PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Indonesia adalah salah satu negara didunia yang memiliki tingkat
keaneragaman hayati yang sangat melimpah. Secara geografis, Indonesia
adalah negara kepulauan yang terletak diantara dua benua yaitu Asia dan
Australia.12 Letak geografis tersebut adalah salah satu faktor yang mendukung,
serta indonesia dinobatkan menjadi negara yang memiliki keaneragaman yang
besar dan mendapat gelar sebagai megabiodiversity.13
Keanekaragaman hayati merupakan penentu kehidupan dari organisme
tertentu. Keanekaragaman hayati meliputi berbagai jenis mahluk hidup mulai
dari tingkat mikroorganisme hingga makroorganisme, baik di daratan, lautan,
dan tempat lainnya. Keanekaragaman hayati yang tidak terlepas dari hubungan
yang baik antara suatu mahluk hidup dengan lingkungannya, karena
penyebaran setiap mahluk hidup dipengaruhi oleh faktor lingkungan.14
Keaneragaman hayati (biodiversity) yang mempunyai nilai yang sangat
tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan juga mempunyai potensi genetik
yang besar. Air terjun yang merupakan sumberdaya alam ini mengalami
banyak perubahan dan sangat mudah terhadap kerusakan. Sebagai salah satu
keindahan keaneragaman hayati air terjun seringkali dieksploitasi oleh manusia
untuk dijadikan sebagai lumbung rupiah, dengan dijadikannya air terjun
tersebut sebagai salah satu destinasi wisata alam yang sekarang ini banyak di
cari oleh para wisatawan. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya
pembabatan tumbuhan disekitaran air terjun.15
12
Shahabuddin, Et.al, “Penelitian Biodiversitas Serangga di Indonesia: Kumbang Tinja
(Coleoptera: Scrabaeidae) dan Peranan Ekosistemnya”, Jurnal Biodiversitas, Vol.6 No.2 (April
2005), h. 141-146.
13
Kharis Triyono, “Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Ketahanan Pangan”,
Jurnal Inovasi Pertanian, Vol.11 No.1 (Mei 2013), h. 12-22.
14
Hery Mulyanto, Dewi Cahyuningdari, Ahmad Dewi Setyawan, “Kantung Semar
(Nephentes Sp.) di Lereng Gunung Merbabu”, Jurnal Of Biological Diversity, Vol.1 No.2 (Juli
2000), h. 54-58.
15
Wati, dkk. “Keaneragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophyta) di Hutan Sekitar
Waduk Kedung Brubus Kecamatan Pilang Keceng Kabupaten Madiun”. Jurnal Florea Volume 3
No.1. Juli 2016, hal.46.
Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan
fakta mengenai sumber daya alam yang digunakan untuk perencanaan
pengelolaan sumberdaya tersebut. Kegiatan inventarisasi ini merupakan suatu
kegiatan mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan tingkat bawah
terutama lumut yang ada di air terjun parangkikis. Kegiatan inventarisasi ini
diharapkan dapat mengungkap potensi dan informasi yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengenalkan jenis-jenis tumbuhan bawah seperti lumut
yang ada di daerah kawasan air terjun parangkikis.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan berukuran mikro (kecil) yang
tumbuh menempel pada substrat seperti pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah,
tanah dan bebatuan. Kelompok tumbuhan ini adalah salah satu penyokong
keaneragaman flora yang belum banyak diteliti karena sepintas tidak tampak
menarik perhatian masyarakat luas maupun peneliti dan bahkan sering
dianggap sebagai lingkungan tampak kotor dan tidak disukai oleh masyarakat.
Namun bila diperhatikan dengan seksama beberapa jenis tumbuhan lumut ini
cukup menarik baik dari warna maupun kehidupannya yang berkelompok
membentuk bantalan seperti karpet yang kadang-kadang membuat lantai hutan
tampak indah. Selain itu kelompok tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan ini
mampu tumbuh pada bebatuan yang keras dan kering dimana biji atau
tumbuhan lain tidak mampu tumbuh. Dengan tumbuhnya lumut dibebatuan
kering diharapkan pada saat musim hujan datang, bebatuan tersebut mampu
menyimpan air dan memudahkan biji yang jatuh disekitar bebatuan tersebut
untuk tumbuh serta berkecambah hingga menjadi pohon dewasa.16
Lumut adalah tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang dan daun
sejati. Lumut merupakan salah satu bagian kecil dari flora yang banyaj tergali
dan berfungsi sabagai penyokong keaneragaman flora. Masih minimnya
pengetahuan mengenai lumut adalah suatu hal yang sangat disayangkan,
mengingat di Indonesia memiliki kurang lebih 1500 jenis lumut.
16
Fiorentina.I.M, Dewi Susan. “Keaneragaman Jenis Lumut di Kepulauan Raja Ampat,
Papua Barat”. Jakarta Bogor. Buletin Kebun Raya Vol.16 No.2. Juli 2013. hal.75.
Keaneragaman tumbuhan lumut bryophyta dikawasan air terjun parangkikis
belum banyak terungkap.17
Penelitian lumut penting untuk dilakukan, lumut dalam lingkup ekositem
memiliki nilai penting bagi lingkungan, salah satunya adalah ikut menjaga
kelestarian lingkungan. Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Tumbuhan
lumut dalam ekosistem hutan berperan penting dalam meningkatkan
kemampuan hutan untuk menahan air (Water Holding Capacity), habitat
penting bagi organisme lain terutama populasi hewan Invertebrata, beberapa
jenis anggrek.18
Wilayah Air Terjun Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo
merupakan salah satu daerah di Kabupaten Tulungagung yang berada di
pegunungan. Wilayah ini belum sepenuhnya mendapat perhatian dari
wisatawan serta masyarakat luar daerah tersebut, sehingga tingkat
keaneragaman yang ada disana masih cukup terjaga. Hutan yang rimbun dan
lebat disekitar air terjun menjadi salah satu indikator bahwa di daerah tersebut
masih melimpah beberapa bioindikator lingkungan terutama tumbuhan lumut.
Berdasarkan Penelitian Ratih Fitantri 19 dan Ryo Waldi20 didapatkan
berbagai macam tumbuhan lumut yang berada di lokasi penelitian mereka
masing-masing hal ini menggambarkan kondisi lingkungan penelitian masih
terjaga kelestariannya. Maka dari itu perlu adanya inventarisasi di kawasan air
terjun parangkikis agar diketahui juga seberapa besar keberagaman tumbuhan
lumutnya sehingga dapat dijadikan referensi bahan ajar yang nantinya akan
digunakan dalam menambahan wawasan keilmuan mahasiswa biologi.
Bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses
pembelajaran secara keseluruhan. Karena peneliti ini adalah penelitian murni,
17
Wati, dkk. “Keaneragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophyta) di Hutan Sekitar
Waduk Kedung Brubus Kecamatan Pilang Keceng Kabupaten Madiun”. Jurnal Florea Volume 3
No.1. Juli 2016, hal.46.
18
Nuroh Bawaihaty, Istomo, Hilwan, “Keanekaragaman dan Peran Bryophyta di Hutan
Sasaot Lombok, Nusa Tenggara Barat”, Jurnal Silvikultur Tropika, Vol.05 No.1 (April 2014), h.
13-17.
19
Ratih Fitantri. Inventarisasi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Di
Kawasan Giribangun Wetankali Girilayu Matesih. Karanganyar. 2017.
20
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan. Lampung. 2017
maka bahan ajar yang didesain sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Dengan
demikian, mahasiswa memiliki peran sangat besar dalam upaya memahami
konsep, mengembangkan prosedur, menemuka prinsip, serta menerapkan
konsep, prosedur, dan prinsip tersebut dalam penyelesaian masalah yang
diberikan.21
Menurut Dageng, Sumber Belajar adalah segala sesuatu yang berwujud
benda dan orang yang dapat menunjang belajar sehingga mencakup semua
sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar agar terjadi
perilaku belajar.22
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah
semua sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang
dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk kegiatan belajar dan dapat
meningkatkan kualitas belajarnya.
Ensiklopedia adalah salah satu sumber belajar yang merupakan koleksi
rujukan dengan berbagai informasi mendasar dan lengkap soal ilmu
pengetahuan. Uraian artikel di dalamnya bersifat ringkas dan terpisah, juga ada
yang panjang lebar. Biasanya berfungsi untuk menjawab pertanyaan : informasi
umum, peristiwa, konsep, dan fakta. Berisi informasi subyek berbagai bidang
ilmu, atau subyek tertentu. Diharapkan bahan ajar ini mampu menjawab
berbagai permasalahan mengenai lumut karena di dalam pustaka indonesia
belum banyak yang mengkaji mengenai lumut.23
Mata kuliah keaneragaman hayati merupakan salah satu cabang dari mata
kuliah biologi yang membahas mengenai berbagai macam tumbuhan, hewan
Sementara itu, peran utama dosen lebih bersifat fasilitator yang harus
senantiasa memfasilitasi setiap perkembangan yang terjadi pada diri mahasiswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, bahan ajar yang
kembangkan dalam penelitian ini didesain agar mahasiswa mampu menemukan
21
Ramdani, Yani. Pengembangan instrumen dan bahan ajar untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi, penalaran, koneksi matematis dalam konsep integral. Jurnal penelitian
pendidikan. 2012. Vol.13 No.1. Hal.50
22
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
23
Maryono, Dkk. Ensiklopedi koleksi rujukan dengan informasi mendasar dan lengkap.
Hal 1-2
konsep, prosedur, prinsip, serta mampu menerapkannya dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai jenis-jenis lumut, serta menjadi salah satu alternatif
sumber belajar mahasiswa. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian
dengan judul ” Inventarisasi Tumbuhan Lumut Di Kawasan Air Terjun
Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo Tulungagung”, bukan
hanya sebagai materi teori pembelajaran saja, namun dapat menjadi refrensi
dalam kegiatan praktikum di lapangan.
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Inventarisasi Tumbuhan Lumut dikawasan Air ataerjun
Parangkikis Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo Tulungagung?
2. Bagaimanakah Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Mata
Kuliah Keaneragaman Hayati?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Inventarisasi Tumbuhan Lumut dikawasan Air terjun
Parangkikis Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo Tulungagung.
2. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar
Mata Kuliah Keaneragaman Hayati.
D. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan keilmuan
Menambah khasanah keilmuan tentang keaneragaman lumut di Kawasan
Air Terjun Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pegerwojo Tulungagung
2) Kegunaan praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai salah satu sumber bacaan atau refrensi dan
daftar rujukan.
b. Bagi Dosen
Sebagai inovasi dan solusi terhadap media pembelajaran yang lebih
menarik dan praktis.
c. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan sebagai tambahan
pengetahuan bagi masyarakat
E. Penegasan Istilah
1. Inventarisasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data dan fakta
mengenai suatu sumberdaya alam.
2. Tumbuhan Lumut adalah tumbuhan tingkat rendah yang juga merupakan
bioindikator lingkungan.
3. Air Terjun Parangkikis adalah air terjun yang berada di desa gambiran,
kecamatan pagerwojo tulungagung.
4. Sumber belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia guna untuk
memenuhi kebutuhan keilmuannya.
5. Mata Kuliah Keaneragaman Hayati adalah salah satu mata kuliah yang
berisikan kebijaksanaan kepercayaam kita untuk masa depan,
memungkinkan tanaman dan binatang untuk beradaptasi pada perubahan
iklim, serangan parasit dan kuman, atau hal lain yang tidak diperkirakan.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dimadsudkan untuk memberikan gambaran secara
sistematis tentang pokok pembahasan dalam penulisan skripsi, yaitu sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dijelaskan tentang konteks penelitian
yang menimbulkan keinginan peneliti untuk mengadakan
penelitian tentang “Inventarisasi Tumbuhan Lumut di Kawasan
Air Terjun Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo
Tulungagung”, selanjutnya penegasan istilah, fokus Penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Kajian Pustaka dari penelitian ini, penelitian terdahulu, dan
kerangka berfikir.
BAB III : Menjelaskan mengenai rumusan masalah 1 (kualitatif) yakni:
Rancangan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan, Alat dan Bahan Penelitian, Teknik Analisis Data dan
Tahap-Tahap Penelitian. Rumusan masalah 2 (RnD) yakni
Prosedur Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.
BAB IV : Deskripsi Hasil Penelitian (Paparan Data dan Temuan Penelitian)
penelitian 1 dan 2.
BAB V : Pembahasan, dalam pembahasan ini dijelaskan temuan-temuan
penelitian dalam penelitian dari hasil penelitian.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kajian Mengenai Inventarisasi
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan menghimpun atau untuk
mengoleksi jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah.
Sedangkan identifikasi tumbuhan yaitu mengungkapkan atau menetapkan
identitas (“jati diri”) dar tumbuhan tersebut, dalam hal ini tidak lain
daripada “menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat
dalam sistem klasifikasi”. Istilah identifikasi sering juga digunakan dengan
istilah “determinasi”.24
Mengungkapkan atau melakukan identifikasi suatu tumbuhan selalu ada
dua kemungkinan yang dihadapi yaitu :
a. Tumbuhan yang diidentifikasi belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. Untuk identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan maka diidentifikasi, dan dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
1) Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak dikenal kepada seseorang
yang dianggap ahli dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan.
24
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Umum, Yogyakarta : Gadjah Mada Unipersity
Press, 1998, h. 70-73.
2) Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah di
identifikasikan.
3) Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam
buku-buku flora atau monografi.
b. Tumbuhan yang diidentifikasi sudah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. Untuk identifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan, dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Membuat candra atau deskripsinya.
2) Membuat ciri-ciri diagnostiknya.
3) Penetapan kategori spesimen yang tidak boleh menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku, seperti yang tercantum dalam
KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).25
30
Ibid. Hal.13
31
Dany C.P dan Eva S.N.K. Buku Ajar Tumbuhan Tak Berpembuluh. Universitas Negeri
Manado. 2015. Hal.159
Gambar. 2.2
Keterangan Gambar :
a. Seta yaitu tangkai.
b. Foot yaitu keping kaki; kuncup kaki embrio bagian luar yang akan
tumbuh menjadi kaki.
c. Capsule yaitu salut, bungkus; kotak spora pada lumut.
d. Sporangium yaitu kotak spora.
34
Glime, J.M. Physiological Ecology. Michigan Technological University and the
International Association of Bryologists. 2007. Hal.11
Class Andreaeopsida
Order Andreaeales
Order Andreaeobryales
Class Bryopsida
Order Archidiales
Order Bryales
Order Buxbaumiales
Order Dicranales
Order Fissidentales
Order Funariales
Order Grimmiales
Order Hookeriales
Order Hypnales
Order Hypnobryales
Order Isobryales
Order Leucodontales
Order Orthotrichales
Order Polytrichales
Order Pottiales
Order Schistostegiales
Order Seligerales
Order Tetraphidales
Class Sphagnopsida
Order Sphagnales
b) Pengertian Lumut Daun
Lumut daun adalah tumbuhan kecil yang berklorofil yang tumbuh
di hutan lembab dan rawa. Mereka berkembang dengan jarak yang
rapat sehingga membentuk karpet. Lumut daun termasuk tumbuhan
pertama yang tumbuh di terra firma. Seperti leluhurnya, alga
mereka bergantung pada air dalam beberapa hal, terutama untuk
reproduksi.35
c) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Daun
Tumbuhan lumut daun mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”
dan “daun”.
2. Talus gametofit berbentuk simetri radial.
3. Anthredium dan arkegonium dibentuk pada ujung gametofit di
antara “daun”, dan selanjutnya tumbuh sporangium.
4. Talus sporofitnya merupakan sporangium yang menumpang
pada ujung “batang” dari talus gametofit36
d) Struktur Tumbuhan Lumut Daun
Lumut daun memiliki daun dan tangkai sederhana. Daun memiliki
klorofil yang memungkinkan mereka memproduksi makanan
sendiri melalui fotosintesis. Tidak seperti tumbuhan yang
berkembang, lumut daun tidak memiliki akar atau jaringan khusus
untuk mengangkat air dan substansi nutrisi. Mereka menyediakan
makanan sendiri dengan menyerap air dan mineral langsung
melalui tangkai, daun dan rhizoidnya. Lumut daun tidak memiliki
bunga.
40
Ibid., Taksonomi Umum, h. 174.
41
Gambar.2.7. Anthocerros sp42
d) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Tanduk
Tumbuhan lumut anggota kelas Anthocerotae mempunyai ciri-ciri,
yaitu :
1. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”
dan “daun”, sedangkan “akar” masih berupa rhizoid.
2. Talus gametofit berbentuk pipih dorsiventral.
3. Pada permukaan dorsal talus gametofit dibentuk gametangium,
yaitu antheridium dan arkhegonium.
4. Talus sporofitnya berbentuk seperti tanduk atau jarum yang
ramping (kecil), dan pertumbuhannya terjadi karena pembelahan
sel-sel dasar pada daerah kaki.
e) Habitat Tumbuhan Lumut Tanduk
Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Anthocerotae umumnya pada
pada tanah mineral yang lembab di bukit ataupun di lereng gunung.
Tanah gambut yang bersifat asam dan miskin unsur hara tidak
cocok bagi kehidupan lumut anggota kelas Anthocerotae.
f) Reproduksi Lumut Tanduk
Lumut Tanduk memiliki gametofit yang relatif sederhana, terdiri
dari talus pipih, kira-kira berbentuk lingkaran, terutama dalam
varietas epifit, panjang dan berbentuk pita dengan pelepah.
Gametofit dari lumut tanduk menghasilkan
lendir berlebihan di dalam thalli mereka, dan bagian ventral dari
thallus memiliki pori-pori. Hal ini mungkin homolog dengan
stomata yang ada pada sporofit. Cyanobacteria (genus Nostoc)
42
Ibid., Taksonomi Umum, (Struktur tubuh tumbuhan lumut daun), h. 174.
memasuki thallus melalui celah dan bentuk ini koloni simbiotik,
yang dapat dilihat sebagai titik biru-hijau ketika thallus terkena
cahaya. Nostoc memperbaiki nitrogen atmosferik menjadi amonia,
yang diperlukan lumut tanduk; sebagai imbalannya, Nostoc hidup
terlindung dalam gametofit hornwort.
Sel fotosintesis lumut tanduk unik di antara tanaman darat yang
lain tetapi sangat mirip dengan ganggang karena mereka masing-
masing biasanya mengandung satu kloroplas raksasa dengan
pyrenoids yang terlihat berbeda.
Archegonia dan antheridia berkembang tertanam di thallus:
antheridia dikelompokkan dalam kelompok hingga 25 di kamar
beratap di bagian atas thallus, dan archegonia tenggelam ke thallus,
dengan hanya leher yang menonjol. Sperma dilepaskan dari
antheridia. Mereka berenang menuju archegonium, di mana mereka
terjebak dalam lendir yang menutupinya dan ditarik ke dalam kanal
leher. Begitu masuk ke dalam archegonium, satu sperma membuahi
telur, membuat zigot.
44
Marina Silalahi. Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Universitas Kristen
Indonesia. 2013. Hal. 70-73
mencakup semua sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh tenaga
pengajar agar terjadi perilaku belajar. Sedangkan menurut Januszewski
dan Molenda sumber belajar adalah semua sumber termasuk pesan,
orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dapat dipergunakan peserta
didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk gabungan untuk
menfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan kinerja belajar. Sejalan
dengan pendapat itu, Seels dan Richey menjelaskan bahwa sumber
belajar adalah segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk
sistem pendukung dan materi serta lingkungan pembelajaran. Sumber
belajar bukan hanya alat dan materi yang dipergunakan dalam
pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan fasilitas. Sumber
belajar bisa termasuk apa saja yang tersedia untuk membantu seseorang
belajar.
Dari Percival dan Ellington menjelaskan sumber belajar dari sisi
pembuatann adalah seperangkat bahan atau situasi belajar yang dengan
sengaja atau tidak sengaja diciptakan agar peserta didik secara individual
dan atau secara bersama-sama dapat belajar. Jadi pada dasarnya sumber
belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh
tenaga pengajar dan peserta didik, baik secara terpisah maupun dalam
bentuk gabungan untuk kepentingan kegiatan pembelajaran dengan
tujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, mudah dan
menyenangkan untuk kelangsungan pembelajaran.45
Dalam hal dengan ruang lingkup sumber belajar, Miarso
menetapkan seperi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Kegiatan
belajar dapat dilaksanakan di mana saja, di sekolah, di rumah, di tempat
kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat luas. Selain itu, belajar juga
dapat dilakukan dengan rangsangan dari dalam diri sendiri pembelajar
(internal) dan dari apa dan siapa saja di luar diri pembelajar (eksternal).
Sependapat dengan itu, berikut ini klasifikasi sumber belajar menurut
Seels dan Richey sebagai berikut:
45
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
a) Pesan yang merupakan informasi yang disampaikan oleh komponen
yang lain, biasanya berupa ide, makna, dan fakta. Berkaitan dengan
konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi dan
akan dikelola dan direkonstruksikan kembali oleh pebelajar. Orang:
orang tertentu yang terlibat dalam penyimpanan dan atau penyaluran
pesan;
b) Bahan yang merupakan kelompok alat yang sering disebut dengan
perangkat lunak. Dalam hal ini bahan berfungsi menyimpan pesan
sebelum disalurkan dengan menggunakan alat yang telah dirancang.
Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman
elektronik, web, dan Iain-Iain yang dapat digunakan untuk belajar;
c) Alat yang merupakan alat yang sering disebut perangkat keras.
Berkaitan dengan alat ini dipergunakan untuk mengeluarkan pesan
yang tersimpan dalam bahan. Alat juga merupakan benda-benda yang
berbentuk fisik yang sering disebut dengan perangkat keras, yang
berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran. Sumber belajar
tersebut, seperti komputer, OHP, kamera, radio, televisi, film bingkai,
tape recorder, dan VCD/DVD;
d) Teknik yang merupakan prosedur baku atau pedoman langkah-langkah
dalam penyampaian pesan. Dalam hal ini dapat dengan kata lain,
teknik adalah cara atau prosedur yang digunakan orang dalam
kegiatan pembelajaran untuk tercapai tujuan pembelajaran;
e) Latar yang merupakan lingkungan di mana pesan ditransmisikan.
Lingkungan adalah tempat di mana saja seseorang dapat melakukan
belajar atau proses perubahan tingkah laku maka dikategorikan
sebagai sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum,
sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain
sebagainya.46
Dari uraian di atas, dapat diklasifikasikan bahwa sumber belajar ada yang
berbasis manusia, sumber belajar berbasis cetakan, sumber belajar
46
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
berbasis visual, sumber belajar berbasis audio-visual, dan sumber belajar
berbasis komputer.
Dalam hubungannya dengan fungsi sumber belajar, Morrison dan Kemp
mengatakan bahwa sumber belajar yang ada agar dapat difungsikan dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam pembelajaran. Berikut ini
fungsi dari sumber belajar untuk:
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran, melalui:
a) Mempercepat laju belajar dan membantu pengajar untuk
menggunakan waktu secara lebih baik,
b) Mengurangi beban guru/dosen dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah
belajar murid/mahasiswa;
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, melalui:
a) Mengurangi kontrol guru/dosen yang kaku dan tradisional,
b) Memberikan kesempatan kepada murid/mahasiswa untuk belajar
sesuai dengan kemampuannya;
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, melalui:
a) Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis,
b) Pengembangan bahan pembelajaran berbasis penelitian;
4) Lebih memantapkan pembelajaran, melalui ;
a) Peningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai
media komunikasi,
b) Penyajian data dan informasi secara lebih konkrit
5) Memungkinkan belajar secara seketika, melalui
a) Pengurang jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit.
b) Memberikan pengetahuan yang bersifat langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, terutama
dengan adanya media massa, melalui:
a) Pemanfaatan secara bersama yang lebih oleh luas tenaga tentang
kejadian-kejadian yang langka,
b) Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar berbasis sumber
belajar dapat memberikan beberapa keuntungan kepada peserta didik,
seperti: (1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri
seseorang yang selama ini tidak tampak, (2) Memungkinkan
pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah
diserap dan lebih siap diterapkan, dan (3) Seseorang dapat belajar sesuai
dengan kecepatan dan dengan waktunya yang tersedia.47
7. Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan skripsi ini peneliti terlebih dahulu melakukan
penelaahan terhadap beberapa karya yang berhubungan dengan tema yang
peneliti angkat.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ryo Waldi, Tahun 2017 yang
berjudul “Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa
Sabah Balau, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.50
Penelitian ini dilatarbelakangi karena Wilayah Provinsi Lampung tidak
luput dari deforestasi untuk perluasan wilayah untuk perkebunan. Karet
merupakan salah satu komoditi perkebunan di Lampung, dibawah Badan
Usaha Milik Negara PTPN 7. Salah satu kawasan kebun karet di Lampung
terdapat di desa Sabah Balau, Lampung Selatan, yang berlokasi dekat
dengan Taman Hortikultura Park, Provinsi Lampung.
Sebagai kebun produksi, kebun karet memiliki struktur vegetasi yang
homogen dengan didominasi oleh pohon karet itu sendiri. Kondisi demikian
menjadi indikasi menurunya tingkat keanekaragaman tumbuhan lumut
karena memiliki tipe atau jenis pohon yang sama. Perubahan kondisi
lingkungan tersebut berpengarauh terhadapa kelestarian hayati termasuk
ancaman bagi lumut. Perubahan kondisi lingkungan dapat menyebabkan
perbedaan komposisi jenis dalam komunitas lumut. Komunitas lumut yang
berada di lingkungan perkebunan memiliki diversitas yang berbeda dengan
yang ada di hutan.
50
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan. Lampung. 2017
Penelitian ini berdasarkan lokal sumber datanya termasuk kategori
penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam
penelitian deskriptif. Sumber data berasal dari survei disekitar air terjuan
dengan melalui pengamatan langsung. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode survei eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengadakan pengamata langsung terhadap spesies lumut
dilapangan. Untuk menentukan batasan wilayah penelitian,menggunakan
metode purposive sampling yaitu pengambilan sample yang tidak
didasarkan pada strata, random/acak.
Hasil penelitian ini yang diperoleh dari lokasi penelitian perkebunan
karet PTPN 7, menemukan sebanyak 8 jenis lumut. Lumut yang ditemukan
terdiri dari dua kelas, yaitu kelas lumut sejati (moss) lumut hati (leafy
liverwort). Jumlah lumut yang ditemukan pada tiga lokasi penelitian, ini
mewakili 0,5 % dari total 1500 jenis lumut yang ada di Indonesia.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pendi Setyawan pada tahun
2016 dengan judul “Inventarisasi dan Keaneragaman Tumbuhan
(Bryophyta dan Pteridophyta) pada ketinggian yang berbeda di Taman
Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A Mangkunagoro 1 Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah”.51
Latar belakang dari penelitian ini adalah ketersediaan informasi
mengenai keanekaragaman tumbuhan pada Taman Hutan Raya (TAHURA)
masih belum memadai (sangat minim). Keanekaragaman tumbuhan sudah
dikenal manusia sejak manusia berada di bumi. Sampai saat ini kajian
tentang keanekaragaman tumbuhan masih terus dipelajari dan
dikembangkan.
Keanekaragaman tumbuhan lumut dan paku yang banyak manfaatnya
belum banyak dikenal oleh masyarakat, sehingga menjadi salah satu potensi
yang perlu untuk diinventarisasi dan dikembangkan untuk kemajuan ilmu
pengetahuan. Untuk itu perlu dilakukannya inventarisasi dan
keanekaragaman tumbuhan (Bryophyta dan Pteridophyta), sehingga akan
51
Pendi Setyawan. Inventarisasi dan Keaneragaman Tumbuhan (Bryophyta dan
Pteridophyta) pada ketinggian yang berbeda di Taman Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A
Mangkunagoro 1 Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2016.
membantu kelengkapan data sebagai referensi bagi pihak pengelola dalam
memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman tumbuhan
(Bryophyta dan Pteridophyta) yang terdapat di Taman Hutan Raya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan (Bryophyta
dan Pteridophyta) dan indeks keanekaragaman jenis tumbuhan (Bryophyta
dan Pteridophyta) di Taman Hutan Raya (TAHURA).
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian adalah
Metode yang digunakan berupa purposive random sampling dan
pengambilan data diperoleh dengan metode jelajah atau eksplorasi dengan
menggunakan metode transek kuadran. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh tumbuhan (Bryophyta dan Pteridophyta) di Taman Hutan Raya
(TAHURA) Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Sampel pada penelitian ini adalah tumbuhan
yang berada pada ketinggian 1.000 m. dpl, 1.200 m. dpl, dan 1.400 m. dpl
disetiap kali perjumpaan. Pengumpulan data menggunakan beberapa cara
yaitu : (1) Eksplorasi, (2) Identifikasi, (3) Wawancara, (4) kepustakaan, (5)
Dokumentasi, (6) Pembuatan herbarium. Analisis data dari penelitian ini
adalah dengan cara deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian pendi styawan ini adalah ditemukan 4 bangsa, 5
Suku, 15 genus dan 21 species tumbuhan yang tersebar pada ketinggian
1.000 m.dpl, 1.200 m.dpl dan 1.400 m.dpl di TAHURA. Indeks
keanekaragaman paling tinggi pada stasiun C (1.400 m.dpl) sebesar 0,68
yaitu yang mendominasi Pogonatum cirrhatum, sedangkan yang paling
rendah pada stasiun A (1.000 m.dpl) sebesar 0,51 yang mendominasi Riccia
sp. Indeks dominasi paling tinggi pada stasiun A (1.000 m.dpl) sebesar
0,48 ,sedangkan paling rendah pada stasiun C (1.400 m.dpl) sebesar 0,31.
Keanekaragaman tumbuhan Bryophyta dan Pteridophyta di TAHURA
termasuk rendah.
Ketiga, peneilitian dari Nofilah Sonya Sarwilujeng pada tahun 2014
dengan judul “Inventarisasi Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi
Sma”.52
Latar belakang penelitian ini adalah Tumbuhan lumut (Bryophyta) di
wilayah Lumajang belum banyak terungkap khususnya di Kawasan
Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang. Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit yang terletak di Desa Kertowono, Kecamatan Gucialit,
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu air terjun alami yang terdapat di
area perkebunan teh kertowono dibawah naungan PTPN XII. Lokasi Wisata
Air Terjun Gucialit ini merupakan daerah yang berada di kaki lereng Gunug
Semeru dan berjarak 20 km dari pusat kota Lumajang, dengan ketinggian
kurang lebih 1500-1600 m di atas permukaan laut dan memiliki suhu sekitar
16 derajat Celsius. Penelitian ini bertujuan menginventaris berbagai jenis
tumbuhan lumut di Kawasan Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten
Lumajang dan sebagai upaya pemanfaatan lingkungan untuk sumber belajar.
Metode penelitian yang digunakan adalah dilakukan dengan cara
jelajah, yaitu menjelajahi setiap sudut suatu lokasi yang dapat mewakili tipe
– tipe ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang diteliti (Rugayah dkk,
2004). Membagi wilayah penelitian menjadi 10 pos (100 meter) dengan
menyusuri jalan setapak yang tersedia di lokasi penelitian yang dimulai dari
parkiran kawasan Wisata Air Terjun Gucialit.
Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan lumut (Bryophyta) di
Kawasana Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang ditemukan 15
spesies yang tergolong dalam 3 Kelas tumbuhan lumut yaitu: 3
Hepaticopsida, 1 Anthocerotopsida dan 11 Bryopsida.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Florentina I.W dan Dewi
susan tahun 2013 pada dengan judul penelitian “Keaneragaman Jenis
Lumut Di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat”.53
Latar belakang penelitian ini adalah kepulauan raja ampat terletak di
Provinsi Papua Barat dikenal mempunyai kekayaan keaneragaman hayati
52
Nofilah Sonya Sarwilujeng. Inventarisasi Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi Sma. Universitas Jember.
2014
53
Florentina I.W dan Dewi Susan. Keaneragaman Jenis Lumut Di Kepulauan Raja
Ampat, Papua Barat. Buletin Kebun Raya.2013. Vol.16 No.2
yang tinggi. Namun sampai saat ini, informasi tentang keaneragaman hayati
termasuk keaneragaman lumutnya di kawasan ini sangat kurang. Hal ini
dapat diketahui antara lain dari tidak ditemukannya koleksi spesimen lumut
dari kawasan tersebut di herbarium bogoriense, hasil penelusuran database
beberapa herbarium melalui website yang tersedia di internet serta laporan
atau publikasi ilmiah tentang kelompok tumbuhan ini dari raja ampat.
Metode penelitian ini menggunakan metode jelajah yaitu menjalajahi
dan mengamati setiap sudut lokasi penelitian. Setiap jenis lumut yang
dijumpai diambil contohnya untuk kemudian di buat koleksi herbariumnya
untuk keperluan identifikasi.
Hasil eksplorasi dan koleksi lumut dilakukan di Kepulauan Raja Ampat
tercatat 85 nomor koleksi lumut berhasil dikumpulkan yang terdiri atas 56
jenis dari 25 marga dan 11 famili. Empat jenis yaitu Calymperes polisotii,
Ectropothecium monumentorum, Macromitrium orthostichum dan Thuidium
tamariscellum merupakan catatan baru untuk New Guinea dan dua jenis
lainnya Taxithelium bakeri dan taxithelium oblongifolium merupakan
catatan baru untuk indonesia.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah pada tahun 2013
dengan judul “Keaneragaman Lumut Hati dan Lumut Tanduk Pasca Erupsi
di Taman Nasional Guung Merapi, Yogyakarta”.54
Latar belakang penelitian ini adalah Gunung Merapi merupakan gunung
berapi yang aktif, letusan besar terjadi pada Oktober 2010. Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) Yogyakarta, merupakan kawasan hutan hujan
tropik berada di lereng selatan Gunung Merapi. Letusan Gunung Merapi
pada Oktober 2010 telah menimbulkan awan panas dan kebakaran hutan
yang mengakibatkan sebagian besar habitat vegetasi lumut menjadi rusak.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan keanekaragaman jenis dan
menyusun kunci identifikasi jenis-jenis lumut hati dan lumut tanduk di
TNGM pasca erupsi Merapi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian eksplorasi
ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan
54
Musyarofah. Keaneragaman Lumut Hati dan Lumut Tanduk Pasca Erupsi di Taman
Nasional Guung Merapi, Yogyakarta. Institut Pertanian Bogor. 2013
sampel yang ditemukan di sepanjang jalan yang mudah dilalui. Pengambilan
sampel meliputi fase gametofit dan fase sporofit. Setiap sampel lumut yang
dikoleksi diberi nomor koleksi dan dicatat substrat tempat tumbuhnya.
Pada penelitian ini dijumpai sebanyak 20 jenis, 14 marga, dan delapan
suku. Jenis-jenis tersebut meliputi 12 jenis lumut hati berdaun, lima jenis
lumut hati bertalus, dan tiga jenis lumut tanduk. Lumut arboreal hanya
dijumpai di Bukit Pronojiwo, semua merupakan lumut hati berdaun.
Sedangkan lumut terestrial dijumpai di tiga lokasi penelitian.
Keanekaragaman jenis lumut hati dan lumut tanduk di Bukit Pronojiwo
(lokasi yang masih dijumpai pohon) lebih tinggi daripada di Kinahrejo dan
Gandok (lokasi tanpa vegetasi pohon). Lumut hati bertalus Marchantia
treubii merupakan jenis yang umum dijumpai di TNGM.
Berdasarkan Kelima Penelitian diatas terdapat berbagai macam
jenis lumut yang ditemukan diberbagai tempat yang berbeda.
Keberadaan lumut yang berbagai macam menandakan bahwa lokasi
ataupun tempat tersebut masih memiliki lingkungan yang baik atau
masih alami sehingga tumbuhan tingkat rendah seperti lumut dapat
melangsungkan kehidupannya.
No. Nama Persamaan Perbedaan
Peneliti/Judul/Tahun
1. Ryo Waldi/ Inventarisasi 1. Tujuan penelitian 1. Lokasi penelitian
Lumut di Kawasan adalah Inventarisasi
Perkebunan Karet PTPN lumut
2. Teknik pengumpulan
7 Desa Sabah Balau,
data menggunakan
Kabupaten Lampung
metode survei
Selatan, Lampung/2017
eksploratif
3. Batasan wilayah
penelitian,mengguna
kan metode
purposive sampling
yaitu pengambilan
sample yang tidak
didasarkan pada
strata, random/acak.
2. Pendi 1. Kajian yang diteliti 1. Perhitungan
8. Paradigma Penelitian
Inventarisasi Lumut
Penelitian ini memakai beberapa jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan
penelitian RnD dengan rincian sebagai berikut :
A. Rumusan Masalah 1 (Penelitian Kualitatif)
1. Rancangan Penelitian
Tahap ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan
menggunakan metode eksploratif dan metode deskriptif. Penelitian
eksploratif adalah suatu metode observasi langsung tempat penelitian
dilakukan.55Penelitian ini dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke
sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci yaitu dengan melakukan
jelajah dan pengamatan secara langsung terhadap jenis tanaman di lokasi air
terjun. Penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif yaitu data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan
pada angka dan lebih menekankan pada proses daripada produk. 56 Pada
penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai
keaneragaman jenis tumbuhan lumut di kawasan air terjun parangkikis
dengan cara mengakumulasi data yang diperoleh.
55
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Tekhnik Penyusunan skripsi, (Jakarta: Bineka
Cipta, 2011), hal. 99.
56
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R n D),
Bandung : Penerbit Alfabet, 2011, hlm. 147
Teknik pengambilan data melalui observasi yang ada di lokasi penelitian
untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan Lumut dilakukan survei langsung ke
habitat untuk pengambilan sampel dan kemudian diidentifikasi. Data
mengenai macam/jenis tumbuhan lumut, habitat, siklus hidup, ciri-ciri
sampai sistem klasifikasinya.
2. Kehadiran Peneliti
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Kehadiran
peneliti pada penelitian kualitatif merupakan suatu keharusan. Karena
penelitian ini lebih mengutamakan temuan observasi terhadap fenomena
yang ada. Untuk itu, kemampuan pengamatan peneliti untuk memahami
fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan dalam rangka
menemukan data yang optimal dan kredibel, itulah sebabnya kehadiran
peneliti untuk mengamati fenomena-fenomena secara intensif ketika berada
di setting penelitian merupakan suatu keharusan.
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian yakni untuk meningkatkan
intensitas peneliti berinteraksi dengan sumber data guna mendapatkan
informasi yang lebih valid dan absah tentang fokus penelitian. 57 Untuk
itulah peneliti diharapkan dapat membangun hubungan yang lebih akrab,
lebih wajar dan tumbuh kepercayaan bahwa peneliti tidak akan
menggunakan hasil penelitiannya untuk maksud yang salah dan merugikan
orang lain atau lembaga yang diteliti.
Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh peneliti sebagai instrument
yaitu responsive dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memperoses secepatnya, serta
memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan.
Sedangkan kehadiran peneliti dilokasi penelitian ada empat tahap yaitu:
apprehension, exploration, cooperation, dan participation.58 Instrument
utama berarti bahwa peneliti sebagai pengamat yang mengamati seetiap
bentuk kehidupan tumbuhan lumut yang berada di habitatnya.
57
Neng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990),
46
58
Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Malang: Yayasan
Asih Asah Asuh, 1990), 12
Sebagai perencana, kehadiran peneliti sebelum melakukan tindakan
adalah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing. Kemudian peneliti
melakukan wawancara terhadap pemandu wisata lokasi penelitian dan
mengumpulkan data dengan cara pengamatan dan pengambilan sampel
lumut serta menganalisis hasil yang sudah didapat. Asisten/teman sejawat
dibutuhkan untuk membantu peneliti pada saat melakukan pengamatan dan
pengumpulan data.
Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian, Air Terjun Parangkikis Sumber : Google
earth
Gambar 3.2 Peta lokasi penelitian, Air Terjun Parangkikis Sumber : Google
Earth
4. Alat dan Bahan Penelitian
Beberepa peralatan yang digunakan dalam pengukuran abiotik dan
pencuplikan yang digunakan dalam penelitian ini, tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Alat dan Bahan yang Digunakan
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Alat tulis 1 set
2 Hygrometer 1 buah
4 Kamera 1 buah
5 Pisau 1 buah
9 Altimeter 1 buah
10 Ph meter 1 buah
11 Plastik untuk sampel 1 pack
12 Mikroskop Olympus 1 buah
2) Uji Kredibilitas
Pada dasarnya dalam penelitian deskriptif belum ada teknik yang
baku dalam menganalisa data, oleh sebab itu ketajaman melihat data
oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan harus dimiliki
oleh peneliti. Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini
meliputi uji kredibilitas. Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas
data dalam penelitian kualitatif ditunjukkan pada gambar berikut:
Perpanjangan Pengamatan
Uji Kredibilitas Data Perpanjangan Ketekunan
Triangulasi
Diskusi dengan teman
Analisis Kasus Negatif
Member Check
Bagan 3.1 Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam
menguji kredibilas data. Sugiyono (2011: 372) mengartikan triangulasi
sebagai pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber,
berbagai metode, dan berbagai waktu. Oleh karenanya terdapat teknik
pengujian keabsahan data melalui triangulasi sumber, triangulasi
metode, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber untuk menguji
keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh kepada beberapa sumber. Pertama kita cek terlebih dahulu
kepada Dosen yang bersangkutan. Apakah data tersebut benar atau tidak,
Dengan demikian data yang diperoleh dideskripsikan, dikategorikan,
mana pandangan yang sama, mana yang berbeda serta mana yang
spesifik dari sumber tersebut. Data yang telah dianalisis sampai
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
pada sumber data tadi.
Triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik
berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui Kajian sumber bacaan
terkait penelitian kemudian dicek dengan data hasil observasi atau
pengambilan sampel. Bila menghasilkan data berbeda, peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut dengan dosen yang bersangkutan untuk
mendapatkan data yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar
karena setiap dosen memiliki sudut pandang yang berbeda. Sumber
dalam penelitian ini adalah Dosen Tadris Biologi dan Pustaka atau bahan
bacaan maupun handbook terkait dengan penelitian. Untuk menguji
kredibilitas data dari hasil pengumpulan data catatan lapangan,
observasi, wawancara, dan dokumentasi tersebut, dalam penelitian ini
digunakan teknik triangulasi dengan sumber. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan dari hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil observasi diperoleh dari lembar observasi, hasil
wawancara diperoleh dari lembar wawancara dan hasil dokumentasi
diperoleh foto-foto pelaksanaan pengambilan sampel. Data terkuat
adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan pengambilan sampel.
Hubungan antara sumber data, teknik data, teknik pengumpulan
data dan keabsahan data yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut:
No. Dimensi Sumber Data Teknik Verifikasi
Pengumpulan Data
Data
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Tindak Lanjut
b) Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2012: 334).
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Hasil
dari wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap proses
pembelajaran Tematik harus disimpulkan dengan bahasa yang baik agar
mudah dipahami orang lain. Kemudian data yang diperoleh dari
dokumentasi juga disusun dengan rapi dan diberi keterangan agar
pembaca lebih paham dan mengerti. Setelah data-data tersebut dibaca,
ditelaah, dan dipelajari maka dilakukan reduksi data, langkah
selanjutnya ialah penyajian data, dan terakhir mengadakan kesimpulan
atau verifikasi. Analisis data pada penelitian ini dapat dilukiskan seperti
bagan dibawah ini.
Data Collection atau pengumpulan data pada penelitian ini dengan
menggunakan observasi, wawancawa dan dokumentasi mengenai
pengelolaan pembelajaran Tematik dengan menggunakan pendekatan
scientific. setelah data dikumpulkan kemudian data di reduksi.
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan
perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta
mentransformasikan data yang muncul dari catatan lapangan dan
observasi. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta
membuang yang dianggap tidak perlu. Dalam observasi ini difokuskan
pada pengelolaan pembelajaran Tematik oleh guru dengan menggunakan
pendekatan scientific. Peneliti mengamati bagaimana keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran. Data yang diambil harus benar-benar
sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dengan demikian, data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesisifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta
mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di
lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan
rumit. Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak
bertumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya.
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data (Data Display) Penyajian data diarahkan agar data hasil
reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow
chart), dan lain sejenisnya. Data dalam penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk uraian naratif. Apabila data sudah lengkap, maka disusun
dan dirancang dalam bentuk uraian agar lebih jelas dan dapat dipahami
oleh orang lain. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan
memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan
kerja penelitian selanjutnya. Pada tahap akhir data di verifikasi atau data
ditarik kesimpulannya.
6. Tahap-tahap Penelitian
a) Menentukan Lokasi
Penelitian ini merupakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk memberikan informasi tentang spesies lumut yang ditemukan di
kawasan Air Terjun Parangkikis, Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo,
Kabupaten Tulungagung sebelum pengumpulan data terlebih dahulu
ditentukan lokasi pengambilan. Lokasi penelitian ini yaitu sekitar
kawasan Air Terjun Parangkikis.
b) Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari lokasi yang ditentukan baik itu lumut yang
menempel di pohon, di batu dan di batu. Lumut yang diperoleh dari
lokasi kemudian diambil dengan menggunakan pisau atau alat
pengcongkel, baik fase gametofit maupun fase sporofitnya. Hal ini untuk
keperluan dan data identifikasi yang jelas. Selanjutnya lumut dimasukan
ke dalam plastik spesimen secara terpisah dari setiap jenis yang
ditemukan. Disamping mendata spesimen lumut yang ditemukan, juga
mencatat habitat aslinya, membuat foto sebagai dokumentasi penelitian.
Selanjutnya melakukan identifikasi dengan kunci identifikasi.
c) Identifikasi Lumut
Sampel lumut yang ditemukan diidentifikasi yakni melihat ciri-ciri
morfologinya. Identifikasi dilakukan melalui 2 tahap yaitu identifikasi
melalui mikroskop dan identifikasi dari berbagai sumber.
1) Identifikasi dengan mikroskop
Pada proses ini identifikasi dilakukan untuk mengetahui bentuk
morfologi tumbuhan lumut. Karena tumbuhan lumut adalah tumbuhan
yang kecil jadi untuk memperjelas gambar beberapa bagian-bagiannya
diamati melalui mikroskop. Proses identifikasi pada tahap ini
dilakukan di Laboratorium Biologi Gedung Laboratorium lantai 3.
2) Identifikasi dari berbagai sumber
Identifikasi Sampel lumut yang ditemukan diidentifikasi yakni melihat
ciri-ciri morfologinya. Sebelum identifikasi morfologi lumut terlebih
dahulu dilakukan dengan mengambil gambar (ficture) sampel
menggunakan kamera mikrofokus riccoh. Selanjutnya proses
identifikasi speises menggunakan kunci identifikasi dan pustaka yang
sesuai, yaitu The Biodiversity of a New England Woodlot Series:
Mosses and Liverworts, Lecture On Moss For The BIOTROP
Workshop (Benito C. Tan), Guide To The Liverworts and Hornworts
of Java (S. Robbert Gradstein), Ebook Lab 12: Bryophytes: (Mosses
And Liverworts And Hornworts), Mosses and Liverworts of the
Western Ghats, India A Picture Book, Volume No. 14 (Jan-Peter
Frahm, 2013), Hand Book of Mosses of The Iberian Peninsula and
The Balearic Island (Casas, Brugues, 2006) serta menggunakan
beberapa situs seperti ITIS, EFLORAS, INTODUCTION TO
BRYOPHYTES dan GBIF
3) Penyusunan Materi
Pada tahap ini dikemukakan dasar pemilihan mata kuliah ekologi.
Mata kuliah ekologi dipilih karena sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki peneliti serta tumbuhan lumut masih tergolong ke dalam sub
materi keaneragaman hayati. Selain itu, ketika peneliti berada di
lapangan mengajar keaneragaman hayati, banyak pendidik dan peserta
didik yang menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran
dikarenakan kurangnya sumber belajar mengenai lumut sendiri.
4) Pengumpulan Gambar
Pengumpulan gambar merupakan langkah untuk menunjang
kemenarikan sumber belajar Ensiklopedia Tumbuhan Lumut. Dengan
adanya berbagai variasi gambar yang disajikan tentunya akan
memberikan warna atau nilai tersendiri dari bahan ajar tersebut.
c) Tahap Pengembangan (Development)
1) Membuat Produk Bahan Ajar Berupa Ensiklopedia Tumbuhan
Lumut
Pada tahap ini produk bahan ajar dibuat sesuai format yang sudah
ditentukan sebelumnya.
2) Validasi Ahli Materi dan Ahli Media
Proses Validasi dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Hasilnya
berupa saran, komentar dan masukan yang dapat digukan sebagai
dasar untuk melakukan analisis dan revisi terhadap bahan ajar yang
dikembangkan sebagai dasar untuk melakukan uji coba produk pada
mahasiswa.
d) Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi ini akan di ujicobakan kepada 10 mahasiswa jurusan
tadris biologi dimasing-masing semester. Pada tahap ini juga dibagikan
angket untuk mengukur dan mengetahui pendapat/respon mahasiswa
mengenai sumber belajar. Bila diperlukan maka dilakukan revisi
berdasarkan masukkan dan saran dari mahasiswa. Namun, dalam revisi
ini dipertimbangkan masukan dan saran dari validator sebelumnya agar
tidak bertentangan dengan perbaikan-perbaikan sebelumnya.
e) Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi yaitu memperbandingkan hasil yang didapatkan pada
tahap uji coba. Selain memperbandingkan hasil yang diperoleh dari ahli
materi dan ahli media, peneliti juga menganalisis data yang diperoleh
dari mahasiswa untuk mengetahui pendapat/respon mengenai produk
yang telah dibuat. Tahap ini juga telah dihasilkan produk sumber belajar
berupa Ensiklopedia Tumbuhan Lumut untuk pembelajaran
keaneragaman hayati yang sudah direvisi pada tahap implementasi.
Kategori Skor
Sangat Baik 4.1 - 5.0
Baik 3.1 - 4.0
Cukup 2.1 – 3.0
Kurang 1.1 – 2.0
Sangat Kurang 1.0
Sumber: Sugiyono (2011:93) dengan modifikasi59
I. Menghitung nilai rerata skor tiap indikator dengan rumus:
59
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009. Hal.
93
III. Mengorientasikan secara kualitatif jumlah rerata skor tiap aspek
dengan menggunakan rumus konversi skor skala 5 berikut:
Tabel 3.3. Rumus Konversi Jumlah Rerata Skor pada Skala Lima
Keterangan:
Skor Maksimal =5
Skor Minimal =1
Skor Maksimal Ideal = jumlah indikator x skot tertinggi
Skor Minimal Ideal = Jumlah indikator x skor rendah
= Skor yang diperoleh
i = ½ (Skor maks ideal+skor min
ideal)60
IV. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif
kuantitatif yang disajikan dalam distribusi skor dan presentase
terhadap kategori dengan skala penilaian yang telah ditentukan
Presentase Kelayakan Tiap Aspek (%)
X100%
60
Eko Putro Widyoko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2011. Hal. 245
61
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rev. Ed. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010. Hal 44
Angket Kelayakan Materi
A. Penilaian Materi
Skala Penilaian
No. Indikator Deskripsi
5 4 3 2 1
Materi yang disampaikan
1 Sistematis dan runtut sistematis dan runtut
Materi yang disampaikan
2 Alur Logika Jelas memiliki alur logika yang jelas
Kejelasan penyampaian Materi yang disampaikan secara
3 materi sistematis dan runtut
Materi yang disampaikan
4 Kebermanfaatan materi bermanfaat
Materi yang disampaikan aktual
5 Aktualisasi materi atau betul-betul ada
Materi yang disajikan dalam
6 Kelengkapan materi bahan ajar lengkap
Kesesuaian tingkat Kesesuaian tingkat kesulitan dan
kesulitan dan keabstrakan konsep dengan
keabstrakan konsep perkembangan kognitif
dengan perkembangan mahasiswa sehingga dapat
7 kognitif mahasiswa mudah diterjemahkan
Konsep dan definisi disajikan
Kebenaran konsep sesuai dengan konsep dan
materi yang ditinjau definisi yang berlaku dalam
8 dari aspek keilmuan bidang biologi
Dukungan sumber
belajar terhadap
kemandirian belajar Media mendukung mahasiswa
9 mahasiswa untuk belajar
Kemampuan sumber
belajar dalam
menambah pengetahuan Mampu menambah pengetahuan
10 mahasiswa mahasiswa
B. Kebenaran Materi
No. Jenis Kesalahan Saran Perbaikan
C. Komentar/Saran
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
D. Kesimpulan
Lingkari pada nomor sesuai kesimpulan
1. Layak untuk diujicobaka
2. Layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak untuk diujicobakan
Ahli Materi.
A. Penilaian Media
B. Kelayakan media
No. Jenis Kesalahan Saran Perbaikan
C. Komentar/Saran
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
D. Kesimpulan
Lingkari pada nomor sesuai kesimpulan
1. Layak untuk diujicobakan
Ahli Media
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP