mauritiana L.) dan serat pohon pisang digunakan untuk mengobati luka sayat (khitan)
6. Dile jojor
Dile jojor adalah tradisi suku sasak dalam menyambut malam Lailatul Qadar setiap bulan
Ramadhan. Dile Jojor berupa obor kecil yang dibuat dari tanaman bambu, kapas, dan
minyak biji Jarak. Dile Jojor biasanya dinyalakan diteras rumah sebagai alat penerang.
7. Tuak manis
Minuman tradisional hasil penyadapan pada pohon Aren (Arenga pinata Merr). Selain
dikonsumsi secara langsung air Tuak manis ini juga diolah menjadi gula aren.
Etnobiologi sebagai inovasi pembelajaran Biologi pada fase E adalah sebagai berikut:
1. Pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup dengan tujuan pembelajaran untuk
memahami keanekaragaman makhluk hidup pada lingkungan sekitar dan mengevaluasi
efektivitas upaya pelestariannya dapat diintegrasikan dengan tradisi Bau nyale, Tenun
desa Sade, Keberagaman tanaman obat suku sasak, dan Awik-awik Desa Sade tentang
larangan masuk hutan sekitar desa. Pembelajaran Biologi yang terkait dengan tradisi
tersebut adalah Keanekaragaman flora dan Fauna di sekitaran desa Sade, Upaya
pelestarian keanekaragaman hayati melalui konservasi hutan lindung (hutan adat),
klasifikasi hewan invertebrate melalui identifikasi spesies cacing laut dari kelas
Polychaeta, pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai bahan pewarna alami dan
sebagai sumber sandang pada pembuatan kain songket.
2. Pada materi ekosistem dengan tujuan pembelajaran menganalisis kearifan lokal yang
dapat mencegah ketidakseimbangan ekosistem dengan mempertimbangkan komponen
ekosistem dan interaksi antar komponennya dapat diintegrasikan dengan informasi
mengenai hutan di sekitar desa Sade, Bau nyale dan Nenggala. Pembelajaran Biologi
yang terkait dengan tradisi tersebut adalah identifikasi komponen ekosistem pada hutan,
interaksi antar komponen dalam ekosistem tersebut dan menganalisis dampak yang terjadi
akibat ketidak seimbangan ekosistem. Sementara itu, dari tradisi Bau nyale dapat
dipelajari hubungan anter ekosistem laut dan pantai, sedangkan pada tradisi nenggala,
siswa dapat belajar menghubungkan komponen ekosistem sawah dalam upaya menjaga
kelestarian dan kesuburan tanah.
3. Pada materi perubahan lingkungan dengan tujuan pembelaaran merencanakan dan
melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab dan dampak perubahan lingkungan
serta mengkampanyekan solusi pencegahannya kearifan lokal yang dapat diintegrasikan
adalah informasi terkait desa Sade dan Bau nyale. Pada kedua hal tersebut siswa dapat
mengkaji tentang sebab rusaknya hutan di sekitar desa adat Sade serta dampaknya pada
tingkat ekosistem sapai biosfer. Selain itu siswa juga diajak untuk menganalisis lebih
dalam mengenai dampak perubahan lingkungan terhadap populasi Nyale dan dampak
tradisi Bau nyale itu sendiri terhadap populasinya. Disamping itu, pada kalender Rowot
dan Warige suku Sasak siswa diminta untuk menganalisis peran penanggalan tersebut
untuk memprediksi kondisi iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global.
4. Pada materi Limbah dan bahan alami dengan tujuan pembelajaran menganalisis berbagai
jenis limbah dan bahan alam yang bermanfaat beserta cara pengelolaannya, siswa dapat
belajar untuk mengkaji lebih dalam mengenai pemanfaatan limbah organik dalam
konstruksi rumah adat desa Sade. Selain itu, pada tradisi Nenggale siswa dapat
membandingkan tentang teknik pengolahan tanah dengan cara tradisional dan modern.
5. Pada Materi inovasi teknologi Biologi dengan tujuan pembelajaran memahami isu global
terkait perkembangan inovasi teknologi biologi tradisi yang dapat diintegrasikan adalah
proses pembuatan Poteng Reket dengan cara fermentasi tradisional. Pada materi ini siswa
dapat mempelajari tentang pemanfaatan mikroorganisme dalam bioteknologi. Selain itu
siswa juga dapat mempelajari tentang potensi minyak biji jarak yang digunakan pada
tradisi Dile Jojor sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan dan potensi Tuak
manis dalam pembuatan alkohol. Lebih lanjut siswa dapat melakukan inovasi untuk
menghasilkan produk bioteknologi seperti Nata De Coco dan Handsanitizer dari Tuak
manis.
Dalam pembelajaran Biologi berbasis Etnobiologi pada Kurikulum Merdeka, guru
memegang peranan kunci sebagai pemicu dan fasilitator pembelajaran. Guru dapat
melaksanakan peran tersebut melalui berbagai strategi, seperti:
1. Pertanyaan Terbuka: Mengajukan pertanyaan terbuka tentang permasalahan lingkungan
yang terkait dengan kearifan lokal. Hal ini merangsang siswa untuk berpikir kritis,
mengaitkan konsep biologi dengan keadaan lingkungan setempat, dan memotivasi mereka
untuk mencari solusi yang sesuai.
2. Feedback Berbasis Kearifan Lokal: Memberikan feedback yang merujuk pada kearifan
lokal sebagai refleksi untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi. Dengan
memberikan tanggapan yang terkait dengan kearifan lokal, guru dapat membantu siswa
mengaitkan teori biologi dengan konteks budaya mereka sendiri.
3. Contoh Kearifan Lokal: Menyajikan contoh-contoh kearifan lokal yang relevan dengan
materi pembelajaran untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini membantu siswa
merasakan relevansi antara konsep biologi dengan kehidupan sehari-hari mereka.
4. Projek Berbasis Pembelajaran (PjBL): Mengimplementasikan metode atau pendekatan
Project Based Learning (PjBL) dengan mengaitkannya dengan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5). Melalui projek ini, siswa dapat mengeksplorasi secara mandiri
kearifan lokal di sekitar mereka, menerapkan konsep biologi dalam konteks praktis, dan
mengembangkan keterampilan kolaboratif.
Dengan pendekatan ini, pembelajaran Biologi tidak hanya menjadi lebih kontekstual dan
relevan dengan kehidupan siswa, tetapi juga menggalakkan penggunaan kearifan lokal
sebagai sumber daya edukatif. Guru, sebagai fasilitator, membimbing siswa untuk menggali
dan menghargai kekayaan kearifan lokal sambil memperdalam pemahaman mereka terhadap
konsep-konsep biologi.