Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

“Penyuluhan Satwa Kunci Sumatera di SDN 76 Mendalo dan


SMPN 17 Kota Jambi”

Oleh ;

Nur Apriyani Stella

D1D013052

B , VI , Klmpk 1

Dosen :

Qory Wulan S.Hut.,M.Si.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS JAMBI

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Spesies kunci merupakan spesies memiliki fungsi atau peranan sebagai
penyeimbang ekosistem. Kestabilan ekosistem pada alam khususnya dihutan
akan menjadi terganggu apabila beberapa spesies kunci ini hilang di alamnya
atau punah. Kehilangan spesies kunci berdampak besar terhadap lingkungan
hingga dapat mempengaruhi ekosistem. Ekosistem bergantung pada mereka
dan dapat berubah apabila mereka punah, karena keberadaan mereka
mempengaruhi jumlah dan karakteristik spesies lain di suatu komunitas.
Rendahnya kesadaran masyarakat sekarang ini terhadap pentingnya
spesies kunci bagi ekosistem alam (khususnya hutan alam). Dalam spesies
kunci akan ada juga yang didalamnya flora dan fauna, yang memang
biodeversiti dari suatu wilayah tersebut. Di sumatera, keberadaan akan
spesies kunci khususnya satwa kunci sumatera mulai banyak yang terancam
punah. Apabila tidak ada tindakan perlindungan akan keberadaan dari satwa
kunci sumatera ini. Generasi yang akan datang dapat dipastikan kita hanya
dapat mendengar saja cerita-cerita mengenai satwa kunci tersebut tanpa dapat
melihat keberadaannya lagi.
Siswa sekolah merupakan agen penerus pengelola dunia konservasi di
masa mendatang, sehingga pembekalan pengetahuan tentang konservasi
sangatlah diperlukan bagi mereka. Mengingat mereka juga memiliki mata
pelajaran yang berhubungan dengan lingkungan khususnya Ilmu Pengetahuan
Alam, untuk itu pelajaran konservasi dapat diselipkan pada mata ajar tersebut.
Terutama dengan rasa keingin tahuan mereka yang masih cukup besar akan
keberadaan satwa kunci yang berada disumatera ini.
1.2. Tujuan
Penyuluhan satwa kunci ini bertujuan yaitu:
- Membangun kesadaran akan pentingnya satwa kunci sumatera pada para
siswa-siswi yang masih duduk dibangku sekolah,
- Mengajarkan kepada para siswa-siswi bagaimana cara melestarikan dan
melindungi satwa kunci sumatera.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut kamus besar bahasa indonesia) kata penyuluh berasal dari kata
suluh yang berarti barang yang di pakai untuk media penerangan atau obor.
Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai
proses penyebar luasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan
informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh
perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis.

Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar


diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan
pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi
antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan
“perilaku” (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik
secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun tidak
langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan
penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar-luasan informasi/inovasi”, dan
“memberikan penerangan”, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara
terusmenerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan,
sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima
manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi “klien”. Penyuluhan
tersebut.

Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan


sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai
proses rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang dilakukan
untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem
sosialnya masing-masing. Karena kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh
”pihak luar”, maka relayasa sosial bertujuan untuk terwujudnya proses
perubahan sosial demi terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh pihak-
luar (perekayasa). Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak dapat
sepenuhnya dapat diterima. Sebab, rekayasa-sosial yang pada dasar-nya
dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok-
sasarannya, seringkali dapat berakibat negatip, manakala hanya mengacu
kepada kepentingan perekayasa, sementara masyara-kat dijadikan korban
pemenuhan kehendak perekayasa.

Maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan


sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana
dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragamannya. Biologi konservasi berdasarkan
pada serangkain prinsip-prinsip pokok yang secara umum disepakati oleh
bidang-bidang ilmu dalam biologi konservasi. Prinsip-prinsip tersebut
mungkin tidak dapat dibuktikan secara langsung. Namun, menyepakati semua
prinsip-prinsip tersebut bukanlah suatu persyaratan mutlak bagi ahli biologi
konservasi. Sebagai contoh, kaum keagamaan yang aktif dalam pergerakan
konservasi yang tidak percaya pada teori evolusi, kemungkinan tidak sepakat
dengan sebagian prinsip-prinsip biologi konservasi. Namun, rangkain
pernyataan ideologi dan etika tersebut membentuk landasan filosofi dari
disiplin ilmu ini, dan dapat memberikan inspirasi bagi pendekatan penelitian
dan aplikasi yang praktis. Sepanjang individu-individu atau organisasi-
organisasi sepakat dengan satu atau dua dari prinsip-prinsip tersebut, mereka
sering kali bersedia mendukung upaya-upaya konservasi.

Secara umum penyebab utama penurunan populasi spesies adalah aktivitas


manusia. Disadari atau tidak, lahan yang kita tempati, makanan, pakaian,
bahan bakar, dan barang-barang yang kita beli, serta sampah yang kita
hasilkan –berkontribusi menjadi penyebab punah atau berkurangnya populasi
spesies seperti : kerusakan habitat hutan, konflik manusia dan satwa,
perdagangan, perburuan dan penangkapan berlebih, tangkapan samping (by
catch), perubahan iklim, spesies invasive, polusi.
Rusaknya hutan menyebabkan satwa liar kehilangan sumber makanan,
habitat tempat tinggal, dan ruang jelajah untuk berkembang biak. Satwa liar
yang habitatnya terganggu menjelajah perkebunan atau kawasan tempat
tinggal manusia, sehingga terjadi perebutan ruang atau konflik antara satwa
liar dan manusia yang kerap berakhir dengan kematian satwa karena
ditangkap paksa atau diracun. Perdagangan, perburuan dan penangkapan
satwa liar secara berlebihan juga menjadi pemicu kepunahan spesies tersebut.
Begitu juga tangkapan samping atau bycatch – dimana satwa dilindungi mati
tertangkap tanpa sengaja, misalnya akibat praktik perikanan yang tidak
berkelanjutan.Perubahan iklim, polusi, dan invasif spesies berdampak pada
habitat dan ekosistem serta kemampuan spesies bertahan hidup dan
berkembang biak.
Spesies kunci
 Badak Jawa
 Badak Sumatera
 Harimau Sumatera
 Orangutan Sumatera
 Gajah Sumatera
 Gajah Kalimantan
 Orangutan Kalimantan
 Penyu
 Kangguru pohon
Sedangkan untuk spesies satwa kunci Sumatera yaitu :
 Badak Sumatera
 Harimau Sumatera
 Orangutan Sumatera
 Gajah Sumatera
 Tapir
BAB III

METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan satwa kunci sumatera ini


berlangsung pada hari kamis tanggal 25 Febuari 2016 pukul 10.00 untul yang
dilakukan di SDN 76 Mendalo. Sedangkan untuk sosialisasi atau penyuluhan pada
SMPN 17 Kota Jambi hari sabtu, 30 April 2016 pukul 07.15.

3.2. Alat dan Bahan

 Alat Tulis
 Infocus
 Laptop
 Bahan Presentasi

3.3. Prosedur Kerja

 Menyiapkan bahan-bahan materi,


 Menyiapkan materi power point untuk penyampaian penyuluhan atau
sosialisasi yang akan dilakukan di SD dan SMP,
 Lalu menyampaikan materi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
sekolah,
 Memeberi sedikit pertanyaan mengenai materi apa saja yang telah kami
sampaikan,
 Menyampaikan bagaimana cara dalam melestarikan satwa kunci tersebut
kepada siswa-siswi sekolah,
 Analisis hambatan apa saja yang diperoleh selama di lapangan,
 Buat laporan hasil tingkat partisipasi atau keberhasilan serta hambatan
mereka dalam menerima sosisalisasi mengenai satwa kunci.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

- Hasil di SDN 76 Mendalo


- Hasil Penyuluhan di SMP 17 Kota Jambi
4.2. Pembahasan

Dari hasil yang telah ditampilkan diatas, memang tampak jelas bahwa
materi saat penyuluhan satwa kunci berlangsung ada perbedaan saat
penyampaian materi antara di SD dengan di SMP. Untuk penyampaian materi
di SD memang tidak terlalu spesifik dengan materi yang disampaikan pada di
SMP. Karena perbedaan batasan yang terlalu jauh, saat di SD, penulis
melakukan penyuluhan pada anak kelas tiga SD, dan hal tersebut merupakan
salah satu hambatan kami. Materi untuk murid kelas 3 SD masih sangat dasar,
sehingga kami hanya bias menyampaikan penyuluhan mengenai pengertian
apa itu satwa kunci, bagaimana ciri-cirinya, serta bagaimana cara
melindunginya. Kondisi kelas di SD yang kondusif menjadi salah satu
keuntungan, dalam memberikan penyampaian penyuluha. Murid-murid SD
yang masih memiliki rasa keingintahuan yang besar membuat penyampaian
materi satwa kunci ini menjadi sangat menyenangkan. Saat diberikan
pertanyaan ke-25 murid-murid SD tersebut hamper seluruhnya bisa
menjawab dengan baik.

Selanjutnya untuk penyuluhan yang dilakukan di SMP berjalan dengan


baik, respon mereka terhadap penyuluhan satwa kunci ini diterima dengan
baik. Ada sekitar 34 murid-murid SMP di kelas yang kami berikan
penyuluhan satwa kunci ini. Penyuluhan satwa kunci ini diberikan melalui
media power point dan juga pemutaran video. Lain halnya dengan
sebelumnya di SD mereka hanya kami berikan berupa gambar-gambar satwa,
yang memang termasuk kedalam satwa kunci. Dan murid-murid SD tersebut
diajarkan menggambar salah satu satwa kunci. Penyampaian materi
penyuluhan di SMP kelas 8B ini memang sedikit lebih kompleks di
bandingkan SD sebelumnya, karena murid-murid tersebut sudah
memepelajari banyak mengenai satwa di mata pelajaran IPA.

Materi penyuluhan yang diberikan sudah jeni-jeni apa saja yang termasuk
satwa kunci, deskripsi singkat mengenai beberapa hewan tersebut. Bahkan
beberapa tempat atau wilayah kawasan konservasi yang ada di Sumatera serta
bagaimana cara melindunginya. Sama halnya seperti di SD, di SMP pun
suasana kondusif dan mereka semua mau menerima penyampaian materi
penyuluhan tersebut. Murid-murid tersebut tak segan untuk bertanya
langsung kepada penulis mengenai beberapa satwa kunci yanga ada di
Sumatera.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyampaian


materi mengenai penyuluhan satwa kunci sumatera pada tingkat SD dan SMP
berjalan dengan baik dan lancer. Untuk SD sendiri kami menyampaikan
penyuluhan di SDN 76 Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan
untuk SMP sendiri kami menyampaikan penyuluhan satwa kunci sumatera ini
di SMPN 17 Kota Jambi. Penyampaian materi penyuluhan ini berupa apa saja
satwa kunci sumtera itu dan dimana tempat perlindunganya serta bagaimana
cara melestarikannya. Hambatan nya sendiri berupa materi yang disampaikan
harus menyesuakan dengan mata pelajaran apa saja yang telah mereka
pelajari.

5.2. Saran

saran yang disampaikan penulis, sebaiknya sebelum menyampaikan


penyuluhan tersebut bacalah terlebih dahulu materinya dan lieteratur
mengenai bahasan penyuluhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Paine R.T. 1995. A conversation on refining the concept of keystone


species. Conservation Biology 9 (4): 962–964.

http://bbksdajatim.org/penyuluhan-konservasi-pada-sekolah-sekitar-kawasan-
gunung-baung.php diakses tanggal 22 Mei 2016

https://www.wwf.or.id diakses tanggal 22 Mei 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Spesies_kunci diakses tanggal 22 Mei 2016

https://rismajayanti.wordpress.com/2012/01/15/penyuluhan/ diakses tanggal 22


Mei 2016
LAMPIRAN GAMBAR

(saat penyampaian materi penyuluhan satwa kunci)


(saat diberikan pertanyaan)

(pemberian hadiah dan foto bersama)

- Dokumantasi saat di SDN 76 Mendalo

Anda mungkin juga menyukai