Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519

Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

VARIASI BAHASA: SAMBORI DAN MASYARAKAT MBOJO KONTEMPORER

Ariani Rosadi, Lubis Hermanto


Program Studi Ilmu Komunikasi
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Mbojo Bima
arianirosadistisipmbojo@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini mengkaji tentang perbedaan mendasar dari dialek masyarakat adat desa sambori
kecamatan lambitu kabupaten bima dengan masyaraka mbojo pada umumnya. Bahasa merupakan
alat seseorang dalam mengenal dunia dan memahami kehidupannya. Seseorang tidak dapat hidup
tanpa adanya komunikasi. Pola komunikasi khususnya pada bahasa verbal merupakan sebuah
khazanah ilmu pengetahuan yang harus tetap dicari arti dan maknanya. Hakikat dalam komunikasi
itu sendiri adalah mencari makna dari segala sesuatu yang ada di alam ini, baik secara verbal maupun
non verbal. Daerah Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat, sungguh banyak memiliki
keanekaragaman budaya khusunya dalam keanekaragaman bahasa aslinya. Salah satu suku yang
masih kental dengan penggunaan bahasa asli ibunya adalah suku sambori. Sambori adalah wajah
lama Bima yang memiliki keunikan tersendiri baik dari sisi sejarah maupun budayanya. Salah satu
dari keunikan itu adalah Bahasa (Dialek) yang dituturkan warganya yang berbeda dengan bahasa
Bima atau Nggahi Mbojo. Bahasa Sambori menyebar di sejumlah kampung dan Desa yang ada di
gugusan pegunungan La Mbitu di tenggara Kota Bima seperti di Desa Tarlawi, Kaboro, Teta, Kalodu,
Sambori, Kadi dan Kuta. Desa-desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan pemekaran La Mbitu.
Metode penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan
data penelitian antara lain: observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Kemudian teknik analisa
data dengan menggunakan reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan (verifikasi).
Kata Kunci: Dialek, Bahasa, Fonologi, Sambori

ABSTRACT
This article examines the fundamental differences of the dialect of the indigenous people of
Sambori Village, Lambitu Subdistrict, Bima Regency with the Mbojo Community in general.
Language is someone's tool in getting to know the world and understanding its life. One cannot live
without communication. The pattern of communication, especially in verbal language, is a treasure
of knowledge that must still be searched for meaning and meaning. The essence of communication
itself is to look for the meaning of everything that exists in nature, both verbally and non-
verbally.Bima District, West Nusa Tenggara Province, has a lot of cultural diversity, especially in
the diversity of the original language. One tribe that is still thick with the use of its mother's native
language is the Sambori tribe. Sambori is the old face of Bima that has its own uniqueness both in
terms of history and culture. One of the uniqueness is Language (Dialect) which is spoken by its
citizens who are different from Bima or Nggahi Mbojo. Sambori language spreads in a number of
villages and villages in the La Mbitu mountain range in the southeast of Bima City, such as Tarlawi,
Kaboro, Teta, Kalodu, Sambori, Kadi and Kuta. These villages are included in the La Mbitu division.
The research method uses descriptive qualitative research with data collection techniques, among
others: observation, interviews and documentation studies. Then the data analysis technique uses
data reduction, data display and conclusions (verification).

24
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Keywords: Dialect, Language, Phonology, Sambori

PENDAHULUAN dan perkembangan dialek sangat ditentukan


Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan oleh faktor kebahasaan dan faktor luar bahasa.
yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu Keadaan alam, misalnya mempengaruhi ruang
masyarakat bahasa untuk komunikasi dan gerak penduduk setempat, baik dalam
berinteraksi atar sesamanya, berlandaskan pada mempermudah penduduk berkomunikasi
budaya yang mereka miliki bersama. Sistem dengan dunia luar maupun mengurangi adanya
dalam bahasa adalah sistem yang terdiri dari kemungkinan itu (Guiraud, 1970). Sejalan
simbol-simbol. Sistem simbol lisan yang dengan adanya batas alam tersebut, dapat
arbitrer ini dipakai oleh masyarakat bahasa dilihat pula adanya batas-batas politik yang
tersebut, yakni masyarakat yang memiliki menjadi jembatan terjadinya pertukaran
bahasa itu. Orang dari masyarakat bahasa lain budaya. Hal itu menjadi salah satu sarana
tentunya tidak dapat memakai sistem ini. terjadinya pertukaran bahasa. Demikian pula
Pemakai bahasa menggunakan bahasa untuk halnya dengan ekonomi, cara hidup dan
berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama sebagainya. Tercermin pula di dalam dialek
mereka, tetapi dalam berinteraksi itu mereka yang bersangkutan (Guiraud, 1970).
secara tidak sadar dikendala oleh budaya yang Desa Sambori adalah sebuah Desa yang
mereka pangku (Soejono Dardjowidjojo, 2012 berada di atas dataran tinggi pegunungan
:17-18). Lambitu dan termasuk wilayah Kecamatan
Istilah dialek berasal dari kata Yunani Lambitu Kabupaten Bima. Desa Sambori
dialektos. Pada mulanya dipergunakan dalam hanyalah sebuah Desa yang sangat kecil dengan
hubungannya dengan keadaan bahasa. Di kehidupan yang masih tergolong tradisional.
Yunani terdapat perbedaan-perbedaan kecil di Walaupun merupakan Desa terpencil, namun
dalam bahasa yang dipergunakan potensi sumber daya alam yang dimiliki
pendukungnya masing-masing, tetapi hal Kabupaten Bima khususnya Desa Sambori
tersebut tidak sampai menyebabkan mereka merupakan aset yang sangat potensial untuk
merasa mempunyai bahasa yang berbeda. bisa dikembangkan dan akan bermanfaat bagi
Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka masyarakat banyak, khususnya masyarakat
untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu Sambori sebagai Desa Pariwisata.
bahasa yang sama. Oleh karena itu, ciri utama Pakaian adat masyarakat Sambori
dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan berbeda dengan pakaian adat suku Bima-
kesatuan dalam perbedaan (Meillet, 1967:69- Dompu pada umumnya. Masyarakat Sambori
70). Dialek adalah logat berbahasa. Dialek tampil berbeda, yang terlihat dalam pakaian
adalah perlambangan dan pengkhususan dari sehari-hari. Laki-laki dewasa biasanya
bahasa induk. Menurut Weijnen yang dikutip memakai Sambolo (ikat kapala) yang terbuat
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan dari kain kapas tenunan dengan hiasan kotak-
Bahasa (1983) dialek adalah sistem kebahasaan kotak berwarna hitam atau putih. Dipadu
yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk dengan baju Mbolo Wo’oatau, yaitu baju tanpa
membedakan dari masyarakat lain. kerah yang terbuat dari kain katun berwarna
Menurut Pusat Pembinaan dan hitam atau putih.
Pengembangan Bahasa (1983), pertumbuhan

25
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Orang Sambori memakai sarung yang disebut dikatakan sebagai etnis tersendiri, yang berbeda
Tembe Me’e (sarung hitam) khas Sambori dengan etnis-etnis lain di Nusa Tenggara Barat
dipintal dan ditenun dari bahan kapas berwarna ini. Tetapi sampai saat ini orang Sambori lebih
hitam. Dipakai dengan cara dililit pada bagian suka menyebut diri mereka sebagai orang
perut. Kemudian mereka memakai aksesoris Bima.
Weri atau Bala (kain ikat pinggang) yang Desa Sambori memiliki karakteristik
diselempangkan melingkar pada bagian perut yang berbeda dengan Desa-desa atau tempat
sampai di atas paha, yang berrfungsi untuk lain di Bima, baik itu secara aktifitas
menguatkan lilitan sarung. masyarakat, karakter alam dan budaya yang
Sedangkan para perempuan dewasa, dimiliki masyarakatnya. Potensi tersebut bisa
memakai baju Poro Me’e, yang terbuat dari dikatakan luar biasa, baik itu budaya, adat
kain katun dengan bentuk menyerupai baju istiadat, maupun panorama alam yang tersaji.
Poro pada pakaian adat masyarakat Bima Orang Sambori memiliki keunikan
umumnya. Sarung memakai Tembe Me’e, tersendiri baik dari sisi sejarah maupun
dibuat agak panjang karena cara memakainya budayanya. Salah satu dari keunikan itu adalah
yaitu dengan cara dimasukkan secara lurus bahasa yang dituturkan berbeda dengan bahasa
melalui kepala atau kaki. Kemudian dibiarkan Bima. Dikatakan unik, bahwa orang Sambori
lepas sampai ke betis, sekedar pelengkap sendiri disebut juga sebagai suku Bima, tetapi
mereka mengenakan Kababu, yang memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa
diselempangkan pada bahu. Untuk rambut Bima pada umumnya. Orang Sambori berbicara
ditata dengan membuat semacam ikatan yang dalam bahasa Sambori, yang dikatakan
dibentuk meninggi di atas kepala yang disebut merupakan dialek bahasa Bima, tapi bisa
Samu’u Tu’u. Masyarakat Desa Sambori dikatakan dialek apabila terdapat persamaan
mayoritas memeluk agama Islam. Menurut 50% sampai 80%, tapi bahasa Sambori justru
mereka agama Islam masuk ke dalam perbedaannya yang mencapai 80% dengan
masyarakat Sambori, dibawah oleh seorang bahasa Bima. Jadi bisa dikatakan bahasa
ulama dari Ternate yang bernama “Syekh Sambori adalah bahasa yang berbeda dengan
Subuh”. Karena ulama ini tiba di Sambori pada bahasa Bima. Bahasa Sambori menyebar di
saat Subuh. Maka Syekh inipun dikenal dengan sejumlah kampung dan Desa yang ada di
nama Syekh Subuh. Makam Syekh Subuh gugusan pegunungan La Mbitu di tenggara
berada di atas puncak gunung Sambori, yang Kota Bima seperti di Desa Tarlawi, Kaboro,
dianggap sebagai kuburan keramat. Teta, Kalodu, Sambori, Kadi dan Kuta. Desa-
Masyarakat Sambori memiliki desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan
kebiasaan mengunyah daun sirih. Kebiasaan ini pemekaran La Mbitu, kecuali Desa Tarlawi
dikarenakan suhu dan udara di Desa Sambori yang masuk dalam wilayah Kecamatan Wawo
sangat dingin, sehingga untuk melawan udara karena jaraknya sekitar 7 km dari Wawo serta
dingin, mereka mengunyah daun sirih yang Desa Kalodu yang masuk wilayah Kecamatan
dicampur dengan beberapa ramuan sehingga Langgudu.
badan menjadi hangat. Orang Sambori Masyarakat di Desa-desa di atas dalam
dikelompokkan ke dalam bagian suku Bima, sejarah Bima dijuluki dengan Dou Donggo Ele.
tetapi ada anggapan bahwa orang Sambori Sedangkan masyarakat dan Desa yang berada di
termasuk bagian dari suku Donggo. Apabila gugusan pegunungan Soromandi di sebelah
dilihat dari kebiasaan, tata kehidupan, budaya barat teluk Bima disebut Dou Donggo Ipa.
dan bahasa, sepertinya orang Sambori bisa Apakah bahasa mereka juga sama dengan

26
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Bahasa Donggo Ele. Sebab dari penuturan merupakan bahasa nenek moyang suku Bima,
masyarakat di sana, terdapat sedikit perbedaan yang sekarang masih tersimpan dalam
antara bahasa Donggo Ele dan bahasa Donggo masyarakat Sambori.
Ipa. Ada yang berpendapat bahasa Sambori
adalah merupakan bahasa asli suku Bima, atau

Gambar 1. SDN Inpres Sambori Gambar 2. Mushola Sambori Lama

TINJAUAN PUSTAKA petani dan kelompok sederhana lainnya.


Asal-Usul Dan Perkembangan Dialek Sementara itu penduduk sendiri adalah
Menurut Guiraud (1970: 26) yang ekabahasawan. Walaupun mereka mengagumi
dikutip oleh Pusat Pembinaan dan koine, tapi mereka hanya mempergunakan
Pengembangan Bahasa (1983) terjadinya dialek saja. Pada tahap berikutnya, masyarakat
ragam dialek itu disebabkan oleh adanya berpendidikan itu menjadi ekabahawasan.
hubungan dan keunggulan bahasa yang terbawa Mereka menghindari pemakaian dialek yang
ketika terjadi perpindahan penduduk, sudah kehilangan dasar-dasar kaidahnya. Sejak
penyerbuan atau penjajahan. Hal yang tidak itu penduduk bahasanya menjadi
boleh dilupakan ialah peranan dialek atau dwibahasawan. Pada mulanya mereka belum
bahasa yang bertetangga di dalam proses memenuhi semua persyaratan bahasa baku
terjadinya suatu dialek itu. Dari dialek dan tersebut, tergantung kepada taraf pendidikan
bahasa yang bertetangga itu, masuklah anasir mereka. Di samping itu mereka tetap
kosakata, struktur, dan cara pengucapan atau mempergunakan dialek di antara sesama
lafal. Setelah itu kemudian ada di antara dialek mereka saja (Gairaud, 1970: 7-8, di kutip oleh
tersebut yang diangkat menjadi bahasa baku, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
maka peranan bahasa baku itu pun tidak boleh 1983).
dilupakan. Proses perkembangan dialek Dialek adalah logat berbahasa. Dialek
bermula pada kelompok yang berpendidikan. adalah perlambangan dan pengkhususan dari
Dwibahasawan mereka mempergunakan koine, bahasa induk. Menurut Weijnen, dkk yang
yaitu ungkapan-ungkapan bahasa baku sebagai dikutip oleh Pusat Pembinaan dan
bahasa budaya, dan dialek sebagai bahasa praja. Pengembangan Bahasa (1983) dialek adalah
Koine mereka pergunakan untuk sesama sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu
mereka, dan dialek mereka pergunakan jika masyarakat untuk membedakan dari
berkomunikasi dengan penduduk setempat, masyarakat lain. Menurut Pusat Pembinaan dan

27
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Pengembangan Bahasa (1983), ada 2 (dua) ciri disekitar mereka selama jangka waktu tertentu.
yang dimiliki dialek, yaitu : Jenis observasi berperan serta aktif dimana
1. Dialek ialah seperangkat bentuk ujaran peneliti seorang peneliti yang sedang
setempat yang berbeda-beda, yang melakukan penelitian. Dan juga observasi yang
memiliki ciri-ciri umum dan masing- dilakukan peneliti ini termasuk observasi
masing lebih mirip sesamanya terbuka yaitu pengamat (peneliti) secara
dibandingkan dengan bentuk ujaran lain terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan
dari bahasa yang sama. subjek dengan suka rela memberikan
2. Dialek tidak harus mengambil semua kesempatan kepada pengamat untuk
bentuk ujaran dari sebuah bahasa. (Meillet mengamati peristiwa yang sedang terjadi dan
1967: 69). mereka menyadari bahwa ada orang yang
mengamati hal yang dilakukan mereka.
METODE PENELITIAN Wawancara tak terstruktur disebut juga
Penelitian ini memerlukan data primer dengan wawancara mendalam, wawancara
dan data sekunder. Data primer adalah data intensif, wawancara kualitatif dan wawancara
yang diperoleh dari pengumpulan berbagai terbuka (open-ended interview) dan wawancara
informasi dari informan dan catatan kondisi etnografis (Mulyana, 2001 : 180). Wawancara
lapangan yang diperoleh melalui pengamatan tak terstruktur dilakukan dengan informan
dengan menggunakan pedoman wawancara. pangkal dan informan kunci untuk menggali
Sedangkan data sekunder adalah data yang informasi dan persepsi tentang fokus penelitian.
digunakan sebagai pendukung data primer. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan
Data primer yang dimaksudkan dalam catatan dan alat rekam untuk membantu
penelitian ini adalah informasi atau data yang kelancaran proses wawancara.
mencakup tentang perbedaan penggunaan Dalam penelitian ini dimaksudkan
dialek antara masyarakat adat Desa Sambori untuk menggali data sekunder yang diperlukan
Kecamatan Lambitu Kabupaten Bima dengan guna menunjang arah penelitian ini yaitu
masyarakat Bima pada umumnya. Sampel dokumen-dokumen, buku, perpustakaan dan
diambil secara purposif atau atas tujuan lain sebagainya maupun publikasi-publikasi
tertentu. tentang perbedaan ciri khas dialek masyarakat
Adapun data sekunder dalam penelitian Desa Sambori dengan dialek masyarakat Mbojo
ini adalah dokumen-dokumen maupun umumnya yang pernah diteliti oleh orang lain.
publikasi-publikasi tentang perbedaan ciri khas
dialek masyarakat Desa Sambori dengan dialek
masyarakat Mbojo umumnya ditulis oleh PEMBAHASAN
peneliti lain. Teknik pengumpulan data dalam Sejarah Singkat Objek Penelitian Desa
penelitian ini menggunakan tiga macam cara Sambori
yaitu : observasi parsipatif, wawancara tak Desa Sambori terletak di Kabupaten
terstruktur dan studi dokumentasi. Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
Observasi Pengumpulan data dilakukan memiliki sejarah, budaya, dan dialek yang
dengan cara berperan serta, hal ini dilakukan berbeda dengan masyarakat Bima pada
agar dapat berinteraksi dengan subyek umumnya. Populasi orang Sambori
penelitian, mengamati apa yang mereka diperkirakan sekitar 800 orang. Orang Sambori
lakukan, mendengarkan apa yang mereka memiliki keunikan tersendiri baik dari sisi
lakukan dan mencari informasi lainnya sejarah maupun budayanya. Salah satu dari

29
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

keunikan itu adalah bahasa yang dituturkan mempengaruhi pola bercocok tanam
berbeda dengan bahasa Bima. Dikatakan unik, masyarakat Sambori. Penduduk Sambori
bahwa orang Sambori sendiri disebut juga membuka lahan di lembah-lembah dan di
sebagai suku Bima, tetapi memiliki bahasa lereng-lereng perbukitan dengan frekuensi satu
yang berbeda dengan bahasa Bima pada sampai dua kali musim tanam.
umumnya. Orang Sambori berbicara dalam Selain tanaman hutan, ada dua vegetasi
bahasa Sambori, yang dikatakan merupakan yang dapat dijumpai di sekitar Desa Sambori,
dialek bahasa Bima, tapi bisa dikatakan dialek yaitu vegetasi pekarangan dan sawah atau
apabila terdapat persamaan 50% sampai 80%, ladang. Vegetasi pekarangn berupa nangka,
tapi bahasa Sambori justru perbedaannya yang mangga, jeruk, pisang, cabe, dan sebagainya.
mencapai 80% dengan bahasa Bima. Jadi bisa Sedangkan vegetasi sawah atau ladang
dikatakan bahasa Sambori adalah bahasa yang didominasi oleh padi, bawang, kacang-
berbeda dengan bahasa Bima. kacangan, labu, jagung, dan lain-lain. Vegetasi
perkebunan yang pernah diperkenalkan adalah
Kondisi Geografi Desa Sambori kopi dan vanili. Umumnya tanaman palawija
Desa Sambori berada di dataran tinggi dan perkebunan jarang ditanami oleh
dengan ketinggian berkisar 800 m dpl. penduduk.
Sebagian Desa Sambori berupa perbukitan dan
berlereng. Secara geografis, Desa Sambori Kondisi Demografi Desa Sambori
berada di Donggo Ele (timur). Sedangkan Di Desa Sambori, yaitu di puncak
secara administratif, Desa Sambori termasuk Gunung Lambitu , bermukim 1.538 jiwa
dalam wilayah Kecamatan Lambitu, Kabupaten penduduk Sambori atau 391 KK diantaranya
Bima. Pemukiman Sambori dibagi dalam dua 625 laki-laki dan 913 perempuan (1996).
kelompok, yaitu: Sambori Ntoi (Sambori Sebagian besar diantaranya bertempat tinggal
dalam/lama) dan Sambori Bou (Sambori di Sambori Lama yang merupakan
Lama/luar). (Haris, 1996). Desa Sambori perkampungan lama Desa Sambori. Kepadatan
berada pada tempat tertinggi diantara desa-desa perkampungan lama mendorong sebagian
sekitarnya. Ada empat desa yang membatasi mereka membangun perkampungan sambori
administrasi Desa Sambori : Baru. Hampir semua penddudk bermata
penccaharian sebagai petani. Hanya terdapat 12
Sebelah Utara : Desa Kuta penduduk yang bekerja sebgai PNS. Sebagian
Sebelah Selatan : Desa Kawuwu besar merupakan tenaga pengajar SD dan SMP.
Sebelah Barat : Desa Cenggu Lainnya aparat desa sebanyak 12 orang dan
Sebelah Timur : Desa Tarlawi pedagang kios 2 orang. Kegiatan merantau
Keempat desa ini merupakan tempat penduduk Sambori cukup kuat, tertama kaum
bermukimnya masyarakat asli Bima yang laki-laki. Kegiatan meranta penduduk Sambori
dahulunya berasal dari daerah Teluk Bima. mulai banyak dilakukan sejak tahun 1980-an.
Secara umum, Desa Sambori merupakan Motivasi mereka biasanya sekolah atau mencari
daerah perbukitan dan berhawa sejuk. Kondisi lapangan kerja. Setelah tamat sekolah atau
alam perbukitan seperti ini mendorong bekerja, mereka kebanyakan menetap di luar
penduduk setempat mendirikan pemukiman di desa. Biasanya mereka merantau setelah lls
lereng-lereng bukit dengan rumah khas SLTA atau SLTP, bahkan diantaranya baru
setempat, uma lengge dan rumah panggung. lulusan Sekolah Dasar. Sampai saat ini
Kondisi alam seperti ini pula yang diperkirakan jumlah perantau tidak kurang dari

30
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

pendduk yang kini masih menetap di sambori. Desa Kuta untuk menampung siswa dari Desa
Ada beberapa daerah yang menjadi tujuan Sambori, Kuta, Teta, Cenggu, dan desa lainnya.
mereka, kebanyakan ke Kalimantan, Jakarta, Sedangkan untuk kegiatan keagamaan tersedia
Ujung Pandang, Lombok, dan ke berbagai sarana peribadatan dua buah mesjid, masing-
daerah lain di Indonesia. masing di sambori Lama dan Sambori Baru.
Sebelum Sambori didatangi oleh Di bidang kesehatan tersedia sarana
pendatang, desa ini sudah dijumpai masyarakat kesehatan yang ada di Sambori berupa satu
asli yang mendiami sambori. Mereka berasal Puskesmas Pembantu dan Polindes dengan
dari keluarga Ncuhi Tuki dan pendampingnya jumlah tenaga medis masing-masing satu
Ncuhi De. Mereka bermukim dalam kelompok- orang. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih,
kelompok kecil yang memiliki ikatan telah dibangun bak-bak penampungan dan
kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya saluran air bersih yang diambil dari sumber air.
pembagian wilayah-wilayah kecil di Kampung Meskipun sarana air bersih belum menjangkau
sambori Lama, diantaranya Sengari Me’e, Due, semua warga masyarakat.
Mundu, dan Kakeru yang merupakan Setelah melalui pengumpulan data yang
perkampungan lama. Di sambori juga dijumpai diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi
bekas perkampungan-perkampungan kecil dokumen dan dianalisis, perbedaan dialek
yang dihuni oleh satan keluarga, seperti antara masyarakat adat desa Sambori dan
Torosakeko, Sambi, Panggi, Jena dan Bedi. masyarakat Bima pada umumnya cukup
signifikan bahkan dapat dikatakan masyarakat
Kondisi Infrastruktur Desa Sambori adat desa sambori memiliki bahasa tersendiri
Desa ini dapat disusuri lewat jalan meskipun terdapat beberapa kosa kata yang
beraspal kasar dari terminal Tente ke Desa mempunyai kemiripan dengan bahasa Bima
terdekat Kuta. Dari Desa Kuta ke Desa Sambori pada umumnya. Diantara kosa kata tersebut,
dihubungkan jalan setengah beraspal berjarak terselip beberapa perubahan bunyi yang tidak
sekitar 1 Km sampai Kampung Sambori Baru. sampai membedakan makna atau mengubah
Selanjutnya perjalanan melewati jalan tanah identitas fonem. Perubahan ini disebut
menuju perkampungan Sambori Lama. Di Desa perubahan fonem karena bunyi-bunyi tersebut
Sambori tidak terdapat pasar, untuk kegiatan merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem
jual beli barang dan kebutuhan pokok sehari- yang sama. Jenis perubahan bunyi yang dicatat
hari mereka lakukan di pasar Tente. Namun ada oleh peneliti pada saat wawancara dengan salah
pula beberapa penduduk luar yang bertandang satu informan peneliti ialah Simplifikasi yang
ke Desa Sambori untuk memperjualbelikan mengalami voiced menjadi voiceless, obstruant
barang, seperti kebutuhan sehari-hari, buah- menjadi continuant. Untuk lebih lengkanya,
buahan, kunyit, bawang, dan sebagainya. Sejak peneliti akan membahas keseluruhan dari
tahun 1995 penduduk Sambori dan desa-desa rangkaian perbedaan dialek masyarakat adat
sekitarnya dapat menikmati penerangan listrik. desa sambori ini dengan masyarakat Mbojo
Adanya sarana listrik memungkinkan pada umumnya secara berurut sebagai berikut:
penduduk lebih banyakmendapatkan informasi,
tertama dari televisi dan radio yang sebelumnya a. Warisan Bahasa ( a Heritage Language)
menggunakan aki. Untuk mendukng kegiatan Suku ini mewariskan bahasa yang
sosial bdaya di Desa Sambori tersedia dua berbeda dengan masyarakat bima pada
sarana gedung SD Negeri dan SD Inpres. umumnya. Berdasarkan Oleh Mahsun (2008),
Sedangkan bangunan sekolah SLTP berada di bahasa ini disebut Bahasa Bima Dialek Tarlawi

31
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

karena kebetulan respondennya berasal dari Namun, perubahan ini tidak menjadi masalah
Tarlawi. Namun, bagi orang Bima pada yang cukup signifikan bagi masyarakat sambori
umumnya bahasa Sambori merupakan bahasa meskipun mereka berada di punak gunung
tersendiri karena mereka tidak mengerti satu lambitu untuk saling berkomunikasi. Ini
kata pun yang diucapkan dan terdengar seperti disebabkan oleh perkembangan zaman dan
Bahasa Jawa. Yusra (2011) menunjukkan pemekaran wilayah yang membuat mereka
bahwa kesamaan bahasa Sambori engan bahasa mudah mengamati dan memahami prilaku
Bima dalam hal kosa kata kurang dari 10 % dan interaksi dan komunikasi masyarakat luar
layak disebut sebagai bahasa tersendiri dan daerahnya. Beberapa temuan dari hasil
kesamaan yang dominan hanyalah pada wawancara pada penelitian ini ialah baik
penggunaan klitik (penanda subjek) na-, ku-, masyarakat usia tua maupun muda sekarang ini
mu- dan ta-. Oleh karena itu, bahasa ini masih sudah mampu memahami bahkan berbicara
harus dikaji lebih mendalam lagi melalui bahasa bima kontempor karena menurut
penelitian yang lebih intensif. Untuk mereka bahasa bima pada umumnya mereka
menambah wawasan tentang warisan bahasa peroleh dari para pendatang baik itu guru,
ini, peneliti berusaha untuk menggali berbagai pedagang, penceramah yang datang ke daerah
macam kata yang mungkin belum sempat sambori. Bahkan, tidak sedikit generasi muda
dibahas oleh peneliti sebelumnya di daerah mereka yang berhasil mengenyam bangku
sambori tentang dialektologi. Adapun tujuan perguruan tinggi di daerah kota Bima.
peneliti membahas lebih dalam tentang Berdasarkan penelitian sebelumnya
heritage language ini supaya generasi milenial dan hasil penelitian ini mengarahkan bahwa
lebih menyadari dan menghargai suatu suku sambori ini harus dilestarikan bahasanya
perbedaan yang memang sudah tercipta dari sebagai warisan bahasa sekaligus budaya yang
dahulu kala dan tidak menjadikan hal ini patut untuk dipertahankan agar tidak pengalami
menjadi suatu pembatas antara pergaulan “anak kepunahan. Banyaknya masyarakat sambori
gunung” atau “dou doro” dengan “anak kota”. yang semakin sadar akan teknologi dan
Tetapi, dapat mengangkat nama sambori perkembangan pendidikan membuat generasi
menjadi aset kearifan lokal yang dimiliki oleh baru dari suku ini lebih banyak mengalami
umumnya masyarakat kabupaten atau kota perubahan baik dari segi pemikiran, life style,
Bima, khususnya untuk maskarakat Sambori berbahasa dan lain sebagainya. Meskipun, hal
sendiri. tersebut terjadi tanpa perubahan yang berarti,
Pada penelitian lanjutan dari Yusra tetapi tetap saja kemungkinan punah bisa
(2016), melalui uji leksikostatik yang dialami jika mereka tidak dibekali dengan
dilakukannya guna mengetahui hubungan kesadaran untuk menjaga dan mencintai
dialektologis bahasa Sambori dengan bahasa eksistensi bahasa suku mereka.
Bima dan mengingat bahasa Sambori berada
terisolasi di puncak gunung, maka dapat b. Perbedaan dialek masyarakat adat desa
diasumsikan bahwa (a) bahasa ini lebih tua sambori dengan masyarakat mbojo
usianya dari bahasa Bima di pesisir terutama pada umunya
dialek Sera Suba yang dijadikan acuan dalam Diperoleh dari definisi beberapa ahli
analisis ini, dan (b) perubahan bunyi terjadi dari dialektologi, pada umumnya dialektologi
bahasa Sambori sebagai bahasa Bima lama dipandang sebagai suatu kajian dalam bidang
menjadi bahasa Bima kontemporer (baca: ilmu linguistik interdisiplener yang membahas
dialek Sera Suba). kajian variasi bahasa yang berkaitan tentang

32
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

geografi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan Beberapa yang lebih umum dipaparkan sebagai
sosiolinguistik, bahkan untuk menafsirkan berikut: fronting, backing, stopping,
kata-kata tertentu dapat memanfaatkan filologi, denasalisation, frication, gliding, labialization,
kajian tentang naskah lama. Haryadi (2015) vowel harmony, consonant harmony, voicing
menyebutkan dialek dalam Kamus Linguistik change, feature synthesi.
adalah variasi bahasa yang berbeda-beda Untuk perubahan bunyi, ditemukan
menurut pemakai. Pemakai yang dimaksud systemic simplification bagian voicing change.
orang yang berada di lingkungan tertentu Berdasarkan Williamson (2016) definisi
dengan ciri khasnya masing-masing dari setiap voicing change ialah “ replacing voiceless
daerah. Untuk mendeskripsikan perbedaan consonants with voiced consonants and voiced
unsur-unsur kebahasaan yang ada dapat dilihat consonants with voiceless consonants. And, the
dari segi fonologi, morfologi, dan leksikon. voicing of the affected consonant ‘anticipates’
Yusra (2016) menemukan ada beberapa hal the immediately following voicing of the vowel.
yang berkaitan tentang dialektologis Or it called regressive asimilation or
masyarakat mbojo pada umumnya dan anticipatory assimilation. Another term can be
masyarakat sambori sebagai berikut: a) Bahasa mentioned as anticipatory context-sensitive
Sambori dan Bima memiliki unsur linguistik voicing.”
yang serupa walaupun dalam beberapa hal
terdapat variasi yang terpola, (b) secara For example :
dialektologis, bahasa Sambori dan Bima (1) Tea /ti/
merupakan dialek berbeda dari bahasa yang (stop voiceless)→/di/ (stop voiced)
sama. Dari analisis leksikostatistik ditemukan
bahwa terdapat perbedaan kosakata dasar Anticipatory context-sensitive voicing
sekitar 61.2% dan disimpulkan bahwa bahasa termasuk sebagai berikut.
Sambori merupakan dialek berbeda dari dialek
Sera Suba yang digunakan untuk mewakili Examples:
bahasa Bima. (2) Jeruk /Tungga/ (stop
Sehubungan dengan salah satu definisi voiceless) → /Dungga/ (stop voiced)
dialek yaitu mengkaji tentang variasi bahasa, (3) Melihat / Eta/ (stop
maka unsur bahasapun memberikan kontribusi voiceless) → / Eda/ (stop voiced)
besar dalam menggambarkan adanya suatu
variasi bahasa tersebut. Unsur bahasa yang Perubahan muncul pada kosa kata jeruk
terlibat antaralain fonologi, morfologi dan (a) Tungga dituturkan oleh orang sambori
leksikan. Secara umum pada ilmu fonologi, sedangkan dungga dituturkan oleh masyarakat
simplifikasi atau penyerderhanaan dibedakan bima apada umumnya. dan Melihat (b) Eta
menjadi dua yaitu structural simplification dan dituturkan oleh orang sambori sedangkan Eda
Systemic simplification.Untuk systemic dituturkan oleh masyarakat bima apada
simplification secara sistematis mengubah jenis umumnya hal ini disebut dengan regressive/
bunyi ujaran tertentu dan menggantinya dengan anticipatory assimilation. Data-data hasil
bunyi ujaran lain. Systemic simplifying temuan yang lain dapat dilihat pada tabel 2 pada
processes dapat dibagi menjadi dua yaitu halaman 14. Adapun terdapat istilah voiced
subtitution dan assimilation. Ada banyak jenis mengarah pada getaran pita suara saat suara
penyederhanaan sistemik yang diamati dalam sedang dibuat. Sedangkan voiceless diterapkan
percakapan yang biasanya berkembang. pada suara yang dibuat tanpa getaran pita suara.

33
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Kedua istilah ini didefinisikan berdasarkan pada (4b) prefiks {Ka} biasa digunakan oleh
Bowen (2011) yang berbunyi “the term 'voiced' masyarakat bima pada umumnya.
refers to the vibration of the vocal cords while Adapun dari segi leksikologi, artinya
the sound is being made. The term 'voiceless' is yang menyangkut pembendaharaan kata atau
applied to sounds that are made without vocal leksikon, tentunya terjadi beberapa perbedaan.
cord vibration. The terms fricative, glide, stop, Misalnya seperti dibawah ini:
nasal, liquid and affricate refer to the way the (5) a. Uta moro b. Uta mbeca
sounds are made, or the "manner of Sayur
articulation." (6) a. Manu b. Janga
Dari segi morfologi, suku sambori mengenal Ayam
awalan {pa} sedangkan suku mbojo pada (7) a. Rau b. Dana
umumnya mengenal awalan {ka). Seperti Tanah
contoh dibawah ini. Bagian (lihat 5 a,6a, dan 7a) adalalah
pembendaharaan kata yang dimiliki oleh
(4) a. Paraso b. Karaso masyarakat sambori dan bagian (lihat 5b,6b,dan
PRE-bersih PRE-bersih 7b) merupakan leksikon dari masyarakat bima
bersihkan bersihkan pada umumnya. Adapun tabel 1. konsonan
Bahasa Sambori dan tabel 2. Hasil identifikasi
Berdasarkan (4 a), awalan {Pa} pada kata dasar perbedaan dari variasi bahasa Mbojo pada
raso merupakan awalan (prefiks) yang biasa umunya dan Sambori yang dapat diidentifikasi
digunakan oleh masyarakat sambori, sedangkan lebih lanjut sebagai berikut:
Tabel 1. Konsonan dalam bahasa Sambori

Sumber : Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia, Agustus 2016, 147-161Volume ke-34, No. 2

34
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Tabel 2. Hasil identifikasi perbedaan dari variasi bahasa Mbojo pada umunya dan
Sambori
NO DATA

Identifikasi Indo Sambori Bima Ket


perbedaan
1 Fonologi Jeruk Tungga Dungga
Mata Eta Eda Stop consonant :
Batu Watu Wadu Voiceless /t/ menjadi
Telaga kecil Tiwu Diwu voiced /d/
Padi Pare Fare
Jamur Sasoro Cacoro
Pura-pura Soro-soro Coro-coro Obstruent / [-
Gelap Rundu Rindi sonorant} menjadi [-
Berani Dusa Disa continuant]
Payung Hadu Paju Atau
Kuburan Rate Rade voiceless fricative /s/
Panci Loa Roa menjadi voiceless
Tujuh Pitu Pidu affricative /c/
Basah Mpisa Mbeca
Lidah Rera Lera
Pipi Lawe Rawe [+sonorant] lateral
Mangga Pou Fo’o liquid
Bayam Natu Nadu / ɭ / menjadi retroflex
Manis Masi Maci Liquid / ɽ͡/
Sapi Sopi Cafi
Voiceless Bilabial
stop /p/ menjadi
voiceless labiodental
fricative /f/

2 Morfologi bersihkan Paraso karaso Biasa menggunakan


Berpikir Pawara Kawara {Pa }dan {ma} untuk
Memakan Manga’a Ngaha sambori dan
Mencuci Manu’ba Du’ba {Ka}untuk bima
Berlari Palai Rai umumnya pada
Takut Manta’u Dahu (bv,av, adj)
Pepaya Kapaja Panja bv : Behavioral
av : action verb
adj : adjective

3 Penanda Arah Ini Nde e ake Dem:loc:spatial:proxi


di sini Ndia ta ake mal;

itu ne ede
Di sana tiwa ta aka

35
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

Dem:loc:spatial:S-
distal

4 Leksikon Sayur Uta moro Uta mbeca Merubah arti


Ayam Manu Janga
Tanah Rau Dana

Sumber : Hasil observasi, wawancara dan studi dokumen

Penelitian Terkait KESIMPULAN


Untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis perbedan-perbedaan yang Adapun kesimpulan yang bisa diperoleh
menjadi identitias etnis kedua masyarakat berdasarkan hasil analisis ini ialah menariknya
diatas, maka peneliti melakukan studi dokumen berbagai macam perbedaan dalam variasi
yang berkaitan dengan hal – hal yang akan bahasa yang dapat dipahami melalui unsur-
diteliti. Terbatasnya penelitian tentang unsur linguistik dan turut menjadikan kedua
dialektologis di Nusa Tenggara Barat ini masyarakat ini mempunyai keunikan tersendiri.
membuat para peneliti bahasa lokal Terlebih, bagi masyarakat sambori yang berada
SASAMBO (Sasak Samawa Mbojo) ataupun di atas gunung yang bernama Lambitu ini
dialeknya sedikit bekerja keras dalam mencari merupakan kekayaan suatu warisan bahasa (a
ataupun menggali referensi yang cukup heritage language). Hadirnya perbedaan pada
mendalam. Hal ini disebabkan karena referensi fonologi yang mengalami proses simplifikasi
seperti jurnal online yang sangat mudah diakses yang terjadi pada jenis konsonan, morfologi
untuk dijadikan rujukan penelitian tersebut yang meliputi awalan (prefiks), leksikon (baik
jumlahnya cukup minim. Namun, terdapat itu kata penanda arah, kata benda, kata kerja,
salah satu penelitian tentang dialek bahasa bima behavioral verb, action verb) menjadikan
(Nggahi Mbojo) baru-baru ini yang dapat masyarakat sambori tidak hanya memiliki
dijadikan rujukan sangat akurat yaitu dari Yusra variasi bahasa (dialek), namun memiliki bahasa
(2016) pada jurnal Masyarakat Indonesia yang tersendiri yang berbeda dengan Nggahi Mbojo
berjudul “ Kedudukan Dialektologis Bahasa atau bahasa bima yang berkembang saat ini
Sambori Dalam Masyarakat Bima (kontemporer).
Kontemporer”. Berdasarkan data yang
dianalisis secara linguistik dengan pendekatan
leksikostatistik dan ditemukan bahwa bahasa
Sambori adalah dialek yang berbeda dengan
bahasa Bima kontemporer dengan perbedaan
pada tataran kosakata dengan perubahan bunyi
konsonan dan vokal terpola secara baik.

36
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
Ariani Rosadi; Variasi Bahasa Sambori… (23-37)

DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Abdullah. 1986. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung : Djatnika.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta :


Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Guntur, Henry.1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa.

Haryadi, Dwi. 2015. Pemetaan Bahasa Jawa di Kabupaten Purbalingga (Kajian Dialektologi)

Mackey, W.F. 1986. Analisis Bahasa. Surabaya : Usaha Nasional.

Mulyatiningsih, Endang. 2010. Bahasa Indonesia untuk penyusunan KTI. Program Studi
Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY, Yogyakarta.

Santoso, K. B.1990. Problematika Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa.

Smaradhipa, Galih. Bertutur dengan Tulisan diposting dari situs http://www.rayakultura.com.


12/05/2005.

Soejono, A.G.1983. Metode Khusus Bahasa Indonesia. Bandung : C.V. Ilmu.

Stiawan, Yasin. Perkembangan Bahasa diposting dari situs. http://www.siaksoft.com. 16/01/2006.


Tarigan.

Syamsuddin, A.R.1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka Jakarta.

Pangabean, Maruli.1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta : Gramedia.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta : IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta : Gramedia.

Williamson, Graham. 2016. https://www.sltinfo.com/phon101-voicing-change/ .


diakses pada 25 november 2018

Williamson, Graham. 2016https://www.sltinfo.com/systemic-simplifications/.


diakses pada 25 november 2018

Yusra, Kamaludin. 2016. Mayarakat llinguistik indonesia, vol ke-34, No.2

37

Anda mungkin juga menyukai