Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah sektor yang paling berpengaruh dalam

berkembangnya suatu bangsa. Pendidikan berperan dalam menciptakan

generasi baru yang lebih cerdas. Proses pendidikan dapat terjadi dimana

saja, salah satunya yang dianggap paling berpengaruh adalah pendidikan

pada jenjang sekolah. Pendidikan di sekolah tercipta melalui interaksi

antara guru dengan siswa melalui proses pembelajaran. Berkaitan dengan

berkembangnya pendidikan tersebut, seorang guru dituntut agar memiliki

pengetahuan mengenai inovasi dalam pembelajaran. Inovasi tersebut

dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar lebih baik dan lebih menarik,

sehingga dalam proses pembelajaran peran guru sangat penting dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru dapat

membuat siswa menjadi lebih bersemangat, aktif, dan bisa lebih antusias

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan berdampak

positif terhadap hasil belajarnya.

Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional No.20 Tahun

2003 (Purnomo, dkk, 2013:60), menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran didalam kelas

1
2

melibatkan beberapa komponen diantaranya manusia dan penggunaan

beberapa media atau sumber-sumber belajar yang dapat mendukung

terjadinya proses belajar sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan bahan pelajaran sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Daryanto, 2010:6). Sementara menurut Hamalik

(dalam Arsyad, 2009:19), media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan

membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Salah satu media

pembelajaran yang sudah berkembang adalah media cetak.

Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui

proses pencetakan/​printing atau ​offset (Susilana & Cepi,2007:14). Media

cetak menyajikan pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang

diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang

disajikan. Menurut Arsyad, (2011:88), media cetak mempunyai beberapa

kelebihan dalam pembelajaran yaitu: dapat menyajikan pesan atau

informasi dalam jumlah yang banyak, dapat dipelajari oleh siswa sesuai

dengan kebutuhan dan minat, dan dapat dipelajari kapan dan dimana saja

karena mudah dibawa dan akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan
3

gambar dan warna, dan perbaikan/revisi mudah dilakukan. Satu diantara

contoh dari media cetak yang digunakan adalah modul.

Modul merupakan salah satu media berbahan cetak yang terdiri dari

suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan desain

sedemikian rupa untuk kepentingan belajar siswa. Media yang cocok

digunakan untuk menerapkan pembelajaran mandiri terutama pada materi

jamur adalah modul cetak. Satu paket modul biasanya memiliki komponen

petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci

lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes (Susilana & Cepi,

2007:15). Menurut Apriliyah & Wahjudi (Tanpa tahun) “modul

merupakan suatu media pembelajaran yang memuat satu unit pengajaran

dimana siswa harus menguasai satu unit materi sebelum melangkah ke

materi berikutnya.”

Berdasarkan wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1

Kembayan pada tanggal 5 Oktober 2015 bahwa modul belum gunakan

sebagai media pembelajaran pada materi jamur dan pelajaran biologi kelas

X SMA hanya 2 JP dalam seminggu. Adapun dalam proses pembelajaran

sumber belajar yang biasa digunakan yaitu bahan ajar berupa buku ajar

dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain itu, berdasarkan hasil wawancara

juga diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran pada materi jamur

selain penyampaian teori juga terdapat kegiatan praktik yaitu dengan

menggunakan pengamatan objek jamur secara langsung yang diperoleh


4

dari lingkungan sekolah dan diamati ciri-ciri nya dan perbedaan dari setiap

jenis jamur secara langsung dilapangan.

Jamur yang biasa diambil dalam kegiatan pengamatan berjumlah 5

diantaranya yaitu jamur kuping, jamur merang, jamur mangkuk, jamur

tengkawang, dan jamur sawit. Guru menjelaskan bahwa masih banyak

siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi jamur terutama dalam

bagaimana reproduksi jamur,klasifikasi, dan peranannya. Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dari SMA Negeri 1

Kembayanadalah 75, namun masih ada siswa yang nilai ulangannya

dibawah KKM dengan presentase siswa yang tidak tuntas pada materi

jamur adalah 21% yaitu sebanyak 40 siswa dan siswa yang dapat mencapai

KKM berkisar 79% yaitu 153 siswa dari total jumlah siswa sebanyak 193

orang (Lampiran D-5).

Hasil wawancara dengan siswa kelas X SMA Negeri 1 Kembayan

juga menjelaskan bahwa pada saat pengamatan jamur dilapangan

mengalami kesulitan terutama dari nama latin, ciri-ciri, deskripsinya, serta

reproduksi dari jamur hal ini disebabkan kurangnya referensi dan media

yang mendukung. Dalam buku ajar maupun Lembar Kerja Siswa (LKS)

hanya terdapat materi jamur secara umumnya saja, oleh karena itu

diperlukan media pembelajaran berupa modul tentang jamur makroskopis

tujuannya agar mempermudah guru dalam mengajar dan diharapkan


5

modul ini dapat menjadi panduan siswa dalam melakukan pengamatan

dilapangan serta melatih siswa untuk bisa belajar secara mandiri.

Berdasarkan penelitian Wibowo, dkk (2013:76), mengemukakan hasil

penelitian pengaruh penggunaan modul pada penelitian bentos pada pokok

bahasan pencemaran lingkungan terhadap keterampilan proses sains siswa

kelas X SMA. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan

modul hasil penelitian bentos sebagai bioindikator pada pokok bahasan

pencemaran lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan keterampilan

proses sains siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai KPS

secara keseluruhan yang hasilnya lebih tinggi kelompok eksperimen

dengan nilai rata-rata 85 dari pada kelompok kontrol dengan nilai rata-rata

77.

Hutan di Kalimantan Barat mempunyai potensi untuk tumbuhnya

beragam flora karena Hutan di Kalimantan Barat termasuk dalam hutan

hujan tropis. Menurut Indriyanto (2006:6), hutan hujan tropis terbentuk

oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2000-4000 mm per

tahun, rata-rata temperatur 25​0​C dengan perbedaan temperatur yang kecil

sepanjang tahun dan rata-rata kelembaban udara 80%. Kondisi iklim di

Kalimantan Barat memiliki temperatur suhu rata-rata 22,60°C-33,80°C,

kelembaban rata-rata 85,20%, dan penyinaran matahari 48% (Budiyono,

2009:88). Dengan kondisi iklim tersebut maka merupakan menjadi habitat

yang cocok bagi kehidupan jamur makroskopis.


6

Ada beberapa penelitian tentang jenis-jenis jamur makroskopis yang

pernah dilakukan di Kalimantan Barat, antara lain: 20 jenis jamur

makroskopis di Hutan Rawa Gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan

Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya (Wahyudi, dkk, 2012), 49 jenis

jamur makroskopis di Hutan Adat Kantuk di Kabupaten Sintang

(Syafrizal, 2014), 57 jenis jamur makroskopis di Gunung Senujuh

Kabupaten Sambas (Yunida, 2014), dan 32 jenis jamur Basidiomycetes di

Hutan Bukit Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu

(Sari, dkk, 2015).

Provinsi Kalimantan Barat mempunyai luas hutan sebesar 9,176 juta

hektar (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kayong Utara,2011). Salah satu

Hutan yang terdapat di Kalimanatan Barat adalah Hutan LindungGunung

Rayap. Gunung ini termasuk dalam Kawasan Hutan lindung karena telah

memenuhi beberapa kriteria Hutan lindung menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No.44 tahun 2004. Di Gunung Rayap ini belum

pernah dilakukan penelitian sebelumnya, sehingga belum diketahui

jenis-jenis jamur makroskopis yang terdapat di Gunung tersebut. Hutan

lindung Gunung Rayap merupakan Gunung yang terdapat di Desa

Sebuduh, Dusun Segok Sebaboi, Kecamatan Kembayan dengan luas

Hutan sebesar 916 Ha. Kawasan Hutan Lindung Gunung Rayap ini

pegunungan dengan didominasi hutan hujan tropis yang tergenang air

dibeberapa daerah.
7

Jamur adalah cendawan sejati yang ukurannya relatif besar

(makroskopis), dapat dilihat dengan kasat mata, dapat dipegang atau

dipetik dengan tangan, dan bentuknya mencolok (Gunawan, 2001:10).

Secara alami, jamur dapat tumbuh pada musim tertentu dalam satu tahun.

Suhu optimum berbeda-beda untuk setiap spesies tetapi pada umumnya

jamur dapat tumbuh pada suhu antara 22​0​C dan 35​0 C. Secara umum jamur

memerlukan kelembapan relatif yang cukup tinggi kelembapan relatif

sebesar 95-100%.

Jamur atau ​mushroom adalah fungi atau cendawan yang mempunyai

tubuh buah seperti payung (Sinaga, 2005: 1). Tubuh buah jamur umumnya

berbentuk payung (ada juga yang berbentuk mangkuk, kuping setengah

lingkaran dan bulat) dan mempunyai akar semu (​rhizoids​), batang/tangkai

(​slipe)​ , tudung/cap (​pileus​), bilah (​lamellae/gills​), serta kadang disertai

cincin (​annulus/ring​) dan cawan(​volva)​ (Sinaga, 2005: 2). Dalam aspek

ekologis jamur juga dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Hal ini

karena jamur (fungi) dan bakteri merupakan pengurai utama yang menjaga

tersedianya nutrient anorganik yang sangat penting bagi pertumbuhan

tumbuhan di ekosistem (Cambpell, dkk, 2003). Diantara jamur yang

tumbuh secara alami, sebanyak 49 spesies dapat dimakan oleh penduduk

di daerah Jaya Wijaya. Jamur selain dikonsumsi, ada juga jenis jamur yang

diketahui berkasiat obat yaitu jamur mitake (​Grifola frondosa)​ yang dapat

mencegah tumor dan kanker (Gunawan, 2001:2).


8

Berdasarkan dari hasil riset di Gunung Rayap pada tanggal 29-30

mei 2016 ditemukan sebanyak 53 jenis jamur makroskopis, beberapa

diantaranya dapat dilihat pada Gambar 1.

(A) (B) (C)

GAMBAR 1.1:​Trametes hirsuta (A), ​Lichenomphalia umbellifera


(B), dan ​Hygrophorus eburneus​ (C) .
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Beberapa jenis jamur makroskopis yang ditemukan ada yang sudah

dimanfaatkan warga untuk dikonsumsi diantaranya jamur kuping

(​Auricularia delicata)​ (Gambar C), ada juga jamur yang merusak pohon

seperti ​Ganoderma sp. (Gambar A), ditemukan juga jamur yang berbentuk

langka seperti jamur bintang (​Geastrum sp.) (Gambar B), karena

beragamnya jenis jamur di Hutan Lindung Gunung Rayap tersebut maka

disusun modul yang dapat dijadikan media belajar pada materi fungi yang

diharapkan siswa dapat belajar dengan mandiri serta kegiatan belajar

menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga dapat

meningkatkan minat belajar siswa dan memudahkan siswa untuk

mengetahui jamur tanpa melihat musim karena modul dalam penelitian ini
9

dilengkapi dengan gambar-gambar hasil inventarisasi jamur di Gunung

Rayap Desa Sebuduh, Kecamatan Kembayan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Pembuatan Modul Materi Jamur Kelas X SMA Dari

Hasil Inventarisasi Jamur Makroskopis di Gunung Rayap Kecamatan

Kembayan ”.

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah modul jamur makroskopis dari hasil inventarisasi jamur

makroskopis di Hutan Lindung Gunung Rayap Kecamatan Kembayan

layak digunakan sebagai media pembelajaran pada materi jamur kelas

X SMA?

2. Apa saja jenis-jenis jamur makroskopis yang terdapat di Hutan

Lindung Gunung Rayap Kecamatan Kembayan?

C. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk memperjelas istilah serta menghindari salah tafsir dari

pembaca, maka diperlukan penegasan istilah. Penegasan istilah dalam

pendidikan ini adalah sebagai berikut:

1. Modul

Modul merupakan suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan

terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk


10

membantu siswa belajar mandiri dalam mencapai sejumlah tujuan

yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul yang dibuat pada

penelitian ini berisi informasi visual yang mencakup petunjuk

penggunaan modul, indikator, standar kompetensi, kompetensi dasar

tujuan pembelajaran, uraian singkat materi jamur, rangkuman,

glosarium, lembaran kegiatan siswa, lembaran tes, kunci lembaran tes

dan contoh jenis-jenis jamur makroskopis disertai gambar dilengkapi

dengan nama latin, klasifikasi, deskripsi dan peranan jamur dari hasil

inventarisasi jamur makroskopis di Gunung Rayap, Desa Sebuduh,

Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau. sehingga dapat

diharapkan siswa dapat belajar dengan mandiri serta kegiatan belajar

menjadi lebih menarik dan tidak membosankan karena modul

dilengkapi dengan gambar-gambar dari hasil inventarisasi jamur yang

terdapat di Gunung Rayap Desa Sebuduh, Kecamatan Kembayan,

Kabupaten Sanggau.

2. Jamur Makroskopis

Menurut Gunawan (2001:10),“jamur merupakan cendawan sejati

yang ukurannya besar (makroskopik), dapat dilihat dengan kasat mata,

dapat dipegang atau dipetik dengan tangan dan bentuknya mencolok.”

Jamur makroskopis dalam penelitian ini adalah cendawan sejati yang

ukurannya relatif besar yang termasuk dalam divisi Basidiomycota dan

Ascomycota yang terdapat di Gunung Rayap di Desa Sebuduh


11

Kecamatan Kembayan.Materi jamur merupakan materi yang terdapat

pada jenjang SMA kelas X dengan kompetensi dasar Mendeskripsikan

ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan,

dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan dan terdiri dari

bebarapa submateri yaitu: ciri-ciri jamur, reproduksi jamur, klasifikasi

jamur, dan peranan jamur itu sendiri bagi kehidupan.

3. Inventarisasi

Menurut Poerwadarminta (2007:451), inventarisasi adalah

pencatatan atau pengumpulan data. Inventarisasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah proses pencatatan atau pengumpulan data,

pengoleksian, identifikasi, dan pengelompokan jenis-jenis jamur

makroskopis yang terdapat di Gunung Rayap Desa Sebuduh

Kecamatan Kembayan.

4. Gunung Rayap

Gunung Rayap merupakan wilayah yang akan dijadikan tempat

penelitian. Hutan Lindung Gunung Rayap merupakan Gunung yang

terdapat di Dusun Sebaboi Desa Sebuduh Kecamatan

Kembayan.Gunung Rayap ini masuk dalam kawasan hutan lindung

berdasarkan SK MENTAN No. 757/Kpta/Um/10/1982 T tanggal 12

Oktober 1982 dan SK MENDAGRI No. 143 tahun 1995 tanggal 2

november 1995dan luasnya sebesar 916 Ha. Batas Gunung ini yaitu
12

bagian utara dengan Desa Semayang, bagian timur dengan Desa

Tanap, bagian selatan dengan Dusun Segok Sebaboi dan bagian barat

dengan Desa Engkasan.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengukur kelayakan modul jamur makroskopis dari hasil

Inventarisasi Jamur Di Hutan Lindung Gunung Rayap Kecamatan

Kembayan sebagai media pembelajaran pada materi jamur di kelas X

SMA.

2. Untuk menginventarisasi jenis-jenis jamur makroskopis yang terdapat

di Hutan Lindung Gunung Rayap Kecamatan Kembayan.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru

a. Dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang jenis-jenis

jamur makroskopis Divisi Basidiomycota dan Ascomycota

pada materi jamur kelas X

b. Dapat digunakan sebagai alternative media pembelajaran

mengenai materi jamur di kelas X SMA

2. Bagi Siswa
13

a. Dapat menambah pengetahuan tentang jenis-jenis jamur

makroskopis dari divi Basidiomycota dan Ascomycota pada

materi jamur di kelas X SMA.

b. Dapat menumbuhkan rasa cinta dan menjaga kelestarian hutan

3. Bagi Sekolah

a. Dapat memberikan inovasi media alternatif “ Modul” dalam

pembelajaran di sekolah terutama pada materi jamur di kelas X

SMA

b. Dapat menumbuhkan rasa cinta dan menjaga kelestarian hutan.

4. Bagi Masyarakat di Sekitar Hutan Lindung Gunung Rayap

Sebagai media informasi dan edukasi bagi masyarakat sekitar

Hutan Lindung Gunung Rayap.

5. Bagi Pemerintah Daerah

Dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis jamur

makroskopis di Gunung Rayap, Kecamatan Kembayan, Kabupaten

Sanggau, sehingga dapat dilakukan upaya pengembangan,

pembudidyaan dan pelestarian jamur makroskopis.

6. Bagi Peneliti

a. Dapat menambah wawasan tentang jenis-jenis jamur

makroskopis di Kalimantan Barat

b. Dapat membuat media pembelajaran “Modul” dengan baik.


14

Anda mungkin juga menyukai