahan bangunan, bahan
pewarna, dan untuk bahan kerajinan. Dengan memanfaatkan tumbuhan tersebut,
secara tidak langsung,

4. RANGKUMAN ARTIKEL 3
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA
POKOK BAHASAN KALOR

Moh. Ishaq
Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Negeri Surabaya
e-mail: mohishaq70@gmail.com

Prof. Dr. H.Muslimin Ibrahim, M. Pd,


Dosen Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya

Dr.Soetjipto, M. S.
Dosen Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya

Setiap siswa memiliki keterampilan untuk berpikir. Strategi-strategi


pembelajaran yang berpotensi memberdayakan kemampuan berpikir adalah
authentic instruction, pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran yang mendorong siswa memonitor dan mengarahkan
pembelajarannya sendiri (self regulated learning), cooperative learning, project
based learning. Strategi Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP),
TPS, dan PBMP+TPS dapat meningkatkan kesadaran metakognisi, keterampilan
metakognisi, keterampilan berpikir kritis, dan sikap sosial siswa pada sekolah
multietnis.
Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berfikir siswa adalah
dengan membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis untuk dapat
dikembangkan dalam pembelajaran fisika yang diarahkan pada pembelajaran
konstruktivisme dengan membentuk pembelajaran penuh makna. Oleh karena itu
guru harus berusaha untuk memperoleh sesuatu yang kreatif dengan mengaitkan
antara materi pelajaran yang akan diajarkan dengan pengalaman pribadi setiap
siswa. Pada pola PBMP ini siswa membangun sendiri pemahamannya melalui
interaksi dengan lingkungan belajarnya. Salah satu materi pelajaran yang dapat
menerapkan teknik bertanya ini adalah pada materi kalor. Penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika strategi PBMP yang valid,
praktis, dan efektif sebagai upaya untuk melatihkan keterampilan berfikir siswa
pada materi kalor di SMP.

Peranan LKS-PBMP selama KBM


PBMP merupakan suatu strategi untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa
selama siswa belajar di dalam kelas. Kegiatan ini ditunjang dengan adanya lembar
kegiatan siswa (LKS) yang disebut LKS-PMBP. Dinamakan LKS-PBMP karena
LKS ini memiliki karakternya yang khas yaitu berisi pertanyaan yang mudah
dijawab oleh siswa namun dapat mengarahkan siswa untuk menemukan suatu
konsep yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan belajar siswa berlangsung.
LKS-PMBP ini juga memiliki struktur yang khas yang merupakan tahapan-tahapan
pola berpikir dan bernalar siswa untuk mencapai suatu kesimpulan atau suatu
pengertian sehingga siswa memahami konsep yang sedang dipelajarinya. Secara
garis besar struktur LKS-PBMP adalah pendahuluan, sediakan, lakukan,
renungkan, pikirkan, evaluasi, dan arahan.

Hasil Belajar
Berpikir itu adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan
kita. Ilmu pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang dunia empiris. Oleh
karena itu untuk mempelajarinya perlu mengembangkan keterampilan berpikir
rasional tentang dunia empiris. Daya berpikir dapat ditingkatkan melalui bertanya
kritis.
Strategi PBMP yang diterapkan dalam pembelajaran materi pokok kalor
dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan yang berarti pula bahwa
siswa sudah melewati tahap berpikir. Pada saat siswa menjawab pertanyaan, siswa
menuliskan kembali materi yang dipelajarinya sehingga dapat memperdalam
pemahaman tentang materi yang dipelajarinya. Pada pembelajaran Fisika dengan
strategi PBMP ini, aktivitas keterlibatan aktif siswa meliputi; mengamati gambar,
mengemukakan pendapat, membaca LKS atau buku siswa, mendiskusikan LKS,
melakukan percobaan, bertanya, mempresentasikan hasil percobaan,
mendengarkan jawaban atau presentasi, menyampaikan kesimpulan, dan menjawab
soal yang diberikan. Sementara itu aktivitas yang berupa
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru serta berperilaku tidak relevan
tidak menunjukkan keterlibatan aktif siswa selama KBM.
Frekuensi aktivitas siswa dalam pembelajaran berbanding terbalik dengan
aktivitas guru, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa dan
mengurangi dominasi guru di dalam kelas. Hal ini dapat diartikan bahwa
pembelajaran tersebut berpusat pada siswa (student centered). Dalam pembelajaran
guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa
dalam belajar. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar dari apa yang
disampaikan oleh guru, tetapi juga belajar dari aktivitas yang memungkinkan siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui LKS-PBMP. Pembelajaran
menggunakan strategi PBMP merupakan aktivitas beraneka ragam yang meliputi
mengamati, memeriksa buku-buku dan sumber informasi lain untuk melihat apa
yang telah diketahui, menggunakan alat untuk mengumpulkan data, menganalisa,
menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta
mengomunikasikan hasil pengamatan dan diskusi. Pengembangan perangkat
pembelajaran IPA Fisika dengan strategi PBMP, valid, praktis dan efektif dapat
melatih keterampilan berpikir sains siswa SMP pada materi kalor.

Anda mungkin juga menyukai