Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan yang bersifat

edukatif. Nilai edukatif terlihat pada interaksi yang terjadi antara guru

dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk menacapai tujuan tertentu

yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan. Tentunya guru

sudah merencanakan kegiatan pembelajaran dengan sistematis dengan

memanfaatkan segala sesuatunya untuk kepentingan pembelajaran. Seorang

guru memiliki memeiliki kewajiban mengajarkan materi secara tuntas

kepada siswa, karena ini merupakan permasalah yang cukup sulit dirasakan

oleh guru (Djamarah dan Zain, 2006).

Mata pelajaran IPA banyak siswa merasakan kesulitan dalam

memahami diakrenakan kurangnya gambar yang mendukung dan banyaknya

nama-nama dalam bahasa latin yang menghamabat siswa untuk mencapai

tujuan pembalajaranseperti penelitian Dillah Widatti Mahendra

(2008)menyebutkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami

materi klasifikasi makhluk hidup dikarenakan banyaknya nama-nama ilmiah

yang sulit dihapal sehingga siswa kesulitan memahami konsep secara utuh.

Mata pelajaran IPA sangat berhubungan erat dengan kehidupan

sehari-hari, sehingga siswa dapat melihat langsung hal-hal yang nyata. Salah

1
satu materi IPA yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari adalah materi

keanekaragaman makhluk hidup. Berdasarkan silabus K-13 pada materi

keanekaragaman makhluk hidup terdapat submateri klasifikasi makhluk

hidup yang dapat mendorong karakter siswa untuk cinta dan peduli

terhadapat lingkungan disekitarnya. Klasifikasi makhluk hidup sangat erat

hubunganya dengan kebutuhan sehari-hari. Manfaat klasifikasi makhluk

yaitu klasifikasi makhluk hidup sebagai sumber pangan, sandang, papan,

obat-obatan, kosmetik dan lain sebaginya. Siswa merasa sulit mengingat

materi manfaat klasifikasi makhluk hidup disebabkan karena kurangnya

gambar tumbahan yang ingin Lestari dkk, 2019).

Diharapakn dalam pembelajaran ini, siswa dapat membentuk sikap

kepeduliannya terhadapa lingkungan disekitanya dan dapat melestarikan

keanekaragaman hayati yang ada dilingkungan sekitanya. Agar materi yang

disampaikan oleh guru dapat dikuasai oleh siswa maka diperlukan sebuah

media pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006). Media adalah alat

bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyi arti

cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut dapat memberikan semangat,

dorongan, keingintahuan siswa dalam memahami materi yang dijelaskan

oleh sebab itu media sangat penting.

Dengan adanya media dapat mewakili apa yang tidak dapat

disampaikan oleh guru mealaui kata-kata atau kalimat tertentu atau bahkan

keabstrakan materi dapat dikonkretkan dengan adanya media. Selain itu

2
menurut Karti Soharto (2003) menyatakan media dapat menggantikan

t ugas guru sebagai penyaji materi serta memiliki potensi unik yang dapat

membantu siswa belajar. Salah satunya media pembelajaran yang dapat

digunakan yaitu buku saku.

Buku saku merupakan media cetak berukuran kecil yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran. Pada penelitian Tuminah dalam

Sulistyani dkk. (2003) hasil penelitian menggunakan media buku saku

menunjukkan 82,9% siswa merespon positif dan sebanyak 17,1% siswa

merespon negatif. Pada penelitian Ami dkk. (2012) hasil penelitian

pengembangan buku saku materi sistem ekskresi manusia, siswa

memberikan respon yang baik terhadap buku saku yang dikembangkan

dengan persentase jawaban mencapai 82,5%. Alasan memilih buku saku

adalah uraian bacaan pendek, ukuran bukunya ringan sehingga mudah

dibawa, buku saku dilengkapi dengan teks dan gambar. Selain itu buku saku

yang banyak beredar di masyarakat dan di internet hanya buku saku

mengenai keagamaan, kesehatan, buku saku persiapan UAN SMP/SMA, buku

saku pramuka, buku saku Undang-Undang Dasar, buku saku kamus

istilah biologi, fisika dan kimia sedangkan buku saku tentang tumbuhan obat

saat ini belum beredar dikalangan masyarakat.

Dengan adanya buku saku diharapkan menjadi salah satu media yang

dapat digunakan untuk menarik perhatian dan minat siswa dalam

pembelajaran (Mutholib, 2011). Keunggulan dari pembatan buku saku ini

yaitu ukurannya relatif kecildengan ukuran 12cm x 9 cm sehingga mudah

3
dibawa kemanapun, uraian bacaan pendek, menggunakan banyak gambar

dan warna sehingga memberikan tampilan yang menarik.

Dengan adanya buku saku, dapat membantu siswa mengamati contoh

keanekaragaman hayati tumbuhan sebagai obat yang terdapat didaerah

sekitarya sehingga mumcul kesadaran siswa untuk meleatarikan tumbuhan

obat agar tidak hilang dan medorong karakter siswa akan cinta dan peduli

terhadap lingkungan disekitarnya. Namun buku saku juga memiliki

kelemahan (Arsyad, 2007) yaitu isi materi terbatas karena ukuran buku saku

yang kecil, buku saku yang tebal mungkin dapat membosankan dan

mematikan minat siswa untuk membacanya, apabila dijilid dan kertasnya

jelek, bahan buku saku akan mudah rusak dan sobek.

Buku saku ini memuat tentang submateri klasifikasi makhluk hidup

sebagai sumber obat-obatan. Indonesia merupakan negara yang memiliki

keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia

juga memiliki keanekaragaman budaya karena Indonesia adalah negara

Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa (BPOM, 2006).

Indonesia memilikikekayaan alam salah satunya tumbuhan berkhasiat untuk

mengobati berbagai penyakit salah satunya Coronavirus. Salah satu wilayah

di Indonesia yang memiliki kekayaan alam adalah Sumatera Selatan.

Sumatera Selatan memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati, seperti

tumbuhan berkhasiat sebagai obat Coronavirus.. Penggunaan tumbuhan

sebagai obat oleh masyarakat diwariskan secara turun temurun dari generasi

kegenerasi.

4
Pemanfaatan tumbuhan obat yang berkaitan dengan pengetahuan

masyarakat disebut etnobotani. Penelitian etnobotani tumbuhan obat di

Sumatera Selatan telah banyak dilakukan. Berdasarkan penelitian yang

mengenai Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Etnis Melayu di Sumatera

Selatan yang menemukan 73 jenis tumbuhan obat. Ini menunjukkan bahwa

Sumatera Selatan kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,

2020).

Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan telah lama

dilakukan jauh sebelum ada pelayanan kesehatan formal dengan

menggunakan obat-obatan modern. Namun, negara Indonesia yang terdiri

dari banyak pulau yang dihuni oleh berbagai suku memungkinkan terjadinya

perbedaan dalam pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Hal ini

disebabkan setiap suku memiliki pengalaman empiris dan kebudayaan yang

khas sesuai dengan daerahnya masing-masing (Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI, 2011). Kehidupan nenek moyang yang menyatu dengan alam

menumbuhkan kesadaran bahwa alam adalah penyedia obat bagi dirinya dan

masyarakat. Mulai dari sinilah berkembang pengertian obat tradisional.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, obat tradisional

merupakan produk yang terbuat dari bahan alam yang jenis dan sifat

kandungannya sangat beragam dan turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman (Badan Pengawas Obat dan Makanan

RI, 2012).

5
Salah satu masyarakat Sumatera Selatan yang masih menggunakan

tumbuhan obat adalah masyarakat di Kecamatan Talang Kelapa. Pemilihan

Kecamatan Talang Kelapa tersebut berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu

karena masyarakat di sana masih menggunakan tumbuhan sebagai obat.

Selain itu masih ada orang yang dapat menyembuhkan penyakit tertentu

dengan tumbuhan masyarakat disana memanfaatkan tumbuhan sekitar

untuk obat-obatan seperti (dukun kampung), orang yang membantu

melahirkan (dukun beranak), patah kemudi (Elephantopus scaber L.) untuk

mengobati panas dalam, ketepeng (Casia alata) untuk mengobati panu, dan

pegagan (Centella asiatica) untuk mengobati demam Masyarakat di Talang

Kelapa masih mempertahankan adat dan tradisi dalam penggunaan sumber

daya alam khususnya pemanfaatan tumbuhan sebagai obat.

Selain sebagai bahan obat-obatan untuk penyembuhan pasca

melahirkan, patah kemudi (Elephantopus scaber L.) dan lain sebagainya.

Tanaman herbal ini juga bisa digunakan untuk proses pencegahan penyakit

Coronavirus (Covid-19) yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh meliputi ramuan yang mengandung meniran, daun siri, kencur dan

mengkudu. Mengurangi batuk meliputi ramuan yang mengandung kencur,

lemon, daun mint, untuk mengurangi keluhan flu sakit tenggorokan meliputi

ramuan yang mengandung jahe, kencur, jeruk nipis, daun mint, jintan hitam,

cengkeh (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2020). Mengurangi demam

meliputi ramuan yang mengandung sambiloto (Kementerian Kesehatan RI,

2017).

6
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) saat ini sedang menarik

perhatian seluruh penduduk dunia, termasuk masyarakat Talang Kelapa,

yaitu salah satu Kecamatan yang ada di Sumatera Selatan (Badan Pusat

Statistik Kota Palembang, 2019).

Seluruh dunia telah melakukan berbagai upaya untuk melawan

pandemi covid-19 tetapi belum ditemukan obat spesifik pembasmi virus ini.

Sementara dunia telah memasuki tatanan hidup baru (new normal life) yaitu

suatu gaya hidup berdamai dengan covid-19. Sementara para ahli

melakukan riset-riset terbaru untuk menemukan obat pembunuh virus

corona, penduduk primitif di berbagai belahan dunia tetap hidup dalam

tradisinya menjaga pengetahuan etnisnya tentang penyembuhan penyakit

menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagaimana yang dilakukan oleh nenek

moyang kita terdahulu (Hidayat, 2015: 169). Sama seperti keyakinan etnis

lainnya, suku penduduk Kecamatan Talang Kelapa pun yakin terhadap

khasiat tumbuhan penyembuh penyakit. Masyarakat Talang Kelapa meyakini

akan adanya khasiat jenis (spesies) tumbuhan yang dapat mencegah penyakit

virus corona. Jenis tumbuhan ini mudah kita dapatkan dalam kehidupan

sehari-hari (Badan Pusat Statistik Kota Palembang, 2019).

Pada penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Dudani dan Saraogi

yaitu pengobatan herbal dapat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi

karena itu adalah satu-satunya alternatif yang tersisa untuk saat ini.

Beberapa hasil terbukti efektif yang diamati dengan pemberian obat herbal

(Dudani & Saraogi, 2020). Hasil laporan penelitian Ang dkk juga melaporkan

7
hasil efek yang signifikan dari terapi kombinasi obat herbal dengan Western.

Obat pada tingkat efektif dan penurunan gejala. Ini mengungkapkan potensi

peranobat herbal dalam mengobati Covid-19 (Ang et al., 2019). Berdasarkan

penelitian Panyod&Sheen juga melaporkan bahwa saat ini literatur

memberikan bukti nyata pengobatan herbal sebagai potensi efektif antivirus

melawan SARS-CoV-2 dan sebagai agen pencegahan melawan Covid-19.

Dengan demikian, terapi diet dan jamu bisa menjadi terapi pencegahan

komplementer untuk Covid-19 (Panyod et al., 2020).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui mengenai

penggunaan herbal untuk pencegah Covid-19 khususnya di masyarakat

Kecamatan Talang Kelapa. Hal ini terbukti dari hasil wawancara tanggal 05

Maret 2021 yang menyatakan bahwa. kawasan Kecamatan Talang Kelapa

memiliki keuntungan tersendiri karena masih terdapat hutan yang

didalamnya ditemukan berbagai macam jenis tumbuhan termasuk tumbuhan

yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk obat-obatan, tetapi

masyarakat Talang Kelapa banyak mengambil tumbuhan obat dihutan

kemudian menanamnya di pekarangan rumah dengan alasan agar saat

diperlukan dapat dengan mudah mengambilnya dibandingkan harus ke

hutan karena jaraknya yang jauh (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan, 2020)

Namun ancaman terhadap sumber daya hayati dan pengetahuan

tradisional masyarakat berlanjut akibat adanya eksploitasi sumber daya alam

berupa pembukaan lahan oleh masyarakat untuk perkebunan karet dan

8
sawit, di Kecamatan Talang Kelapa. Untuk mengantisipasi agar pengetahuan

masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tidak hilang,

maka harus dilakukan pendokumentasian dengan melakukan penelitian

inventarisasi tumbuhan obat di Kecamatan Talang Kelapa. Hasil penelitian

inventarisasi tumbuhan obat dapat menggambarkan klasifikasi makhluk

hidup (Khotimah Lasmita Sari, 2015). Manfaat klasifikasi makhluk hidup

merupakan subpokok bahasan pada materi klasifikasi makhluk hidup di

kelas VII. Dari hasil penelitian inventarisasi tumbuhan obat ini dapat

dijadikan sebagai media pembelajaran bagi siswa sehingga dalam kegiatan

pembelajaran tersebut siswa dapat mengumpulkan informasi tentang

tumbuhan yang berkhasiat obat untuk mengenalkan potensi tumbuhan obat

yang ada di Sumatera Selatan terutama potensi di daerahnya sendiri di

Kecamatan Talang Kelapa. Manfaat tumbuhan sangat perlu diketahui siswa

agar muncul rasa sadar untuk melestarikan lingkungan sekitarnya (Majid,

2018).

Dengan adanya potensi tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Kecamatan Talang Kelapa, kita perlu melakukan dokumentasi

baik dalam bentuk tertulis agar pengetahuan masyarakat mengenai

pemanfaatan tumbuhan obat tidak hilang. Dengan adanya penelitian

inventarisasi tumbuhan obat ini, diharapkan dapat mengungkapkan manfaat

keanekaragaman hayati di Sumatera Selatan khususnya di Kecamatan Talang

Kelapa. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengembangan Buku Saku (Pemanfaatan

9
Tumbuhan Obat Masyarakat Kecamatan Talang Kelapa Untuk Mencegah

Covid-19) Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Di SMP Negeri 1 Talang

Kelapa”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kevalidan buku saku dengan materi klasifikasi makhluk hidup

di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

2. Bagaimana kepraktisan buku saku dengan materi klasifikasi makhluk hidup

di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

3. Bagaimana keefektifan buku saku dengan materi klasifikasi makhluk hidup

di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kevalidan buku saku dengan materi klasifikasi makhluk hidup

di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

2. Mengetahui kepraktisan buku saku dengan materi klasifikasi makhluk

hidup i di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

3. Mengetahui keefektifan buku saku dengan materi klasifikasi makhluk hidup

di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

D. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Buku saku IPA pada pokok bahasan klasifikasi makhluk hidup

ditunjukkan untuk siswa SMP Negeri 1 Talang Kelapa

2. Buku saku IPA yang dikembangkan disusun dengan mengaitkan materi

klasifikasi makhluk hidup (spesies) yang dapat mencegah covid-19

10
3. Buku saku IPA disajikan dengan mengaitkan materi klasifikasi makhluk

hidup (spesies) agar peserta didik dapat menemukan sendiri tumbuhan

yang dapat mencegah penyakit melalui kegiatan percobaan

E. Manfaat Penelitan

1. Bagi peserta didik

a) Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar

secara mandiri dengan bimbingan guru.

b) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetisi yang harus dipelajari.

2. Bagi Guru

a) Buku saku yang dihasilkan dapat mempermudah guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran dan sebagai contoh untuk

melakukan pengembangan perangkat pembelajaran lainnya.

b) Menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan guru dalam

mengembangkan buku saku untuk mencegah covid-19

3. Bagi Sekolah

Mendapatkan tambahan referensi berupa buku saku yang sesuai dengan

proses pembelajaran

4. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti mengenai

pengembangan buku saku klasifikasi makhluk hidup untuk mencegah

covid-19 di SMP Negeri 1 Talang Kelapa.

11
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a) Buku saku klasifikasi makhluk hidup dapat digunakan dalam proses belajar

mengajar siswa kelas VII

b) Instrumen yang telah divalidasi mampu mengukur secara valid dan benar

2. Keterbatasan pengembangan

a) Materi yang didapatkan dengan buku saku hanya terbatas pada klasifikasi

makhluk hidup Sintak yang digunakan dalam pengembangan buku saku model

pengembangannya memiliki empat tahapan pengembangan

b) Penelitian pengembangan dilaksanakan dengan sampel terbatas.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Klasifikasi Makhluk Hidup Pencegahan Covid-19

Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan dan pengkategorian yang

didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem

klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki

persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut

dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki

persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang

berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778),

seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarang dengan

Carolus Linnaeus.

Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan

makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Golongan-golongan ini disusun

secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu mulai dari yang lebih

kecil tingkatannya hingga ke tingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip

dan cara mengelompokkan makhluk hidup ke dalam golongannya disebut taksonomi

atau sistematik.

Prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup menurut ilmu taksonomi

adalah dengan membentuk takson. Takson dibentuk dengan jalan mencandra objek

atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri maupun perbedaan

yang dapat diamati. Mencandra berarti mengidentifikasi, membuat deskripsi, dan

13
memberi nama. Selanjutnya, makhluk hidup yang memiliki persamaan ciri

dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut takson.

Dengan cara demikian dapat dibentuk banyak takson. Takson adalah kelompok

makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan ciri. Kemudian, tiap-tiap

takson tersebut ditempatkan pada tempatnya (posisinya) sesuai dengan tingkatannya.

Langkah-langkah pembentukan takson mengikuti sistem tertentu. Itulah sebabnya

taksonomi disebut pula sistematik Grameds.

B. Tujuan Klasifikasi Mahluk Hidup

Mengapa makhluk hidup yang ada di bumi perlu dikelompokkan? Berikut ini akan

dipaparkan beberapa tujuan dilakukannya klasifikasi makhluk hidup:

1. Mempermudah Proses Mempelajari Makhluk Hidup

Klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan mengelompokkan makhluk hidup

berdasarkan ciri-cirinya. Dengan mengetahui klasifikasi makhluk hidup tertentu

kita sekaligus mengetahui ciri-ciri dari makhluk tersebut, kita juga akan

mempelajari makhluk hidup apa saja yang memiliki ciri yang serupa.

2. Mengetahui Hubungan Kekerabatan

Klasifikasi makhluk hidup terjadi karena adanya pengelompokan berdasarkan

ciri. Tingkat takson yang diperkenalkan oleh Linnaeus dapat membantu kita

mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup yang satu dengan

makhluk hidup yang lainnya. Dengan mengetahui ciri-ciri makhluk hidup

berdasarkan tingkatan takson, kita jadi memahami hubungan kekerabatan pada

makhluk hidup Grameds.

3. Membedakan Makhluk Hidup yang Satu dengan yang Lainnya

14
4. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup, kita dapat mengetahui

dan membedakan makhluk hidup satu dengan yang lainnya. Misalnya antara

kera dan monyet, meskipun mirip namun keduanya memiliki nama ilmiah yang

berbeda karena ada ciri yang membedakan antara keduanya.

5. Menyederhanakan Objek Studi

Makhluk hidup yang ada di bumi berjumlah jutaan. Untuk mempelajarinya tentu

dibutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu, perlu dilakukan klasifikasi ilmiah

agar objek studi menjadi lebih sederhana. Klasifikasi makhluk hidup akan lebih

membantu kita untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup karena telah

dikelompokkan berdasarkan kesamaan ciri.

6. Memberi Nama

Seiring perkembangan waktu, berbagai penemuan spesies baru terus terjadi.

Spesies-spesies baru tersebut belum memiliki nama, karena itu perlu dilakukan

klasifikasi makhluk hidup. Dengan melihat ciri-ciri spesies yang ditemukan,

spesies tersebut akan memiliki nama ilmiah sesuai ciri-ciri yang ditunjukkan

Grameds.

C. Ragam Klasifikasi Mahluk Hidup

Sistem klasifikasi, dapat digolongkan menjadi tiga golongan atau kelompok,

yaitu sistem alami, sistem buatan dan sistem filogenik. Berikut urainnya:

1. Klasifikasi Sistem Alami

Pertama klasifikasi system alami, tentunya Kita sudah mengetahui bahwa

klasifikasi pada dasarnya berpijak dari adanya persamaan. Hal ini dapat kita

ketahui dengan mengamati makhluk hidup secara morfologi. Misalnya, kita

15
mengamati binatang kucing, anjing, sapi, kuda, dan harimau. Jika kita lihat

secara alami, dapat kita ketahui bahwa kelima binatang itu mempunyai empat

kaki, sehingga membentuk suatu kelompok seperti yang dikehendaki alam,

yaitu kelompok binatang berkaki empat.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa klasifikasi sistem alami

merupakan terbentuknya suatu kelompok-kelompok makhluk hidup secara

alami. Tokoh klasifikasi sistem alami adalah Aristoteles, seorang

berkebangsaan Yunani pada tahun 350 SM. Beliau membagi makhluk hidup

menjadi dua dunia (kingdom), yaitu hewan dan tumbuhan. Dunia hewan ini

dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan habitat dan perilakunya,

sedangkan tumbuhan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan strukturnya.

2. Klasifikasi Sistem Buatan

Dibandingkan sistem klasifikasi secara alami, sistem klasifikasi buatan

lebih baik, sempurna, dan mudah dipahami apabila dibandingkan sistem

klasifikasi sebelumnya. Klasifikasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl Von

Linne (1707-1778) yang dikenal dengan nama Carolus Linnaeus, seorang ahli

botani berkebangsaan Swedia. Beliau dinobatkan sebagai “Bapak Taksonomi”.

Klasifikasi makhluk hidup menurut Linnaeus didasarkan atas persamaan

dan perbedaan struktur tubuh makhluk hidup, dengan cara-cara berikut.

Mengamati dan meneliti makhluk hidup, yaitu persamaan ciri struktur tubuh

luar maupun ciri struktur tubuh dalam dari berbagai jenis makhluk hidup.

Apabila ada yang memiliki ciri struktur tubuh sama atau mirip dijadikan satu

kelompok, adapun yang memiliki ciri berlainan dikelompokkan tersendiri.

16
Memberikan istilah tertentu untuk setiap tingkatan klasifikasi yang didasarkan

pada banyak sedikitnya persamaan ciri pada setiap jenis makhluk hidup yang

dikelompokkan.

3. Klasifikasi Sistem Buatan

Filogenetik merupakan salah satu cabang dari biologi yang berhubungan,

mempelajari serta juga menentukan hubungan evolusioner, atau juga pola

keturunan, kelompok organisme. Filogeni merupakan sejarah evolusi kelompok

organisme yang saling terkait. Hal tersebut diwakili oleh pohon filogenetik yang

menunjukkan bagaimana spesies tersebut terhubunga satu sama lain dengan

melalui nenek moyang yang sama. Sebuah Klade merupakan  sekelompok

organisme yang melingkupi  leluhur dan semua keturunannya.

Linnaeus mengklasifikasikan organisme dengan berdasarkan ciri-ciri fisik

yang jelas. Pada dasarnya, organisme ini dikelompokkan bersama-sama apabila

mereka tampak sama. Setelah Darwin itu menerbitkan teori evolusi pada 1800-

an, para ilmuwan mencari cara untuk mengklasifikasikan organisme yang

menunjukkan filogeni. Filogeni merupakan sejarah evolusi dari kelompok

organisme yang terhubung.

D. Pemanfaatan Tanaman Sebagai Tumbuhan Obat

Pemanfaatan tanaman yang berpotensi sebagai obat dapat memberikan

perubahan tentang pengetahuan awal masyarakat tentang berbagai jenis

tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Berawal dari peningkatan

pengetahuan masyarakat terhadap tanaman yang berpotensi sebagai obat

selanjutnya masyarakat yang selama ini hanya mengenal bagian bagian tertentu

17
dari pengetahuan masyarakat terhadap tanaman berpotensi obat meningkat,

pemanfaatan bagian tanama berpotensi obat adalah daun, rimpang bunga, buah,

kulit batang, getah, umbi lapis, dan akar. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat

lebih maksimal terdapat tanaman yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai

obat yang dikemas dan diproduksi dengan baik mengurangi konsumsi obat kimia

dan meningkatkan nilai kesehatan masyarakat ekonomi obat tradisonal dan

meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Sholichah, L., &

Alfidhdhoh, D. 2020).

Dalam mengobati suatu jenis penyakit dapat digunakan lebih dari satu

jenis tumbuhan yang berupa ramuan obat seperti jamu, param, semar, di kunyah

dikumur dan sebagainya. Penjelasan tentang penggunaan obat terutama untuk

mengobati suatu penyakit seperti batuk, sakit kulit, sakit perut, rematik, sesak

napas, demam dan sakit kepala. Pemanfaatan obat tradisonal dapat menjadi

pilihan utama masyarakat karena akses fasilitas kesehatan yang jauh dan harga

obat sintesis yang mahal (Wardiah& Mutmainnah. 2015). Sebagian masyarakat

dapat menggunakan tanaman obat karena tanaman tersebut memiliki khasiat

khasiat tertentu. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan adalah kencur.

Seperti yang diketahui khasiat kencur bersama dengan bahan lain dalam ramuan

dapat digunakan sebagai obat desentri, maag, peluruh keringat, pencahar,

campuran obat sariawan, bengkak, radang lambung, urat tegang dan batuk kering

pada anak-anak (Winarsih, E. 2015).

18
E. Tanaman Pencegahan Covid-19

Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) saat ini sedang menarik

perhatian seluruh penduduk dunia, termasuk Indonesia, yaitu salah satu negara

asli turun-temurun dari nenek moyang terdahulu biasa menggunakan bahan

oabat alami untuk penyembuhan penyakit.

Seluruh dunia telah melakukan berbagai upaya untuk melawan pandemi

covid-19 tetapi belum ditemukan obat spesifik pembasmi virus ini. Sementara

dunia telah memasuki tatanan hidup baru (new normal life) yaitu suatu gaya

hidup berdamai dengan covid-19 dimana seluruh penduduk dunia

diperbolehkan melakukan aktivitas dengan tetap taat pada protokol covid-19

yakni wajib menggunakan masker, wajib cuci tangan, wajib jaga jarak, wajib

makan makanan bergizi, larangan berkerumun. New normal life merupakan

upaya mencegah dan memutus mata rantai penyebaran virus corona. Para ahli

masih terus berusaha melalui berbagai riset untukmenemukan obatnya.

Sementara para ahli melakukan riset-riset terbaru untuk menemukan

obat pembunuh virus corona, penduduk primitif di berbagai belahan dunia

tetap hidup dalam tradisinya menjaga pengetahuan etnisnya tentang

penyembuhan penyakit menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagaimana yang

dilakukan oleh penduduk Kecamatan Talang Kelapa. Sama seperti keyakinan

etnis lainnya, Penduduk Talang Kelapa punyakin terhadap khasiat tumbuhan

penyembuh penyakit. Penduduk Talang Kelapa meyakini akan adanya khasiat

jenis(spesies) tumbuhan yang dapat mencegah penyakit virus corona (KemKes

RI, 2020)

19
Etnobotani pada tanaman obat bahan alam (herbal) menjadi pilihan

alternatif bagi sebagian masyarakat Indonesia untuk menjaga daya tahan tubuh

menghadapi pandemi Covid-19. Selain karena mudah ditemukan dan murah,

berbagai obat herbal telah digunakan secara turun-temurun dan dipercaya dapat

membantu meningkatkan daya tahan tubuh (KemKes RI, 2020)

Salah satu upaya pencegahan paparan Covid-19 adalah dengan

meningkatkan daya tahan tubuh. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan

menggunakan obat bahan alam yang khasiat dan telah dikonsumsi secara turun-

temurun dari nenek moyang kita terdahulu (Badan Pengawas Obat dan Makanan

RI, 2020). Berbagai jenis tanaman yang bisa digunakan untuk pencegahan covid-

19 dan dengan mudah kita dapat temui dan kehidupan sehari-hari yaitu:

20
Tabel 2.1 Nama tumbuhan yang digunakan untuk mencegah covid-19

No. Nama lokal Nama ilmiah


1 Sambiloto Andrographidis paniculatae herba
2 Lemon Citrus limon
3 Jahe Zingiber officinale
4 Kencur Kaempferia galanga L.
5 Cengkeh Syzygium aromaticum
6 Jintan Hitam Nigellae sativae
7 Daun mint Mentha piperita
8 Meniran Phylanthus niruri
9 Mengkudu Morinda citrifolia Linn
10 Daun Siri Piper sp
11 Pegagan Centella asiatica
12 Kunyit Curcuma domestica
13 Jeruk Nipis Citrus aurantifolia
14 Cengkeh Syzygium aromaticum
15 Daun Salam Syzygium polyanthum
16 Ketepeng Cassia alata
17 Samiloto Dendrophthoe pentandra (L.) Miq
18 Meniran Phyllanthus urinaria
19 Jambu Biji Psidium guajava
Sumber: Syamsiah, (2014).

Selain mudah dijumpai dan didapatkan , tanaman tersebut memiliki khasiat:

1. Memelihara daya tahan tubuh

2. Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh

3. Membantu memelihara kesehaan badan

4. Meredakan gejala masuk angin, seperti meriang, rasa mual, perut

kembung, keluar keringat dingin, kepala pusing, capek-capek, serta

melegakan tenggorokan, meredakan batuk

5. Meningkatkan Penglihatan

6. Membantu meredakan batuk dan membantu melegakan tenggorokan

21
7. Membantu meringankan gejala pilek yang disertai sakit tenggorokan

8. Melawan radikal bebas dalam tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan sel

dan berbagai penyakit

9. Cegah batu ginjal dan saluran kemih

10. dapat mengatasi infeksi lain seperti hepaitis B dan HIV (mencegah virus)

11. Mencegah Diabetes, Meningkatkan Kesehatan Sistem Pencernaan,

Mencegah Penyakit Jantung, Meningkatkan Fungsi Hati, dan mencegah

kangker.

12. Mereka dapat membantu mengobati tekanan darah tinggi dan berbagai

kondisi lainnya.

F. Gambaran Wilayah Studi Penelitian

Kabupaten Banyuasin adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera

Selatan. Kabupaten Banyuasin mempunyai wilayah seluas 11.833 km 2 dan

terbagi menjadi 17 Kecamatan. Akan tetapi di akhir tahun 2012 terjadi

pemekaran kecamatan menjadi 19 Kecamatan. Ada dua Kecamatan yang

mengalami pemekaran wilayah, yakni Kecamatan Banyuasin 1 pecah menjadi

Kecamatan Banyuasin 1 dan Kecamatan Air Kumbang, serta Kecamatan Muara

Telang pecah menjadi Kecamatan Muara Telang dan Kecamatan Sumber Marga

Telang.

Kecamatan Talang Kelapa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Banyuasin dengan luas 560,12 km2 dan berpenduduk sekitar 125.233 jiwa. Letak

Kecamatan Talang Kelapa berbatasan langsung dengan 6 kecamatan, sebelah

utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Lago dan Sako Palembang, sebelah

22
selatan Kecamatan Gandus Palembang, sebelah barat Kecamatan Sembawa,

sebelah Timur Kecamatan Sukarame dan Alang-Alang Lebar Palembang. (BPS

Kabupaten Banyuasin, 2018).

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Talang Kelapa

Sumber: BPS Kabupaten Banyuasi (2018)

F. Sumber Belajar

Menurut Abdul Majid (2008: 170) sumber belajar merupakan segala

informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu

siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Pengertian tersebut

memusatkan pengertian bahwa media merupakan salah satu bentuk perantara

sumber belajar yang digunakan untuk membantu proses belajar dari siswa itu

sendiri. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa media dapat dijadikan

perantara sumber belajar.

Wina sanjaya (2006: 174) menyebutkan pengertian sumber belajar

sebagai segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari

bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Artinya

dalam hal ini penggunaan sumber belajar diharapkan mempermudah siswa

dalam mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri


23
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendukung proses

belajar sehingga memberikan perubahan yang positif. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Arif S Sadiman (dalam Ahmad Rohani &Abu Ahmadi, 1995: 152-153)

yang berpendapat bahwa sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada

di luar yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Peranan sumber-sumber

belajar (seperti: guru, dosen, buku, film, majalah, laboratorium, peristiwa, dan

sebagainya) memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dan

menjadikan individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak

baik. Jadi segala apa yang bisa mendatangkan manfaat atau mendukung dan

menunjang individu untuk berubah ke arah yang lebih positif, dinamis, atau

menuju perkembangan dapat disebut sumber belajar.

Menurut Ramadhy. S. dan Permadi. D. (2011). “Sumber belajar adalah

usaha sadar yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan mengunakan

metode tertentu untuk mengubah prilaku relatip menetap melalui interaksi

dengan sumber belajar”. Dengan demikian sumber belajar merupakan salah satu

komponen dalam kegiatan belajar yang memungkinkan individu memperoleh

pengetahuan kemampuan, sikap, keyakinan, emosional, dan perasaan. Secara

singkat, sumber belajar dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat

dipergunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya proses belajar.

Belajar merupakan suatu proses suatu sistem yang tidak terlepas dari

komponen-komponen lain yang saling berinteraksi didalamnya. Salah satu dalam

24
komponen tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah “semua

sumber belajar yang dapat dipakai oleh siswa (sendiri-sendiri atau bersama-

sama dengan siswa lain) untuk memudahkan belajar”. Sumber belajar dalam arti

sempit adalah “misalnya buku-buku atau bahan-bahan cetak lainnya”. Pengertian

sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai semua sarana

pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja,

misalnya OHP, video, film, dan perangkat keras ( hear-ware) lainnya.

G. Buku Saku

1. Pengertian Buku Saku

Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke

dalam saku dan mudah dibawa kemana-mana. Sehingga, secara umum buku saku

adalah buku yang menekankan pada ukurannya yang kecil yang dapat

dimasukkan kedalam saku sehingga mudah dibawa kemana-mana dan bisa kita

baca kapan saja (Haryati, S. 2012).

Buku saku dapat digunakan sebagai sumber belajar dan untuk

mempermudah siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Selain itu, Mustari

menyatakan bahwa buku saku juga dapat digunakan sebagai media yang

menyampaikan informasi tentang materi pelajaran dan lainnya yang bersifat satu

arah, sehingga bisa mengembangkan potensi siswa menjadi pembelajar mandiri.

2. Langkah-Langkah Pembuatan Buku Saku

Pembuatan buku saku dikembangkan dari hasil inventarisasi

tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Talang

25
Kelapa. Pembuatan buku saku disesuaikan dengan pokok bahasan manfaat

keanekaragaman hayati sebagai sumber obat-obatan. Langkah-langkah

penyusunan buku saku yaitu:

a. Menganalisis materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Mengembangkan materi dari hasil penelitian pemanfataan tumbuhan

sebagai obat oleh masyarakat di Kecamatan Talang Kelapa.

c. Melengkapi materi dengan foto dan gambar dokumentasi tumbuhan obat di

Kecamatan Talang Kelapa, dengan kriteria gambar tumbuhan yang akan

dimuat di buku saku tidak keseluruhan tetapi hanya tumbuhan tertentu saja

yaitu tumbuhan yang sering ditemukan tetapi tidak banyak masyarakat

mengetahui potensi dari tumbuhan tersebut untuk menyembuhkan penyakit

tertentu. Selain gambar tumbuhan obat, di dalam buku saku juga akan

dicantumkan nama lokal dan nama latin tumbuhan, deskripsi, kegunaan

tumbuhan, dan cara pengolahannya.

Pembuatan buku saku dengan ukuran 12 cm x 9 cm dan penulisannya

menggunakan huruf Times New Roman (untuk bagian isi), jumlah

halamannya kelipatan dari 4, misalnya: 12 halaman, 16 halaman, 24

halaman, dan seterusnya. Hal ini dikarenakan untuk menghindari

kelebihan atau kekurangan halaman kosong. Sedangkan untuk tiap

judul menggunakan jenis huruf Showcard Gothic. Menggunakan kertas

Glossy Double Side 120 gsm, posisi buku saku landscape, dan dijilid

menggunakan spiral. Pembuatan buku saku menggunakan aplikasi

Microsoft Word 2007.

26
d. Format Pembuatan Buku Saku (Mutmainah, 2014) terdiri dari:

e. Cover

Merupakan bagian terluar buku saku yang didesain sedemikian rupa

dengan full colour dan menampilkan gambar tumbuhan obat sehingga

tampilanawal buku saku menarik.

f. Kata Pengantar

Berisi ucapan syukur, terima kasih, informasi saran dan kritik, serta

gambaran umum isi buku.

g. Daftar Isi

Menyajikan materi yang dibahas secara berurutan.

h. Indikator dan tujuan pembelajaran

Berisi tentang indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

pada pembelajaran.

i. Cara Penggunaan Buku Saku

Berisi cara/pedoman menggunakan buku saku.

a. Pendahuluan

Berisi tentang latarbelakang pembuatan buku saku. Berisi gambar dan

penjelasan mengenai jenis, organ, dan cara pemanfaatan tumbuhan obat

oleh masyarakat di Kecamatan Talang Kelapa.

b. Daftar Pustaka

Berisi rujukan yang digunakan dalam pembuatan buku saku.

c. Glosarium

Berisi penjelasan tentang istilah-istilah.

27
3. Fungsi Buku Saku

Berikut ini akan dijelaskan beberapa fungsi dari buku saku, diantaranya:

a. Fungsi atensi, media buku saku dicetak dengan kemasan kecil dan

full colour sehingga dapat menarik dan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi pada isi materi yang tertulis di dalamnya.

b. Fungsi afektif, penulisan rumus pada media buku saku dan terdapat

gambar pada keterangan materi sehingga dapat meningkatkan

kenikmatan siswa dalam belajar.

c. Fungsi kognitif, penulisan rumus dan gambar dapat memperjelas

materi yang terkandung di dalam buku saku sehingga dapat

mempelancar pencapaian tujuan pembelajaran.

d. Fungsi kompensatoris, penulisan materi pada buku saku yang

singkat dan jelas dapat membantu siswa yang lemah membaca

untuk memahami materi dalam teks dan mengingatnya kembali.

e. Fungsi psikomotoris, penulisan materi buku saku yang singkat dan

jelas dapat mempermudah siswa untuk menghafalkannya.

f. Fungsi evaluasi, penilaian kemampuan siswa dalam pemahaman

materi dapat dilakukan dengan mengerjakan soal-soal evaluasi yang

terdapat pada buku saku.

4. Manfaat Buku Saku

Berikut ini akan dijelaskan beberapa manfaat dari buku saku, diantaranya:

28
a. Penyampaian materi menggunakan buku saku dapat diseragamkan.

b. Proses pembelajaran dengan menggunakan buku saku menjadi lebih

jelas, menyenangkan dan menarik karena desainnya yang menarik dan

dicetak dengan full colour.

c. Efisien dalam waktu dan tenaga, buku saku yang dicetak dengan ukuran

kecil dapat mempermudah siswa dalam membawanya dan

memanfaatkan kapanpun dan dimanapun.

d. Penulisan materi dan rumus yang singkat dan jelas pada buku saku dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

e. Desain buku saku yang menarik dan full colour dapat menumbuhkan

sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

H. Manfaat Jenis Tumbuhan

Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat

hanya sampai pada sebatas pemanfaatan temu lawak untuk menambah nafsu

makan. Selain pengetahuan yang dimiliki masyarakat saat ini hanya sebatas

pengetahuan turun temurun sebagai bentuk interaksi antara masyarakat dengan

lingkungannya khususnya tumbuhan (etnobotani). Di negara Indonesia,

sekalipun pelayanan kesehatan telah berkembang, jumlah masyarakat yang

memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial

Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7% penduduk Indonesia melakukan

pengobatan sendiri tanpa bantuan medis dengan memilih cara pengobatan

tradisional lainnya tidak terkecuali masyarakat di Kecamatan Talang Kelapa

masih rendah sehingga perlu di lakukan pengenalan terhadap masyarakat

29
tentang etnobotani pemanfaatan tumbuhan sebagai obat khususnya obat yang

dapat mencegah virus Covid-19.

Untuk itu perlu dilakukan pemberian informasi tentang pemanfaatan suku

tanaman yang berpotensi sebagai bahan obat tradisional berdasarkan kajian

etnobotani. Tujuan dilakukannya pengenalan etnobotani kepada masyarakat

adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat, sehingga dapat meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kesejahteraan masyarakat jika produk obat dari tanaman ini

dapat diproduksi dan dikemas secara baik untuk dijual dan dimanfaatkan untuk

mencegah Covid-19.

Pengobatan suatu jenis penyakit dapat digunakan lebih dari satu jenis

tumbuhan yang berupa ramuan obat seperti jamu, param, semar, dikunyah

dikumur dan sebagainya. Penjelasan tentang penggunaan obat terutama untuk

mengobati suatu penyakit seperti batuk, sakit kulit, sakit perut, rematik, sesak

napas, demam dan sakit kepala. Pemanfaatan obat tradisonal dapat menjadi

pilihan utama masyarakat karena akses fasilitas kesehatan yang jauh dan harga

obat sintesis yang mahal. Sebagian masyarakat dapat menggunakan tanaman

obat karena tanaman tersebut memiliki khasiat khasiat tertentu. Salah satu

tumbuhan yang dapat digunakan adalah kencur. Seperti yang diketahui khasiat

kencur bersama dengan bahan lain dalam ramuan dapat digunakan sebagai obat

desentri, maag, peluruh keringat, pencahar, campuran obat sariawan, bengkak,

radang lambung, urat tegang dan batuk kering pada anak-anak (Hariyadi, 2001).

30
I. Kajian Penelitian Relevan

Adapun hasil penelitianyang berhubungan dengan penelitian ini dan telah

dilakukan oleh Peneliti terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

No Peneliti Tahun Judul Metode Hasil Penelitian


1 KhotimahLasmi 2018 Pengembangan Metode Kuantitatif Hasil penelitian studi
ta Sari, Sumber Belajar dan Kualitatif dan etnobotani terdapat
Berbasis Studi Penelitian 18 spesies tumbuhan
Etnobotani Tentang Pengembangan dengan 16 suku dan
Keragaman menggunakan hasil pengembangan
Pemanfaatan Jenis Metode Research sangat layak
Tumbuhan Pada and Development digunakan dalam
Area Lahan Basah (R&D) pembelajaran.
Talang Kelapa
Banyuasin
2 Setyo Eko 2018 Pengenalan Penelitian dan Berdasarkan
Atmojo Etnobotani pengembangan penelitian yang telah
Pemanfataan (research and dilakukan dapat
Tanaman Sebagai development) dikatakan bahwa
Obat kepada masyarakat dapat
Masyarakat Desa meningkatkan
Cabak Jiken pengetahuan
Kabupaten Blora masyarakat karena,
pemanfataan sebagai
obat secara
maksimal dapat
meningkatkan
kesehatan dan
ekonomi masyarakat
jika produk hasil
olahan obat dapat
diproduksi dengan
baik dan dikemas
menarik.
3 Novi Susilawati, 2016 Kelayakan Media Penelitian dan Dari hasil
dkk Buklet Etnobotani di pengembangan penelitian di
Desa Arus Deras pada (research and dapatkan 102
Submateri Manfaat development) spesies
Keanekaragaman tumbuhan yang
Hayati SMA bermanfanfaat
dalam kehidupan
sehari-hari yang
terdiri 72 spesies
sebagai
tumbuhan obat, 5
spesies
tumbuhan
sebagai bahan
pewarna, 3
spesies
31
tumbuhan
sebagai bahan
kosmetik alami, 5
spesies
tumbuhan
sebagai bahan
budaya, 1 spesies
tumbuhan
sebagai bahan
kerajinan dan 16
spesies
tumbuhan
sebagai
tumbuhan

J. Kerangka Pemikiran

Pengembangan Sumber Belajar merupakan suatu bidang yang harus

dikembangkan oleh semua pihak termasuk guru dan siswa, karena dengan

perkembangan teknologi, sumber belajar tidak hanya berfokus dengan satu

bidang saja, akan tetapi bisa menguasai bidang yang lainnya. Terkait dengan

studi Etnobotani tentang Keragaman Pemanfaatan Jenis Tumbuhan untuk

mencegah Covid-19, berarti hal tersebut bermakna bahwa penelitian ini

akanberfokus terhadap pemanfaatan jenis tumbuhan untuk mencegah

penyebaran Covid-19. Diharapkan, nantinya penyebaran Covid-19 ini dapat

diminimalisir dengan banyaknya masyarakat yang menjaga imunitas dengan

memanfaatkan tanaman herbal yang ada di sekitar rumah.

Proses penelitian nanti akan melibatkan guru IPA dan siswa. Tanggapan

siswa akan mengarah pada proses mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan yang dilakukan guru

dan peserta didik. Kelima kriteria tersebut dapat terpantau dan teramati oleh

guru melalui penelitian dengan metode studi pengembangan Reasearch and

Development (R&D).

32
K. Kerangka Berpikir

Analisis Kebutuhan

Studi Literatur Intrumen kebutuhan bahan ajar


Studi Lapangan
buku saku
Angket kebutuhan siswa terhadap
bajanajar yang dikembangkan Analisis kebutuhan guru &
Angket kebutuhan guru terhadap siswa akan sumber belajar
Permen Diknas bajanajar yang dikembangkan buku saku yang
Jurnal yang menunjang Instrumen kebutuhan materi buku dikembangkan
penelitian pengembangan saku yang dikembangkan Analisis materi pelajaran,
Literatur yang menunjang SK, KD kelas VII
penelitian

Buku saku etnobotani (pemanfaatan


tumbuhan obat)

Pengembangan Produk & Perencanaan layak, praktis, efektif dinilai

Desain Buku Saku Silabus & Kisi-kisi Analisis keterkaitan KI Instrumen


RPP dan KD dengan IPK dan kemenarikan,
materi kemudahan &
kemanfaatan

Buku saku sebagai sumber belajar

Hasil Belajar Siswa

Gambar 2.2: Kerangka

Berpikir Sumber: Sugiono, (2015)

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Model Pengembangan produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Research and Development. Model Research and Development yang digunakan pada

penelitian ini sesuai dengan alur dari Thiagarajan yakni 4-D (Four-D Models).

Alur pegembangan Thiagarajan menurut Trianto (2010:189)

modelpengembangan ini terdiri atas empat tahapan, yaitu tahap define

(pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate

(penyebaran). Pada tahap define (pendefinisian) dilakukan dengan analisis awal,

analisis peserta didik, analisis tugas, analisis konsep dan merumuskan tujuan

pembelajaran.

Pada tahap design (perancangan) dilakukan penyusunan instrumen,

pemilihan bahan ajar, pemilihan format dan rancangan produk awal. Tahap

develop (pengembangan) meliputi tahap penilaian ahli dan uji coba

pengembangan. Tahap terkahir adalah tahap disseminate (penyebaran). Tahap

disseminate merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan

pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, dan oleh guru

lain. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model bahan ajar berupa buku

saku IPA yang mengintegrasikan kemampuan dan kemandirian belajar peserta

didik.

35
B. Prosedur Pengembangan
Analisis Permasalahan

Analisis Peserta Didik

Analisis Tugas Analisis Konsep Define

Analisis Tujuan Pembelajaran

Penyusunan Instrumen

Pemilihan Bahan
Design
Ajar Pemilihan

Draft I Format
Rancangan Awal
Dosen Pembimbing
Revisi I (Draft II)

Revisi II (Draft III) Validasi Dosen dan Guru IPA


Develop
Produk Buku
Saku

Disebarluaskan Disseminate

36
Uji Coba Pengembangan
Revisi III (Draft IV)

Gambar 3.1 Model Pengembangan 4-D


(Modifikasi dari Thiagarajan dalam Trianto (2010)

37
Penelitian dan pengembangan merupakan metode untuk menghasilkan

produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji

keefektifan produk tersebut. Menurut Thiagarajan dikenal sebutan Model

pengembangan 4D (Four –D Models) yang terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan dari tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan

yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. Tahap pendefisian merupakan tahap

untuk menetapkan kebutuhan pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan

meliputi perkembangan peserta didik, kurikulum, kondisi sekolah yang ada, serta

permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran terkait bahan ajar yang

dikembangkan. Dalam tahap ini, terdapat 5 kegiatan yang meliputi:

a. Analisis permasalahan

Pada tahap analisis permasalahan peneliti mencari informasi di

lapangan tentang permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA.

Pencarian informasi dilakukan peneliti dengan cara melakukan observasi

lapangan dan wawancara terhadap guru IPA di SMP Negeri 1 Talang Kelapa.

Observasi lapangan dilakukan ketika proses belajar mengajar di kelas,

sedangkan wawancara dilakukan kepada 5 orang guru IPASMP N 1 Talang

Kelapa. Tujuan dari pengumpulan informasi adalah sebagai dasar

penyusunan buku saku yang akan dikembangkan.

b. Analisis Peserta Didik

Tahap analisis peserta didik merupakan tahap mempelajari

karakteristik peserta didik, kemampuan, dan pengalaman peserta didik

disekolah. yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan model/

38
pendekatan/ metode yang sesuai.

c. Analisis Tugas

Analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi

materi ajar secara garis besar Analisis tugas dilakukan peneliti untuk

menentukan isi dan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran IPA

menggunakan buku saku penyusunan buku saku ini mengacu Kurikulum

2013 pada materi keanekaragaman hayati.

d. Analisis Konsep

Tahap ini bertujuan untuk menganalisis konsep-konsep penting yang

harus dikuasai oleh peserta didik. Konsep-konsep pada salah satu KD saling

dikaitkan dengan konsep-konsep pada KD lainnya kemudian disusun ke

dalam sebuah peta konsep. Peta konsep yang telah disusun digunakan

sebagai dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran.

e. Analisis Tujuan Pembelajaran

Analisis tujuan pembelajaran bertujuan agar peserta didik setelah

melakukan pembelajaran menggunakan buku saku dapat mencapai

kompetensi yang telah ditentukan.

2. Tahap perancangan (design)

Tujuan dari tahap ini adalah menemukan cara yang lebih efektif dan efisien

untuk mengambangkan rancangan produk awal (Draft I) berdasarkan data-data

yang diperoleh pada tahap pendefinisian. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan

pada tahap perancangan ini adalah:

a. Penyusunan Instrumen

39
Instrumen yang disusun pada penelitian ini meliputi instrumen validasi

produk buku saku. Instrumen validasi produk bertujuan untuk menilai

kelayakan produk buku saku. Selain peyusunan instrumen validasi produk

juga terdapat instrument penilaian hasil uji coba produk untuk mengukur

kemampuan dan kemandirian belajar peserta didik .

b. Pemilihan Bahan Ajar

Pemilihan Bahan Ajar disesuaiakan dengan kebutuhan dan

karakteristik peserta didik di SMP Negeri 1Talang Kelapa.

c. Pemilihan Format

Pemilihan format buku saku disesuaikan dengan karakteristik buku

saku berpendekatan yang menekankan pada ranah kemampuan dan

kemandirian belajar pesertadidik.

d. Rancangan Awal

Pada tahap rancangan awal dihasilkan draft I buku saku kemudian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Rancangan awal buku saku

mencakup:

1) Sampul dan Judul buku saku

Judul yang ada pada bagian halaman depan slide buku saku

menggambarkan materi “keanekaragaman hayati”.

2) Petunjuk Belajar

Petunjuk belajar berisi deskripsi cara menggunakan buku saku.

3) Kompetensi Dasar dan Indikator

Pemilihan Kompetensi Dasar akan menentukan indikator

pembeljaran pada buku saku yang dikembangkan.

40
4) Peta Konsep

Pembuatan peta konsep bertujuan agar peserta didik lebih

mudah mempelajari materi pada kegiatan pembelajaran pada

buku saku.

5) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran berisi semua kegiatan yang berhubungan

dengan materi “keanekaragaman hayati” yang ada pada buku

saku.

6) Gambar dan animasi

Gambar dan animasi bertujuan untuk mempermudah peserta

didik dalam memahami materi yang ada pada buku saku.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan merupakan tahap implementasi dari perencanaan

produk yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Tujuan dari tahap ini adalah

untuk menghasilkan produk akhir buku saku yang layak digunakan. Adapun

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Dosen Pembimbing

Hasil pegembangan buku saku draft 1 yang dirancang dan dibuat oleh

peneliti dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing I dan

dosen pembimbing II sebelum masuk ke validasi dosen ahli dan guru IPA.

Buku saku yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing akan

memperoleh masukan saran dan kritikan, yang menjadi bekal bagi peneliti

untuk merevisi produk yang dikembangkan.

b. Validasi Dosen Ahli dan Guru IPA

41
Pada tahap pegembangan buku saku produk yang dikembangkan

divalidasi oleh dosen ahli dan guru IPA untuk mengetahui kelayakan buku

saku yang dikembangkan oleh peneliti sebelum digunakan untuk uji coba

lapangan. Hasil validasi dari dosen ahli dan guru IPA merupakan draft III dan

sebagai bahan revisi supaya buku saku yang dikembangkan akan lebih baik

lagi dengan kritik dan saran dari dosen ahli dan guru IPA.

c. Uji Coba Pengembangan

Uji coba lapangan dilakukan di kelas VII SMP N 1 Talang Kelapa.Tujuan

dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah buku saku yang

dikembangkan sudah layak untuk diterapkan pada kemampuan dan

kemandirian belajar peserta didik. Prosedur pelaksanaan uji coba lapangan

ini adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan uji coba kepada peserta

didik.

2) Melakukan pretest sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

3) Meminta peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dan

melakukan kegiatan pembelajaran yang telah tertera di dalam buku

saku.

4) Meminta peserta didik untuk mengisi angket respon untuk

mengetahui respon peserta didik terhadap buku saku yang diguakan

dalam pembelajaran.

5) Meminta peserta didik untuk mengisi angket kemandirian belajar.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian ini. Tahap ini

42
merupakan tahap peggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang

lebih luas misalnya di sekolah lain, dan oleh guru lain. Penyebaran hanya dilakukan

secara terbatas yaitu memberikan produk buku saku berpendekatan kepada guru

IPA SMPN 1 Talang Kelapa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 yaitu

pada semester ganjil. Lokasi penelitian ini di SMPN 1 Talang Kelapa, Kabupaten

Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMPN 1 Talang

Kelapa dengan jumlah kelas terdiri dari 5 kelas. Peserta didik melakukan proses

pembelajaran dengan buku saku yang dikembangkan oleh peneliti untuk menguji

kelayakan buku saku yang diintegrasikan dengan kemampuan dan kemandiria

belajar peserta didik.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah buku saku pada materi “Keanekaragaman

hayati” dengan pendekatan yang berorientasi pada kemampuan dan kemandirian

belajar peserta didik.

E. Jenis Data

Dalam penelitian pengembangan ini, data yang diperoleh terdiri dari:

1. Data tingkat kelayakan kualitas buku saku hasil pengembangan

berdasarkan saran dan masukan dari tiga dosen ahli dan tiga guru

IPA.

43
2. Data respon peserta didik terhadap produk buku saku yang dikembangkan.

44
3. Data tes dan observasi kemampuan peserta didik.

4. Data angket dan hasil observasi tentang kemandirian belajar

peserta didikselama proses pembelajaran.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembar validasi buku saku

Instrumen lembar validasi buku saku pada penelitian pengembangan

ini digunakan untuk memperoleh data dari dosen ahli materi, dosen ahli

media, dosen ahli bahasa dan guru sebagai bahan mengevaluasi buku saku

yang dikembangkan. Data yang diperoleh ini digunakan untuk mengetahui

kelayakan dari produk buku saku yang dikembangkan. Lembar validasi

buku saku ini antara lain digunakan untuk memperoleh data berupa

kelayakan produk ditinjau dari komponen kelayakan isi, komponen

kebahasaan, komponen penyajian dan komponen kegrafisan.

2. Angket Respon Peserta Didik terhadap Buku Saku

Angket respon peserta didik disusun ini digunakan untuk mengetahui

respon peserta didik terhadap buku saku yang dikembangkan. Instrumen

penilaian menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4 alternatif

jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Dari alternatif jawaban tersebut kemudian dikonversi

menjadi rating- scale. Alternatif jawaban SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1.

Angket respon inimenggunakan bentuk pernyataan positif dan negatif untuk

mengukur tingkat kelayakan buku saku menurut penilaian peserta didik.

3. Instrumen Untuk Mengukur Kemampuan

45
a. Tes Kemampuan

Tes Kemampuan disusun untuk mengetahui kemampuan peserta

didik dengan melakukan pretest dan posttest. Instrumen tes pretes dan

posttest ini mengacu pada kisi-kisi yang disajikan.

b. Lembar Observasi Kemampuan

Selain menggunakan pretest dan posttest, juga digunakan lembar

obeservasi kemampuan disusununtuk mengetahui kemampuan peserta

didik selama proses pembelajaran dengan menggunakan buku saku

yang dikembangkan. Instrumen Untuk Mengukur Kemandirian Belajar

c. Lembar Observasi Kemandirian Belajar

Lembar observasi kemandirian belajar disusun untuk mengetahui

kemandirian belajar peserta didik selama proses pembelajaran dengan

menggunakan buku saku yang dikembangkan.

d. Angket Kemandirian Belajar

Angket kemandirian belajar peserta didik disusun ini digunakan

untuk mengetahui kemandirian peserta didik setelah melakukan buku

saku yang dikembangkan. Instrumen penilaian menggunakan skala

Likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dari

alternatif jawaban tersebut kemudian dikonversi menjadi rating-scale.

Alternatif jawaban untuk angket yang berbentuk postif, SS = 4, S = 3, TS

= 2, dan STS = 1, sedangkan untuk angket yang berbentuk negatif SS=1,

S= 2, TS=3, dan STS= 4. Angket kemandirian belajar ini menggunakan

bentuk pernyataan positif dan negatif untuk mengukur kemandirian

46
belajar peserta didik.

4. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari beberapa instrumen akan dianalisis sebagai berikut:

a. Analisis Hasil Validasi Kelayakan buku saku

Angket validasi buku saku dianalisis dengan mencari rata-rata

penilaian antara penilai. Perolehan rata-rata skor dari setiap komponen

aspek penilaian dengan menggunakan rumus:

…………………….(1)

Keterangan:

= Rerata skor

= Jumlah total skor tiap komponen

N = Jumlah validator/ penilai (Sugiyono, 2005: 43)

Selanjutnya, semua data yang sudah diperoleh pada tiap butir

penilaian kemudian dijumlah disebut sebagai skor aktual (X). Skor aktual

yang bersifat kuantitatif ini diubah menjadi nilai kualitatif dengan

berpedoman pada konversi skor untuk mengetahui kelayakan kualitas

buku saku dikembangkan. Adapun acuan pengubahan skor dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3.1 Konversi Skor Aktual Menjadi Nilai Skala Empat


No. Rentang Skor Nilai Kategori

1. X ≥ X̅ + 1. SBx A Sangat baik

2. X̅ + 1.SBx >X ≥ X̅ B Baik

3. X̅ >X≥ X̅ - 1.SBx C Cukup

4. X < X̅ - 1SBx D Kurang

(Sumber: Djemari Mardapi, 2007: 123)


47
X = Skor aktual skor yang dicapai peserta didik

X̅ = Rerata skor ideal (1/2 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal))
SBx = Simpangan baku skor ideal = (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal –
skor terendah ideal)
Skor tertinggi ideal = ∑butir kriteria x skor tertinggiSkor terendah ideal
= ∑butir kriteria x skor terendah
Tabel 3.1 dijadikan pedoman konversi skor ke nilai padapenelitian
ini. Nilai kelayakan produk dalam penelitian ini akan ditentukan dengan
nilai minimum “C” dengan kategori cukup baik. Jadi jika hasil penilaian
oleh para ahli dan guru IPA reratanya memberikan hasil akhir minimal “C”
maka produk pengembangan buku saku ini layak digunakan.
Berdasarkan Borich reliabilitas dari validasi dosen ahli dan guru
IPA dapat ditetapkan dengan menggunakan formula Borich, dengan
persamaan sebagai berikut:

PA = 100% {1- }............(2)


Keterangan:
A = Skor tertinggi
B = Skor
terendah

Hasil validasi buku saku reliabel jika memiliki reliabilitas di atas 75%

(Trianto, 2010: 240).

b. Analisis Hasil Respon Peserta Didik terhadap Buku Saku

Respon peserta didik setalah menggunakan buku saku yang

dikembangkan harus melakukan pengubahan nilai kualitatif menjadi nilai

kuantitatif. Pengubahan nilai kualitatif pada angket respon peserta didik

menjadi nilai kuantitatif sesuai dengan ketentuan pada Tabel 3.2

48
Tabel 3.2 Ketentuan Pengubahan Nilai Kualitatif menjadi Kuantitatif
Pilihan Jawaban Skor Pernyataan
Positi Negatif
f
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
(Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 236)

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis hasil penilaian peserta

didik terhadap buku saku yang telah dikembangkan dengan menggunakan

angket adalah sebagai berikut:

1) Merekapitulasi setiap item pernyataan angket respon peserta didik

terhadap buku saku

2) Mengubah nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif

3) Menghitung jumlah skor pada setiap nomor indikator.

4) Menghitung rata-rata skor pada setiap nomor indikator.

5) Menghitung jumlah skor pada setiap aspek

6) Menghitung jumlah rata-rata tiap aspek

7) Skor jumlah rata-rata tiap aspek yang bersifat kuantitatif ini diubah

menjadi nilai kualitatif dengan berpedoman pada konversi skor

menjadi skala empat untuk mengetahui respon peserta didik terhadap

bukuy saku yang dikembangkan. Adapun acuan pengubahan skor

menjadi skala empat tersebut tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

c. Analisis Tes Kemampuan

Analisis pretest dan posttest dapat diketahui dengan gain score.

Gain score diperoleh dengan rumus sebagai berikut

49
K̅ skor 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 −K̅ skor 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 ...........................................
𝑔 = Skala maksi̅ mal− K skor 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 (3)

Tabel 3.3 Tabel konversi Kategori Gain score


Batasan Kategori
g> 0,70 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake, 1999:1)

d. Analisis Observasi Kemampuan Problem Solving

Untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah

adanya pengembangan buku saku ini dilakukan dengan cara

sebagaiberikut:

1) Merekapitulasi setiap item pernyataan lembar observasi

kemampuan untuk setiap pertemuan.

2) Menghitung jumlah skor masing-masing indikator setiap

pertemuan

3) Menghitung rata-rata skor masing-masing indikator

setiappertemuan.

4) Menghitung persentase hasil penskoran dari setiap


peserta didikdengan menggunakan persamaan
∑𝑆
X̅ = i 𝑥 100% ........................(4)
𝑠
Keterangan:
X̅ = persentase skor
∑ 𝑆i = jumlah skor yang diperoleh tiap indkator
𝑠 = skor maksimal tiap indikator (Sumber: Suharsimi
Arikunto, 2008: 235)
5) Mengubah data kuantitatif yang berbentuk presentase

skor menjadidata kualitatif dengan menggunakan

patokan pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Persentase Penguasaan Kemampuan


50
Tingkat Kategori/ Predikat
No Penguasaan Nilai Huruf
(%)
1. 86-100 A Sangat Baik
2. 76-85 B Baik
3. 60-75 C Cukup
4. 55-59 D Kurang
5. ≤ 54 E Sangat Kurang
(Sumber: Ngalim Purwanto, 1994: 102)

e. Analisis Observasi Kemandirian Belajar Peserta Didik

Untuk mengetahui penumbuhan kemandirian belajar peserta

didik setelah adanya pengembangan buku saku ini dilakukan dengan

cara sebagaiberikut:

1) Merekapitulasi setiap item pernyataan lembar

observasi kemandirian belajar peserta didik untuk setiap

pertemuan.

2) Menghitung jumlah skor masing-masing indikator setiap

pertemuan

3) Menghitung rata-rata skor masing-masing indikatorsetiap

pertemuan.

4) Menghitung persentase hasil penskoran dari setiap peserta

didikdengan menggunakan persamaan .

5) Mengubah data kuantitatif yang berbentuk presentase

skor menjadidata kualitatif dengan menggunakan patokan

pada tabel 3.4

f. .Analisis Angket Kemandirian Belajar Peserta Didik

51
Angket kemandirian belajar peserta didik setalah menggunakan buku
saku yang dikembangkan harus melakukan pengubahan nilai kualitatif

menjadi nilai kuantitatif. Pengubahan nilai kualitatif pada angket

kemandirian belajar peserta didik menjadi nilai kuantitatif sesuai dengan

ketentuan pada Tabel 3.2

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis kemandirian belajar

peserta didik terhadap buku saku yang telah dikembangkan dengan

menggunakan angket adalah sebagai berikut:

• Merekapitulasi setiap item pernyataan angket kemandirian

belajar peserta didik terhadap buku saku

• Mengubah nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif

• Menghitung jumlah skor pada setiap nomor indikator.

• Menghitung rata-rata skor pada setiap nomor indikator.

• Menghitung jumlah skor pada setiap aspek

• Menghitung jumlah rata-rata tiap aspek

• Skor jumlah rata-rata tiap aspek yang bersifat kuantitatif ini

diubah menjadi nilai kualitatif dengan berpedoman pada

konversi skor menjadi skala empat untuk mengetahui

kemandirian belajar peserta didik. Adapun acuan pengubahan

skor menjadi skala empat tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan 52
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan

(research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan buku saku IPA

pada materi klasifikasi makhluk hidup. Pengembangan ini menggunakan model

prosedural dengan mengadaptasi model pengembangan Thiagarajan. Prosedur

pengembangan menurut Thiagarajan (Mulyatiningsih, 2012:195) ialah define

(pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate

(pengembangan).

Hasil pengembangan merupakan pencapaian yang didapatkan setelah

menyelesaikan prosedur penelitian yang telah disusun. Berdasarkan masalah yang

dikemukakan pada latar belakang, bahwa produk yang dikembangkan berupa buku

saku yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang layak dan dapat digunakan

oleh peserta didik dan guru sebagai bahan ajar disekolah. Uraian dari hasil

pengembangan buku saku ini sebagai berikut.

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Pendefinisian merupakan tahap awal dari penelitian yang dikembangkan.

Tahap ini diawal dengan mendefinisikan produk yang dikembangkan. Produk yang

dikembangkan berupa buku saku yang digunakan untuk membantu peserta didik

dan guru menemukan bahan ajar yang sesuai, praktis dan efektif. Untuk menentukan

materi dan model pembelajaran yang dapat dikembakan maka diperlukan analisis

atau studi lapangaan yang meliputi kegiatan observasi dan pemberian angket. Tahap

observasi dan pemberian angket ditunjukan kepada peserta didik dan guru. Berikut

ini hasil observasi peserta didik dan guru

a. Observasi Siswa

Tahap observasi kepada peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Siswa
53 Jumlah Persentase
Indikator
Responden (%)
Siswa
1. Cara belajar siswa
a. Hafalan 10 66.6
b. Lain-lainnya 5 33,3
2. Cara mengajar guru
a. Menarik 4 26,6
b. Kurang Menarik 11 73,3
3. Metode/Model/ Strategi yang digunakan guru
pada mata pelajaran IPA
a. Ceramah 14 93,3
b. Lainnya 1 6,66
4. Apakah siswa menginginkan perubahan pada
cara guru mengajar
a. Ya 13 86,6
b. Tidak 2 13,3
5. Apakah selama belajar IPA pernah dikenalkan
kepadamu buku saku
a. Ya 15 100
b. Tidak 0 0
6. Seberapa sering diajarkan dengan pembelajaran
menggunakan bahan ajar
a. Sangat sering 0 0
b. Sering 0 0
c. Jarang 15 100
7. Apakah siswa memiliki buku saku
a. Ya 0 0
b. Tidak 14 93,3
8. Gambaran umum buku saku yang dimiliki siswa
a. Menarik 6 40
b. Tidak Menarik 9 60
9. Apakah isi buku saku menarik
a. Ya 6 40
b. Tidak 9 60
10. Apakah materi klasifikasi makhluk hidup
termasuk materi yang
a. Sulit 8 53,3
b. Sedang 4 26,6
c. Mudah 3 20

b. Observasi Guru

Tahap observasi kepada guru dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru
Jumlah Persentasi
Indikator
Responden (%)
Guru
1. Perangkat yang digunakan bapak/ibu pakai
disusun oleh siapa?
a. Guru sendiri 5 83,3
b. MGMP 1 16,6
2. Pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan
disekolah
a. Langsung 6 100
b. Lain-lain 54 0 0
3. Metode/Model/ Strategi yang digunakan guru
pada mata pelajaran IPA
a. Ceramah 5 83,3
b. Lainnya 1 16,6
4. Buku/bahan ajar di sekolah yang digunakan
oleh guru dikembangkan oleh?
a. MGMP 0 0
b. Karya Guru 0 0
c. Pesan 5 83,3
5. Sumber belajar/bahan ajar yang digunakan
dalam pembelajaran
a. Buku 2 33,3
b. Lain-lain 4 66,6
6. Apakah bapak/ibu pernah membuat bahan ajar
sendiri?
a. Pernah 0 0
b. Belum pernah 6 100
7. Apakah materi klasifikasi makhluk hidup
termasuk yang sulit?
a. Sulit 2 33,3
b. Sedang 2 33,3
c. Mudah 4 66,6
8. Apakah bapak/ibu pernah menggunakan buku
saku untuk siswa?
a. Ya 6 100
b. Tidak 0 0
9. Apakah buku saku dapat membantu
mempermudah bapak ibu mengajar?
a. Ya 6 100
b. Tidak 0 0

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas secara umum dapat dilihat bahwa

mayoritas siswa belajar IPA dengan cara menghafal karena cara mengajar guru

yang kurang menarik. Beberapa kali guru juga telah menerapkan model atau

strategi dalam proses pembelajaran, namun siswa merasa belum terbiasa dalam

kegiatan yang menyaji, menalar dan mencipta. Pembelajaran di kelas juga

mewajibkan siswa memiliki buku pegangan wajib. Siswa lebih banyak

menggunakan buku dari penerbit yang ada di pasaran meskipun menurut siswa

buku tersebut kurang menarik.

Hasil observasi juga menunjukan bahwa perangkat pembelajaran

seperti buku dan bahan ajar lainnya yang digunakan selama pembelajaran

dapat diperoleh di pasaran. Selama pembelajaran guru kurang


55
mengorganisasaikan pengetahuan maupun konsep yang diperoleh siswa dengan

baik dan sistematik, sehingga banyak siswa yang kurang menguasai konsep

dengan baik.

Analisis selanjutnya dilakukan observasi terhadap guru pada Tabel 4.2

hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa selama ini pembelajaran

sudah sesuai dengan KD, namun hasilnya belum memadai karena persiapan

yang kurang dan siswa banyak yang tidak antusias dan aktif mengikuti. Selama

pembelajaran sumber belajar yang digunakan adalah buku yang ada dipasaran,

namun karena hasilnya belum maksimal maka guru berharap adanya sumber

belajar adanya sumber belajar seperti buku saku yang mampu memotivasi agar

siswa lebih aktif. Melalui observasi ini siswa juga menggunakan bahwa selama

pembelajaran guru pernah menggunakan metode atau strategi tertentu, tapi

justru siswa kesulitan memahami materi yang disampaikan tersebut karena

tidak menarik.

Berdasarkan hasil analisis guru dan siswa yang telah dilakukan terkait

bahan ajar, materi, model pembelajaran dan komponen terkait proses

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa salah satu alternatif yang dapat

dilakukan untuk mengatasi kebutuhan siswa dan guru dalam proses

pembelajaran adalah mengembangkan bahan ajar berupa buku saku, dan materi

yang sesuai dengan buku saku ini dipilih adalah klasifikasi makhluk hidup.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap ini merupakan tahap perancangan buku saku yang bertujuan untuk

memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran,

sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan
56
didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar,

yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

Kegiatan dimulai dengan pada langkah pertama yaitu penyusunan standar

tes yaitu menentukan Standar Kompetensi dari kurikulum 2013 tingkat SMP yang

disesuaikan dengan tahun akademik yang berlaku saat ini yaitu Semester Ganjil

Tahun Akademik 2021-2022. Standar Kompetensi yang dipakai dalam penelitian ini

meliputi Kompetensi Inti (KI) 3 dan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 dan 4.2 dengan

materi pokok tentang klasifikasi makhluk hidup.

Setelah standar kompetensi ditentukan, langkah ke-2 yaitu menyusun

indikator pembelajaran yang akan dicapai. Indikator pembelajaran yang disusun

berkaitan dengan mengukur keanekaragaman makhluk hidup. Indikator yang

dipakai sebanyak enam indikator yaitu menganalisis, merangkum, mengklasifikasi,

menggambarkan, dan mengkomunikasi.

Berdasarkan indikator pembelajaran yang telah disusun, maka selanjutnya

pada langkah ke-3 dirancang Pemilihan format dalam pengembangan perangkat

pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,

pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran. Setelah perancangan

dilakukan langkah selanjutnya adalah pendesainan komponen buku saku yang akan

dikembangkan, adapun komponen buku saku sebagai berikut:

a. Sampul

Sampul terdiri atas komponen: a) Judul buku saku; b) Gambar

tumbuhan; c) Identitas buku saku.

57
Keterangan 1: Sampul Buku

b. Lembar Prancis

Lembar francis buku saku berisi tentang ; a) Judul buku saku yaitu

klasifikasi makhluk hidup; b) Nama Pembuat buku saku yaitu Heni Fuji Astuti; d)

Nama Pembimbing yaitu ; e) nama Instansi

Keterangan 2: Lembar Prancis


58
c. Kata Pengantar
Kata Pengantar membuat informasi tentang peranan buku saku serta

penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi buku saku.

Keterangan 3: Kata Pengantar


d. Daftar Isi

Daftar isi memuat bagian-bagian materi ajar buku saku seperti kata

pengantar, daftar isi, daftar gambar, kata pengatar, manfaat penggunaan buku

saku, dan juga dilengkapi dengan nomor dan halaman.

Keterangan 4: Daftar Isi

e. Petunjuk Penggunaan Buku Saku

59
Petunjuk penggunaan buku saku memuat panduan tata cara

menggunakan buku saku bagi peserta didik yaitu langkah-langkah yang

dilakukan untuk mempelajari buku saku secara benar, serta perlengkan, seperti

sarana prasarana/fasilitas yang dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan belajar,

dan juga materi klasifikasi makhluk hidup.

Keterangan 5: Petunjuk Penggunaan Buku Saku

f. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran

Kompetensi Inti yang digunakan adalah komponen 3 Memahami

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena

dan kejadian tampak mata.

Kompetensi Dasar yang digunakan adalah komponen dasar 3.2

Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda berdasarkan karateristik yang di

amati. dan 4.2 Menyajikan hasil pengklasifikasian makhluk hidup dan benda

dilingkungan sekitar berdasarkan karateristik yang diamati.

Indikator Pembelajaran memuat


60 tujuan pembelajaran tentang sub
materi bahan ajar tentang klasifikasi makhluk hidup.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan produk yang telagh dirancang

sebelumnya. Langkah-langkah pengembangan produk yaitu sebagai berikut.

a. Desain Awal (Initial Design)

Rancangan produk yang telah dibuat selanjunya diberi masukan oleh

dosen pembimbing berkaitan dengan aspek materi, konstruksi dan bahasa.

Produk yang dibuat meliputi RPP dan buku saku. Produk akan dilakukan revisi

berdasarkan masuk oleh dosen pembimbing dan menjadi Draf I.

b. Validasi Dosen Ahli (Expert Judgement)

Produk awal hasil pengembangan adalah buku saku dalam bentuk Draf

II dilakukan validasi oleh dosen ahli, yaitu dosen ahli bahasa, dosen ahli materi,

dan dosen ahli media dan dosen ahli perangkat pembelajaran. Hasil validasi oleh

dosen ahli sebagai berikut

1) Validasi Dosen Ahli Bahasa

Validasi dosen ahli bahasa mencakup beberapa aspek Dosen ahli

yang melakukan validasi terhadap produk hasil pengembangan berupa

Lembar Kerja Peserta Didik adalah Dr. Haryadi, M.Pd. Hasil validasi dosen

ahli bahasa dapat dilihat pada Tabel 4.3.

61
Tabel 4.3 Hasil Validasi Bahasa Dosen Ahli Evaluasi dengan validator
Dr. Haryadi, M.Pd
Capaian
No. Aspek peraspe Kualifikasi Keterangan
k (%)
Tidak perlu
1 Menggunakan aturan EYD 75 Valid
direvisi
Menggunakan kaidah Bahasa Sangat Tidak perlu
2 100
Indonesia yang valid dan benar Valid direvisi
Menggunakan peristilahan
Tidak perlu
3 yang sesuai dengan pokok 75 Valid
direvisi
bahasan
Bahasa yang digunakan
Sangat Tidak perlu
4 sederhana, lugas, dan mudah 100
Valid direvisi
dipahami peserta didik
Sangat Tidak perlu
5 Bahasa komunikatif. 100
Valid direvisi
Bahasa yang digunakan
mengembangkan kemampuan
Sangat Tidak perlu
6 berpikir peserta didik dalam 100
Valid direvisi
memahami konsep klasifikasi
makhluk hidup.
Sangat Tidak perlu
7 Rata-rata semua aspek 91.7
Valid direvisi

Hasil validasi ahli Bahasa terhadap buku saku diperoleh kesesuaian

sebesar 91,7% yang menunjukan kualifikasi sangat baik, aspek bahasa

Indonesia yang baik dan benar, peristilahan yang sesuai dengan pokok

bahasa sebesar 100% yang menunjukan kualifikasi sangat valid dari

keseluruhan aspek bahasa dinyatakan tidak perlu direvisi.

Sales
Aspek Rata-Rata 91,7

Menggunakan aturan EYD Menggunakan kaidah Bahasa


Indonesia yang valid dan benar
Menggunakan peristilahan yang Bahasa yang digunakan
sesuai dengan pokok bahasan sederhana, lugas, dan mudah
dipahami peserta didik
Bahasa komunikatif Bahasa yang digunakan
mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik dalam
Rata-rata semua aspek

62
2) Validasi Dosen Ahli Materi

Validasi dosen ahli materi mencakup beberapa aspek. Dosen ahli yang

melakukan validasi terhadap produk buku saku adalah Dr. Meli Astriani,

M.Si.Hasil validasi dosen ahli materi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.4 Hasil Validasi Dosen Ahli Materi dengan Validator


Dr. Meli Astriani, M.Si.
Capaian
No. Aspek peraspek Kualifikasi Keterangan
(%)
Materi menyajikan konsep Tidak Perlu
1 75 Valid
(definisi, hukum, dsb) Direvisi
Mengaitkan dengan
perkembangan ilmu terkini Tidak Perlu
2 75 Valid
serta mengaplikasikan Direvisi
konsep.
Mengembangkan
Tidak Perlu di
3 kemampuan mengambil 50 Cukup Valid
Direvisi
keputusan
Mengembangkan
Tidak Perlu
4 kemampuan penemuan 75 Valid
Direvisi
konsep
Disajikan dari yang Tidak Perlu
5 75 Valid
sederhana ke yang sulit. Direvisi
Menekankan pada Tidak Perlu
6 75 Valid
pengalaman langsung. Direvisi
Kesesuaian konsep Tidak Perlu
7 75 Valid
klasifikasi makhluk hidup Direvisi
Kesesuaian sub konsep Tidak Perlu
8 75 Valid
klasifikasi makhluk hidup Direvisi
Kesesuaian konsep gambar Tidak Perlu
9 75 Valid
klasifikasi makhluk hidup Direvisi
Materi Keanekaragaman
Tidak Perlu
10 makhluk hidup disampaikan 75 Valid
Direvisi
dari umum ke khusus
Mengidentifikasi
obyek/fenomena, melakukan
percobaan, mengamati
Tidak Perlu
11 percobaan, menjelaskan dan 75 Valid
Direvisi
mendeskripsikan suatu
konsep pada aspek
interpretasi.
Menganalisis hasil percobaan
maupun fenomena dan Tidak Perlu
12 75 Valid
pendapat pada aspek Direvisi
analisis.
Membuat prosedur
percobaan, membuat criteria
Tidak Perlu
13 suatu konsep, menjelaskan 100 Sangat Valid
Direvisi
konsep pada aspek
penjelasan.
14 Menilai, membandingkan, Sangat Valid Tidak Perlu
100 63
dan menyelidiki atas suatu Direvisi
fenomena, pendapat, dan
menilai keaktualan serta
kelogisan pendapat pada
aspek evaluasi.
Mengidentifikasi setiap
argument yang dibutuhkan Tidak Perlu
15 75 Valid
untuk menarik kesimpulan Direvisi
pada aspek kesimpulan.
Menilai diri atas setiap
kegiatan pembelajaran dan
Tidak Perlu
16 kehidupan sehari-hari 75 Valid
Direvisi
peserta didik pada aspek
regulasi diri.
Kesesuaian materi/
Tidak Perlu
17 kegiatan/latihan perubahan 75 Valid
Direvisi
klasifikasi makhluk hidup
Kesesuaian materi/
Tidak Perlu
18 kegiatan/latihan klasifikasi 75 Valid
Direvisi
makhluk hidup
Kesesuaian materi/
Tidak Perlu
19 kegiatan/latihan pelestarian 100 Valid
Direvisi
klasifikasi makhluk hidup
Menganalisis hasil
Tidak Perlu
20 pencobaan phenomena dan 75 Valid
Direvisi
aspek pada analisis
Membuat prosedur
pencobaan, membuat
Tidak Perlu
21 kreteria suatu konsep, 75 Valid
Direvisi
menjelaskan konsep aspek
penjelasan
Menilai, membandingkan dan
menyelidiki atas suatu
fenomena, pendapat dan Tidak Perlu
22 75 Valid
menilai keaktualan serta Direvisi
kelogisan pendapat pada
aspek evaluasi
Mengidentifikasi setiap
argument yang dibutuhkan Tidak Perlu
23 75 Valid
untuk menarik kesimpulan Direvisi
pada aspek kesimpulan
Menilai diri atas setiap
kegiatan pembelajaran dan Sangat Tidak Perlu
24 100
kehidupan sehari-hari siswa Valid Direvisi
pada aspek regulasi diri
Kesesuaian/kegiatan/latihan
Tidak Perlu
25 Materi klasifikasi makhluk 75 Valid
Direvisi
hidup
Kesesuaian/kegiatan/latihan
Tidak Perlu
26 Materi klasifikasi makhluk 75 Valid
Direvisi
hidup
Kesesuaian/kegiatan/latihan
Tidak Perlu
27 cara klasifikasi makhluk 75 Valid
Direvisi
hidup
Tidak Perlu
Rata-rata semua aspek 77,7 Valid
Direvisi

64
Hasil validasi ahli materi Buku Saku diperoleh nilai aspek

keakuratan materi yang relevan sebesar 77,7% yang menunjukan kualifikasi

Valid, dari hasil validasi materi, kesesuaian gambar, kesesuai konsep dan

cara pengklasifikasian terhadap tumbuhan sudah menunjukan hasil yang

baik hal ini dilihat dari rata-rata nilai yang sudah mencapai 75% pada setiap

aspek dari hasil tersebut dapat disimpulkan pada materi sudah dapat di uji

coba tetapi perlu perbaikan di beberapa aspek.

Rata-rata semua aspek 77,7


120

100

80
Rata-rata semua aspek 77,7
60

40

20

3) Validasi Dosen Media

Validasi dosen ahli Media mencakup beberapa aspek Dosen ahli

Media yang melakukan validasi terhadap produk pengembangan Buku Saku

adalah Sulton Nawawi, M.Pd Hasil validasi dosen ahli Media dapat dilihat

pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Validasi Dosen Ahli Media dengan Validator Sulton
Nawawi, M.Pd
Capaian
No Aspek peraspek Kualifikasi Keterangan
65
(%)
1. Materi disajikan secara 100 Sangat Valid Sangat Valid
sistematis dan logis Tidak revisi
2 Menunjang keterlibatan
peserta didik untuk aktif Sangat Valid
100 Sangat Valid
mengemukakan dan Tidak revisi
berbagi ide
3 Langkah Orientasi Peserta
didik Pada Masalah
Valid Tidak
sudah sesuai dengan 75 Valid
revisi
pembelajaran dalam Buku
Saku
4 Langkah
Mengorganisasikan
peserta didik untuk Valid di Tidak
75 Valid
belajar sudah sesuai revisi
dengan pembelajaran
dalam Buku Saku
5 Langkah Pembimbing
Pengamatan sudah sesuai Valid di Tidak
75 Valid
dengan pembelajaran revisi
dalam Buku Saku
6 Langkah Cara
Pengelesaian Masalah
Valid di Tidak
sudah sesuai dengan 75 Valid
revisi
pembelajaran dalam Buku
Saku
7 Langkah Menyimpulkan
Masalah sudah sesuai Valid di Tidak
75 Valid
dengan pembelajaran revisi
dalam Buku Saku
8 Mengaitkan konsep Valid di Tidak
75 Valid
dengan kehidupan nyata revisi
9 Ada beberapa topik yang
harus dikerjakan oleh
peserta didik secara Sangat Valid
100 Sangat Valid
berkelompok, Tidak revisi
mengembangkan
pembelajaran kolaboratif
10 Gambar/ ilustrasi sesuai Cukup Valid
50 Cukup Valid
dengan konsep Tidak revisi
11 Judul/ keterangan
Valid Tidak
gambar sesuai dengan 75 Valid
revisi
gambar
12 Gambar nyata, grafik dan
sebagainya disajikan Valid Tidak
75 Valid
dengan jelas dan revisi
berwarna
13 Dapat mengembangkan
Valid Tidak
minat baca valid guru 75 Valid
revisi
maupun peserta didik
14 Informasi jelas, akurat
Cukup Valid di
dan menambah 50 Cukup Valid
revisi
pemahaman konsep
15 Saduran, cuplikan dan
Valid Tidak
kutipan mencantumkan 75 Valid
revisi
sumbernya dengan jelas
16 Gambar, valid gambar 75 Valid Valid Tidak
nyata, grafik, dan data 66 revisi
hasil kutipan harus
mencatumkan sumbernya
Valid Tidak
Rata-rata 77,9 Cukup Valid
revisi

Hasil validasi ahli media dan desain pengembangan Buku Saku

diperoleh rata-rata sebesar 77,9% yang menunjukan kualifikasi valid, Pada

validasi ahli pengembangan desain dan keterbacaan Buku Saku sudah cukup

baik tetapi perlu diperbaiki. Secara keseluruhan masukan dari validasi ahli

pengembangan media, desain dan keterbacaan Buku Saku sudah baik.

Berdasarkan hasil validasi ahli media pengembangan, Buku Saku ini layak

untuk di uji coba setelah melakukan beberapa perbaikan.

Rata-rata semua aspek 77,9


120

100

80
Rata-rata semua aspek 77,9
60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

4) Validasi Dosen Perangkat Pembelajaran

Validasi dosen ahli Perangkat Pembelajaran mencakup beberapa

aspek Dosen ahli Perangkat Pembelajaran yang melakukan validasi

terhadap produk hasil pengembangan Buku Saku adalah Dr. Wulandari

Saputri, M.Pd Hasil validasi dosen ahli Perangkat Pembelajaran dapat dilihat

pada Tabel 4.6


67
Tabel 4.6 Hasil Validasi Dosen Ahli Perangkat Pembelajaran dengan
Validator Dr. Wulandari, Saputri , M.Pd
Capaian
No. Aspek peraspek Kualifikasi Keterangan
(%)
1. Sesuai dengan kompetensi
100 Sangat Valid Tidak revisi
inti
2 Sesuai dengan kompetensi
100 Sangat Valid Tidak revisi
dasar
3 Sesuai dengan indikator 100 Sangat Valid Tidak revisi
4 Materi yang ditanyakan
sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevansi, Valid Tidak
75 Valid
kontinuitas dan revisi
keterpakaian sehari-hari
tinggi
5 Kegiatan pembelajaran
melatih kemampuan 100 Sangat Valid Tidak revisi
berpikir kritis peserta didik
6 Sesuai dengan kaidah 5M 100 Sangat Valid Tidak revisi
7 Langkah pembelajaran
100 Sangat Valid Tidak revisi
sesuai sintaks dengan jelas
8 Setiap kegiatan
pembelajaran berdasarkan Valid Tidak
75 Valid
pembagian waktu yang revisi
tepat
9 Setiap proses pembelajaran
mengarah pada Valid Tidak
75 Valid
ketercapaian semua revisi
kompetensi inti
10 Semua aspek ketercapaian
100 Sangat Valid Tidak revisi
kompetensi inti diukur
11 Rubrik penilaian setiap Valid Tidak
75 Valid
kompetensi inti jelas revisi
12 Pedoman penskoran jelas Valid Tidak
75 Valid
revisi
13 Penyebaran materi pada Valid Tidak
75 Valid
soal merata revisi
14 Kegiatan/soal mendukung
100 Sangat Valid Tidak revisi
konsep dengan benar
15 Kegiatan/soal latihan
dikaitkan dengan 100 Sangat Valid Tidak revisi
kehidupan sehari- hari
16 Soal latihan dilengkapi
100 Sangat Valid Tidak revisi
kunci penyelesaian
17 Mengaitkan dengan Valid Tidak
75 Valid
perkembangan ilmu terkini revisi
18 Mengetahui kondisi
lingkungan dikelas dan
100 Sangat Valid Tidak revisi
sekitar melalui tahap
pendahuluan
19 Merencanakan kerja ilmiah
setelah materi 100 Sangat Valid Tidak revisi
pembelajaran 68
20 Melakukan kerja ilmiah 100 Sangat Valid Tidak revisi
serta mengidentifikasi
objek dan dapat
mengidentifikasi, klasifikasi
makhluk hidup
21 Menyimpulkan serta
mengkomunikasikan hasil
100 Sangat Valid Tidak revisi
kegiatan pembelajaran
secara lisan dan tertulis
22 Kesesuaian soal terhadap
100 Sangat Valid Tidak revisi
aspek interpretasi
23 Kesesuaian soal terhadap
100 Sangat Valid Tidak revisi
aspek analisis
24 Kesesuaian soal terhadap
100 Sangat Valid Tidak revisi
aspek penjelasan
25 Kesesuaian soal terhadap
100 Sangat Valid Tidak revisi
aspek evaluasi
26 Kesesuaian soal terhadap
100 Sangat Valid Tidak revisi
aspek kesimpulan
27 Kesesuaian soal terhadap Perlu Tidak
25 Kurang
aspek regulasi diri revisi
Sangat Valid Tidak
Rata-rata Nilai 91,4
Valid revisi

Hasil validasi perangkat pembelajaran dan evaluasi diperoleh rata-

rata 91,4 % yang menunjukan kualifikasi sangat valid. Berdasarkan hasil

validasi perangkat pembelajaran Buku Saku dapat disimpulkan perangkat

pembelajaran sudah mencapai semua aspek yang akan dikembangkan

dalam Buku Saku ini dan dapat dilakukan uji coba serta sangat layak untuk

digunakan, namun terdapat beberapa perbaikan.

Berdasarkan hasil coba lapangan awal : validasi ahli bahasa, validasi

ahli materi, validasi ahli media, validasi ahli perangkat pembelajaran produk

Buku Saku layak digunakan, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki

dan direvisi.

69
Rata-rata semua aspek 91,4
120

100

80
Rata-rata semua aspek 91,4
60

40

20

Uji Coba Lapangan

1) Uji Lapangan Terbatas

Uji kelompok kecil bertujuan untuk menggumpulkan data terkait aspek

keterbacaan buku Saku, uji keterbacaan dilakukan bertujuan untuk mengetahui

kekurangan-kekurangan dalam buku saku seperti salah cetak, salah ketik huruf,

kesalahan tata letak, gambar dan lain-lain, serta menilai tentang kejalasan isi

buku saku, penyajian dan bahasa/keterbacaan buku saku. Subjek uji kelompok

kecil adalah peserta didik kelas VII SMPN 1 Talang Kelapa dengan jumlah 10

orang.

Tabel 4.11 Hasil Analisis Buku Saku


No Respon Siswa R Kriteria NRS
1 Sangat Setuju 118 4 472
2 Setuju 61 3 183
3 Tidak Setuju 25 2 50
4 Sangat Tidak Setuju 34 1 34
𝛴 NRS 739
𝛴 Maks 880
% NRS 81,7
Predikat Sangat Valid

Hasil uji kelompok kecil diperoleh rata-rata semua capaian sebesar


70
81,7%, menunjukan kualifikasi sangat Valid dan dinyatakan tidak perlu revisi
secara keseluruhan, tetapi berdasarkan hasil uji lapangan terbatas disimpulkan
bahwa buku saku masih diperlukan perbaikan pada cetakan kata/kalimat,
kejelasan gambar dan keterangan gambar yang perlu dilengkapi.

500
450
400
350
sangat setuju
300
setuju
250 tidak setuju
sanagt tidak setuju
200
150
100
50
0
Predikat sangat Valid
Tabel 4.12 Revisi Uji Kelompok Skala Kecil
Saran Revisi
1. Beberapa kalimat / kata 1. Beberapa kalimat / kata kurang jelas sudah
kurang jelas diperbaiki
2. Infor masih pendukung/ 2. Infor masih pendukung/ materi kurang jelas
materi kurang jelas mengenai mengenai beberapa keterangan tentang
beberapa keterangan tentang tumbuhan, sudah diperbaiki.
klasifikasi makhluk hidup
3. Beberapa tanda baca masih 3. Beberapa tanda baca masih salah sudah
salah diperbaiki
4. Klasifikasi yang dicantumkan 4. Tidak direvisi penglasifikasi pada tumbuhan
pada tumbuhan tertentu saja tertentu saja dan selanjutnya peserta didik yang
kurang lengkap. melanjutkan penyelesaian pada klasifikasi
5. makhluk hidup.

Berdasarkan hasil tabel diatas, revisi peserta didik pada uji coba skala

kecil ini hanya didapat beberapa saran dari peserta didik dan semuanya sudah

diperbaiki, kecuali pada klasifikasi mahkluk hidup yang memang dibuat sedikit

yang selanjutnya tugas peserta didik yang melanjutkan setelah memahami

materi klasifikasi makhluk hidup tersebut. Secara keseluruhan buku saku

mendapatkan hasil respon yang baik dari para peserta didik terlihat banyak

yang peserta didik yang setuju deng produk buku saku ini.
71
Selanjutnya untuk melihat efektivitas penggunaan buku saku dalam

proses pembelajaran, maka dilakukan dengan menganalisis nilai tes awal

(pretest) dan nilai tes akhir (posttest). Analisis efektivitas menggunakan rumus

N-gain (Hake, 1998). Hasil analisis dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.13 Hasil Analisis N-Gain


No Nama Siswa S Pre S Pos S Maks N-Gain Kriteria
1 Abizar Ridho Prasetya 60 80 100 0,50 Sedang
2 Raihan Aditya 50 70 100 0,40 Sedang
3 Reva Aucilia Putri 50 70 100 0,40 Sedang
4 Riky Pariyanto 40 90 100 0,83 Tinggi
5 Awaliyah Nazhera 30 90 100 0,86 Tinggi
6 Zahra Nuraeni 60 80 100 0,50 Sedang
7 Daffa Hafizh Zulfadhli 40 70 100 0,50 Sedang
8 Deni Erlangga 70 90 100 0,67 Sedang
9 Deswita Maharani 50 90 100 0,80 Tinggi
10 Diah Ayu Pitaloka 70 100 100 1,00 Tinggi
Jumlah 550 890 1100
0,62 Sedang
Rata-Rata 50,0 80,9 100,0

100

90

80

70

60
S Pre
50 S Pos
S Maks
40 N-Gain
30

20

10

0
ABIZAR RAIHAN REVA RIKY AWALIYAH DAFFA DENI DESWITA DIAH

2) Uji Lapangan Luas

Uji lapangan skala besar bertujuan untuk mengetahui efektifitas terkait

aspek keterbacaan buku saku, uji keterbacaan dilakukan bertujuan untuk

mengetahui kekurangan-kekurangan dalam buku saku seperti salah cetak, salah


72
ketik huruf, kesalahan tata letak, gambar dan lain-lain, serta menilai tentang
kejalasan isi buku saku, penyajian dan bahasa/keterbacaan buku saku. Subjek

uji kelompok besar adalah peserta didik kelas VII SMPN 1 Talang Kelapa dengan

jumlah 32 orang. (Lampiran).

Tabel 4.13 Analisis Buku Saku Skala Besar


No Respon Siswa R Kriteria NRS
1 Sangat Setuju 315 4 1384
2 Setuju 166 3 426
3 Tidak Setuju 43 2 50
4 Sangat Tidak Setuju 34 1 34
𝛴 NRS 1894
𝛴 Maks 2160
% NRS 87,7
Predikat Sangat Valid

Hasil uji kelompok kecil diperoleh rata-rata semua capaian sebesar

87,7%, menunjukan kualifikasi sangat Valid dan dinyatakan tidak perlu revisi,

tetapi berdasarkan hasil uji lapangan skala besar disimpulkan bahwa buku saku

masih diperlukan perbaikan pada beberapa kalimat, kejelasan gambar dan

keterangan gambar yang perlu dilengkapi.

PREDIKAT SANGAT VALID


1400

1200

1000

800 PREDIKAT SANGAT VALID

600

400

200

0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju

Tabel 4.14 Revisi Uji Kelompok Skala Besar


Saran Revisi
1. Bahasa masih ada yang 73ada yang kurang jelas sudah
1. Bahasa masih
kurang jelas diperbaiki
2. Materi buku saku yang 2. Materi buku saku yang disajikan terlalu banyak
disajikan terlalu banyak tidak direvisi karena materi itu untuk membantu
peserta didik mendapatkan informasi tentang
materi klasifikasi makhluk hidup

Berdasarkan hasil respon siswa baik pada skala kecil maupun pada

skala besar produk buku saku ini sudah cukup baik hanya didapat beberapa

saran dari peserta didik dan semuanya sudah diperbaiki. Angket dan tanggapan

peserta didik secara umum mendapatkan hasil buku saku lebih baik dari buku

saku yang ada disekolah karena isinya lebih variatif, buku saku ini membuat

para peserta didik mampu memecahkan suatu permasalahan, membantu

peserta didik bekerjasama dengan kelompoknya. Buku saku ini juga lebih

menarik, tidak membosankan dan dilengkapi gambar-gambar yang membuat

semakin paham terhadap permasalahan yang muncul dan membantu

menghasilkan produk. Hasil revisi pada uji coba skala besar merupakan hasil

akhir yang layak digunakan karena sudah melalui tahap validasi ahli, uji skala

kecil, uji skala besar serta revisi berdasarkan saran dan kritik yang diberikan

para ahli.

Tabel 4.14 Hasil Analisis N-Gain

74
Selanjutnya untuk melihat efektivitas penggunaan buku saku dalam proses

No Nama Siswa S Pre S Pos S Maks N-Gain Kriteria


1 Afrizal Pratama 70 100 100 1,00 Tinggi
2 Andini 30 70 100 0,57 Sedang
3 Bima Anta Mulia 60 80 100 0,50 Sedang
4 Bintang Kristina 30 70 100 0,57 Sedang
5 Brenda Syahira 10 60 100 0,56 Sedang
6 Chandra Kirana 50 90 100 0,80 Tinggi
7 Dafa Pratama 40 80 100 0,67 Sedang
8 Danis 60 90 100 0,75 Tinggi
9 Dany Ferdiansyah 50 80 100 0,60 Sedang
10 Denis Fareza 70 90 100 0,67 Sedang
11 Dzaky Musthafa 50 70 100 0,40 Sedang
12 Fatir Nadi Sya'zan 50 90 100 0,80 Tinggi
13 Friza Anindya Kinanti 60 100 100 1,00 Tinggi
14 Ghea Junita Sari 30 60 100 0,43 Sedang
Karin Andalusia
15 60 70 100 0,25 Rendah
Septiani
16 Keyzia Putri 60 70 100 0,25 Rendah
Kharisma Puja
17 50 80 100 0,60 Sedang
Wardana
18 Levi Dwi Saputra 60 80 100 0,50 Sedang
19 M Dava Riansyah 40 70 100 0,50 Sedang
20 M. Melvin Fahriansyah 50 70 100 0,40 Sedang
21 Mikha Destriana 50 80 100 0,60 Sedang
22 Muhamad Jamil 50 90 100 0,80 Tinggi
23 Muhamad Reza Fahlevi 70 70 100 0,00 Rendah
Muhammad Farieq
24 70 90 100 0,67 Sedang
Subqi M.
Muhammad Habib
25 60 80 100 0,50 Sedang
Musthofa
Nafsiyah Khaila
26 70 90 100 0,67 Sedang
Ramadani
27 Nesya Anjana 40 70 100 0,50 Sedang
28 Nevan Yunantrio 70 70 100 0,00 Rendah
29 Nikeisha Khairunnisa 70 90 100 0,67 Sedang
30 R.A.Sinta Mulia Syahati 60 80 100 0,50 Sedang
31 Ririn Rizky Riyanti 60 80 100 0,50 Sedang
32 Sefti Enjelika 40 70 100 0,50 Sedang
Jumlah 1390 2140 2500
0,68 Sedang
Rata-Rata 51,5 79,3 92,6
pembelajaran, maka dilakukan dengan menganalisis nilai tes awal (pretest) dan nilai
tes akhir (posttest). Analisis efektivitas menggunakan rumus N-gain (Hake, 1998).
Hasil analisis dapat dijelaskan sebagai berikut.

75
300

250

200

Kriteria
150
N-Gain
S Maks
100 S Pos
S Pre
50

0
L A A A Y IR A IA VI IN IL Q H N A TI
RIZA BIM END DAF DAN FAT GHE AYZ LE ELV AM RIE IYA EVA INT SAF
J S S
A
AF BR K .M M. . F AF N
M M N

B. Pembahasan
1. Buku Saku Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

Buku saku yang dikembangkan dengan materi klasifikasi makhluk hidup

dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan menurut Thiagarajan

(Mulyatiningsih, 2012:195) ialah define (pendefinisian), design (perancangan),

develop (pengembangan), dan disseminate (pengembangan).

Buku saku dikembangkan berdasarkan analisis kurikulum. Kurikulum yang

digunakan pada penelitian ini adalah kurikulum K13. Unsur-unsur yang mendukung

terhadap keberhasilan salah satunya adalah kurikulum. Menurut Prastowo dalam

Nawawi.S (2015: 97) mengemukakan bahwa dalam menyusun bahan ajar analisis

terhadap kurikulum dan bahan ajar sangat penting. Kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi inti yang digunakan adalah kompetensi 3. Memahami


76
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata. dan Kompetensi Inti 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan

ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)

sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut

pandang/teori. Kompetensi Dasar Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda

berdasarkan karateristik yang di amati. dan 4.2 Menyajikan hasil pengklasifikasian

makhluk hidup dan benda dilingkungan sekitar berdasarkan karateristik yang

diamati. Kompetensi dasar digunakan dalam pengembangan buku saku ini sebagai

rujukan untuk menentukan indikator. Materi pokok juga penting untuk dianalisis

karena menjadi salah satu acuan utama dalam menyusun bahan ajar berupa buku

saku.

Hasil observasi terhadap guru dan peserta didik diperoleh gambaran awal

tentang proses kegiatan belajar mengajar sebagai berikut yaitu pembelajaran yang

dilakukan guru cenderung menggunakan materi ceramah, guru lebih dominan dan

respon peserta didik kurang aktif dalam proses perbelajaran. Menurut Triyanto

dalam Nawawi (2015: 98) pembelajaran yang bermakna tidak akan terwujud jika

peserta didik hanya mendengarkan ceramah dari guru. Guru biasanya menggunakan

buku saku dan bahan ajar yang berasal dari pasaran.

Buku saku dikembangkan berdasarkan hasil analisis bahan ajar materi IPA

klasifikasi mahluk hidup khususnya tumbuhan dan menunjukan bahwa buku saku

yang ada dan dipakai saat ini hanya berisi kumpulan materi dan latihan soal-soal

yang kurang memperdayakan kreatifitas peserta didik, selain itu gambar belum

menarik, gambar tidak jelas dan belum memenuhi aspek kretifitas peserta didik.

Ditinjau dari hasi angket yang para guru yang77hanya 16,6 % dan angket peserta didik
yang hanya 20% memahami materi dari buku saku yang digunakan saat ini.

Berdasarkan persentase analisis bahan ajar di SMP 1 Talang Kelapa

khususnya di kelas VII dapat disimpulkan bahwa belum memenuhi kreatifitas

belajar peserta didik, diprediksi metode dan bahan ajar yang digunakan kurang

berpotensi membantu keberhasilan peserta didik dan kesuksesan dimasa depan

sehingga perlu adanya pengebangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suratih

(2010:56) yang mengemukakan bahwa buku saku yang tesedia disekolah hanya

berisi materi umum yang sebenarnya telah banyak dikembangkan dalam buku-buku

pelajaran. Selai itu guru masih banyak menggunakan sumber belajar yang tersedia

dipasaran yang tidak sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah maupun

karateristik peserta didik.

Solusi yang dipilih adalah mengembangkan dan memperbaiki bahan ajar

yang digunakan di SMP yaitu mengembangkan buku saku. Buku saku adalah

lembaran-lembaran berisi materi, ringkasan, dan tugas yang harus di kerjakan oleh

peserta didik. Menurut Prastowo (2012:204) “buku saku merupakan materi ajar

yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat

mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri”, sedangkan menurut Suyanto, dkk

(2011:1) menyatakan bahwa “buku saku merupakan bagian dari enam perangkat

pembelajaran, keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah 1) syllabi (silabi), 2)

lesson plan (RPP), 3) hand out (bahan ajar), 4) student worksheet atau Lembar Kerja

Siswa (LKPD), 5) media, 6) evaluation sheet (lembar penilaian)”.

Spesifik buku saku yang dikembangkan meliputi Judul, Karateristik buku

saku, rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), klasifikasi makhluk hidup yang

disesuaikan. Informasi pendukung dan daftar pustaka. Kelebikan buku saku adalah
78
pembelajaran yang dapat membantu pemecahan masalah merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, dapat menantang kemampuan

peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru

bagi peserta didik, dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik, dan

dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata.

Tahapan sintak disesuaikan dengan indikator dalam buku saku pada aspek

tujuan, materi yang disusun secara sistematik. Kekiatan dalam buku saku dilengkapi

dengan kegiatan diskusi dan persentasi sehingga peserta didik lebih aktif. Produk

buku saku memiliki kelebihan dibandingkan dengan buku saku yang ada disekolah

karena buku saku yang dibuat ini mempunyai langkah-langkah kegiatan yang

disesuaikan.

2. Kelayakan Buku Saku Dengan Marteri Klasifikasi Makhluk Hidup

Kelayakan buku untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi

klasifikasi makhluk hidup di SMPN 1 Talang Kelapa kelas VII di uji melalui tahap; a)

uji coba awal; validasi materi buku saku, validasi pengembangan, desain dan

keterbacaan buku saku, validasi perangkat pembelajaran; b) uji coba lapangan

terbatas pada kelompok kecil peserta didik dan uji coba lapangan luas pada

kelompok peserta didik. Berdasarkan respon angket peserta didik tentang buku

saku ini didapatkan kategori baik sampai sangat baik, namun masih memerlukan

beberapa perbaikan.

Hasil validasi ahli materi diperoleh nilai rata-rata aspek sebesar 7,77%

menunjukan kualitas valid dan tidak perlu direvisi. Pada validasi ahli materi bukui
79
saya layak untuk di uji coba, walaupun terdapat beberapa perbaikan, materi telah
diperbaiki dan ditambahkan sesuai dengan perkembangan IPTEK dengan bahasa

yang lebih komunikatif disertai dengan contoh-contoh sehingga peserta didik mudah

dipahami. Depdiknas (2008), menyatakan bahwa dalam penyusunan materi harus

memperhatikan kedalaman dan keluasan cangkupan materi. Keluasan materi

menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukan, sedangkan

kedalam materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung didalamnya,

yang harus dipelajari oleh peserta didik, materi pembelajaran perlu diidentifikasi

secara tepat agar pencapaian kompetisi peserta didik dapai diukur,

Proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar jika isi dan prosedur

pembelajaran diorganisasikan menjadi urutan yang bermakna, bahan disajikan

dalam bagian-bagian yang bergantung pada kedalaman dan kesulitan. Untuk tujuan

tersebut diperlukan langkah sintesis pembelajaran. Mensintesis adalah mengaitkan

topik-topik suatu bidang studi dengan keseluruhan isi bidang studi, sehingga isi yang

disajikan lebih bermakna menyebabkan peserta didik memiliki ingatan yang baik

lebih tahan lama terhadap topik-topik yang dipelajari. Berkaitan dengan

pengembangan buku saku, isi materi pembelajaran diorganisasikan menurut

struktur isi pembelajaran dengan analisis sasaran khusus pembelajaran.

Hasil validasi ahli bahasa diperoleh rata-rata 91,6 % yang menunjukan

kualfikasi sangat valid. Berdasarkan hasil validasi bahasa disimpulkan bahwa tidak

diperlukan revisi. Buku saku menggunakan bahasa yang kumunikatif, mudah

dipahami oleh peserta didik, struktur bahasa jelas sesuai dengan EYD. Bahasa yang

menjadi hal pokok penting dari buku saku ini dapat digunakan dan layak diuji coba

sebagai sarana mengomunikasikan yang dimaksud dalam buku saku ini dapat

tercapat tentang apa yang ingin dikembangkan dalam buku saku ini.
80
Hasil validasi pengembangan ahli media dan desaian keterbacaan buku saku

ini diperoleh nilai rata-rata 77,9 yang menunjukan kualifikasi valid. Pada validasi

ahli pengembangan desain dan keterbacaan buku saku terdapat beberapa perbaikan

mengenai kekurangan produk. Saran, kritik dan masukan dari validasi ahli

pengembangan media, desain dan keterbacaan buku saku ini sudah diperbaiki.

Perbaikan yang dilakukan kaitannya dalam hal cover depan tentang judul buku saku,

susunan buku saku yang harus dibuat secara sistematik sudah diperbaiki, pada

langkah-langkah pembelajaran sintak pembelajaran sudah diperbaiki, pada buku

saku ruang untuk memjawab bagi siswa sudah diberikan. Berdasarkan hasil validasi

ahli media pengembangan, buku saku ini layak untuk di uji coba setelah melakukan

beberapa perbaikan.

Hasil validasi perangkat pembelajaran dan evaluasi diperoleh rata-rata

91,4% yang menunjukan kualifikasi sangat valid dan dinyatakan tidak melakukan

revisi. Berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran buku saku) dapat

disimpulkan tidak perlu direvisi. Perangkat pembelajaran sudah mencapai semua

aspek yang akan dikembangkan dalam buku saku ini.

Hasil uji coba lapangan baik skala kecil maupun skala luas menunjukan

rata-rata nilai 81,7 pada uji coba skala kecil kualifikasi sangat baik dan nilai 83,6

pada uji coba skala besar juga dengan kualifikasi sangat baik. Dari respon peserta

didik ini dapat disimpulkan buku saku pada materi layak untuk dipakai dan

digunakan.

Berdasarkan klasifikasi hasil validasi ahli materi, validasi ahli bahasa,

validasi ahli media, validasi ahli perangkat pembelajaran, uji coba lapangan skala

kecil dan skala besar dapat disimpulkan bahwa buku saku pada materi klasifikasi

makhluk hidup layak untuk dipakai dan digunakan. Kelayakan sebuah buku saku

ditentukan oleh hasil validasi ahli, praktisi, dan beberapa respon peserta didik. Ciri-
81
ciri buku saku layak menurut Santyasa dalam Nawawi (2015:106), antara lain: 1)

Didahului oleh pernyataan sasaran belajar; 2) Pengetahuan disusun sedemikian

rupa, sehingga dapat mengiringi partisifasi peserta didik secara aktif, 3) Memuat

sistem penilaian berdasarkan penguasaan, 4) Memuat semua unsur bahan

pembelajaran dan semua tugas pembelajaran; 5) Memberi peluang bagi perbedaan

antara individu peserta didik; dan 6) Mengarah pada satu tujuan tuntas.

3. Efektivitas Buku Saku Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan buku saku, dilakukan dengan

pengujian N-Gain menurut Hake (1998). Gain merupakan selisih nilai pretest dan

posttest, gain berfungsi untuk menunjukkan selisih skor atau nilai yang diperoleh

dari hasil pretest dan posttest. N-Gain atau gain ternormalisasi merupakan indikator

yang baik untuk menunjukkan tingkat keefektivan pembelajaran yang dilakukan

dilihat dari peningkatan kemampuan siswa. Hasil perhitungan N-Gain uji terbatas

dan uji luas lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

100

90

80

70

60
S Pre
50 S Pos
S Maks
40 N-Gain
30

20

10

0
ABIZAR RAIHAN REVA RIKY AWALIYAH DAFFA DENI DESWITA DIAH

Gambar 4.10 Diagram /Hasil Analisis N-Gain Uji Terbatas

82
Dari jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest pada uji coba terbatas

sebanyak 10 orang, 36,36% diantaranya mendapat nilai N-Gain > 0.70, artinya

sejumlah siswa tersebut mengalami peningkatan belajar dengan kategori tinggi, dan

63,64% mendapatkan nilai 0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 artinya sejumlah siswa tersebut

mengalami peningkatan belajar dengan kategori sedang. Dengan perolehan rata-rata

nilai N-Gain sebesar 0.62, artinya peningkatan hasil belajar secara umum berada

dalam kategori sedang, hal ini membuktikan bahwa dengan adanya peningkatan

hasil belajar tersebut, penerapan buku saku pada materi klasifikasi makhluk hidup

dikatakan cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran klasifikasi makhluk hidup.

Selanjutnya untuk efektivitas kenggunaan buku saku pada uji coba luas lebih

lengkap dapat dilihat pada gambar berikut.

300

250

200

Kriteria
150
N-Gain
S Maks
100 S Pos
S Pre
50

0
L A A A Y IR A IA VI IN IL Q H N A TI
RIZA BIM END DAF DAN FAT GHE AYZ LE ELV AM RIE IYA EVA INT SAF
J S S
A
AF BR K .M M. . F AF N
M M N

Gambar 4.11 Diagram Hasil Analisis N-Gain Uji Coba Luas

Dari jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest sebanyak 32 orang,

11,11% diantaranya mendapat nilai N-Gain < 0.30, artinya sejumlah siswa tersebut

mengalami peningkatan belajar dengan kategori


83
rendah, 66,67% mendapatkan nilai
0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 artinya sejumlah siswa tersebut mengalami peningkatan belajar

dengan kategori sedang, dan sisanya sebesar 22,22% yang mendapatkan nilai N-Gain

> 0.70, artinya sejumlah siswa tersebut mengalami peningkatan belajar dengan

kategori tinggi.. Dengan perolehan rata-rata nilai N-Gain sebesar 0.68, artinya

peningkatan hasil belajar secara umum berada dalam kategori sedang, hal ini

membuktikan bahwa dengan adanya peningkatan hasil belajar tersebut, penerapan

buku saku pada materi klasifikasi makhluk hidup dikatakan cukup efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran klasifikasi makhluk hidup.

84
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan buku saku Etnobotani (pemanfaatan tumbuhan obat

masyarakat Kecamatan Talang Kelapa untuk mencegah covid-19) pada

materi Keanekaragaman Hayati yang dikembangkan dengan menggunakan

model 4-D, yaitu melalui tahap define, design, develop, dan disseminate.

Tahap disseminate tidak dilaksanakan karena keterbatasan penelitian dan

memerlukan waktu yang relatif lama.

2. Kualitas buku saku secara keseluruhan berkualitas “Sangat Baik” dan layak

digunakan dalam pembelajaran IPA kelas 7 di SMPN 1 Talang Kelapa.

3. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model buku saku

dikelas 7 di SMPN 1 Talang hasil adaptasi dan/atau adopsi kurikulum IPA

kelas 7 di SMPN 1 Talang Kelapa ditinjau dari uji coba terhadap peserta

didik adalah baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata tingkat pemahaman

konsep peserta didik yang berada dalam kategori “baik” serta kreativitas dan

kemandirian belajar IPA peserta didik sesudah proses pembelajaran IPA

dengan menggunakan buku saku pembelajaran


85 hasil pengembangan lebih
besar dari pada kemandirian belajar IPA peserta didik sebelum proses

pembelajaran.

B. Saran

1. Pengembangan buku saku Etnobotani (pemanfaatan tumbuhan obat

masyarakat Kecamatan Talang Kelapa untuk mencegah covid-19) pada

materi Keanekaragaman Hayati ini diharapkan dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif dalam pengayaan kurikulum IPA terutama bagi

guru di SMPN 1 Talang Kelapa.

2. Model pembelajaran buku saku yang sejenis dengan hasil pengembangan

dapat dikembangkan lebih lanjut dengan sekolah lain atau sekolah yang

lebih maju lainnya dan penelitian untuk mengetahui perbedaan

keterampilan yang lain. Terhadap penelitian ini juga dapat dilakukan di

acara seminar atau workshop yang relevan yang diharapkan dapat

memberikan suatu model pembelajaran yang lebih menarik untuk siswa

yang dapat diaplikasikan di SMPN 1 Talang Kelapa yang tentunya dapat

dikembangkan lebih baik, kreatif, dan lebih inovatif.

86
87

Anda mungkin juga menyukai