Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Indonesia adalah salah satu negara didunia yang memiliki tingkat
keaneragaman hayati yang sangat melimpah. Secara geografis, Indonesia
adalah negara kepulauan yang terletak diantara dua benua yaitu Asia dan
Australia.12 Letak geografis tersebut adalah salah satu faktor yang mendukung,
serta indonesia dinobatkan menjadi negara yang memiliki keaneragaman yang
besar dan mendapat gelar sebagai megabiodiversity.13
Keanekaragaman hayati merupakan penentu kehidupan dari organisme
tertentu. Keanekaragaman hayati meliputi berbagai jenis mahluk hidup mulai
dari tingkat mikroorganisme hingga makroorganisme, baik di daratan, lautan,
dan tempat lainnya. Keanekaragaman hayati yang tidak terlepas dari hubungan
yang baik antara suatu mahluk hidup dengan lingkungannya, karena
penyebaran setiap mahluk hidup dipengaruhi oleh faktor lingkungan.14
Keaneragaman hayati (biodiversity) yang mempunyai nilai yang sangat
tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan juga mempunyai potensi genetik
yang besar. Air terjun yang merupakan sumberdaya alam ini mengalami
banyak perubahan dan sangat mudah terhadap kerusakan. Sebagai salah satu
keindahan keaneragaman hayati air terjun seringkali dieksploitasi oleh manusia
untuk dijadikan sebagai lumbung rupiah, dengan dijadikannya air terjun
tersebut sebagai salah satu destinasi wisata alam yang sekarang ini banyak di
cari oleh para wisatawan. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya
pembabatan tumbuhan disekitaran air terjun.15

12
Shahabuddin, Et.al, “Penelitian Biodiversitas Serangga di Indonesia: Kumbang Tinja
(Coleoptera: Scrabaeidae) dan Peranan Ekosistemnya”, Jurnal Biodiversitas, Vol.6 No.2 (April
2005), h. 141-146.
13
Kharis Triyono, “Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Ketahanan Pangan”,
Jurnal Inovasi Pertanian, Vol.11 No.1 (Mei 2013), h. 12-22.
14
Hery Mulyanto, Dewi Cahyuningdari, Ahmad Dewi Setyawan, “Kantung Semar
(Nephentes Sp.) di Lereng Gunung Merbabu”, Jurnal Of Biological Diversity, Vol.1 No.2 (Juli
2000), h. 54-58.
15
Wati, dkk. “Keaneragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophyta) di Hutan Sekitar
Waduk Kedung Brubus Kecamatan Pilang Keceng Kabupaten Madiun”. Jurnal Florea Volume 3
No.1. Juli 2016, hal.46.
Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan
fakta mengenai sumber daya alam yang digunakan untuk perencanaan
pengelolaan sumberdaya tersebut. Kegiatan inventarisasi ini merupakan suatu
kegiatan mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan tingkat bawah
terutama lumut yang ada di air terjun parangkikis. Kegiatan inventarisasi ini
diharapkan dapat mengungkap potensi dan informasi yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengenalkan jenis-jenis tumbuhan bawah seperti lumut
yang ada di daerah kawasan air terjun parangkikis.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan berukuran mikro (kecil) yang
tumbuh menempel pada substrat seperti pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah,
tanah dan bebatuan. Kelompok tumbuhan ini adalah salah satu penyokong
keaneragaman flora yang belum banyak diteliti karena sepintas tidak tampak
menarik perhatian masyarakat luas maupun peneliti dan bahkan sering
dianggap sebagai lingkungan tampak kotor dan tidak disukai oleh masyarakat.
Namun bila diperhatikan dengan seksama beberapa jenis tumbuhan lumut ini
cukup menarik baik dari warna maupun kehidupannya yang berkelompok
membentuk bantalan seperti karpet yang kadang-kadang membuat lantai hutan
tampak indah. Selain itu kelompok tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan ini
mampu tumbuh pada bebatuan yang keras dan kering dimana biji atau
tumbuhan lain tidak mampu tumbuh. Dengan tumbuhnya lumut dibebatuan
kering diharapkan pada saat musim hujan datang, bebatuan tersebut mampu
menyimpan air dan memudahkan biji yang jatuh disekitar bebatuan tersebut
untuk tumbuh serta berkecambah hingga menjadi pohon dewasa.16
Lumut adalah tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang dan daun
sejati. Lumut merupakan salah satu bagian kecil dari flora yang banyaj tergali
dan berfungsi sabagai penyokong keaneragaman flora. Masih minimnya
pengetahuan mengenai lumut adalah suatu hal yang sangat disayangkan,
mengingat di Indonesia memiliki kurang lebih 1500 jenis lumut.

16
Fiorentina.I.M, Dewi Susan. “Keaneragaman Jenis Lumut di Kepulauan Raja Ampat,
Papua Barat”. Jakarta Bogor. Buletin Kebun Raya Vol.16 No.2. Juli 2013. hal.75.
Keaneragaman tumbuhan lumut bryophyta dikawasan air terjun parangkikis
belum banyak terungkap.17
Penelitian lumut penting untuk dilakukan, lumut dalam lingkup ekositem
memiliki nilai penting bagi lingkungan, salah satunya adalah ikut menjaga
kelestarian lingkungan. Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Tumbuhan
lumut dalam ekosistem hutan berperan penting dalam meningkatkan
kemampuan hutan untuk menahan air (Water Holding Capacity), habitat
penting bagi organisme lain terutama populasi hewan Invertebrata, beberapa
jenis anggrek.18
Wilayah Air Terjun Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo
merupakan salah satu daerah di Kabupaten Tulungagung yang berada di
pegunungan. Wilayah ini belum sepenuhnya mendapat perhatian dari
wisatawan serta masyarakat luar daerah tersebut, sehingga tingkat
keaneragaman yang ada disana masih cukup terjaga. Hutan yang rimbun dan
lebat disekitar air terjun menjadi salah satu indikator bahwa di daerah tersebut
masih melimpah beberapa bioindikator lingkungan terutama tumbuhan lumut.
Berdasarkan Penelitian Ratih Fitantri 19 dan Ryo Waldi20 didapatkan
berbagai macam tumbuhan lumut yang berada di lokasi penelitian mereka
masing-masing hal ini menggambarkan kondisi lingkungan penelitian masih
terjaga kelestariannya. Maka dari itu perlu adanya inventarisasi di kawasan air
terjun parangkikis agar diketahui juga seberapa besar keberagaman tumbuhan
lumutnya sehingga dapat dijadikan referensi bahan ajar yang nantinya akan
digunakan dalam menambahan wawasan keilmuan mahasiswa biologi.
Bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses
pembelajaran secara keseluruhan. Karena peneliti ini adalah penelitian murni,
17
Wati, dkk. “Keaneragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophyta) di Hutan Sekitar
Waduk Kedung Brubus Kecamatan Pilang Keceng Kabupaten Madiun”. Jurnal Florea Volume 3
No.1. Juli 2016, hal.46.
18
Nuroh Bawaihaty, Istomo, Hilwan, “Keanekaragaman dan Peran Bryophyta di Hutan
Sasaot Lombok, Nusa Tenggara Barat”, Jurnal Silvikultur Tropika, Vol.05 No.1 (April 2014), h.
13-17.
19
Ratih Fitantri. Inventarisasi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Di
Kawasan Giribangun Wetankali Girilayu Matesih. Karanganyar. 2017.
20
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan. Lampung. 2017
maka bahan ajar yang didesain sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Dengan
demikian, mahasiswa memiliki peran sangat besar dalam upaya memahami
konsep, mengembangkan prosedur, menemuka prinsip, serta menerapkan
konsep, prosedur, dan prinsip tersebut dalam penyelesaian masalah yang
diberikan.21
Menurut Dageng, Sumber Belajar adalah segala sesuatu yang berwujud
benda dan orang yang dapat menunjang belajar sehingga mencakup semua
sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar agar terjadi
perilaku belajar.22
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah
semua sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang
dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk kegiatan belajar dan dapat
meningkatkan kualitas belajarnya.
Ensiklopedia adalah salah satu sumber belajar yang merupakan koleksi
rujukan dengan berbagai informasi mendasar dan lengkap soal ilmu
pengetahuan. Uraian artikel di dalamnya bersifat ringkas dan terpisah, juga ada
yang panjang lebar. Biasanya berfungsi untuk menjawab pertanyaan : informasi
umum, peristiwa, konsep, dan fakta. Berisi informasi subyek berbagai bidang
ilmu, atau subyek tertentu. Diharapkan bahan ajar ini mampu menjawab
berbagai permasalahan mengenai lumut karena di dalam pustaka indonesia
belum banyak yang mengkaji mengenai lumut.23
Mata kuliah keaneragaman hayati merupakan salah satu cabang dari mata
kuliah biologi yang membahas mengenai berbagai macam tumbuhan, hewan
Sementara itu, peran utama dosen lebih bersifat fasilitator yang harus
senantiasa memfasilitasi setiap perkembangan yang terjadi pada diri mahasiswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, bahan ajar yang
kembangkan dalam penelitian ini didesain agar mahasiswa mampu menemukan

21
Ramdani, Yani. Pengembangan instrumen dan bahan ajar untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi, penalaran, koneksi matematis dalam konsep integral. Jurnal penelitian
pendidikan. 2012. Vol.13 No.1. Hal.50
22
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
23
Maryono, Dkk. Ensiklopedi koleksi rujukan dengan informasi mendasar dan lengkap.
Hal 1-2
konsep, prosedur, prinsip, serta mampu menerapkannya dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai jenis-jenis lumut, serta menjadi salah satu alternatif
sumber belajar mahasiswa. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian
dengan judul ” Inventarisasi Tumbuhan Lumut Di Kawasan Air Terjun
Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo Tulungagung”, bukan
hanya sebagai materi teori pembelajaran saja, namun dapat menjadi refrensi
dalam kegiatan praktikum di lapangan.

B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Inventarisasi Tumbuhan Lumut dikawasan Air ataerjun
Parangkikis Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo Tulungagung?
2. Bagaimanakah Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Mata
Kuliah Keaneragaman Hayati?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Inventarisasi Tumbuhan Lumut dikawasan Air terjun
Parangkikis Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo Tulungagung.
2. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar
Mata Kuliah Keaneragaman Hayati.

D. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan keilmuan
Menambah khasanah keilmuan tentang keaneragaman lumut di Kawasan
Air Terjun Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pegerwojo Tulungagung
2) Kegunaan praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai salah satu sumber bacaan atau refrensi dan
daftar rujukan.
b. Bagi Dosen
Sebagai inovasi dan solusi terhadap media pembelajaran yang lebih
menarik dan praktis.
c. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan sebagai tambahan
pengetahuan bagi masyarakat

E. Penegasan Istilah
1. Inventarisasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data dan fakta
mengenai suatu sumberdaya alam.
2. Tumbuhan Lumut adalah tumbuhan tingkat rendah yang juga merupakan
bioindikator lingkungan.
3. Air Terjun Parangkikis adalah air terjun yang berada di desa gambiran,
kecamatan pagerwojo tulungagung.
4. Sumber belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia guna untuk
memenuhi kebutuhan keilmuannya.
5. Mata Kuliah Keaneragaman Hayati adalah salah satu mata kuliah yang
berisikan kebijaksanaan kepercayaam kita untuk masa depan,
memungkinkan tanaman dan binatang untuk beradaptasi pada perubahan
iklim, serangan parasit dan kuman, atau hal lain yang tidak diperkirakan.

F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dimadsudkan untuk memberikan gambaran secara
sistematis tentang pokok pembahasan dalam penulisan skripsi, yaitu sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dijelaskan tentang konteks penelitian
yang menimbulkan keinginan peneliti untuk mengadakan
penelitian tentang “Inventarisasi Tumbuhan Lumut di Kawasan
Air Terjun Parangkikis Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo
Tulungagung”, selanjutnya penegasan istilah, fokus Penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Kajian Pustaka dari penelitian ini, penelitian terdahulu, dan
kerangka berfikir.
BAB III : Menjelaskan mengenai rumusan masalah 1 (kualitatif) yakni:
Rancangan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan, Alat dan Bahan Penelitian, Teknik Analisis Data dan
Tahap-Tahap Penelitian. Rumusan masalah 2 (RnD) yakni
Prosedur Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.
BAB IV : Deskripsi Hasil Penelitian (Paparan Data dan Temuan Penelitian)
penelitian 1 dan 2.
BAB V : Pembahasan, dalam pembahasan ini dijelaskan temuan-temuan
penelitian dalam penelitian dari hasil penelitian.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kajian Mengenai Inventarisasi
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan menghimpun atau untuk
mengoleksi jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah.
Sedangkan identifikasi tumbuhan yaitu mengungkapkan atau menetapkan
identitas (“jati diri”) dar tumbuhan tersebut, dalam hal ini tidak lain
daripada “menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat
dalam sistem klasifikasi”. Istilah identifikasi sering juga digunakan dengan
istilah “determinasi”.24
Mengungkapkan atau melakukan identifikasi suatu tumbuhan selalu ada
dua kemungkinan yang dihadapi yaitu :
a. Tumbuhan yang diidentifikasi belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. Untuk identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan maka diidentifikasi, dan dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
1) Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak dikenal kepada seseorang
yang dianggap ahli dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan.
24
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Umum, Yogyakarta : Gadjah Mada Unipersity
Press, 1998, h. 70-73.
2) Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah di
identifikasikan.
3) Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam
buku-buku flora atau monografi.
b. Tumbuhan yang diidentifikasi sudah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. Untuk identifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan, dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Membuat candra atau deskripsinya.
2) Membuat ciri-ciri diagnostiknya.
3) Penetapan kategori spesimen yang tidak boleh menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku, seperti yang tercantum dalam
KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).25

2. Kajian Tentang Tumbuhan Lumut


a. Pengertian Lumut
Lumut merupakan kelompok tumbuhan berklorofil (autotrop) yang
talusnya mempunyai struktur seperti organ “akar”, “batang”, dan “daun”.
Akan tetapi semua organ tersebut tidak sejati karena tidak adanya sistem
jaringan yang terkoordinasi membentuk struktur organ. Misalnya tidak
ada sistem pembuluh angkut xilem dan floem. Kelompok tumbuhan ini
dinamakan tumbuhan lumut.26
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran generasi (metagenesis),
yaitu adanya talus fase gametofit dan talus fase sporofit. Talus gametofit
merupakan talus tumbuhan lumut yang umum kita lihat di alam, terutama
jika tumbuhan lumut tersebut tidak membentuk sporogonium. Sedangkan
sporogonium yang menghasilkan spora merupakan talus sporofit.
Talus sporofit lumut bersifat diploid (2n) yang mempunyai ciri-
ciri : umur hidupnya pendek, hidup menempel pada talus gametofit untuk
memperoleh nutrient. Pangkal sporofit tertanam pada gametofit. Sporofit
tidak bercabang dan membentuk sporangium tunggal (atau beberapa)
25
Akhmadi, Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah, Palangka Raya : Universitas Palangka
Raya, 2010, h. 34.
26
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Umum, Yogyakarta : Gadjah Mada Unipersity
Press, 1998, h. 70-73.
pada ujungnya. Talus gametofit lumut bersifat haploid (n) yang
mempunyai ciri-ciri : umur hidupya lama, dominan pada talus, hidup
pada substrat (misalnya tanah). Gametofit berasal dari hasil
perkecambahan spora yang membentuk “protonema” (stadium muda
lumut). Gametofit ini membentuk struktur “akar” atau rhizoid, “batang”,
dan “daun”. Gametofit menghasilkan anterizoid berflagel 2 (“whiplash”)
dan sel telur.
Gametangium jantan (anteridium) pada tumbuhan lumut berbentuk
seperti “gada”, yang dapat menghasilkan anterizoid. Sedangkan
gametangium betina (arkegonium) pada lumut berbentuk seperti “botol”,
yang dapat membentuk satu sel telur (ovum). Pada bagian perut dari
arkegonium terdapat lebih dari satu lapisan sel-sel steril, sedangkan pada
bagian leher hanya ada satu lapisan-lapisan sel steril.27

b. Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut


Bentuk tubuh (gbr. 1.1). Lumut adalah sekelompok kecil penghuni
tanah yang paling primitif (gbr. 1.1). Beberapa dari mereka adalah hidup
di perairan contoh riella dan ricciocarpus. Jumlah bryophytes sekitar
24.000 spesies yang dikelompokkan dalam hampir 960 genera semuanya
adalah tanaman kecil dan tidak mencolok dengan ukuran mulai dari
sekitar satu milimeter panjangnya hingga 30 sentimeter atau lebih. Tubuh
tanaman lumut berbeda dengan ganggang yang kompleks. Ganggang
lebih kompak dan lebih terlindung dari pengeringan. Namun, lumut
relatif sederhana di bagian bawah dan hampir mirip dengan talus alga.
Talus alga tumbuh menghadap ke tanah dan seperti thallus (A). Talus
melekat pada substrat organ halus, uniseluler, seperti rambut yang disebut
rizhoids.
Rizhoid tumbuhan dari bagian batang yang lebih tua dan basal. Organ-
organ bryofit ini, tidak sama dengan tanaman-tanaman tingkat tinggi.
Lumut tidak memiliki karakteristik jaringan pembuluh dari batang, daun
dan akar tanaman yang lebih tinggi. Selain itu, lumut adalah generasi
haploid sedangkan yang dari tanaman tingkat tinggi mewakili generasi
27
Ibid., Taksonomi Umum, h. 34.
diploid. Organ-organ yang fungsinya serupa tetapi asalnya berbeda
dikatakan tidak dianalisis. batang, daun dan akar dari bryophyte dengan
demikian, analog dengan batang, daun dan akar, bukan rambut tanaman
vaskular. Rambut akar seperti rhizoid dari lumut hati adalah struktur
uniseluler. Sebaliknya rizoid terdapat dalam fase gametofit dan rambut
akar pada sporofit. keduanya demikian analog satu sama lain. beberapa
ahli botani menggunakannya bahkan jenis lumut bryophytes sebagai talus
yang sangat berbeda.28
Secara spesifik bentuk umum tubuh maupun struktur tubuh tumbuhan
lumut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Struktur tumbuhan lumut.29


1) Batang
Apabila dilihat melintang akan tampak susunan batang tumbuhan
lumut sebagai berikut :
a. Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya membentuk rizhoid
epidermis.
b. Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel
parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan garam,
belum terdapat floem dan xilem.
c. Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang
dan berfungsi sebagai jaringan pengangkut.
2) Daun
28
Ibid. Hal.3
29
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut Di Kawasan Perkebunan Karet Ptpn 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Lampung. 2017. Hal. 12.
Daun tersusun atas satu lapis sel. sel-sel daunnya kecil, sempit,
panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut
hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak
ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan
penyokong. Bentuk daun ada yang oval, lanset, dan ujung daun
bervariasi dari tumpul atau truncate dan acuminate atau aristate. Pada
basal daun, kadang-kadang decurrent atau ensheathing batang. Margin
daun dapat bervariasi, rata, bergigi atau bergerigi.
3) Rizoid
Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak
sempurna, membentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat
pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam mineral.30
4) Sporofit
Struktur sapropit (sporongonium) tubuh lumut terdiri atas :
a) Vaginula, kaki yang terselubungi sisa dinding arkegenium, 2 seta
atau tangkai.
b) Apofisisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan
peralihan antara seta dan kotak spora.
c) Kaliptra dan tundung, berasak dari dinding arkegenium sebelah
atas manjdi tudung kotak spora.
d) Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam
pembentukan spora.31
Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai daun. Gametofit
berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid
yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora,
gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk
melakukan reproduksi seksual.

30
Ibid. Hal.13
31
Dany C.P dan Eva S.N.K. Buku Ajar Tumbuhan Tak Berpembuluh. Universitas Negeri
Manado. 2015. Hal.159
Gambar. 2.2
Keterangan Gambar :
a. Seta yaitu tangkai.
b. Foot yaitu keping kaki; kuncup kaki embrio bagian luar yang akan
tumbuh menjadi kaki.
c. Capsule yaitu salut, bungkus; kotak spora pada lumut.
d. Sporangium yaitu kotak spora.

c. Klasifikasi Tumbuhan Lumut


Menurut Carl von Linne (Latin : Carolus Linnaeus), tumbuhan lumut
dibedakan dalam tiga kelas, yaitu Kelas Hepaticae (lumut hati), Kelas
Musci (lumut daun) dan Kelas Anthocerotae (lumut tanduk).
1) Kelas Hepaticae ( Lumut Hati)
a) Klasifikasi Tumbuhan Lumut Hati
Kingdom: Plantae
Phylum Marchantiophyta
Class Haplomitriopsida
Order Calobryales
Order Treubiales
Class Jungermanniopsida
Order Fossombroniales
Order Jungermanniales
Order Metzgeriales
Order Pallaviciniales
Order Pelliales
Order Pleuroziales
Order Porellales
Order Ptilidiales
Class Marchantiopsida
Order Blasiales
Order Lunulariales
Order Marchantiales
Order Naiaditales
Order Neohodgsoniales
Order Sphaerocarpales
b) Pengertian Lumut Hati
Nama umum dan saintifik filum ini (dari kata Latin hepaticae, hati)
mengacu pada gametofit yang berbentuk hati dari anggota-
anggotanya, seperti Marchantia, ditunjukkan di bawah. Pada abad
pertengahan, bentuk lumut hati diduga merupakan pertanda bahwa
tumbuhan tersebut dapat membantu menangani penyakit hati.
Beberapa lumut hati, termasuk Marchantia, disebut sebagai „taloid‟
karena gametofitnya yang berbentuk pipih. Gametangia Marchantia
terangkat di atas gametofor yang terlihat seperti miniatur pohon32
c) Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut Hati

Gambar. 2. 3. Struktur Tubuh dan Penampang Melintang33


d) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Hati
Tumbuhan lumut kelas Hepaticae mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
 Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”
dan “daun”, sedangkan “akar” berupa rizoid.
 Talus gametofit berbentuk pipih dorsiventral.
 Pada permukaan dorsal gametofit dibentuk anteridium dan
arkegonium yang bentuknya seperti payung.
 Talus sporofitnya berukuran sangat kecil, sehingga hampir tidak
terlihat.
32
Campbell Reece dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2008,
h. 174.
33
Ibid., Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Scyzophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta), (Struktur tubuh dan penampang melintang lumut hati), h. 174.
e) Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Hati

Gambar. 2.4. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Hati34


f) Habitat Tumbuhan Lumut Hati
Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Hepaticae umumnya pada
tanah mineral yang lembab di bukit ataupun di lereng gunung,
terutama pada dasar hutan yang lebat. Pada tanah gambut yang
bersifat asam dan miskin unsur hara umumnya tidak cocok bagi
kehidupan lumut anggota kelas Hepaticae. Meskipun demikian
beberapa jenis yang talus gametofitnya seperti “daun” dapat
ditemukan tumbuh di hutan rawa gambut, misalnya Plagiochila sp.
2) Kelas Musci/Bryophyta (lumut daun)
a) Klasifikasi Tumbuhan Lumut Daun
Kingdom Plantae
Phylum Bryophyta

34
Glime, J.M. Physiological Ecology. Michigan Technological University and the
International Association of Bryologists. 2007. Hal.11
Class Andreaeopsida
Order Andreaeales
Order Andreaeobryales
Class Bryopsida
Order Archidiales
Order Bryales
Order Buxbaumiales
Order Dicranales
Order Fissidentales
Order Funariales
Order Grimmiales
Order Hookeriales
Order Hypnales
Order Hypnobryales
Order Isobryales
Order Leucodontales
Order Orthotrichales
Order Polytrichales
Order Pottiales
Order Schistostegiales
Order Seligerales
Order Tetraphidales
Class Sphagnopsida
Order Sphagnales
b) Pengertian Lumut Daun
Lumut daun adalah tumbuhan kecil yang berklorofil yang tumbuh
di hutan lembab dan rawa. Mereka berkembang dengan jarak yang
rapat sehingga membentuk karpet. Lumut daun termasuk tumbuhan
pertama yang tumbuh di terra firma. Seperti leluhurnya, alga
mereka bergantung pada air dalam beberapa hal, terutama untuk
reproduksi.35
c) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Daun
Tumbuhan lumut daun mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”
dan “daun”.
2. Talus gametofit berbentuk simetri radial.
3. Anthredium dan arkegonium dibentuk pada ujung gametofit di
antara “daun”, dan selanjutnya tumbuh sporangium.
4. Talus sporofitnya merupakan sporangium yang menumpang
pada ujung “batang” dari talus gametofit36
d) Struktur Tumbuhan Lumut Daun
Lumut daun memiliki daun dan tangkai sederhana. Daun memiliki
klorofil yang memungkinkan mereka memproduksi makanan
sendiri melalui fotosintesis. Tidak seperti tumbuhan yang
berkembang, lumut daun tidak memiliki akar atau jaringan khusus
untuk mengangkat air dan substansi nutrisi. Mereka menyediakan
makanan sendiri dengan menyerap air dan mineral langsung
melalui tangkai, daun dan rhizoidnya. Lumut daun tidak memiliki
bunga.

Gambar. 2.5. Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut Daun37

e) Reproduksi Tumbuhan Lumut Daun


Lumut daun dapat bereproduksi aseksual melalui fragmentasi
batang, yang menghasilkan karpet lumut daun baru. Reproduksi
seksual terjadi melalui sel khusus yang disebut spora.
35
Q A International, Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (Untuk Pelajar dan Umum),
2006, Indonesia : PT Buana Ilmu Populer, h. 18.
36
Ibid., Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (Untuk Pelajar dan Umum), h. 37
37
Ibid., Taksonomi Umum, (Struktur tubuh lumut daun), h. 18.
f) Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Daun

Gambar. 2.6. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Daun38


g) Habitat
Habitat lumut daun sangat bervariasi, ada yang hidup di air parit,
kolam, sumur, tanah, sawah, tebing, pinggiran sungai, bahkan ada
yang hidup pada batuan cadas39
3) Kelas Anthocerotae (lumut tanduk).
a) Klasifikasi Tumbuhan Lumut Tanduk
Kingdom Plantae
Phylum Anthocerotophyta
Class Anthocerotopsida
Order Anthocerotales
Order Dendrocerotales
Order Notothyladales
Order Phymatocerotales
38
Ibid., Taksonomi Umum, (Siklus hidup lumut daun), h. 174
39
Ibid., Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (Untuk Pelajar dan Umum), h. 37.
Class Leiosporocerotopsida
Order Leiosporocerotales
b) Pengertian Tumbuhan Lumut Tanduk
Nama umum dan saintifik filum ini (dari kata Yunani keras, tanduk)
mengacu pada bentuk sporofit yang panjang dan meruncing.
Sporofit biasanya dapat tumbuh setinggi 5 cm. Tidak seperti
sporofit lumut hati atau lumut daun, sporofit lumut tanduk tidak
memiliki seta dan hanya terdiri atas sporangium. Sporangium
melepaskan spora matang ketika pecah terbuka, dimulai dari ujung
tanduk. Gametofit, yang biasanya berdiameter 1-2 cm, biasanya
tumbuh secara horizontal dan seringkali dilekati oleh sporofit
majemuk. Lumut tanduk seringkali merupakan spesies pertama
yang mengolonisasi wilayah terbuka dengan tanah lembab;
hubungan simbiotik dengan sianobakteri pemfikasi-nitrogen turut
berperan dalam kemampuan lumut tanduk melakukan hal ini
(nitrogen seringkali tersedia dalam jumlah yang sedikit pada
wilayah semacam itu).40
c) Struktur Tumbuhan Lumut Daun
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya
mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau
sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati Contohnya
Anthocerros sp.41

40
Ibid., Taksonomi Umum, h. 174.
41
Gambar.2.7. Anthocerros sp42
d) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Tanduk
Tumbuhan lumut anggota kelas Anthocerotae mempunyai ciri-ciri,
yaitu :
1. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”
dan “daun”, sedangkan “akar” masih berupa rhizoid.
2. Talus gametofit berbentuk pipih dorsiventral.
3. Pada permukaan dorsal talus gametofit dibentuk gametangium,
yaitu antheridium dan arkhegonium.
4. Talus sporofitnya berbentuk seperti tanduk atau jarum yang
ramping (kecil), dan pertumbuhannya terjadi karena pembelahan
sel-sel dasar pada daerah kaki.
e) Habitat Tumbuhan Lumut Tanduk
Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Anthocerotae umumnya pada
pada tanah mineral yang lembab di bukit ataupun di lereng gunung.
Tanah gambut yang bersifat asam dan miskin unsur hara tidak
cocok bagi kehidupan lumut anggota kelas Anthocerotae.
f) Reproduksi Lumut Tanduk
Lumut Tanduk memiliki gametofit yang relatif sederhana, terdiri
dari talus pipih, kira-kira berbentuk lingkaran, terutama dalam
varietas epifit, panjang dan berbentuk pita dengan pelepah.
Gametofit dari lumut tanduk menghasilkan
lendir berlebihan di dalam thalli mereka, dan bagian ventral dari
thallus memiliki pori-pori. Hal ini mungkin homolog dengan
stomata yang ada pada sporofit. Cyanobacteria (genus Nostoc)

42
Ibid., Taksonomi Umum, (Struktur tubuh tumbuhan lumut daun), h. 174.
memasuki thallus melalui celah dan bentuk ini koloni simbiotik,
yang dapat dilihat sebagai titik biru-hijau ketika thallus terkena
cahaya. Nostoc memperbaiki nitrogen atmosferik menjadi amonia,
yang diperlukan lumut tanduk; sebagai imbalannya, Nostoc hidup
terlindung dalam gametofit hornwort.
Sel fotosintesis lumut tanduk unik di antara tanaman darat yang
lain tetapi sangat mirip dengan ganggang karena mereka masing-
masing biasanya mengandung satu kloroplas raksasa dengan
pyrenoids yang terlihat berbeda.
Archegonia dan antheridia berkembang tertanam di thallus:
antheridia dikelompokkan dalam kelompok hingga 25 di kamar
beratap di bagian atas thallus, dan archegonia tenggelam ke thallus,
dengan hanya leher yang menonjol. Sperma dilepaskan dari
antheridia. Mereka berenang menuju archegonium, di mana mereka
terjebak dalam lendir yang menutupinya dan ditarik ke dalam kanal
leher. Begitu masuk ke dalam archegonium, satu sperma membuahi
telur, membuat zigot.

Gambar 2.8.Lumut Tanduk Jenis Phaeoceros, menunjukkan tahap


gametophyte dan sporophyte.
Gambar 2.9. Sebuah bagian membujur dari lumut tanduk
(Anthoceros) sporofit.

Sporofit lumut tanduk unik di antara tanaman lain di mana ia


tumbuh terus-menerus dari meristem pada dasarnya. Sporofit lumut
tanduk panjang dan runcing, menciptakan penampilan tanduk yang
menonjol dari thallus (karenanya, nama divisi). Terdiri dari kaki
yang tertanam dalam gametophyte thallus dan sporangium yang
tegak atau kapsul. (gambar 2.8)
Epidermis dari beberapa sporofit lumut mengandung stomata tetapi
umumnya tidak memiliki kloroplas; di bawah epidermis ada lapisan
jaringan chlorenchyma, dan di bawahnya terdapat massa sporosit,
yang mengalami meiosis untuk menghasilkan spora haploid. Spora
bercampur dengan pseudoelater, yang membantu memisahkan dan
menyebarkan spora. Di tengah sporangium ada sebuah silinder
tengah dari jaringan steril, yang disebut columella.
Saat matang, ujung kapsul terbagi menjadi dua yaitu katup
(bagian), dan spora yang dilepaskan (Gambar 2.9). Wilayah
meristematik tepat di atas kaki menambah Sel-sel baru ke dasar
sporangium sehingga lebih banyak sporosit terus-menerus dibuat.
Dengan demikian sporangium tumbuh ke atas dari dasar seperti
pisau dan rumput terus melepaskan spora dalam waktu lama.
Tinggi totalnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Jika spora
mendarat di lingkungan yang sesuai, mereka mengalami mitosis
dan menghasilkan gametofit baru.

d. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Lumut
Menurut Tjitrosoepomo (1991) menyatakan bahwa faktor abiotik
menentukan tipe vegetasi lumut, seperti suhu, kelembaban, pH, cahaya,
dan oksigen.
1) Suhu
Faktor suhu mempunyai arti penting karena suhu menentukan
kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimiawi yang mencakup
kehidupan. Masing-masing organisme mempunyai suhu optimum dan
maksimum untuk pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena dibawah
suhu minimum dan diatas suhu maksimum aktivitas enzim akan
terhenti, bahkan pada suhu yang tinggi terjadi denaturasi protein.
2) Kelembaban
Kelembaban merupakan faktor yang paling penting berpengaruh
dalam pertumbuhan lumut. Umumnya lumut akan tumbuh dengan
baik pada keadaan udara yang lembab. Hal ini erat kaitannya dengan
kebutuhan lumut akan air, baik dalam bentuk air maupun uap air.
Pertumbuhan lumut dapat berlangsung baik, dibutuhkan kelembaban
30 - 90%. Bila kelembaban di bawah standar, pertumbuhan lumut
akan terhambat sehingga produktivitas menurun.
3) pH
Lumut sangat sensitif terhadap pH, pH yang sesuai untuk
pertumbuhan lumut berkisar antara 3,2-6.
4) Cahaya
Cahaya sangat diperlukan oleh lumut dalam proses fotosintesis,
namun apabila cahaya yang diterima berlebihan atau sangat kuat dapat
merusak sel-sel lumut dan dapat menyebabkan kematian sel lumut,
perubahan genetik, paling tidak akan menghambat pertumbuhan.
5) Oksigen
Beberapa spesies lumut dalam kehidupannya bersifat aerob, yaitu
membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Oksigen diperlukan
dalam proses respirasi untuk menghasilkan energi. Lumut aerob
bernafas dengan cara mengambil O2 dan CO2. Respirasi pada lumut
merupakan proses reaksi kimiawi yang merombak molekul-molekul
senyawa anorganik sederhana membebaskan energi.
6) Dormansi
Pada saat musim kemarau, lumut mengalami masa istirahat. Hal ini
disebabkan karena kondisi alam tidak memungkinkan bagi
pertumbuhan lumut yang sangat memerlukan air dan kelembaban
yang sangat tinggi. Namun ketika musim hujan telah datang dan
kondisi alam sudah sesuai, maka spora-spora lumut akan berkecambah
dan selanjutnya tumbuh menjadi tumbuhan lumut43

e. Manfaat Tumbuhan Lumut Secara Umum


Lumut memiliki manfaat pada manusiabaik secara langsung maupun
tidak langsung. Hingga saat ini manfaat lumut dalam bidang ekologis
lebih meonjol dibandingkan dengan manfaat lainnya. Berikut ini
merupak beberapa manfaat lumut.
Manfaat ekologis meliputi berbagai hal seperti:
1) Indikator Species
Lumut hati (liverworts) dan lumut sejati (mosses) merupakan
indikator dari berbagai kondisi lingkungan. Bryophyta teresterial
dapat dimanfaatkan untuk menentukan kandungan mineral dari
berbagai tempat. Sebagai contoh Mielichhoferia elongata, M.
mielichhoferi, dan Scopelophila ditemukan pada lingkungan dengan
kandungan Copper 30-700 ppm. Jungermannia vulcanicola,
Sphagnum, dan Polytrichum berperan aktif dalam penyimpanan
Ferrum. Sphagnum juga merupakan indikator dari lingkungan asam.
Ceratodon purpureus menunjukkan drainase yangcukup baik dengan
kandungan nitrogen yang tinggi, sebaliknya Aulacomnium palustre,
Pleurozium schreberi, Pogonatum alpinum, dan Pogonatum urnigerum
merupakan penunjukkan kandungan Nitrogen yang sangat sedikit.
Funaria hygrometrica, Leptobryum pyriforme, dan Pohlia cruda
menunjukkan kelmabapan yang baik sedangkan Psilopilum
43
Choirur Rojichin. Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Anggota Divisi Bryophyta di
Kawasan Arboretum Nyaru Menteng Kota Palangka Raya, Proposal Skripsi, Universitas Palangka
Raya : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Palangka Raya, 2007, h. 10-11.
laevigatum menujukkan saturasi yang jelek dan tanah yang jelek.
Leucobryum penunjuk tanah asam yang berkombinasi dengan tanah
kering, tandus dengan humus yang tebal. Subfossil dari Tortella
flavovirens mengindikasikan kondisi iklim kering pada masa lampau.
2) Erosion Control
Di Iowa ditemukan bahwa Barbula, Bryum, dan Weissia merupakan
pionir penting pada batuan dan membantu mengontrol erosi sebelum
tumbuhan tingkat tinggi dapat tumbuh. Di Japan, Atrichum,
Pogonatum, Pohlia, Trematodon, Blasia, dan Nardia dimanfaatkan
untuk mencegah erosi. Sphagnum dapat menyimpan air yang sewaktu-
waktu dapat dilepaskan kembali oleh karena itu Sphagnum dapat
digunakan sebagi penyimpanan air.
3) Nitrogen Fixation
Beberapa Cyanobacteria bersimbiosis dengan Anthoceros untuk
mengikat Nitrogen dari atmosfer dan mengubahnya menjadi ammonia
dan asam amino. Granhall dan Lindberg (1978) melaporkan bahwa
laju pengikatan Nitrogen sangat tinggi dengan kecepatan 0.8–3.8 g m-
2 y-1 pada Sphagnum di hutan Pinus di Swedia.
4) Pollution Studies
Lumut dapat menyerap emisi SO2. SO2 dapat membatasi distribusi,
reproduksi dan pembentukan kapsul pada lumut. Grimmia pulvinata
merupakan indikator dari SO2 di England. Beberapa lumut seperti
Dicranoweisia dapat mengubah SO3-2 menjadi SO4-2. Hujan asam
dihasilkan dari emisi SO2 dapat meningkatkan Pleurozium schreberi
di beberapa hutan pinus (Pinus banksiana). Pleurozium schreberi
tumbuh lebih cepat dan meningkat jumlahnya ketika disemprot
dengan air dengan tingkat keasaman pH 4.5. Habitats P. schreberi
lebih asam dari keadaan tersebut. Pada pH 3.5, masih dapat tumbuh
namun kandungan klorofil dan pembentukan kapsul menurun.
5) Bioindicators of Heavy Metals in Air
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa polusi air akan
memengaruhi pertumbuhan dan reproduksi lumut dan Lichenes.
Lumut dapat mengabsorpsi logam berat. Sebagai contoh Marchantia
polymorpha mengakumulasi lead dan Calymperes delessertii
merupakan monitor yang bagus untuk lead aerial dan terhadap
kekurangan copper. Pottia truncata, Polytrichum ohioense, Dicranella
heteromalla, dan Bryum argenteum memiliki jaringa yang sangat
toleran kadar yang tinggi pada cadmium (610 ppm), copper (2,700
ppm), and zinc (55,000 ppm). Hypnum cupressiforme mengakumulasi
tiga kali lebih banyak zinc, copper, dan cadmium dibandingkan
Lichenes dan tumbuhan tingkat tinggi.
6) UV-B Radiation
Lumut Bryum argenteum dapat digunakan untuk memonitor ketebalan
lapisan ozon di Antarctica. Penurunan ketebalan lapisan ozon akan
mengakibatkan terdedah pada radiasi sinar UV-B yang meransang
prosuksi flavonoids pada Bryum argenteum. Pada Sphagnum
magellanicum ozon tidak mengakibatkan perbedaan konsentrasi
karotenoid atau klorofil.
7) Radioactivity Indicators
Bryophyta merupakan indikator yang baik untuk akumulasi radioaktif.
Sphagnum dapat digunakan untuk mendekotanminasi air yang
mengandung material radioaktif.
Selain bermanfaat dalam bidang ekologis bergai jenis lumut
dimanfaatkan manusia dalam bidang pengoban dan pendidikan.
Pemanfaatan lumut sebagai obat banyak didasarkan pada Doctrine of
Signatures (pemanfaatan yang didasarkan pada bentuk tumbuhan).
Sebagai contoh pemanfaatan Polytrichum commune untuk
menyburkan rambut karena memili “rambut panjang” pada
kaliptranya. Lumut telah lama dimanfaatkan oleh bangsa China, India,
dan America Native sejak dahulu. Marchantia polymorpha
dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan hati, penyakit kuning dan
inflamasi.
Di China, sebanyak 30-40 species Bryophyta dimanfaatkan sebagai
obat. Sphagnum kering dimanfaatkan untuk mengatasi pendarahan
dan S. teres dimanfaatkan untuk mengatsi gangguan mata.
Rhodobryum giganteum dan R. roseum dimanfaatkan untuk gannguan
cardiovascular dan sistem saraf, Polytrichum commune menurunkan
inflamasi dan deman, diuretik, laxative, dan hemostatic agent.
Haplocladium microphyllum untuk mengatasi cystitis, bronchitis,
tonsillitis, dan tympanitis. Campuran Conocephalum conicum dan
Marchantia polymorpha dan minyak sayur dimanfaatkan untuk bites,
boils, burns, cuts, eczema, dan luka. Fissidens dimanfaatkan sebagai
antibacteri, melegahkan pernapasan. Air rebusan Polytrichum
commune sebagai obat demam dan batu ginjal. Rhodobryum
Giganteum digunakan untuk obat angina karena mengandung volatile
oils, lactones, dan amino acids.
Bryophyta penting sebagai organisme model dalam dasar penelitian
fisiologis dan biokimia. Beberapa kelebihan pemanfaatan lumut
sebagai bahan penelitian karena memiliki struktur yang sederhana,
siklus hidup yang relatif pendek, generasi dominan merupakan
haploid (tidak dimiliki tumbuhan lain) sehingga cocok juga digunakan
untuk penelitian genetika. Lumut juga cocok digunakan sebagai bahan
penelitian reproduksi karena memiliki antheridia dan archegonia yang
sangat jelas dan mudah untuk dibedah.44

3. Kajian Tentang Air Terjun Parangkikis


Gambiran adalah sebuah desa di Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa
Timur, Indonesia. Terdiri dari tiga dusun, yaitu dusun Gambiran, Prambon,
dan Bulusari. Berada di daerah dataran tinggi, lebih tepatnya berada 600 m
di atas permukaan laut. Berjarak ± 30 km dari pusat kota Tulungagung.
Terdiri dari 2 RW dan 7 RT. Di Gambiran terdapat banyak potensi, baik dari
segi pertanian, perkebunan, maupun wisata. Salah satu wisatanya yaitu air
terjun parang kikis .

4. Kajian Tentang Sumber Belajar


a) Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar menurut Dageng adalah segala sesuatu yang
berwujud benda dan orang yang dapat menunjang belajar sehingga

44
Marina Silalahi. Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Universitas Kristen
Indonesia. 2013. Hal. 70-73
mencakup semua sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh tenaga
pengajar agar terjadi perilaku belajar. Sedangkan menurut Januszewski
dan Molenda sumber belajar adalah semua sumber termasuk pesan,
orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dapat dipergunakan peserta
didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk gabungan untuk
menfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan kinerja belajar. Sejalan
dengan pendapat itu, Seels dan Richey menjelaskan bahwa sumber
belajar adalah segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk
sistem pendukung dan materi serta lingkungan pembelajaran. Sumber
belajar bukan hanya alat dan materi yang dipergunakan dalam
pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan fasilitas. Sumber
belajar bisa termasuk apa saja yang tersedia untuk membantu seseorang
belajar.
Dari Percival dan Ellington menjelaskan sumber belajar dari sisi
pembuatann adalah seperangkat bahan atau situasi belajar yang dengan
sengaja atau tidak sengaja diciptakan agar peserta didik secara individual
dan atau secara bersama-sama dapat belajar. Jadi pada dasarnya sumber
belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh
tenaga pengajar dan peserta didik, baik secara terpisah maupun dalam
bentuk gabungan untuk kepentingan kegiatan pembelajaran dengan
tujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, mudah dan
menyenangkan untuk kelangsungan pembelajaran.45
Dalam hal dengan ruang lingkup sumber belajar, Miarso
menetapkan seperi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Kegiatan
belajar dapat dilaksanakan di mana saja, di sekolah, di rumah, di tempat
kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat luas. Selain itu, belajar juga
dapat dilakukan dengan rangsangan dari dalam diri sendiri pembelajar
(internal) dan dari apa dan siapa saja di luar diri pembelajar (eksternal).
Sependapat dengan itu, berikut ini klasifikasi sumber belajar menurut
Seels dan Richey sebagai berikut:

45
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
a) Pesan yang merupakan informasi yang disampaikan oleh komponen
yang lain, biasanya berupa ide, makna, dan fakta. Berkaitan dengan
konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi dan
akan dikelola dan direkonstruksikan kembali oleh pebelajar. Orang:
orang tertentu yang terlibat dalam penyimpanan dan atau penyaluran
pesan;
b) Bahan yang merupakan kelompok alat yang sering disebut dengan
perangkat lunak. Dalam hal ini bahan berfungsi menyimpan pesan
sebelum disalurkan dengan menggunakan alat yang telah dirancang.
Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman
elektronik, web, dan Iain-Iain yang dapat digunakan untuk belajar;
c) Alat yang merupakan alat yang sering disebut perangkat keras.
Berkaitan dengan alat ini dipergunakan untuk mengeluarkan pesan
yang tersimpan dalam bahan. Alat juga merupakan benda-benda yang
berbentuk fisik yang sering disebut dengan perangkat keras, yang
berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran. Sumber belajar
tersebut, seperti komputer, OHP, kamera, radio, televisi, film bingkai,
tape recorder, dan VCD/DVD;
d) Teknik yang merupakan prosedur baku atau pedoman langkah-langkah
dalam penyampaian pesan. Dalam hal ini dapat dengan kata lain,
teknik adalah cara atau prosedur yang digunakan orang dalam
kegiatan pembelajaran untuk tercapai tujuan pembelajaran;
e) Latar yang merupakan lingkungan di mana pesan ditransmisikan.
Lingkungan adalah tempat di mana saja seseorang dapat melakukan
belajar atau proses perubahan tingkah laku maka dikategorikan
sebagai sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum,
sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain
sebagainya.46
Dari uraian di atas, dapat diklasifikasikan bahwa sumber belajar ada yang
berbasis manusia, sumber belajar berbasis cetakan, sumber belajar

46
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
berbasis visual, sumber belajar berbasis audio-visual, dan sumber belajar
berbasis komputer.
Dalam hubungannya dengan fungsi sumber belajar, Morrison dan Kemp
mengatakan bahwa sumber belajar yang ada agar dapat difungsikan dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam pembelajaran. Berikut ini
fungsi dari sumber belajar untuk:
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran, melalui:
a) Mempercepat laju belajar dan membantu pengajar untuk
menggunakan waktu secara lebih baik,
b) Mengurangi beban guru/dosen dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah
belajar murid/mahasiswa;
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, melalui:
a) Mengurangi kontrol guru/dosen yang kaku dan tradisional,
b) Memberikan kesempatan kepada murid/mahasiswa untuk belajar
sesuai dengan kemampuannya;
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, melalui:
a) Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis,
b) Pengembangan bahan pembelajaran berbasis penelitian;
4) Lebih memantapkan pembelajaran, melalui ;
a) Peningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai
media komunikasi,
b) Penyajian data dan informasi secara lebih konkrit
5) Memungkinkan belajar secara seketika, melalui
a) Pengurang jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit.
b) Memberikan pengetahuan yang bersifat langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, terutama
dengan adanya media massa, melalui:
a) Pemanfaatan secara bersama yang lebih oleh luas tenaga tentang
kejadian-kejadian yang langka,
b) Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar berbasis sumber
belajar dapat memberikan beberapa keuntungan kepada peserta didik,
seperti: (1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri
seseorang yang selama ini tidak tampak, (2) Memungkinkan
pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah
diserap dan lebih siap diterapkan, dan (3) Seseorang dapat belajar sesuai
dengan kecepatan dan dengan waktunya yang tersedia.47

b) Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran


Bahwa sumber belajar yang beraneka ragam di sekitar kehidupan peserta
didik, baik yang didesain maupun yang dimanfaatkan pada umumnya
belum dimanfaatkan secara maksimal, penggunaannya masih terbatas
pada buku teks. Ternyata dari sekian banyak sumber belajar yang ada,
buku teks saja yang merupakan sumber belajar yang dimanfaatkan.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber
belajar, Miarso mengatakan bahwa pemanfaatan alam sebagai sumber
belajar sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan tenaga
pengajarnya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi usaha
pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar, yaitu:
1) Kemauan tenaga pengajar,
2) Kemampuan tenaga pengajar untuk dapat melihat alam sekitar yang
dapat digunakan untuk pengajaran,
3) Kemampuan tenaga pengajar untuk dapat menggunakan sumber alam
sekitar dalam pembelajaran.Pemanfaatan sumber-sumber belajar
tersebut harus sesuai dengan tujuan, kondisi, dan lingkungan belajar
peserta didik
Menurut Duffy dan Jonassen berkaitan dengan pemanfaatan sumber
belajar, tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab membantu peserta
didiknya untuk belajar dan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih
menarik, lebih terarah, dan lebih menyenangkan. Dengan demikian
tenaga pengajar dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan khusus
yang berhubungan dengan sumber belajar.
Berikut ini beberapa kemampuan tenaga pengajar, seperti:
1) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pengajaran sehari-hari
2) Mengenalkan dan menyajikan sumber-sumber belajar
3) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam proses
pembelajaran
4) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk
tingkah laku
47
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
5) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber
6) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar,
7) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari
bahan pengajarannya,
8) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.
Menerut Reigeluth sumber belajar berperan dalam (1) Meningkatkan
produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar
dan membantu pengajar untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan
(b) mengurangi beban pengajar dalam menyajikan informasi, sehingga
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah, (2)
Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan bara: (a) mengurangi _ontrol dosen yang kaku dan tradisional;
dan (b) memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk berkembang sesuai
dengan kemampuannnya, (3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah
terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program
pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan
pengajaran yang dilandasi oleh penelitian, (4) Lebih memaksimalkan
pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber
belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit, (5)
Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang
sifatnya langsung, dan (6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang
lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas
geografis.
Maka dengan demikian, bahwa peranan sumber belajar erat sekali
hubungannya dengan pola pembelajaran yang dilakukan. Pada kegiatan
pembelajaran individual, fokusnya adalah pada peserta didik, sedang
bagi tenaga pengajar memiliki peranan yang sama dengan sumber belajar
lainnya. Sehingga peranan sumber belajar sangat urgen. Dalam kegiatan
pembelajaran individual, peranan tenaga pengajar dalam interaksi dengan
peserta didik lebih banyak berperan berperan sebagai fasilitator,
pengelola belajar, pengarah, pembimbing, dan penerima hasil kemajuan
belajar peserta didik.
Dalam hal Terkait dengan pemilihan sumber belajar Dick dan Carey
(2005) mengatakan bahwa kriteria pemilihan sumber belajar, yaitu:
1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran,
2) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila sumber belajar yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka
sebaiknya dibeli atau dirancang atau dibuat sendiri,
3) Apakah tersedia dana, tenaga, dan fasilitas yang cukup untuk
mengadakan sumber belajar tersebut, (4) Faktor yang menyangkut
keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan sumber belajar yang
bersangkutan untuk jangka waktu yang relatif lama,
4) Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang relatif lama.
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sumber belajar
sepert seperti ditetapkan Romiszowski (1988), yakni: (1) Metode
pembelajaran yang digunakan, (2) Tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, (3) Karakteristik pebelajar, (4) Aspek kepraktisan dalam hal
biaya dan waktu, dan (5) Faktor yang berkaitan dengan penggunaannya.

5. Kajian Tentang Ensiklopedia


a. Pengertian Ensiklopedia
Ensiklopedia berasal dari bahasa yunani, enyklios paideia yang berarti
sebuah lingkaran atau pengajaran secara lengkap. Madsudnya
ensiklopedia adalah sebuah pendidikan paripurna yang mencakup semua
lingkaran ilmu pengetahuan.48
Ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang
menyimpan informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta
dimengerti mengenai seluruh cabang ilmu pengetahuan atau khusus
dalam satu cabang ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian
artikel-artikel dengan satu topik bahasan pada tiap-tiap artikel yang
disusun berdasarkan abjad, kategori atau volume terbitan dan pada
umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang tergantung pada
jumlah bahan yang disertakan. Perbedaan utama antara kamus
48
Anne, dalam Ayu Berliantin S.A, Pengembangan Ensiklopedia Berbasis Joyful
Learning Pada Sub Materi Pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Untuk Siswa Kelas
VIII SMP/MTs. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Hlm. 14
ensiklopedia ialah bahwa sebuah kamus hanya memberikan definisi
setiap entri dilihat dari sudut pandang linguistik atau haya memberikan
kata-kata sinonim saja, sedangkan sebuah ensiklopedia memberikan
penjelasan secara lebih mendalam dari yang kita cari. Sebuah
ensiklopedia mencoba menjelaskan setiap artikel sebagai sebuah
fenomena. Atau lebih singkat; kamus adalah daftar kata-kata yang
dijelaskan dengan kata-kata lainnya sedangkan sebuah ensiklopedia
adalah sebuah daftar hal-hal yang kadang kala dilengkapi dengan gambar
untuk lebih menjelaskan.49

6. Kajian Tentang Keaneragaman Hayati


a. Pengertian Keaneragaman Hayati
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup
diberbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan, maupun
tempat lainnya.Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan
bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan keseluruhan
gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.
Keanekaragaman hayati dipelajari untuk mengetahui bahwa spesies di
muka bumi ini banyak ragamnya, mengetahui peranan setiap spesies bagi
kelangsungan kehidupan bumi itu sendiri, dan untuk kelangsungan
makhluk lainnya. Kita dapat merasakan manfaatnya langsung
keanekaragaman hayati melalui perbandingan lingkungan yang baik dan
lingkungan yang rusak.
Selanjutnya di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar
sama untuk segala hal atau berbagai hal, meskipun kedua individu itu
kembar identik. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa di
alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut juga
keanekaragaman hayati.Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah
keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas
variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keseluruhan gen,
49
Hanif Nuurmansyah. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Ensiklopedia Ilmu
Pengetahuan Sosial Pada Materi Kerajaan Hindu-Budha dan Islami Untuk Peningkatan Motivasi
Belajar Peserta Didik Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Anbaul Ulum Pakis. Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim. Hlm.27-28
jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.Mengingat
pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka
keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan. Tingginya
tingkat keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong ilmuwan
mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi.
b. Tingkat Keaneragaman Hayati
Keanekaragaman hayati menaungi berbagai perbedaan atau variasi
bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai
tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan
ekosistem.Berdasarkan hal tersebut, para pakar membedakan
keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman
gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.
1) Keaneragaman Gen
Gen atau plasma nuftah merupakan substansi kimia yang menentukan
sifat keturunan yangterdapat di dalam lokus kromosom. Semua
individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas
benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti
sel (nukleus). Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan
bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang
sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan
faktor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme.
Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun
komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa
berbeda-beda. Perbedaan dari jumlah dan susunan faktor tersebut
akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen. Selain itu, setiap
individu mempunyai banyak gen, apabila terjadi perkawinan atau
persilangan antar individu yang mempunyai karakter berbeda akan
menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena
pada saat persilangan akan terjadi penggabungan gen-gen individu
melalui sel kelamin. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman
gen semakin tinggi.
Gambar 2.8 Keaneragaman gen
Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada
gen saja, melainkanada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi
keanekaragaman hayati ini, yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada
setiap individu merupakan interaksi antara gen dengan lingkungan.
Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen yang sama,
belum tentu memiliki bentuk yang sama pula karena faktor
lingkungan mempengaruhi penampakan (fenotipe) atau bentuk.
Misalnya, orang yang hidup di daerah pegunungan dengan orang
yang hidup di daerah pantai memiliki perbedaan dalam hal jumlah
eritrositnya.Jumlah eritrosit orang yang hidup di daerah pegunungan
lebih banyak dibanding yang hidup di pantai disebabkan adaptasi
terhadap kandungan oksigen di lingkungannya.Di daerah pegunungan
lebih rendah kandungan oksigennya dibandingkan di daerah
pantai.Sehingga fenotipe pipi orang pegunungan umumnya lebih
kemerahan dibanding orang pantai. Contoh yang lain adalah
keanekaragaman pada spesies anjing misal variasi anjing bulldog,
anjing herder, dan anjing kampung.

Gambar 2.9 Keaneragaman Gen


2) Keaneragaman Jenis
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunya
persamaan secaramorfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling
kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi)yang menghasilkan
keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya.
Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat
pada makhluk hidup antarjenis.Perbedaan antar spesies organisme
dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebihmudah diamati
daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies.Dalam keluarga
kacangkacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang
hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan
tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena diantara
mereka ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh
atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya
berbeda.Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon
kelapa, pohon aren, pohon pinang dan juga pada pohon palem.

Gambar 2.10 Keaneragaman Jenis


3) Keaneragaman Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal
balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya
dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Setiap
makhluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada
lingkunganyang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni
oleh satu jenis makhluk hidup saja, Akibatnya, pada suatu lingkungan
akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yanghidup
berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan
lingkungan tersebut.Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap
makhluk hidupakan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya, makhluk
hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan
tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan
terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik
(tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup
(biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-
beda.Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen
abiotik yang tinggi akanmenghasilkan keanekaragaman ekosistem.
Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur,padang rumput,
padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut,
dan lain-lain.
Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi baik
mengenai kualitas komponen tersebut maupun kuantitasnya. Hal
inilah yang menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem
di muka bumi ini. Antar komponen ekosistem hidup berdampingan
tanpa saling mengganggu, dan apabila terjadi kepunahan atau
gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan mengganggu
kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi
pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap
keseimbangan (homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu
sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling
terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan energi atau
energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil
keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai,
pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan
pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi
bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies maupun
tingkatan ekosistem.ekosistem pantai ekosistem hutan ekosistem
rawa.
Gambar 2.11 Keaneragaman Ekosistem

7. Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan skripsi ini peneliti terlebih dahulu melakukan
penelaahan terhadap beberapa karya yang berhubungan dengan tema yang
peneliti angkat.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ryo Waldi, Tahun 2017 yang
berjudul “Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa
Sabah Balau, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.50
Penelitian ini dilatarbelakangi karena Wilayah Provinsi Lampung tidak
luput dari deforestasi untuk perluasan wilayah untuk perkebunan. Karet
merupakan salah satu komoditi perkebunan di Lampung, dibawah Badan
Usaha Milik Negara PTPN 7. Salah satu kawasan kebun karet di Lampung
terdapat di desa Sabah Balau, Lampung Selatan, yang berlokasi dekat
dengan Taman Hortikultura Park, Provinsi Lampung.
Sebagai kebun produksi, kebun karet memiliki struktur vegetasi yang
homogen dengan didominasi oleh pohon karet itu sendiri. Kondisi demikian
menjadi indikasi menurunya tingkat keanekaragaman tumbuhan lumut
karena memiliki tipe atau jenis pohon yang sama. Perubahan kondisi
lingkungan tersebut berpengarauh terhadapa kelestarian hayati termasuk
ancaman bagi lumut. Perubahan kondisi lingkungan dapat menyebabkan
perbedaan komposisi jenis dalam komunitas lumut. Komunitas lumut yang
berada di lingkungan perkebunan memiliki diversitas yang berbeda dengan
yang ada di hutan.

50
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan. Lampung. 2017
Penelitian ini berdasarkan lokal sumber datanya termasuk kategori
penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam
penelitian deskriptif. Sumber data berasal dari survei disekitar air terjuan
dengan melalui pengamatan langsung. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode survei eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengadakan pengamata langsung terhadap spesies lumut
dilapangan. Untuk menentukan batasan wilayah penelitian,menggunakan
metode purposive sampling yaitu pengambilan sample yang tidak
didasarkan pada strata, random/acak.
Hasil penelitian ini yang diperoleh dari lokasi penelitian perkebunan
karet PTPN 7, menemukan sebanyak 8 jenis lumut. Lumut yang ditemukan
terdiri dari dua kelas, yaitu kelas lumut sejati (moss) lumut hati (leafy
liverwort). Jumlah lumut yang ditemukan pada tiga lokasi penelitian, ini
mewakili 0,5 % dari total 1500 jenis lumut yang ada di Indonesia.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pendi Setyawan pada tahun
2016 dengan judul “Inventarisasi dan Keaneragaman Tumbuhan
(Bryophyta dan Pteridophyta) pada ketinggian yang berbeda di Taman
Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A Mangkunagoro 1 Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah”.51
Latar belakang dari penelitian ini adalah ketersediaan informasi
mengenai keanekaragaman tumbuhan pada Taman Hutan Raya (TAHURA)
masih belum memadai (sangat minim). Keanekaragaman tumbuhan sudah
dikenal manusia sejak manusia berada di bumi. Sampai saat ini kajian
tentang keanekaragaman tumbuhan masih terus dipelajari dan
dikembangkan.
Keanekaragaman tumbuhan lumut dan paku yang banyak manfaatnya
belum banyak dikenal oleh masyarakat, sehingga menjadi salah satu potensi
yang perlu untuk diinventarisasi dan dikembangkan untuk kemajuan ilmu
pengetahuan. Untuk itu perlu dilakukannya inventarisasi dan
keanekaragaman tumbuhan (Bryophyta dan Pteridophyta), sehingga akan
51
Pendi Setyawan. Inventarisasi dan Keaneragaman Tumbuhan (Bryophyta dan
Pteridophyta) pada ketinggian yang berbeda di Taman Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A
Mangkunagoro 1 Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2016.
membantu kelengkapan data sebagai referensi bagi pihak pengelola dalam
memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman tumbuhan
(Bryophyta dan Pteridophyta) yang terdapat di Taman Hutan Raya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan (Bryophyta
dan Pteridophyta) dan indeks keanekaragaman jenis tumbuhan (Bryophyta
dan Pteridophyta) di Taman Hutan Raya (TAHURA).
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian adalah
Metode yang digunakan berupa purposive random sampling dan
pengambilan data diperoleh dengan metode jelajah atau eksplorasi dengan
menggunakan metode transek kuadran. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh tumbuhan (Bryophyta dan Pteridophyta) di Taman Hutan Raya
(TAHURA) Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Sampel pada penelitian ini adalah tumbuhan
yang berada pada ketinggian 1.000 m. dpl, 1.200 m. dpl, dan 1.400 m. dpl
disetiap kali perjumpaan. Pengumpulan data menggunakan beberapa cara
yaitu : (1) Eksplorasi, (2) Identifikasi, (3) Wawancara, (4) kepustakaan, (5)
Dokumentasi, (6) Pembuatan herbarium. Analisis data dari penelitian ini
adalah dengan cara deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian pendi styawan ini adalah ditemukan 4 bangsa, 5
Suku, 15 genus dan 21 species tumbuhan yang tersebar pada ketinggian
1.000 m.dpl, 1.200 m.dpl dan 1.400 m.dpl di TAHURA. Indeks
keanekaragaman paling tinggi pada stasiun C (1.400 m.dpl) sebesar 0,68
yaitu yang mendominasi Pogonatum cirrhatum, sedangkan yang paling
rendah pada stasiun A (1.000 m.dpl) sebesar 0,51 yang mendominasi Riccia
sp. Indeks dominasi paling tinggi pada stasiun A (1.000 m.dpl) sebesar
0,48 ,sedangkan paling rendah pada stasiun C (1.400 m.dpl) sebesar 0,31.
Keanekaragaman tumbuhan Bryophyta dan Pteridophyta di TAHURA
termasuk rendah.
Ketiga, peneilitian dari Nofilah Sonya Sarwilujeng pada tahun 2014
dengan judul “Inventarisasi Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi
Sma”.52
Latar belakang penelitian ini adalah Tumbuhan lumut (Bryophyta) di
wilayah Lumajang belum banyak terungkap khususnya di Kawasan
Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang. Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit yang terletak di Desa Kertowono, Kecamatan Gucialit,
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu air terjun alami yang terdapat di
area perkebunan teh kertowono dibawah naungan PTPN XII. Lokasi Wisata
Air Terjun Gucialit ini merupakan daerah yang berada di kaki lereng Gunug
Semeru dan berjarak 20 km dari pusat kota Lumajang, dengan ketinggian
kurang lebih 1500-1600 m di atas permukaan laut dan memiliki suhu sekitar
16 derajat Celsius. Penelitian ini bertujuan menginventaris berbagai jenis
tumbuhan lumut di Kawasan Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten
Lumajang dan sebagai upaya pemanfaatan lingkungan untuk sumber belajar.
Metode penelitian yang digunakan adalah dilakukan dengan cara
jelajah, yaitu menjelajahi setiap sudut suatu lokasi yang dapat mewakili tipe
– tipe ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang diteliti (Rugayah dkk,
2004). Membagi wilayah penelitian menjadi 10 pos (100 meter) dengan
menyusuri jalan setapak yang tersedia di lokasi penelitian yang dimulai dari
parkiran kawasan Wisata Air Terjun Gucialit.
Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan lumut (Bryophyta) di
Kawasana Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang ditemukan 15
spesies yang tergolong dalam 3 Kelas tumbuhan lumut yaitu: 3
Hepaticopsida, 1 Anthocerotopsida dan 11 Bryopsida.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Florentina I.W dan Dewi
susan tahun 2013 pada dengan judul penelitian “Keaneragaman Jenis
Lumut Di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat”.53
Latar belakang penelitian ini adalah kepulauan raja ampat terletak di
Provinsi Papua Barat dikenal mempunyai kekayaan keaneragaman hayati

52
Nofilah Sonya Sarwilujeng. Inventarisasi Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi Sma. Universitas Jember.
2014
53
Florentina I.W dan Dewi Susan. Keaneragaman Jenis Lumut Di Kepulauan Raja
Ampat, Papua Barat. Buletin Kebun Raya.2013. Vol.16 No.2
yang tinggi. Namun sampai saat ini, informasi tentang keaneragaman hayati
termasuk keaneragaman lumutnya di kawasan ini sangat kurang. Hal ini
dapat diketahui antara lain dari tidak ditemukannya koleksi spesimen lumut
dari kawasan tersebut di herbarium bogoriense, hasil penelusuran database
beberapa herbarium melalui website yang tersedia di internet serta laporan
atau publikasi ilmiah tentang kelompok tumbuhan ini dari raja ampat.
Metode penelitian ini menggunakan metode jelajah yaitu menjalajahi
dan mengamati setiap sudut lokasi penelitian. Setiap jenis lumut yang
dijumpai diambil contohnya untuk kemudian di buat koleksi herbariumnya
untuk keperluan identifikasi.
Hasil eksplorasi dan koleksi lumut dilakukan di Kepulauan Raja Ampat
tercatat 85 nomor koleksi lumut berhasil dikumpulkan yang terdiri atas 56
jenis dari 25 marga dan 11 famili. Empat jenis yaitu Calymperes polisotii,
Ectropothecium monumentorum, Macromitrium orthostichum dan Thuidium
tamariscellum merupakan catatan baru untuk New Guinea dan dua jenis
lainnya Taxithelium bakeri dan taxithelium oblongifolium merupakan
catatan baru untuk indonesia.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah pada tahun 2013
dengan judul “Keaneragaman Lumut Hati dan Lumut Tanduk Pasca Erupsi
di Taman Nasional Guung Merapi, Yogyakarta”.54
Latar belakang penelitian ini adalah Gunung Merapi merupakan gunung
berapi yang aktif, letusan besar terjadi pada Oktober 2010. Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) Yogyakarta, merupakan kawasan hutan hujan
tropik berada di lereng selatan Gunung Merapi. Letusan Gunung Merapi
pada Oktober 2010 telah menimbulkan awan panas dan kebakaran hutan
yang mengakibatkan sebagian besar habitat vegetasi lumut menjadi rusak.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan keanekaragaman jenis dan
menyusun kunci identifikasi jenis-jenis lumut hati dan lumut tanduk di
TNGM pasca erupsi Merapi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian eksplorasi
ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan

54
Musyarofah. Keaneragaman Lumut Hati dan Lumut Tanduk Pasca Erupsi di Taman
Nasional Guung Merapi, Yogyakarta. Institut Pertanian Bogor. 2013
sampel yang ditemukan di sepanjang jalan yang mudah dilalui. Pengambilan
sampel meliputi fase gametofit dan fase sporofit. Setiap sampel lumut yang
dikoleksi diberi nomor koleksi dan dicatat substrat tempat tumbuhnya.
Pada penelitian ini dijumpai sebanyak 20 jenis, 14 marga, dan delapan
suku. Jenis-jenis tersebut meliputi 12 jenis lumut hati berdaun, lima jenis
lumut hati bertalus, dan tiga jenis lumut tanduk. Lumut arboreal hanya
dijumpai di Bukit Pronojiwo, semua merupakan lumut hati berdaun.
Sedangkan lumut terestrial dijumpai di tiga lokasi penelitian.
Keanekaragaman jenis lumut hati dan lumut tanduk di Bukit Pronojiwo
(lokasi yang masih dijumpai pohon) lebih tinggi daripada di Kinahrejo dan
Gandok (lokasi tanpa vegetasi pohon). Lumut hati bertalus Marchantia
treubii merupakan jenis yang umum dijumpai di TNGM.
Berdasarkan Kelima Penelitian diatas terdapat berbagai macam
jenis lumut yang ditemukan diberbagai tempat yang berbeda.
Keberadaan lumut yang berbagai macam menandakan bahwa lokasi
ataupun tempat tersebut masih memiliki lingkungan yang baik atau
masih alami sehingga tumbuhan tingkat rendah seperti lumut dapat
melangsungkan kehidupannya.
No. Nama Persamaan Perbedaan
Peneliti/Judul/Tahun
1. Ryo Waldi/ Inventarisasi 1. Tujuan penelitian 1. Lokasi penelitian
Lumut di Kawasan adalah Inventarisasi
Perkebunan Karet PTPN lumut
2. Teknik pengumpulan
7 Desa Sabah Balau,
data menggunakan
Kabupaten Lampung
metode survei
Selatan, Lampung/2017
eksploratif
3. Batasan wilayah
penelitian,mengguna
kan metode
purposive sampling
yaitu pengambilan
sample yang tidak
didasarkan pada
strata, random/acak.
2. Pendi 1. Kajian yang diteliti 1. Perhitungan

Setyawan/Inventarisasi adalah inventarisasi indeks


dan Keaneragaman lumut keaneragaman
Tumbuhan (Bryophyta hayati (bryophyta
dan Pteridophyta) pada dan
ketinggian yang berbeda pteridophyta).
2. Teknik
di Taman Hutan Raya
Pengambilan data
(TAHURA) K.G.P.A.A
diperoleh dengan
Mangkunagoro 1
metode jelajah
Ngargoyoso Kabupaten
atau eksplorasi
Karanganyar Provinsi
dengan
Jawa Tengah/2016
menggunakan
metode transek
kuadran.
3. Metode
penelitian
menggunakan
metode purposive
random
sampling.
3. Nafilah Sonya 1. Tujuan penelitian 1. Tempat penelitian
Sarwilujeng/ inventarisasi lumut
Inventarisasi Lumut (bryophyta)
2. Lokasi berada di air
(Bryophyta) Di Kawasan
terjun
Wisata Air Terjun
3. Metode penelitian
Gucialit Kabupaten
yang digunakan
Lumajang Sebagai
adalah dilakukan
Sumber Belajar Biologi
dengan cara jelajah
Sma/2014
4. Florentina I.W dan Dewi 1. Metode penelitian ini 1. Tujuan penelitian
Susan/ Keaneragaman menggunakan mengetahui
Jenis Lumut Di metode jelajah yaitu keaneragaman
Kepulauan Raja Ampat, menjalajahi dan lumut.
2. Lokasi penelitian
Papua Barat/2013 mengamati setiap
kepulauan raja
sudut lokasi
ampat terletak di
penelitian.
2. Provinsi Papua
Barat
3.
5. Musyarofah 1. Metode yang 1. Tujuan penelitian
/Keaneragaman Lumut digunakan ialah mengetahui
Hati da Lumut Tanduk Penelitian eksplorasi keaneragaman
Pasca Erupsi di Taman ini dilakukan dengan lumut hati dan
Nasional Guung Merapi, metode purposive lumut tanduk.
2. Lokasi Penelitian
Yogyakarta/2013 sampling yaitu teknik
Taman Nasional
pengambilan sampel
Gunung Merapi
yang ditemukan di
(TNGM)
sepanjanglumut
Keberadaan tumbuhan jalan di
yang
Indonesia
Mencapai 1000 Jenis Yogyakarta.
mudah dilalui.

8. Paradigma Penelitian

Tumbuhan lumut ditemukan terutama di area sidikit


cahaya dan lembab, sebagian besar tumbuh di hutan hujan
tropis.

Vegetasi Air Terjun Parangkikis termasuk hutan


huja tropis

Inventarisasi Lumut

Hasil dari penelitian berupa bahan ajar dalam bentuk


ensiklopedia.
Gambar. 8. Paradigma Penelitian

Keberadaan tumbuhan lumut di Indonesia sangat banyak dan beragam,


diperkirakan mencakup lebih dari 10.000 jenis lumut yang terdapat di
Indonesia. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang sangat kecil
(mikroskopis).
Air Terjun Parangkikis merupakan salah satu Air Terjun di Kecamatan
Pagerwojo. Vegetasi jenis pohon yang banyak dan melimpah memungkinkan
keragaman jenis tumbuhan yang ada di vegetasi tersebut banyak, khususnya
tumbuhan lumut.
Perubahan kondisi lingkungan juga memungkinkan berdampak terhadap
keanekaragaman tumbuhan lumut di kawasan tertentu. Tumbuhan lumut
merupakan tumbuhan yang biasa ditemukan di hampir semua habitat kecuali
lingkungan yang gersang. Tumbuhan lumut ditemukan terutama di area sidikit
cahaya dan lembab, sebagian besar tumbuh di hutan hujan tropis. Lingkungan
dalam kondisi habitat tertentu memungkinkan tumbuhan lumut yang hidup
akan berbeda keanekaragaman spesies. Tumbuhan lumut sangat dipengaruhi
faktor-faktor biotik dan abiotik dalam kelangsungan hidup lumut. Tumbuhan
lumut juga memiliki peran dalam ekologi, yaitu salah satu tumbuhan penutup
tanah di hutan, menjaga resapan air hujan dan sebagainya.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian, dan menggunakan metode survei. Penekanan pada penelitian ini
adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi lumut, sehingga diharapkan
hasil dari penelitian ini nantinya dapat diketahui macam dan nama spesies dari
lumut tersebut.
Hasil dari penelitian ini nantinya akan digunakan oleh peneliti sebagai
bahan ajar mata kuliah ekologi yang ditujukan untuk mahasiswa biologi
dengan berupa buku bacaan ensiklopedia.
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini memakai beberapa jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan
penelitian RnD dengan rincian sebagai berikut :
A. Rumusan Masalah 1 (Penelitian Kualitatif)
1. Rancangan Penelitian
Tahap ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan
menggunakan metode eksploratif dan metode deskriptif. Penelitian
eksploratif adalah suatu metode observasi langsung tempat penelitian
dilakukan.55Penelitian ini dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke
sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci yaitu dengan melakukan
jelajah dan pengamatan secara langsung terhadap jenis tanaman di lokasi air
terjun. Penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif yaitu data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan
pada angka dan lebih menekankan pada proses daripada produk. 56 Pada
penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai
keaneragaman jenis tumbuhan lumut di kawasan air terjun parangkikis
dengan cara mengakumulasi data yang diperoleh.

55
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Tekhnik Penyusunan skripsi, (Jakarta: Bineka
Cipta, 2011), hal. 99.
56
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R n D),
Bandung : Penerbit Alfabet, 2011, hlm. 147
Teknik pengambilan data melalui observasi yang ada di lokasi penelitian
untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan Lumut dilakukan survei langsung ke
habitat untuk pengambilan sampel dan kemudian diidentifikasi. Data
mengenai macam/jenis tumbuhan lumut, habitat, siklus hidup, ciri-ciri
sampai sistem klasifikasinya.
2. Kehadiran Peneliti
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Kehadiran
peneliti pada penelitian kualitatif merupakan suatu keharusan. Karena
penelitian ini lebih mengutamakan temuan observasi terhadap fenomena
yang ada. Untuk itu, kemampuan pengamatan peneliti untuk memahami
fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan dalam rangka
menemukan data yang optimal dan kredibel, itulah sebabnya kehadiran
peneliti untuk mengamati fenomena-fenomena secara intensif ketika berada
di setting penelitian merupakan suatu keharusan.
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian yakni untuk meningkatkan
intensitas peneliti berinteraksi dengan sumber data guna mendapatkan
informasi yang lebih valid dan absah tentang fokus penelitian. 57 Untuk
itulah peneliti diharapkan dapat membangun hubungan yang lebih akrab,
lebih wajar dan tumbuh kepercayaan bahwa peneliti tidak akan
menggunakan hasil penelitiannya untuk maksud yang salah dan merugikan
orang lain atau lembaga yang diteliti.
Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh peneliti sebagai instrument
yaitu responsive dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memperoses secepatnya, serta
memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan.
Sedangkan kehadiran peneliti dilokasi penelitian ada empat tahap yaitu:
apprehension, exploration, cooperation, dan participation.58 Instrument
utama berarti bahwa peneliti sebagai pengamat yang mengamati seetiap
bentuk kehidupan tumbuhan lumut yang berada di habitatnya.

57
Neng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990),
46
58
Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Malang: Yayasan
Asih Asah Asuh, 1990), 12
Sebagai perencana, kehadiran peneliti sebelum melakukan tindakan
adalah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing. Kemudian peneliti
melakukan wawancara terhadap pemandu wisata lokasi penelitian dan
mengumpulkan data dengan cara pengamatan dan pengambilan sampel
lumut serta menganalisis hasil yang sudah didapat. Asisten/teman sejawat
dibutuhkan untuk membantu peneliti pada saat melakukan pengamatan dan
pengumpulan data.

3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini akan dilaksanakan di kawasan Air Terjun Parangkikis Desa
Gambiran Kecamatan Pagerwojo Tulungagung. Pada tahap pra penelitian
dilakukan pada Bulan November sekitar 5 hari untuk mempersiapkan alat,
bahan dan keperluan saat tahap observasi. Kemudian tahap penelitian
dilakukan selama satu hari pada awalbulan desember yaitu tanggal 2.
Penentuan lokasi penelitian pada saat di Air Terjun Parangkikis dilakukan
secara acak. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian, Air Terjun Parangkikis Sumber : Google
earth
Gambar 3.2 Peta lokasi penelitian, Air Terjun Parangkikis Sumber : Google
Earth
4. Alat dan Bahan Penelitian
Beberepa peralatan yang digunakan dalam pengukuran abiotik dan
pencuplikan yang digunakan dalam penelitian ini, tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Alat dan Bahan yang Digunakan
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Alat tulis 1 set
2 Hygrometer 1 buah
4 Kamera 1 buah
5 Pisau 1 buah
9 Altimeter 1 buah
10 Ph meter 1 buah
11 Plastik untuk sampel 1 pack
12 Mikroskop Olympus 1 buah

5. Teknik Analisis Data


a) Keabsahan data
1) Identifikasi dari berbagai sumber
Temuan atau data dalam penelitian kualitatif dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dan apa
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas
dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan
tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang
diamati, serta dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses
mental tiap individu dengan latar belakangnya.
Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan pengecekan kecukupan referensi yang
digunakan, dan konfirmasi dengan ahli. Sumber data dalam penelitian
sebagian besar berasal dari sumber primer, yaitu sumber data yang
didapatkan secara langsung saat penelitian. Sumber data tersebut
berupa hasil inventarisasi tumbuhan lumut.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan lima
cara, yaitu observasi, wawancara, inventarisasi, identifikasi dan kajian
dokumen, dan kuesioner atau angket. Responden wawancara adalah
pemandu wisata setempat, sedangkan responden kuesioner adalah
dosen dan mahasiswa Pendidikan Biologi IAIN Tulungagung yang
sedang atau telah mengambil mata kuliah Keaneragaman Hayati.
Referensi yang digunakan dalam penelitian berupa sumber-sumber
yang relevan untuk menunjang penelitian. Referensi-referensi tersebut
merupakan referensi lokal dan asing yang berbentuk buku materi,
buku pedoman, buku identifikasi, jurnal, skripsi, dan website yang
relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

2) Uji Kredibilitas
Pada dasarnya dalam penelitian deskriptif belum ada teknik yang
baku dalam menganalisa data, oleh sebab itu ketajaman melihat data
oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan harus dimiliki
oleh peneliti. Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini
meliputi uji kredibilitas. Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas
data dalam penelitian kualitatif ditunjukkan pada gambar berikut:
Perpanjangan Pengamatan
Uji Kredibilitas Data Perpanjangan Ketekunan
Triangulasi
Diskusi dengan teman
Analisis Kasus Negatif
Member Check
Bagan 3.1 Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam
menguji kredibilas data. Sugiyono (2011: 372) mengartikan triangulasi
sebagai pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber,
berbagai metode, dan berbagai waktu. Oleh karenanya terdapat teknik
pengujian keabsahan data melalui triangulasi sumber, triangulasi
metode, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber untuk menguji
keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh kepada beberapa sumber. Pertama kita cek terlebih dahulu
kepada Dosen yang bersangkutan. Apakah data tersebut benar atau tidak,
Dengan demikian data yang diperoleh dideskripsikan, dikategorikan,
mana pandangan yang sama, mana yang berbeda serta mana yang
spesifik dari sumber tersebut. Data yang telah dianalisis sampai
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
pada sumber data tadi.
Triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik
berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui Kajian sumber bacaan
terkait penelitian kemudian dicek dengan data hasil observasi atau
pengambilan sampel. Bila menghasilkan data berbeda, peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut dengan dosen yang bersangkutan untuk
mendapatkan data yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar
karena setiap dosen memiliki sudut pandang yang berbeda. Sumber
dalam penelitian ini adalah Dosen Tadris Biologi dan Pustaka atau bahan
bacaan maupun handbook terkait dengan penelitian. Untuk menguji
kredibilitas data dari hasil pengumpulan data catatan lapangan,
observasi, wawancara, dan dokumentasi tersebut, dalam penelitian ini
digunakan teknik triangulasi dengan sumber. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan dari hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil observasi diperoleh dari lembar observasi, hasil
wawancara diperoleh dari lembar wawancara dan hasil dokumentasi
diperoleh foto-foto pelaksanaan pengambilan sampel. Data terkuat
adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan pengambilan sampel.
Hubungan antara sumber data, teknik data, teknik pengumpulan
data dan keabsahan data yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut:
No. Dimensi Sumber Data Teknik Verifikasi
Pengumpulan Data
Data
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Tindak Lanjut

b) Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2012: 334).
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Hasil
dari wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap proses
pembelajaran Tematik harus disimpulkan dengan bahasa yang baik agar
mudah dipahami orang lain. Kemudian data yang diperoleh dari
dokumentasi juga disusun dengan rapi dan diberi keterangan agar
pembaca lebih paham dan mengerti. Setelah data-data tersebut dibaca,
ditelaah, dan dipelajari maka dilakukan reduksi data, langkah
selanjutnya ialah penyajian data, dan terakhir mengadakan kesimpulan
atau verifikasi. Analisis data pada penelitian ini dapat dilukiskan seperti
bagan dibawah ini.
Data Collection atau pengumpulan data pada penelitian ini dengan
menggunakan observasi, wawancawa dan dokumentasi mengenai
pengelolaan pembelajaran Tematik dengan menggunakan pendekatan
scientific. setelah data dikumpulkan kemudian data di reduksi.
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan
perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta
mentransformasikan data yang muncul dari catatan lapangan dan
observasi. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta
membuang yang dianggap tidak perlu. Dalam observasi ini difokuskan
pada pengelolaan pembelajaran Tematik oleh guru dengan menggunakan
pendekatan scientific. Peneliti mengamati bagaimana keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran. Data yang diambil harus benar-benar
sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dengan demikian, data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesisifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta
mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di
lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan
rumit. Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak
bertumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya.
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data (Data Display) Penyajian data diarahkan agar data hasil
reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow
chart), dan lain sejenisnya. Data dalam penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk uraian naratif. Apabila data sudah lengkap, maka disusun
dan dirancang dalam bentuk uraian agar lebih jelas dan dapat dipahami
oleh orang lain. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan
memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan
kerja penelitian selanjutnya. Pada tahap akhir data di verifikasi atau data
ditarik kesimpulannya.

6. Tahap-tahap Penelitian
a) Menentukan Lokasi
Penelitian ini merupakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk memberikan informasi tentang spesies lumut yang ditemukan di
kawasan Air Terjun Parangkikis, Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo,
Kabupaten Tulungagung sebelum pengumpulan data terlebih dahulu
ditentukan lokasi pengambilan. Lokasi penelitian ini yaitu sekitar
kawasan Air Terjun Parangkikis.
b) Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari lokasi yang ditentukan baik itu lumut yang
menempel di pohon, di batu dan di batu. Lumut yang diperoleh dari
lokasi kemudian diambil dengan menggunakan pisau atau alat
pengcongkel, baik fase gametofit maupun fase sporofitnya. Hal ini untuk
keperluan dan data identifikasi yang jelas. Selanjutnya lumut dimasukan
ke dalam plastik spesimen secara terpisah dari setiap jenis yang
ditemukan. Disamping mendata spesimen lumut yang ditemukan, juga
mencatat habitat aslinya, membuat foto sebagai dokumentasi penelitian.
Selanjutnya melakukan identifikasi dengan kunci identifikasi.
c) Identifikasi Lumut
Sampel lumut yang ditemukan diidentifikasi yakni melihat ciri-ciri
morfologinya. Identifikasi dilakukan melalui 2 tahap yaitu identifikasi
melalui mikroskop dan identifikasi dari berbagai sumber.
1) Identifikasi dengan mikroskop
Pada proses ini identifikasi dilakukan untuk mengetahui bentuk
morfologi tumbuhan lumut. Karena tumbuhan lumut adalah tumbuhan
yang kecil jadi untuk memperjelas gambar beberapa bagian-bagiannya
diamati melalui mikroskop. Proses identifikasi pada tahap ini
dilakukan di Laboratorium Biologi Gedung Laboratorium lantai 3.
2) Identifikasi dari berbagai sumber
Identifikasi Sampel lumut yang ditemukan diidentifikasi yakni melihat
ciri-ciri morfologinya. Sebelum identifikasi morfologi lumut terlebih
dahulu dilakukan dengan mengambil gambar (ficture) sampel
menggunakan kamera mikrofokus riccoh. Selanjutnya proses
identifikasi speises menggunakan kunci identifikasi dan pustaka yang
sesuai, yaitu The Biodiversity of a New England Woodlot Series:
Mosses and Liverworts, Lecture On Moss For The BIOTROP
Workshop (Benito C. Tan), Guide To The Liverworts and Hornworts
of Java (S. Robbert Gradstein), Ebook Lab 12: Bryophytes: (Mosses
And Liverworts And Hornworts), Mosses and Liverworts of the
Western Ghats, India A Picture Book, Volume No. 14 (Jan-Peter
Frahm, 2013), Hand Book of Mosses of The Iberian Peninsula and
The Balearic Island (Casas, Brugues, 2006) serta menggunakan
beberapa situs seperti ITIS, EFLORAS, INTODUCTION TO
BRYOPHYTES dan GBIF

B. Rumusan Masalah 2 (Penelitian RnD)


1. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mengadaptasi model pengembangan ADDIE, yaitu
model pengembangan yang terdiri dari lima tahapan yang meliputi analisis
(Analysis), desain (design), pengembangan (development), implementasi
(implementation), dan evaluasi (evaluation). Model pengembangan ADDIE
dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) untuk merancang sistem
pembelajaran (Endang Mulyatiningsih). Peneliti memodifikasi model
pengembangan sesuai dengan kebutuhan.
a) Tahap Analysis
Pada tahap ini dilakukan untuk menentukan produk yang dikembangkan.
Belum banyak Media cetak yang memaparkan keaneragaman lumut,
serta semakin lama kebutuhan mengenai referensi beberapa ilmu
pengetahuan semakin berkembang terutama mengenai tumbuhan tingkat
rendah yang belum banyak dikaji. Alam sekitar juga perlu mendapatkan
perhatian dalam hal kondisi lingkungannya apakah tingkat kealamiannya
masih terjaga atau sudah tercemar. Berdasarkan beberapa alasan diatas
memungkinkan disajikan sumber belajar yang dapat digunakan oleh
mahasiswa sebagai bahan rujukan. Sumber belajar yang akan disajikan
oleh peneliti dalam bentuk Ensiklopedia yang didalamnya terdapat
berbagai macam gambar mengenai tumbuhan lumut yang ada di lokasi
penelitian serta penjelasan secara ringkas.
b) Tahap Perancangan (Design)
1) Menyusun Instrumen Penilaian Kualitas Bahan Ajar
Instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas sumber belajar
adalah agket yang berisi penilaian terhadap sumber belajar berupa
Ensiklopedia Tumbuhan Lumut. Dalam tahap ini peneliti membuat
kisi-kisi instrument angket penilaian produk. Instrument penilaian
produk dari penelitian ini berupa angket daftar isian (check list) untuk
ahli materi dan ahli media.instrumen penilaian produk dikunsultasikan
dan divalidasi oleh dosen Tadris Biologi IAIN Tulungagung.
2) Perancangan Produk (Storyboard)
Proses perancangan produk sumber belajar Ensiklopedia Tumbuhan
Lumut perlu adanya sketsa rancangan yang digunakan untuk
menggambarkan pembuatan sumber belajar. Sketsa tersebut dibentuk
dalam sebuah Storyboard. Storyboard adalah rancangan untuk
mendeskripsikan fungsi-fungsi yang digunakan.

3) Penyusunan Materi
Pada tahap ini dikemukakan dasar pemilihan mata kuliah ekologi.
Mata kuliah ekologi dipilih karena sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki peneliti serta tumbuhan lumut masih tergolong ke dalam sub
materi keaneragaman hayati. Selain itu, ketika peneliti berada di
lapangan mengajar keaneragaman hayati, banyak pendidik dan peserta
didik yang menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran
dikarenakan kurangnya sumber belajar mengenai lumut sendiri.
4) Pengumpulan Gambar
Pengumpulan gambar merupakan langkah untuk menunjang
kemenarikan sumber belajar Ensiklopedia Tumbuhan Lumut. Dengan
adanya berbagai variasi gambar yang disajikan tentunya akan
memberikan warna atau nilai tersendiri dari bahan ajar tersebut.
c) Tahap Pengembangan (Development)
1) Membuat Produk Bahan Ajar Berupa Ensiklopedia Tumbuhan
Lumut
Pada tahap ini produk bahan ajar dibuat sesuai format yang sudah
ditentukan sebelumnya.
2) Validasi Ahli Materi dan Ahli Media
Proses Validasi dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Hasilnya
berupa saran, komentar dan masukan yang dapat digukan sebagai
dasar untuk melakukan analisis dan revisi terhadap bahan ajar yang
dikembangkan sebagai dasar untuk melakukan uji coba produk pada
mahasiswa.
d) Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi ini akan di ujicobakan kepada 10 mahasiswa jurusan
tadris biologi dimasing-masing semester. Pada tahap ini juga dibagikan
angket untuk mengukur dan mengetahui pendapat/respon mahasiswa
mengenai sumber belajar. Bila diperlukan maka dilakukan revisi
berdasarkan masukkan dan saran dari mahasiswa. Namun, dalam revisi
ini dipertimbangkan masukan dan saran dari validator sebelumnya agar
tidak bertentangan dengan perbaikan-perbaikan sebelumnya.
e) Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi yaitu memperbandingkan hasil yang didapatkan pada
tahap uji coba. Selain memperbandingkan hasil yang diperoleh dari ahli
materi dan ahli media, peneliti juga menganalisis data yang diperoleh
dari mahasiswa untuk mengetahui pendapat/respon mengenai produk
yang telah dibuat. Tahap ini juga telah dihasilkan produk sumber belajar
berupa Ensiklopedia Tumbuhan Lumut untuk pembelajaran
keaneragaman hayati yang sudah direvisi pada tahap implementasi.

2. Subjek dan Objek Penelitian


Pada penelitian pengembangan ini subjek penelitian adalah Mahasiswa
Tadris Biologi Institut Agama Islam Tulungagung, ahli materi, ahli media
serta masyarakat sekitar lingkungan pengambilan sampel penelitian dan
objek penelitiannya adalah pengembangan sumber belajar Ensiklopedia
Tumbuhan Lumut.

3. Teknik Pengumpulan Data


a) Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data kualitatif
dan kuantitatif, yaitu:
1) Data kualitatif merupakan data tentang proses pengembangan sumber
belajar berupa kritik dan saran dari mahasiswa, ahli materi dan ahli
media.
2) Data kuantitatif merupakan data pokok dalam penelitian yang berupa
data penilaian kelayakan tentang sumber belajar dari data
pendapat/respon mahasiswa, ahli materi, dan ahli media mengenai
produk yang telah dikembangkan.

b) Instrumen Pengumpulan Data


Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket.
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Angket digunakan untuk mengukur kualitas
Media Pembelajaran yang dikembangkan. Instrumen angket pada
penelitian Research and Development ini digunakan untuk memperoleh
data dari mahasiswa, ahli media dan ahli materi sebagai bahan
mengevaluasi sumber belajar yang dikembangkan. Angket digunakan
untuk mengetahui kualitas dari Ensiklopedia Tumbuhan Lumut sebagai
sumber belajar dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek relevansi materi,
susunan materi, evaluasi, bahasa, dan tampilan.
Instrumen kelayakan bahan ajar Ensiklopedia Tumbuhan Lumut
menggunakan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban (Sugiyono, 2011:
93): sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Agar diperoleh
data kuantitatif, maka setiap alternatif jawaban diberi skor yakni sangat
baik = 5, baik = 4, cukup = 3, kurang = 2 dan sangat kurang = 1.
Angket digunakan untuk memperbaiki produk Ensiklopedia Tumbuhan
Lumut sehingga lebih baik dari sebelumnya. Kisi-kisi untuk mahasiswa,
angket ahli materi dan ahli media yang digunakan dalam penelitian ini
dijelaskan pada Lampiran 1.

4. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari ahli materi dan ahli media serta uji coba lapangan
berdasarkan lembar angket dianalisis menggunakan teknik analisis
deskriptif. Teknik analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan
statistik deskriptif. Untuk menganalisis data tentang kelayakan sumber
belajar ensiklopedia tumbuhan lumut dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Teknik Penilaian Produk
1) Data Proses Pengembangan Produk
Data proses pengembangan produk merupakan data deskriptif. Data
tersebut diperoleh dari mahasiswa, ahli materi dan ahli media berupa
koreksi dan masukan. Koreksi dan masukan tersebut digunakan
sebagai acuan revisi produk.
2) Data Penilaian Kelayakan Produk Oleh Ahli dan Mahasiswa
Data penilaian kualitas produk diperoleh dari hasil isian angket oleh
ahli media dan ahli materi. Data selanjutnya dianalisis dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengubah Penilaian kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan yang dapat
dilihat pada tabel 3.2.

Kategori Skor
Sangat Baik 4.1 - 5.0
Baik 3.1 - 4.0
Cukup 2.1 – 3.0
Kurang 1.1 – 2.0
Sangat Kurang 1.0
Sumber: Sugiyono (2011:93) dengan modifikasi59
I. Menghitung nilai rerata skor tiap indikator dengan rumus:

II. Menjumlahkan rerata skor tiap aspek

59
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009. Hal.
93
III. Mengorientasikan secara kualitatif jumlah rerata skor tiap aspek
dengan menggunakan rumus konversi skor skala 5 berikut:
Tabel 3.3. Rumus Konversi Jumlah Rerata Skor pada Skala Lima

Keterangan:
Skor Maksimal =5
Skor Minimal =1
Skor Maksimal Ideal = jumlah indikator x skot tertinggi
Skor Minimal Ideal = Jumlah indikator x skor rendah
= Skor yang diperoleh
i = ½ (Skor maks ideal+skor min

ideal)60
IV. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif
kuantitatif yang disajikan dalam distribusi skor dan presentase
terhadap kategori dengan skala penilaian yang telah ditentukan
Presentase Kelayakan Tiap Aspek (%)

X100%

Tabel 3.4. Penilaian Kelayakan

Sumber: Suharsimi Arikunto (2010:44)61

60
Eko Putro Widyoko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2011. Hal. 245
61
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rev. Ed. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010. Hal 44
Angket Kelayakan Materi
A. Penilaian Materi
Skala Penilaian
No. Indikator Deskripsi
5 4 3 2 1
Materi yang disampaikan
1 Sistematis dan runtut sistematis dan runtut
Materi yang disampaikan
2 Alur Logika Jelas memiliki alur logika yang jelas
Kejelasan penyampaian Materi yang disampaikan secara
3 materi sistematis dan runtut
Materi yang disampaikan
4 Kebermanfaatan materi bermanfaat
Materi yang disampaikan aktual
5 Aktualisasi materi atau betul-betul ada
Materi yang disajikan dalam
6 Kelengkapan materi bahan ajar lengkap
Kesesuaian tingkat Kesesuaian tingkat kesulitan dan
kesulitan dan keabstrakan konsep dengan
keabstrakan konsep perkembangan kognitif
dengan perkembangan mahasiswa sehingga dapat
7 kognitif mahasiswa mudah diterjemahkan
Konsep dan definisi disajikan
Kebenaran konsep sesuai dengan konsep dan
materi yang ditinjau definisi yang berlaku dalam
8 dari aspek keilmuan bidang biologi
Dukungan sumber
belajar terhadap
kemandirian belajar Media mendukung mahasiswa
9 mahasiswa untuk belajar
Kemampuan sumber
belajar dalam
menambah pengetahuan Mampu menambah pengetahuan
10 mahasiswa mahasiswa
B. Kebenaran Materi
No. Jenis Kesalahan Saran Perbaikan

C. Komentar/Saran
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

D. Kesimpulan
Lingkari pada nomor sesuai kesimpulan
1. Layak untuk diujicobaka
2. Layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak untuk diujicobakan

Tulungagung, Maret 2019

Ahli Materi.

A. Penilaian Media

Angket Kelayakan Media


Skala Penilaian
No. Indikator Deskripsi
5 4 3 2 1
1 Bahan Produk
2 Format
3 Desain Cover
4 Cetak

B. Kelayakan media
No. Jenis Kesalahan Saran Perbaikan

C. Komentar/Saran
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

D. Kesimpulan
Lingkari pada nomor sesuai kesimpulan
1. Layak untuk diujicobakan

2. Layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran


3. Tidak layak untuk diujicobakan
Tulungagung, April 2019

Ahli Media

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rumusan Masalah 1 (Penelitian Kualitatif)


1. Deskripsi Data
2. Temuan Penelitian
a) Hasil Identifikasi Tumbuhan Lumut
b) Kondisi lingkungan dan persebaran tumbuhan lumut
3. Analisis Data
a) Uji dendodram
b) Uji kredibilitas
B. Rumusan Masalah 2 (Penelitian RnD)
a) Desain Awal Produk
b) Hasil Pengujian Pertama
c) Revisi Produk
d) Hasil Pengujian Tahap Kedua (II)
e) Revisi Produk
f) Pengujian Tahap Ke Tiga (bila perlu)
g) Penyempurnaan Produk
h) Pembahasan Produk

BAB V
PEMBAHASAN

BAB VI
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai