Anda di halaman 1dari 14

JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No.

2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

Etnobotani Hanjuang di Desa Sabuhur Kabupaten Tanah Laut


Sebagai Buku Ilmiah Populer

Laily Najmah1*, Dharmono2, Maulana Khalid Riefani3


1,2, 3
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Jalan Brigjen Hasan Basry, Banjarmasin, Indonesia
Email: lailynajmah@gmail.com1*

Abstrak
Etnobotani merupakan ilmu tentang mempelajari pemanfaatan suatu tumbuhan oleh masyarakat,
adat, atau suku bangsa tertentu. Potensi local sekitar lingkungan dapat dijadikan sumber belajar,
khususnya tumbuhan dalam lingkup etnobotani. Hanjuang memiliki penyebaran dan manfaat di Desa
Sabuhur. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji etnobotani Hanjuang di Desa Sabuhur, mengetahui
validitas, serta kepraktisan isi buku yang dikembangkan sebagai Buku Ilmiah Populer. Metode pada
penlitian dengan pendekatan deskriptif untuk mendeskripsikan kajian etno-botani Hanjuang dengan
melakukan wawancara menggunakan teknik snowball sampling dan penelitian pengembangan
menggunakan evaluasi formatif Tessmer melalui tahapan self evaluation, expert review dan one to one.
Hasil penelitian menunjukkan 6 kajian etnobotani yaitu Hanjuang merupakan tumbuhan perdu (botani)
yang digunakan masyarakat Desa Sabuhur sebagai obat hipertensi (farmakologi), serta sebagai tanaman
hias yang ditanam di pekarangan rumah (ekologi). Hanjuang digunakan sebagai bahan untuk upacara
adat mandi-mandi pengantin (sosioantropologi), dan bisa dijual sebagai tanaman hias (ekonomi).
Penamaan hanjuang sebagai ‘pawang’ dipercaya dapat menangkal makhluk halus (linguistik). Hasil
pengembangan Buku Ilmiah Populer pada expert review dari dua validator memiliki Validitas Sangat
Valid dengan persentase 94,7% dan hasil kepraktisan isi dari tiga orang mahasiswi Pendidikan Biologi
FKIP ULM Banjarmasin yang telah menempuh mata kuliah Etnobotani dan lulus dengan nilai A
mendapatkan persentase 93,0% dengan kriteria Sangat Baik.

Keywords: Buku Ilmiah Populer, Etnobotani, Hanjuang, Kepraktisan isi, Validitas

PENDAHULUAN sejarah, faktor fisik, lingkungan sosial, dan


Etnobotani merupakan ilmu tentang daya pikat tumbuhan tersebut.
hubungan tumbuhan dengan manusia. Kajian Etno-botani meliputi enam
Etnobotani sendiri menggambarkan tentang kajian; kajian Botani, kajian ekologi, kajian
keadaan apa adanya dari dokumentasi tentang farmakologi, kajian sosioantropologi, kajian
botani konvernsional dari masyarakat suatu linguistik dan kajian ekonomi (Dharmono,
daerah baik itu berupa sistem tata nama dan 2018). Menurut Hartanto & Sofiyanti (2014),
penyebutan tumbuhan dalam bahasa daerah kajian botani merupakan ilmu yang
setempat, pemakaian tumbuhan, nilai berlandaskan terhadap bentuk atau perawakan
sosioantropologi, ritual, keyakinan, dan suatu jenis tumbuhan yang dikaji, sedangkan
kepercayaan masyarakat (Martin, 1998). kajian farmakologi adalah kajian yang
Menurut Alcorn et al. (1995) etno-botani meneliti tentang kandungan senyawa yang ada
adalah pengetahuan tentang hubungan manusia pada tumbuhan. Adapun kajian Etno-ekologi
dengan tumbuhan tentang penggunaan merupakan kajian yang melibatkan eksistensi
tumbuhan oleh manusia yang berkaitan dengan suatu tumbuhan di lingkungan dan
kontribusinya dalam memengaruhi
12
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

lingkungan sekitarnya. Kajian etno- Salah satu tumbuhan yang memiliki


sosioantropologi mengkaji tentang penggunaan potensi dan dapat dikaji adalah tumbuhan
jenis tumbuhan pada keseharian masyarakat hanjuang. Tanaman tahunan ini berfungsi
setempat yang berkaitan dengan keyakinan sebagai tanaman pelindung dan penghalang di
masyarakat setempat yang ada dan dilakukan sawah atau ladang dan secara morfologi
dari nenek moyang yang berhubungan dengan tumbuhan ini memiliki daun berbentuk lanset
hal-hal cenderung mistis. yang ujung daun dan pangkalnya runcing,
Menurut Martin (1998) dan Dharmono susunan tulang Hanjuang sendiri merupakan
(2018), kajian Etno-linguistik merupakan ilmu susunan daun menyirip, daging daunnya
yang mempelajari asal usul penamaan jenis seperti bertekstur kertas, dan warnanya ungu
tumbuhan pada bahasa daerah setempat, dengan arah pertumbuhan batang secara tegak
sedangan kajian Etno-ekonomi merupakan lurus dan akarnya berbentuk serabut (Nurza,
kajian yang membahas penggunaan tumbuhan 2019).
oleh masyarakat dalam suatu daerah pada Bahan ajar bisa bersumber melalui
aktivitas yang menguntungkan bagi setiap potensi lokal dari suatu daerah dan untuk
masyarakat terkait peran tumbuhan untuk menmbuat buku yang berlandaskan potensi
pemeliharaan rumah, sumber energi, santapan lokal hendaknya dibuat bersumber potensi
hewan ternak, dan sayur yang bisa dimakan lokal yang ada pada suatu daerah, sehingga
oleh masyarakat setempat. dapat berjalan dengan lancar dan tepat dalam
Kajian etnobotani memiliki manfaat suatu pembelajaran (Dharmono et al., 2017).
yaitu untuk membentengi perangai kecerdasan Hal tersebut disebabkan oleh murid yang
masyarakat lokal berwujud ilmu penggunaan sering berhubungan langsung dengan hal-hal
tumbuhan oleh suku tertentu yang hidup dan yang dekat dengan mereka. Pembelajaran
bertumbuh sesuai dengan nilai-nilai yang ada yang menggunakan potensi lokal memiliki
pada lingkungan masyarakat tersebut. kelebihan dalam menambahkan lingkungan
Wawasan tradisional kelompok lokal tersebut sebagai sumber belajar (Situmorang, 2016).
perlu dijaga dan dipelihara karena Bahan ajar yang bermuatan umum
kecondongan kelompok global untuk kembali mengandung pesan pembelajaran pada materi
ke alam salah satunya yaitu hal penggunaan yang sifatnya umum, sedangkan bahan ajar
tumbuhan sebagai obat yang telah bermuatan khusus dapat pula disebut
menghasilkan penelitian dan penggunaan bermuatan lokal yang isinya menyangkut
terhadap kekayaan masyarakat lokal semakin potensi daerah. Menurut Prabowo et al. (2016)
tinggi, sehingga kelompok lokal memerlukan bahan ajar yang bermuatan lokal melihat pada
undang-undang yang dapat melindungi aset potensi suatu daerah untuk dijadikan sumber
lokal dikarenakan hal ini penting dijalankan belajar. Pembelajaran etnobotani dapat
untuk melindungi ciri khas kebiasaan menggunakan bahan ajar dengan contoh
tradisional dari resiko ekonomi, psikis, dan kajian etnobotani tumbuhan-tumbuhan lokal
budaya luar (Correa, 2001). yang ada di Kalimantan.

13
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

Sumber beserta media belajar yang yang beragam dari tema yang sama dari masa
berdasarkan kepada potensi lokal dapat lalu (Dalman, 2014).
mengakrabkan siswa pada tujuan belajar, Proses pembelajaran Etnobotani
membangkitkan peran aktif murid, khususnya pada Prodi Pendidikan Biologi
mengeksplorasi pengalaman tambahan dan FKIP ULM Banjarmasin yang mana contoh-
konkret bagi siswa, serta memajukan contoh kajian etnobotani pada tumbuhan lokal
pengetahuan dan keterampilan siswa terhadap masih terbatas, padahal kajian etnobotani pada
bahan pembelajaran (Riefani, 2019). Manfaat tumbuhan lokal membantu pemahaman
lain bahan ajar bermuatan lokal yaitu mahasiswa dan memperkaya pengetahuan dan
memudahkan peserta didik dalam mempelajari wawasan mengenai Etnobotani tumbuhan
pengetahuan lokal yang ada didekatnya yaitu lokal di Kalimantan Selatan (Rahman, 2019).
lebih memahami situasi alam, lingkungan Berdasarkan uraian di atas, maka
sosial dan budaya yang terdapat di suatu peneliti melakukan penelitian dalam lingkup
daerah serta menjadi akrab dengan lingkungan kajian etnobotani tumbuhan Hanjuang
sekitarnya dan terlepas dari kepelikan dengan (Cordyline fruticosa) untuk kepentingan ilmu
lingkungan terdekatnya dikarenakan dengan pengetahuan dan kepentingan masyarakat
menggunakan lingkungan sebagai awal yang selanjutnya akan dibuat menjadi bahan
pembelajaran, lalu peluang siswa dapat ajar yang disebut dengan Buku Ilmiah
memeriksa, melaksanakan observasi atau Populer.
tindakan belajar secara mandiri (Arsanti,
2018). METODE
Buku ilmiah populer adalah buku yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
memiliki isi tentang bidang pengetahuan dan deskriptif pada penelitan kajian etonobatani
menampilkan fenomena dan dibukukan terhadap Hanjuang (Cordyline fruticosa).
dengan bahasa yang sederhana dan memikat Penelitian ini dilakukan pada bulan
pembaca. BIP sebagai bagian karya ilmiah September 2021 secara langsng ke kawasan
berisi bahasa yang mudah dimengerti atau penelitian menggunakan teknik pengambilan
dengan bahasa populer yang bertujuan agar data secara teknik snowball sampling. Hasil
orang-orang juga dapat mempelajari dan penelitian dianalisis secara deskriptif dengan
mendalami karya ilmiah tersebut (Setiawan, menggunakan pustaka.
2017). Tulisan karya ilmiah ini dapat bersifat
deduksi, induktif, dan bisa juga berupa
campuran antara keduanya, dan ditambahkan
dengan pandangan penulis. Daya pikat dari
buku ilmiah yaitu isi buku sebanding dengan
situasi yang nyata, kegiatan rutin, berisi Gambar 1. Skema Teknik Snowball sampling
rancangan baru, dan ulasannya dari perspektif
Hasil penelitian keanekaragaman kajian
Etnobotani Hanjuang (Cordyline fruticosa)
14
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

yang telah didapatkan, dikembangkan pada Keterangan:


bahan ajar berbentuk Buku Ilmiah Populer PK = persentase kepraktisan (%)
Skor kriteria = total skor maksimal kepraktisan
lalu diuji validitas dan kepraktisan isi dengan
menggunakan Evaluasi Formatif Tessmer Hasil persentasenya dapat
(1998) melalui tahap-tahap: 1) Self evaluation dicocokkan dengan kriteria Mardapi (2008)
pada tabel 2:
(evaluasi diri); 2) Expert review (Uji pakar),
dan 3) One to one (Uji Kepraktisann Isi). Tabel 2. Kriteria Uji kepraktisan isi
Buku Ilmiah Populer yang
Angka Kategori
dikembangkan akan dihitung skor validitasnya
75,00% - 100% Sangat baik
dari hasil validasi pakar dan dicocokkan 50,00% – 74,99% Baik
dengan kriteria Akbar (2013), yaitu: 25,00% – 49.99% Cukup baik
0,00% – 24,99% Tidak baik
V= x 100%
Keterangan:
V : Validitas HASIL DAN PEMBAHASAN
Tse : Total skor validasi dari pakar
Tsh : Total skor maksimal 1. Kajian Etnobotani
Hasil validitas yang diketahui Berdasarkan hasil penelitian Kajian
persentasenya dapat dicocokkan dengan Etnobotani Hanjuang di Kawasan Desa
kriteria pada tabel 1. Sabuhur Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah
laut meliputi kajian botani, ekologi,
Tabel 1. Kriteria validitas berdasarkan nilai farmakologi, sosioantropologi, ekonomi, dan
linguistik didapatkan hasil sebagai berikut:
Angka Kategori Validitas
85,01 -- Sangat valid, bisa a. Kajian Botani
100% digunakan tanpa perbaikan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
Cukup valid, bisa tumbuhan Hanjuang (Cordyline fruticosa)
70,01 --
digunakan tetapi perlu
85,00% di kawasan Desa Sabuhur Kecamatan
perbaikan kecil
Kurang valid, disarankan Jorong Kabupaten Tanah Laut didapatkan
50,01 -
tidak digunakan karena ciri- ciri tumbuhan sebagai berikut:
70,00%
perlu revisi besar
1. Akar
Tidak valid, tidak dapat
00,00 - Hasil dari pengamatan yang dilakukan
digunakan karena
50,00%
memerlukan revisi total pada morfologi tumbuhan Hanjuang
(Cordyline fruticosa) untuk kajian
Kepraktisan isi terhadap Buku Ilmiah
botani, saat mengambil akar tersebut
Populer oleh 3 orang mahasiswi yang sudah
bahwa Hanjuang (Cordyline fruticosa)
mengikuti dan lulus mata kuliah Etnobotani
memiliki susunan perakaran serabut
dan memiliki nilai A pada uji kepraktisan isi
dengan warna akar putih kekuningan.
(One-to-one) yaitu:
Menurut Nurza (2019) akar tumbuhan
PK = x 100%
Hanjuang (Cordyline fruticosa)

15
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

memiliki bentuk akar serabut karena Hanjuang memiliki daun berbentuk


akar sekundernya lbanyak bercabang. lanset yang ujung daun dan pangkalnya
Ini dikarenakan akar primer yang runcing, susunan tulang Hanjuang
dimiliki tumbuhan Hanjuang telah sendiri merupakan susunan daun
lenyap dan diganti dengan akar menyirip, daging daunnya seperti
sekunder. bertekstur kertas, daunnya berwarna
2. Batang ungu, dan permukaan daunnya halus
Morfologi batang tumbuhan Hanjuang (Nurza, 2019).
(Cordyline fruticosa) memiliki habitus 4. Bunga
perdu serta tinggi pada fase pra- Berdasarkan hasil pengamatan tidak
reproduktif berukuran 1,26 m dengan ditemukan adanya bunga pada
diameter 20 cm dan belum ditemukan tumbuhan Hanjuang (Cordyline
bunga atau buah. Arah tumbuh dari fruticosa). Hanjuang berbunga pada
tumbuhan Hanjuang adalah tegak lurus, saat awal sampai dengan pertengahan
dengan percabangan monopodial dengan musim panas. Menurut Steenis (2013)
bentuk bulat. Batang tumbuhan bunga Hanjuang memiliki malai yang
Hanjuang ini berwarna coklat muda terletak Axillar (ketiak daun),
keabuan. Tetapi menurut Nurza (2019) bertangkai panjang dan bercabang lebar
arah pertumbuhan batang tumbuhan serta memiliki daun pelindung yang
Hanjuang yaitu secara tegak lurus atau besar pada pangkal cabang. Biasanya
monopodial. memiliki daun tenda bunga sebanyak 6,
3. Daun bentuknya memanjang dengan ukuran
Morfologi daun Hanjuang (Cordyline 1,3 cm, tiga daun bunga bagian luar
fruticosa) termasuk ke dalam daun pada separuh bawah menempel kuat
tunggal. Daun tumbuhan ini memiliki dengan yang di bagian dalam, bagian
tata letak daun berhadapan berseling, yang atas terlepas dan berkelok ke
serta memiliki bentuk daun lanset. Tepi belakang lagi. Panjang bunga sekitar
daun Hanjuang rata, permukaan daun 30-38 cm, melengkung dan bercabang
licin pada bagian atas dan bagian bawah, dan bunganya berwarna keunguan
daun memiliki warna merah hati dan (Little, 1989).
pada bagian pinggir daun berwarna 5. Buah
merah muda. Pada bagian pangkal daun Berdasarkan hasil pengamatan tidak
berbentuk runcing dan pada bagian ditemukan adanya buah pada tumbuhan
ujung daun runcing. Tekstur dari daun Hanjuang (Cordyline fruticosa).
Hanjuang adalah perkamen. Ukuran Menurut literatur, buah Hanjuang
daun Hanjuang berkisar antara panjang merupakan buah buni dengan bentuk
53,5-10 cm dan lebar 12-1,2 cm. bulat, warna merah mengkilap serta
bijinya berwarna hitam mengkilap

16
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

(Steenis, 2013). Sejalan dengan tumbuhan Hanjuang memiliki kandungan


Tjitrosoepomo (2010) buah Hanjuang metabolit sekunder yaitu polifenol,
berupa buah kendaga atau buah buni. flavonoid, saponin, alkaloid, steroid dan
Endosperm atau bagian dalam bijinya triterpenoid.
berdaging atau seperti tanduk. Lembaga Pemanfaatan tumbuhan Hanjuang
berbentuk lurus atau bengkok. (Cordyline fruticosa) didaerah lain
b. Kajian Etno-farmakologi contohnya oleh masyarakat Dusun
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kaliurang Barat, Kecamatan Pakem,
responden, tumbuhan Hanjuang digunakan Sleman-Yogyakarta memanfaatkan daun
oleh masyarakat Desa Sabuhur untuk obat hanjuang sebagai obat bau badan yaitu
hipertensi/darah tinggi. Bagian tumbuhan dengan cara daun diremas lalu digosok
yang digunakan yaitu pada bagian daunnya. pada bagian ketiak (Wakhidah & Sari,
Bahan yang digunakan dalam pengerjaan 2019).
Hanjuang sebagai obat hipertensi yaitu c. Kajian Etno-ekologi
daun Hanjuang dan air untuk merebus. Berdasarkan hasil penelitian pada
Cara pengolahan daun hanjuang menjadi kajian Etno-ekologi tumbuhan Hanjuang
obat hipertensi yaitu mengambil daun (Cordyline fruticosa) didapatkan hasil
hanjuang yang tua ataupun yang muda pengukuran parameter, struktur populasi
kemudian direbus di air mendidih hingga tumbuhan Hanjuang dan hasil wawancara
berubah warna. dengan responden.
Penggunaan tumbuhan hanjuang Tabel 3. Parameter lingkungan
sebagai obat hipertensi yaitu rebusan air No Parameter Pengamatan
0
daun hanjuang yang didinginkan kemudian 1. Suhu Udara ( C) 25-31
2. Kecepatan angin
diminum jika timbulnya gejala hipertensi. 0-1.5
(m/s)
Tidak ada pantangan atau larangan selama 3. Kelembaban Udara
57-87
menggunakan daun hanjuang sebagai obat (%))
4. Intensitas Cahaya 6772-
hipertensi. Umumnya tidak semua
(Lux >20.000
masyarakat Desa Sabuhur mengetahui 5. Kelembaban Tanah
46-100
pemanfaatan tumbuhan Hanjuang ini (%)
sebagai obat, hanya beberapa saja, 6. pH tanah 5.8-6.8
dikarenakan pengetahuan pemanfaatan
Tabel 4. Struktur Populasi Tumbuhan
tumbuhan ini sebagai obat-obatan Hanjuang
diberitahu kerabat beliau.
Menurut Dalimartha (2006) daun dari Struktur ∑ Rata-
K
Populasi ind rata
tumbuhan Hanjuang memiliki kandungan
Pra-reproduktif 62 31,5 71,796
senyawa metabolit berupa tanin, saponin,
Reproduktif 0 0 0
flavonoid, polifenol, kalsium oksalat, 1 0,2 1,158
Post-reproduktif
steroida, polisakarida, dan zat besi. Ekstrak

17
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

Tumbuhan Hanjuang (Cordyline orang tua terdahulu yang memberitahu


fruticosa) banyak didapatkan di halaman kalau tumbuhan Hanjuang dapat
depan rumah Desa Sabuhur, tumbuhan ini digunakan dalam upacara mandi-mandi
berfungsi sebagai tanaman hias ditanam di pengantin. Pengetahuan nama tumbuhan
Desa Sabuhur. Tumbuhan ini tidak diaajarkan atau disampaikan keanak-
digunakan atau dimanfaatkan oleh anaknya dengan cara menyampaikan saat
masyarakat Desa Sabuhur setempat sebagai ada acara adat mandi-mandi. Masyarakat
pakan ternak sapi atau kambing. Desa Sabuhur Tidak mengetahui
Berdasarkan hasil wawancara kajian Etno- pemanfaatan tumbuhan hanjuang di daerah
ekologi tumbuhan Hanjuang yaitu sebagai lain.
tanaman hias yang dikembang biakkan di Cordyline fructicosa dipergunakan
halaman depan rumah. Upaya pelestarian sebagai ornamen atau hiasan perkawinan
tumbuhan Hanjuang (Cordyline fruticosa) adat jawa. Tumbuhan tersebut juga
oleh masyarakat Sabuhur yaitu dimanfaatkan oleh masyarakat Tengger,
membagikan bibit kepada warga ingin Jawa Timur sebagai pelengkap pada acara
menanamnya dipekarangan rumah. adat kasada (Pramita et al., 2013).
Tumbuhan Hanjuang adalah tumbuhan Kemudian pada upacara adat pernikahan
tahunan yang memiliki peranan lain yaitu Jawa yang menggunakan Hanjuang
untuk tumbuhan pelindung dan pembatas (Cordyline fructicosa) melengkapi hiasan
bagian sawah atau kebun (Kristina & gapura perkawinan yang disatukan dengan
Hidayah, 2019). tumbuhan seperti daun pandann
d. Kajian Etno-sosioantropologi (Pandanus amaryllifolius), janur kuning
Tumbuhan Hanjuang (Cordyline atau daun kelapa (Cocos nucifera) dan
fruticosa) dipakai dalam pelaksanaan ritual puring (Codiaeum variegatum) (Masruri,
adat yaitu pada saat mandi-mandi 2017).
pengantin. Cara penggunaannya yaitu e. Kajian Etno-ekonomi
dengan menggunakan daun hanjuang yang Tumbuhan Hanjuang (Cordyline
muda ataupun yang tua kemudian diikat fruticosa) tidak digunakan oleh
dikepala dengan nipah lalu disiram dengan masyarakat Desa Sabuhur sebagai sumber
air yang bercampur bunga ataupun dengan makanan, kayu bakar, dan bahan bangunan
campuran bahan seperti mayang/bunga hanya ditanam dipekarangan rumah namun
kelapa. Tidak terdapat pantangan atau Tumbuhan hanjuang digunakan sebagai
larangan selama menggunakan tumbuhan sebagai tanaman hias yang dapat dijual.
tersebut digunakan sebagai bahan untuk Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu
mandi-mandi pengantin. Sebagian semua bagian tumbuhan hanjuang yang
masyarakat Desa Sabuhur mengetahui dapat dijual sebagai tanaman hias.
pemanfaatan tumbuhan hanjuang dalam Penggunaan tumbuhan hanjuang sebagai
upacara mandi-mandi pengantin. Orang- tanaman hias yang dijual kemudian

18
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

ditanam oleh orang-orang yang dikarenakan memiliki nilai estetika yang


membelinya. Tidak ada bahan lain yang tinggi (Gunawan, 2013).
diperlukan agar tumbuhan hanjuang dapat f. Kajian Etno-linguistik
dijual. Berdasarkan hasil penelitian kajian
Berdasarkan hasil wawancara dengan Etno-linguistik tumbuhan Hanjuang
responden, cara mengolah tumbuhan (Cordyline fruticosa) terhadap masyarakat
Hanjuang (Cordyline fruticosa) agar dapat Desa Sabuhur umumnya mereka menyebut
dijual yaitu diambil anakannya kemudian dengan nama Ganjuang, dinamakan
dijual. Cara menggunakan tumbuhan demikian karena sudah dari leluhur
Hanjuang yaitu anakan/bibit yang diambil terdahulu. Ada juga yang menyebutnya
setelah dijual kemudian ditanam pada dengan nama Pawang karena dipercaya
pekarangan rumah. Tidak ada pantangan dapat menangkal makhluk halus/roh jahat.
atau larangan dalam menggunakan Pemberian nama ini berasal dari bahasa
tumbuhan hanjuang untuk dijual sebagai banjar yaitu pawang yang berarti
tanaman hias. Tidak semua masyarakat “membatasi”. Tidak semua masyarakat
mengetahui kalau tumbuhan tersebut dapat sabuhur mengetahui mengapa tumbuhan
dijual karena masyarakat bisa hanya tersebut diberi nama ganjuang atau
dengan meminta pada pemilik tumbuhan pawang. Pengetahuan mengenai asal-usul
Hanjuang jika ingin menanamnya di pemberian nama ini disampaikan ke anak-
pekarangan rumah. Sebagian masyarakat anaknya apabila bertanya nama tumbuhan
hanya memanfaatkan untuk kepentingan tersebut.
sendiri/hanya menanam untuk sendiri dan Nama Hanjuang pada daerah lain
masyarakat jarang menjual hanjuang yaitu Bak Juang di Aceh, Linjuang di
sebagai tanaman hias. Batak, Tumjuang di Palembang, Hanjuang
Hanjuang dapat dibibitkan dan dijual pada bahasa Sunda, Andong di bagian
yaitu dengan cara untuk membudidayakan Jawa Tengah, Kayu Urip di Madura, dan
tumbuhan tersebut umumnya dilakukan Andong di Jakarta. Bagi masyarakat
dengan cara perkebangbiakan aseksual Sunda, “hanjuang” dianggap sebagai
yaitu dengan setek batang, Pembenihan tumbuhan yang istimewa dikarenakan
adalah cara untuk membiakkan tumbuhan Makna “hanjuang” merujuk pada tiang
yang dapat dijual yang terpenting pada sebuah bangunan. Tiang atau biasa juga
tumbuhan yang mudah dibiakkan (Sihotang disebut sebagai turus merupakan bahan
et al., 2019). Perbanyakan tumbuhan untuk pembuatan rumah yang berperan
Hanjuang bisa dilakukan dengan setek sebagai penopang elemen atas bangunan.
batang, atau dengan membelah individu Jika tiang tidak ada, maka bangunan akan
baru yang bertunas pada bagian permulaan runtuh. Sebuah tiang mesti menggunakan
batang tumbuhan yang ada di bagian dasar papan yang kuat. Sehingga “hanjuang”
tanah. Hanjuang memiliki banyak peminat

19
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

untuk suku Sunda diibaratkan tumbuhan Penilaian aspek koherensi


yang kuat dan sakral (Sunarni, 2016). memperoleh hasil persentase 96,8%. Menurut
Fitriansyah et al. (2018) koherensi merupakan
2. Validitas Buku Ilmiah Populer kelengkapan hubungan antar kalimat dalam
Validitas BIP dilaksanakan 2 orang
sebuah paragraf ataupun bacaan. Berdasarkan
pengajar Pendidikan Biologi dan menilai
uji validasi oleh dua orang pakar pada
dari 9 aspek yaitu aspek koherensi,
keterbacaan didapatkan hasil bahwa BIP yang
keterbacaan, kosa kata, kalimat aktif dan
dikembangkan dengan hasil 87,5%. Menurut
pasif, format, metode penulisan, aplikasi
Fitriansyah et al. (2018) aspek keterbacaan
dan implikasi, definisi dan penjelasan dan
ini mencocokkan tingkatan usia dan tingkatan
gaya lain perangkat. Setelah dilakukan
pendidikan bagi pembacanya. Kesamaan
revisi hasil validasi oleh 2 orang pakar
materi dan pembacannya ketika mendalami
diperoleh dari sebesar 94,7% dengan
buku yang dikembangkan dapat
kriteria “Sangat Valid”.
menumbuhkan ketertarikan belajar.
Tabel 4. Hasil validitas Buku Saku oleh
Berdasarkan hasil uji validasi pada
Validator
Rata- kosa kata ungkapan, kerja, pilihan, yang
No Aspek Kriteria
Rata berlebihan didapatkan persentase 87,5%.
1 Koherensi
Menurut Fitriansyah et al. (2018) kosa kata
(%) 96,8
merupakan sebutan yang digunakan untuk
2 Keterbacaan
membangun sebuah kalimat dalam bahasa
(%) 87,5
Kosa kata: ungkapann, Indonesia. Pemilihan kosa kata sangat
3 kerja, pilihan, yang diperhatikan karena harus sesuai dengan
berlebihan
petunjuk bahasa Indonesia, agar tidak
(%) 87,5
menimbulkan kesalahpahaman maksud.
4 Kalimat aktif dan pasif
(%) 87,5 Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan
5 Format oleh 2 validator memiliki persentase 87,5%
(%) 100 pada penilaian aspek kalimat aktif dan pasif.
6 Metode Penulisan Menurut Pangesti (2012) kalimat efektif
(%) 100 merupakan kalimat yang padat, tidak ambigu
7 Aplikasi dan implikasi serta sederhana sehingga dapat dipahami oleh
(%) 100 pembacanya. Selain itu, kalimat efektif juga
8 Definisi
jauh dari kemaknagandaan yang dapat
(%) 100
Gaya lain perankat:narasi,
memburamkan makna.
9
humor, analogi Berdasarkan hasil penilaian pada
(%) 93,7 aspek Format hasil dari uji validasi memiliki
Total skor rata-rata
94,7 persentase 100%%, Penyusunan BIP ini
Validitas %
Sangat mengacu pada LIPI (2017), aspek
Kriteria Validasi
Valid pertimbangan format dilakukan untuk

20
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

mengukur teks serta fakta yang ada pada buku yang tujuannya supaya orang yang membaca
dan telah diatur dengan berurutan dan dibantu mampu mendalami jalan narasi yang telah
oleh materi penunjangnya. Hasil dari penilaian dituliskan (Wibowo, 2008).
aspek Metode Penulisan mendapatkan
persentase 100%. Menurut Suryaman (2012)
keistimewaan suatu BIP adalah mempunyai
kesesuaian & ketepatan makna sehingga
bertujuan penjelasan yang dijelaskan di dalam
buku akan disambut pembaca dan tidak terjadi
kesalahan pada penjelasan tersebut.
Berdasarkan kegiatan validasi yang
dilaksanakan pada aspek aplikasi dan
implikasi memiliki persentase 100%.
Penulisan buku ilmiah populer sekiranya
ditulis berdasarkan hasil penelitian atau materi
yang berasal dari lingkungan, sehingga akan
tercipta karangan yang bersifat sesuai dengan Gambar 2. Cover Depan Buku Ilmiah Populer
kondisi yang nyata yang akan memudahkan
pembaca untuk memahami isi karena orang
yang membaca yang sesekali berhubungan
dengan lingkungnnya (Dalman, 2014). Hasil
pada aspek definisi dan penjelasan
mendapatkan persentase 100%. Sejalan
dengan Wibowo (2008) karangan yang
berbentuk catatan pada bagian uraian
menekankan kemahiran penulis untuk
menceritakan dan menggambarkan kasus, era,
atau lanskap secara faktual melalui sebuah
kalimat, sampai orang yang membaca seakan
merasakan kejadian atau cerita yang tercantum
pada buku yang dibuat.
Gambar 3. Cover Belakang Buku Ilmiah Populer
Hasil yang didapat di penilaian aspek
gaya lain perangkat: narasi, humor, analogi 3. Kepraktisan isi BIP
dengan persentase 93,7%. Format karya Tiga orang mahasiswi yang telah
deskripsi yang dibuat untuk sudut pandang mengambil dan lulus mata kuliah Etnobotani
penuturan atas suatu kumpulan kejadian yang dengan nilai A untuk menguji kepraktisan isi
bertautan secara nyata maupun tambahan Buku Ilmiah Populer pada Uji kepraktisan isi
imajinasi penulis untuk menarik pembaca (One-to-one). Setelah diberikan saran dan
21
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

masukan oleh mahasiswa direvisi. Hasil uji etnobotani Hanjuang di Desa Sabuhur
perorangan diperoleh 93,0% dengan kriteria Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut
“Sangat Baik”. dan tidak ditemukan lagi dimanapun buku
Tabel 5. Hasil Uji one-to-one lainnya yang membahas tentang kajian
Tanggapan Etnobotani Hanjuang di Desa Sabuhur.
No. Pernyataan
M1 M2 M3
Menurut Hidayati (2016) uji
1 Jumlah 22 22 23
2 Skor (%) 91,6 91,6 95,8 perorangan merupakan sarana untuk
3 Rata-Rata (%) 93,0 mengukur kepraktisan, didapat dari
4 Kriteria Sangat Baik tanggapan terhadap isi bahan ajar serta
menilai bahan ajar yang diberikan untuk
Untuk menyimpulkan jika bahan ajar
dapat dipahami maksudnya atau tidak,
yang dibuat sejalan dengan keadaan
khususnya pada bagian bahasa dan gambar.
mahasiswa unruk dipakai saat pembelajaran.
Uji perorangan ini penting dilakukan agar
Pengujian perorangan ini dilaksanakan untuk
bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan
mendapati kelayakan dan fungsi serta
kondisi mahasiswa yang akan
kemudahan pemakaian bahan ajar dalam
menggunakannya di lapangan secara nyata.
pembelajaran untuk perbaikan atau
Setelah dilakukan Uji validasi dan Uji
penyelesaian sebelum diproduksi (Asyhar,
kepraktisan isi, maka diharapkan bahwa
2012).
bahan ajar Buku Ilmiah Populer ini sudah
Instrumen kepraktisan isi BIP ini
bisa diajarkan secara lokal. Hal ini
bersumber dari adaptasi Tessmer (1998) yang
dikarenakan BIP yang dibuat memiliki
meliputi 6 aspek penilaian, yaitu perbagian
kelebihan Tampilan BIP lebih menarik karena
yang dipelajari mudah dipahami, kelengkapan
warna background buku yang tidak polos atau
isi BIP lengkap meliputi bagian cover, bagian
berwarna, Kata-kata yang digunakan mudah
editorial, isi pokok,dan penutup, kata yang ada
dipahami sehingga menjadikan kepaduan
pada buku mudah dipahami, kualitas gambar
hubungan antar kalimat, kesesuian dengan
dapat dipahami, Salah pengetikan atau tata
tingkatan usia dan tingkatan pendidikan yang
bahasa tidak ditemukan dan foto pada sampul
menggunakannya, BIP yang disusun
jelas dan bisa dipahami.
memperlihatkan infomasi berupa data atau
Hasil uji perorangan pada tiga orang
foto yang tersusun secara berurutan dan
mahasiswi Pendidikan Biologi FKIP ULM
didukung oleh kajian pendukungnya,
yang telah menempuh dan memperoleh nilai
pengembangan Buku Illmiah Populer berasal
A, didapatkan skor rata-rata dari total 3
dari materi-materi lokal sehingga materi yang
mahasiswa, yaitu 93,0% yang mana termasuk
disampaikan terkait dan dapat bermanfaat
dalam kategori sangat baik. kelebihan BIP
bagi kehidupan sehari-hari.
yang dibuat memiliki kelebihan dan perbedaan
Pammai (2014) menjelaskan bahwa
dari BIP yang lain yaitu BIP yang
BIP bisa digunakan segenap kalangan,
dikembangkan merupakan satu-satunya Buku
contohnya mahasiswa beragam level maupun
Ilmiah Populer yang membahas kajian
22
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

masyarakatawam. Jadi, BIP merupakan buku Hasil validasi BIP yang didapatkan nilai
yang bermuatan pengetahuan dan tengah oleh dua dosen pembimbing I dan
menampilkan kebenaran dan dibuat dengan pembimbing II yaitu 94,7 % dengan kstegori
bahasa yang menarik dan mudah dipahami “sangat valid” di ujivalidasi (expert review).
oleh masyarakat awam. penyajian BIP yang Kepraktisan isi BIP yang dilakukan oleh tigs
ditulis secara sederhana dengan cara dan mahasiswi Pendidikan Biologi FKIP ULM
dengan menggunakan gaya bahasa populer, Banjarmasin yang sudah mengambil dan lulus
sederhana, padat dan padat, sehingga menarik dengan memperoleh nilai A mendapatkan
untuk dibaca menarik dan mudah dipahami skor rata-rata 93,0% dengan kategori “sangat
oleh banyak orang. Ini membuatnya mudah baik” pada uji perseorangan (one- to-one)..
dipelajari, tidak membosankan, dan mudah
dibawa kemana-mana sehingga bisa dipelajari UCAPAN TERIMAKASIH
kapanpun dan dimanapun (Panjaitan et al., Alhamdulillah penulis panjatkan ke
2021). hadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, dan kedua orang tua yang
KESIMPULAN selalu memberikan dukungan dan kasih
Berdasarkan hasil penelitian dari sayang. Penulis megucapkan Terima kasih
Kajian Etnobotani Hanjuang (Cordyline kepada Bapak Dr. Dharmono, M. Si dan
fruticosa) di Kawasan Desa Sabuhur Bapak Maulana Khalid Riefani, S.Sc., M.Si.,
Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut M.Pd. sebagai dosen yang membimbing
Sebagai Buku Ilmiah Populer bisa peneliti sehingga dapat melakukan penelitian
disimpulkan hasil penelitian menunjukkan 6 ini. Serta masukan dan saran yang telah
kajian etnobotani tumbuhan Hanjuang diberikan agar naskah ini lebih baik.
(Cordylline fruticosa). Hanjuang merupakan
tumbuhan perdu (kajian botani) yang DAFTAR PUSTAKA
digunakan masyarakat Desa Sabuhur Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat
Pembelajaran. Bandung: Penerbit
disebutkan dapat digunakan sebagai obat
Rosdakarya.
hipertensi (kajian farmakologi), serta sebagai Alcorn, J. B. (1995). Ethnobotanical
tumbuhan hias yang dibiakkan di halaman knowledge systems-a resource for
depan rumah (kajian ekologi). Hanjuang juga meeting rural development goals. The
cultural dimension of development:
digunakan sebagai bahan-bahan untuk mandi- indigenous knowledge systems., 1-12.
mandi pengantin dan dipercaya dapat Arsanti, M. (2018). Pengembangan Bahan
menangkal makhluk halus (kajian Ajar Mata Kuliah Penulisan Kreatif
Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan
sosioantropologi), dan bisa dikembangbiakkan Karakter Religius bagi Mahasiswa
dengan stek untuk dijual (kajian ekonomi). Prodi PBSI, FKIP, UNISSULA.
Penamaan hanjuang sebagai „pawang‟ KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan
Sastra, 1(2), 69-88.
disebutkan dipercaya dapat menangkal
makhluk halus (kajian linguistik).

23
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

Asyhar, R. (2012). Kreatif Mengembangkan 679). US Department of Agriculture,


Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Forest Service.
Jakarta Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusun
Correa, C. (2001). Traditional Knowledge and Instrumen Tes dan Non Tes.
Intellectual Property Issues And Options Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Surrounding The Protection of Masruri R. (2017). Etnobotani tanaman
Traditional Knowledge. : a Discussion kultural pekarangan bagi masyarakat
Paper. Geneva : Quaker United Nations Munjungan Trenggalek sebagai upacara
Office konservasi. [skripsi]. Kediri (ID):
Dalimartha, S. (2006). Atlas Tumbuhan Obat. Universitas Negeri PGRI.
Jakarta : Trubus Agriwidia. Martin, G. J. (1998). Etnobotani: Sebuah
Dharmono. (2018). Etnobotani. Banjarmasin: Manual Pemeliharaan Manusia dan
Universitas Lambung Mangkurat Press. Tumbuhan. Edisi Bahasa Melayu
Dalman. (2014). Menulis Karya Ilmiah. Terjemahan Maryati Mohamed. Natural
Bandar Lampung: UM Lampung Press History Publications (Borneo) Sdn. Bhd
Fitriansyah, M., Arifin, Y. F., & Biyatmoko, Kinabalu. Malaysia.
D. (2018). Validitas buku ilmiah populer Nurza, I. S. A. (2019). Identifikasi Tanaman
tentang echinodermata di Pulau Hanjuang (Cordyline Fruticosa) Di
Sembilan kotabaru untuk siswa SMA di Kebun Raya Bogor Sebagai Tanaman
kawasan pesisir. Jurnal Bioedukatika, Lanskap Berdasarkan Morfologi Dan
6(1), 31-39.. Anatominya. Risenologi, 4(1), 24-33.
Gunawan, A., Tarigan, D., & Purba, R. (2013, Pammai, K. (2014). Studi Keanekaragaman
March). Uji Aktivitas Senyawa Anggrek di Kabupaten Merauke untuk
Antioksidan Dari Daun Andong Pengembangan Buku Ilmiah Populer
(Cordyline Frutycosa (L.) A. Chev.) sebagai Upaya Pelestarian Sumber
Dengan Menggunakan Metode Dpph. In Daya Lokal bagi Masyarakat di
PROSIDING SEMINAR KIMIA. Kabupaten Merauke. (Doctoral
dissertation) Universitas Negeri
Hartanto, S., & Sofiyanti, N. (2014). Studi Malang, Malang.
etnobotani famili Zingiberaceae dalam Pangesti, F. (2012). Pengembangan bahan
kehidupan masyarakat lokal di ajar pendidikan berpikir (kritis dan
Kecamatan pangean kabupaten kuantan kreatif) berbahasa indonesia SMA
singingi, Riau. Biosaintifika: Journal of melalui pembelajaran lintas mata
Biology & Biology Education, 6(2), 98- pelajaran. SKRIPSI Jurusan Sastra
108. Indonesia-Fakultas Sastra UM.
Hidayati, N. (2016). Pengembangan Perangkat Panjaitan, KF, Zaini, M., & Biyatmoko, D.
Pembelajaran IPA Topik Energi Dalam (2021). Kepraktisan Buku Ilmiah
Sistem Kehidupan Di Madrasah Populer Berdasarkan Keanekaragaman
Tsanawiyah. JINoP Jurnal Inovasi Jenis Pohon di Tepi Sungai Puting.
Pembelajaran, 2(2), 389-399. BIO-INOVED: Jurnal Biologi-Inovasi
Kristina, M., & Hidayah, Y. (2019). Pendidikan, 3(3), 183-189.
Identifikasi Tumbuhan Pada Tradisi Prabowo, D.L., Nurmiyati, dan Maridi.
Nimbuk Suku Dayak di Halong (2016). Pengembangan Modul Berbasis
Kalimantan Selatan. Jurnal Pendidikan Potensi Lokal pada Materi Ekosistem
Hayati, 5(1), 21-30. sebagai Bahan Ajar di SMAN 1
LIPI. (2017). Panduan Penelaahan Dan Tanjungsari, Gunungkidul. Proceeding
Penelitian. Jakarta: LIPI Press. Biology Education Conference, 13 (1):
Little, E. L. (1989). Common Forest Trees of 192-195.
Hawaii: Native and Introduced (Vol.

24
JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 1. No. 2 Maret 2022
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp e-ISSN: 2809-7998 p-ISSN: 2809-8005

Pramita, N. H., Indriyani, S., & Hakim, L. Sleman-Yogyakarta. Jurnal


(2013). Etnobotani Upacara Kasada EduMatSains, 4(1), 1-28.
Masyarakat Tengger, di Desa Ngadas,
Wibowo, W. (2008). Berani Menulis Artikel.
Kecamatan Malang, Poncokusumo,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kabupaten Malang. Journal of
Indonesian Tourism and Development
Studies, 1(2), 52-61.
Rahman, A. (2019). Kajian Etnobotani
Tumbuhan Jatropha gossypifolia di
Kawasan Hutan Pantai Tabanio Sebagai
Buku Ilmiah Materi Penunjang Mata
Kuliah Etnobotani. (Skripsi Sarjana).
Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin.
Sihotang, H., Silalahi, M., & Simalango, E.
M. (2019). Manajamen Tanaman Di
Nurseri Kranggan, Bekasi, Jawa Barat.
Jurnal Pro Life, 6(1), 89-101.
Situmorang, R. P. (2018). Analisis potensi
lokal untuk mengembangkan bahan ajar
Biologi di SMA negeri 2 wonosari.
Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 4(1), 51-
57.
Steenis, van C.G.G.J. (2013). FLORA (Untuk
sekolah di Indonesia). Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
Sunarni, N. (2016). The Socio-Cultural
Values of The Lexeme „Hanjuang‟in
The Sundanese Language: A Study In
Ethnolinguistics. Prosiding Prasasti,
521-525.
Suryaman, M. (2012). Penggunaan Bahasa Di
Dalam Penulisan Buku Nonteks
Pelajaran. Pusat Kurikulum Dan
Perbukuan Balitbang Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.
Tessmer, M. (1998). Planning And
Conduction Formative Evaluation,
Improving The Quality Of Education
And Trainin. London: Kogan Page.
Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian
Pengembangan. Jakarta : Departemen.
Pendidikan Nasional.
Tjitrosoepomo, G. (2010). Taksonomi
Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:
Gajah Mada University press.
Wakhidah, A. Z., & Sari, I. A. (2019).
Etnobotani Pekarangan di Dusun
Kaliurang Barat, Kecamatan Pakem,

25

Anda mungkin juga menyukai